Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Protein (protos yang berarti ”paling utama”) adalah senyawa organik kompleks yang
mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein
merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus
amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya
digolongkan sebagai polipeptida. Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang
sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya.
Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat
penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka,
penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan
dengannya. Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa selain polisakarida,
lipid dan polinukleotida yang merupakan penyusun utama makhluk hidup.
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan
ikatan peptida. Molekul protein itu sendiri mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitroge dan kadang kala sulfur serta fosfor.Protein dirumuskan oleh Jons Jakob Berzelius
pada tahun 1938.
Kita sering menamakan asam-asam amino yang secara nutrisi esensial sebagai asam
amino “esebsial” atau “indispensable” (tidak dapat dibuat)”, dan asam-asam amino
“nonesensial” atau “indispensable” (dapat dibuat)”. Meskipun dari konteks nutrisi istilah-
istilah ini benar, namun pemakainannya mengaburkan sifat esensial biologis pada
keseluruhan 20 macam asam amino. Kita bisa memperdebatkan bahwa asam-asam amino
yang secara nutrisi nonesensial itu lebih penting bagi sel daripada asam-asam amino yang
secara nutrisi, karena dalam tubuh organisme (mis: manusia) sudah terjadi evolusi
penurunan kemampuan untuk membuat sendiri asam amino esensial sementara
kemampuan pembuatan asam amino nonesensial masih dipertahankan.
Mengingat buku ini menekankan pada proses metabolisme yang terjadi dalam
jaringan tubuh manusia, kami akan pembicaraan hanya biosintesis asam-asam amino
nonesensial dan tidak akan membahas biosintesis asam-asam amino esensial leh tanaman
serta mikroorganisme.

Asam amino merupakan sumber utama nitrogen untuk hewan da berfungsi sebagai
prekursor bagi senyawa-senawa nitrogen lainnya. Karena sebagian besar bukan asam
amin itu sendiri, diskusi akan melibatkan lintasan metabolik yang dibicarakan pada
bagian lain dalam buku ini. Produk dengan makna fisiologis yang penting dan
merupakan turunan asam amino adalah hem , purin, pirimidin, hormon serta
neurotransmiter yang mencakup berbagai peptida aktif biologis. Di samping itu, banyak
protein mengandung asam amino yang telah dimodifikasi untuk suatu fungsi khusus,
misalnya mengikat kalsium atau membentuk ikatan-silang, dan dengan demikian residu
asam amino dalam protein tersebut berfungsi sebagai prekursor bagi residu yang telah
dimodifikasi ini. Akhirnya, ditemukan pula molekul-molekul petida yang kecil atau yang
mirip peptida dan tidak disintesis pada ribosom yang melakukan berbagai fungsi khusus
pada sel.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan apa yang dimasud dengan pepton ?
2. Jelaskan apa yang dimaskud dengan biosintesis asam amino nonesensial ?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan konversi asam amino mejadi produk khusus ?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui yang dimaksud dengan pepton.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan biosintesis asam amino nonesensial.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan konversi asam amino mejadi produk khusus.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PEPTON

Proses pencernaan yang dilakukan pepsin meliputi 10-30% dari pencernaan protein
total.Pemecahan protein ini merupakan proses hidrolisis yang terjadi pada rantai
polipeptida.Sebagian besar proses pencernaan protein terjadi di usus. Ketika protein
meninggalkan lambung,biasanya protein dalam bentuk proteosa, pepton, dan polipeptida
besar.

2.2 BIOSINTESIS ASAM AMINO NONESENSIAL

A. Makna biomedis yang penting

Manfaat materi dalam bab ini bagi bidang kedokteran berhubungan dengan keadaan
defisiensi asam amino yang dapat terjadi jika salah satu asam amino esensial tidak terdapat
dalam diet atau terdapat dengan jumlah yang tidak memahami. Mengingat biji-bijian tertentu
merupakan sumber yang relatif kurang mengandung triptofan dan lisin, maka pada daerah-
daerah dimana masyarakatnya hanya bergantung pada biji-bijian sebagai sumber protein dan
disuplementasi dengan sumber protein seperti susu, ikan atau daging, dapat terlihat keadaan
devisiensi yang dramatis. Penyakit kwashiorkor dan marasmus merupakan penyakit endemik
dikawasan tertentu afrika utara. Kwashiorkor terjadi kalau seorang anak disapih dengan
makanan patih yang kurang mengandung protein. Pada marasmus, baik masukan kalori
maupun asam amino spesifik menunjukkan kekurangan.

B. Selama proses evolusi, hewan dari spesies yang lebih tinggi kehilangan kemampuan
untuk mengandakan biosistesis asam amino yang pembentukkannya memerlukan
rangkaian reaksi yang panjang

Adanya kebutuhan gizi menunjukan bahwa ketergantungn pada pasokan senyawa antara yang
diperlukan dari luar dapat mempunyai nilai “daya tahan hidup” yang lebih tinggi dari pada
kemampuan untuk mensintesisnya. Jika suatu senyawa antara yang spesifik terdapat dalam
makanan, organisme yang dapat mensintensisnya akan memproduksi dan mengalihkan
informasi genetik nilai “daya tahan hidup” negatif ke generasi selanjutnya. Nilai survival
tidak dianggap nol tetapu negatif, karena ATP dan sejumblah nutrien digunakan untuk
mensintesis DNA yang tidak diperlukan.

Tabel 30-2. Enzim-enzim yang diperlukan untuk sintesis asam-asam amino dari senyawa-
senyawa amfibolik.

Jumlah enzim yang perlukan untuk mensintesis


Secara nutrisi esensial Sacara nutrisi
nonesensial
Arg 7 Ala 1
His 6 Asp 1
Thr 6 Asn+ 1
Met 5 (4 dipakai bersama) Glu 1
Lys 8 Gln 1
ile 8 (6 dipakai bersama) Hynl() 1
Val 1 (7 dipakai bersama) Hyp 1
Leu 3 (7 dipakai bersama) Pro 3
Phe 10 Ser 3
Trp 5/59 (dipakai bersama) Gly() 1
Cys() 2
Tyr() 1/17

Dari Glu.+dari Asp.() dari Lys.#dari Pro.() dari ser.()dari ser tambah ().()dari Phe.

Jumlah enzim yang diperlukan oleh sel-sel prokardiotik untuk mensintesis asam-asam amino
esensial cukup besar bila dibandingkan dengan jumbah enzim yang diperlukan untuk
mensintesis asam-asam amino esensial (tabel30-2). Hal ini menunjukan adanya keuntungan
“survival” dalam mempertahankan kemampuan untuk membuat asam-asam amino “yang
mudah” sementara kehilangan kemampuan untuk membuat asam-asam amino “yang sukar”.

C. Sebagian besar asam-asam amino nonesensial dibentuk dari senyawa-senyawa


anfibolik melalui lintasan anobolik pendek

Dari 12 asam amino nonesensial (tabel30-1), 9 dibentuk dari senyawa- antara anfibolik. Tiga
sisanya (Cys, Tyr, Hyl) dibentuk dari asam amino esensial.

Glutamat dehidrogenase, glutamin sintase dan enzim-enzim transaminase menduduki posisi


sentral biosintesis asam amino. Efek gabungan enzim tersebut adalah mengkatalisisi
transformasi ion amonium anorganik menjadi (alfa) – amino nitrogen organik pada berbagai
asam amino.
Glutamat: reaksi aminasi reduktif (alfa)- ketoglutarat dikatalisis oleh glutamat dehidrogenase
(gambar 30-1). Di samping pembentukan L-glutamat dari senyawa-antara amfibiolik (alfa)-
ketoglutarat, reaksi ini merupakan tahap pertama yang menjadi kunci dalam biosintesis
banyak asam amino lainnya.

Glutamin: biosintesis glutamin dari glutamat di katalisis oleh glutamin sintetase (gambar-2).
Reaksi tersebut memperlihatkan baik kesamaan maupun berbedaan dengan reaksi glutamat
dehidrogenas. Keduanya ”mengikat” nitrogen anorganik- yang satu ke dalam gugus amino
dan yang lain kedalam ikatan amida. Kedua reaksi dirangkaiakan dengan sejumlah reksi yang
sangat eksergonik, yaitu untuk glutamat dehidrogenasi, reaksi oksidasi NAD(P)H, dan unutk
glutamin sintetase, reaksi hidrolisis ATP.

Alanin & aspartat: transaminasi piruvat membentuk L-alanin, dan transminasi oksaloasetat
membentuk L-aspartat (gambar 30-3). Pengalihan gugus (alfa)-amino pada glutamat kepada
senyawa-antara amfibolik ini melukiskan kemampuan enzim transminase untuk menyalurkan
ion amonium, lewat glutamat, kepada (alfa)-amino nitrogen asam-asam amino.

