Tugas Artikel Energi Terbarukan PDF
Tugas Artikel Energi Terbarukan PDF
ARTIKEL
Disusun Oleh:
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ...................................................................... 3
1.4 Tujuan....................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
negatif yang sama terhadap lingkungan dibandingkan dengan tenaga air skala besar
(PLTA).
Sumatera Utara, termasuk Kabupaten Deli Serdang, memiliki potensi sumber
energi terbarukan dalam jumlah besar, di antaranya mikro hidro. Secara morfologi,
Kabupaten Deli Serdang terdiri dari berbagai satuan morfologi seperti pegunungan,
dataran, dan perlipatan. Sebagai daerah tangkapan air (catchment area), morfologi
pegunungan merupakan daerah yang banyak terdapat sungai-sungai yang mengalir
pada suatu ketinggian atau elevasi tertentu. Adanya perbedaan ketinggian dengan
didukung debit air yang besar dan neraca air yang relatif stabil pada suatu sungai,
merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik yaitu PLTMH, dimana pemilihan PLTMH
mempertimbangkan sifat, situasi, dan infrastruktur daerah bersangkutan.
Penerapan PLTMH merupakan upaya positif untuk mengurangi laju perubahan
iklim global yang sedang menjadi isu penting dewasa ini. Pembangunan PLTMH
membuat masyarakat semakin giat menjaga lingkungan, termasuk hutan demi terus
melestarikan potensi-potensi ketersedian air untuk keberlajutan PLMTH.
Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pemanfaatan energi
alternatif untuk penghematan energi konvensional dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat pedesaaan dan mengingat keterbatasan PLN sebagai BUMN untuk
menambah produksi listrik beserta jaringannya di wilayah Sumatera Utara, maka
penggunaan PLTMH di tempat-tempat terpencil khususnya di daerah pedesaan
merupakan pilihan yang tepat. Di daerah Sumatera Utara masih banyak terdapat desa-
desa terpencil dan tertinggal, salah satunya di Desa Buluh Awar, sehingga dalam
rangka pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan, maka keterisolasian desa
desa tersebut secara bertahap harus dihilangkan. Salah satu sarana pokok untuk
menumbuhkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat adalah tenaga listrik, karena
tenaga listrik dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat, baik untuk
menunjang produksi dan kehidupan sehari-hari maupun menunjang pengembangan
energi dan sektor industri kecil atau industri rumah tangga.
Oleh karena itu, Dalam perancangan ini penulis akan membahas mengenai
perancangan sistem energi terbarukan yang dapat bermanfaat terhadap mutu
kehidupan dan pertumbuhan ekonomi pedesaan, yaitu PLTMH dengan daya listrik
yang dapat dibangkitkan ± 100 kW.
3
1.4. Tujuan
Tujuan dari tugas artikel perancangan ini adalah :
Mendapatkan sebuah artikel perancangan PLTMH yang dilengkapi
perhitungan dengan energi listrik yang dibangkitkan sebesar ± 100 kW.
Menumbuhkan ketertarikan bagi generasi muda untuk mengembangkan
teknologi sistem energi terbarukan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan
pertumbuhan ekonomi pedesaan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik berskala
kecil dengan output di bawah 100 kW yang memanfaatkan beda tinggi (head, dalam
meter) dan jumlah debit airnya (m3 /detik) yang ada pada aliran air saluran irigasi,
sungai atau air terjun alam.
Secara teknis, mikro hidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber
energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan
melalui pipa pesat (penstock) dengan ketinggian tertentu menuju rumah instalasi
(rumah turbin). Di rumah instalasi, air akan menumbuk turbin yang akan menerima
energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputarnya
poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator
dengan menggunakan kopling. Dari generator akan dihasilkan energi listrik yang akan
5
masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan
lainnya (beban).
Berdasarkan kapasitas pembangkit, Pembangkit Listrik Tenaga Air dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1: Klasifikasi PLTA berdasrkan kapasitas
Dalam tugas artikel ini, pembahasan difokuskan pada jenis mikrohidro (0,5 sampai
100 kW).
Terdapat beberapa faktor-faktor penting yang harus dipikirkan ketika akan
membangun sistem mikrohidro. Faktor pertama adalah jumlah aliran air yang tersedia;
periode dimana hanya ada sedikit hujan atau tak ada sama sekali hujan maka dapat
berdampak besar pada pengoperasian pembangkit. Faktor kedua adalah yang dikenal
sebagai tinggi jatuh (head), ini merupakan jumlah jatuhnya air yang ada diantara
saluran pemasukan (intake) dan sistem keluaran sistem. Makin besar tinggi jatuhnya,
makin besar juga daya yang dapat dibangkitkan.
Tinggi jatuh air ( head ) adalah parameter utama yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan pembangkit tenaga mikrohidro, dan head bergantung terhadap geografi
lokasi. Pada dasarnya tinggi jatuh air ada dua kategori yaitu tinggi jatuh kotor atau
tinggi jatuh statis, dan tinggi jatuh bersih atau efektif. Sebagaimana aliran didalam
pipa, dimana sebagian energi akan hilang akibat gesekan dan gangguan yang lainnya
(katup, belokan,dll). Sepanjang saluran pembawa air juga akan terjadi kerugian akibat
gesekan dan turbulensi. Kehilangan energi ini biasanya dicatat sebagai data untuk
perhitungan output daya dengan cara mengurangi tinggi jatuh total yang ada di
lapangan. Tinggi jatuh ini juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis turbin
6
yang akan dipakai. Turbin pelton efektif beroperasi pada head tinggi (> 20 meter),
sedangkan turbin propeller sangat efektif pada head yang rendah (≤ 20 meter).
3.3. Debit
Aliran atau debit (notasi : Q satuan m3/detik) adalah volume air yang mengalir
disepanjang penampang sungai atau pipa tertentu per satuan waktu. Perhitungan debit
air ini diperlukan untuk menentukan output daya dari sebuah skema PLTMH.
