Pedoman Pelayanan Iccu
Pedoman Pelayanan Iccu
A. Latar Belakang
Manifestasi komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling sering
diketahui bersifat fatal adalah kejadian henti jantung mendadak.Sampai saat ini
kejadian henti jantung mendadak merupakan penyebab kematian tertinggi di
Amerika dan Kanada. Walaupun angka insiden belum diketahui secara pasti,
Pusat Pengendalian Pencegahan dan Kontrol Penyakit Amerika Serikat
memperkirakan sekitar 330.000 orang meninggal karena penyakit jantung
koroner di luar rumah sakit atau ruang gawat darurat. 250.000 diantaranya
meninggal di luar rumah sakit. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, hanya disebutkan prevalensi nasional
penyakit jantung sebesar 7,2%, namun angka kejadian henti jantung mendadak
belum didapatkan.
RSUD Pasar Minggu sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICCU yang
profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada
perawatan pasien ICCU dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga
profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerjasama dalam tim. Selain
itu diperlukan juga dukungan sarana dan prasarana serta peralatan juga
diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan ICCU. Dengan tersedianya
pelayanan ICCU di RSUD Pasar Minggu diharapkan dapat mengurangi angka
kematian yang disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah.
B. Ruang Lingkup
a. Pengertian
Ruangan Intensive Coronary Care Unit (ICCU) adalah unit pelayanan rawat
inap di rumah sakit yang memberikan perawatan khusus pada pasien yang
memerlukan perawatan yang intensif akibat mengalami gangguan jantung
dan pembuluh darah dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih serta
didukung dengan kelengkapan peralatan khusus pula.
b. Ruang Lingkup
Ruang pelayanan ICCU melayani pasien-pasien yang berpenyakit
jantung dan pembuluh darah dengan kondisi kritis yang memerlukan
perawatan,pengobatan, pengawasan dan penanganan khusus.
c. Tujuan Pelayanan
1. Mencegah terjadinya kematian akibat gangguan jantung
dan pembuluh darah
2. Mencegah terjadinya penyulit
3. Menerima rujukan dari level lebih rendah dan melakukan
rujukan ke level yang lebih tinggi
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
khususnya jantung dan pembuluh darah
5. Mengurangi angka kematian pasien kritis akibat
gangguan jantung dan pembulluh darah serta
mempercepat proses penyembuhan pasien
C. Batasan Operasional
a. Indikasi Umum
Pasien yang dirawat di ICCU adalah:
1. Pasien yang memerlukan intervensi Medis segera oleh
tim Intensive Coronary Care
2. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem
organ tubuh terutama kardiovaskular secara terkoordinasi
dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan
yang konstan dengan metode terapi titrasi
3. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan
kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya
dekompensasi fisiologis.
b. Indikasi Masuk dan Keluar ICCU
1. Kriteria Masuk:
Pasien Proritas 1(Satu):
Pasien dengan penyakit atau gangguan akut pada
organ vital yang memerlukan terapi intensif dan
agresif seperti gagal nafas akut, gangguan atau
gagal sirkulasi akibat gangguan kardiovaskular,
misalnya pasca operasi jantung.Terapi tidak
terbatas.
Pasien Prioritas 2 (Dua):
Pasien yang memerlukan pemantauan canggih di
ICCU,sebab sangat beresiko terancam gangguan
pada sistem organ vital bila tidak mendapatkan
terapi intensif segera,misalnya pasien pasca
bedah dengan komplikasi penyakit jantung. Terapi
juga tidak terbatas.
Pasien Prioritas 3 (Tiga):
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil
yang mempunyai harapan kecil untuk
penyembuhan(prognosa jelek) dan pengelolaan di
ICCU hanya untuk mengatasi masalah akutnya
saja dan tidak sampai melakukan intubasi atau
resusitasi jantung paru,misalnya pasien dengan
keganasan metastatik disertai penyulit infeksi.
Pengecualian
Pasien yang tergolong di sini, atas pertimbangan
luar biasa dan persetujuan Kepala ICCU bisa
masuk ICCU dengan catatan sewaktu-waktu bisa
dikeluarkan dari ICCU agar bisa digunakan oleh
pasien prioritas 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga).
