Pembimbing :
dr. Damay Suri, Sp.An
Diajukan Oleh:
Wilda Al Aluf Riandini
J510170041
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT
REGIONAL ANASTESI PADA TINDAKAN HERNIOPLASTY
PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
Diajukan Oleh :
Wilda Al Aluf Riandini
J510170041
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
Pembimbing :
dr. Damay Suri, Sp.An (..................................)
Dipresentasikan di hadapan :
dr. Damay Suri, Sp.An (..................................)
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp.W
No.RM : 36.XX.XX
Jenis Kelamin : Laki laki
Masuk Tgl : 24-10- 2017
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Karangannyar
Dokter Anestesi : dr. Damay Suri, Sp.An
Dokter Operator : dr. Bakri, Sp.B
II. Anamnesa :
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di ruang tunggu kamar
operasi RSUD Karanganyar pada tanggal 25-10- 2017
Keluhan Utama : benjolan di pangkal paha
Riwayat Penyakit Sekarang :
Telah datang seorang pasien perempuan bernama S, ke bangsal bedah di
RSUD Karangannyar pada tanggal 24 Oktober 2017 dengan keluhan
utama adanya benjolan pada pangkal paha. Benjolan tersebut sudah
dirasakan ada sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku
tidak merasakan nyeri pada benjolan tersebut, ketika benjolan ditekan
juga tidak ada nyeri yang timbul. Oleh dr. B, pasien dikatakan
mengalami Hernia inguinalis Lateralis sehingga pasien setuju dilakukan
tindakan operasi Hernioplasty yaitu prosedur bedah untuk mendorong
organ tubuh ke posisi semula dan menambahkan bahan sintetis untuk
menyangga organ tersebut, tindakan operasi ini dilakukan pada tanggal
25 Oktober 2017.
Anamnesis Sistemik
Neuro : Sensasi nyeri baik, gemetaran (-), sulit tidur (-)
Kardio : Nyeri dada (-), dada berdebar-debar (-)
Pulmo : Sesak napas (-), batuk lama (-)
Abdomen : Diare (-), konstipasi (-), nyeri perut kanan bawah (-)
Urologi : BAK (+) dan BAB(+), panas (-)
Muskolo : Nyeri (-)
P: Sonor-sonor
1. Rontgent
Cor dan pulmo dalam batas normal
Arcus aorta normal
Dinding arcus aorta normal
Struktur dan bentuk tulang normal
Kesan : thorax dalam batas normal
2. Laboratorium
Darah Rutin Nilai Nilai normal satuan
Hb 14,5 12.00 – 16.00 g/dL
Ht 43,9 37 – 47 Vol%
Leukosit 7,23 5,0 – 10,0 10^3/uL
Trombosit 269 150 – 300 mm3
Eritrosit 4,88 4,50 – 5,50 10^6/uL
MCV 89,9 82 – 92 fL
MCH 29,7 27 – 31 Pg
MCHC 33,1 32-37 g/dL
Neutrofil 75,6 50-70,0 %
Limfosit 19,8 25,0– 40,0 %
Monosit 2,9 3,0 – 9,0 %
Eosinofil 1,5 0 ,5–5,0 %
Basofil 0,01 0,0-1,0 %
Clotting Time 04,00 2-8 Menit
Bleeding Time 01,30 1-3 menit
GDS 102 70 – 150 mg/dL
creatinin 1,22 0,5-0,9 mg/dL
ureum 64 10-50 mg/dL
HbsAg NR NR
Nama : Bp.W
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 48 tahun
No RM : 36.xx.xx
Diagnosa pra bedah : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
A. Rencana Anestesi
1. Persiapan Operasi
a. Persetujuan operasi tertulis ( + )
b. Puasa ≥ 6 jam
2. Jenis Anestesi : Regional Anestesi (Subarachnoid Block)
3. Premedikasi : - Ondansetron 3mg iv
-Ranitidin 50 mg iv
4. Cairan : Infus Fimahes 500 ml, Infus tutofusin 500cc
5. Monitoring : Tanda vital selama operasi tiap 5 menit,
6. Perawatan pasca anestesi di ruang pulih sadar/ruang pindah
B. Tindakan Anestesi
1. Di ruang persiapan
a. Cek persetujuan operasi dan identitas penderita
b. Pasien dipastikan sudah menggunakan pakaian operasi
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital
d. Lama puasa ≥ 6 jam
e. Cek obat dan alat anestesi
f. Posisi terlentang
2. Di ruang operasi
a. Jam 09.15 pasien masuk kamar operasi, manset dan monitor dipasang, TD
150/95 mmHg, HR : 85x/m, Saturasi Oksigen : 100% . Obat premedikasi
dimasukan melalui IV line.
