PENDAHULUAN
Acute Kidney Injury (AKI) adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi
mendadak, dalam beberapa jam sampai beberapa minggu, diikuti oleh kegagalan
ginjal untuk mengeksresi sisa metabolisme nitrogen dengan atau tanpa disertai
dapat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala, hingga yang sangat berat
dengan disertai gagal organ mutiple.Gangguan ginjal akut dapat terjadi pada pasien
yang dirawat dirumah sakit (hospital-aquired) baik diruang intensif maupun bangsal
jarang dilaporkan karena tidak semua pasien dirujuk ke rumah sakit.Gangguan ginjal
akut yang ringan dapat sembuh sendiri di luar rumah sakit sedangkan gangguan ginjal
akut yang berat seringkali tidak mencapai rumah sakit karena masalah geografis atau
ekonomi. Wang,et al (2012) di Cina melaporkan angka kejadian gangguan ginjal akut
melaporkan 6,6/1000 pasien yang dirawat. Di negara maju, angka kejadian gangguan
ginjal akut di rumah sakit jauh lebih tinggi dibandingkan negara berkembang, dan
1
umumnya terjadi pada usia lanjut atau pasca operasi jantung. Sedangkan di negara
berkembang, gangguan ginjal akut lebih banyak terjadi pada usia muda dan anak-
Acute kidney injury (AKI) merupakan komplikasi yang sering dan berat pada
pasien sepsis di ICU.Terlebih lagi, terdapat bukti kuat antara sepsis dan syok sepsis
sebagai penyebab AKI pada pasien sakit kritis. Terhitung sekitar 50% atau lebih
pasien di ICU akan terjadi AKI dengan angka mortalitas yang tinggi. Penelitian
sakit yang tersebar di 23 negara, menemukan bukti bahwa sepsis adalah penyebab
AKI paling sering pada pasien kritis (47,5%) dan melaporkan bahwa 13,8 % dari
pasien-pasien AKI yang menjalani hemodialisis (HD) sewaktu dirawat, setelah keluar
Sepsis dan syok sepsis adalah faktor resiko penting terjadinya AKI terutama
pada pasien dengan penyakit kritis, sering berakhir dengan kematian meskipun telah
dilakukan resusitasi atau terapi pengganti ginjal.Kejadian gangguan ginjal akut pada
penderita sepsis diperkirakan 42% dan bila terjadi syok sepsis meningkat menjadi
sedangkan pada pasien yang hanya gangguan ginjal akut saja kematian 45%.Di
> 200.000 kasus pertahun.Kombinasi sepsis dan gangguan ginjal akut menjadi
masalah yang serius, sehingga menjadi substansi yang perlu dipahami dimana sepsis
2
berhubungan erat dengan terjadinya gangguan ginjal akut, yang berefek lamanya
dengan klasifikasi Risk Injury Failure Loss and End stage renal failure (RIFLE) atau
injury (kerusakan) sudah dapat diketahui lebih dini (dalam 6 jam) bila menggunakan
dalam menilai penurunan fungsi ginjal dan pada penderita dengan kondisi kritis
produksi urin pasien-pasien AKI tampak jelas sudah berkurang (oliguria) sampai
Sedangkan pada kelompok non AKI meskipun rerata volume produksi urin sampai
jam ke-6 paska pembedahan juga relative oliguria namun dengan penanganan yang
diberikan tampak produksi urinnya makin baik dan mencapai pola normal. Jadi dapat
dikatakan parameter volume produksi urin adalah baik sebagai alat diagnosis AKI.
Selain kurang invasive, monitoring volume produksi urin juga tidak memerlukan
biaya seperti pemeriksaan kadar serum kreatinin. oleh karena itu pencatatan produksi
volume urin sangat disarankan sebagai cara yang efisien dan efektif dalam
3
Beberapa tahun terakhir, ditemukan beberapa biomarker baru seperti:
mendiagnosis AKI secara dini pada beberapa keadaan khusus seperti; pasca operasi
golongan lipocalin, yaitu suatu rantai polipeptida yang terdiri dari 178 asam amino
dengan berat molekul 25-kDa yang terikat pada gelatinase dari neutrofil. Molekul
NGAL mengandung 8 β strand yang membentuk struktur barrel shape dengan kaliks
hidrofobik yang dapat berikatan dengan molekul kecil yang lipofilik. NGAL
diekspresikan oleh neutrophil dan berbagai sel epitel. Pada ginjal normal dihasilkan
dalam kadar yang sangat rendah, tetapi diinduksi melalui kerusakan epitel. Mishra et
Untuk itu, penting sekali pemeriksaan NGAL urin dan jumlah urin output
pada penderita sepsis, sehingga memungkinkan kita untuk terapi lebih dini dalam
memproteksi fungsi ginjal, mengurangi masa dan biaya rawatan serta memperbaiki
prognosis.
