Anda di halaman 1dari 50

FAKULTAS KEDOKTERAN 1

NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Nama : An. Z Ruang : Anggrek


ANAMNESIS Umur : 1th 11 bln
Kelas : 10.2
23 hari
Nama Lengkap : An. Z Jenis Kelamin : Perempuan
: 1 Tahun 11 bulan 23
Tempat Lahir : Sukoharjo, 13 April 2016 Umur
hari
Nama Ayah : Tn. H Umur : 33 thn
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pendidikan Ayah : SMA
Nama Ibu : Ny. T Umur : 26 thn
Pekerjaan Ibu : IRT Pendidikan Ibu : SMP
Alamat : Duabelasan ¼ Jombor, Sukoharjo Diagnosis Masuk : observasi febris 3
minggu dengan
dypsneu dd susp.
Masuk RS tanggal : 02 April 2018
bronkopneumonia

Dokter yang Merawat :dr. Isna Nurhayati, Sp.A, M.Kes


FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Tanggal, 2 April 2018 (Alloanamnesis dengan Ibu dan Ayah pasien)


A. KELUHAN UTAMA : Sesak nafas
B. KELUHAN TAMBAHAN : Demam (+), batuk berdahak (+), Pilek (+), muntah (+), mual (+),
makan dan minum susah (+), lemas (+), rewel (+)
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
- 21 HSMRS
Pada hari senin, 14 Maret 2018, pasien mengeluh demam sejak pagi jam 05:00 WIB. Demam
bersifat naik turun setiap hari dan meningkat pada malam hari, makan dan minum
berkurang dari biasanya, kejang (-), nyeri perut (-). Selanjutnya pasien dibawa ibunya periksa ke
dokter dan diberikan obat paracetamol sirup akan tetapi demam hanya turun ketika diberikan obat.
Sesak nafas (-), pilek (+), mual (-), muntah (-), BAK(+) normal, nyeri saat BAK(-), perut kembung
(-), bintik-bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), rasa haus meningkat (-).
- 18 HSMRS
Pasien mengeluh sesak nafas disertai tarikan dinding dada, pasien hanya bisa menangis pendek
dan lemah, pasien lebih suka digendong, apabila ditidurkan sesak pada pasien semakin
bertambah, sesak ini menyebabkan pasien sulit bicara hanya mampu berkata-kata, tidak
terdapat kebiruan pada wajah, tangan maupun kaki pasien, pasien baru pertama kali
mengalami keluhan seperti ini. Ibu pasien kemudian membelikan obat di apotik , berupa sirup
(Lasal) yang dikonsumsi 3 x ½ sendok takar, setelah diberikan obat tersebut, sesak mulai
berkurang, sehingga pasien bisa beristirahat. Obat tersebut diminum selama tiga hari, meskipun
sudah meminum obat pasien nafasnya masih sesak yang disertai dada terangkat serta hidung
kembang-kempis. Demam (+), kejang (-), pilek (+), nyeri perut (-) Mual (-), muntah (-), BAK(+)
normal, nyeri saat BAK(-), BAB(+), perut kembung (-), bintik-bintik merah pada kulit (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-), rasa haus meningkat (-).
- 15 HSMRS
Pasien masih sesak yang disertai tarikan dinding dada dan demam tak kunjung mereda,
sehingga ibu pasien membawa pasien ke dokter umum, dan di diagnosis oleh dokter sebagai
asma, kemudian pasien diberikan obat, berupa paracetamol sirup, amoxicilin sirup, puyer
batuk. Setelah meminum obat, sesak mulai berkurang dan demam menurun tetapi saat obat habis
demam kembali naik tetapi tidak sesak. kejang (-), pilek (+), nyeri perut (-) . Mual (-), muntah (-),
BAK(+) normal, nyeri saat BAK(-), BAB(+), perut kembung (-), bintik-bintik merah pada kulit (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-), rasa haus meningkat (-).
- 12 HSMRS
Demam masih tinggi, namun tidak diberikan obat penurun panas. Setelah itu ibu pasien baru
memberikan obat paracetamol sirup yang ibu beli diapotik, tetapi setelah diberikan paracetamol
sirup demam tidak kunjung turun. Kemudian ibu pasien memeriksakan pasien ke puskesmas
Grogol, di puskesmas Grogol dilakukan pemeriksaan darah, dan didapatkan hasil demam
tifoid posistif, kemudian pasien mendapatkan terapi berupa paracetamol sirup dan antibiotik yang
dikonsumsi 3x1 (ibu tidak mengetahui nama obatnya) selama 3 hari. Kemudian pasien
diperbolehkan untuk rawat jalan oleh dokter puskesmas. Penurunan nafsu makan (+), minum
sedikit tetapi sering (+), kejang (-), pilek (+), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), BAK(+) normal,
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

