33
34 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 39, NO. 1, FEBRUARI 2016: 33-44
ngah kejuruan diharapkan menjadi indi- siswa di luar sekolah (out-of school suc-
vidu yang produktif dan memiliki daya cess). PP No. 8 Th 2012 tentang KKNI
saing dalam memasuki lapangan kerja. menyebutkan, bahwa lulusan pendidikan
Dalam rangka menyiapkan lulusan yang menengah paling rendah setara dengan
memiliki daya saing itulah pembelajaran jenjang kualifikasi 2, dimana jenjang
di SMK tidak hanya dilakukan di seko- kualifikasi 2 adalah: (1) mampu melaksa-
lah saja, akan tetapi juga dilaksanakan di nakan satu tugas spesifik menggunakan
luar sekolah dalam bentuk prakerin. Pra- alat, informasi dan prosedur kerja yang
kerin merupakan bagian dari program lazim dilakukan, serta menunjukkan ki-
bersama antara SMK dan industri yang nerja dengan mutu yang terukur, di ba-
dilaksanakan di dunia usaha/dunia indus- wah pengawasan langsung atasannya; (2)
tri. memiliki pengetahuan operasional dasar
Salah satu tujuan prakerin adalah dan pengetahuan faktual bidang kerja
memberikan pengalaman kerja yang se- yang spesifik, sehingga mampu memilih
sungguhnya agar peserta menguasai penyelesaian yang tersedia terhadap ma-
kompetensi keahlian produktif terstandar, salah yang lazim timbul; (3) bertanggung
sikap nilai dan budaya industri yang ber- jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat
orientasi kepada standar mutu dan jiwa diberi tanggung jawab membimbing
kewirausahaan serta membentuk etos orang lain. Reeve and Gallacher (2005:
kerja yang kritis, produktif dan kompeti- 13) menyebutkan empat konsep yang
tif. Guna memenuhi tuntutan diatas maka menjadi bagian penting dalam pelaksana-
tempat prakerin merupakan salah satu an praktik kerja industri, yaitu: (1) part-
tempat yang seharusnya memberikan nership; (2) flexibility; (3) relevance; dan
pengalaman belajar yang relevan. Jika (4) accreditation. Artinya salah satu yang
mengacu pada lingkup pekerjaan sesuai menjadi bagian penting dalam pelaksana-
SKKNI maka industri yang relevan seba- an prakerin adalah relevansi industri se-
gai tempat prakerin untuk siswa SMK bagai tempat prakerin.
program keahlian Tata Busana, adalah Upaya untuk mendekatkan lulusan
garmen atau konveksi, butik atau tailor, (khususnya lulusan SMK) yang terinte-
dan modiste. Namun demikian bukan ha- grasi dalam model pembelajaran, sistem
pendidikan, hingga pada pelaksanaan
nya tempat saja yang menjadi pertim-
pendidikan kejuruan melalui sistem gan-
bangan dalam pemilihan tempat prakerin.
da merupakan langkah yang tepat jika se-
Kiel 1980 dan Berrymen 1993 dalam Bu- mua mekanisme berjalan dengan serasi
kit (2014: 80) menyatakan bahwa macam dari kedua belah pihak. Kenyataannya
pekerjaan praktik yang diterima siswa sampai saat ini tanggapan dunia usaha
merupakan salah satu komponen yang dunia industri akan kualitas lulusan be-
paling menentukan kualitas pembelajaran lum seperti yang diharapkan.
pada pelaksanaan pendidikan sistem gan- Keadaan tersebut ditandai de- ngan
da selanjutnya disebut PSG. munculnya isu bahwa lulusan SMK be-
Kenyataan di lapangan masih ba- lum sepenuhnya memenuhi kebutuhan
nyak dijumpai siswa SMK yang melaksa- industri selaku pengguna lulusan. Menu-
nakan prakerin di DUDI yang tidak/ be- rut Djoyonegoro (1999: 48-56) sekalipun
lum optimal memberikan pengalaman telah banyak hasil positif yang telah dica-
yang mendukung kompetensi prakerin. pai oleh pembangunan pendidikan keju-
Menurut Djohar (2007: 1295) keberhasil- ruan pada saat ini tetapi ternyata belum
an pendidikan kejuruan diukur dari dua mampu menjadi landasan yang kuat
kriteria, yaitu keberhasilan siswa di seko- menghadapi tantangan yang ada, dan
lah (in-school success), dan keberhasilan yang akan timbul pada masa depan.
