Anda di halaman 1dari 23

A.

Judul Percobaan
Asam Amino dan Protein

B. Tujuan Percobaan
Sebelum melakukan percobaan mahasiswa harus memahami lebih dahulu
struktur protein. Selama melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat membuktikan adanya ikatan peptide
2. Dapat memahami reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap bermacam
macam kandungan dari protein
3. Memahami kelarutan dan sifat amfoter dari asam amino
4. Mahir dalam cara pemisahan asam asam amino secara kromatografi kertas dan
identifikasinya

C. Landasan Teori

Asam amino adalah senyawa organic yang mengandung gugus amino


(NH2), sebuah gugus asam karboksilat (COOH) dan salah satu gugus lainnya,
terutama dari kelompok 20 senyawa yang memiliki rumus dasar NH 2CHRCOOH.
Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena
salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun
protein oleh ikatan peptide. (Suprayitno dan Titik Dwi Sulistiyani, 2017:1)
Kata protein berasal dari protos yang berarti pertama atau utama. Protein
merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia.
Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdaapat
dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan
tubuh. Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses
kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu
protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-
butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai penganngkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula
zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen,
juga suatu protein. Peranan protein dalam tubuh akan dibahas dalam bab-bab yang
berhubungan dengan hal tersebut. (Poedjiadi, 2012:81)
Pada umumnya, asam-asam amino dapat larut dalam pelarut-pelarut polar,
tetapi tidak dapat larut dalam pelarut-pelarut non polar. Walaupun kelarutannya
tidak sama, sebagian besar asam amino dapat larut dalam larutan alkali sehinggan
memebentuk garam. Diatara sekian banyak asam amino yang menyusun protein,
beberapa mempunyai rasa manis, rasa pahit, da nada yang tidak mempunyai rasa.
Glisin, prolin, alanin, hidroksiprolin, valin, dan serin mempunyai rasa manis.
Isoleusin dan ariginin mempunyai rasa pahit, sedangkan leusin tidak mempunyai
rasa. (Sumardjo, 2009:139)
Asam amino diklasifikasikan sebagai esensial (indispensable) dan non-
esensial (dispensable). Asam amino esensial (AAE) adalah jenis AA yang tidak
dapat disentesa sama sekali oleh hewan atau yang disentesa dalam jumlah yang
kurang mencukupi untuk mendukung pertumbuhan maksimum. Oleh karena itu,
AEE harus terdapat dalam pakan. Non-AAE dapat disentesa dalam jumlah yang
cukup di dalam jaringan dank arena itu tidak diperlukan keberadaannya di dalam
pakan. Berdasarkan pada sifat kimiawi yang dimiliki, asam amino dikelompokkan
ke dalam: a) asam amino dengan rantai karbon terbuka, b) asam amino yang
bersifat basa, c) asam amino yang bersifat asam, d) asam amino dengan rantai
karbon tertutup, e) asam amino yang memiliki aroma, dan f) asam amino yang
mengandung ion sulfur. (Suprayitno dan Titik Dwi Sulistiyani, 2017:1-2)
Semua asam amino yang berasal dari hidrolisis protein mempunyai
konfigurasi L, yang berarti gugus-gugus di sekeliling atom karbon alfa mempunyai
konfigurasi yang sama seperti konfigurasi L-gliseraldehid. Apabila gugus
karboksil ditulis di atas, untuk konfigurasi L, gugus amino harus ditulis di kiri,
sedangkan untuk konfigurasi D, gugus amino harus ditulis di kanan. Bentuk
konfigurasi D dan L jarang dicantumkan di awal nama asam amino. Apabila tidak
ada tanda apa-apa asam amino yang dimaksud adalah L. (Sumardjo, 2009:134)
Asam amino mempunyai titik lebur yang tinggi. Pada umunya, titik lebur
asam amino di atas 200°C. Titik lebur yang tinggi ini menggambarkan besarnya
energy yang diperlukan untuk merusak kekuatan ionik yang mempertahankan kisi-
kisi Kristal. Sebagian besar asam amino mengalami sedikit peruraian apabila
dipanaskan mendekati titik lebuur atau titik lelehnya. Kecuali glisin, semua asam
amino mempunyai sebuuah atau lebih atom karbon asimetris. Oleh karena itu,
semua larutan asam amino, kecuali glisin, dapan menunjukkan kegiatan optis.
Struktur kimia asam amino mengandung gugus karboksil dan gugus amino
sehingga sifat kimia asam amino ditentukan oleh sifat gugus karboksil, sifat gugus
amino, dan gabungan antara sifat kedua radikal tersebut. Sifat-sifat kimia asam
amino dapat dilihat dari reaksi-reaksi asam amino. (Sumardjo, 2009:139)
Asam amino dapat diklasifikasikan sebagai esensial dan non esensial.
Asam amino esensial tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi sangat penting untuk
metabolism protein. Asam amino ini harus diperoleh dari makanan. Asam amino
non esensial yang diperlukan untuk fungsi sel normal dan dapat disintesis dari
asam amino lain dalam tubuh. Setelah asam amino yang tepat diperoleh, mereka
bergabung untuk memberikan protein jaringan sehingga tubuh dapat
menggunakannya. (Suprayitno dan Titik Dwi Sulistiyani, 2017:2)
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator dalam hamper