BAB(-), perut kembung (-), bintik-bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), rasa
haus meningkat (-).
- 9 HSMRS
Tiga hari setelah mendapatkan terapi dari puskesmas demam turun (+), namun setelah obat
habis demam kembali naik, dan dibawa kembali ke dokter umum, dari dokter umum pasien
mendapatkan terapi paracetamol sirup yang diminum setiap 4 jam ketika demam dan pasien
disarankan untuk melakukan pengobatan lanjutan di dokter spesialis anak, namun ibu pasien
menolak dikarenakan kendala biaya. Pilek berwarna jernih (+), sesak nafas (-), Pusing (-), pilek (+),
nyeri otot (-), nyeri sendi (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), diare (-), mimisan (-) , gusi
berdarah (-), bibir kering (-), akral dingin dan lembab (-), penurunan kesadaran (-), BAK(+) dalam
batas normal, rewel saat BAK (-), BAB (+) dalam batas normal. perut kembung (-), bintik-bintik
merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), rasa haus meningkat (-).
- 7 HSMRS
Pasien mengeluhkan demam disertai batuk kering, batuk ngikil yang diperparah saat malam hari.
Keluhan pilek (+), lendir berwarna putih kehijauan. Nafsu minum susu baik, namun nafsu makan
pasien dirasakan menurun. Keluhan pilek (+), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), mimisan (-),
gusi berdarah (-), tidur mengorok diakui. BAB (+) normal tidak cair, lendir (-), darah (-), rasa haus
meningkat (-).
- 6 HSMRS
Keluhan masih sama yaitu demam disertai batuk kering, batuk ngikil yang semakin berat saat
malam hari. Keluhan pilek (+), lendir berwarna putih kehijauan. Nafsu minum susu baik, namun
nafsu makan pasien dirasakan menurun. Ibu pasien juga merasakan bahwa gerakan pasien
mulai kurang aktif dan tampak lemas. Keluhan mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), mimisan
(-), gusi berdarah (-), tidur mengorok diakui. BAB (+) normal tidak cair, lendir (-), darah (-), rasa
haus meningkat (-).
- 5 HSMRS
Pasien mengeluhkan demam disertai batuk menjadi berdahak, batuk disertai dengan suara grok-
grok namun dahaknya masih sulit untuk keluar. Keluhan pilek (+), lendir berwarna putih
kehijauan. Nafsu minum susu baik, namun nafsu makan pasien dirasakan menurun. Ibu pasien
juga merasakan bahwa gerakan pasien mulai kurang aktif dan tampak lemas. Keluhan mual (-),
muntah (-), sesak nafas (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), tidur mengorok diakui. BAB (+) normal
tidak cair, lendir (-), darah (-), rasa haus meningkat (-). Pasien dibawa periksa ke dokter umum
oleh Ibu, dan mendapatkan terapi parasetamol sirup, puyer batuk, puyer amoksisilin yang
diminum sebanyak 3 kali sehari. Pasien mengalami perbaikan setelah mengkonsumsi obat
dari dokter, namun demam masih bersifat hilang timbul.
- 4 HSMRS
Keluhan demam dan batuk berdahak mulai membaik, batuk masih disertai dengan suara grok-
grok namun dahaknya masih sulit untuk keluar. Keluhan pilek (+), lendir berwarna putih
kehijauan. Nafsu minum susu baik, namun nafsu makan pasien dirasakan menurun. Lemas (+)
dan tidak aktif seperti biasanya, keluhan mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), tidur mengorok diakui. BAB (+) normal tidak cair, lendir (-), darah (-), rasa haus
meningkat (-).
- 3 HSMRS
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Ibu pasien mengeluhkan demam naik kembali dan batuk berdahak makin sering, batuk masih
disertai dengan suara grok-grok dan dahaknya sulit untuk keluar. Keluhan pilek (+), lendir
berwarna putih kehijauan. Nafsu minum susu baik, namun nafsu makan pasien menurun. Lemas
(+) dan tidak aktif seperti biasanya, keluhan mual (+), muntah (+) sebanyak 2 kali sekitar ¼
gelas belimbing berupa ASI dan lendir, sesak nafas (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), tidur
mengorok diakui. BAB (+) normal tidak cair, lendir (-), darah (-), diare (-), BAK sakit (-), perut
kembung (-), rasa haus meningkat (-).
- 2 HSMRS
Minggu, 01 April 2018, Pasien mengalami sesak nafas yang dirasakan terutama pada malam
hari, sehingga menyebabkan pasien sulit untuk tidur. Terdapat suara grok-grok saat batuk tetapi
dahaknya sulit untuk keluar. Keluhan pilek (+) lendir warna putih kehijauan. Pasien masih demam
dan meningkat pada malam hari, sempat turun ketika di beri obat penurun panas. mual (+),
muntah(+) sebanyak 2 kali sekitar ¼ gelas belimbing berupa asi dan sisa makanan, lendir (-),
badan lemas dan tidak aktif seperti biasanya. BAK normal warna kuning jernih tidak nyeri,
BAB (-), lendir (-), darah (-), anak mulai tidak mau makan, hanya minum ASI dan air putih, kejang
(-), diare (-), BAK sakit (-), perut kembung (-), bintik-bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi
berdarah (-), rasa haus meningkat (-).
- 1 HSMRS
Pada hari senin, 02 April 2018, orangtua pasien mengatakan bahwa pasien masih demam, sesak
nafas yang hilang timbul, terdapat suara grok-grok saat batuk, tidak mau makan, serta
muntah 1 kali pada malam hari berupa susu sebanyak ± ¼ gelas belimbing. kejang (-),diare (-),
BAK (+), BAB (-), perut kembung (-), bintik-bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah
(-), rasa haus meningkat (-).
- HARI MASUK RS
Pada hari Selasa, 03 April 2018, demam tidak kunjung sembuh, demam terus meningkat. Pukul
10.00 pasien datang IGD RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo dengan keluhan utama demam tinggi yang
disertai sesak napas yang semakin memberat, sesak napas dirasakan terus menerus dan tidak
membaik dengan posisi apapun, keluhan juga disertai suara grok-grok saat bernapas. Saat
bernapas juga disertai dengan dada pasien yang tertarik kedalam dan hidungnya kembang
kempis. Pasien juga masih mengalami batuk berdahak, dan dahaknya tidak bisa keluar, pilek (+)
lendir berwarna putih kehijauan. Pasien tidak mau makan, tetapi masih mau minum ASI, minum
lebih banyak dari biasanya, saat menyusu pasien kadang berhenti untuk mengambil napas, rasa
haus yang meningkat (+), keringat dingin (-), pucat (-), rewel(+), kejang(-), kesadaran menurun(-),
nyeri kepala (-), nyeri sendi(-), mimisan (-), gusi berdarah (-). Mual (+), Muntah 1 kali sebelum
dibawa ke rumah sakit sebanyak ± ¼ gelas belimbing (+), kejang (-), diare (-), BAK sakit (-),
BAB sulit (-), Perut kembung (-), bintik-bintik merah pada kulit (-), mimisan (-), gusi berdarah (-),
rasa haus meningkat (-).
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Pola Demam
I II III IV V VI

Rabu kamis Jumat Sabtu Minggu Senin


14/3/2018 15/3/2018 16/3/2018 17/3/2018 18/3/2018 19/3/2018
05.00 05.00 05.00 05.00 05.00 05.00 VII
VIII IX X XI XII XIII

Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin


20/3/2018 21/3/2018 22/3/2018 23/3/2018 24/3/2018 25/3/2018 26/3/2018
05.00 05.00 05.00 05.00 05.00 05.00 05.00

XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX

Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin


27/3/2018 28/3/2018 29/3/2018 30/3/2018 31/3/2018 01/04/2018 02/04/2018
05.00 05.00 05.00 05.00 05.00 05.00 05.00

XXI

Selasa
03/04/2018
05.00
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Kesan:
1. Demam terus menerus sejak 3 minggu yang lalu
2. Demam naik turun, meningkat terutama pada malam hari
3. 18 HSMRS Pasien mengeluh sesak nafas disertai tarikan dinding dada, disertai nafas cuping
hidung. Pasien hanya bisa menangis pendek dan lemah, pasien lebih suka digendong, apabila
ditidurkan sesak pada pasien semakin bertambah, sesak ini menyebabkan pasien sulit bicara
hanya mampu berkata-kata, tidak terdapat kebiruan pada wajah, tangan maupun kaki pasien,
pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Keluhan mereda setelah diberikan
lasal sirup.
4. Demam disertai batuk awalnya kering kemudian menjadi batuk berdahak yang dimulai 1
minggu SMRS dengan suara grok-grok, pilek (+), nafsu makan menurun, mual dan muntah.
5. Tidak terdapat tanda dehidrasi.
6. Sudah mengkonsumsi obat penurun panas, antibiotik dan batuk, tetapi tidak kunjung sembuh
7. Diare (-), BAK sakit (-), BAB sulit (-), perut kembung (-), bintik-bintik merah (-), mimisan (-),
gusi berdarah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan serupa (bronkopneumonia) : disangkal
- Riwayat batuk lama : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat pengobatan TB : disangkal
- Riwayat demam tifoid : disangkal
- Riwayat demam berdarah : disangkal
- Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
- Riwayat alergi dingin : diakui (sampai bentol-bentol)
- Riwayat kejang dengan demam : disangkal
- Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
- Riwayat mondok : diakui tiga kali (pertama saat usia 3 bulan karena batuk
dan diare dengan dehidrasi karena tidak mau netek,
kedua saat usia 8 bulan dengan dehidrasi, demam dan
pilek. Yang ketiga, 3 bulan yang lalu karena diare cair
akut dengan dehidrasi dan tidak mau makan)
- Riwayat berpergian ke daerah endemis (malaria) : disangkal

Kesan : Terdapat alergi dan mondok karena diare yang tidak berhubungan dengan penyakit pasien
saat ini.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat TB : disangkal
- Riwayat asma : diakui (ibu pasien)
- Riwayat Bronkitis : disangkal
- Riwayat batuk lama (PPOK) : diakui (kakek dari ayah pasien karena merokok lama)
- Riwayat kejang demam : disangkal
- Riwayat kejang tanpa demam : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat demam berdarah : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : diakui (kakek dari ayah pasien)
- Riwayat kencing manis : diakui (kakek dari ayah pasien)
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat penyakit stroke : diakui (kakek dari ayah pasien, stroke ringan)

Kesan: Didapatkan riwayat penyakit dalam keluarga yang berhubungan dengan keluhan pasien
sekarang ini.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

POHON KELUARGA

1
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

RIWAYAT PRIBADI

1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


a. Riwayat Kehamilan Ibu Pasien
Ibu G3P2A0 hamil anak ketiga saat usia 23 tahun. Ibu mulai memeriksakan kehamilan ketika usia
kehamilan 1 bulan kemudian kontrol rutin ke bidan, sesekali ke dokter spesialis obgyn untuk
USG. Saat kontrol, ibu mendapatkan vitamin B12, dan obat penambah darah yang selalu
dihabiskan.Selama hamil ibu merasakan mual, muntah sampai usia kehamilan 4 bulan hingga
mengganggu aktivitas namun tidak sampai dirawat inap. Ibu tidak memiliki riwayat trauma,
perdarahan maupun infeksi saat kehamilan, Tekanan darah ibu selama kontrol dalam kisaran
normal yaitu sekitar 110/70 mmHg. Berat badan naik kurang lebih 12 kg.