Asparagin: pembentukan asparagin dari asparat, yang mengkatalisis oleh asparagin sintetase
(gambar 30-4), menyerupai sintesis glutamin (gambar 30-2). Namun demikian, mengingat
enzim mammalia lebih menggunakan glutamin ketimbang ion amonium sebagai sumber
nitrogen, maka asparagin sintetase pada mammalia tidak “mengikat” nitrogen anorganik.
Sebaliknya, asparagin sintetase pada bakteri memakai ion amonium dan dengan demikian
benar-benar “mengikat” nitrogen. Sebagaimana untuk reaksi lainnya di mana terbentuk Ppi,
hidrolisis Ppi menjadi Pi oleh pirofosfatase menjamin bahwa reaksi tersebut dilihat dari dari
energinya sangat didorong.

Serin: serin dibentuk dari senyawa-antara glikolitik D-3-fosfogliserat (Gambar 30-5). Gugus
α-hidalanin. Berbeda dengan kebanyakan reaksi transaminase, reaksi ini sangat mendorong
sintesis glisin. Dua jalur penting tambahan pada mamalia untuk pembentukan glisin adalah
dari kolin (Gambar 30-6) dan

Gilsin: sintesis glisin dalam jaringan mammalia dapat terjadi leawat beberapa car. Sitosol hati
mengandung enzim-enzim glisin transaminase yang mengkatalis sintesis glisin dari glioksilat
dan glutamat atau alanin. Berbeda dengan keanyakan transtransaminase, reaksi ini sangat
mendorong sintesis glisin. Dua jalur penting tambahan pada mammaliauntuk pembentukan
glisin adalah kolin (gambar 30-6) dan dari serin melewati reaksi serin hidroksimeatil-
transfirase (gambar 30-7).
Prolin: pada mammalia dan sebgian bentuk kehidupan lainny, prolin dibentuk dari glutamat
melalui pembalikan reaksi katabolisme prolin (gambar 30-8).

Sistein: meskipun secara nutrisi tidak tergolong esensial, sistein dibentuk dari metionin (secra
nutrisi esensial) dan serin(secara nutrisi nonesensial) metionin pertama-tama dikonversikan
menjadi bomosistein lewat S- adenosilmetionin (lihat Bab 32). Konversi homosistein dan
seing menjadi sistein dan homoserin diperlibatkan dalam gambar 30-9.

Tirosin: Tirosin dibentuk dari alanin melalui reaksi yang dikatalisis oleb ferilalanin
bidroksilase (Gambar 30-10). Jadi, meskipun fenilalanin merupakan asam amino esensial
tirosin bukan asam amino esensial karena makanan mengandung fenilalanin dengan jumlah
yang memadai. Reaksi tersebut tidak reversibel sehingga tirosin tidak bisa menggantikan
kebutuhan gizi akan fenilalanin. Kompleks fenilalanin hidroksilase merupakan enzim
oksigenase dengan fungsi campuran yang terdapat dalam hati mammalia tapi tidak ditemukan
pada jaringan lainnya. Reaksi tersebut meliputi penyatuan satu atom oksigen ke dalam posisi
para fenilalanin, sementara atom lainnya direduksi sehingga terbentuk air (Gambar 30-11).
Kekuatan pereduksi, yang dipasok oleh NADPH, tersedia sebagai tetrahidrobiopterin, yaitu
suatu preridin yang menyerupai asam folat.

Hidroksiprolin: Karena prolin bertindak sebagai prazat hidroksiprolin, maka prolin dan
bidroksiprolin termasuk dalam fanili asam amino glutamat. Walaupun baik maupun 4
hidroksiprolin terdapat dalam jaringan mammalia, pembabasan berikut ini semata-mata
membicarakan trans-4 hidroksiprolin.

Hidroksiprolin, seperti balnya hidroksilisin, hampir selalu mempunyai kaitan dengan kolagen,
yaitu protein yang paling berlimpah jumlahnya pada jaringan tubuh mammalia. Sekitar
sepertiga bagian kolagen mengandung glisin, sepertiga lagi prolin serta sepertiga sisa
bidroksiprolin. Hidroksiprolin, yang membentuk banyak residu asam amino pada kolagen,
menstabilkan rantai lipat tiga kolagen terhadap proses cerna oleh enzim protease. Berbeda
dengan gugus bidroksil pada hidroksilisin, yang bertindak sebagai tempat pelekatan residu
galaktosil dan glukosil, gugus bidroksil pada bidroksiprolin kolagen tidak tersubstitusi.
Gambaran unik metabolisme hidroksiprolin dan hidroksilisin terlibat pada asam-asam amino
yang terbentuk sebelumnya karena kedua asam amino tersebut yang terdapat dalam protein
makanan yang dimakan,tidak menyatu di dalam jaringan kolagen. Tidak ada RNA yang
mampu menerima hidroksiprolin atau hidroksilisin dan menyisipkannya ke dalam rantai
polieptida yang panjang. Namun demikian, prolin dari makanan merupakan prazat
hidroksilisin kolagen, dan sin makanan adalab prazat kolagen hidroksilisin. Kidroksilasi
prolin atau lisin dikatalisis oleb prolil hid-

Roksilase atau lisil hidrogenase, yaitu enzim yang berkaitan dengan fraksi mikrosomal
banyak jaringan (kulit, hati, paru, jantung, otot kerangka dan luka yang mengalami
granulasi). Enzim enzim ini merupakan peptidil hidrogenase, karena reaksi hidroksilasi hanya
terjadi sesudah penyatuan prolin atau lisin ke dalam ikatan polipeptida.

Kedua enzim hidroksilase tersebut merupakan enzim oksigenase dengan fungsi campuran
yang memerlukan, selain substrat, juga O2 molekuler, askorbat, Fe2+ dan (alfa)-ketoglutarat.
Prolil hidroksilase telah diteliti lebih luas, tetapi lisil hidroksilase tampaknya merupakan
enzim yang sepenuhnya analog. Untuk setiap mol prolin yang mengalami dekarboksilasi
menjadi suksinat. Selama proses ini berlangsung, satu atom O2 molekuler disatukan ke dalam
prolin dan satu lagi ke dalam suksinat (gambar 30-11).

Hidroksilisin: 5-hidroksilisin (alfa, E-diamino-()-hidroksiproat) terdapat dalam kolagen,


tetapi tidak ditemukan pada kebanyakan jaringan mammalia lainnya. Hidroksilisin kolagen
berasal langsung dari lisin dalam makanan dan bukandari hidroksilisin dalam makanan.
Sebelum lisin mengalami hidroksilasi, pertama-tama asam amino ini harus disatukan ke
dalam ikatan peptida. Hidroksilasi peptida lisil kemudian dikatalisis oleh lisil hidroksilase,
yaitu enzim oksidase dengan fungsi campuran yang analog dengan prolil hidroksilase
(gambar 30-9).

D. Asam (Alfa)-Keto Pada Tiga Asam Amino Rantai-Bercabang Dapat Menggantikan


Asam Amino Padanannya Dalam Makanan Manusia

Meskipun leusin, valin dan isoleusin semuanya merupakan asam amino yang secara nutrisi
esensial bagi manusia dan hewan spesies lebih tinggi lainnya, enzim-enzim transaminase
dalam jaringan mammalia dapat mengadakan interkonversi reversibel keseluruhan 3 asam
amino itu dan asam (alfa)-keto pedanannya. Jadi, asam (alfa)-keto ini dapat menggantikan
asam aminonya dalam makanan.
E. Histidin Dan Arginin Dianggap Sebagai Asam Amino Semiensensal

Arginin, yaitu asam amino esensial bagi manusia yang sedang tumbuh, dapat diesensial oleh
jaringan tubuh tikus namun jumlahnya tidak cukup untuk memungkinkan pertumbuhan yang
normal.