Irianti, dkk., Analisis Pelaksanaan Prakerin Siswa SMK 35
Pada dasarnya permasalahan yang yang sesuai dengan bidang keahlian yang
harus diselesaikan adalah kesenjangan harus dilatihkan pada bidang-bidang ter-
antara keadaan nyata pendidikan kejuru- tentu. Terkait hal tersebut maka aspek
an dengan tuntutan masa depan yang penting untuk dapat mendekatkan siswa
memperhatikan tinjauan teoritik dan em- SMK pada dunia kerja adalah perolehan
pirik. Hal ini dapat dibuktikan dengan se- pengalaman pada saat siswa melaksana-
ring dikritiknya tamatan SMK yang di- kan prakeri, guna mendukung tercapai-
anggap kurang mampu mengikuti per- nya tujuan prakerin.
ubahan, karena kurang memperoleh bekal Menurut kurikulum SMK disebut-
keterampilan dasar untuk belajar basic kan bahwa prakerin adalah pola penye-
learning tools (Sidi:2002). Kondisi terse- lenggaraan diklat yang dikelola ber sama-
but sangatlah bertentangan dengan harap- sama antara SMK dengan industri/asosia-
an SMK, yaitu industri sebagai mitra se- si profesi sebagai institusi pasangan (IP),
kolah dalam pelaksanaan prakerin yang mulai dari tahap peren canaan, pelaksana-
bertujuan memberikan pengalaman kerja an, hingga evaluasi dan sertifikasi. (Dik-
sebenarnya pada siswa. Industri tempat menjur: 2008) dalam Jurnal program pra-
prakerin semestinya tidak setengah hati kerin (1999:1) dijelaskan bahwa prakerin
dalam memberikan pengalaman nyata pa- adalah suatu komponen praktik keahlian
da siswa praktikan. Pengalaman yang di- profesi berupa kegiatan secara terpro-
miliki siswa prakerin sangat tergantung gram dalam situasi sebenarnya untuk
pada bagaimana tempat prakerin menge- mencapai tingkat keahlian dan sikap ker-
lola siswa prakerin di industri tersebut. ja profesional yang dilakukan di industri.
Hasil penelitian menunjukkan kriteria Sedangkan menurut Direktorat PSMK
pencapaian kompetensi pada setiap DU/ (2008:1) Praktik Kerja Industri yang di-
DI berbeda-beda tergantung dari tingkat singkat dengan prakerin merupakan ba-
kompetensi yang dimiliki oleh instruktur gian dari program pembelajaran yang ha-
dan atau pemilik industri (Handayani, rus dilaksanakan oleh setiap peserta didik
2016). Peran aktif dunia usaha dan indus- di Dunia Kerja, sebagai wujud nyata dari
tri dalam penyelenggaraan pendidikan pelaksanaan sistim pendidikan di SMK
kejuruan sangat diperlukan. Hal ini juga yaitu Pendidikan Sistim Ganda (PSG).
terbukti sesuai hasil penelitian (Widiyan- Program prakerin disusun bersama antara
to, 2013) Hasil Penelitian Berbagai pan- sekolah dan dunia kerja dalam rangka
dangan dari DU/DI tentang SMK, sejauh memenuhi kebutuhan peserta didik dan
ini hanya melihat sebagai lembaga pendi- sebagai kontribusi dunia kerja terhadap
dikan menengah yang mendidik siswanya pengembangan program pendidikan
dengan melakukan kerja praktik, agar sis- SMK.