semua reaksi kimia yang merangkai kehidupan. Makna katalisator adalah
membantu dalam perubahan suatu molekul menjadi molekul lain, tanpa ikut
mengalami perubahan. Oleh karena itu, enzim tidak diperlukan dalam jumlah
banyak karena dapat digunakan berulang kali. Disamping itu enzim memiliki
kemampuan untuk mengatalisis reaksi-reaksi kimia yang unik, yang tidak dapat
dilakukan oleh katalis-katalis kimiawi biasa. Itulah sebabnya, enzim menjadi salah
satu katalisator primadona dalam bioteknologi untuk bidang industri, pertanian,
kesehatan, dan lingkungan. Para ahli pada saat ini sudah mampu mengisolasi
enzim dari berbagai sumber mahluk hidup, dan dapat menjaganya untuk tetap aktif
setelah dikeluarkan dari sumbernya. Terlebih lagi, enzim dari suatu makhluk hidup
yang kompleks, seperti manusia atau tanaman, sudah dapat dihasilkan dalam
jumlah lebih besar memanfaatkan jasa mikroorganisme, seperti bakteri. Prosesnya
melalui teknologi cloning gen. Hal ini dapat meningkatkan peran dan penggunaan
enzim dalam bidang-bidang yang telah disebutkan tadi. (Thenawidjaja, 2005:5)
Kasein yang dikenal sebagai protein padat dalam susu berasal dari bahasa
Latin caseus yang berarti keju. Kasein merupakan fosfoprotein paling dominan
yang terdapat pada susu dan keju. Dalam susu, sekitar 80% dari proteinnya adalah
kasein yang biasanya berupa garam dari kalsium. Kasein tidak dapat dikoagulasi
oleh panas. Kasein akan diendapkan oleh asam dan enzim rennet. Enzim rennet
adalah enzim proteolitik yang biasanya berasal dari perut sapi. Ketika dikoagulasi
oleh rennet, kasein disebut parakasein. Istilah kaseinogen digunakan untuk protein
yang tidak terkoagulasi, sedangkan kasein merupakan protein yang terkoagulasi.
Kasein tidak mempunyai jembatan disulfide. Sebagian kecil memiliki struktur
sekunder dan sisanya merupakan struktur tersier. Karena strukturnya itu, kasein
tidak terdenaturasi seperti protein lain pada umumnya (Santoso, 2014:125)
Analisis asam amino dapat dilakukan dengan menggunakan kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT). Analisis asam amino sangat penting dilakukan, karena
kualitas protein suatu bahan pangan sangat ditentukan oleh kadar asam amino
yang dikandungnya. Dari segi nutrisi asam amino dibagi menjadia 2 golongan,
yaitu asam amino non esensial dan asam amino esensial. Asam amino non esensial
adalah asam amino yang dapat disediakan oleh tubuh organisme melalui proses
biosintesa yang rumit dari senyawa nitrogen yang terdapat dalam makanan, dan
asam amino esensial, adalah asam amino yang tidak dapat disentesa oleh tubuh.
Untuk memenuhi kebutuhan protein, suatu organisme memerlukan tambahan asam
amino esensial yang diperoleh dari bahan pangan atau pakan yang dikonsumsi.
Banyak kelainan yang timbul terhadap manusia kurang protein. (Elfita, 2014:66)
Hidrolisis adalah proses dimana bahan orgabik komples (polimer) diurai
menjadi unit yang lebih kecil (momo dan oligomer). Selama hidrolisis, polimer
seperti karbohidrat, lipid, asam nukleat dan protein diubah menjadi glukosa,
gliserol, purin dan piridina. Mikroorganisme hidrolitik mengeluarkan enzim
hidrolitik, mengkoversi biopolymer menjadi senyawa sederhana dan larut. Produk
yang dihasilkan dari hidrolisis selanjutnya diurai oleh mikroorganisme terlibat dan
digunakan untuk proses metabolism mereka sendiri. (Ardiansyah, 2017:54)
Menurut Suprayitno dan Titik Dwi Sulistiyati, (2017:6-10) semua asam
amino yang ditemukan di dalam protein merupakan asam amino ᵅ dalam hal ini,
gugus amino dan gugus karboksil keduanya terikat pada atom karbon ᵅ yang sama
yaitu :
1. Glisina (Asam 2-aminoetanoat) (C2H5NO2), glisina atau asam aminoetanoat
adalaha asam amino alami paling sederhana. Berfungsi bagi tubuh manusia
memproduksi glisina dalam jumlah mencukupi. Glisina berperan dalam sistem
saraf sebagai inhibitor neutotransmiter pada sistem saraf pusat (CNS).
2. Alamina (Asam (S)-2aminopropanoat (C3H7NO2) alamin (Ala), alamina dapat
berperan dalam pengenalan substrat atau spesifitas, khususnya dalam interaksi
dengan atom nonreaktif seperti karbon. Dalam proses pembentukan glukosa
dari protein, alamina berperan dalam daur alamina.
3. Valina (Asam S-2-amino-3-metil-butanol) (C5H11NO2), valina berfungsi
menggantikan posisi asam glutamate, asam amino lain yang hidrofilik (suka
air), pada hemoglobin.
4. Leusina (Asam S-2-amino-4-metil-pentanoat) (C6H13NO2), leusin mutlak
diperlukan dalam perkembangan anak-anak dan dalam kesetimbangan nitrogen
bagi orang dewasa. Ada dugaan bahwa leusina berperan dalam menjaga
perombakan dan pembentukan protein otot. Leusina tergolong asam amino
esensial bagi manusia.
5. Isoleusina (Asam 2S,3S-2-amino-3-metilpentanoat) (C6H13NO2), berfungsi
sebagai penyusun protein yang dikode oleh DNA. Rumus kimianya sama
dengan leusin hidrofobik (tidak larut dalam air) dan esensial bagi manusia.
6. Serina (Asam S-2-amino-3-hidroksipropanoat) (C3H7NO3), serina penting bagi
metabolism karena terlibat dalam biosintesis senyawa purin dan pirimidin,
sistein, triptofan (pada bakteria) dan sejumlah besar metabolit lain. Sebagai