b. Riwayat Persalianan Ibu Pasien


Ibu melahirkan anaknya di Rumah Sakit ditolong oleh dokter, persalinan dilakukan secara sectio
caesaria atas indikasi KPD < 24 jam dengan umur kehamilan 38 minggu, bayi lahir dengan berat
badan 2.900 gram dengan panjang badan 48 cm. Bayi lahir langsung menangis spontan dan tidak
ditemukan adanya kecacatan.

c. Riwayat Pasca Lahir Pasien


Setelah lahir bayi langsung menangis spontan dan gerak aktif, warna kulit merah, tidak biru, bayi
mendapat ASI pada hari pertama, BAK dan BAB kurang dari 24 jam.
Kesan: Riwayat ANC baik, persalinan kurang baik dan PNC baik
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

2. Perkembangan
Motorik Halus Motorik kasar Bahasa Personal Sosial
Melihat sekitar Mengangkat Berkata “Aaah
Tersenyum
(1 bulan) kepala (3 bulan) Uuuh” spontan
(3 bulan) (1 bulan)
Berusaha meraih (5 Duduk kepala Tertawa (4 bulan) Mengamati
bulan) terangkat (6 bulan) tangannya (4
bulan)
Memindahkan Berguling Meniru bunyi kata- Berusaha
benda ke tangan ( 8 bulan) kata mencapai benda
yang lain ( 9 bulan ) (6 bulan)
(7 bulan)
Membenturkan Duduk tanpa Berbicara kalimat Makan sendiri
benda yang berpegangan belum jelas ( belum mampu)
dipegang (14 bulan) (10 bulan) (11 bulan)
Mencoret-coret (24 Berjalan (18 Berbicara 2 kata (18 Bermain bola
bulan) bulan) bulan) dengan pemeriksa
(belum mampu)
Membuat menara 2 Berlari (belum Berbicara 6 kata (20 Dah dah dengan
kubus (belum mampu) bulan) tangan (12 bulan)
mampu)
Menaiki tangga Menunjuk gambar Bisa menggunakan
(belum mampu) (belum mampu) sendok (belum
mampu)
Melepaskan
pakaian (belum
mampu)
Kesan : personal sosial, motorik halus, motoric kasar dan bahasa tidak sesuai dengan usia

3. Riwayat makanan
- Umur 0 – 6 bulan : ASI eksklusif
- Umur 6 – 8 bulan : ASI + Biskuit bayi (semau bayi)
- Umur 8 – 12 bulan : ASI + Bubur susu 1x sehari semangkok kecil
- Umur 12 – sekarang : ASI + Bubur tim 2x1 hari 1 mangkok sedang, jarang habis
Kesan : asi eksklusif, kualitas dan kuantitas makan yang kurang baik
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

4. Vaksinasi

Jenis Usia Tempat Ulangan


Hepatitis B 5 kali 0, 2, 3, 4 bulan RS dan Posyandu 18 bulan
BCG 1 kali 1 bulan Posyandu -
DPT 4 kali 2, 3, 4 bulan Posyandu 18 bulan
HiB 4 kali 2,3,4 bulan Posyandu 18 bulan
Polio 4 kali 2, 3, 4 bulan Posyandu 18 bulan
Campak 1 kali 9 bulan Posyandu -
MR 1 kali 17 bulan Posyandu -

Kesan : vaksinasi lengkap dan mendapatkan ulangan menurut PPI

1. Sosial Ekonomi, Lingkungan dan Hygienitas


a. Sosial ekonomi
Pekerjaan ayah pasien sebagai juru parkir dengan penghasilan perhari kira-kira ± Rp 70.000,-
sedangkan ibu pasien adalah pedagang keiling dengan penghasilan kira-kira ± Rp 70.000 - 100.000,-
Menurut ibu pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
b. Lingkungan
Pasien tinggal dirumah bersama kedua orang tua, kakek, nenek, bulik dan 2 kakak di Rumah
berukuran 4,5 x 14 meter. Rumah pasien terdiri dari 7 ruangan yaitu 4 kama tidur, 1 dapur, 1 ruang
tamu, 1 kamar mandi dengan bak yang selalu dikuras setiap hari. Pakaian selalu dicuci setiap hari.
Rumah memiliki atap yang terbuat dari genteng, dinding dari semen, lantai rumah dari semen.
Ventilasi udara tidak ada sama sekali dan penerangan tidak ada. Jarak antara rumah dengan septi
tank kurang lebih 10 meter. Sumber air yang digunakan adalah air sumur yang dekat dengan
rumah. Air sumur yang digunakan untuk mandi, minum dan mencuci pakaian. Air sumur yang
digunakan lumayan jernih dan tidak berbau, dimasak higga mendidih lalu digunakan untuk minum.
Tempat pembuangan sampah cukup dekat dari rumah. Sampah dibakar setiap sore. Ayah dan kakek
pasien adalah seorang perokok aktif
c. Personal hygiene
Hygiene pasien kurang baik dimana pasien jarang di cuci tangan sebelum makan oleh ibunya, ibu
pasien tidak pernah mecuci tangan sebelum atau sesudah memberi makan kepada pasien dan selalu
menggunakan sendok makan. Pasien dimandikan 3 kali dalam sehari
Kesan: Sosial ekonomi menengah kebawah, lingkungan dan personal hygiene kurang baik
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Anamnesis sistem
- Serebrospinal : Demam (+), kejang (-) penurunan kesadaran (-)
- Kardiopulmoner : Kulit kebiruan (-), kuku-kuku jari berwarna biru (-)
- Respiratorius : Batuk(+), pilek (+), sesak (+)
- Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), kembung (-), BAB (+) berwarna hitam 1 kali, diare (-),
kontipasi (-)
- Urogenital : BAK (+) normal, nyeri saat BAK (-)
- Integumentum : pucat (-), bintik merah (-), kuning ( -)
- Muskuloskeletal : Lemas (+), akral dingin (-)
Kesan: Didapatkan gangguan serebrospinal, respiratorius, gastrointestinal dan muskuloskeletal

Kesan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Suhu badan : 38 o C
Nadi : 150x/menit,
Pernapasan : 50X/menit
Kesan : Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, demam,takikardi, takipnea.

Status Gizi
a. Tinggi badan : 76 cm
b. Berat badan : 7,9 kg
c. LLA : 13 cm
d. LK : 48 cm
e. BMI = BB (kg)/ TB (m)2
= 7,9/(0,76)2

= 13,68

Hasil Pengukuran

- BB//U
Didapatkan hasil z-score -3,23 (berada dibawah -3 SD) yaitu Gizi Buruk (severely underweight)
- BB//TB
Didapatkan hasil z-score -2,07 (berada diantara -2 SD sampai dengan -3 SD) yaitu wasted
- TB//U
Didapatkan hasil z-score -3,17 (berada dibawah -3 SD) yaitu severly stunted
- BMI//U
Didapatkan hasil z-score -1,61 (berada diantara -1 SD sampai dengan -2 SD) yaitu normal

Kesan : Status gizi buruk dengan perawakan severly underweigh dan severly stunted.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

BB//TB

Didapatkan hasil z-score -2,07 (berada diantara -2 SD sampai dengan -3 SD) yaitu wasted
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

BB//U

Didapatkan hasil z-score -3,23 (berada dibawah -3 SD) yaitu Gizi Buruk
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

TB//U

Didapatkan hasil z-score -3,17 (berada dibawah -3 SD) yaitu severly stunted
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

BMI//U

Didapatkan hasil z-score -1,61 (berada diantara -1 SD sampai dengan -2 SD) yaitu normal

LK // U

Didapatkan hasil z-score 0,62 (berada diantara Median sampai dengan +1 SD) yaitu normal.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

LLA // U

Didapatkan hasil z-score -1,66 (berada diantara median sampai dengan -2 SD) yaitu normal.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

 Kesan : Status gizi buruk dengan perawakan severly underweigh dan severly stunted.