wa nanti mengenal lingkungan kerja. Berdasarkan pedoman praktik kerja
DU/DI belum tahu atau tidak mau tahu industri (2012:1), disebutkan bahwa tuju-
dengan adanya konsep PSG dimana nan- an prakerin adalah: pertama meningkat-
tinya siswa lulusan SMK diharapkan da- kan mutu dan relevansi pendidikan keju-
pat menjadi pekerja yang handal. Terkait ruan melalui peran dunia industri/usaha;
hal itu sering kali ada pandangan yang kedua menghasilkan tamatan yang memi-
sedikit kurang menyenangkan bagi SMK liki pengetahuan, keterampilan dan etos
yang mencari tempat praktik, masih ba- kerja yang sesuai dengan tuntutan la-
nyak DUDI yang menolak sebagai tem- pangan kerja; ketiga menghasilkan tamat-
pat praktik bagi siswa SMK. Ataupun ka- an yang memiliki pengetahuan, keteram-
lau mau menerima seringkali menempat- pilan dan sikap yang menjadi bakat dasar
kan siswa prakerin tidak pada tempat pengembangan dirinya secara berkelan-
36 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 39, NO. 1, FEBRUARI 2016: 33-44
ada 6, yaitu: modiste, butik, tailor, gar- semua populasi diambil sebagai sampel
men/konveksi, handy craft dan unit pro- penelitian.
duksi sekolah (Irianti, 2014:57). Hasil pe-
nelitian Bakhri dalam Setiawati 2015
HASIL
menunjukkan ada hubungan yang signifi-
kan antara pengalaman prakerin, sarana Hasil analisis pelaksanaan prakerin
dan prasarana, dan mutu pembelajaran siswa SMK program keahlian Tata Busa-
praktik kejuruan sebesar 14,898. Artinya na di Malang Raya dipaparkan: (a) sara-
bahwa sarana dan prasarana dalam bel- na prasarana di tempat prakerin; (b) pro-
ajar dapat mempengaruhi capaian hasil ses pembimbingan pada prakerin; (c)
belajar praktik, yaitu capaian kompetensi. kompetensi yang diperoleh pada prakerin
Faktor yang berpengaruh terhadap pres- serta (d) peran siswa di tempat prakerin.
tasi belajar diantaranya pendidik, siswa Hasil perhitungan dan pengklasifikasian
dan lingkungan pendidikan yang mencer- analisis sarana dan prasarana yang digu-
minkan budaya kompetensi Murphy da- nakan pada pelaksanaan prakerin dipa-
lam (Setiawati 2015:327). Sedangkan parkan pada Tabel 1.
Handayani menyatakan: kepercayaan pe- Tabel 1. Sarpras Pada Pelaksanaan
kerjaan yang diberikan kepada peserta Prakerin
didik merupakan pengalaman yang dapat Skor Interpretasi F %
dijadikan pengetahuan oleh peserta didik. 25 - 30 Relevan 161 48,94
Semakin tinggi tingkat kepercayaan in- 19 - 24 Cukup Relevan 76 23,10
struktur kepada peserta didik, maka se- 13 - 18 Kurang Relevan 86 26,14
makin banyak pula pekerjaan yang harus 7 - 12 Tidak Relevan 6 1,82
dikerjakan oleh peserta didik. Σ 329 100,00
200 161
METODE
150
Jenis penelitian ini adalah penelitian 76 86
100
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Teknik analisis yang digunakan dalam 50
6
penelitian ini adalah deskriptif kategori- 0
kal, untuk mengkategorikan tingkat rele- Relevan Cukup Kurang Tidak
vansi 4 aspek pelaksanaan prakerin, yai- Relevan Relevan Relevan
tu: (1) sarana prasarana; (2) pembimbing-
an; (3) kompetensi; dan (4) peran siswa. Gambar 1. Diagram Analisis Sarana
Teknik pengambilan data menggunakan Prasarana pada Pelaksanaan Prakerin
angket, item pertanyaan/pernyataan Berdasarkan Tabel 1 bahwa dari
menggunakan jawaban berskala likert de- 329 siswa yang sudah melaksanakan
ngan 4 alternatif jawaban, yaitu sangat prakerin, sebanyak 161 siswa (48,94%)
setuju, setuju, kurang setuju dan tidak se- menyatakan sarana prasarana pelaksana-
tuju dengan skor masing-masing 4, 3, 2, an prakerin relevan; 76 siswa (23,10%)
dan 1. Populasi dalam penelitian ini ada- menyatakan cukup relevan, 86 siswa
lah siswa SMK program keahlian tata (26,14%) menyatakan kurang relevan dan
busana di Malang Raya kelas XII sejum- 6 siswa (1,82%) menyatakan sarana pra-
lah 329 siswa. Teknik sampling yang di- sarana tidak relevan. Persentase distribusi
gunakan adalah sampling jenuh, yaitu secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
38 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 39, NO. 1, FEBRUARI 2016: 33-44
PEMBAHASAN
200 184
Analisis sarana dan prasarana pada
150 prakerin menunjukkan kategori relevan.