- Ondansetron 3mg iv
- Ranitidin 25mg/ml (2ml)
b. Jam 09.30 dilakukan regional anastesi dengan Bupivakain. Setelah pasien
merasakan kedua kaki seperti kesemutan dan tak mampu lagi mengangkat
kedua kaki maka tindakan operasi siap dimulai. Infus RL diganti dengan
HES.
c. Jam 09.40 operasi dimulai dan tanda vital serta saturasi oksigen dimonitor
tiap 5 menit.
d. Jam 10.10 infus HES diganti Tuthofusion 30tpm
e. Jam 10.30 operasi selesai pasien dipindah ke ruang recovery.
Teknik Anestesi
1. Menyiapkan pasien di atas meja operasi dengan duduk fleksi dengan
posisi kaki lurus tangan memegang lutut dan dagu menempel ke dada.
2. Menentukan tempat tusukan dari perpotongan garis yang
menghubungkan kedua krista iliaka dengan tulang punggung, yaitu L4
atau L4-L5.
3. Mensterilkan tempat tusukan dengan povidon iodine dan alkohol .
4. Dilakukan penyuntikan jarum spinal 27G di tempat penusukan pada
bidang medial dengan sudut 10-30% terhadap bidang horizontal kearah
cranial. Jarum lumbal akan menembus ligamentum supraspinosum,
ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, lapisan durameter, dan
lapisan subarachnoid. Stilet kemudian dicabut, sehingga cairan
serebrospinal akan keluar. Obat anastetik (Bupivacaine 20mg/4ml)
yang telah disiapkan disuntikkan ke dalam ruang subarachnoid.
5. Menempatkan kembali pasien dalam posisi supine (terlentang) dan
pasien ditanya apakah kedua tungkai mengalami parastesi dan sulit
untuk digerakkan dan ditanyakan apa ada keluhan mual-muntah, nyeri
kepala, dan sesak.
6. Memastikan kondisi pasien stabil dengan vital sign dalam batas normal.
Monitoring Selama Anestesi.
Jam Tensi Nadi SaO2 Keterangan
10.10 140/87 84 98% Kondisi Pasien stabil, Infus HES diganti dengan
Tutofusin
Intake Cairan :
i. RL
ii. HES
iii. Tuthofusion
1. Recovery Room
Setelah operasi selesai di pindahkan ke ruang pemulihan atau recovery
room . Pasien masuk Ruang RR pukul 10.30 dalam posisi supine
(terlentang). Pasien masih sadar dan ada refleks setelah operasi. Pasien
diperbolehkan pindah ruang (keluar dari ruangan operasi) bila Aldrete
score > 8 .
2. Intruksi pasca anestesi
C. Aldrete Score
Pasien dapat keluar dari RR apabila sudah mencapai skor Aldrete
>8(delapan).