Besarnya debit dalam sebuah skema PLTMH tidak sama dengan debit total
atau debit maksimum yang tersedia di sungai. Hal ini dipertimbangkan untuk
menghindari struktur bangunan sipil yang besar, pipa pesat, runner turbin dan fasilitas
pembuangan air untuk mengakomodasi aliran yang besar. Jadi, debit diperlukan untuk
7
mengetahui batasan arus tertinggi sampai arus terendah yang terjadi dalam aliran
sungai (Rislima, 2011).
Variasi dari besarnya debit sepanjang tahun dan perubahannya selama musim
hujan dan musim kering perlu diketahui dan dianalisa dengan cermat untuk
menentukan debit desain yang akan diaplikasikan dalam sistem. Debit desain biasanya
ditentukan sedikit diatas batas minimum untuk menjaga fermormansi dan efisiensi
peralatan pembangkit.
Saluran pembawa mengalirkan air dari intake ke bak penenang dengan kehilangan
ketinggian yang minimum. Ada berbagai macam saluran pembawa, antara lain
terowongan, saluran terbuka dan saluran tertutup. Pada saluran panjang dapat perlu
dilengkapi dengan saluran pelimpah pada jarak tertentu. Ini untuk menjaga jika terjadi
banjir maka kelebihan air akan terbuang melalui saluran tersebut.
Debit yang melalui saluran pembawa dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
𝑄𝑑 = 𝑉 𝑥 𝐴 (2.1)
Kecepatan aliran pada saluran pembawa dapat diperoleh dengan persamaan Manning-
Strikler sebagai berikut :
2 1
1
𝑉= 𝑥𝑅3 𝑥𝑠 2 (2.2)
𝑛
𝐴
𝑅= (2.3)
𝑃
Dimana :
Qd : Desain debit untuk saluran pembawa (m3/s)
V : Kecepatan rata-rata (m/s)
A : Luas penampang basah (m)
R : Jari-jari hidrolik (m)
P : Keliling penampang basah (m)
SL : Slope / kemiringan dasar saluran (contoh SL :1/100 = 0.01)
N : Koefisien kekasaran
Bak penenang membentuk transisi dari saluran pembawa ke pipa pesat. Dalam
beberapa kasus baknya diperbesar dengan tujuan;
Berfungsi sebagai bak penampungan pada saat beban puncak
Sebagai bak akhir untuk mencegah pengisapan udara (air suction) oleh penstok.
Pada bak penenang harus juga dipasang saringan untuk mencegah benda-benda yang
tidak diinginkan masuk ke dalam pipa pesat.
Pipa pesat/penstock merupakan pipa yang mengantarkan air bertekanan menuju dan
menggerakkan turbin. Material yang baik untuk digunakan untuk pipa pesat pada
mikrohidro adalah besi ringan, Unplasticized polyvinyl choloride (uPVC), High-
density polyethylene (HDPE), Medium-density polyethylene (MDPE).
Untuk mendesain pipa pesat mula-mula tentukan jenis bahan pipa pesat yang
direncanakan dan hitung jarak antara saluran penampang menuju turbin dan beda
tinggi (HGross) dari saluran penampang turbin.
a. Panjang pipa pesat, didapat dengan menggunakan rumus trigonometri :
d. Ketebalan pipa :
Ketebalan pipa pesat pada desain ini dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
(𝐷 + 80)
𝑡=
40
Dimana :
t = ketebalan minimum pipa
D = diameter pipa
e. Rugi-rugi akibat gesekan pada pipa pesat
Setelah mendapatkan diameter pipa pesat, kita akan menghitung nilai kehilangan atau
rugi-rugi head pada pipa pesat dengan mencari harga factor gesekan (fl).
Untuk mencari fl digunakan grafik pada gambar 2.4 dengan cara menghubungkan
garis lengkung antara harga k/d terhadap nilai (1,2.Q/d). dari tabel 2 didapat koefisien
‘k’ untuk beberapa material pipa dengan umur kondisinya.
3.8. Turbin
Turbin terdiri dari runner yang terhubung ke shaft yang merubah energi potensial
dalam air yang jatuh menjadi daya mekanikal atau daya shaft. kebanyakan kasus,
listrik dibangkitkan, turbin disambungkan secara langsung ke generator atau
disambungkan melalui roda gigi atau belt dan pulley, tergantung pada kecepatan yang
dibutuhkan oleh generator. Jadi, pemilihan jenis turbin tergantung pada tinggi jatuh
dan debit desain.
Tipe-tipe turbin yang dipergunakan dibidang teknik hidrolistrik pada saat ini adalah
sebagai berikut :
a. Turbin Francis
Turbin Francis ini adalah jenis turbin yang paling banyak dipakai PLTA saat ini.
Turbin ini bekerja dengan aliran air bertekanan. Turbin francis merupakan salah satu
turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan
air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah.
Sudu pengarah mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin
Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang
dapat diatur sudutnya.
Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang
dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.
11
b. Turbin Pelton
Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang
disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nozle. Turbin Pelton adalah salah
satu dari jenis turbin air yang paling efisien dan yang cocok digunakan untuk head
tinggi. Pada pembangkit listrik skala besar head yang dibutuhkan lebih kurang 150
meter tetapi untuk skala mikro head 20 meter sudah mencukupi, dan Efisiensi turbin
pelton dapat mencapai 80%.. Untuk turbin dcengan debit yang kecil, sistem
penyemprotan airnya dapat menggunakan satu buah nozle dan untuk debit lebih besar
dapat digunakan nozle lebih dari satu. Dengan menggunakan lebih dari satu noszle,
daya terbangkit turbin dapat ditingkatkan.
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran air
tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air dengan
baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping sehingga terjadi konversi energi
kinetik menjadi energi mekanis.
c. Turbin Kaplan
Turbin ini mempunyai roda jalan yang mirip dengan baling-baling pesawat terbang.