4
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada korelasi antara kadar NGAL urin dengan urin ouput pada pasien
Tujuan Umum :
Mengetahui korelasi antara kadar NGAL urin dengan urin output pada pasien
Tujuan Khusus :
ilmu pengetahuan tentang peranan NGAL urin pada deteksi dini AKI.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Acute Kidney Injury (AKI) adalah suatu kondisi klinis yang spesifik dengan
manifestasi sangat bervariasi, mulai dari ringan tanpa gejala, hingga yang sangat berat
dengan disertai gagal organ multipel.Gangguan ginjal akut dapat terjadi pada pasien
yang dirawat di rumah sakit (hospital-acquired) baik rawat inap intensif maupun
rawat inap non-intensif, bahkan bisa ditemukan di luar rumah sakit (community-
acquired).(1)(2)
Definisi GgGA sudah digunakan lebih dari 50 tahun, dimulai saat Homer
W.Smith menulis tentang fungsi dan struktur ginjal dalam buku The Kidney. Pada
awalnya Smith menggunakan definisi ini pada binatang percobaan maupun pada
manusia.Sejak itu definisi GgGA digunakan secara luas dalam berbagai kepustakaan,
namun karena tidak ada batasan yang jelas tentang definisinya maka timbul banyak
sekali variasinya.Menurut Van Biesen et al (2006) serta Murray & Palevsky (2007),
secara tradisonal definisi GgGA dapat dibedakan secara konseptual atau secara
klinik.(1)(3)
6
2.1.1 Definisi Konseptual.
fungsi ginjal mendadak, dalam beberapa jam sampai beberapa minggu, diikuti oleh
kegagalan ginjal untuk mengekresikan sisa metabolisme nitrogen dengan atau tanpa
menyertakan batasan tentang para meter yang digunakan sebagai kriteria penurunan
fungsi ginjal mendadak. Oleh karena itu, berbagai definisi klinik GgGA yang
diketahui GgGA dapat terjadi pada spektrum kondisi klinik yang sangat luas dan
bervariasi. (3)
Ada beberapa definisi yang menyertakan berat atau ringannya GgGA, antara
lain definisi menurut Brivet et al (1996), yaitu jika terjadi kenaikan kreatinin serum
sebesar 50% hingga mencapai paling sedikit 2 mg/dl disebut GgGA, sedangkan
kenaikan kreatinin serum sebesar 100% hingga mencapai paling sedikit 3,5 mg/dl
disebut GgGA berat. Sedangkan Bates et al (2001) membuat diagnosis GgGA jika
ada kenaikan kreatinin serum 100% hingga mencapai paling sedikit 3,0 mg/dl,
Agrawal (2000) membuat definisi GgGA berat yaitu jika kreatinin serum meningkat
lebih dari 0,5 mg/dl per hari disertai dengan produksi urin kurang dari 400 cc/hari
(oligouri). (3)
7
2.1.3 Definisi Gangguan Ginjal Akut menurut Acute Dialysis Quality Initiative
(ADQI)
Untuk mengatasi beragamnya konsep gagal ginjal akut maka suatu kelompok
faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit GgGA, disebut kriteria RIFLE ( Risk
ini kemudian mengalami perbaikan dan terakhir diajukan oleh Kellum, Bellomo, dan
8
Gambar2.1.Kriteria RIFLE Menurut ADQI
Pada tahun 2005 AKIN membuat sedikit modifikasi pada kriteria RIFLE
9
Tabel2.1 . Tahapan Acute Kidney Injury menurut AKIN
1 Kenaikan serum kreatinin ≥ UO < 0,5 cc/kgbb selama lebih dari 6 jam
sebelumnya
2 Kenaikan serum kreatinin 2 UO < 0,5 cc/kgbb selama lebih dari 12 jam
sebelumnya
3 Kenaikan serum kreatinin 3 UO < 0,3 cc/kgbb selama lebih dari 24 jam atau
mg/dl
Kriteria yang dibuat oleh AKIN di atas sebenarnya tidak berbeda dengan
kriteria RIFLE. Kriteria RIFLE R sama dengan tahap 1, RIFLE I sama dengan tahap
2, RIFLE F sama dengan sama dengan tahap 3. Kriteria RIFLE L dan E dihilangkan
di ICU dari Australian New Zealand Intensive Care Society (ANZIC). Mereka
10
melaporkan bahwa walaupun kriteria AKIN menggunakan kadar kreatinin yang lebih
rendah (≥0,3 mg/dl) untuk menegakkan diagnosis dini, tetapi secara keseluruhan
kriteria AKIN tidak lebih sensitif atau prediktif jika dibandingkan dengan kriteria
dapat merupakan pertanda awal dari AKI.Cara pemeriksaan ini mudah dan tidak
memerlukan biaya besar.Tetapi pada praktik klinik jarang sekali produksi urin diukur
dan dicatat oleh perawat, sekalipun pasien dirawat diruang intensif (ICU).(3)
(prediktor) angka kejadian dan kematian AKI yang lebih akurat jika dibandingkan
dengan kenaikan kadar kreatinin serum. Namun perlu diperhatikan bahwa volume
urin dapat menurun menjadi < 400 cc/hari tanpa adanya AKI.Hal ini dapat terjadi
pada penderita dengan gagal jantung kongestif, sindroma nefrotik, sirosis hati,
Pengamatan produksi urin yang cermat dapat membawa kita kepada diagnosis
AKI lebih dini. Untuk mempermudah pengamatan produksi urin oleh perawat maka
Roesli (2007) membuat table perhitungan urin output/jam berdasarkan berat badan
pasien yang disesuaikan dengan kriteria RIFLE sebagai tercantuma dalam tabel
berikut. (3)
11
Tabel 2.2.Kriteria RIFLE Berdasarkan Urin Output (UO) dan Berat Badan Penderita. (3)
dalam menilai penurunan fungsi ginjal dan pada penderita dengan kondisi kritis
produksi urin pasien-pasien AKI tampak jelas sudah berkurang (oliguria) sampai
Sedangkan pada kelompok non AKI meskipun rerata volume produksi urin sampai
jam ke-6 paska pembedahan juga relative oliguria namun dengan penanganan yang
diberikan tampak produksi urinnya makin baik dan mencapai pola normal. Jadi dapat
dikatakan parameter volume produksi urin adalah baik sebagai alat diagnosis AKI.