112
Hal ini dapat dimaknai bahwa DU/DI se-
100 bagai tempat prakerin memiliki sarana
50 27 prasarana yang memenuhi persyaratan
6 sebagai tempat siswa belajar di lingkung-
0 an kerja yang sesungguhnya. Relevansi
Relevan Cukup Kurang Tidak tersebut juga dimungkinkan karena jenis
Relevan Relevan Relevan tempat prakerin yang digunakan tidak
selalu ada tuntutan perkembangan sarana.
Hal ini didukung dengan hasil survei
Gambar 4. Diagram Analisis Peran Siswa
Pada Pelaksanaan Prakerin yang dilakukan di SMKN se-kota Malang
tahun pelajaran 2011/2012 pada Program
Tabel 5. Pelaksanaan Prakerin Keahlian Tata Busana menunjukkan
Skor Interpretasi F % 93,40% siswa prakerin di bidang custom-
78 - 95 Relevan 77 23,40 made, dan 15,60% di garmen (Rosida,
60 - 77 Cukup Relevan 189 57,45 2013:2-3). Pemilihan tempat prakerin
41 - 59 Kurang Relevan 62 18,84 yang relevan akan memberikan penga-
23 - 40 Tidak Relevan 1 0,31 laman yang dibutuhkan.
Σ 329 100,00 Pengalaman merupakan salah satu
bagian dari proses pendidikan seperti di-
200 189 ungkapkan oleh Wardiman (1998:80)
adalah: (1) menghasilkan tenaga kerja
150 yang berkualitas; (2) memperkokoh link
100 77 and match antara SMK dengan dunia
62 kerja; (3) meningkatkan efektivitas dan
50 efisiensi proses pendidikan dan pelatihan
1 tenaga kerja berkualitas; dan (4) memberi
0
pengakuan dan penghargaan terhadap
Relevan Cukup Kurang Tidak pengalaman kerja sebagai bagian dari
Relevan Relevan Relevan proses penddikan. Namun demikian ke-
seluruhan tempat prakerin yang tersebar
Gambar 5. Diagram Analisis pelaksanaan dalam tempat yang berbeda yaitu gar-
Prakerin men, butik, tailor, modiste, school of fa-
dapat dipaparkan pada Tabel 5. Berdasar- shion, unit produksi, dan handy cratf be-
kan Tabel 5 dari 329 siswa yang sudah lum relevan.
melaksanakan prakerin menyatakan bah- Pembimbingan siswa saat prakerin
wa sebanyak 77 siswa (23,40%) dalam menunjukkan kategori cukup relevan.
kategori relevan, 189 siswa (57,45%) cu- Hal ini menunjukkan bahwa proses pem-
kup relevan, 2 siswa (18,84%) kurang re- bimbingan masih belum intensif. Pada
levan dan 1 siswa (0,31%) tidak relevan. proses prakerin seyogyanya seorang
Persentase distribusi analisis pelaksanaan praktikan dibimbing oleh pihak pembim-
prakerin secara jelas dapat dilihat pada bing dari industri. Pembimbingan saat
Gambar 5. melaksanakan prakerin sangat penting
mengingat industri tempat prakerin meru-
pakan tempat memperoleh pengalaman
nyata dan dimungkinkan juga pengalam-
40 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 39, NO. 1, FEBRUARI 2016: 33-44
an baru yang tidak pernah diperoleh sis- Djojonegoro (1999: 87) menyatakan
wa di sekolah. Bimbingan yang efektif bahwa peran industri bagi sekolah kaitan-
akan memberikan dampak positif bagi nya dengan pelaksanaan Praktik Kerja In-
siswa praktikan termasuk penguasaan dustri (Prakerin) adalah sebagai mitra
teknologi dibidangnya. Kiel 1980 dan bagi sekolah dan sebagai guru (instruk-
Berrymen 1993 dalam Bukit menyatakan tur) bagi siswa selama di industri. La-
bahwa pembimbingan merupakan salah pangan pekerjaan yang tersedia di dunia
satu komponen yang dapat menentukan industri membutuhkan kompetensi yang
kualitas pelaksanaan prakerin (2014:80). sesuai dengan bidang garapannya, se-
Sementara itu (Djohar, 2007) menyata- hingga pemenuhan kompetensi menjadi
kan bahwa keberhasilan pendidikan keju- bagian penting dari lulusan SMK. Hal
ruan diukur dari dua kriteria, yaitu keber- tersebut berkaitan erat dengan industri
hasilan siswa di sekolah (in-school suc- yang membutuhkan tenaga kerja dengan