Histidin seperti halnya arginin, merupakan asam amino semiesensial. Manusia dewasa dan
tikus dewasa mempunyai keseimbangan nitrogen yang dipertahankan untuk periode waktu
yang singkat dakam keadaan tanpa histidin. Namun, hewan yang sedang tumbuh memerlukan
histidin dalam makanannya. Bila penelitian dilakukan untuk periode waktu yang lebih lama
lagi, kemungkini kebutuhan akan histidin pada manusia dewasa akan menjadi lebih jelas.
2.3 KATABOLISME PROTEIN DAN NITROGEN ASAM AMINO

A. Protase Dan Peptidase Menguraikan Protein Menjadi Asam-Asam Amino

Seperti halnya berbagai proses yang sejajar dalam traktus gastrointestinalis,


pencernaan proteolitik protein endogen didalam sel meliputi enzim-enzim protease dan
peptidase. Protease intrasel menghidrolisis uraian protein otot.Tujuh puluh lima hingga 80%
dari adam amino yang dibebaskan itu kemudian digunakan kembali untuk sintesis protein
yang baru. Nitrogen sisanya akan dikatabolosasi menjadi urea dan kerangka karbon untuk
senyawa-antara amfibolik. Dalam masyarakatbarat, jumlah kehilangan setiap hari berkisar
30-40 gram proteinatau 5-7 gram nitrogen.

B. Waktu-Paruh Berkisar Dari 30 Menit Hingga Lebih 150 Jam

Mengingat kecepatan penguraian protein secara in vivo mematuhi urutan-pertama,


kerentaan suatu enzim terhadap penguraian dinyatakan oleh waktu-paruh t1/2,yaitu waktu
yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi hingga mencapai 50% dari nilai inisialnya.
Waktu-paruh untuk enzim-enzim hati berkisar dari kurang 40menit hingga lebih 150jam.
Enzim-enzim dengan waktu-paruh yang pendek mencakup banyak enzim pengatur yang
penting.

Sebagai contoh, triptofanoksigenase dan tirosin trnasaminase memiliki t1/2 sekitar 2


ja, dan t1/2 untuk HMG-KoA reduktase bisa sebesar 30menit. Nilai-nilai ini berbeda tajam
dengan waktu-paruh yang lamanya sekitar 110 jam untuk enzim adolase, laktat
dehidrogenase dan sitokrom. Bagian yang kaya akan asam amino Pro, Ser , Asp dan Glu,
yang dinamakan rangkaian PEST, ditemukan dalam protein dengan paruh-waktu yang
pendek. Sebagai responsterhadapkebutuhan fisiologis, kecepatan penguraian enzim-enzim
penting dapat dipercepat atau diperlambat dengan mengubah konsentrasi enzim, sehingga
memisahkan metabolik diantaraberbagai lintasan metabolik.

C. Asam-Asam Amino Yang Dikomsumsi Melampaui Kebutuhan Tidak Disimpan Tetapi


Akan Diuraikan

Untuk mempertahankan kesehatan, seorang dewasa memerlukan 30 hinggga 60 gram


protein perhari, atau ekuivalennya dalam bnetuk asam amino bebas. Namun, mutu protein
(proporasi asam amino esensial dalam makanan terhadap proporsinya dalam protein yang
disintesis) menjadi faktor penting yang sangat meneetukan. Asam-asam amino yang berlebih
tidak akan disimpan.tanpa mempedulikan sumbernya, asam-asam amino yang tidak segera
disatukan menjadi protein baru akan diuraikan dengan cepat. Jadi komsumsi asam amino
secara berlebihan tidak memberikan manffat apa pun sekain pembentukan energi yang bisa
dilakukan oleh karbohidrat dan lipid dengan biaya yang lebih murah.

D. Kecepatan Penguraian Protein Menunjukkan Variasi Yang Luas Antara Berbagai Jenis
Protein Dan Dalam Keadaan Fisiologis Yang Berbeda-Beda

Masing masing protein diuraikandengan kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan


rata-rata penguraian proteindalam suatu sel, jaringan atau pun organism utuh, sehingga
mencerminkan nilai rata-rata untuk sejumlah besar protein.kecepatan penguraian, atau waktu-
paruh, protein dalam jaringan spesifik bereaksi terhadap tuntutanfisiologis. Kecepatan rata-
rata tersebut mungkin sangat tinggi kalau suatu jaringan mengadakan penyusunan struktural
kembali secara besar-besaran (misalnya jaringan uterus selama kehamilan atau jaringan ekor
kecebong selama metamorphosis). Penguraian protein otot kerangka juga meningkat dalam
keadaan kelaparan berat.
E. Dengan Bergantung Pada Posisi Ekologisnya, Binatang Mengubah Nitrogen Menjadi
Berbagai Hasil-Akhir Yang Berbeda-Beda

Binatang mengubah nitrogen dari asam amino dan sumber lainnya menajdi salahsatu
dari hasil akhir berikut : ammonia,asam urat atauurea. Produk yang terutama terdapat pada
pebagai hewan tergantung kepada keberadaan air dalam posisiekologisnya yang spesifik.
Organism amonotelik, ikan teleotean,mengeksresikan nitrogen dalam bentuk ammonia.
Lingkungannya yang berair dan memaksanya untuk terus-menerus air, memudahkan ekskresi
berkesinambungan senyawa ammonia yang sangat toksok itu. Sebaliknya, hewan-hewan
yang tinggal didaratan akan mengubah nitrogen menjadi asam urat (cara hidup urikotelik)
ataumenjadi urea (organism ureotolik). Burung, yang harus menyimpan air dan
mempertahankan berat badan yang rendah, merupakan hewan urikotelik.produk akhir asam
urat yang relatif tidak-larut kemudian dieksresikan sebagaiguanosemisolid. Hewan-hewan
didarat, termasuk manusia, merupakan makhluk ureotelik yang mengubah nitrogen menjadi
senyawa urea yang nontoksik dan sangat mudah larut. Tokisitas urea yang amat
rendahkadang-kadang dikaburkan oleh meningkatkannyakadar ureadarah pda penderita
penyakit ginjal. Kenaikan kadar urea darah ini bukan merupakan penyebab melainkan akibat
malaise.

F. Biosintesis Terjadi Dalam Beberapa Tahap

Biosintesis ureauntuk pembahasan berikutnya akan dibagi menjadi 4 tahap : (1)


transaminasi, (2) iktatan peptide internal protein sehingga membentuk senyawa peptide.
Peptide inikemudian diuraikan menjadi asam-asam amino bebas oleh peptidase.
Endopeptidase memecahkan ikatan internal dalam peptida yang lebih pendek. Aminopetidase
dan karboksipeptidase, kemudian mengeluarkan asam amino masing-masing dari gugus
terminal-N dan –C pada peptide. Hasil akhirnya adalah asam-asam amino bebas.

G. Reseptor Asialoglikoprotein Sel Hati Mengikat Dan Menginternalisasikan


Glikoprotein Yang Menjadi Sasaran Proses Penguraian

Faktor apakahyang menjadikan suatu proteinsebagai sasaran penguraaian cepat ?


untuk protein didalam darah (misalnya hormone-hormonpeptida tertentu), hilangnya moietas
asam sialat dari ujung bukan pereduksi pada rantaiologosakaridanya menjadi sinyal bagi
proses penguraiannya. Glikoprotein yang telah mengalami “asialasi” ini akan dikenali oleh
reseptor asialo-glikoprptein sel-sel hati dankemudian diinternalisasikan. Senyawa-senyawa
tersebut lalu diuraikan dalam lisosom oleh enzim-enzim protease yang dinamakan katepsin.

H. Ubikuitin Menjadikan Banyak Protein Intrasel Sebagai Sasaran Proses Penguraian

Banyak protein intrasel dijadikan sasaran proses penguraian oleh ubikuitin,suatu


protein kecil (8,5 kd) yang terdapat dalam semua sel eukariotic. Struktur primer ubikuitin
tersebut sangat dijaga. Antara ubikuitin sel manusia dan raivhanya terdapat perbedaan pada 3
dari 6 residu. Protein yang dimaksudkan untuk proses penguraian lewat reaksi yang
bergantung pada ubikuitin dihasilkan oleh beberapa molekul ubikuitin.protein ini dilekatkan
lewat 3 reaksi yang menghasilkan pembentukan ikatan peptide-non-alfa diantaragugus
terminal karboksi pada ubikitin dan gugus alfa atnino padaresidu lisil dalam sebuah protein.
Apakah sebuah protein ditutunkan oleh ubikuitin tergantung pada residu aminoasil manakah
yang terdapat pada ujung terminal-N-nya. Reaksi dengan ubikuitin dihambat oleh metionil
atau seril,dan dipercepat oleh residu terminal-N aspartilatau arginil.

I. Protein Diuraikan Lewat Lintasan Yang Tergantung-Atp Dan Yang Tidak


Tergantung-Atp

Dua lintasan utama menguraikan protein intrasel pada sel-sel eukaryotik. Protein
ekstrasel, protein yang berkaitan dengan membral sel dan protein intraselyang berusia
panjang akan diuraikan lewat berbagai proses yang tidak tergantung ATP didalam
organelseluler yang disebut lisosom. Sebaliknya, penguraian protein yang abnormal dan
protein berusia pendek lainnya membutuhkan ATP serta ubikuitin, dan terjadi didalam
sitosol.
Gambar : Reaksi dan senyawa-antara pada biosintesis urea. Senyawa –senyawa amino yang
turut membentuk urea dihitamkan. Enzim-enzim mitokondria.