Selain kurang invasive, monitoring volume produksi urin juga tidak memerlukan
12
biaya seperti pemeriksaan kadar serum kreatinin. oleh karena itu pencatatan produksi
volume urin sangat disarankan sebagai cara yang efisien dan efektif dalam
Sepsis didefinisikan sebagai dugaan atau sudah adanya bukti infeksi disertai
Consensus Definitions for Sepsis and Septic Shock (Sepsis-3 2016) adalah disfungsi
organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap
sepsis yang disertai disfungsi organ atau hipoperfusi jaringan.Syok sepsis adalah
sepsis yang disertai hipotensi dan hipoperfusi jaringan yang menetap meskipun telah
13
Tabel 2.3. Definisi Sepsis menurut surviving sepsis Campaign 2012.(9)
Patogenesis sepsis sangat komplek akibat dari interaksi antara produk bakteri
yang berupa toksin (baik endotoksin maupun eksotoksin sebagai super antigen),
virus, parasit, kerusakan jaringan (faktor eksternal) dengan faktor penjamu yang
Penyebab sepsis paling banyak adalah berasal dari stimulasi toksin baik dari
Lipopolisakarida (LPS) yang berasal dari dinding sel bakteri gram negatif merupakan
stimulator kaskade inflamasi yang sangat kuat dan merupakan pencetus terjadinya
14
(Lipopolisakaride Antibody). LPSab yang berada dalam darah dengan perantaraan
reseptor CD14 akan mengaktifkan makrofag melalui NFβ. Kemudian makrofag akan
terjadinya reaksi inflamasi. Reaksi diatas banyak terjadi pada bakteri gram negatif
Sepsis merangsang Nitric Oxide Syntase (NOS) menjadi Nitric Oxide (NO)
tahanan vaskuler, meningkatnya tonus simpatis dan pelepasan vasopresin dari sistim
sehingga terjadi nekrosis dan injury tubulus akut.Pada fase proinflamasi seperti
sitokin dan kemokin menyebabkan kerusakan akut endotel ginjal lebih jauh
sehinggameningkatkan angkakematian.(10)(11)(12)
15
Gambar 2.2 Terjadinya gangguan multiorgan pada keadaan sepsis(3)
mortalitas pada pasien sepsis. Terdapat sistem skor yang dapat memprediksi outcome
pasien seperti the Acute Physiology and Chronic Health Score (APACHE) II dan III,
score (SOFA), Multiple Organ Dysfunction Score, Logistic Organ Dysfunction Score
dan Mortality Probability Score, serta sejumlah skor yang lainnya untuk digunakan
Salah satu sistem nilai yang lebih sederhana dikembangkan oleh kelompok
kerja dari European Society of Intensive Care Medicine yaitu Sepsis-related Organ
Failure Assessment score (skor SOFA) yang menilai enam sistem organ dengan skor
0-4 sesuai derajat kegagalan organ. Selain itu, keakuratan dan ketepatan dari
16
penilaian skor SOFA sudah diakui baik oleh sejumlah klinisi.Skor SOFA meliputi
kesadaran.(8)