Obyek Kriteria Nilai
Aktivitas 1. Mampu menggerakkan 4 ekstremitas 2
2. Mampu menggerakkan 2 ekstremitas 1
3. Tidak mampu menggerakkan ekstremitas 0
Respirasi 1. Mampu nafas dalam dan batuk 2
2. Sesak atau pernafasan terbatas 1
3. Henti nafas 0
Tekanan darah 1. Berubah sampai 20 % dari pra bedah 2
2. Berubah 20-50% dari pra bedah 1
3. Berubah > 50% dari pra bedah 0
Kesadaran 1. Sadar baik dan orientasi baik 2
2. Sadar setelah dipanggil 1
3. Tak ada tanggapan terhadap rangsang 0
Warna kulit 1. Kemerahan 2
2. Pucat agak suram 1
3. Sianosis 0
Nilai Total
REGIONAL ANESTESIA
1. Definisi
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
Obat Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi
anestesi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun
dari anestesi diantaranya:
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengontrol nyeri post operasi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestesi
Mengurangi mual muntah pasca operasi
Menciptakan amnesia
Mengurangi resiko aspirasi isi lambung
a. Ranitidin
Merupakan obat golongan AH2 blocker yang bekerja dengan
menghambat histamine untuk dapat terikat pada reseptor H2
sehingga terjadi penurunan produksi asam lambung dan
peningkatan pH di gaster. Ranitinin terikat pada protein plasma
hanya sebesar 15%. Waktu paruhnya berkisar antara 2-3 jam.
Eliminasi lewat ginjal sebesar 70% tanpa mengalami
perubahan.Onset ranitidin 10-15 menit (i.v) ,durasi 8-12 , dosis
dewasa 50 mg ampul iv.
b. Ondansentron
Ondansentron merupakan obat yang digunakan untuk
pencegahan dan mengobati mual muntah yang disebabkan oleh efek
operasi. Mual dan muntah diakibatkan oleh senyawa alami tubuh
yang bernama serotonin. Jumlah serotonin dalam tubuh akan
meningkat ketika kita menjalani operasi, serotonin akan bereaksi
terhadap reseptor 5HT3 yang berada di usus kecil dan otak, dan
membuat kita merasa mual. Pemberian ondansentron akan
menghambat serotonin bereaksi pada reseptor 5HT3 sehingga
membuat kita tidak mual dan berhenti muntah. Dosisinya ialah 4 mg
i.v.
4. Penggolongan Obat Anestesi Lokal
Berdasar struktur kimiaya dibagi menjadi 2 golongan, yaitu ester-amide
dan amide-amide
Golongan Durasi
Ester Amide:
Prokain (Novocaine) Singkat
Kokain Menengah
Tetrakain (Pantocaine) Panjang
Amide-amide:
Mepivakain (Carcocaine, Menengah
Isocaine) Menengah
Prilokain (Citanest) Menengah
Lidokain (Xylocaine) Panjang
Etidokain (Duranest) Panjang
Bupivakain (Marcaine) Panjang
Ropivakain Panjang
Levobupivakain
Perbedaan penting antara anestetik lokal ester dan amid adalah efek
samping yang ditimbulkan dan mekanisme metabolisme metabolitnya, dimana
golongan ester kurang stabil dalam larutan (prokain,ametokain), lebih mudah
dipecah oleh kolinesterase plasma, waktu paruh sangat pendek sekitar 1 menit.
Adapun produk degradasi hasil metabolisme ester adalah asam p-
aminobenzoik. Golongan ini antara lain: prokain, kokain, kloro-pokain dan
tetrakain.
5. Mekanisme Kerja
Evaluasi pre operasi pada pasien dalam batas normal. Tidak ditemukan
kelainan lain yang menjadi kontraindikasi dilakukannya anestesi regional.
Berdasarkan klasifikasi status fisik pasien pra-anestesi menurut American
Society of Anesthesiologist, pasien digolongkan dalam ASA II .Di ruang
pemulihan (recovery room) vital sign pasien dalam batas normal, tidak ditemukan
adanya tanda komplikasi dari regional anastes dan nilai aldrette score mencapai 9
sehingga pasien bisa dipindahkan ke bangsal.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Latief, SA, Suryadi, KA, Dachlan, R.2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi
ketiga. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Mangku G,dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Anasthesia dan Reanimasi. Cetakan
pertama. Jakarta : Universitas Udayana Indeks.
Primatika Aria Dian, Marwoto, Sutiyono Doso. 2010. Teknik Anestesi Spinal dan
Epidural dalam buku Anastesiologi. Bagian Anastesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran Undip/RSUP Dr.Kariadi Semarang