Ekstraksi oleh hati. Glutamin juga diekstraksi oleh usus daan ginjal, keduanya mengubah
glutamin dalam jumlah yang berarti menjadi alanin. Glutaminjuga berfungsi sebagai sumber
amonia untuk dieksresikan oleh ginjal. Ginjal menjadi sumber utama pembentukan serin,
yang akan diambil oleh jaringan perifer, termasuk hati dan otot. Asam-asam amino rantai
bercabang , khususnya valin dilepaskaan oleh otot dan di ambil terutama di otak.

Alanin berfungsi sebagai prazat glukosa yang berasal dari protein penting, yaitu ssenyawa
penting asam amino glukoneogenik(Gambar: 31-12). Dalam hati , kecepatan sintesis glukosa
dari alanin dan serin jauh lebih tinggidaripada yang terlihat dari semua asam amino lainnya.
Kemampuan hati untuk melakukan glukoneogenesis dari alanin sangat luar biasa .
Saturasinya baru akan tercapai setelah konsentrasi alanin sebesar 9 mmol/L , yaitu sekitar
20-30 kali kadar fisiologisnya. Dominasi alanin dalam aliran keluar asam-asam α-amino dari
otot mencerminkan proses sintesisnya dalam otot melalui transminasi piruvat.
J. Pertukaran Asam-asam Amino Bercabang Antar organ sesudah Makan

Setelah makan makanan yang kaya protein, jaringan splangnikus akan melepaskan
asam-asam amino, terutama asam-asam amino rantai-bercabang. Asam amino rantai-
bercabang tersebut yang juga dioksidasi dalam otot sebagai reaksi terhadap konsumsi
makanan, mungkin bertindak sebagai donor utama gugs amino bagi transminasi piruvat
menjadi alanin.

Jadi, asam amino rantai-bercabang mempunyai peranan khusus dalam metabolisme


nitrogen, baik dalam keadaan puasa ketika asam-asam amino tersebut menjadi sumber energi
bagi otak, maupun dakam keadaan sesudah makan ketika asam-asam amino tersebut
dieksresikan terutama oleh otot setelah disisihkan oleh hati. Dalam otot, asam amino ini
tampaknya menjadi sumber penting energi di samping nitrogen.

K. Urea Merupakan Hasil Akhir Yang Penting Dari Katabolisme Nitrogen Pada Manusia

Seorang manusia yang cukup aktif dengan mengkonsumsi sekitar 300 g karbohidrat,
100 g lemak dan 100 g protein setiap harinya, harus mengekskresikan sekitar 16,5 g nitrogen
per hari . Sembilan puluh lima persenya dikeluarkan lewat ginjal dan 5% sisanya melalui
feses. Lintasan utama ekskresi nitrogen pada manusia adalah sebagai urea yang disintesis
dalam hati, dilepaskan ke dalam darah dan dibersihkan oleh ginjal. Pada manusia yang makan
diet ala Barat, urea merupakan 80-90% dari nitrogen yang diekskresikan.

L. Berbagai Reaksi pada Siklus Urea Membentuk Urea dari Amonia, Karbon Dioksida &
Aspartat

Berbagai reaksi dan senyawa-antara dalam biosintesis 1 mol urea dari 1 mol masing-
masing ion amonium, karbondioksida (yang diaktifkan dengan Mg2+ serta ATP), dan α-
amino nitrogen pada aspartat diperlihatkan dalam gambar 31-14. Keselruhan proses tersebut
memerlukan 3 mol ATP (2 di antaranya di kebersihan menjadi ADP + Pi serta 1 menjadi
AMP + PPi) dan partisipasi berturut-turut 5 enzim yang mengkatalis sejumlah reaksi yang
diberi nomer pada Gambar 31-14. Dari asam amino yang terlibat dalam sintesis urea, satu
asam amino (N-asetilglutamat) berfungsi bukan sebagai senyawa-antara melainkan sebagai
zat pengaktif enzim . Lima asam amino lainnnya, yaitu aspartat , aginin, ornitin, sitrulin dan
argininosuksinat, semunya berfungsi sebagai pembawa atom yang akhirnya akan menjadi
urea . Dua asam amino (aspartat dan arginin) terdapat dalam protein , sementara tiga lainya
(ortinin, sitrulin , dan argininosuksinat) tidak . Peranan metabolik utama pada 3 asam amino
terakhir ini dalam tubuh mammalia adalah sintesis urea. Perhatikan , pembentukan urea
sebagian merupakan proses berulang . Ornitin yang digunakan dalam reaksi 2 dihasilkan
kembali dalam reaksi 5 . Dengan demikian tidak terdapat kehilangan ataupun perolehan netto
asam amino ornitin, sirulin, argininosuksinat ataupun arginin selama sintesis urea; akan
tetapi, ion amonium, CO2, ATP dan adpartat akan terpakai.

M. Sintesis Karbarmoil Fosfat dari Ion Amonium dan Karbon Dioksida Memerlukan 2
Molekul ATP

Pembentukan karbamoil fosfat dikatalis oleh karbamoil fosfat sintetase, yakni enzim
yang terdapat dalam mitokondria sel hati pada semua organisme ureotelik, termasuk
manusia. Dua mol ATP yang hidrolisis selama reaksi ini menghasilkan kekuatan pendorong
untuk sintesis 2 ikatan kovalen, yaitu ikatan amida dan ikatan campuran asam karboksilat-
asam fosfat pada karbamoil fosfat. Di samping Mg2+, diperlukan pula sebuah asam
dikarboksilat, yang sebaiknya N-asetilglutamat. Kebeadaan senyawa ini menghasilkan
perubahan bentuk yang mencolok pada srtuktur karbamoil fosfat sintetase yang terbuka
kepada gugus sulfhidril tertentu dengan menyembunyikan lainnya, dan mempengaruhi
afinitas enzim tersebut terhadap ATP.

Karbamoil fosfat sintetase bekerja dengan enzim glutamat dehidrogenase mitokondria


untuk menyalurkan nitrogen dari glutamat (jadi dari semua asam amino; lahat gambar 31-3)
menjadi kabamoil fosfat dan juga urea. Meskipun konstante ekuilibrium reaksi glutamat
dehidrogenase lebih mendukung pembentukan glutamat ketimbang amonia, pengeluaran
amonia oleh kabamoil fosfat sintetase dan oksidasi α-keto-glutarat oleh enzim-enzim siklus
asam sitrat dalam mitokondria akan mendorong katabolisme glutamat.

Efek ini ditingkatkan oleh ATP, yang selain menjadi substrat untuk sintesis
karbamoilfosfat , juga merangsang aktivitas glutamat dehidrogenase secara satu arah hingga
mendorong pembentukan amonia.
Gambar: 31-2. Reaksi parsial dalam proses pelekatan ubikuitin (UB) pada protein. (1) Ujung
terminal COOH pada ubikuitin membentuk ikatan tioster dengan gugus-SH pada E1 dalam
suatu reaksi yang digerakan oleh konversi ATP menjadi AMP dan Ppi. (2) Reaksi pertukaran
tioster memindahkan ubikuitin aktif kepada E2. (3) E3 mengkatalis pengalihan ubikuitin
kepada gugus ɛ-lisil pada protein y ng menjadi sasaran.

Deaminasi oksidatif, (3) pengangkutan amonia , dan (4)reaksi pada siklus urea. Gambar 31-3
menghubungkan bagian-bagian ini dengan keseluruhan katabolisme nitrogen asam amino .
Meskipun setiap tahap juga mempunyai peranan dalam biosintesis asam amino , uraian
berikut ini dilihat dari segi katabolisme asam amino.

N. REAKSI PENDAHULUAN DALAM KATABOLISME ASAM AMINO ADALAH


PENGELUARAN GUGUS α-AMINO

Asam-asam amino bebas yang berasal dari protein eksogen dalam makanan atau dari
penguraian protein endogen oleh berbagai proses yang diuraikan diatas dimetabolisasi dengan
cara-cara yang identik . Gugus nitrogen α aminonya pertama-tama dikeluarkan, baik melalui
transminasi maupun melalui deaminasi oksidatif . “Kerangka” karbon yang dihasilkan
kemudian diuraikan melalui lintasan yang dibicarakan dalam Bab berikut. Bab ini membahas
peristiwa yang dialami nitrogen itu sendiri.