17
2.4 Patofisiologi Acute Kidney Injury (AKI)akibat sepsis.
nekrosis tubular akut. Namun sekarang dari penelitian binatang model ditemukan
banyak faktor yang menyebakan terjadinya ganggan ginjal akut karena sepsis, adanya
mekanisme lain seperti penurunan tahanan vaskuler sitemik, apoptosis sel tubulus
penderita sepsis. Endotoksin akan menstimulasi sintesis nitric oxide yang akan
18
akan bereaksi dengan meningkatnya tonus simpatis dan sekresi vasopresin arginin
(RAAS). Peningkatan tonus simpatis dan aktifitas angiotensin ini akan menyebabkan
vasokontriksi dengan hasil akhirnya adalah retensi natrium dan air sehingga terjadi
Gangguan ginjal akut sering timbul menyertai sepsis berkaitan dengan akut
langsung, pelepasan sitokin (misal TNF) dan aktivasi neutrofil oleh endotoksin dan
peptida yang lain, yang turut berperan dalam injury ginjal. (15)
sistemik, penurunan nitrit oxide sintase endotel renal yang akhirnya akan
19
Zarjou A et al(2011) membuat review mengenai sepsis dan gangguan ginjal
akut dan diterbitkan pada majalah J Am Soc Nephrology yang ringkasannya sebagai
berikut: Gangguan Ginjal Akut merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada
pasien-pasien sepsis yang dirawat di ICU. Komplikasi tersebut terutama terjadi pada
pasien usia lanjut yang menderita sepsis. Telah dibuktikan bahwa penyebab gangguan
ginjal akut pada sepsis terutama berhubungan dengan terjadinya syok septik pada
pasien-pasien yang menderita sakit berat. Di ICU 50% pasien pasien sepsis tersebut
Patosiologi gangguan ginjal akut pada sepsis sangat kompleks dan disebabkan
parenkim ginjal, trombosis intra glomerulus dan penyumbatan lumen tubulus oleh
sel-sel nekrotik dan debris. Telah dibuktikan dan diduga bahwa respon imun yang
20
Gambar 2.5 Jalur patogenik utama yang terlibat pada kondisi sepsis yang
berpengaruh terhadap patofisiologi gannguan ginjal akut pada sepsis (18)
Saat ini pandangan kita sudah berubah bahwa gangguan ginjal akut
inflamasi, disfungsi endotel berat dan gangguan kaskade koagulasi yang secara
21
Gambar2.6 .mekanisme patogenik Kerusakan ginjal akut karena sepsis.(16)
Kenaikan mendadak kadar kreatinin serum sudah sejak lebih dari 60 tahun
kidney injury. Hingga saat ini Acute Kidney Injury Network (AKIN) masih
menggunakan penanda biologis ini untuk menegakkan diagnosis AKI. Hal ini
disebabkan karena belum ada penanda biologis lain yang cukup sensitif dan spesifik
untuk menegakan diagnosis acute kidney injury. Berbeda dengan penyakit ginjal
kronis (PGK) dimana kenaikan kreatinin serum dapat terpercaya sebagai penanda
turunnya laju filtrasi glomeruli (LFG), pada acute kidney injury karena keadaan
22
homeostasis yang tidak stabil kenaikan kreatinin serum banyak dipengaruhi oleh
biologis (dapat berupa enzim, hormon, fenotipe genetic, dll) yang terukur dan
terpercaya sebagai indikator terjadinya suatu proses biologis, proses patologis, respon
23
Molitoris,et al (2008), biomarker yang ideal untuk acute kidney injury
diharapkan selain dapat menegakkan diagnosis secara dini, harus dapat membuat
diagnosis banding. Artinya, dapat membedakan gangguan tubuli dari gangguan ginjal
lainnya, serta dapat menentukan letak kelainannya pada tubuli (proksimal atau distal)
dan menemukan penyebabnya (iskemia atau toksin) dan saat terjadinya gangguan
acute kidney injury harus dapat memenuhi kriteria- kriteria dibawah ini:(20)
1. Dapat membedakan sub-tipe AKI (pre renal, renal, dan post renal),
nefritis intertitialis),
Suatu penanda biologis acute kidney injury yang ideal harus dapat membantu
para klinisi untuk dapat menegakan diagnosis secara cepat (dini) dengan sensitifitas
terapi dapat diakukan lebih cepat dengan harapan angka kematian gangguan ginjal
kreatinin serum untuk menegakkan acute kidney injury. Hal ini disebabkan karena
belum adanya biomarker lain yang cukup sensitif dan spesifik untuk menegakkan
24
acute kidney injury. Berbeda dengan penyakit ginjal kronis dimana kenaikan
pada acute kidney injury kadar kreatinin serum sedikit sekali merefleksikan fungsi
1. Kehilangan massa ginjal yang besar bisa terjadi tanpa disertai dengan
perubahan dari kreatinin serum karena adanya cadangan fungsi ginjal yang
besar (renal reserve). Sebagai contoh seorang yang telah mendonorkan salah
satu ginjalnya, biasanya tidak ada perubahan pada kadar kreatinin serum
ginjalnya.