penyusun enzim, serina sering memainkan peran penting dalam fungsi
katalisator enzim. Ia diketahui berada pada bagian aktif kimotripsin, tripsin dan
banyak enzim lainnya. Sebagai penyusun protein non enzim, rantai sampingnya
dapat mengalami glikolisasi yang dapat menjelaskan gangguan akibat diabetes.
7. Treonina (Asam 2S,3R-2-amino-3-hidroksibutanoat) (C4H9NO3), bagi manusia
treonina bersifat esensial. Tubuh manusia tidak memiliki enzim pembentuk
treonina namun manusia memerlukannya, sehingga treonina namun manusia
memerlukannya, sehingga treonina esensial (secara gizi) bagi manusia.
Kehadiran enzim treonina-kinase dapet menyebabkan fosforilasi pada treonina,
menghasilkan fosfotreonina, senyawa antara penting pada biosintesis metabolit
sekunder.
8. Asam aspartate (Asam 2S-2-aminobutandioat) (C4H7NO4), fungsinya diketahui
sebagai pembangkit neutransmisi di otak dan saraf otot. Diduga aspartate
berperan dalam daya tahan terhadap kepenatan senyawa ini juga merupakan
produk dari daur urea dan terlibat dalam glukoneorgenesis.
9. Asam glutamate (Asam 2S-2-aminopentadioat) (C5H9NO4), asam glutamate
dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia sehingga tidak tergolong esensial.
Ion glutamate merangsang beberapa tipe saraf yang ada di lidah manusia. Sifat
ini dimanfaatkan dalam industry penyedap. Garam turunan dari asam glutamate
(dikenal juga sebagai monosodium glutamate, MSG, vetsin atau micin), sangat
dikenal dalam dunia boga Indonesia maupun Asia Timur lainnya sebagai
penyedap masakan.
10. Asparagina (Asam 2S-2-amino-3-karbonil-propanoat) (C4H8N2O3), pada
fungsi biologi asparagine diperlukan oleh sistem saraf untuk menjaga
kesetimbangan dan dalam transformasi asam amino. Ia berperan pula dalam
sintesis ammonia.
11. Glutamiana (Asam 2S-2-amino-4-karbonil-butanoat) (C5H10N2O3), glutamina
berfungsi sebagai suplemen atlet binaraga untuk mengganti kerusakan otot
dengan segera akibat latihan beban yang berat.
12. Arginine (Asam S-2-amino-5-(diamino metildenamino) pentanoat)
(C6H14N4O2), bagi anak-anak, asam amino ini esensial. Pangan yang menjadi
sumber utama arginine adalah produk-produk peternakan ({dairy produscts)
seperti daging, susu (dan olahannya) dan telur. Dari produk tumbuhan dapat
disebutkan cokelat dan biji kacang tanah.
13. Histidina, fungsi histidina menjadi precursor histamine, suatu amina yang
berperan dalam sistem saraf dan karnosin, suatu asam amino.
14. Lisina (Asam S-2,6-diaminoheksanoat), lisina tergolong esensial bagi
manusia dan kebutuhan rata-rata per hari adalah 1-1,5 g. Lisina menjadi
kerangka bagi niasin (vitamin B1). Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
pellagra. Lisin juga dilibatkan dalam pengobatan terhadap penyakit herpes.
15. Sisteina (Asam 2R-2-amino-3-sulfanil-propanoat), sisjteina menjadi sumber
utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung
belerang. Sisteina dan metionin pada protein juga berperan dalam menentukan
konformasi protein karena adanya ikatan hydrogen pada gugus tiol.
16. Metionina (Asam S-2-amino-4-(metilsulfanil)-butanoat), asam amino ini bagi
manusia bersifat esensial, sehingga harus dipasok dari bahan pangan. Sumber
utama metionina adalah buah-buahan, daging (ayam, sapi, ikan), susu (susu
murni, beberapa jenis keju), sayuran (spinach, bayam, bawang putih, jagung)
serta kacang-kacangan (kapri, pistachio, kacang mete, kacang merah, tahu
tempe.
17. Prolina (Asam S-pirolidin-2-karboksilat) fungsi terpenting prolina tentunya
adalah sebagai komponen protein. Sel tumbuh-tumbuhan tertentu yang terpapar
kondisi lingkungan yang kurang cocok (misalnya kekeringan) akan
menghasilkan prolina untuk menjaga keseimbangan osmotic sel. Prolina dibuat
dari asam L-glutamat dengan precursor suatu asam amino. Prolina bukan
merupakan asam amino esensial bagi manusia
18. Fenilalanina (Asam 2-amaino-3-fenil-propanoat), fenilalanina bersama-sama
dengan taurin dan triptofan merupakan senyawa yang berfungsi sebagai
pengahantar atau penyampai pesan (neurotransmitter) pada sistem saraf otak.
Dalam keadaan normal, fenilalanina diubah menjadi tirosin dan dibuang dari
tubuh. Gangguan dalam proses ini menyebabkan fenilalanina tertimbun dalam
darah dan dapat meracuni otak serta menyebabkan keterbelakangan mental.
19. Tirosina (Asam S-2-amino-2-(4-hidroksi-fenil)-propanoat), dalam transduksi
signal, tirosina memiliki peran kunci dalam pengaktifan beberapa enzim
tertentu melalui proses fosforilasi (membentuk fosfotirosina).
20. Triptofan (Asam S-2-amino-3-(1H-indol-3-il)-propanoat), triptofan
merupakan satu dari 20 asaam amino penyusun protein yang bersifat esensial
bagi manusia. Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti asam amino
lainnya, K-triptofan. Gugus fungsional yang dimiliki triptofan, indol, tidak
memiliki asam-asam amino dasar lainnya. Akibatnya, triptofan menjadi
precursor banyak senyawa biologis penting yang tersusun dalam kerangka
indol. Triptofan adalah precursor mealatonin (hormone perangsang tidur),
serotonin (suatu transmitter pada sistem saraf) dan niasin (suatu vitamin).