Pasien yang tergolong ini adalah :
* Pasien memenuhi kriteria masuk tapi menolak
tunjangan hidup,termasuk pasien dengan perintah
DNR (Do Not Rususcitate)
* Pasien dalam keadaan vegetatif permanen
*Pasien yang sudah dipastikan mati batang otak
namun hanya untuk kepentingan donor organ
2. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICCU berdasarkan
pertimbangan medis oleh Kepala ICCU (intensivist) dan
tim yang merawat pasien. Indikasi keluar ICCU antara
lain sebagai berikut:
Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan
cukup stabil
Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil
pada pasien.
Pasien sudah tidak menggunakan ventilator lagi
Pasien mengalami mati batang otak
Pasien mengalami gagal napas stadium akhir
Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di
ICCU (pulang Paksa)
D. Landasan Hukum
E. Pengorganisasian
Uraian Tugas
a. Merencanakan/membuat rencana kerja serta rencana kebutuhan
ICCU setiap tahunnya
b. Menyediakan kelangkapan pelayanan ICCU berdasarkan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh ketua tim pelayanan
ICCU
c. Menyediakan kelengkapan tugas pendidikan, latihan dan penelitian
seta pengembangan sesuai kebijakan tim
d. Menyelenggarakan kerjasama dengan SMF di RS
e. Bertanggung jawab kepada kepaa ICCU atas penyelenggaraan
pelayanan ICCU di RS
Perawat
Tugas pokok:
Mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan secara komprehensif
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan
keperawaratan serta evaluasi pada pasien ICCU
Uraian tugas:
a. Bertindak sebagai anggota tim ICCU di semua jenis pelayanan
b. .Melaksanakan semua program perawatan, sesuai dengan
rencana kekperawatan yang disepakati oleh tim
c. Melaksanakan reevaluasi pasien dengan mengusulkan program
keperawatan selanjutnya bagi pasien
d. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program perawatan ICCU
kepada koordinator pelayanan ICCU
e. Melaksanakan pelatihan bagi tenaga perawat di lingkungan
pelayananan ICCU
Uraian tugas:
a. Menjawab surat surat masuk
b. Membantu kepala ICCU dalam membuat surat laporan hasil
kegiatan dan keuangan secara berkala
c. Mengatur kebutuhan dan kegitaan kerumahtanggaan sehari hari.
d. Pemeliharaan saran dan kebutuhan untuk kelancaran pelayanan
e. Membuat laporan berkala mengaenai barang rusak, mutasi barang
dll.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
KUALIFIKASI
NO NAMA JABATAN
PENDIDIKAN SERTIFIKASI
PENGALAMAN KEBUTUHAN
KERJA
Intensivist / dr
spesialis anestesi/dr KIC(Konsultan Minimal 1
1. Kepala ICCU
spesialis jantung dan Intensive Care) tahun
1
pembuluh darah
ALS/ACLS/FCCS
Dr.spesialis/dokter (Fundamental Minimal 1
2. Staf Medis
jaga 24 jam(standby) Critical Care tahun
4
Support)
Pelatihan Kardiologi
Dasar da ICU min 3
bulan(min 50% dari
D3 keperawatan sdh jumlah seluruh Perbandingan
3. Perawat pelatihan Kardiologi perawat merupakan Minimal kerja 1 tahun perawat : pasien
Dasar dan ICU perawat terlatih dan = 1:1
bersertifikat
Kardiologi Dasar dan
ICU)
Tenaga administasi
yang mampu
Tenaga Non operasikan Sesuai
4. Kesehatan
Min SMA/sederajat
komputer/Tenaga
Minimal kerja 1 tahun
kebutuhan
pekarya/Tenaga
kebersihan
B. Distribusi Ketenagaan
a. Dokter Intensivist/dr spesialis jantung dan pembuluh darah
Harus memenuhi Standar Kompetensi sebagai berikut:
Terdidik dan bersertifikat KIC(Konsultan Intensive Care)
Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya
secara efisien
Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan
ICU
Bersedia berpartisipasi dalam satu unit yang memberikan pelayanan
24 jam/7 hari/seminggu
Mampu melakukan prosedur Critical Care yaitu:
a. Sampel darah arteri
b. Mempertahankan jalan napas: intubasi trakheal,
trakheostomi,ventilasi mekanis
c. Resusitasi Jantung Paru
d. Pipa Thorakostomi
Mampu melakukan dua peran utama:
a. Pengelolaan pasien:
Berperan sebagai pemimpin tim,menggabungkan dan
melakukan layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau
cedera termasuk gagal sistem multi organ
b. Manajemen Unit
Berpartisipasi aktif dalam aktivitas:
- Triage,alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
- Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan kebijakan unit
- Perbaikan kualitas yang berkelanjutan
b. Dokter
Dokter spesialis yang dapat memberikan pelayanan setiap
diperlukan
Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan ALS/ACLS/FCCS
Perbandingan dokter : pasien = 4 : 6-8 bed
c. Perawat
Ruang ICU harus memiliki jumlah yang cukup dan lebih dari 50% harus
sudah pelatihan ICU minimal 3 bulan. Jumlah perawat ICU ditentukan
berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik.