cess), dan keberhasilan siswa di luar se- produktivitas tinggi harus memberikan
kolah (out-of school success). Artinya ke- kesempatan belajar sehingga peserta
berhasilan pengalaman belajar yang di- didik dapat menguasai kompetensi secara
aplikasikan lewat proses belajar meng- langsung yang tidak seluruhnya diperoleh
ajar, maupun situasi kerja yang sebenar- atau tersedia di sekolah, kesadaran kedua
nya merupakan salah satu indikator ke- belah pihak merupakan hal yang ti-
berhasilan pendidikan kejuruan. dak dapat dipungkiri (Misto, 2012). Pen-
Hasil penelitian lain juga menunjuk- dapat lain juga menyatakan kriteria pen-
kan bahwa terdapat hubungan positif an- capaian kompetensi di setiap industri ber-
tara prestasi belajar mata pelajaran pro- beda-beda.
duktif dan bimbingan di industri dengan Menurut (Handayani, 2015) pada da-
prestasi prakerin (Amrulloh, 2015). Hal sarnya semua tergantung dari kompetensi
ini juga senada dengan hasil penelitian yang dimiliki owner pada setiap industri.
lain bahwa pelaksanaan bimbingan di in- Jika peserta didik saat prakerin ditangani
dustri memberikan sumbangan positif da- langsung oleh owner industri yang kom-
lam meningkatkan nilai prakerin siswa peten di bidang busana dan mau membe-
walaupun masih dalam kategori yang rikan ilmu-ilmunya kepada peserta didik
rendah (Darmono, dkk. 2014) dan memberikan kesempatan, kepercaya-
an peserta didik untuk belajar dan men-
Kompetensi yang diperoleh pada
coba mengerjakan pekerjaan yang ada di
prakerin menunjukkan kategori cukup re-
industri maka kompetensi yang akan di-
levan. Ini menggambarkan bahwa tidak
peroleh peserta didik akan maksimal
semua kompetensi yang dibutuhkan oleh (http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv di-
industri diperoleh dari siswa pada pelak- akses 1 April 2016).
sanakan prakerin. Padahal prakerin meru- Hal ini terjadi, diduga bersumber
pakan pelatihan kerja sebenarnya. Hasil dari kedua belah pihak yaitu dari siswa
penelitian Ting, dkk. (2012:173-177) me- praktikan atau dari pihak industri. Ke-
nyatakan bahwa: efektivitas semua ting- mampuan siswa dalam berkomunikasi
kat pelatihan berpengaruh terhadap ki- dapat menyebabkan siswa pasif padahal
nerja. Pencapaian kompetensi siswa pada untuk menggali ilmu dan pengalaman
pelaksanaan prakerin sangat dipengaruhi yang sebanyak-banyaknya siswa juga ha-
banyak hal diantaranya adalah peran rus aktif. Alasan lainnya siswa takut un-
pembimbing bagi industri besar serta pe- tuk bertanya. Sementara dari pihak indus-
ran owner pada industri kecil dan mene- tri diantaranya: siswa tidak ada yang ber-
ngah. tanya sehingga diasumsikan tidak ada
Irianti, dkk., Analisis Pelaksanaan Prakerin Siswa SMK 41
masalah. Alasan lain karena tidak mau kan bagian dari program pembelajaran
diganggu, beberapa karyawan juga keba- yang harus dilaksanakan oleh setiap pe-
nyakan tidak mau membuang waktunya serta didik di dunia kerja, sebagai wujud
untuk membimbing karena akan meng- nyata dari pelaksanaan sistim pendidikan
urangi target pekerjaan. Beberapa hal ter- di SMK yaitu pendidikan sistim ganda
sebut yang akhirnya berdampak pada pe- (PSG). Program prakerin disusun bersa-
nguasaan kompetensi yang diperoleh ma antara sekolah dan dunia kerja dalam
pada pelaksanaan prakerin. rangka memenuhi kebutuhan peserta di-
Menurut (Hamalik, 2011: 29) penga- dik dan sebagai kontribusi dunia kerja
laman diperoleh karena adanya interaksi terhadap pengembangan program pendi-
antara individu dengan lingkungannya, dikan SMK.