D. Alat Dan Bahan


1. Alat
a. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
b. Gelas kimia 250 mL 3 buah
c. Kaca arloji 1 buah
d. Gelas ukur 10 mL 2 buah
e. Labu bundar 500 mL 1 buah
f. Corong biasa 1 buah
g. Pembakar spiritus 1 buah
h. Kaki tiga 1 buah
i. Kasa asbes 1 buah
j. Neraca analitik 1 buah
k. Stopwatch 1 buah
l. Batang pengaduk 2 buah
m. Klem kayu 1 buah
n. Spatula 1 buah
o. Botol semprot 1 buah
p. Tabung reaksi besar 2 buah
q. Tabung reaksi kecil 8 buah
r. Rak tabung reaksi 2 buah
s. Pipet tetes 5 buah
t. Lap kasar 1 buah
u. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kristal L-tirosin (C9H11NO3)
b. Kristal Glisin (C2H5NO2)
c. Larutan Natrium Hidroksida 10% (NaOH)
d. Larutan Asam Klorida 20% (HCl)
e. Larutan Natrium Nitrit 5% (NaNO2)
f. Kasein (C18H22NO6)
g. Larutan Tembaga (II) Sulfat 2% (CuSO4)
h. Urea (CO(NH2)2)
i. Larutan Asam Nitrat pekat (HNO3)
j. Aquades (H2O)
k. Kertas Lakmus merah dan biru
l. Aluminium Foil
m. Korek Api
n. Es batu
o. Kertas saring