Perbandingan perawat : pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
adalah 1:1,sedangkan perbandingan perawat : pasien yang eidak
menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
Instalasi ICCU merupakan instalasi untuk perawatan pasien gangguan
jantung dan pembuluh darah dengan keadaan belum stabil sehingga
memerlukan pemantauan ketat secara intensif dan indakan
segera.Instalasi ICCU merupakan unit pelayanan khusus penyakit
jantung dan pembuluh darah yang menyediakan pelayanan yang
komprehensif dan berkesinambungan selama 24 jam.
Persyaratan Khusus
TATALAKSANA PELAYANAN
A. ALUR PELAYANAN
Pasien yang memerlukan pelayanan ICU dapat berasal dari :
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari HCU
3. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti kamar
bersalin, ruang endoskopi, ruang hemodialisa
4. Pasien dari ruang rawat inap
B. INFORMED CONSENT
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan
komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien dan
bertemunya pikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak
akan dilakukan tehadap pasien. Definisi operasionalnya adalah
suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak( yaitu
pasien,keluarga atau walinya) yang isinya berupa ijin atau
persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik
sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi. Sebelum
masuk ke ICCU,pasien dan keluarganya harus mendapatkan
penjelasan secara lengkap tentang dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapatkan perawatan di ICCU, serta berbagai
macam tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama
pasien dirawat di ICCU dan yang penting juga adalah penjelasan
tentang prognosa penyakit yang diderita pasien.Penjelasan
tersebut diberikan oleh Kepala ICCU atau dokter jaga yang
bertugas. Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, pasien dan
atau keluarganya bisa menerima atau tidak menerima.Pernyataan
pasien dan atau keluarganya (baik bisa menerima atau tidak bisa
menerima) harus dinyatakan dalam formulir yang ditandatangani
(informed consent).
B. ATURAN KERJASAMA MULTIDISIPLINER
Dasar pengelolaan pasien ICCU adalah pendekatan multidisiplin dari
beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusina
sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerjasama dalam tim yang
dipimpin oleh seorang dokter intensivis/dokter spesialis anestesiologi
sebagai kepala ICCU dan sebagai ketua tim.
C. SISTEM RUJUKAN
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas/wewenang dan tanggung jawab secara timbal balik
baik horisontal maupun vertikal terhadap kasus penyakit atau masalah
penyakit atau permasalahan kesehatan karena adanya keterbatasan
dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
Terdapat 2 jenis rujukan:
1. Rujukan Eksternal:
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan:
Rujukan Vertikal:
Rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan tingkatan
berbeda
Rujukan Horisontal:
Rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
memiliki kemampuan lebih tinggi dalam tingkatan yang sama.
2. Rujukan Internal :
Rujukan di dalam fasilitas kesehatan dari tenaga kesehatan ke
tenaga kesehatan.
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
A. Keselamatan Kerja
Risiko bahaya yang terjadi di rumah sakit adalah akibat faktor-faktor lingkungan
kerja yang bersumber dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam suatu proses
produksi, hasil produksi, sisa produksi serta peralatan dan sarana dalam melakukan
pekerjaan serta keadaan cuaca ditempat kerja.