dalam hal ini adalah lingkungan industri Pernyataan di atas dapat dimaknai
tempat siswa melaksanakan prakerin. Ha- bahwa pelaksanaan prakerin me-rupakan
sil penelitian lain menunjukkan bahwa kontribusi industri terhadap program pen-
cara memperoleh kompetensi ditempat didikan SMK. Kontribusi itu tentunya da-
kerja dipengaruhi oleh: (1) berkomunika- pat bermakna jika siswa prakerin juga
si dan bersosialisasi dengan seluruh me- mendapatkan bimbingan selama melaksa-
kanik yang ada di bengkel; (2) rajin dan nakan prakerin. Hal ini sesuai dengan
ulet bekerja; (3) memiliki inisiatif dan pendapat yang menyatakan bahwa ciri
aktif dalam bekerja (Miswardi, 2013). pendidikan kejuruan sebagai persiapan
Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi untuk memasuki dunia kerja dapat dime-
yang diperoleh di tempat prakerin akan ngerti karena secara historis pendidikan
tergantung pada ketiga hal tersebut. Hal kejuruan merupakan perkembangan dari
ini juga sesuai dengan hasil penelitian latihan dalam pekerjaan (on the job train-
bahwa: cara siswa memperoleh kompe- ing) dan pola magang (apprenticeship)
tensi dengan melakukan: (1) komunikasi; (Evans dan Edwin, 1978:36). Penelitian
(2) teknik belajar; (3) metode kerja prak- lain juga berpendapat bahwa analisis pe-
tis; (4) pekerjaan secara mandiri; (5) tin- laksanaan prakerin secara keseluruhan
dakkan dengan tanggung jawab; (6) etos menunjukkan kategori cukup relevan,
kerja; (7) pengorganisasian dan imple- dari 4 indikator hanya 1 indikator yang
mentasi kerja dengan baik; (8) bekerja relevan yaitu peran siswa, sementara 3
sesuai kepercayaan instruktur industri; indikator lain dalam kategori cukup rele-
(9) pengembangan diri; dan (10) penerap- van.
an kompetensi dari sekolah (Handayani Syahroni (2014:279) menyatakan
dan Wening. 2016) Jika siswa prakerin bahwa pelaksanaan praktik kerja industri
mampu melaksanakan ketiga hal tersebut, cukup bermanfaat bagi siswa untuk me-
maka kompetensi yang diperoleh di tem- ningkatkan rasa percaya diri siswa untuk
pat prakerin akan tercapai sesuai harap- memasuki dunia kerja, karena ketika ma-
an. suk dunia kerja lulusan SMK sudah me-
Peran siswa pada prakerin menun- ngetahui lebih dahulu kondisi industri se-
jukkan kategori relevan ini berarti siswa cara nyata. Hasil penelitian evaluasi pe-
pada saat prakerin mendapat peran yang laksanaan prakerin menunjukkan bahwa
relevan diantaranya peran sebagai karya- beberapa manfaat pelaksanaan prakerin
wan serta peran lain yang mendukung adalah dapat meningkatkan kompetensi
tercapainya kompetensi baik kompeten- yang dimiliki siswa serta dapat mencip-
si prakerin maupun kompetensi lain yang takan link and match pembelajaran yang
relevan. Direktorat PSMK (2008:1) me- ada di sekolah dan di industri dapat mem-
nyatakan praktik kerja industri merupa- bantu pekerjaan yang ada (Arisma dan
42 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 39, NO. 1, FEBRUARI 2016: 33-44
Akhyar, 2013). Hasil Penelitian lain juga kompetensi yang dibutuhkan oleh indus-
menyatakan bahwa pelaksanaan prakerin tri diperoleh siswa pada pelaksanakan
berpengaruh dalam meningkatkan ke- prakerin; (4) Analisis peran siswa pada
trampilan siswa terhadap self efficiacy prakerin menunjukkan kategori relevan
(percaya diri) dalam memasuki dunia ini berarti siswa pada prakerin mendapat
kerja (Steani dan Yulhendri, 2013). Pene- peran yang relevan diantaranya peran se-
litian yang lainnya juga menyatakan bah- bagai karyawan serta peran lain yang
wa: Berdasarkan hasil uji regresi variabel mendukung tercapainya kompetensi yang
Praktik Kerja Industri menunjukkan ada relevan baik kompetensi prakerin mau-
pengaruh positif variabel Praktik Kerja pun kompetensi lain yang relevan.