2. Perubahan kadar kreatinin serum pada pasien dengan acute kidney injury
dan sirkulasi, filtrasi dan ekskresi kreatinin ke dalam urin. Bahkan setelah
mengalami ganguan yang berat, kenaikan kadar kretinin serum baru terjadi 2-
seperti; berat badan, ras, umur, total volume tubuh, obat-obatan, metabolisme
dini acute kidney injury dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor non renal sehingga
25
biomarker untuk acute kidney injury dapat berasal dari urin atau darah. Menurut
Parikh dan Garg(2008), sejak tujuh tahun terakhir telah dilaporkan lebih dari 20
dalam sensitivitas dan spesivitas untuk menegakkan diagnosis dini, menetapkan acute
kidney injury yang sudah menetap, serta menentukan prognosis dan perjalanan
penyakitnya.(20)
tumor padat multipel dan CA125 (carbohydrate antigen 125) yang digunakan dalam
26
glikoprotein tersebut memiliki molekul yang besar.Namun, terdapat kelompok yang
lipocalin) yang penting dalam menjaga kesehatan dan melawan penyakit secara
golongan lipocalin, yaitu suatu rantai polipeptida yang terdiri dari 178 asam amino
dengan berat molekul 25-kDa yang terikat pada gelatinase dari neutrofil. Molekul
NGAL mengandung 8 β strand yang membentuk struktur barrel shape dengan kaliks
hidrofobik yang dapat berikatan dengan molekul kecil yang lipofilik. NGAL
diekspresikan oleh neutrophil dan berbagai sel epitel. Pada ginjal normal dihasilkan
dalam kadar yang sangat rendah, tetapi diinduksi melalui kerusakan epitel. Mishra et
24p3R yang terdapat pada permukaan brush-border sel tubulus ginjal. Terdapat dua
27
mengikat besi siderophore, membawa besi ke dalam sel, menyebabkan akumulasi
28
NGAL atau lipocalin-2 atau siderocalin juga merupakan polipetida resisten-
protease, dilepaskan dari tubulus distal, disekresikan ke urin atau kembali ke plasma
reseptor megalin secara endositosis atau disekresikan ke urin, sehingga NGAL dapat
NGAL berperan pada pertumbuhan dan diferensiasi sel epitel tubulus renal
apoptosis.(27)
terutama oleh sel epitel tubulus, ditemukan pada urin pasien dengan AKI sedangkan
bentuk bentuk dimer disekresi oleh neutrophil dan ditemukan pada urin pasien
29
Gambar2.9 . Regulasi NGAL pada AKI dan Tanpa AKI(28)
Hingga saat ini, NGAL merupakan perhatian utama oleh ahli biologis
diekspresikan dengan tinggi pada beberapa keadaan patologis seperti gangguan ginjal
Pada dekade terakhir ini telah ditemukan banyak kemajuan dalam pengobatan
30
memudahkan intervensi yang efektif.Hal ini mendorong peneliti untuk mencari
penelitian dan kemudian pada keadaan klinis menemukan bahwa NGAL sebagai
penanda biologis awal yang menjanjikan untuk AKI.Sejak saat itu, banyak peneliti
Henle dan duktus pengumpul merupakan tempat utama sintesis NGAL di ginjal.
Protein NGAL yang ditemukan di tubulus proksimal setelah cidera iskemik berasal
dari filtrasi glomerulus dari NGAL yang bersirkulasi yang disintesis oleh organ lain
seperti hati.(29)
neutrophil, namun hasil penelitian menunjukan NGAL juga secara normal dihasilkan
di beberapa jaringan tubuh seperti ginjal, sumsum tulang, uterus, prostat, kelenjar
ludah, lambung, usus halus, trachea, paru, hepar, jaringan adipose dan makrofag.
dalam kadar rendah. Daerah promoter gen NGAL memiliki tempat untuk berikatan
dengan sejumlah faktor transkripsi seperti nuclear factor (NF)-κB yang berperan
31
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar NGAL :
1. Inflamasi
meningkatpada pankreatitis akut berat, hampir 15 kali dalam waktu 48 jam setelah
dengan miokarditis dan meningkat 10 kali dalam lesi psoriatik. Kadar NGAL di
sirkulasi dipengaruhi juga oleh infeksi virus, seperti pada infeksi HIV kadar NGAL di
sirkulasi didapatkan lebih rendah dibanding non-HIV, diduga hal ini dikarenakan
NGAL dari neutrofil dihambat oleh infeksi HIV. Tampaknya interaksi antara sel
inflamasi dengan sel epitel meningkatkan regulasi NGAL baik di neutrofil maupun
epitel.(24)
2. Gangguan Metabolik
Kadar NGAL dipengaruhi oleh kelainan metabolik seperti pada obesitas dan
32
menyebutkan kadar NGAL pada DM tipe 2 lebih tinggi dibandingkan subyek normal,
diduga NGAL berperan dalam patofisiologi adaptasi ginjal pada diabetes sebagai
kadar NGAL lebih tinggi pada tikus dengan PGK berat. Ginjal yang rusak
memproduksi sejumlah besar NGAL terutama pada tubulus proksimal dan pars
asendens ansa henle. Kadar NGAL berkorelasi positif dengan keparahan lesi
ginjal.(31)
3. Penyakit Keganasan.
sejumlah tumor promoting agent seperti hepatocyte growth factor, retinoicacid, dan
danmetastasis.(30)
Ginjal merupakan sumber utama pelepas NGAL pada AKI. Peningkatan kadar
NGAL pada AKI disebabkan oleh berbagai hal mulai dari iskemik hingga toksin.