Faktor-faktor fisik yang biasanya terjadi di lingkungan kerja rumah sakit adalah ;
1) Iklim kerja
(1) Memberikan air minum dekat tempat kerja yang memenuhi syarat
artinya cukup dan mudah dicapai dari lokasi kerja
(3) Dihindari bagi tenaga kerja yang harus bekerja dilingkungan panas
apabila berbadan gemuk sekali dan menderita penyakit cardio-
vasculer
2) Kebisingan
a) Gangguan Fisiologis
b) Gangguan Tidur
c) Gangguan Komunikasi
d) Gangguan Psikologis
e) Gangguan Pendengaran
(3) Fondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak ada
yang goyang
b) Pengendalian secara administratif
3) Pencahayaan
c) Jika memakai penerangan alami atau sinar matahari diupayakan agar jendela
tempat jalannya masuk sinar matahari tidak terhalang atau tertutup
4) Getaran
Getaran adalah merupakan salah satu faktor fisik dan biasanya terjadi
karena mesin-mesin atau alat-alat mekanis lainnya yang dijalankan dengan suatu
motor dapat menghasilkan suatu getaran yang akan diteruskan ke tubuh tenaga
kerja yang mengoperasikannya.
c) Membahayakan kesehatan
Nilai Ambang Batas (NAB) telah diatur menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan . Pengaruh dari pada
radiasi adalah:
a) Menyebabkan kemandulan
4) Bagian Pemeliharaan Sarana (Cat, Gas untuk mengelas, Cairan pembersih alat)
1) Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau bahan.
3) Material Handling yang baik yaitu membawa atau memindahkan bahan kimia dari
suatu tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat
menimbulkan bahaya bila sampai terjatuh atau tumpah.
4) Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana aliran
udara masuk dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja juga
harus diperhatikan.
5) Pemantauan secara berkala konsentrasi gas di ruangan yang dapat memapar
pekerja
6) Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia, terlebih dahulu para pekerja harus
diberikan pelatihan yang memadai agar dapat bekerja sesuai dengan Standart
Operating Prosedur (SOP) yang berlaku.
Secara garis besar agent - agent biologi dapat digolongkan sebagai berikut :
Cara penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi
dengan berbagai cara, misalnya:
Jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terus meningkat
diakibatkan oleh kurangnya perhatian terhadap masalah ergonomi di lingkungan
pekerjaan. Pedoman Praktis Ergonomik dapat digunakan untuk mencari solusi prak-
tis bagi peningkatan kondisi kerja dari sudut pandang ergonomi.
Hal ini bertujuan untuk menyediakan alat yang tepat untuk meningkatkan kondisi
lingkungan kerja, mencapai tingkat efisiensi serta tingkat keselamatan dan kese-
hatan Kerja yang lebih baik.
e. Fasilitas Umum
3) Jalur transportasi agar dalam kondisi yang baik, tidak licin dan bebas
rintangan.
5) Sempurnakan tata letak tempat kerja agar mengurangi gerakan material yang
dibutuhkan.
6) Gunakan kereta dorong atau alat lain yang beroda untuk mengangkut
material.
11) Mengangkat / membawa barang yang berat, bagi barang menjadi beberapa
bagian yang lebih ringan yang ditempatkan dalam kemasan, kotak, nampan
dan lain-lain.
12) Buatkan pegangan khusus pada semua barang dalam kemasan atau kotak,
dan lain-lain yang akan diangkat maupun dibawa, atau tentukan bagian yang
dapat dijadikan pegangan.
13) Bila memindahkan barang secara manual (tanpa alat), usahakan sesedikit
mungkin gerakan meninggikan atau merendahkan dari posisi ketinggian
semula
16) Benda yang kita bawa agar selalu dirapatkan pada badan kita
18) Bila kita mengangkat beban/benda panjang, tumpukan sebagian beban berat
di atas bahu (dipikul), agar terjaga keseimbangan tubuh
19) Untuk menghindari kelelahan dan cedera tubuh, bagi mereka yang melaku-
kan pekerjaan mengangkat beban berat, seyogyanya diselingi dengan
pekerjaan-pekerjaan ringan
20) Sediakan dan tempatkan bak sampah pada posisi yang memudahkan
penggu-naannya
21) Jalur-jalur keluar bangunan (untuk keadaan darurat), agar diberi tanda/ga-
ris/tulisan yang jelas, serta harus bersih dari benda-benda yang dapat
menghambat.