PEMERIKSAAN FISIK

- Kulit : pucat (-), kulit keriput(-), jaringan lemak subkutis sangat sedikit (-), baggy
pants (-), kulit kering (+), kasar (+), ikterik (-), sianosis (-).
- Kelenjar limfe : Tidak didapatkan pembesaran limfonodi
- Otot : Tidak didapatkan kelemahan, atrofi, maupun nyeri otot
- Tulang : Tidak didapatkan deformitas tulang
- Sendi : Gerakan bebas
Kesan: Terdapat kelainan pada kulit kering dan kasar, dan tidak ditemukan kulit yang tampak pucat
(-), kulit keriput (-), jaringan lemak yang tipis(-), kelenjar limfe, otot, tulang, sendi dalam batas
normal.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

PEMERIKSAAN KHUSUS
Leher :Tidak ada pembesaran limfonodi leher, tidak teraba massa abnormal dan tidak ada
peningkatan vena jugularis
Thoraks : Simetris, retraksi(-) subkostal, interkostal, suprasternal , ketinggalan gerak (-)
Jantung :
 Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
 Palpasi : Tidak kuat angkat
 Perkusi
- Kanan atas : SIC II Linea Parasternalis dekstra
- Kanan bawah : SIC IV Linea Parasternalis dekstra
- Kiri atas : SIC II Linea Parasternalis sinistra
- Kiri bawah : SIC V Linea Midclavicularis sinistra
 Auskultasi : Suara jantung I-II interval reguler, bising jantung (-).

Kesan: Pemeriksaan leher , jantung dalam batas normal , terdapat retraksi subkostal , interkostal
dan suprasternal pada thoraks
Pulmonal

Kanan DEPAN Kiri

Simetris (+), retraksi (+) Inspeksi Simetris (+), retraksi (+)


subkostal, interkostal subkostal, interkostal
suprasternal suprasternal

Ketinggalan gerak (-), Palpasi Ketinggalan gerak (-),


fremitus kanan kiri sama fremitus kanan kiri sama
(+) (+)

Sonor Perkusi Sonor

SDV (+) normal , RBH Auskultasi SDV (+) normal, RBH(+/


(+/+), wheezing (+/+) +), wheezing (+/+)

Kanan BELAKANG Kiri

Simetris (+) Inspeksi Simetris (+)

Ketinggalan gerak (-), Palpasi Ketinggalan gerak (-),


fremitus kanan kiri sama fremitus kanan kiri sama
(+) (+)

Sonor Perkusi Sonor

SDV (+) normal, RBH (+/ Auskultasi SDV (+) normal, RBH
+), wheezing (+/+) (+/+), wheezing (+/+)
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Kesan : Pemeriksaan fisik paru didapatkan retraksi dinding dada ( subkostal , interkostal dan
suprasternal) rhonki basah halus dan wheezing pada kedua lapang paru .

Abdomen :- Inspeksi : Distensi (+), sikatrik (-), purpura (-),


- Auskultasi: Peristaltik (+) normal
- Perkusi : timpani (+), pekak beralih (-), ascites (-)
- Palpasi :Supel, massa abnormal (-), nyeri tekan (-), turgor kulit menurun (-), undulasi
(-)
Hati : Hepatomegali (-)
Limpa : Splenomegali (-)
Anogenital : Warna kulit coklat, rambut mons pubis (-), tanda-tanda radang (-), labia mayor dan minor
dalam batas normal.

Kesan :Pemeriksaan abdomen terdapat distensi abdomen, dan hati, limpa, dan anogenital dalam
batas normal, tidak didapatkan hepatomegali dan ascites (-)
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Ekstremitas Dan Status Neurologis

Edema (-/-), Sianosis (-/-), akral dingin (-/-), petekie (-/-), a. dorsalis pedis teraba kuat, dan CRT < 2 detik.

LENGAN TUNGKAI

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas

Tonus Normal Normal Normal Normal

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Clonus Negatif Negatif

Reflek
Biseps(+), triceps (+) Patella (+), achilles (+)
fisiologis

Reflek
Hoffman (-), tromner (-) Babinski (-), chaddock (-), gordon (-)
patologis

Meningeal sign Kaku kuduk (-),brudzinski I (-), brudzinski II (-), kernig (-)

Sensibilitas Sulit di evaluasi

Kesan : Akral hangat, edema (-) pada seluruh ekstremitas ,meningeal sign negatif, reflek patologis
tidak didapatkan dan reflek fisiologis normal, dan status neurologis dalam batas normal.

Kepala : Normochephal, rambut tipis kecoklatan (rambut jagung), mudah dicabut,


,UUB sudah menutup
Wajah : kusam seperti orang tua(-)
Mata : CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+) isokor, ukuran pupil 2mm dx et
sn, mata cowong(-/-), air mata berkurang (-)
Hidung : Sekret (+) putih kekuningan, epistaksis (-), nafas cuping hidung (+/+)
Telinga : Sekret (-), hiperemis (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), bibir sianosis (-), Perdarahan gusi (-), sianosis (-), lidah kotor (-),
pharynx hiperemis (+), tonsil hiperemis (-), T1/T1, detritus (-)
Gigi : Caries (-), calculus (-)
IV III II I I II III IV

IV III II I I II III IV
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Kesan : Pemeriksaan kepala didapatkan rambut tipis berwarna kecoklatan dan mudah dicabut,
sekret hidung putih kekuningan dan didapatkan juga nafas cuping hidung, dan pharing hiperemis,
telinga, gigi dalam batas normal, dan tidak tidapatkan tanda dehidrasi
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Pemeriksaan Darah Rutin dan Widal

Hasil Laboratorium darah rutin 3 April 2018

Nama Pemeriksaan Nilai Normal


Leukosit 9.7 6.0 – 17.0 103/ uL
Eritrosit 4.34 3.60 – 5.20 106/ uL
Hemoglobin 10.9 10.8 – 12.8 g/dL
Hematokrit 33.8 35 – 43 %
Index eritrosit
MCV 77.9 73 – 101 fl
MCH 25.1 23 – 31 pg
MCHC 32.2 26 – 34 g/dL
Trombosit 194 229-553 103/uL
RDW – CV 14.6 11.5 – 14 .5 %
PDW 8.8 Fl
MPV 9.2 Fl
P-LCR 17.1 %
PCT 0.18 %
Diff Count
NRBC 0.00 0-1
Neutrofil 68.8 17-68
Limfosit 24.9 20-70
Monosit 6.10 1-11
Eosinofil 0.00 1-5
Basofil 0.20 0-1
IG 0.79

Sero Imunologi
Widal
S Typhi O Negatif Negatif
S Para Typhi AO Positif, titer 1:80 Negatif
S Para Typhi BO Negatif Negatif
S Typhi H Negatif Negatif
S Para Typhi AH Negatif Negatif
S Para Typhi BH Negatif Negatif

Kesan: Terdapat penurunan index hematokrit, trombosit dan eosinofil serta terdapat peningkatan
RDW-CV dan segmen neutrophil. Pemeriksaan widal didapatkan hasil negatif
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