Peningkatan ini terjadi lebih awal dan ditentukan oleh penyebab serta luasnya
kerusakan.(30)
33
Studi pre klinik pada tikus dengan iskemik renal menunjukan kadar NGAL
meningkat 3x lipat setelah 3 jam reperfusi, dengan puncaknya yaitu 12x lipat pada 24
signifikan dalam waktu 1-3 jam pasca operasi pada pasien yang mengalami AKI
dengan AUC 0,74 (3 jam) dan AUC 0,80 (18 jam), sedangkan studi prospektif pada
anak-anak dengan nefropati zat kontras NGAL dapat memprediksi AKI dalam waktu
2 jam setelah pemakaian kontras dengan AUC 0,91. Pemeriksaan NGAL urin dan
plasma pada pasien ICU yang menderita AKI, didapatkan NGAL meningkat dalam
48 jam sebelum teridentifikasi dengan kriteria RIFLE. NGAL urin maupun plasma
merupakan prediktor yang baik untuk AKI pada pasien anak yang dirawat di ruang
ICU dalam waktu 2 hari sebelum peningkatan kreatinin serum dengan sensitivitas dan
AUC-ROC 0,68 - 0,78. Hasil meta-analisis menyebutkan AUC untuk prediksi AKI
pada pengukuran NGAL dalam waktu 6 jam pada subyek dengan kondisi kritis
sebesar 0,73.(30,33)
demikian pula cut off point yang digunakan. Thomas L Nickolas et al (2007)
mendapatkan pada pasien kritis di unit gawat darurat menyatakan bahwa urin NGAL
dengan nilai cut off 130 μg/g kreatinin sensitivitas dan spesifisitasnya dalam
34
mendeteksi AKI berturut-turut 0,900 (CI 95% 0,73- 0,98) dan 0,995 (CI 0,990-1,00),
dengan likelihood ratio positif 181,5 (CI 58,33- 564,71) dan negatif 0,10 (CI 0,03-
0,29). (34,35)
menyatakan, plasma NGAL dengan nilai cut off 155 nmol/L merupakan kadar terbaik
memprediksi terjadinya AKI (sensitivitas 82% dan spesifisitas 97%) dengan area
under curve (AUC) 0,92 (CI 0,852-0,972). Baik urin maupun plasma NGAL
dikatakan sama baiknya dalam memprediksi terjadinya AKI dan dapat digunakan
keadaan anuria, dipengaruhi obat-obatan seperti aprotinin dan eminocaproic acid, dan
NGAL merupakan salah satu gen upregulated pada kerusakan ginjal dan
memenuhi kriteria sebagai penanda yang menjanjikan untuk kerusakan tubular karena
NGAL mensekresikan protein tubular yang terdapat baik dalam urin maupun serum
secara cepat setelah onset AKI. Secara nyata, peningkatan NGAL pada darah dan urin
terjadi lebih dahulu sebelum peningkatan serum kreatinin pada 24-48 jam.
Peningkatan kadar NGAL juga ditemukan pada kondisi klinis lain seperti AKI akibat
kontras, sepsis yang berhubungan dengan AKI, dan AKI akibat transplantasi ginjal.
memprediksikan hasil klinis yang buruk pada AKI, meliputi kebutuhan dialisis dan
35
Berdasarkan penemuan pada tikus dan pasien, dikembangkan contoh
pengangkutan NGAL sepanjang nefron yang mendukung konsep kadar urin dan
serum NGAL sebagai biosensor kerusakan ginjal. NGAL messenger RNA dan
menyebabkan peningkatan kadar urin dan plasma NGAL. NGAL yang bersirkulasi
difiltrasi di dalam glomerulus namun secara cepat dan efektif direabsorpsi oleh
sebagian peningkatan urin NGAL saat AKI dapat ditimbulkan oleh kerusakan tubulus
proksimal.(20)
36
Pada penelitian terbaru, pengukuran tunggal uNGAL di bagian gawat darurat
menemukan tingkat sensitifitas 90% dan spesifitas 99% dalam mendiagnosis AKI
pada 635 pasien dewasa. Kadar uNGAL juga membantu dalam membedakan pasien
AKI dengan kondisi morbid lain yang menunjukan peningkatan kreatinin seperti;
konsentrasi NGAL di plasma dan urin pada pasien AKI di ruangan ICU lebih tinggi
secara signifikan pada pasien yang tidak selamat dibandingkan pasien yang selamat.