O. Piridoksal Fosfat Terdapat pada Tempat Katalik Semua Enzim Transaminase

Piridoksal fosfat membentuk bagian penting pada tempat katalik dari enzim-enzim
transminase dan banyak enzim lainnya dengan substrat asam amino. Pada semua reaksi asam-
asam amino yang bergantung-piridoksal fosfat, tahap pendahuluan adalah pembentukan
senyawa antara basa Schiff yang terikat enzim. Senyawa antara ini , yang distabilkan oleh
interaksi dengan regio kationik tempat aktif, dapat disusun kembali dengan cara-cara yang
mencangkup pelepasan asam keto dengan pembentukan piridoksamin fosfat terikat-enzim.
Bentuk amino koenzim yang terikat kemudian dapat membentuj senyawa-antara analog basa
Schiff dengan sebuah asam keto . Jadi selama transminasi, koenzim yang terikat berfungsi
sebagai pembawa gugus amino. Karena konstanta keseimbangan pada sebagian besar reaksi
transeminase mendekati satu, maka transminasi merupakan proses yang sangat reversibel.
Hal ini memungkinkan berbagai reaksi transminase tersebut untuk berfungsi baik dalam
katabolisme maupun biosintesis asam amino.

P. Transminasi Menyalurkan Nitrogen Asam α-Amino Menjadi Glutamat

Transminasi, yang dikatalisis oeleh enzim-enzim transminase atau aminotrasferase,


menghasilkan interkonversi sepasang asam amino dan sepasang asam keto. Umumnya asam-
asam ini berupa asam α-amino dan α-keto (Gambar 31-4).

Gambar 31-4. Transaminasi. Reaksi diperlihatkan bagi 2 asam α-amino dan 2 asam α-keto.
Gugus non-α-amino dan karbonil juga turut serta dalam transaminasi, sekalipun hal ini relatif
jarang terjadi. Reaksi ini snagat reversibel dengan konstanta ekuilibrium sekitar 1.

Dua enzim transminae, yaitu alanin-piruvat transminase (alanin transeminase) dan


glutamat-α-keto-glutarat transminase (glutamat transminase). Yang terdapat dalam sebagian
besar jaringan mammalia, mengkatalis pengalihan gugus amino untuk membentuk alanin
(dari piruvat) atau glutamat (dari α-ketoglutarat) (Gambar 31-5).
Q. Transminase Merupakan Enzim Spesifik Hanya bagi Satu Pasang Asam α-amino dan
α-keto: Setiap enzim transminase bersifat spesifik untuk pasangan asam amino dan
asam keto khusus sebagai satu pasang substrat tetapi nonspesifik untuk pasangan
lainya, yang bisa berupa sejumlah besar asam amino dan asam keto padanannya.
Karena alanin juga merupakkan substrat bagi glutamat transminase, maka semua
nitrogen amino dari asam amino yang dapat menjalani transminasi bisa dipusatkan
dalam glutamat. Hal inni sangat penting, karena L-glutamat merupakan satu-satunya
asam amino dalam jaringan mammalia yang menjalani deaminasi osksidatif dengan
kecepatan cukup tinggi. Jadi pembentukan amonia dari gugus α-amino terutama
terjadi lewat konversi menjadi nitrogen α-amino pada L-glutamat

Gambar : 31-5. Alanin (atas) dan glutamat (bawah) transaminase.

Transminasi Tidak Terbatas pada Gugus α-Amino: Kebanyakan (tapi tidak


seluruhnya) asam amino merupakan substrat bagi transminasi. Pengecualiannya mencangkup
asam amino lisin, treonin dan asam-asam imino siklik, prolin serta hidrolsiprolin.
Transaminasi tidak terbatas pada gugus α-amino. Gugus δ-amino pada ornitin (tapi bukan
gugus ɛ-amino pada lisin) mudah mengalami transaminasi sehingga terbentuk glutamat-γ-
semialdehid (lihat Gambar 32-3). Kadar transaminase serum meninggi pada beberapa
penyakit (lihat lampiran).
R. Enzim Oksidase Asam L-Amino Juga Mengubah Asam-Asam Α-Amino Menjadi
Asam-Asam Α-Keto.

Konversi okksidatif banyak asam amino menjadi asam-asam-keto padananya terjadi


dalam hati dan ginjal mammalia. Meskipun sebagian besar aktivitas ke arah asam-asam L-α-
amino disebabkan oleh kerja terangkai enzim transaminase plus L-glutamat dehidrogenase,
baik aktivitas enzim oksidase asam L-amino maupun asam D-amino terdapat dalam jaringan.

Gambar 31-6. Deaminasi oksidatif yang dikatalisis oleh enzim oksidase asam L-amino (asam
L-α-amino: O2 oksidoreduktase). Asam α-imino, yang diperlihatkan dalam tanda kurung,
bukan merupakan senyawa antara yang stabil.

2.4 KONVERSI ASAM AMINO MENJADI PRODUK KHUSUS

A. Kepentingan Biomedis

Senyawa amin aktif biologis, yaitu histamin, yang dibentuk melalui dekarboksilasi histidin,
mempunyai peranan penting dalam banyak reaksi alergi. Neurotransmiter spesifik yang
merupakan turunan asam amino mencakup y-aminobutirat dari glutamat ;

5-hidroksitriptamin (serotonin) dari triptofan; dan dopamin, norepinefrin serta epinefrin dari
tirosin. Banyak obat yang digunakan untuk mengbati berbagai keadaan neurologis dan
psikiatris mempengaruhi metabolisme neurotransmiter tersebut di atas.

B. Glisin Ikut Serta Dalam Biosintesis Hem, Purin, Konjugat Glisin & Kreatin
Sintesi Hem : atom α karbon dan nitrogen pada asam amino glisin digunakan untuk sintesis
moietasporfirin ada hemoglobin. Nitrogen pirol berasal dari nitrogen glisin, dan atom karbon
yang menghubungkan berasal dari α karbon glisin. Atom α karbon juga merupakan sumber
atom jembatan metialin yang menghubungkan cincin irol.

Sintesis Nukleotida Purin : Keseluruhan molekul glisin membentuk posisi 4, 5 dan 7 pada
rangka purin.

Pembentukan konjugat glisin : Glisin mengadakan konjugasi dengan asam kolat hingga
terbentuk asam glikokolat. Dengan benzoat, glisin membentuk hipurat. Kemampuan
kuantitatif hati untuk mengubah benzoat dengan dosis terukur menjadi hipurat, dahulu
digunakan sebagai tes faal hati.

Sintesis Kreatin : Komponen sarkosin (N-metilglisin) ada kreatin berasal dari glisin dan S-
adenosilmetionin.

C. α – Alanin Merupakan Asam Amin Plasma Yang Utama


alanin, berasama dengan glisin, membentuk fraksi nitrogen amino yang cukup besar dalam
plasma manusia. Alanin juga merupakan kompnen utama dinding sel bakteri, yang sebagian
dalam bentuk isomer D: 39-50% dalam Streptococcus faecalis; 6% dalam Staphylococcus
aureus.

D. Mamalia Membentuk Β – Alanin Dari Urasil & Menghasilakn Katabolisme Senyawa


Tersebut Melalui Malonat Semiadehid

Di dalam jaringan hanya terdapat sedikit β-alanin bebas. Bentuk yang ditemukan dalam
jumlah lebih besar adalah senyawa-senyawa dipeptida β-alanin dan koenzim A.

Meskipun mikroorganisme membentuk β-alanin melalui reaksi α-dekarboksilasi aspariat,


senyawa β-alanin dalam jaringan mamalia terutama timbul dari katabolisme urasil, karnosin
dan anserin.

Katabolisme β-alanin pada mamalia meliputi transaminasi menjadi malonat semialdehid, dan
malonat semialdehid ini akan teroksidasi menjadi asetat serta kemudian CO2.

Pada gangguan metabolik yang jarang hiper-βalaninemia, kadar β-alanin bebas meningkat
pada cairan dan jarigan tubuh. Kadar taurin dan β-amino-isobutirat juga meningkat.

E. Karnosin Merupakan Dieptida β-Alanil

β-Alanil terutama ditemukan dalam bentuk senyawa dipeptida otot rangka manusia karnosin.
Senyawa dipeptida β-alanil yang berhubungan erat, yaitu anserin (N-metilkarnosin) tidak
dijumpai dalam otot manusia, tetapi terdapat pada spesies hewan yang otot skeletalnya
ditandai dengan aktivitas kontraktil cepat (otot ekstremitas kel dan otot paktoralis burung).
Dengan demikian senyawa ini dapat memenuhi fungsi fisiologis yang berbeda dengan
karnosin.

