Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr.Wb

Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Inspektorat Badan POM
menyusun Rencana Strategis 2015 – 2019 yang merupakan penjabaran dari
Visi dan Misi dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis yang telah
ditetapkan.

Rencana Strategis Inspektorat 2015 – 2019 merupakan dokumen


perencanaan yang bersifat indikatif atas kinerja yang akan dilaksanakan
Inspektorat selama periode lima tahun yang akan datang dalam rangka
mewujudkan sebuah tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (good
governance dan clean government), akuntabilitas kinerja, serta pelayananan
publik prima di lingkungan Badan POM

Untuk mencapai hal tersebut Inspektorat telah menentukan sasaran


strategis yaitu terselenggaranya pengawasan internal yang efektif dan
efisien. Sasaran strategis tersebut akan dijabarkan dalam kegiatan prioritas
yang hendak dilaksanakan dalam lima tahun kedepan.

Tantangan pengawasan internal yangdihadapiInspektorat semakin berat


dan kompleks. Namun demikian kami percaya dengan kerja keras dan
dedikasi yang tinggi dari seluruh auditor dan staf Inspektorat serta adanya
dukungan dari seluruh jajaran manajemen Badan POM maka pengawasan
internal yang efektif dan efisien akan tercapai.

Semoga upaya kita senantiasa mendapatkan kemudahan dan ridho Allah


SWT.

POM Satu!

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 7 April 2015


Inspektur Badan POM

Dra.Zulaimah, Apt., M.Si.


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
KEPUTUSAN INSPEKTUR BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR HK.06.02.6.04.15.0646 TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN 2015-2019 ................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum ................................................................................................. 1
B. Potensi dan Permasalahan ............................................................................... 7

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN


A. Visi ............................................................................................................... 19
B. Misi................................................................................................................... 20
C. Tujuan.......................................................................................................... 21
D. Sasaran ........................................................................................................ 21
E. Budaya Organisasi ............................................................................................ 22

BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


A. Arah Kebijakan dan Strategi ............................................................................. 25
B. Kerangka Regulasi ............................................................................................ 26
C. Kerangka Kelembagaan .................................................................................... 27

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


A. Target Kinerja................................................................................................... 29
B. Kerangka Pendanaan........................................................................................ 29

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 31


LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001, tentang Kedudukan,


Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013 tentang Perubahan
Ketujuh Atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan
POM) ditetapkan sebagai lembaga pemerintah Non Kementerian (LPNK)
yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Dengan terbentuknya Badan POM sebagai LPNK, maka dibentuklah


Inspektorat sebagai unit pengawasan internal berdasarkan Keputusan
Kepala Badan POM No. 02001/SK/KBPOM tanggal 26 Februari 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan POM sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.21.4231 tahun 2004
tentang perubahan atas Keputusan Kepala Badan POM
No.02001/SK/BPOM tanggal 26 Februari 2001 pasal 309.

Upaya Badan POM dalam mewujudkan visi dan misi yang ditetapkan,
ditopang oleh adanya fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
serta pengawasan yang efektif.Sebagai bagian integral dari Badan POM,
Inspektorat Badan POM sepenuhnya mendukung Badan POM dalam
menjalankan peran stratejiknya, melalui implementasi core business
Inspektorat dengan melaksanakan peran pengawasan internal yang
optimal.

Mengingat kompleksitas dan luasnya cakupan pengawasan Aparat


Pengawasan Internal Badan POM, maka Inspektorat Badan POM menyusun
Rencana Strategis 2015 sampai dengan 2019 yang memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan Inspektorat sesuai
dengan tugas dan fungsi Inspektorat sebagaimana diatur dalam SK Kepala
Badan POM No. 02001/SK/BPOM tanggal 26 Februari 2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan POM. Renstra Inspektorat 2015 sampai
dengan 2019 diharapkan dapat mengawal pencapaian perencanaan
stratejik Badan POM 2015 sampai dengan 2019 menuju Good Government
and Clean Governance.