Bila baling-baling pesawat terbang berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong, roda
jalan pada kaplan berfungsi untuk mendapatkan gaya F yaitu gaya putar yang dapat
menghasilkan torsi pada poros turbin. Sudu-sudu pada roda jalan kaplan dapat diputar
posisinya untuk menyesuaikan kondisi beban turbin. Turbin kaplan mempunyai
12
kelebihan dapat menyesuaikan head yang berubah-ubah sepanjang tahun. Turbin dapat
beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda turbin lebih kecil dan dapat
dikopel langsung dengan generator. Pada kondisi pada beban tidak penuh turbin
Kaplan mempunyai efisiensi paling tinggi, hal ini dikarenakan sudu-sudu turbin
kaplan dapat diatur menyesuaikan dengan beban yang ada.
d. Turbin Cross-flow
Turbin Crossflow sering juga disebut dengan turbin Banki, Mitchell atau turbin
Ossberger. Turbin Crossflow terdiri dari sebuah tong berbentuk penggerak (runner)
terbuat dari dua buah piringan yang terhubung dengan lingkaran terdekat oleh
beberapa gerigi yang melengkung. Pada operasinya, pipa berbentuk kontak secara
langsung memancarkan air sepanjang runner. Air mendorong gerigi dan memberikan
banyak energy kinetik.
Dibandingkan jenis turbin lainnya, turbin crossflow memiliki disain dan
konstruksi yang sederhana, instalasi dan perawatan yang mudah, serta investasi dan
biaya perawatan yang rendah. Tinggi air jatuh (head) yang digunakan diatas 3 m
sampai dengan 50 m. Kapasitas debit air yang digunakan antara 25 – 1500 liter/s, dan
daya yang dapat dihasilkan antara 2 – 200 kW. Efisiensi turbin crossflow rata-rata
berkisar 65% - 75% dan bisa mencapai 80%, namun pada posisi guide vane < 40%
posisi max, efisiensinya akan turun sampai 30%. Disamping itu umur turbin crossflow
panjang, karena komponen-komponennya yang relatif tahan aus dan kecil
kemungkinan untuk terjadi kavitasi yang dapat merusak kinerja turbin.
13
4. Kecepatan Spesifik (ns) Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik dari suatu
turbin ialah kecepatan putaran runner yang dapat dihasilkan daya efektif untuk
setiap tingginya atau dengan rumus dapat ditulis (Haimerl.1960):
Kecepatan yang spesifik adalah perbandingan antara kecepatan putaran dari dua
runner secara geometrik sama satu dengan lainnya, dimana diambil dari kondisi
hokum persamaan, dan kecepatan spesifik dari runner yang mirip dalam sebuah grup
dengan kecepatan putaran diperoleh ketika satu runner memiliki head efektif H = 1 m
dan output P = 1 kW. Adalah dapat dimengerti bahwa kecepatan spesifik adalah
sebuah nilai numerik sebagai gambaran dari klasifikasi runner dihubungkan dengan
tiga faktor yaitu head efektif, output turbin dan kecepatan putaran sebagai berikut:
𝑁𝑠 = (𝑁 𝑥 𝑃1⁄2 )/𝐻 5⁄4 𝑁 = (𝑁𝑠 𝑥 𝐻 5⁄4 )/𝑃 1⁄2
Dimana,
Ns : Kecepatan spesifik (m-kw)
N : Kecepatan putaran turbin (rpm)
P : Output turbin (kW) = 9.8 x Q x H x η
H : Head efektif (m)
Q : Debit (m3/s)
Η : Efisiensi maksimum (%, tetapi sebuah desimal digunakan dalam
perhitungan)
η = 82 % untuk Turbin Pelton
η = 84 % untuk Turbin Francis
η = 77 % untuk Turbin Crossflow *
η = 84 % untuk Turbin Tubular S-type
Catatan: * 70% harus digunakan untuk setiap tipe dari turbin tipe Crossflow di
Indonesia pada tahap sekarang karena efisiensi dari turbin di Indonesia sekarang tidak
terlalu tinggi akibat kualitas fabrikasi. Kecepatan spesifik dari setiap turbin adalah
dikhususkan dan dikisarkan menurut konstruksi dari setiap tipe dengan berdasarkan
pada percobaan dan contoh-contoh pembuktian nyata.
Batasan dari kecepatan spesifik turbin (Ns-max) dapat diperiksa dengan rumus
berikut.
Turbin Pelton : Ns-max ≤ 85.49H-0.243
Turbin Crossflow : Ns-max ≤ 650H-0.5
15
Tabel 2.3 Jenis dan karakteristik untuk setiap tipe turbin air
16
Gambar 2.8 Grafik efisiensi jenis turbin berdasarkan head, flow, dan daya
C.A Mockmore (1949)
17
Pada prinsipnya pembangkit tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga air
dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik dengan menggunakan
turbin air dan generator. Daya (power) teoritis yang dihasilkan dapat dihitung
berdasarkan persamaan empiris berikut (Arismunandar dan Kuwahara, 1991) :
Seperti telah dijelaskan bahwa daya yang keluar merupakan hasil perkalian
dari tinggi jatuh dan debit, sehingga berhasilnya suatu usaha pembangkitan tergantung
dari usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang besar secara efektif dan
ekonomis. Selain itu pembangkitan tenaga air juga tergantung pada kondisi geografis,
keadaan curah hujan dan area pengaliran (catchment area) (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).
Penentuan tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dengan mengurangi tinggi jatuh
total (dari permukaan air sampai permukaan air saluran bawah) dengan kehilangan
tinggi pada saluran air. Tinggi jatuh penuh adalah tinggi air yang kerja efektif saat
turbin air berjalan (Arismunandar dan Kuwahara, 1991).
Adapun debit yang digunakan dalam pembangkit adalah debit andalan yang
terletak tepat setinggi mercu yaitu debit minimum. Karena pembangkit ini
direncanakan beroperasi selama 24 jam sehari semalam (Arismunandar dan
Kuwahara, 1991).