β- Alanil-imidazol merupaka buffer pH otot skeletal yang tengah mengadakan kontraksi


dalam keadaan anaerob. Karnosin dan anserin mengaktifkan aktivitas miosin ATPase secara
in vitro. Kedua dipeptida mengikat lembaga dan meningkatkan ambilan tembaga.

β-Alanil Dipeptida Disintesis Diuraikan lewat Lintasan Pendek

karnosin dibentuk dan L-histidin dalam suatu reaksi yang mebutuhkan ATP, dikatalis oleh
karnosin sintetase:
ATP + L-Histidin + β-Alanin AMP + PP1 + Karnosin

Anserin dibentuk dari karnosin (donor gugus metil adalah S- adenosilmetionin) dalam suatu
reaksi yang dikatalis oleh enzim karnosin N- metiltransferase:

S-Adenosilmetionin + Karnosin S-Adenosilhomsistein + Anserin

Keseluruhan reaksi meliputi β-alaniladenilat yang terikat-enzim.

Karnosin dihidrolisis menjadi β-alanin dan L-histidin leh metaloenzim seng serum
karnosinase (karsonin hidrolase). Kelainan bawaan yang mungkin bersifat autosomal-resesif,
yaitu defiensi karnosinase serum, ditandai dengan karnosinemia. Karnosinuria tetap terjadi
sekalipun diet penderitaan sudah tidak mengandung karnosin.

F. Respon Penderita Terhadap Karnosin dari makanan, Memudahkan Penegakkan


Diagnosis Penyakit Hartnup

Jaringan ginjal dan enterosit intestinal mengambil karnosin dan β-alanin lewat karier
membran yang membedakan substrat satu dengan lainnya. Kemampuan untuk membedakan
pengambilan β-alanin dengan pengambilan karnosin digunakan untuk memastikan diagnosis
penyakit Hartnup, yaitu suatu kelainan bawaan dalam engangkutan asam-asam α-amino
netral tertentu. Pada penderita mengkonsumsi karnosin, tetapi meningkat setelah diberikan L-
histidin darah tampak normal bila penderita mengkonsumsi karnosin, tetapi meningkat
setelah diberikan L-histidin.

G. Homokarnosin Merupakan Senyawa Dipeptida Sistem Saraf Pusat

Fungsi fisiologis homokarnosin (y-aminobutiril-L-histidin), yaitu senyawa dipeptida sistem


saraf pusat yang secara struktual dan metablik berhubungan dengan karnosin, tidak diketahui.
Senyawa dipeptida y-aminobutirat dan L-histidin ini terdapat dalam jaringan otak manusia
dengan konsentrasi yang bervariasi menurut daerah otak yang diperiksa. Biosintesis
homokarnosin dalam otak manusia tampak dikatalis leh enzim karnosin sintetase. Namun,
enzim karnosinase serum tidak menghidrolisis hmokarnosin.

H. Residu Treonil & Seril Terfosforilasi Terdapat Dalam Banyak Protein

Banyak asam amino serin dalam fosfoprotein terdapat sebagai senyawa O-fosfoserin. Serin
terlihat dalam sintesis sfingosin dan dalam sintesis purin pirimidin. Karbon β merupakan
sumbergugus metil pada timin(serta kolin) dan karbn dalam posisi serta 8 pada inti purin.
Karena treonin tidak ikut serta dalam reaksi transminasi, isomer D dan asam α-keto tidak
dipakai oleh mamalia. Treonin terdapat dalam protein tertentu sebagai O-fosfotreonin.

I. S-Adenosilmetionin Merupakan Sumber Utama Gugus Metil Untuk Bisintesis

Dalam bentuk S-adenosilmetionin, senyawa ini merupakan sumber utama gugus metil dalam
tubuh. Selain pemakaian langsung, gugus metil juga diksidasi. Karbon yang berkonjugasi
dengan glisin dalam sintesis serin. Dalam bentuk S-adenosilmetionin, asam amino metionin
berfungsi sebagai prekursor bagian 1,3-diaminoproana pada senyawa-senyawa poliamina
spermin dan sperdimin.

J. Sufaturin Terutama Berasal Dari Sistein

Sulfat urin hampir seluruhnya terbentuk dari oksidasi L-sistein. Sulfur pada asam amino
metionin (sebagai homsistein) dialihkan kepada serin secara tidak langsung turut membentuk
sulfat urin (yakni sistein). L-Sistein berfungsi sebagai prekursor taurin yang mengadakan
konjugasi dengan asam-asam empedu hingga terbentuk, misalnya, asam taurokolat.

K. Dekarboksilasi Histidin Membentuk Histamin

Histamin terbentuk dari histidin melalui dekarboksilasi, yaitu reaksi dalam jaringan tubuh
manusia yang dikatalis oleh enzim asam L-amino aromatik dekarboksilase. Enzim ini juga
mengkatalis reaksi dekarboksilasi dopa, 5-hidroksitriptofan, fenilalanin, tirosin dan triptofan.
Enzim dekarbksilase dihambat oleh asam-asam α-metil amin, yan dengan demikian memiliki
manfaat klinis sebagai preparat antihipertensi. Enzim lain, yakni histidin dekarboksilase,
yang ditemukan dalam sebagian besar sel, mengkatalis reaksi dekarboksilasi histidin.

Senyawa-senyawa histidin yang terdapat dalam tubuh mencakup ergotionein yang ditemukan
dalam sel darah merah, serta hati; karnosin; dan anserin. Senyawa 1-metilhistidin yang ada
dalam uirn manusia mungkin berasal dari anserin. Senyawa 3-metilhistidin yang dalam urin
manusia ditemukan dengan kadar sekitar 5mg/dL, menunjukan kadar rendah yang abnormal
di dalam urin penderita penyakit Wil-son.

L. Aginin Melalui Ornitin Merupakan Prekursor Senyawa-Senyawa Poliamina

Arginin berfungsi sebagai donor formamidin ntuk sintesis kreatin dalam primata dan untuk
sintesis streptomisin dalam streptomyces. Peristiwa lain yang dialami arginin mencakup
knversi rnitin menjadi putrein, spermin serta spermidin, dan sintesis arginin fosfat (yang
fungsinya analag dengan kreatin fosfat) dalam otot invertebrata. Disamping peranannya
dalam biosintesis urea, ornitin(bersama dengan metionin) berfungsi sebagai senyawa
poliamina mamalia (dan bakteri) yang dijumpai dimana-mana, yakni biosintesis kurang lebih
0,5 mmol spermin per hari. Senyawa senyawa poliamina dengan dosisi fisiologis bersifat
hipotermik dan hipotensif.

Spermidin dan spermin tersangkut dalam beranekaragam proses fisiologis yang berhubungan
erat dengan proliferasi dan pertumbuhan sel. Kedua senyawa ini merupakan faktor
pertumbuhan bagi sel-sel mamalia serta bakteri yang dibiak dan terlihat dalam stabiltasasi
sel-sel utuh, organel subseluler serta membran sel. Sebagai akibat muatan positif dengan
polianion seperti Dna serta RNA dan terlihat dalam berbagai proses fundamental seperti
stimulasi sintesis DNA serta RNA, stabilisasi dan “ DNA packine” dalam bakteriofag.
Senyawa-senyawa poliamina juga menimbulkan berbagai macam efek terhada sintesis
protein dan bertindak sebagai penghambat enzin, yang termasuk pula enzim protein kinase.

Meskipun cara kerja poliamina pada setiap proses metabolisme yang spesifik saat inin belum
dapat dijelaskan (dalam arti mekanis yang tepat), sifat esensial senyawa-senyawa poliamina
dalam metabolisme mamalia, secara meyakinkan telah berhasil didokumentasikan melalui
berbagai jenis percobaan berikut ini. Reaksi awal dalam biosintesis poliamina dikatalisis oleh
enzm ornitin dekarboksilase. Penambahan zat-zat penghambat dengan aktivitas ornitin
dekarboksilase (misalnya α-metilornitin atau difluorometilorintin) pada sel-sel manusia yang
dibiak, menunjukkan peranan fisiologis esensial enzim ini dengan satu-satunya fungsi yang
diketahui adalah biosintesis poliamina.