E. PROSEDUR KERJA
1. Kelarutan dan sifat amfoterik
a. 1) Kristal glisin dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Sebanyak 2 mL aquades ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi kristal glisin
3) Keasamaan larutan yang dihasilkan diuji dengan kertas lakmus dan
diamati hasilnya
4) Kristal L-Tirosin dimasukkan ke dalam tabung reaksi
5) Sebanyak 2 mL aquades ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi kristal L-Tirosin
6) Keasamaan larutan yang dihasilkan diuji dengan kertas lakmus dan
diamati hasilnya
7) Kristal L-Aspartat dimasukkan ke dalam tabung reaksi
8) Sebanyak 2 mL aquades ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi kristal L-Aspartat
9) Keasamaan larutan yang dihasilkan diuji dengan kertas lakmus dan
diamati hasilnya
b. 1) Sebanyak 0,1 gram L-tirosin dilarutkan dalam 2 mL aquades
2) Sebanyak 1 mL larutan NaOH 10% ditambahkan ke dalam suspensi L-
tirosin dan air dan dicatat hasilnya
3) Sepotong kertas lakmus dimasukkan ke dalam larutan dan ditambahkan
15 tetes larutan HCl 10%
4) Larutan diaduk selama 1 menit dan dicatat hasilnya
c. 1) Sebanyak 0,1 gram kasein ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
2) Sebanyak 5 mL aquades dan 2 mL larutan NaOH 10% ditambahkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi kristal kasein.
3) Larutan dikocok hingga diperoleh larutan koloid
4) Sebanyak 2 mL larutan disimpan untuk percobaan selanjutnya
2. Reaksi dengan asam nitrit
a. 1) Sebanyak 0,1 gram glisin ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
2) Sebanyak 5 mL larutan HCl 10% ditambahkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi kristal glisin
3) Sebanyak 5 mL larutan HCl 10% dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang lain sebagai pembanding
4) Kedua tabung reaksi didinginkan sampai di dalam air es
5) Sebanyak 1 mL larutan NaNO2 5% ditambahkan secara hati-hati ke
dalam masing-masing tabung reaksi dan dicatat hasilnya
b. 1) Larutan kasein yang telah dibuat pada percobaan pertama didinginkan
dalam air es
2)Sebanyak 1 mL larutan NaNO2 ditambahkan ke dalam larutan kasein dan
dicatat perubahan yang terjadi
3. Uji Biuret
a. 1) Sebanyak 0,5 gram urea dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2) Urea dipanaskan perlahan-lahan sampai urea meleleh dan terbentuk gas
3) Bau gas dicatat dan diuji dengan kertas lakmus basa pada mulut tabung
reaksi
4) Pemanasan dilanjutkan sampai pembentukan gas berhenti dan sisanya
mulai padat
5) Zat padat didinginkan dan dilarutkan dalam air panas
6) Larutan disaring dan filtrat ditambahkan 2 mL larutan NaOH 10%
7) Larutan ditambahkan 2-3 tetes larutan CuSO4 2%
8) Larutan diaduk dan diamati perubahan warnanya
9) Sebanyak 0,5 gram urea dimasukkan ke dalam tabung reaksi lain sebagai
pembanding
10) Urea dilarutkan dengan 3 mL air dan ditambahkan 2 mL larutan NaOH
10%
11) Sebanyak 2-3 tetes larutan CuSO4 2% ditambahkan ke dalam larutan
12) Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
Sebelumnya
b. 1) Sebanyak 2 mL aquades ditambahkan ke dalam 2 mL larutan kasein
yang dibuat pada percobaan pertama
2) Sebanyak 2 tetes larutan CuSO4 2% ditambahkan ke dalam larutan kasein
dan diaduk serta diamati hasilnya
4. Uji Xanthoproteat
a. Sebanyak 0,1 gram kasein dimasukkan ke dalam tabung reaksi
b. Sebanyak 2 mL asam nitrat pekat ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan
dipanaskan perlahan-lahan
c. Campuran reaksi didinginkan dan dinetralkan dengan hati-hati dengan
larutan NaOH 10%
d. Larutan ditambahkan sedikit basa berlebih
e. Perubahan warna yang terjadi dicatat dalam tabel hasil pengamatan
5. Hidrolisis Protein
a. Peralatan refluks disusun dan sebanyak 0,5 gram kasein dimasukkan dalam
labu bundar 100 mL
b. Sebanyak 20 mL larutan HCl 20% ditambahkan ke dalam labu dan
dilakukan refluks selama 40 menit
c. Campuran reaksi didinginkan pada suhu kamar
d. Campuran reaksi sebanyak 5 mL didinginkan sebagian dalam air es
e. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil campuran reaksi yang
didinginkan pada suhu kamar
f. Campuran reaksi lainnya ditambahkan 3 mL larutan NaOH 10% dan 2 tetes
larutan CuSO4 2%
g. Campuran reaksi dipanaskan dalam penangas air dan dibandingkan hasilnya
dengan campuran reaksi lainnya