Daya yang masuk atau total daya yang diserap oleh suatu mikrohidro
merupakan daya kotor (bruto), P gross. Daya yang biasanya disampaikan adalah daya
bersih (P net). Keseluruhan efesiensi yang mempengaruhi daya ini dimasukkan dalam
e0. P gross didapat dari head gross ( h gross ) dikalikan dengan debit aliran ( Q ) dan
18
P = 9,8 x Q x Heff x e0 ( kW )
e0 = ηs . ηp . ηt . ηg . ηj . ηtr
Efesiensi yang mempengaruhi daya yaitu :
ηs : 1.0 – (panjang saluran x 0.002 ̴ 0.005)/Hgross (pada saluran)
ηp : 0.90 – 0.95 (tergantung pada panjangnya)
ηt : 0.70 – 0.85 (tergantung pada tipe turbin)
ηg : 0.80 – 0.95 (tergantung pada kapasitas generator)
ηj : 0.90 – 0.98 (tergantung pada panjang jaringan)
ηtr : 0.98 (pada trafo)
Energi yang dilepaskan didapat dari berat air yang jatuh dikalikan dengan
tinggi jatuh vertikalnya. Berat jatuh didapat dari massa ( m ) dikalikan dengan
Saat air masuk ke turbin dengan debit tertentu, energi yang dilepas dapat dinyatakan
dalam kondisi daya ( power ), dimana Power merupakan energi yang dilepas
persatuan waktu.
P gross = p x Q x g x h gross (Joule/detik) atau (Watt) (2.11)
Dengan memasuki harga massa jenis air ( p air ) = 1.000 kg/m3, dan
percepatan gravitasi ( g ) = 9,8 m/detik2. Daya yang dihasilkan pada turbin akan
banyak berkurang dari daya kotornya ( P gross ), karena kehilangan akibat gesekan
pada pipa pesat (penstock) dan pada turbin. Daya yang keluar pada generator
berkurang lagi akibat kurang efisiennya sistem kerja dan generator. Selanjutnya, pada
transmisi power hilang, dengan daya akhir yang mampu dihasilkan dan didistribusikan
kepada penggunaan listrik mikrohidro ini hanya mencapai setgengah dari kapasitas
daya kotornya (Pgross). Nilai efisiensi keseluruhan (e0) cenderung berkisar antara 0,4
hingga 0,6.
Transmisi daya berperan untuk menyalurkan daya dari poros turbin ke poros
generator. Elemen-elemen transmisi daya yang digunakan terdiri dari: sabuk (belt),
pulley, kopling dan bantalan (bearing). Belt berfungsi untuk menyalurkan daya dari
poros turbin ke poros generator. Belt harus cukup tegang sesuai dengan jenis dan
ukurannya. Pulley berfungsi untuk menaikkan putaran sehingga putaran generator
sesuai dengan putaran daerah kerjanya. Sedeangkan kopling, bantalan dan cone clamp
merupakan komponen/elemen pendukung.
Secara umum sistem transmisi daya dapat dikelompokkan menjadi:
Sistem transmisi daya langsung (direct drives)
Sistem transmisi daya tidak langsung (indirect drives); dalam hal ini
menggunakan belt.
pulley, kecuali sebuah kopling. Karena sistem transmisi dayanya langsung, maka
generator yang digunakan harus memiliki kecepatan putaran optimum yang hampir
sama dengan kecepatan putaran poros turbin (rotor), sekitar + 15 % perbedaannya.
Alternatif lain adalah menggunakan gearbox untuk mengoreksi rasio
kecepatan(putaran) antara generator dengan poros turbin.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah pemasangan poros turbin dan poros
generator yang menuntut kelurusan sumbu. Pengaruh ketidaklurusan sumbu poros
(misalignment) dikurangi dengan penggunaan kopling fleksibel yang mengizinkan
sedikit ketidaklurusan sumbu poros.
3.11. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi mekanik putaran poros menjadi energi
listrik. Konversi Energi tersebut berlangsung melalui medium medan magnet. Untuk
instalasi PLTMH dapat digunakan generator sinkron dan generator induksi. Bagian
utama generator terdiri dari bagian yang berputar disebut rotor dan bagian yang diam
disebut stator. Diantara rotor dan stator terdapat celah udara. Pada generator sinkron
kumparan medan terdapat pada rotor, sedangkan kumparan jangkarnya merupakan
bagian yang diam. Generator induksi (asinkron) mempunyai kumparan jangkar pada
stator, dan tidak terdapat kumparan medan karena generator induksi menggunakan
prinsip imbas elektromagnet.