Diharapkan melalui ditetapkannya Renstra Inspektorat Badan POM 2015


sampai dengan 2019, kebijakan dan perencanaan pengawasan tahunan

1
Inspektorat Badan POM menjadi sistematis, terarah, dan
berkesinambungan. Diharapkan pula Sistem Akuntabilitas Instansi
Pemerintah (SAKIP) Inspektorat Badan POM dapat diimplementasikan
sebagaimana amanah Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999.

Atas dasar hal tersebut di atas maka Inspektorat menyusun Rencana


Strategis Inspektorat Badan POM tahun 2015 sampai dengan 2019.

Kondisi umum Inspektorat Badan POM pada saat ini berdasarkan peran,
tupoksi, dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Peran Inspektorat Badan POM berdasarkan Peraturan Perundang-


undangan
Dasar hukum pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Badan POM
1) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
2) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah;
4) Peraturan Pemerintah RI No.53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil;
5) Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2005 tentang perubahan keenam
atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi dan Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND);
6) Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden RI No. 4 Tahun 2015;
7) Keppres No. 42 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan
Keppres No. 72 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
dan Pendapatan Belanja Negara;
8) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
KEP/46/M.PAN/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
Melekat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan;
9) Keputusan Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (DPN AAIPI) No. KEP-005/AAIPI/DPN/2014
Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kode Etik Auditor Intern
Pemerintah Indonesia, Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia,
dan Pedoman Telaah Sejawat Auditor Intern Pemerintah Indonesia;
10) Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.21.4231 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan POM No.
02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan POM.

2
2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM No. 02001/SK/KBPOM
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan POM sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.21.4231
Tahun 2004, Inspektorat Badan POM secara struktural berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan POM namun dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari dibina oleh Sekretaris Utama Badan POM.
Struktur organisasi Inspektorat Badan POMterdiri dari Inspektur, Sub
Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Adapun struktur kelembagaan organisasi Inspektorat Badan POM


digambarkan sebagai berikut :

Kepala Badan POM

Sekretariat Utama

Inspektorat PPOMN PPOM PROM PIOM

Deputi I Deputi II Deputi III

Balai Besar/BalaiPOM

Bagan 1. Struktur Organisasi Badan POM

Bagan 2. Struktur Organisasi Inspektorat Badan POM

3
Untuk mendukung tugas-tugas Inspektorat Badan POM sesuai dengan
peran dan fungsinya, diperlukan SDM yang memiliki keahlian dan
kompetensi yang baik.SDM Inspektorat Badan POM pada tahun 2014
terdiri dari 28 orang pegawai. Adapun profil pegawai Inspektorat Badan
POM berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
SDM Inspektorat Berdasarkan Pendidikan
PENDIDIKAN STRATA JUMLAH
Magister S2 : 2 orang
Apoteker Profesi : 11 orang
Ekonomi S1 : 5 orang
Hukum S1 : 3 orang
Komputer S1 : 2 orang
Akuntansi (akademi) D3 : 1 orang
Arsiparis D3 : 1 orang
SLTA Umum - : 2 orang
SLTA Kejuruan - : 1 orang
Jumlah : 28 orang

Dari komposisi SDM Inspektorat Badan POM sampai dengan tahun 2014
sesuai dengan tabel di atas, dirasakan bahwa untuk menghadapi
perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis dan semakin
tingginya harapan stakeholder terhadap kinerja Inspektorat, maka perlu
dilakukan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM Inspektorat
Badan POM agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis
tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun
ke depan.

3. Hasil Capaian Kinerja Inspektorat Badan POM periode 2010-2014


Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Inspektorat Badan POM
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan.Dalam rangkamenjalankan tugas
tersebut, maka Inspektorat Badan POM telah melaksanakan kegiatan
prioritas sebagaimana tercantum dalam Renstra Inspektorat periode
2010–2014sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan aparatur negara;
2) Pelaksanaan monitoring, evaluasi hasil pengawasan;
3) Penyelenggaraan evaluasi penerapan quality policy satuan kerja;
4) Pengembangan kapasitas dan kompetensi SDM aparatur pengawas
internal pemerintah.