F. HASIL PENGAMATAN
1. Kelarutan dan Sifat Amfoterik

No Perlakuan Hasil Pengamatan


.
1. a. 0,1 gram glisin + 2 mL H2O Larutan bening
b. Larutan diuji dengan lakmus Lakmus biru menjadi merah
biru
Larutan aspartate + lakmus Lakmus merah
L- Tirosin + lakmus Lakmus merah
2. 0,1 gram L-tirosin(putih) + 2 mL Larutan bening
H2O + 1 mL NaOH 10%
Larutan di uji dengan kertas lakmus Lakmus biru
biru + HCl Lakmus merah
3. 0,1 gram kasein (putih) + 5 mL H2O Larutan bening
2 mL NaOH 10 %
Di simpan 2 mL Terbentuk koloid

2. Reaksi dengan Asam Nitrit


No Perlakuan Hasil Pengamatan
.
1. Tabung I
0,1 gram glisin + 5 mL HCl 10% Larutan bening
Larutan didinginkan dalam air es + 1 mL Larutan bening da nada
NaNO2 5% gelembung
2. Tabung II
5 mL HCl 10% didinginkan + 1 mL Larutan Bening, tanpa
NaNO2 5% gelembung
3. Tabung III
2 mL kasein didinginkan + 1 mL NaNO2 Larutan bening kuning dan
5% tidak ada gelembung

3. Uji Biuret

No Perlakuan Hasil Pengamatan


.

1. 0,5 gram urea → (Diuji lakmus) Meleleh

2. Lelehan → (Diuji lakmus) Membentuk padatan

3. + 2 mL air suling kemudian disaring Larutan bening

4. Larutan + 2 mL NaOH 10% Larutan bening

5. Larutan + 3 tetes CuSO4 Larutan ungu bening

Larutan Pembanding

1. 2 mL kasein + 3 mL air suling Larutan bening

Larutan + 2 tetes CuSO4 2% Larutan biru bening

4. Uji Xanthoproteat

No Perlakuan Hasil Pengamatan


.
1. 0,1 gram kasein + 2 mL HNO3 pekat Larutan kekuningan

Larutan dipanaskan Reaksi eksoterm

Larutan didinginkan Larutan kekuningan

2 mL NaOH 10% Larutan merah kekuningan


Reaksi eksoterm

5. Hidrolisis Protein

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


1. 0,5 gram kasein + 2 mL HCl 20% Larutan bening dan gumpalan
putih
2. Larutan dipanaskan Larutan cokelat muda
3. Larutan dibagi 2
Tabung 1 : Dinginkan dalam air es Larutan cokelat muda
Tabung 2 : + 3 mL NaOH 10% Larutan ungu
+ 2 tetes CuSO4

G. Pembahasan
1. Kelarutan dan sifat amfoterik
a. Pada pengujian glisin, menunjukkan bahwa glisin dapat larut sempurna
dalam air. Hal ini disebabkan karena strukturnya yang dipolar. Pada
pengujian kertas lakmus terlihat bahwa glisin bersifat asam karena kertas
lakmusnya warna merah. Dilihat dari strukturnya, glisin bersifat netral
karena glisin tidak mengandung gugus karboksil dan gugus amina yang
berlebih. Perlu diketahui bahwa derajat keasaman isoelektrik pada glisin
adalah 6,0 sehingga pada pengujian dengan menggunakan kertas lakmus
menunjukkan sifat asam namun yang sebenarnya glisin bersifat netral.

H – C – COOH + H2O → H – CH – COO-


+
NH2 NH3
Pada pengujian L-tirosin, menunjukkan bahwa tidak larut dalam air. Tidak
dapat larut dalam air karena dilihat dari struktur tirosin mempunyai gugus
benzene yang tidak dapat larut dalam air karena sifat kepolaran air dan
benzene berbeda. Air bersifat polar sedangkan benzene bersifat nonpolar.
Selain itu, perbedaan densitas juga menyebabkan air dan benzene tidak dapat
menyatu sebagaimana yang kita ketahui bahwa densitas air adalah 1,00 g/mL
sedangkan benzene yaitu 0,88 g/mL. Pada pengujian kertas lakmus terlihat
bahwa tirosin bersifat asam karena kertas lakmusnya berwarna merah. Hal
ini tidak sesuai dengan teori karena pada strukturnya tirosin bersifat netral
karena pada gugus sampingnya tidak terdapat gugus karboksil dan gugus
amin. Kemungkinan terjadi kesalahan ketika pengujian kertas lakmus yang
hanya mengujikan dengan kerts lakmus merah saja sehingga diperoleh
bahwa tirosin bersifat asam.