4) Nyalakan lampu penerangan yang mencukupi bagi para pekerja agar mereka
dapat bakerja lebih efisien dan nyaman setiap saat
5) Sediakan penerangan khusus di tempat kerja untuk maksud pekerjaan
pengawasan dan agar pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya lebih teliti
1) Lindungi para pekerja dari hawa panas yang berlebihan dalam ruangan
2) Lindungi tempat kerja dari hawa panas dan dingin yang berlebihan dari luar
ruangan
3) Pasanglah lapis penyekat atau isolasi pada sumber panas dan sumber dingin
5) Pilihlah lampu tangan yang sudah terisolasi dengan baik dari bahaya
sengatan listrik maupun panas
e. Fasilitas Umum
2) Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat dengan
kondisi yang baik dan nyaman untuk para pengguna
6) Sediakan alat pelindung diri yang memadai dan mampu melindungi para
karyawan sesuai dengan peruntukannya
7) Jika bahaya di ruang kerja tidak dapat dihilangkan dengan cara lain, maka
gunakan dan pilih alat pelindung diri yang cocok dan mudah perawatannya
bagi pekerja yang menggunakannya
8) Pastikan bahwa pekerja yang perlu menggunakan alat pelindung diri secara
teratur, harus mengikuti petunjuk penggunaaan yang tepat, proses adaptasi
serta pelatihan pemakaian
9) Pastikan bahwa semua orang dapat menggunakan alat pelindung diri bila
diperlukan
10) Pastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh semua pekerja
11) Sediakan bahan-bahan pembersih dan fasilitas perawatan alat pelindung diri,
serta lakukan program perawatan secara teratur
12) Sediakan tempat yang memadai untuk menyimpan alat-alat pelindung diri
13) Berikan tugas dan tanggung jawab kepada petugas untuk melaksanakan
perawatan dan kebersihan secara rutin
3. Keamanan Pasien
Pintu toilet di ruang perawatan hendaknya dapat dibuka dari luar agar apabila
terjadi sesuatu kondisi darurat misalnya pasien terjatuh di depan pintu,
petugas dapat segera memberikan pertolongan tanpa terhalang oleh tubuh
pasien.
d. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan pada tepi tempat tidur pasien dengan jarak terali lebih kecil dari
kepala anak +/- 10 cm, agar pasien tidak mudah terjatuh dari tempat tidur dan
mencegah terjadinya kecelakaan pada anak-anak.
Untuk mencegah terjadinya luka bakaroleh air panas, seluruh sumber air
panas perlu memiliki kendali otomatis.
Ketersediaan oksigen di semua ruang perawatan, IGD, ICU dan Bedah harus
selalu terjamin. Untuk itu harus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan rutin
terhadap perlengkapan ini.
Disetiap ruang perawatan harus tersedia emergency suction yang selalu siap
pakai dan dapat dipergunakan setiap saat.
i. Kamar dilengkapi dengan bel yang mudah dijangkau dan lampu darurat
(3) Bila pernafasan berhenti, segera dilakukan pernafasan buatan (dari mulut ke
mulut);
(7) Jangan memindahkan korban secara terburu-buru, harus diatasi dulu keadaan-
keadaan yang membahayakan korban, seperti: perdarahan, patah tulang, nafas
hilang, denyut jantung berhenti, dan lain sebagainya.
Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan, yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja
dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan
cara kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian APD
bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut.
Sebagai usaha terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, APD haruslah
enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif
terhadap bahaya.
Sering APD tak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman, karena itu adalah
penting dalam pemeliharaan dan kontrol terhadap APD, sehingga fungsi APD tetap
baik, misalnya ;
(2) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan cartridge;
Sampah rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan jenis unit penghasil dan
jenis pengelolaannya, secara garis besar limbah padat rumah sakit digolongkan
menjadi sampah medis dan sampah non medis.
(1) Limbah padat medis biasanya dihasilkan oleh Ruang Pasien, Ruang Tindakan/
Pengobatan, Ruang Bedah, Ruang Perawatan termasuk dressing kotor, verband,
kateter, swab, plaster, dll.
(2) Limbah padat non medis dihasilkan oleh Ruang Administrasi, Ruang Gizi, Ruang
Diklat, dll.
(1) Memudahkan bagi penghasil untuk pembuangan sampah (sesuai jenis warna
kantong)
(2) Mencegah terkontaminasinya limbah padat non medis dari limbah padat medis
Limbah benda tajam adalah limbah yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau atau menusuk kulit.
Secara umum, jarum disposible tidak dipisahkan dari syringe atau perlengkapan
lain setelah digunakan. Cliping, bending atau breaking jarum-jarum untuk
membuatnya tidak bisa digunakan sangat disarankan karena akan
menyebabkan accidental inoculation. Prosedur tersebut dalam beberapa hal
perlu diperhatikan kemungkinan dihasilkannya aerosol. Menutup jarum dengan
kap dalam keadaan tertentu barangkali bisa diterima, misalnya dalam
penggunaan bahan radioaktif dan untuk pengumpulan gas darah.