RINGKASAN

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

 Demam terus menerus sejak 3  KU : Lemah, compos mentis  Terdapat penurunan index
minggu yang lalu  VS : HR:150x/menit ; Suhu: hematokrit, trombosit dan
 Demam naik turun, meningkat 380C ; RR: 50x/menit eosinofil serta terdapat
terutama pada malam hari  Status Gizi kurang peningkatan RDW-CV dan
 18 HSMRS Pasien mengeluh  Keadaan umum lemah, segmen neutrophil. Pemeriksaan
sesak nafas disertai tarikan kesadaran compos mentis, widal didapatkan hasil negatif
dinding dada, pasien hanya bisa demam, takikardi, takipnea.
menangis pendek dan lemah,  Didapatkan gangguan
pasien lebih suka digendong, serebrospinal, gastrointestinal
apabila ditidurkan sesak pada dan muskuloskeletal.
pasien semakin bertambah, sesak  Status gizi buruk dengan
ini menyebabkan pasien sulit perawakan severly
bicara hanya mampu berkata- underweigh dan severly
kata, tidak terdapat kebiruan stunted.
pada wajah, tangan maupun kaki  Terdapat kelainan pada kulit
pasien, pasien baru pertama kali kering dan kasar, dan tidak
mengalami keluhan seperti ini. ditemukan kulit yang tampak
Mereda setelah diberikan lasal pucat (-), kulit keriput (-),
sirup jaringan lemak yang tipis(-),
 Demam disertai batuk awalnya kelenjar limfe, otot, tulang,
kering kemudian menjadi batuk sendi dalam batas normal.
berdahak yang dimulai 1 minggu  Pemeriksaan kepala
SMRS dengan suara grok-grok, didapatkan rambut tipis
pilek (+), nafsu makan menurun, berwarna kecoklatan dan
mual dan muntah. mudah dicabut, sekret hidung
 Tidak terdapat tanda dehidrasi putih kekuningan dan
 Sudah mengkonsumsi obat didapatkan juga nafas cuping
penurun panas, antibiotik dan hidung, dan pharing
batuk, tetapi tidak kunjung hiperemis, telinga, gigi dalam
sembuh. batas normal, dan tidak
 Diare (-), BAK sakit (-), BAB tidapatkan tanda dehidrasi
sulit (-), perut kembung (-),  Pemeriksaan leher, thoraks,
bintik-bintik merah (-), mimisan dan jantung tidak ada
(-), gusi berdarah (-). kelainan
 Terdapat alergi dan mondok  Pemeriksaan fisik paru
karena diare yang tidak didapatkan retraksi dinding
berhubungan dengan penyakit dada ( subkostal, interkostal
pasien saat ini dan suprasternal) rhonki
 Didapatkan riwayat penyakit basah halus dan wheezing
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

dalam keluarga yang pada kedua lapang paru .


berhubungan dengan keluhan  Pemeriksaan abdomen
pasien sekarang ini terdapat distensi abdomen,
 Riwayat ANC baik, persalinan dan hati, limpa, dan
kurang baik persalinan dilakukan anogenital dalam batas
secara sectio caesaria atas normal, tidak didapatkan
indikasi KPD > 24 jam dan PNC hepatomegali dan ascites (-)
baik  Akral hangat, meningeal sign
 Asi eksklusif, kualitas dan negatif, reflek patologis tidak
kuantitas makan yang kurang didapatkan dan reflek
baik fisiologis normal, dan status
 Personal sosial, motorik halus, neurologis dalam batas
motoric kasar dan bahasa tidak normal.
sesuai dengan usia
 Vaksinasi dasar dilakukan secara
lengkap dan mendapatkan
ulangan sesuai PPI.
 Sosial ekonomi menengah
kebawah, lingkungan dan
personal hygiene kurang baik
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Daftar masalah aktif dan inaktif

Aktif:
Anamnesis:
 Demam terus menerus sejak 3 minggu yang lalu
 Demam naik turun, meningkat terutama pada malam hari
 18 HSMRS Pasien mengeluh sesak nafas disertai tarikan dinding dada, pasien hanya bisa menangis
pendek dan lemah, pasien lebih suka digendong, apabila ditidurkan sesak pada pasien semakin
bertambah, sesak ini menyebabkan pasien sulit bicara hanya mampu berkata-kata, tidak terdapat
kebiruan pada wajah, tangan maupun kaki pasien, pasien baru pertama kali mengalami keluhan
seperti ini. Mereda setelah diberikan lasal sirup
 Demam disertai batuk berdahak yang dimulai 1 minggu SMRS dengan suara grok-grok, pilek(+),
nyeri perut, nafsu makan menurun, mual dan muntah
 Tidak terdapat tanda dehidrasi ringan-sedang
 Terdapat riwayat asma, alergi dan mondok karena diare yang tidak berhubungan dengan penyakit
pasien saat ini.
 Didapatkan riwayat penyakit dalam keluarga yang berhubungan dengan keluhan pasien sekarang ini.
 Kualitas dan kuantitas makan yang kurang baik
 Lingkungan dan personal hygiene kurang baik

Pemeriksaan fisik:
 KU : Lemah, compos mentis
 Vital sign : HR:150x/menit ; Suhu: 380C ; RR: 50x/menit
 Status Gizi kurang
 Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, demam, takikardi, takipnea.
 Didapatkan gangguan serebrospinal, gastrointestinal dan muskuloskeletal.
 Status gizi buruk dengan perawakan severly underweigh dan severly stunted.
 Pemeriksaan kepala didapatkan rambut tipis berwarna kecoklatan dan mudah dicabut, sekret hidung
putih kekuningan dan didapatkan juga nafas cuping hidung, dan pharing hiperemis, telinga, gigi
dalam batas normal
 Pemeriksaan fisik paru didapatkan retraksi dinding interkostal (+), subkostal (+) dan suprasternal (+),
dan rhonki (+/+).
 Terdapat kelainan pada kulit kering dan kasar, dan tidak ditemukan kulit yang tampak pucat (-), kulit
keriput (-), jaringan lemak yang tipis(-), kelenjar limfe, otot, tulang, sendi dalam batas normal.
 Pemeriksaan abdomen terdapat distensi abdomen, dan hati, limpa, dan anogenital dalam batas
normal, tidak didapatkan hepatomegali dan ascites (-)
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Pemeriksaan laboratorium:
 Pemeriksaan Darah Rutin:
 Terdapat penurunan index hematokrit, trombosit dan eosinofil serta terdapat peningkatan RDW-CV dan
segmen neutrophil. Pemeriksaan widal didapatkan hasil negatif

Inaktif :
Sosial ekonomi dan lingkungan baik namun personal hygiene pasien kurang baik.

Kemungkinan penyebab masalah :


 Gizi Buruk
 ISPA bronkopneumonia dd bronkiolitis

RENCANA PENGELOLAAN
a. Rencana Tindakan
- Nilai dan perbaiki airway, breathing, circulation
- Observasi tanda-tanda vital seperti suhu,pernafasan, nadi /6 jam
b. Rencana penegakan diagnosis
Pemeriksaan laboratorium cek darah rutin dengan diff count
Foto Rontgen Thorax PA
c. Rencana Terapi
 O2 1 lpm
 Inf. RL Maintanance

=7,8 x 100 =750

=780/24 = 32,5 32 tpm mikro

 Paracetamol syrup (7,5x10) s/d (7,5 x 15 ) = 75 mg – 112,5mg


 ¾ cth 4-5jam jika demam
 Nebulizer Venrolin ½ Respul + Pulmicort ½ + Nacl 2,5 cc
 Inj. Ampisilin (25-50) x 7,8 = (195 mg– 375mg)
 4 x 200 mg
 Inj closancentine (25-50) x 7,8 = (195 mg– 375mg)
 4 x 200 mg
 Puyer batuk 3x1
- Ambroxol 0,5mg x 7,8 = 3,9 mg  3
- Salbutamol 0,1 x 7,8 = 0,78 mg
- Trifed 1 x 7,8 = 7,8 mg  1/10 tab
 Vit. A 2 x 100.000
 Diet F 75 pada hari 1 dan 2
BB : 7,8 kg x 80 = 624 cc/hari
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

 Diet F 100 pada hari 3 dan 4


BB : 8 kg x 200 = 1600 cc/hari
 Fisio terapi dada
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Rencana Edukasi
 Menjelaskan tentang penyakit pasien pada orangtua
 Jika anak demam diberikan obat penurun panas dan di kompres air hangat
 Menghindari penyebab yang dapat memperberat kondisi pasien termasuk paparan asap rokok,
polusi kendaraan
 Mengedukasi orang tua (ayah) agar tidak merokok kembali
 Menjelaskan tentang personal hygine dan lingkungan yang baik
 Istirahat yang cukup
 Menjaga kebersihan lingkungan dan makanan
 Menjaga asupan nutrisi yang seimbang, baik kualitas maupun kuantitas.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Tanggal SOA Planing