22
BAB III
PEMBAHASAN
Dari pengolahan data diatas, debit (Q) total didapat sebesar = 0,773 m3/s. Debit diatas
merupakan debit potensi yang dilakukan saat musim kemarau masuk musim
penghujan. Dalam merencanakan sebuah pusat listrik tenaga air perlu diperhatikan
kondisi debit ketika musim kemarau, hal ini agar turbin dapat beroperasi
menghasilkan listrik apabila debit sungai turun drastis ketika musim kemarau. Untuk
estimasi musim kemarau dikurangi 30% dari Qtotal, sehingga menjadi :
𝑄 = 𝑄𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 70%
= 0,773 𝑚3/𝑠 𝑥 70%
= 0.541 𝑚³/𝑠
Sungai Mrawu merupakan sungai dangkal dengan aliran bebas, berdasarkan literatur
pada buku diperoleh factor koreksi sebesar :
Tabel 3.3 Faktor koreksi ( c ) untuk setiap jenis saluran
(Sumber : Micro-Hydro Design Manual hal 56)
𝑄 = 𝑐 𝑥 𝑄𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
= 0.65 𝑥 0,541
= 0.35 𝑚³/𝑠
Berdasarkan kondisi tersebut diatas, agar pengambilan debit desain cukup aman
artinya baik musim kemarau dan musim penghujan turbin dapat beroperasi, maka
Qdesain dipilih adalah 𝟎. 𝟑𝟓 𝒎³/𝒔
25
Lebar bendung adalah jarak antara tembok pangkal (abutment) di satu sisi dengan
abutment di sisi lain, termasuk pilar-pilar dan pintu pembilas. Untuk tidak terlalu
banyak menggangu aliran sungai setelah ada bendung, maka lebar bendung yang
paling ideal adalah sama dengan lebar normal sungai ( B = Bn ). Bila ternyata dengan
B = Bn mengakibatkan muka air di atas menjadi tinggi sekali maka lebar bendung
masih dapat dibesarkan sampai 1.2 lebar normal sungai. Jadi B<1.2 Bn lebar bendung
diambil 1.2 kali lebar normal sungai pada debit penuh 0.35 m³/s sebagai berikut ;
kemiringan talud sungai m = 1.5
lebar bawah sungai b=4m
kedalaman air di sungai h = 1.18 m
jagaan w = 1.15 m
Htotal = 1.4 m
27
3.2.4. Intake
Dimana :
v = Kecepatan aliran (m/s)
k = Koefisien Strickler (1/n )
R = Jari-jari hidrolik
SL = Kemiringan dasar
n = Koefisien kekasaran manning
Tinggi aliran pada debit maksimum
Bila dikombinasikan dengan rumus kontinuitas, maka diperoleh hubungan dengan
penampang saluran sebagai berikut :
Q = AxV
Q
Q=
V
A=bxh
P = b + 2h
Dimana :
Q = Debit aliran, m3/s
A = Luas penampang, m2
b = Lebar dasar, m
h = Tinggi aliran, m
P = Keliling basah, m
Diambil kecepatan dalam saluran v = 1 m/s, lebar saluran b = 1 m, sehingga tinggi
aliran pada debit maksimum yaitu:
29
V
h = Q.
b
𝑚
m3 1 𝑠
h = 0.42 .
s 1𝑚
= 0.42 𝑚
Kemiringan Saluran
Kemiringan dasar sungai dapat dihitung sebagai berikut:
3
V = k. √R2 . √SL
Dimana:
k diambil = 60
P = b + 2h = 1 m + 2(0.42) m = 1.84 m
A = b x h = 1 m x 0.42 m = 0.42 m²
A 0.42 m2
R= = = 0.23 𝑚
P 1.84 m
Sehingga,
V
√SL = 3
k x √2
𝑚
1
𝑠
√𝑆𝐿 = 3
60 𝑥 √(0.23𝑚)2
= 0.044 𝑚
Sehingga dengan demikian, waktu yang dibutuhkan bak penenang penuh dengan air
adalah:
volume dimensi bak penenang
waktu =
kecepatan alir air
(6 𝑥 3 𝑥 1.7)𝑚
𝑡= = 153 𝑠
0.2 𝑚/𝑠
Seperti yang diketahui Losses-Head ( Hf ) sangat tergantung pada kecepatan air dalam
pipa penstock ( v ), sedangkan kecepatan air tergantung dari diameter optimum pipa
penstock ( D ). Sehingga perlu dilakukan tahapan perhingan Losses-Head, diameter
dan kecepatan alir air secara optimum.
Untuk menetapkan diameter optimum dilakukan dengan cara menghitung
diameter dan Losses-Headnya untuk tiap tiap kecepatan alir air ( v ). Asumsi
kecepatan alir air sebesar 1 m/s, 1.5 m/s, 2 m/s, 2.5 m/s, 3 m/s, 3.5 m/s, 4 m/s, 4.5 m/s,
dan 5 m/s.
Contoh perhitungan :
Untuk V = 2 m/s
𝜋
Q = . 𝐷 2 . 𝑉 sehingga,
4
4.Q 4 x 0.35 m3 /s
D= √ = √ = 0.472 m
π.V π x 2m/s
𝑉 .𝐷 −6
𝑚2
𝑅𝑒 = , dimana ∪ = 1.13𝑥10
∪ 𝑠
𝑚
2 𝑥 0.472𝑚
𝑠
𝑅𝑒 = 1.13𝑥10−6 𝑚2
𝑠
𝑅𝑒 = 0.835 𝑥 106
𝐻𝑓 = 0.3121
Tabel 3.4 Perhitungan Head Losses
Dari Tabel dan grafik diatas hubungan antara diameter dengan Hf adalah :
Semakin kecil diameter pipa semakin besar nilai Hf, begitu sebaliknnya.
Semakin besar diameter pipa, semakin mahal biayanya, begitu sebaliknya.
Semakin rendah kecepatan air, maka dapat terjadi pengendapan (fouling),
semakin cepat kecepatan air dapat terjadi abrasive terhadap pipa.
Penentuan diameter akan menentukan kecepatan air dalam pipa pesat. Batasan
kecepatan air dalam pipa pesat sebagai berikut :
Untuk L/H < 1 – 2 Cmax = ( 4 – 3 ) m/s
L/H < 2 – 4 Cmax = ( 3 – 2,5 ) m/s
L/H > 5 Cmax = ( 2 – 1 ) m/s
Dimana,
L = Panjang pipa pesat ( m )
H = Head Statis atau Head Bruto ( m )
C = Kecepatan air dalam pipa pesat ( m/s )
Berdasarkan referensi diatas, maka penentuan diameter dalam penstock pada
PLTMH Giritirta, adalah :
𝐿 52
= = 3.46 < 2 − 4
𝐻 15
Maka, V = 2.5 m/s
4xQ 4 x 0.35 m
D= √ = √ = 0.42 m
πxV 3.14 x 2.5 m/s
Atau bisa juga dengan menggunakan persamaan Gordon dan Penman sebagai berikut:
𝐷 = 0.72 𝑥 𝑄0.5
= 0.72 𝑥 0.350.5 = 0.42 𝑚 = 16.5 𝑖𝑛𝑐ℎ
𝑚3
𝑄 0.35 𝑚
𝑠
𝑉= 𝜋 = 𝜋 = 2.52
⁄4 𝑥𝐷 2 ⁄4 𝑥0.422 𝑠
𝑚
2.52 𝑥 0.42 𝑚
𝑠
𝑅𝑒 = 𝑚2
= 0.938𝑥106
1.13𝑥10−6
𝑠
𝜖 4.6𝑥10−5
= = 0.000109
𝐷 0.42 𝑚
Dari Diagram Moody didapatkan harga f = 0,013, maka
35
𝐿 𝑉2
𝐻𝑓 = 𝑓 𝑥 𝑥
𝐷 2𝑔
52 𝑚 2.522
𝐻𝑓 = 0.013 𝑥 𝑥 = 0.52 𝑚
0.42 𝑚 2𝑥9.81 𝑚⁄𝑠 2
Penentuan ketebalan pipa pesat tergantung pada pemilihan jenis bahan atau material
pada pipa pesat. Pada perhitungan ketebalan pipa pesat, ditentukan material standar
JIS SM 400. Berikut adalah spesifikasi standar material dan perhitungan ketebalan
pipa pesat.