HO CH2CHCOO- + H2O
NH2

HO CH2CHCOO-
+
NH3

Pada pengujian L-aspartat menunjukkan bahwa asam amino ini larut


sebagian dalam air, ini disebabkan karena R asam aspartat mengandung C
sehingga hanya sebagian yang bisa larut. Sedangkan pada pengujian pH,
menunjukkan ia bersifat asam. Hal ini membuktikan bahwa L-aspartat
merupakan asam amino yang apabila direaksikan dengan air, rantai karboksil
pada rantai sampingnya akan melepaskan proton ke air sehingga terbentuk 2
muatan negatif dan 1 muatan positif. Reaksinya :

HOOC – CH2 – CH – COO- + H2O → -OOC – CH2 – CH – COO-

+ +
NH2 NH3
+ H3O+
Pada pengujian kasein menunjukkan bahwa ia sukar larut dalam air, karena
strukturnya mengandung rantai benzene. Pada pengujian pH, kasein bersifat
basa.
b. Pada percobaan ini L-tirosin ditambahkan dengan NaOH 10 % yang diuji
dengan menggunakan kertas lakmus. Hasil dari pengujian dengan kertas
lakmus menyatakan bahwa larutan ini bersifat basa karena kertas lakmusnya
berwarna biru. Setelah itu larutan tirosin ditetesi dengan HCl sampai
larutannya bersifat asam karena terlihat pada pengujian dengan kertas
lakmus berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa tirosin bersifat
amfoterik karena dapat bersifat asam ataupun basa. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa sifat amfoterik merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh suatu
senyawa yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut dapat bersifat asam
maupun basa.
 HO CH2 – CH – COO + OH- + NaOH
+
NH3
HO CH2 – CH – COONa + 2H2O
NH2
 HO CH2 – CH – COONa + HCl
NH2
HO CH2 –CH – COOH + NaCl
NH2
 HO CH2 – CH – COOH + HCl
NH2
HO CH2 – CH – COOH + Cl- + NaOH + H2O
+
NH3
c. Pada percobaan ini, kasein yang ditambahkan denagn NaOH terbentuk
larutan putih yang kemudian digoncangkan menghasilkan larutan koloid. Hal
ini sesuai dengan teori karena kasein mempunyai sifat koloid yang dapat
bereaksi dengan larutan basa. Fungsi penambahan NaOH yaitu memberikan
suasana basa pada kasein.
O
-NH2 – CH – C – N – CH – COOH

CH2 H CH2

+ H2O

OH OH

O
-NH2 – CH – C – N – CH – COO-

CH2 H CH2

+ H3O+

OH OH

2. Reaksi dengan asam nitrit


Percobaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gugus amin. Pada
glisin yang ditambahkan dengan HCl, lalu didinginkan menghasilkan larutan
bening setelah itu penambahan dengan NaNO2 yang menunjukkan bahwa asam
amino ini mengandung gugus amin dan bereaksi dengan nitrit menghasilkan
gas N2 karena pada larutannya terlihat adanya gelembung gas. Fungsi
penambahan HCl selain memberikan suasana asam, dapat juga berfungsi
sebagai membentuk NaCl dan HNO2 ketika bereaksi dengan NaNO2. Tujuan
dari pendinginan yaitu mempercepat proses berlangsungnya reaksi dalam
larutan karena salah satu factor laju reaksi yaitu suhu.
H – CH – COOH + HCl + NaNO2 → H – CH – COOH + N2 + NaCl

NH2 NH2

Pada larutan tanpa glisin yaitu campuran HCl dengan NaNO2 dengan
perlakuan yang sama seperti di atas yaitu didinginkan menghasilkan larutan
yang beku dan terdapat gelembung gas. Gas gelembung yang dihasilkan
merupakan gas NO ketika HCl dan NaNO2 bereaksi.

HCl + NaNO2 → HNO2 + NaCl

3HNO3 ⇄ H+ + NO3- + H2O + 2NO

Pada percobaan kasein dengan perlakuan yang sama seperti di atas yaitu
pendinginan. Setelah itu ditambahkan dengan NaNO2 menghasilkan larutan
tak berwarna. Hal ini sesuai dengan teori karena tidak terdapatnya gugus amin
yang bebas sehingga tidak terbentuk gas N2.