Sehingga, pengukuran NGAL pada pasien yang dirawat dapat menjadi indikator awal
terhadap mortalitas.(38)
pada urin dan plasma pasien sakit kritis yang menderita AKI dan derajat
dengan kondisi ditemukan. Oleh sebab itu, NGAL dapat digunakan untuk diagnosis
cidera ginjal dan memantau tatalaksana pasien yang dirawat di ruang intensif.(39)
SIRS, sepsis berat dan digunakan dengan cermat sebagai penanda AKI pada pasien
ICU dengan syok septik.uNGAL lebih berguna dalam memprediksi AKI karena
kadarnya tidak meningkat pada pasien sepsis yang tidak mengalami AKI. Penelitian
Cruz et al. (2012) menemukan plasma NGAL merupakan penanda awal yang berguna
untuk mendiagnosis AKI pada populasi berbagai macam pasien dewasa di ICU,
37
NGAL dengan Western Blot pada urin dan serum menunjukan bahwa berbagai
terbaru menunjukkan bahwa bentuk monomer NGAL merupakan bentuk utama yang
disekresikan oleh sel epitel ginjal dan ditemukan pada urin pasien dengan AKI,
sementara bentuk dimerik secara predominan berasal dari netrofil dan terdapat dalam
kriteria keluaran urin berdasarkan kriteria Risk, Injury, Failure, Loss, End Stage
tersebut menemukan korelasi yang baik dengan ELISA pada penelitian awal terhadap
pada penelitian yang melibatkan 120 pasien yang menjalani cardiopulmonary bypass
kreatinin serum tertunda hingga 2-3 hari, sementara konsentrasi pNGAL meningkat
tiga kali lipat dalam waktu dua jam. Pada nilai cutoff 150 ng/ml untuk konsentrasi
pNGAL dalam 2 jam, the area under curve (AUC) untuk memprediksi AKI
ditemukan sebesar 0,96 dengan sensitivitas 0,84 dan spesifitas 0,94. Pengujian
tersebut hanya membutuhkan jumlah plasma dalam mikroliter dan hasil kuantitatif
38
didapatkan dalam waktu 15 menit.Pada penelitian awal terhadap 136 sampel urin dan
klinis kemudian divalidasikan pada penelitian terhadap 196 pasien yang menjalani
CPB. Diagnosis AKI menggunakan konsentrasi serum kreatinin tertunda hingga 2-3
hari, sedangkan konsentrasi uNGAL meningkat lima belas kali lipat dalam waktu 2
jam dan dua puluh lima kali lipat pada empat dan enam jam setelah CPB. Pada nilai
cutoff 100 g/l untuk konsentrasi urin NGAL 2 jam, AUC untuk memprediksi AKI
sebesar 0,95 dengan sensitifitas 0,82 dan spesifitas 0,9. Pengujian ini hanya
membutuhkan urin sebanyak 150 IL dan hasil kuantitatif didapatkan dalam waktu 35
menit.Baik serum maupun uNGAL telah ditemukan sebagai prediktor yang dapat
gangguan ginjal lokal dan lebih bersifat non-invasif karena mengurangi kebutuhan
sampel darah dan jalur darah pada pasien sakit kritis.Sampel urin juga relatif lebih
bebas dari protein. Di lain pihak, pengukuran serum NGAL digunakan pada pasien
anurik dan tidak membutuhkan koreksi untuk konsentrasi kreatinin seperti pada
sampel urin.(29)
39
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Kreatinin Serum ↑
Urin Output ↓
40
Keterangan Kerangka Penelitian
Sepsis adalah suatu inflamasi sistemik yang secara langsung atau tidak
menginduksi nitric oxide syntetase (NOS) menjadi nitric oxide (NO) yang
oxygen species dan disfungsi endotel pada sel-sel endotel ginjal. Yang akhirnya
menyebabkan injuri sel endotel tubulus ginjal yang akhirnya menginduksi NGAL
yang kemudian akan diekresikan kedalam urin. Disisi lain injuri ginjal masih terus
berlangsung akan berlanjut menjadi apoptosis dan nekrosis dari sel-sel endotel
tubulus ginjal yang akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan berakhir dengan
1. Semakin meningkat kadar NGAL urin, maka semakin menurun jumlah urin
ouput.
2. Semakin meningkat kadar NGAL urin, maka semakin berat kerusakan ginjal
yang terjadi.
3. Semakin menurun jumlah urin ouput, maka semakin berat kerusakan ginjal
yang terjadi.
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
Persiapan X
Pengumpulan data X X X X
Analisis data X
Penulisan hasil X
penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi yang diambil
42
secara konsekutif. Terhadap subyek yang potensial dilakukanskrining awal,
Kriteria Inklusi
Kriteria Eklusi
korelasi tunggal.
2
Z Z
n 3
0,5 ln 1 r
1 r
43
Zβ :Power penelitian yang nilainya tergantung kepada β. Untuk penelitian ini
ln : Nilai yang didapat dari tabel ln yang besarnya tergantung dari nilai r.
Variabel independen adalah NGAL urin, dan variabel dependen adalah jumlah
urin output.