Industri terhadap Motivasi Belajar, de- Saran yang dapat disampaikan ter-
ngan nilai koefisien regresi sebesar 0,20. kait hasil dan pembahasan analisis pelak-
Hasil tersebut mengidentifikasikan se- sanaan prakerin siswa SMK Program ke-
makin baik Prakerin, maka Motivasi ahlian Tata busana adalah: (1) saran bagi
Belajar akan semakin meningkat (Faosi Industri agar dapat berperan aktif mem-
A, 2013). Hasil penelitian lain yang lebih bantu suksesnya penyelenggaraan seko-
ekstrim bahwa peserta didik memiliki lah menengah kejuruan dalam hal pelak-
pandangan lama pembelajaran tidak sanaan prakerin, bukan saja terbatas pada
memberi dampak positif terhadap hasil penyediaan tempat akan tetapi juga da-
prakerin selama tidak dibarengi dengan lam hal pembimbingan dan memberikan
kesesuain tempat prakerin. Kesesuaian kesempatan memperoleh kompetensi se-
tempat prakerin berada pada kategori suai standar kebutuhan tenaga kerja di
kuat, hal ini dapat diartikan kesesuain tempat prakerin; (2) pihak sekolah se-
tempat prakerin memiliki kontribusi yang baiknya dalam mengevaluasi pelaksanaan
besar terhadap kesuksesan prakerin yang prakerin lebih detail lagi dan hasil eva-
dibuktikan dengan nilai hasil prakerin luasi dijadikan acuan menetapkan tempat
(Nidhom, dkk., 2015:1-14). prakerin dimasa mendatang, selain itu le-
bih ditekan kan juga untuk menjalin ker-
jasama dalam bentuk MOU yang diim-
SIMPULAN DAN SARAN
plementasikan bukan sekedar pada doku-
Simpulan hasil penelitian adalah: (1) men saja. Kerjasama adalah menjalin hu-
Analisis sarana dan prasarana pada pra- bungan guna meningkatkan partisipasi
kerin menunjukkan kategori relevan se- masyarakat di luar sekolah.
bagai tempat siswa belajar di lingkungan Hasil penelitian ahmad dan Said
kerja yang sesungguhnya. Relevansi ter- (2013:293-299) that positive interaction
sebut juga dimungkinkan karena jenis between schools and communities helps
tempat prakerin yang digunakan tidak in achieving the goals of quality educati-
selalu ada tuntutan perkembangan sarana; on; artinya interaksi positif antara seko-
(2) Analisis Pembimbingan pada prakerin lah dan masyarakat membantu dalam
menunjukkan kategori cukup relevan ar- mencapai tujuan pendidikan yang bermu-
tinya proses bimbingan masih belum in- tu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa: that
tensif. Padahal Bimbingan yang efektif community participation in education
akan memberikan dampak positif bagi contributes towards improvement in
siswa praktikan termasuk penguasaan equitable access, retention, quality and
teknologi dibidangnya; (3) Analisis Kom- performance of the schools. Hence, ho-
petensi yang diperoleh pada prakerin me- me, school and community are closely
nunjukkan kategori cukup relevan. Ini dependent on each other. Artinya peran
menggambarkan bahwa tidak semua serta masyarakat dalam pendidikan mem-
Irianti, dkk., Analisis Pelaksanaan Prakerin Siswa SMK 43