4/3/2017 S/ - 02 1 Lpm
Sesak napas (+) namun masih bisa tidur, batuk - Nebulizer ventolin ½ respul
berdahak (+), pilek (+), demam (+), mual (-), muntah + ½ pulmicort + Nacl 2,5
(-), makan (-) dan minum (+) sedikit, BAK (+) cc / 8 jam
Normal, BAB (+) Normal. - Paracetamol ¾ cth
- Puyer batuk 3 x 1
O/ Ambroxol 0,5mg x 7,8 =
3,9 mg  3
Vital sign:
T : 37,7°C, HR: 134x/menit, RR: 60x/menit Salbutamol 0,1 x 7,8 = 0,78
mg
SpO2 : 98%  (96% dengan O2 1lpm)
BB : 7,8kg Trifed 1 x 7,8 = 7,8 mg 
1/10 tab
KU : Sedang, CM.
Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem palpebra - Vit. A 2 x 100.000
- Diet F 75
(-/-),napas cuping hidung(+/+)
BB : 7,8 x 80 = 624cc/hari
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Rbk -/- Wh +/+,
retraksi dinding dada (+) Subcostal, intercostal,
suprasternal, Cor : BJ I/II reguler, iktus cordis tidak
Rencana pemerikaan lab:
tampak dan tidak kuat angkat
- Urin Rutin
Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-) Asites (-), - Ro thorax AP
supel (+), peristaltic (+) Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP kuat
A/
- Gizi Buruk marasmik
- ISPA bronkopneumonia dd bronkiolitis
Whez (+) Whez (+)

Hasil Foto Ro thorax AP

Whez (+) Whez (+)

Whez (+)

Hasil :
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Cor : tak membesar

Pulmo : Tampak perselubungan semiopaq inhomogen


batas tak tegas di hampir seluruh parenkim kedua
pulmodengan air broncogram (+), sinus costofrenicus
dextra et sinistra lancip

Diafragma dextra et sinistra baik

Sisterna tulang intact

Kesan : Gambaran broncopneumonia bilateral

Besar cor normal

5/3/2017 S/ 02 1 Lpm
Sesak napas (+) namun masih bisa tidur, batuk Inf. RL Maintanance
berdahak (+), pilek (+), demam (-), mual (-),
muntah (-), makan (-) dan minum (+) sedikit, =7,8 x 100 =750
BAK (+) Normal, BAB (+) Normal.
780/24 = 32,5 32 tpm mikro
O/
Vital sign: Paracetamol syrup (7,5x10) s/d (7,5 x 15 )
T : 36,8°C, HR: 128x/menit, RR: 55x/menit = 75 mg – 112,5mg
SpO2 : 98%  (96% dengan O2 1lpm)  ¾ cth 4-5jam jika demam
BB : 7,5kg
KU : Sedang, CM.
Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem palpebra Nebulizer Venrolin ½ Respul + Pulmicort
(-/-),napas cuping hidung(-/-) ½ + Nacl 2,5 cc
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Rbk -/- Wh +/
+, retraksi dinding dada (+) Subcostal,
intercostal, siprasternal, Cor : BJ I/II reguler, inj. Ampisilin (25-50) x 7,8 = (195 mg–
iktus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat 375mg)
Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)
4 x 200 mg
Asites (-), supel (+), peristaltic (+) Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP RBH (-)
kuat Inj closancentine (25-50) x 7,8 = (195 mg–
A/ 375mg)
- Gizi Buruk marasmik
- Bronkopneumonia  4 x 200 mg
- Prolong fever Puyer batuk 3x1
Ambroxol 0,5mg x 7,8 = 3,9 mg  3
Salbutamol 0,1 x 7,8 = 0,78 mg
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Trifed 1 x 7,8 = 7,8 mg  1/10 tab


Vit. A 2 x 100.000
Diet F 75
BB : 7,8 x 80 = 624cc/hari

Whz (+) Whz (+)


6/3/2017 S/ 02 1 Lpm
Sesak napas (-), batuk berdahak (+) berkurang, Inf. RL Maintanance
pilek (-), demam (+), mual (-), muntah (-),
makan (-) dan minum (+) sedikit, BAK (+) =7,8 x 100 =750
Normal, BAB (+) Normal.
780/24 = 32,5 32 tpm mikro
O/
Vital sign: Paracetamol syrup (7,5x10) s/d (7,5 x 15 )
T : 36,6°C, HR: 92x/menit, RR: 38x/menit = 75 mg – 112,5mg
SpO2 : 96%  Tanpa kanul O2  ¾ cth 4-5jam jika demam
BB : 8 kg
KU : Baik, CM.
Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem palpebra Nebulizer Venrolin ½ Respul + Pulmicort
(-/-),napas cuping hidung(+/+) ½ + Nacl 2,5 cc
Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Rbk -/- Wh -/-,
retraksi dinding dada (+) interkostal, Cor : BJ
I/II reguler, iktus cordis tidak tampak dan tidak inj. Ampisilin (25-50) x 7,8 = (195 mg–
kuat angkat 375mg)
Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-)
4 x 200 mg
Asites (-), supel (+), peristaltic (+) Normal
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

kuat Inj closancentine (25-50) x 7,8 = (195 mg–


A/ 375mg)
- Gizi Buruk marasmik
- bronkopneumonia - 4 x 200 mg
Puyer batuk 3x1
Ambroxol 0,5mg x 7,8 = 3,9 mg  3
Salbutamol 0,1 x 7,8 = 0,78 mg
Trifed 1 x 7,8 = 7,8 mg  1/10 tab
Vit. A 2 x 100.000
Diet F 100
BB : 8 kg x 200 = 1600cc/hari

- Fisio terapi dada

Whez (+) Whez (+)

RBH (-)

RBH (-)

7/3/2017 S/ 02 1 Lpm
Sesak napas (-), batuk berdahak (+) berkurang, Inf. RL Maintanance
pilek (-), demam (+), mual (-), muntah (-),
makan (-) dan minum (+) sedikit, BAK (+) =7,8 x 100 =750
Normal, BAB (+) Normal.
780/24 = 32,5 32 tpm mikro
O/
Vital sign: Paracetamol syrup (7,5x10) s/d (7,5 x 15 )
T : 36,6°C, HR: 100x/menit, RR: 36x/menit = 75 mg – 112,5mg
SpO2 : 96%  Tanpa kanul O2  ¾ cth 4-5jam jika demam
BB : 8 kg
Nebulizer Venrolin ½ Respul + Pulmicort
KU : Baik, CM.
Kepala: CA -/-, SI -/- PKGB -/-Edem palpebra ½ + Nacl 2,5 cc
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

(-/-),napas cuping hidung(+/+) inj. Ampisilin (25-50) x 7,8 = (195 mg–


Thorax: Paru : SDV +/+, Rbh +/+, Rbk -/- Wh -/-, 375mg)
retraksi dinding dada (-)
4 x 200 mg
Cor : BJ I/II reguler, iktus cordis tidak tampak
dan tidak kuat angkat Inj closancentine (25-50) x 7,8 = (195 mg–
Abdomen: Nyeri tekan (-) Hepatomegali (-) 375mg)
Asites (-), supel (+), peristaltic (+) Normal
 4 x 200 mg
Ekstemitas: Akral dingin (-), sianosis (-), ADP
kuat Puyer batuk 3x1
A/ Ambroxol 0,5mg x 7,8 = 3,9 mg  3
-
Salbutamol 0,1 x 7,8 = 0,78 mg
Trifed 1 x 7,8 = 7,8 mg  1/10 tab
Vit. A 2 x 100.000
Diet F 75
BB : 7,8 x 80 = 624cc/hari
Diet F 100
BB : 8 kg x 200 = 1600cc/hari
- Fisio terapi dada

Gizi Buruk marasmik


- Bronkopneumonia
- Prolong fever
Obat Pulang :
-Puyer batuk 3x1
Ambroxol 3mg
Salbutamol 0,5 mg
Trifed 1/6 mg
-Cefotaxime 30 mg 2x1

-
RBH (-)
RBH (-)

RBH (-)
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

ANALISA KASUS
Intake kurang V
dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori GIZI BURUK

Hilangnya lemak di bantalan Daya tahan tubuh menurun Asam amino essensial dan
kulit produksi albumin menurun

Kulit keriput Resiko Infeksi Atrofi otot

Saluran pernafasan Gangguan pertumbuhan


dan perkembangan
Peningkatan Suhu tubuh

Peradangan pada bronkus


alveolus
Prolonged Fever

BRONKOPNEUMONIA
Sel radang berisi eksudat dan
sel epitel rusak

Akumulasi mukus dan terjadi


hambatan

Mukus di bronkus Bersihan jalan nafas tidak Gangguan pertukaran gas


meningkat efektif

Bau mulut tidak sedap Suplai O2 menurun


Batuk

Anoreksia Dypsneu, retraksi dada,


nafas cuping hidung
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

BRONKOPNEUMONIA

I. PENDAHULUAN

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru.
Pneumonia pada anak dibedakan menjadi (Bennete, 2013) :

1. Pneumonia lobaris

2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)

3. Bronkopneumonia

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang
terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan
kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di
seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu
pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak (Bennete, 2013).