Tabel 3.5 Spesifikasi standar material
Ketebalan dinding pipa pesat harus lebih besar dari pada rumus empiris di
bawah ini dan tidak lebih kecil dari 6 mm.
D + 800
tmin = + ϵ
400
Dengan :
Sehingga :
420 𝑚𝑚 + 800
𝑡𝑚𝑖𝑛 = + 2 = 5.5 𝑚𝑚
400
36
Tebal pipa didapat 5.5 mm, namun menurut persamaan diatas batas minimum
tebal pipa adalah 6 mm. Selain itu, ketebalan pipa pesat juga dapat dihitung
berdasarkan tekanan air, dengan persamaan berikut :
𝑃𝑚 𝑥 𝐷
𝑡= + 𝜖
2 𝑥 𝛿𝑎 𝑥 𝜂
Dengan :
t = Tebal pipa pesat ( mm )
Pm = Tekanan maksimum air ( kg/mm2 )
Pm = Ha x ρ x Hb
Ha = 2, Asumsi tekanan maksimum air karena water hammer
ρ = Massa jenis air = 1000 kg/m3
Hb = Head bruto ( m )
D = Diameter dalam penstock ( m )
δa = Tegangan ijin (12 kg/mm2 )
η = Efisiensi las ( 90 % )
ϵ = Perlindungan terhadap korosi ( 2 mm )
Pm x D
t= + ϵ
2 x δa x η
Pm = Ha x ρ x Hb
kg
= 2 x 1000 m
m3 x15
kg
= 30000 2
m
sehingga
30𝑥103 x 0.0055 m
t= kg + 0.002 m
2 x 12𝑥103 2
x90%
m
= 9.83 ≈ 10 mm
Dari dua persamaan diatas, demi keamanan dan umur dari pipa maka dipilih
tebal pipa sebesar 10 mm, material JIS SM 400 A, B, C.
37
Data-data yang digunakan dalam rancangan turbin yang diperoleh dari survey
lapangan dan hasil perhitungan diatas adalah ;
a) Hnett = Hbruto - Hf
Head Rancangan yaitu sebesar 22 m.
𝐻𝑛𝑒𝑡𝑡 = 22 𝑚 − 0,52 𝑚 = 21,48 𝑚 ≈ 21.5 m
b) Qdesain = 0.35 m3 /s
c) Daya Output Turbin
Perhitungan daya yang dapat dibangkitkan dengan estimasi efisiensi turbin
jenis crossflow terendah sebesar 70 % adalah sebagai berikut :
𝑃 = 𝐻𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑄𝑑𝑒𝑠 𝑥 𝑔 𝑥 𝜂𝑡
𝑃 = 21,5 𝑚 . 0,35 𝑚3/𝑠 . 9,81 𝑚/𝑠2 . 0,7
𝑃 = 51,67 𝑘𝑊
51.67 𝐾𝑊
P= 0.746
= 69.26 𝐻𝑃
berikut :
513.25
𝑁𝑠 = ……
𝐻0.505
513.25
𝑁𝑠 = = 133
14. 50.505
Dalam perancangan turbin crossflow ini dibutuhkan data data yang diperoleh dari
hasil survey dan hasil perhitungan. Dari data-data tersebut dapat ditentukan dimensi
roda jalan (runner), Panjang aliran masuk (bo), dimensi sudu dan sudu pengarah.
Gambar berikut merupakan gambaran diagram kecepatan dari runner yang
membentuk tiga (3) titik kecepatan yakni untuk turbin crossflow diambil
kelengkungan sudut β = 120°.
Roda jalan merupakan bagian dari turbin air yang berfungsi sebagai penyerap
energi potensial air dan mengubahnya menjadi energi mekanis berupa putaran.
Putaran tersebut akan dikonversi menjadi energi listrik melalui generator. Berikut
merupakan dimensi dari runner tersebut, yakni : Langkah langkah perencanaan
runner turbin :
1. Perencanaan putaran adalah 𝒏 = 1500 rpm, 1000 rpm, 750 rpm, 500 rpm dan
250 rpm
2. Menentukan Diameter Luar Runner Turbin
𝐷1 . 𝜋. 𝑛
𝑈1 =
60
60 × 𝑈1
𝐷1 =
𝜋. 𝑛
60 × 8.265 𝑚/𝑠
𝐷1 =
𝜋. 𝑛
1
𝐷1 = 157.849 × 𝑚
𝑛
41
𝑈2 = 5.783 𝑚/𝑠
𝜔1 𝐴1 = 𝜔2 𝐴 2
𝐴1
𝜔2 = 𝜔1
𝐴2
𝐴1 2
𝜔2 = 𝜔1 ( )
𝐴2
0.125 2
𝜔2 = 10.767 𝑟𝑎𝑑/𝑠. ( )
0.085
𝜔2 = 21.97 𝑟𝑎𝑑/𝑠
3. Kecepatan Mutlak (𝑪 𝟐)
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa untuk mencari nilai kecepatan
𝐶2 = √𝑢2 2 + 𝜔2 2
𝐶2 = √5.7832 + 21.972
𝐶2 = 22.72 𝑚/𝑠
4. Perhitungan Sudut ( 𝜶𝟐 )
𝐶𝑢3 = 𝐶3 cos 𝑎3
𝐶𝑢3 = 22.72𝑚/𝑠. cos 75.20°
𝐶𝑢3 = 5.78 𝑚/𝑠
44
𝑄
𝑏0. =
0.91 . 𝑏0 . 𝐷1 . √𝐻𝑛𝑒𝑡𝑡
0.35 𝑚 3 /𝑠
𝑏0. =
0.91 × 0.25 × √14.5 𝑚
𝑏0. = 0.404 𝑚
Metode yang digunakan dalam perencanaan turbin cross flow kali ini adalah
metode satu busur lingkaran, tahapan dalam mendesain bentuk sudu sebagai
berikut ;
o Pada tahap awal menggambar sudu, yang dilakukan pertama kali adalah
membuat lingkaran dengan diameter D 1 dan lingkaran kedua dengan D 2.