M. Biosintesis poliamina amat penting dalam pertumbuhan sel dan jaringan

Bagian putrasin pada spermidin dan spermin berasal dari L-ornitin, dan bagian
diaminopropana dari L-metionin melalui pembentukan intermedian senyawa S-adenosil
metionin. Ornitin dekarboksilase dan S-adenosil metionin dekar-
boksilase keduanya merupakan enzim yang inducible dengan waktu paruh yang pendek.
Sebaliknya, spermin dan apermidin sintase bukanlah enzim yang inducible maupun yang
labil.
Biosintesis enzim poliamina mamalia, 2 (ornitin dekarboksilase dan S-adenosilmetionin
dekarboksilase) sangat menarik, dalam hal regulasi dan potensialnya untuk kemoterapienzim
langsung. Waktu paruh dari ornitin dekarboksilase (sekitar 10 menit), lebih pendek daripada
setiap enzim mamalia yang dikenal, dan aktivitasnya berespon secara cepat dan dramatis
terhadap banyak rangsangan. Peningkatan aktivitas ornitin dekarboksilase sampai 10-200 kali
lipat, secara cepat mengikuti administrasi terhadap kultur sel mamalia dari hormon
pertumbuhan, kortikosteroid, testosteron, atau faktor pertumbuhan epidermal. Poliamina yang
ditambahkan pada kultur sel, menginduksi sitesis protein antizim yang mengikat ornitin
dekarboksilase, dan kemudian tampaknya dikontrol oleh interaksi protein-protein, yang
mengingatkan pada regulasi aktivitas tripsin oleh penghambat protein tripsin.
Difluorometilornitin , “penghambat pembunuh diri sendiri” dari ornitin dekarboksilase , telah
digunakan untuk mengisolasi garis sel mutan yang memproduksi ornitin dekarboksilase
secara berlebihan dan untuk menghambat replikasi sel oleh kemoterapi enzim langsung.

S-adenosil metionin dekarboksilase, satu-satunya enzim eukariotik yang diketahui


mengandung ikatan piruvat sebagai kofaktor penting (normalnya dekarboksilase mengandung
piridoksal fosfat, yang tidak ada pada S-adenosilmetionin dekarboksilase) , mempunyai
waktu paruh yang pendek (1-2 jam) dan berespon terhadap promoter pertumbuhan sel dalam
sifat yang hampir serupa dengan ornitin dekarboksilase. Baik kecepatan maupun perluasan
dari respon, bagaimana juga, tidak begitu dramatik. S-adenosilmetionin dekarboksilase
(Gambar 33-5) dihambat oleh S-adenosinmetionin yang mengalami dekarboksilaser dan
diaktivasi oleh putresin.

N. Hasil Katabolik dari Poliamina Diekskresikan Dalam Urin


Gambar 33-6 merangkumkan ketabolisme poliamina dalam jaringan tubuh mamalia. Enzim
poliamina oksidase, yang ditemukan dalam peroksisom hati, mengoksidasi spermin dan
selanjutnya mengoksidasi spermidin menjadi putresin. Kedua moietas diaminopropana
diubah menjadi senyawa β-aminopropionaldehid. Selanjutnya, putresin mengalami oksidasi
parsial menjadi NH4+ dan CO2 melalui mekanisme yang masih perlu dijelaskan. Namun
bagian terbesar putresin dan spermidin diekskresikan ke dalam urin dalam bentuk konjugat,
khususnya sebagai derivat asetil.
O. Triptofan Membentuk Serotonin
Lintasan sekunder untuk metabolisme triptofan melalui dihidroksilasi menjadi 5-
hidroksitriptofan. Oksidasi triptofan menjadi derivat hidroksi analog dengan konversi
fenilalanin menjadi tirosin (Gambar 30-10)

dan enzim fenilalanin hidroksilase hati juga mengkatalisis reaksi hidroksilasi triptofan.
Dekarboksilasi 5-hidroksitriptofan membentuk 5-hidrositiptamin (serotonin) (Gambar 33-7),
yakni suatu vasokontriktor yang kuat dan perangsang kontraksi otot polos.
Enzim 5-hidroksitriptofan atau dekarboksilase yang membentuk serotonin dan
hidroksitriptofan ditemukan dalam ginjal (babi serta quinea pig), hati dan lambung. Namun,
enzim dekarboksilase asam L-amino aromatik yang tersebar luas akan mengkatalisis reaksi
dekarboksilasi 5-hidroksitriptofan.
Kebanyakan serotonin dimetabolisir melaui deaminasi oksidatif menjadi 5-
hidroksiindoleasetat. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah monoamina

Oksidase (gambar 33-7), inhibitor enzim ini mencakup iproniazid. Stimulus psikis yang
terjadi setelah pemberian obat ini disebabkan oleh kemampuannya untuk memperpanjang
kerja stimulasi serotonin melalui inhibisi monoamina oksidase. Dalam urin manusia normal
diekskresikan 2-8 mg 5-hidroksiindolasetat perhari

P. Peningkatan Produksi Serotonin Terjadi Pada Karsinoid Maligna

Produksi serotonin yang meningkat sangat tinggi terjadi pada karsinoid maligna
(argentafinoma) yaitu suatu penyakit yang ditandai dengan penyebarluasan sel-sel tumor
penghasil serotonin di dalam jaringan argentafin kavum abdomen. Karsinoid pernah dianggap
sebagai kelainan pada metabolisme triptofan., dimana triptofan dalam jumlah yang jauh lebih
besar daripada jumlah normalnya dimetabolisir lewat hidroksiindol. Dalam keadaan
normalnya, satu persen triptofan akan diubah menjadi serotonin; namun, pada penderita
karsinoid, sebanyak 60% triptofan dapat mengikuti lintasan ini. Penyimpanan metabolik ini
sangat menurunkan produksi asam nikotinat dari triptofan; sebagai akibatnya, dapat terjadi
berbagai gejala pellagra di samping keseimbangan nitrogen yang negatif. Metabolit adalah 5-
hidrodiindolaseturat (konjugat glisin dari 5-hidroksiindolasetat) dan N-asetilserotonin yang
berkojugasi dengan asam glukuronat.

Q. N-Asetilase Serotonin Membentuk Melanotonin

Melatonin berasal dari serotonin melalui N-asetilasi yang diikuti oleh metilasi gugus 5-
hidroksi (gambar 33-7). Reaksi metilasi terdapat dalam jaringan korpus pineal. Selain
metilasi N-asetilserotonin, juga terdapat metilasi langsung serotonin dan 5-hidrosiindolasetat
(gambar 33-7), yakni metabolit serotonin.

Serotonin dan 5-metoksitriptamin dimetabolisir menjadi asam yang bersesuaian oleh


enzim monoamina oksidasi. Melatonin yang beredar dalam sirkulasi darah diambil oleh
semua jaringan, termasuk otak, tetapi kemudian cepat dimetabolisir melalui hidroksidasi pada
posisi 6, yang diikuti oleh konjugasi dengan senyawa sulfat (70%) dan dengan asam
glukuronat (60%). Sebagian di antaranya juga diubah menjadi senyawa-senyawa bereaksi
non-indolat.
R. Metabolit Triptofan Diekskresikan Ke Dalam Urin Dan Feses

Triptofan dapat diubah menjadi beberapa derivat indol (gambar 33-7). Produk akhir hasil
konversi ini yang terlihat dalam urin, terutama berupa senyawa 5-hidroksiindolasetat, yaitu
produk-akhir utama dari lintasan hidroksitriptofan menjadi serotonin, dan senyawa indol-3-
asetat dari hasil dekarboksilasi serta oksidasi indolpiruvat, yakni asam keto dari triptofan.

Ginjal serta hati mamalia dan bakteri dalam feses manusia dapat mengadakan dekarboksilasi
triptofan menjadi triptamin yang kemudian bisa dioksidasi menjadi indol-3-asetat. Penderita
fenil-ketonuria akan mengekskresikan senyawa indolasetat (dan indollaktat yang terbentuk
melalui reduksi indolpiruvat) dalam jumlah yang bertambah banyak.

S. Melanin Merupakan Polimer Dari Katabolit Triptofan

Biosintesis melanin dirumitkan oleh lintasan biosintesis yang berkepanjangan serta


bercabang-cabang, struktur kimiawi heteropolimer melanin yang kompleks, dan sifat
ketidaklarutannya yang merintangi pembentukan rumus bangunnya. Melanin disintesis dalam
melanosom—yakni partikel dalam melanosit yang berikatan dengan membran sel. Polimer
eumelanin yang timbul diperkirakan menangkap radikal bebas dan mengalami penguraian
parsial oleh H2O2 yang dihasilkan dari proses auto-oksidasi. Feomelanin dan eumelanin
kemudian membentuk kompleks dengan protein dari matriks melanosom hingga terbentuk
melanoprotein.

Gambar 33-8 merangkum zat-zat antara dan berbagai reaksi yang dikenal pada biosintesis
eumelanin dan feomelanin. Reaksi awal dikenal dikatalisis oleh tirosinase, suatu enzim yang
tergantung pada tembaga. Reaksi tirosinase mengalami penyimpangan (cacat) pada penderita
albinisme okulokutaneus tirosinase-negatif (lihat bawah).