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru
yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang
sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada
juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering
merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa
juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.

II. DEFINISI

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau
bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013).
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011)
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

III. EPIDEMIOLOGI

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun
dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari
seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun (Bradley et.al., 2011)

IV. ETIOLOGI

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2011) :

1. Faktor Infeksi

a. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

b. Pada bayi :

1) Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.

2) Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

3) Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium


tuberculosa, Bordetella pertusis.

c. Pada anak-anak :

1) Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV

2) Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

3) Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis

d. Pada anak besar – dewasa muda :

1) Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

2) Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis

2. Faktor Non Infeksi.

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi

a. Bronkopneumonia hidrokarbon :

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon
seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

b. Bronkopneumonia lipoid :

Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli
petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian
makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada
anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi.
Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS
dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi
terjadinya penyakit ini.

V. KLASIFIKASI

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada umumnya
pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian
pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan
(Bradley et.al., 2011).

1. Berdasarkan lokasi lesi di paru

a. Pneumonia lobaris

b. Pneumonia interstitialis

c. Bronkopneumonia

2. Berdasarkan asal infeksi

a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia = CAP)

b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)

3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab

a. Pneumonia bakteri

b. Pneumonia virus

c. Pneumonia mikoplasma

d. Pneumonia jamur
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

4. Berdasarkan karakteristik penyakit

a. Pneumonia tipikal

b. Pneumonia atipikal

5. Berdasarkan lama penyakit

a. Pneumonia akut

b. Pneumonia persisten

VI. PATOGENESIS

Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru
dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun
lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier
aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai
leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.

Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi
organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau
aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi
mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia
bakteri didahului dengan infeksi virus.

Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang bisa
lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya
hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan
infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan
penurunancompliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang
terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang
kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan
peningkatan kerja jantung.

Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif dari
sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10
hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan
melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura
menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011):

1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung


pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah
sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.

3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)

Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi
pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.

VII. MANIFESTASI KLINIK

Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada
awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif (Bennete, 2013).

Dalam pemeriksaan fisik penderita pneumonia khususnya bronkopneumonia ditemukan hal-hal


sebagai berikut (Bennete, 2013):

1. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.

Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi dinding dada;
penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea; dan pergerakan pernafasan
yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi
tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada,
yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya,
ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif.
Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan
lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.

Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae


supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan adanya
sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat “head bobbing”, yang dapat
diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan area
suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada “head bobbing”, adanya
kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai.

Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress pernapasan
dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada).
Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas
atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan
negatif faring selama inspirasi.
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

2. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.

Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus selama
jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps paru/atelektasis) maka
transmisi energi vibrasi akan berkurang.

3. Pada perkusi tidak terdapat kelainan

4. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.

Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan
spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah (tergantung tinggi
rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang
atau banyak (tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme
terjadinya).

Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan
napas kecil yang tiba-tiba terbuka.

VIII. PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan


bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini
sering terlihat pada lobus bawah (Bennete, 2013).

IX. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat
membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat
(tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000
/mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta
peningkatan LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat
invasif sehingga tidak rutin dilakukan (Bennete, 2013).
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

X. KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut (Bradley et.al., 2011):

1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada

2. Panas badan

3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)

4. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus

5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan
bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)

XI. KOMPLIKASI

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga thorax
(seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran bakteremia dan hematologi. Meningitis,
artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi
(Bradley et.al., 2011).

XII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam, yaitu
penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011)

1. Penatalaksaan Umum

a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit à sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
analisis gas darah ≥ 60 torr.

b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

2. Penatalaksanaan Khusus

a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.

b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau
penderita kelainan jantung
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis.


Pneumonia ringan à amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi
penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :

1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis

2. Berat ringan penyakit

3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis

4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari

Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus dipertimbangkan


berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal
(24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.

1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :

a. ampicillin + aminoglikosid

b. amoksisillin - asam klavulanat

c. amoksisillin + aminoglikosid

d. sefalosporin generasi ke-3

2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)

a. beta laktam amoksisillin

b. amoksisillin - asam klavulanat

c. golongan sefalosporin

d. kotrimoksazol

e. makrolid (eritromisin)

3. Anak usia sekolah (> 5 thn)

a. amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)

b. tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka harus
dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai hari ketiga. Bila
penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam à ganti
dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-
olah antibiotik tidak efektif).

DAFTAR PUSTAKA

Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. (9


Marert 2013)

Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan S.L., Mace S.E.,
McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D., Stockwell J.A., and Swanson J.T. 2011. The
Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of
Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious
Diseases Society of America.Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit
IDAI
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

“Prolonged Fever atau Demam Berkepanjangan pada Anak”

Definisi
Demam berkepanjangan atau prolonged fever merupakan suatu kondisi suhu tubuh lebih dari 38oC
yang menetap selama lebih dari delapan hari dengan penyebab yang sudah atau belum diketahui. Demam
merupakan tanda adanya kenaikan set-point di hipotalamus akibat infeksi atau adanya ketidakseimbangan
antara produksi dan pengeluaran panas.

Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat oral, rektal, dan aksila. Cara
pengukuran suhu menentukan tinggi rendahnya suhu tubuh. Pengukuran suhu melalui mulut dilakukan
dengan mengambil suhu pada mulut (mengulum termometer dilakukan pada anak yang sudah kooperatif ),
hasilnya hampir sama dengan suhu dubur, namun bisa lebih rendah bila frekuensi napas cepat Pengukuran
suhu melalui dubur (rektal) dilakukan pada anak di bawah 2 tahun. Termometer masuk ke dalam dubur
sedalam 2-3 cm dan kedua pantat dikatupkan, pengukuran dilakukan selama 3 menit. Suhu yang terukur
adalah suhu tubuh yang mendekati suhu yang sesungguhnya (core temperature).
Pengukuran suhu melalui ketiak (axilar) hanya dapat dilakukan pada anak besar mempunyai daerah
aksila cukup lebar, pada anak kecil ketiaknya sempit sehingga terpengaruh suhu luar. Pastikan puncak ujung
termometer tepat pada tengah aksila dan pengukuran dilakukan selama 5 menit. Hasil pengukuran aksila
akan lebih rendah 0,5-1,00C dibandingkan dengan hasil pengukuran melalui dubur. Pengukuran suhu
dengan cara meraba kulit, daerah yang diraba adalah daerah yang pembuluh darahnya banyak seperti di
daerah pipi, dahi, tengkuk. Meskipun cara ini kurang akurat (tergantung kondisi tangan ibu), namun
perabaan ibu cukup bisa dipercaya dan digunakan sebagai tanda demam pada program MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit ).
Etiologi
Tiga penyebab terbanyak demam pada anak yaitu penyakit infeksi (60%-70%), penyakit kolagen-
vaskular, dan keganasan.Walaupun infeksi virus sangat jarang menjadi penyebab demam berkepanjangan,
tetapi 20% penyebab adalah infeksi virus.
1. Penyakit Infeksi
 Infeksi Bakteri atau Virus
Infeksi saluran kemih, Tuberkulosis, Leptospira, Demam tifoid, Bakteremia, Meningitis bakterialis,
Bronkopneumonia, Otitis media, Enterokolitis.