Kedua lingkaran tersebut berpusat pada titik yang sama.
o Panjang garis AC dapat ditarik garis dengan sudut 𝛽1, kemudian panjang garis
𝛼1
AB dapat dicari dengan sudut hingga bersinggungan dengan diameter dalam
2
runner turbin.
o Garis BO dapat ditentukan dengan menarik titik B ke titik O, kemudian gari
BC tegak lurus dengan garis BO.
48
Poros disini berfungsi untuk memindahkan momen puntir dari roda jalan ke pulley.
Poros tidak dapat dibuat dengan diameter seragam, kerena untuk keperluan perakitan
atau penempatan bagian yang terletak pada poros, membutuhkan batas tertentu
maupun toleransi tersendiri. Namun dalam perhitungan diameter poros ( Dp )
dianggap seragam. Bahan yang dipilih adalah Fe 690
Dengan :
𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖 = 30 𝑘𝑊
𝑃𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖 = 30 000 𝑊
30000 𝑊
Mw = π 𝑥 630 𝑟𝑝𝑚
30
Mw = 454.728 Nm
Mw = 454.728 x 10 3 Nmm
𝑊𝑤 = 5684,105 mm³
3. Menentukan diameter poros yang dianggap aman untuk tegangan punter, karena
𝑊𝑤= 0,2 𝑑³, maka :
3 𝑊𝑤
d= √
0,2
3 5684,105 mm3
d= √
0,2
𝑑 = 30,5 𝑚𝑚 ≈ 32 𝑚𝑚
𝜎𝑖 = √σb2 + 3 τw2
Dimana :
𝑀𝑏
𝜎𝑖= Tegangan Lentur
𝑊𝑏
𝑀𝑏
𝜏𝑤 = Tegangan puntir =
𝑊𝑤
NO D (mm)
Dari data data perhitungan diatas, kita memilih diameter yang aman untuk
tegangan lentur terjadi adalah 50 mm, dengan nilai tegangan ideal (𝜎i ) yang terjadi
sebesar 48.124 N/mm2
𝜏𝑤 ≥ 𝜏 𝑤(𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛)
Contoh perhitungan :
Untuk Dp = 50 mm
51
𝜎𝑏 = 36.378 N/mm2
Tegangan puntir ( 𝝉𝒘 ) :
𝑊𝑤 = 0,2 . 𝑑3
𝑊𝑤 = 0,2 . (50 𝑚𝑚)3
𝑊𝑤 = 25000 𝑚𝑚3
𝑴𝒃
𝜏𝑤 =
𝑾𝒘
𝟒𝟓𝟒,𝟕𝟐𝟖 𝐱 𝟏𝟎𝟑𝑵𝒎𝒎
𝜏𝑤 =
𝟐𝟓𝟎𝟎𝟎𝟑
𝜏𝑤 = 18.189 N/mm2
𝜎𝑖 = √σb2 + 3 τw2
𝜎𝑖 = 48.124 N/𝑚𝑚 2
𝜋𝐷1 2
𝑉𝑟 = 2 𝑥 𝑥 𝑡𝑑𝑖𝑠𝑘 𝑥 𝑏 + 𝑟 𝑥 𝑧 𝑥 𝑡 𝑠𝑢𝑑𝑢
4
Dimana :
Vr = Volume runner
z = Jumlah sudu
𝜋(0.25 𝑚)2
𝑉𝑟 = 2 𝑥 = 0.005 𝑚 𝑥 0.4 𝑚 + 0.04 𝑚 𝑥 22 𝑥 0.003 𝑚
4
𝑉𝑟 = 2.84 𝑥 10−3 𝑚 3
Massa dan berat runner dapat di cari menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑀𝑟 = 𝑉𝑟 𝑥 𝑃𝑏𝑒𝑠𝑖
𝑀𝑟 = 21.981 𝐾𝑔
𝑊𝑟 = 𝑚𝑟 𝑥 𝑔
𝑚
𝑊𝑟 = 21.981 𝑘𝑔 𝑥 9.81 = 215.64 𝑁
𝑠2
𝑊𝑝 = 104.49 𝑁
54
d. Perencanaan V-Belt
Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapezium yang dibelitkan
dikeliling alur pulley yang berbentuk V. Bagian sabuk yang membelit pada pulley
mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar.
Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan
menghasilkan transimsi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah.