44
2. Defenisi Gangguan Ginjal Akut berdasarkan kenaikan kreatinin
3. NGAL Urin :
polipeptida yang terdiri dari 178 asam amino dengan berat molekul 25-kDa
yang terikat pada gelatinase dari neutrofil.Cut of point untuk gangguan ginjal
1. Pasien sepsis yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dan setuju untuk
ikut penelitian.
2. Dicatat nama, umur, jenis kelamin, berat badan,tekanan darah, nafas, suhu,
4. Data dianalisa.
45
4.9 AnalisisData
antara kadar NGAL urin dan urin output, dinyatakan dalam koefisien korelasi
Pearson bila data terdistribusi normal, atau uji korelasi Spearman bila data tidak
terdistribusi normal. Korelasi mutlak akan memberikan nilai r = 1, sangat kuat (0,8 –
1,0), kuat (0,6 – 0,799), sedang (0,4 – 0,599), lemah (0,0 – 0,399).Data diolah dengan
46
4.10 Kerangka penelitian
Inklusi Eklusi
Sampel
Analisis
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Surachno RG, Bandiara R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI ed. Jakarta; 2014.
2. Adiyanti Ss, Loho T. Acute Kidney Injury (AKI) Biomarker. Acta Med Indones Journal
Intern Med. 2012 July; 44: p. 246-255.
3. Roesli RMA. Diagnosis dan Pengelolaan Gangguan Ginjal Akut. kedua ed. Jakarta; 2011.
4. Prasad N, Gupta SS. Sepsis-associated acute kidney injury. Clinical Queries. 2012 january;
1(1).
5. Coca S, Yalavarthy R, Concato , Parikh C. Biomarkers for the diagnosis and risk
stratification of acute kidney injury. International Society of Nephrology. 2008 july ;: p.
1008-1016.
10. Regueira. Physiology of acute renal failure during sepsis. Med Intensiva. 2011;: p. 424-
432.
11. Fernandez P. Genetic Predisposition to acute kidney injury induced by severe sepsis.
Journal of critical Care. 2013;: p. 365-370.
12. Brian R, Lane M. Molecular Markers of kidney injury. urologic Oncology:seminar and
original investigations. 2013;: p. 682-685.
13. Andrico E. Epidemiology of acute renal failure in icu; a multi centre prospective study.
Blood Purif. 2009;: p. 239-244.
14. Suhardjono. Patogenesis dan etiologi gangguan ginjal akut. Naskah lengkap pertemuan
Ilmiah penyakit dalam. 2012;: p. 19-26.
48
15. Laura E. Surgical sepsis :The role of the kidney. Journal Of surgical Research. 2011;: p.
306-315.
16. martensson J, Bellomo r. Sepsis Induced Acute Kidney Injury. Article In Press. 2015.
17. Zarjou A, Agarwal A. Sepsis and acute kidney injury. JASN. 2011;: p. 999-1006.
18. Gondodiputro R, Bandiara R, Roesli R. Gangguan Ginjal Akut pada pasien Sepsis: Pusat
Penerbit Ilmiah Bagian Ilmu penyakit Dalam FKUNPAD; 2011.
19. Kellum J, Bellomo R, Ronco C. The Concept of acute kidney injury and the RIFLE Criteria
In acute kidney Injury. 2007;: p. 10-16.
20. Derajavan P, Parikh C. Biomarkers of Acute Kidney Injury: Can we replace Serum
Creatinin? Clinical Nephrology. 2007;: p. 269-278.
22. Chakraborty S, Kaur St, Batra S, Guha S. Neutrophil Gelatinase Associated Lipocalin:
structure, Fungtion and role in Human Pathogenesis. 2011.
23. Haase M. NGAL to predict acute kidney injury-potential application and limitation. 2010.
24. Sachin S, Dinna C, Ilona B, Chang Y, Federico N, Paolo L. NGAL: a biomarker of acute
kidney injury and other systemic conditions. Int Urol Nephrol. 2010;: p. 141-50.
25. M.Schimidt O, Kiyoshi M, JauYi L, Avtandil K, David JC, Prasad D. Dual Action of
Neutrophil Gelatinase-Associated Lipocalin. J Am Soc Nephrol. 2007;: p. 407-13.
28. Linjun C, jenny R, Wenyu H, Per V, Shengyuan X. The origin of multiple molecular forms
in urine of HNL/NGAL. Clin J Am Soc Nephrol. 2010.
29. Soni S, Cruz D, Bobek I, Chionh C, Naleso F, Lentini P. NGAL; A biomarker of acute Kidney
Injury and other Systemic Conditions. Int Urol Nephrol. 2010;: p. 141-150.
49
31. Nisi K. Predictive ability of NGAL as marker of renal damage: evaluation of multiple
clinical setting. Universita di Bologna. 2012.
39. Bangert K, Uttenthal L. Urinary and plasma NGAL levels refl ect the severity of acute
kidney injury. Denmark Critical Care. 2010.
40. Lamb E, Newman D, Price C. Kidney Function Test, inTietz Of Textbook Clinally Cemistry
and Molecular Diagnosis. 2006; 4.
50