2. Keganasan
 Neuroblastoma
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

 Leukimia
3. Penyakit Kolagen-Vaskuler
 Rheumatoid artritis juvenile sistemik
 Lupus eritematosus sistemik

Kesulitan dalam mencari penyebab timbulnya demam berkepanjangan disebabkan oleh banyak faktor
terutama karena penyebab yang beraneka ragam. Sampai saat ini, lebih dari 200 penyebab demam
berkepanjangan yang telah dilaporkan.4 Hal ini menyulitkan para klinisi dalam mendiagnosis penyebab
demam berkepanjangan dalam waktu yang relatif singkat. Penyebab demam berkepanjangan sering kali
berbeda, tergantung wilayah geografi tempat pasien tinggal saat mengevaluasi penyakit yang diderita. Faktor
lainnya adalah kecenderungan anamnesis tidak lengkap dan tidak sistematis serta pemeriksaan fisis yang
kurang akurat sehingga hal-hal penting yang seharusnya dapat mendukung diagnosis tidak ditemukan.

Terdapat beberapa penelitian tentang penyebab dari demam berkepanjangan:


 Barry dkk dalam penelitiannya menyebutkan angka kejadian pasien demam berkepanjangan di RS Cipto
Mangunkusumo 2% (100 pasien), sebagian besar laki-laki 59% dan perempuan 41% kasus. Penyebab
terbanyak penyakit infeksi 80%, yaitu infeksi saluran kemih, demam tifoid, bakteremia, tuberkulosis
serta otitis media. Sebagian besar pasien berusia di bawah dua tahun 46% kasus, memiliki status gizi
kurang (75%). Kuman terbanyak yang ditemukan pada biakan darah, biakan urin dan biakan feses
berturut turut Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli, dan Escherichia coli patogen.
 Debbie dalam penelitiannya menyebutkan Angka kejadian pasien demam berkepanjangan di SMF
Kesehatan Anak RSUP Fatmawati 0,68% (60/8808 pasien), sebagian besar laki-laki. Rerata usia adalah
7,28±3,91 tahun. Penyebab terbanyak penyakit infeksi 97%, yaitu demam tifoid, tuberkulosis paru dan
infeksi saluran kemih. Sebagian besar pasien berusia > 6 tahun, memiliki status gizi kurang. Kuman
terbanyak ditemukan pada biakan darah dan urin yaitu Salmonella typhi dan E.coli.
 I Wayan Gustawan dan Ade Tarini dalam penelitiannya menyebutkan terdapat146 pasien demam
berkepanjangan selama kurun waktu 2 tahun (2011-2012), namun hanya 75 pasien yang mempunyai
data lengkap. Distribusi terbanyak pada umur 12-60 bulan (30,7%) dan 62,7% merupakan pasien laki-
laki. Penyebab terbanyak adalah infeksi (84,2%). Lima penyebab infeksi terbanyak adalah pneumonia
berat, sepsis, demam tifoid, HIV/AIDS, dan meningitis bakteri. Tiga bakteri penyebab terbanyak adalah
Pseudomonas aeruginosa, disusul Staphylococcus epidermidis dan Klebsiella pneumoniae.
Pseudomonas aeruginosa sebagian besar masih sensitif terhadap gentamisin dan hanya sebagian sensitif
terhadap meropenem, amikasin, dan sefepim, namun sudah resisten terhadap ampisilin dan fosfomisin.
Staphylococcus epidermidis resisten terhadap ampisilin, seftazidim, sefepim, ertapenem, ampisilin
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

sulbaktam, dan fosfomisin, namun masih sensitif terhadap amikasin. Klebsiella pneumoniae resisten
terhadap ampisilin, ampisilin sulbaktam, dan seftazidim, namun masih sensitif terhadap meropenem.

Patofisiologi
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya
ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam pada infeksi terjadi akibat mikro
organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE (faktor pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6,
TNF (tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan bantuan enzim
cyclooxygenase pembentuk prostaglandin. Prostaglandin-lah yang meningkatkan set point hipotalamus. Pada
keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit metabolik,
sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain. Kemampuan anak untuk beraksi terhadap
infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi,
semakin kecil kemampuan untuk merubah set-point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena
infeksi berat tanpa disertai dengan gejala demam.

Tatalaksana
Tata laksana anak dengan demam terdiri dari tatalaksana fisis, dan pengobatan baik simtomatik
maupun etiologik.
 Tatalaksana Simptomatik
Diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi cairan agar kadar
elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas, memaksa
tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan
aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat turun mendadak. Ventilasi / regulasi aliran udara penting
di daerah tropik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh
darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan dengan air es
atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit
disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Pada hipertermi, pendinginan permukaan
kulit (surfacecooling) dapat membantu.
Tindakan simtomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara kerja obat demam
adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh darah kulit melebar sehingga
pengeluaran panas ditingkatkan. Obat yang sederhana adalah asam salisilat dan derivatnya. Rentang daya
kerja obat ini cukup panjang, aman untuk dikonsumsi umum. Beberapa golongan antipiretik murni, dapat
menurunkan suhu bila anak demam namun tidak menyebabkan hipotermi bila tidak ada demam, seperti:
asetaminofen, asetosal, ibuprofen. Obat lain adalah obat yang bersifat antipiretik pada dosis rendah dan
FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

menimbulkan hipotermi pada dosis tinggi seperti metamizol dan obat yang dapat menekan pusat suhu
secara langsung (chlorpromazine), mengurangi menggigil namun dapat menyebabkan hipotermi dan
hipotensi.
 Tatalaksana Demam karena Infeksi
Pengobatan dilakukan sesuai dengan klasifikasi etiologik. Kesukaran yang dihadapi adalah pola
penyakit yang berbeda baik dari aspek geografik maupun umur pasien. Pemberian antibiotik pertama dan
hospitalisasi sangat juga dipengaruhi oleh fasilitas sarana perawatan dan pemeriksaan penunjang. Setiap
rumah sakit seharusnya mempunyai pedoman diagnosis dan terapi tersendiri, tergantung pada pola
epidemiologik penyakit tersebut. Pada penelitian MTBS tahun 1998, di Indonesia etiologi demam pada
anak sebagian besar (lebih dari 80%) adalah infeksi.
Pada akhirnya apapun yang dianjurkan akan tetap menimbulkan perdebatan. Tidak ada satu
standar yang harus ditaati untuk dijadikan pegangan. Semua tindakan tetap harus dilakukan berdasarkan
pada anamnesis yang tajam dan terarah, dan pemeriksaan fisis yang teliti. Kecenderungan dokter untuk
bertindak, sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang mereka dapat dan keluasan pengetahuan yang
dimiliki. Pilihan antara melakukan tes atau tidak, melakukan pemberian antibiotik atau observasi, sangat
tergantung pada pendirian dan kepribadian dokter.

DAFTAR PUSTAKA

I Wayan Gustawan., Ade Tarini., 2014., Pola Kuman dan Sensitivitas Antibiotik Kasus Demam
Berkepanjangan pada Pasien Anak yang di Rawat di Bagian Anak RSUP Sanglah Denpasar.
MEDICINA ;45:25-30.

Barry Army dkk., 2008., Etiologi dan Karakteristik Demam Berkepanjangan pada Anak di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Saripediatri ;Vol 10:2:83-88

Ismodiejanto., 2000., Demam pada Anak. Jurnal Saripediatri ;Vol 2:2:103-108


FAKULTAS KEDOKTERAN 1
NO RM : 3 8 9 x x
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

UNIT PENYAKIT ANAK

Debbie Latupeirissa., 2012., Demam Berkepanjangan pada Anak di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun
2008-2010. Jurnal Saripediatri :Vol 14:4:241-245

Anda mungkin juga menyukai