4
Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas Inspektorat Badan
POM tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja
utama yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2
Capaian Indikator Kinerja Inspektorat Badan POM
Tahun 2010–2014

2010 2011 2012 2013 2014


INDIKATOR
CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN CAPAIAN TARGET REALISASI CAPAIAN
1. Persentase laporan
hasil pengawasan
yang disusun tepat 103.90% 122.40% 138.82% 100% 90% 79.52% 88.36%
waktu
2. Persentase
rekomendasi hasil
pengawasan yang − − 114.01% 132.17% 85% 87.41% 102.84%
ditindaklanjuti
3. Jumlah laporan
hasil penerapan − − 100% 55.56% 40 35 87.50%
SPIP

4. Isu-isu Strategis Sesuai Dengan Tupoksi dan Kewenangan


Inspektorat Badan POM
Selama periode 2010–2014, pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat
tersebut di atas telah diupayakan secara optimal sesuai dengan target
kinerjanya. Namun demikian, upaya tersebut masih belum sepenuhnya
sesuai dengan harapan stakeholder, penyebabnya antara lain:
 Adanya penambahan peran Inspektorat dalam mengawal
terlaksananya kebijakan pemerintah di Lingkungan Badan POM
seperti program Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani, Penilaian
Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB), Koordinator
Auditor Internal QMS, dan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
 Adanya gap antara hasil penilaian LAKIP oleh Inspektorat dengan
hasil evaluasi oleh MenPAN dan RB kepada Badan POM, dimana rata-
rata hasil penilaian/evaluasi Inspektorat lebih tinggi daripada nilai
yang diberikan oleh Kementerian PAN-RB. Hal ini karena metode
evaluasi yang dilakukan oleh Inspektorat hanya dilakukan terhadap
aspek-aspek kaidah dan dokumen dari hasil implementasi SAKIP,
namun belum sampai pada evaluasi ke data sumber maupun
verifikasi langsung kepada pelaksana kegiatan dari unit yang
dievaluasi. Oleh karenanya, untuk periode berikutnya perlu
dilakukan pembenahan untuk peningkatan kualitas dan efektifitas

5
implementasi AKIP pada unit/satuan kerja di lingkungan Badan POM
selanjutnya.
 Jumlah sumber daya manusia yang belum memadai dalam
melaksanakan fungsi pengawasan di seluruh satuan kerja Badan
POM dan untuk melaksanakan seluruh peran tersebut di atas,
merupakan tantangan bagi segenap personil Inspektorat Badan POM
guna mencapai target kinerja dan memenuhi tuntutan peran tersebut
di atas, antara lain melalui pembagian tugas pada masing-masing
kegiatan, peningkatan kapasitas, optimalisasi peran personil dan
efisiensi waktu dalam pelaksanaan tugas.

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, perlu dilakukan


penguatan kapasitas Inspektorat Badan POM sebagai aparat pengawas
internal pemerintah, baik secara kelembagaan maupun dari sisi manajemen
sumber daya manusianya agar pencapaian kinerja di masa yang akan
datang semakin membaik dan dapat memastikan berjalannya pengawasan
internal yang efektif dan efisien.

Langkah–langkah yang perlu diambil dalam pelaksanaan tugas dan fungsi


Inspektorat Badan POM, sekaligus untuk peningkatan kinerja pengawasan
internal, antara lain adalah:
1. Perubahan paradigma pengawasan intern dimana APIP harus
memperluas peran pengawasan yang telah diembannya. Perubahan
peran pengawasan dilakukan dengan menitikberatkan pada 4 (empat)
hal yaitu:
1) Memberikan fungsi assurance (penjaminan mutu). Pola-pola
pengawasan konvensional seperti audit operasional, audit investigatif
dan audit kinerja tidak ditinggalkan, melainkan memperluasnya
dengan kegiatan penjaminan mutu seperti reviu, evaluasi dan
pemantauan;
2) Fungsi consulting (konsultasi) kepada manajemen. APIP dapat
memberikan masukan kepada pembuat kebijakan mengenai upaya
preventif yang perlu dipertimbangkan agar pembuat kebijakan tidak
terkait dalam kasus pelanggaran hukum;
3) Mengintensifkan upaya sosialisasi dan edukasi terkait dengan
perkembangan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan oleh aparatur negara; dan
4) Memiliki pemahaman yang memadai atas proses bisnis organisasi
sehingga dapat memetakan risiko dengan tepat dan memahami
implikasi hukum atas kebijakan publik.
2. Melakukan adaptasi, perbaikan, penyesuaian terhadap rumusan
perencanaan kinerja pengawasan.