𝑛1 𝑑2
=
𝑛2 𝑑1
630 rpm 𝑑2
=
1500 rpm 𝑑1
𝑑1 = 2.38 . 𝑑2
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 . 𝑃 (𝑘𝑊)
𝑃𝑑 = 1.8 𝑥 30 = 54 𝑘𝑊
3. Pemilihan penampang sabuk
Dengan putaran pulley kecil (n2) = 1500 rpm dan daya rancangan Pd =
54 kW, maka bila dilihat dari tabel di bawah ini dapat dipilih penampang sabuk
V-belt tipe C
55
4. Kecepatan Sabuk
Untuk menghitung sabuk dapat digunakan rumus sebagai berikut :
𝑑𝑝 . 𝑛1
𝑣=
60 𝑥 1000
Dimana :
V = Kecepatan linear sabuk (m/s)
dp = Diameter pulley minimum di anjurkan
n1 = Putaran poros (rpm)
Jadi,
𝜋. 100 𝑚𝑚 . 1500 𝑟𝑝𝑚
𝑣= = 7.85 𝑚/𝑠
60 𝑥 1000
5. Panjang V-Belt
Untuk mencari panjang V-Belt adalah :
𝜋 (𝐷2 + 𝐷1 )2
𝐿 = 2𝐶+ (𝐷2 + 𝐷1 ) +
2 4. 𝐶
𝜋 (100 𝑚𝑚 + 250 𝑚𝑚 )2
𝐿 = 2 . 700 𝑚𝑚 + (100 𝑚𝑚 + 250 𝑚𝑚 ) +
2 4 . 700 𝑚𝑚
𝐿 = 1993 𝑚𝑚
56
Dari hasil perhitungan didapatkan panjang belt = 1993 mm, sesuai dengan
standart V-Belt maka panjang V-belt = 2032 mm
6. Banyaknya sabuk (z)
Perencanaan sabuk pulley ini dengan memperhatikan faktor tumbukan
yang disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel 3.11 Faktor koreksi ( Cs )
(Sumber: Ir. Jack Stolk, Ir. C, Cross,” Elemen Mesin,”Hal 27)
Keadaannya Cs
Efek tanpa tumbukan, kopel-jalan-awal kecil 1…….1,2
Tumbukan sedang, kopel-jalan-awal sedang
(seperti pada motor listrik-hubungan pendek
normal) 1,2….1,4
Sesuai dengan tabel diatas faktor koreksi ( Cs ) yang dipilih adalah 1.4
𝐶𝑠.𝑃
Jadi, 𝑧 =
𝑓1 .𝑓1 .𝑝𝑑
Dengan :
z = banyaknya sabuk
P = Daya turbin (kW)
57
1.4 𝑥 30 𝑘𝑊
𝑧=
1.00 𝑥 0.75 𝑥 54 𝑘𝑊
𝑧 = 1.03 ≈ 1 𝐵𝑢𝑎ℎ
e. Bantalan
Untuk bantalan poros kita memilih jenis deep groove ball bearing.
Weight = 0.459 Kg
3.2.11. Generator
Generator yang digunakan untuk PLTMH Giritirta adalah Synchrounous Generator
Brushless type. Pemilihan tipe generator ini didasarkan karena lebih murah dan juga
system kontrolnya lebih murah, meskipun ukurannya lebih besar. Berikut spesifikasi
generator yang dipilih :
58
Total produksi energi yang dibangkitkan selama satu tahun PLTMH Giritirta
adalah sebagai berikut:
Pannual = Heff 𝑥 Q des 𝑥 g 𝑥 𝜂𝑡 𝑥 ηg 𝑥 PF x 8760
Dimana,
𝐻𝑒𝑓𝑓 = Tinggi Jatuh Efektif Turbin ( m )
𝑄𝑑𝑒𝑠 = Debit Desain Turbin ( m³/s )
𝑔 = Gravitasi Bumi ( 9,81 m/s² )
𝜂𝑡 = Efisiensi Turbin ( 70 % )
𝜂𝑔 = Efisiensi Generator ( 85 % )
PF = Faktor daya ( 0.8 )
8760 = jam produksi per tahun
Sehingga:
𝑃𝑛𝑒𝑡 = 14.5 𝑚 𝑥 0.35 𝑚3/𝑠 𝑥 9.81𝑚/𝑠2𝑥 0.7 𝑥 0.85
= 43.92 𝑘𝑊
𝑃𝑎𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 = 29.62 𝑘𝑊ℎ 𝑥 0.8 𝑥 8760
= 307791.36 𝑘𝑊ℎ /𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Dari survey dan pengolahan data diatas maka data – data yang diperoleh dari hasil
survey, yakni :
Hbrutto = 22 m
Hefektif = Hbrutto - H f
Hefektif = 22 – 0.52 m
= 21.48 m
Q = 0.35 m³/s
59
Sehingga perkiraan daya yang dapat dibangkitkan dengan luas DAS 2,14 km2 dari
sungai potensi adalah :
P = 9,8 x Q x Heff x ηt x ηg ( kW )
ηt : 0.70 – 0.85 (tergantung pada tipe turbin)
ηg : 0.80 – 0.95 (tergantung pada kapasitas generator)
Jika diasumsikan :
ηt = 0.70 (turbin yang digunakan turbin crossflow)
ηg = 0.85
sehingga,
P = 9,8 x Q x Heff x e0 ( kW )
P = 9.8 x 0.35 m3/s x 21.48 m x 0.70 x 0.85
P = 43.84 KW
PLTMH direncanakan memiliki dua buah turbin sehingga daya yang dapat dihasilkan
adalah :
P = 2 x 43.84 KW
P = 87.68 KW
60
3.3. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang didapatkan dari perancangan PLTMH di Desa Giritirta,
Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah yaitu :
Dari hasil perhitungan dan analisa mengidentifikasikan adanya potensi debit
sebesar 0.35 m³/s dengan head 24 meter, serta daya listrik yang dapat
dibangkitkan sebesar 87.68 kW
Berikut spesifikasi dari perancangan turbin yang digunakan :
ITEM RANCANGAN
NO SPESIFIKASI SATUAN BESARAN
TURBIN
kW 50
Daya Turbin
Hp 69.26
Panjang Pipa m 52
Tebal Pipa mm 10
Syncronous
Generator Brus
Type
hles s type
9 Generator (STC)
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.
Yogyakarta: Balai PPTAAG
Green energy help files. (2006). Hydro Energy [Online] Available at:
http://www.greenenergyhelpfiles.com/hy droenergy.htm [Accessed 9
September 2010]
Tim Contaned Energy Indonesia. Buku Panduan Energi yang Terbarukan. Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Www.containedenergy.com