-NH – CH – C – N – CH – COOH + NaNO2

CH2 H CH2
OH OH

O
-NH – CH – C – N – CH –COOH + HNO3
CH2 H CH2

OH OH
3. Uji Biuret
Pada percobaan ini dengan tujuan adalh menguji adanya ikatan peptide
dalam asam-asam amino. Percobaan kali ini urea yang dipanaskan sampai
meleleh dam membentuk larutan. Larutan kemudian diuji dengan kertas lakmus
yang menunjukkan bahwa kertas lakmus bewarna biru yang berarti urea bersifat
basa. Kemudian dilanjutkan pemanasan dengan tejuan agar dapat membentuk
gelembung gas sampai sisanya mulai padat. Gelembung gas ini merupakan gas
amoniak (NH3) yang mempunyai bau yang sangat tengik. Padatan meleleh
kemudian disaring. Tujuan dari penyaringan adalah agar dapat memperoleh
larutan dengan partikel yang lebih kecil. Filtrate yang dihasilkan kemudian
ditambahkan dengan NaOH dan CuSO4. Hasil menunjukkan bahwa larutan
berwarna merah yang berarti didalam urea tidak terdapat ikatan peptide.
Adanya ikatan peptide menunjukkan larutan berwarna ungu. Sebagai
pembanding, kasein yang ditambahkan dengan NaOH dan CuSO4 menghasilkan
larutan dengan warna ungu. Hai ini sesuai dengan teori karena adanya ikatan
peptide ditandai dengan larutan berwarna ungu yang berarti kasein mempunyai
ikatan peptide. Fungsi penambahan NaOH adalah memberikan suasana basa
dalam larutan dan bersifat katalis.
4. Uji Xantroproteat
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya cincin aromatic
dalam protein yaitu cincin benzene. Pada percobaan ini kasein dilarutkan
dengan asam nitrat pekat menghasilkan larutan kuning kemudian dipanaskan.
Fungsi penambahan HNO3 pekat adalah mengidentifikasi adanya gugus
benzene yang terdapat dalam protein yang ditandai dengan adnya cincin ungu.
Tujuan pemanasan yaitu untuk mempercepat berlangsungnya proses reaksi
karena salah satu factor dari laju reaksi adalah suhu. Setelah dipanaskan,
ditambahkan dengan NaOH menghasilkan larutan berwarna jingga. Hal ini
sesuai dengan teori karena adanya cincin aromatic pada kasein yang mengalami
nitrasi pada saat penambahan asam nitrat sehingga menghasilkan nitro yang
berwarna kuning. Fungsi penambahan NaOH adalah mamberikan suasana basa
dalam larutan dan dapat bersifat katalis.
O O

H2N – CH – C – NH – CH – C – OH + HNO3

CH2 CH2
v

OH OH

O O
H2N – CH – C – NH – CH – C – OH

CH2 CH2

NO2 NO2
NO2 NO2

OH OH

5. Hidrolisis Protein
Percobaan ini bertujuan untuk memutuskan ikatan peptida. Pada
percobaan ini kasein dilarutkan dalam HCl menghasilkan larutan bening.
Fungsi penambahan HCl adalah memberikan suasan asam dalam larutan dan
bersifat katalis. Setelah itu larutan direfluks, dengan tujuan mempercepat reaksi
hidrolisis. Hasil refluks dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama didinginkan
dengan air es dan bagian kedua ditambahkan dengan NaOH dan CuSO 4. Pada
tabung pertama menghasilkan larutan jingga sedangkan pada tabung kedua
terdapat dua lapisan. Lapisan atas yaitu berwarna ungu dan lapisan bawah yaitu
berwarna jingga. Hal ini sesuai dengan teori karena pada tabung kedua proses
hidrolisis ikatan peptidanya terputus.

-NH2 – CH – C – N – CH – C –OH

CH2 O H CH2 O HCl

OH OH

-NH2 – CH – C – N – CH – C –OH + H2O

CH2 O H CH2 O

OH OH
H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Ikatan peptide ditandai dengan adanya perubahan warna pada larutan yaitu
warna ungu.
b. Reaksi Xanthoproteat adalah uji protein untuk membuktikan adanya cincin
benzene pada protein. Uji biuret adalah uji untuk membuktikan adanya iktan
peptide pada protein. Reaksi xanthoproteat dibuktikan dengan adanya
gumpalan putih dan uji biuret dengan adanya larutan berwarna ungu.
c. Asam amino mudah larut dalam air apabila gugus R yang pendek dan akan
sukar larut apabila memiliki gugus R yang panjang dan bersifat aromatic.
Asam amino bersifat amfoterik yang dapat berreaksi asam atau basa.
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati dan teliti dalam praktikum agar
diperoleh hasil yang sesuai dengan teori

Anda mungkin juga menyukai