6
3. Monitoring secara berkala terhadap pencapaian kinerja sasaran yang
terdapat pada Perjanjian Kinerja serta pembagian dan pengelompokan
Sumber Daya Manusia sebagai penanggung jawab dalam pencapaian
target kinerja.
4. Melakukan kajian mengenai batas waktu (timeline) penyusunan laporan
pelaksanaan kegiatan.
5. Melakukan kaji ulang dan perbaikan secara berkesinambungan terhadap
Sistem Manajemen Mutu (QMS) Inspektorat Badan POM dengan
berorientasi pada peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan segala
sumber daya yang tersedia melalui partisipasi seluruh personil yang
terlibat untuk pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang telah
ditetapkan.
6. Peningkatan kualitas dan penambahan kuantitas Sumber Daya Manusia
melalui:
1) Peningkatan kualitas dengan perbaikan sistem pengembangan
pegawai disertai evaluasi kompetensi pegawai;
2) Penambahan kuantitas sesuai dengan analisis beban kerja
Pengawasan Internal.

B. Potensi dan Permasalahan


Analisis SWOT
Tindakan yang akan dilakukan oleh Inspektorat dalam melakukan
identifikasi lingkungan internal dan eksternal harus dapat mengenal kondisi-
kondisi elemen internal organisasi yang sifatnya dapat dikuasai
(controllable) dan berguna untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
organisasi serta kondisi-kondisi elemen eksternal yang sifatnya relatif
kurang dikuasai (uncontrollable) yang berguna untuk mengetahui faktor
peluang dan ancaman dengan menggunakan analisis Strengths (kekuatan),
Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman)
atau SWOT. Analisis SWOT ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat
urgensi dan dampak potensial serta skala prioritasnya.

Identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), kesempatan


(opportunities), dan ancaman (threats) telah memberikan pandangan bagi
Inspektorat Badan POM bahwa permasalahan yang timbul dari keadaan
lingkungan dalam dan luar Inspektorat adalah sebagaimana tertuang dalam
tabel yang berisikan kata-kata kunci berikut ini:

7
Tabel 3
Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Kekuatan (Strengths - S) Kelemahan (Weaknesses –W)


1. Auditor dengan Sertifikasi JFA 1. Jumlah SDM kurang memadai
2. Pedoman Operasi Baku/ISO 2. Kompetensi teknis belum memadai
9001:2008 dan pedoman pengawasan 3. Kedudukan Inspektorat sebatas
lainnya Eselon II dan miskin struktur
3. Komitmen pimpinan 4. Sumber dana kurang memadai
4. Kewenangan yang telah dimiliki 5. Belum adanya sistem informasi
Inspektorat pengawasan.
6. Lemahnya kemampuan koordinasi
dan komunikasi publik
7. Kapasitas kelembagaan model
Internal Audit Capability Model
(IA-CM) pada level 1

Peluang (Opportunities – O) Ancaman (Threats – T )


1. Political will pemerintah untuk 1. Penurunan opini atas Laporan
mewujudkan good governance yang Keuangan Badan POM oleh BPK RI
mempunyai peran pengawasan dan 2. Mitra kerja yang kurang
posisi strategis dalam system memahami peran pengawasan
manajemen pembangunan nasional internal.
yang cukup tinggi 3. Belum adanya perundang-
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 undangan terkait pengawasan
Tahun 2008 tentang Sistem internal.
Pengendalian Internal Pemerintah 4. Dinamika perubahan dalam sistem
3. Perubahan paradigma pengawasan manajemen birokrasi pemerintah
internal dimana APIP sebagai mitra masih berorientasi pada
auditee menjadikan APIP berperan pembenahan aspek perencanaan,
sebagai consultant partner. penganggaran dan pelaksanaan,
4. Adanya satgas SPIP Pusat dan satgas sementara aspek sistem
Laporan Keuangan (LK) pengawasan masih tertinggal.
5. Pemanfaatan teknologi informasi 5. Penerapan SPIP belum optimal
untuk mempermudah fungsi dalam pelaksanaanya.
pengawasan. Partisipasi masyarakat
terhadap peran dan fungsi
pengawasan meningkat.