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kontainer yang tahan tusukan dan
diberi label dengan benar untuk menghindari kemungkinan cidera saat proses
pengumpulan dan pengangkutan limbah tersebut. Dan pada proses akhir
dimusnahkan dengan incinerator.
2) Limbah infeksius
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada proses akhir
dimusnahkan dengan incinerator Rumah Sakit atau oleh pihak ketiga yang sudah
diakui oleh pemerintah.
4) Limbah citotoksik
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong ungu dan pada proses akhir
dimusnahkan dengan incinerator Rumah Sakit atau oleh pihak ketiga yang sudah
diakui oleh pemerintah.
5) Limbah farmasi
a) Obat-obatan kadaluarsa
Limbah dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, vete-
rinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Pembuangan limbah kimia ke
dalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi atau berupa ledakan.
Reklamasi dan daur ulang bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) dapat
diupayakan bila secar teknis dan ekonomis memungkinkan. Disarankan untuk
berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Limbah ini dapat berasal
dari antara lain; tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay & bac-teriologis
(baik cair, padat maupun gas).
Hal-hal yang harus dipenuhi secara umum dalam penanganan dan pembuangan
limbah golongan ini adalah personil harus sesedikit mungkin memperoleh
paparan radiasi. Kepala Pengamanan Radiasi harus bertanggung jawab untuk
penanganan yang aman, penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif.
Pejabat ini harus bertanggung jawab untuk semua urusan pengamanan radioaktif
dan mencari petunjuk, bila diperlukan unit yang menghasilkan limbah radioaktif
hendaknya menetapkan area khusus untuk penyimpanan limbah radioaktif , yang
harus dikemas dengan benar. Tempat khusus tersebut hendaknya diamankan
dan hanya digunakan untuk tujuan itu.
8) Limbah plastik
Masalah yang ditimbulkan oleh limbah plastik adalah terutama karena jumlah
penggunaan yang meningkat secara cepat seiring dengan penggunaan barang
medis disposable seperti syringe dan selang. Penggunaan plastik lain seperti
pada tempat makanan, kantong obat, peralatan dll juga memberi kontribusi
meningkatnya jumlah limbah plastik. Terhadap limbah ini barangkali perlu
dilakukan tindakan tertentu sesuai dengan salah satu golongan limbah di atas
jika terkontaminasi bahan berbahaya.
d) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah
untuk mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.
2) Penampungan
Sarana penampungan harus memadai, letak pada lokasi yang tepat, aman
dan hygienis. Standarisasi kantong pada limbah klinis dapat dilakukan dengan
pembedaan warna maupun dengan label, hal ini diperlukan agar menghindari
kesalahan petugas dalam pengelolaan.
Keseragaman standar kantong & kontainer limbah memberikan keuntungan
sebagai berikut:
Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang dimutasikan antar instasni/unit
3) Pengangkutan
Peralatan tersebut harus diberi label dan dibersihkan secara reguler dan
hanya digunakan untuk mengangkut sampah . Setiap petugas hendaknya diberi
APD (alat pelindung diri) khusus.
4) Pemusnahan
Barang berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
a. Memancarkan radiasi
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengim-
bangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan
tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah
meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan
ledakan.
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengim-
bangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala
(flash ponit) rendah (210C)
d. Oksidator
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menye-
babkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan kulit atau mulut.
f. Korosif
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan
tubuh.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
i. Teratogenik
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genetika.
k. Arus listrik
a. Daya racun dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50, dimana makin kecil nilai
LD50 atau LC50 B3 menunjukkan makin tinggi daya racunnya
a. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri
dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh
petugas yang ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi
didapatkan dari lembar data keselamatan bahan (MSDS).
3) Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman
5) Upayakan agar tenaga kerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama
dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti
prosedur kerja yang aman.
6) Upayakan agar tenaga kerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau
tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan.
10) Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara
memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya
pemanfaatan kembali atau daur ulang.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Buku Pedoman Pelayanan Intensive Coronary Care Unit (ICCU) disusun dalam
rangka memberikan acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di unit pelayanan
ICCU RSUD Pasar Minggu agar dapat menyelenggarakan pelayanan ICCU
yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan keselamatan
pasien. Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan, maka Buku
Pedoman Pelayanan ICCU ini akan disempurnakan.