T. Beberapa Cacat Dalam Biosintesis Melanin Dapat Menyebabkan Albinisme

Istilah “albinime“ mencakup suatu spektrum sindrom klinis yang ditandai dengan
hipomelanosis yang timbul akibat cacat bawaan pada sel-sel pigmen (melanosit) mata dan
kulit. Dikenal beberapa model hewan albinisme.

Tanda-tanda klinis yang lazim terdapat pada 10 macam bentuk albinisme okulokutaneus
manusia, mencakup berkurangnya pigmentasi pad kulit dan mata. Keseluruhan 10 bentuk
tersebut dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri klinis, biokimiawi, ultrastruktur dan
genetikanya.

Orang-orang albino tirosinase-negatif sama sekali tidak mempunyai pigmen visual. Folikel
rambut pada pasien ini gagal merubah tirosin yang ditambahkan menjadi pgmen secara in-
vitro, dan melanositnya mengandung melanosom yang tidak berpigmen. Orang-orang albino
tironase-positif masih mempunyai sejumlah pigmen yang terlihat, walaupun pigmen ini
mungkin tidak tampak jelas pada bayi-bayi berkulit putih. Warna rambut berkisar dari putih-
kuning hingga coklat cerah dan mungkin ditemukan nevus dengan sedikit pigmentasi.
Melanosit dalam folikel rambut dapat mengandung melanosom dengan sedikit pigmen yang
secara in vitro mengubah tirosin menjadi eumelanin hitam.

Albinisme okuler terdapat baik sebagai ciri autosomal reseesif maupun sebagai “X-linked
trait.” Melanosit pada albino okuler yang X-linked dan heterozigot (tapi bukan autosomal
resesif) mengandung makromelanosom. Retina pada penderita heterozigot wanita untuk
albinisme okuler X-linked (varietas Nettleship) memperlihatkan pola distribusi pigmen
berbentuk mosaik sebagai akibat inaktivitasi kromosom– X secara acak. Kelainan metabolik
yang tepat sebagai penyebab hipomelanosis pada albinisme okuler masih belum diketahui.

Albinoidisme okulokutaneus diturunkan sebagai suatu ciri autosomal-resesif. Dengan


sedikit kekecualian, penderita kurang disertai gejala nistagmus, fotofobia dan penurunan
ketajaman visus.

U. Tirosin Membentuk Epinefrin Dan Norepinefrin

Tirosin merupakan prekusor epinefrin dan norepinefrin yang dibentuk di dalam sel-sel yang
berasal dari neuron. Meskipun dopa adalah zat antara dalam pembentukan baik melanin
dalam melanosit maupun norepinefrin dalam sel-sel neuron, namun berbagai enzim yang
berlainan melaksanakan reaksi hidroksilasi tirosin dalam berbagai tipe sel. Enzim tirosin
hidroksilase membentuk dopa dalam sel-sel neuron dan adrenal pada lintasan reaksi yang
menghasilkan norepinefrin dan epinefrin (gmbar 33-9). Dopa dekarboksilase, yakni suatu
enzim yang tergantung pada piridoksal fosfat, membentuk dopamin. Senyawa terakhir ini
mengalami hidroksilasi selanjutnya oleh enzim dopamine β-oksidase, yaitu suatu enzim yang
tergantung pada tembaga dan tampaknya menggunakan vitamin C untuk menghasilkan
norepinefrin. Dalam medulla adrenal, enzim feniletanolamina-N-metil-transferase memakai
S-adenosilmetionin untuk melaksanakan metilasi senyawa amina primer norepinefrin dalam
pembentukan epinefrin (gambar 33-9).

Tirosin juga merupakan prekursor hormon tiroid triyodotironin dan tiroksin (lihat bab 47).

V. Kreatinin Yang Diekskresikan Sebanding Dengan Masssa Otot

Kreatin terdapat di dalam otot, otak, dan darah, baik sebagai fosfokreatin maupun dalam
bentuk bebas. Kreatin dalam jumlah kecil sekali juga ditemukan dalam urin normal.
Kreatinin, yakni bentuk anhidrida keratin, sebagian besar dibuat di dalam otot melalui proses
dehidrasi nonenzimatik kreatin fosfat yang ireversibel (gambar 33-10). Eskresi kreatinin
dalam urin 24 jam pada diri seseorang, tampak konstan tiap-tiap harinya dan sebanding
dengan massa otot.

Untuk sintesis kreatin, 3 asam amino-glisin, arginine dan metionin-terlibat secara langsung.
Reaksi pertama berupa transamidinasi dari arginine menjadi glisin untuk membentuk
guanidoasetat (glikosiamina). Reaksi ini terjadi dalam ginjal, dan bukan di dalam hati atau
pun otot jantung. Sintesis kreatinin disempurnakan melalui metilasi glikosiamina oleh
“metionin aktif” di dalam hati (gambar 33-10).

W. Γ–Aminobutirat, Yang Dibentuk Dari Glutamate, Dikatabolisir Menjadi Suksinat


Semialdehid

γ- Aminobutirat (GABA) dibentuk melalui dekarboksilasi L-glutamat, suatu reaksi yang


dikatalisis oleh enzim yang tergantung pada piridoksal fosfat L-glutamat dekarboksilase
(gambar 33-11). Enzim dekarboksilase ini terdapat dalam jaringan sistem saraf pusat,
terutama substansia grisea. Dua rangkaian rekasi “tambahan juga mengubah putresin (gambar
33-4) menjadi γ- aminobutirat. Reaksi yang satu mengubah meliputi deaminase oleh enzim
diamina oksidase; reaksi lainnya menggunakan senyawa-senyawa yang mengalami asetilasi-
N. Makna relatif 3 jalur biosintesis γ- aminobutirat ini bervariasi antara berbagai jaringan dan
menurut stadium perkembangannya. Sebagai contoh, ornitin (gambar 33-5) secara efisien
diubah menjadi γ- aminobutirat dalam jaringan retina embrio ayam dan dalam ujung saraf
otak dewasa.
Katabolisme γ- aminobutirat (gambar 33-11) meliputi transaminase, yang dikatalisis oleh
enzim γ- aminobutirat transaminase menjadi suksinat semialdehid. Suksinat semialdehid
dapat mengalami dapat mengalami reduksi menjadi γ- hidroksibutirat, yaitu suatu rekasi yang
dikatalisis oleh enzim L-laktat dehydrogenase, atau mengalami oksidasi menjadi zat- antara
dalam siklus asam sitrat yakni suksinat, dan kemudian menjadi CO2 serta H2O.
γ- Aminobutirat, yang sering bersama-sama dengan anion dari asam ω-amino lainnya, sukar
diangkut lewat membran sel plasma. Kadar γ- aminobutirat dalam urin bervariasi langsung
menurut kadar senyawa ini dalam serum. Meskipun cacat biokimiawi yang tepat masih belum
diketahui, keadaan ini dapat terjadi akibat gangguan transaminasi γ- aminobutirat menjadi
suksinat semialdehid.
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Protein (protos yang berarti ”paling utama”) adalah senyawa organik kompleks yang
mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam
amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.

Asam amino merupakan sumber utama nitrogen untuk hewan da berfungsi sebagai prekursor
bagi senyawa-senawa nitrogen lainnya. Karena sebagian besar bukan asam amin itu sendiri,
diskusi akan melibatkan lintasan metabolik yang dibicarakan pada bagian lain dalam buku
ini. Produk dengan makna fisiologis yang penting dan merupakan turunan asam amino adalah
hem , purin, pirimidin, hormon serta neurotransmiter yang mencakup berbagai peptida aktif
biologis.
Daftar pustaka

Scriver CR et al (editors): The Metabolic Basis of Inherites Disease, 6th ed. McGraw-Hill,
1989.

Tabor CW, Tabor H: Polyamines. Annu Rev Biochem 1984; 53:749.

Cardinate GJ, udenfriend S: proyl hidroxylase. Adv enzymol 1974;41:2.

Mercer LP, dodds SJ, smith DI: dispensable, indispensable,and conditionally indispensable
amino acid ratios in the diet. Bab 1 dalamVol.1 adsorption and utilization of amino acids.
Friedman M (editor). CRCPress.1989

Rosenberg LE, scriver CR: disorders of amino acid metanolism. Bab 11 dalam: metabolic
Control and Disease.

Tyler B: regulation of thr assimilation of nitrogen compounds. Annu rev biochem


1978;47:1127.

Anda mungkin juga menyukai