Kekuatan (Strengths - S)
 Auditor dengan Sertifikasi JFA
Pencapaian kinerja dan keberhasilan organisasi pengawasan internal
pemerintah sangat dipengaruhi oleh tersedianya Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkompeten dan profesional dibidangnya.

SDM yang kompeten dan profesional akan mengatur serta


menggerakkan jalannya organisasi. SDM yang berkompeten adalah SDM
yang memiliki penguasaan teoritis, didukung dengan pengalaman dan
mendapat pengakuan keahlian spesifik berdasarkan standar profesi
pengawasan internal yang berlaku, sedangkan SDM yang profesional

8
adalah SDM yang mampu melaksanakan penugasan dengan baik dan
memenuhi atau bahkan melebihi ekspektasi yang diharapkan, dan
dilaksanakan sesuai dengan bidang keahliannya.

 Pedoman operasi baku/ISO 9001:2008 dan pedoman pengawasan


lainnya
Pengawasan internal yang dilaksanakan Inspektorat telah didukung
dengan pedoman operasional baku/ISO 9001:2008. Disamping itu,
berbagai pengawasan internal yang dilaksanakan telah tersedia
pedoman pelaksanaanya yang diatur dalam berbagai peraturan.
Pelaksanaan audit operasional, review RKAKL, review atas laporan
keuangan, evaluasi LAKIP telah tersedia standar pengawasannya,
petunjuk pelaksanaan pengawasan internal ataupun pedoman lain yang
disusun kementerian teknisnya.

Tersedianya pedoman dan atau petunjuk pelaksanaan teknis


pengawasan akan menjamin konsistensi dan kualitas penyajian laporan
hasil pengawasan sehingga rekomendasi, saran dan masukan
Inspektorat akan memperoleh pijakan argumentasi yang cukup kuat
untuk dapat dipertimbangkan oleh stakeholder.

 Komitmen pimpinan
Komitmen pimpinan Inspektorat merupakan faktor penting dalam
mengarahkan dan memberikan semangat atas pencapaian visi, misi dan
tujuan Inspektorat. Komitmen yang kuat akan mampu membangun
integritas organisasi, menggerakkan komitmen seluruh jajaran
organisasi untuk melaksanakan tugas yang selaras dengan tujuan yang
telah ditetapkan bersama. Terkait dengan adanya perubahan peranan
Inspektorat, maka pimpinan juga diharapkan mampu mengembangkan
peran, menjaga proses transformasi, melakukan komunikasi dan
menyemangati proses transformasi tersebut.

 Kewenangan yang telah dimiliki Inspektorat


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), bahwa Inspektorat selaku
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) melaksanakan fungsi
pengawasan internal melalui audit, evaluasi, analisis, review dan fungsi
konsultasi atas seluruh aktifitas dan program yang telah dirancang dan
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga.

Pengawasan yang dilaksanakan akan menjamin pencapaian tujuan


organisasi secara efektif, efisien dan patuh terhadap peraturan
perundang-undangan.

9
Kelemahan (Weaknesses –W)
 Jumlah SDM kurang memadai
Meningkatnya tuntutan akan good governance dan clean government
dengan peran aktifdan beban kerja Inspektorat yang semakin meningkat,
maka pengawasan yang dilaksanakan tidak akan optimal apabila hanya
mengandalkan pada auditor sejumlah 19 (sembilan belas) orang.
Penambahan jumlah auditor sangat penting untuk dapat dilaksanakan
dengan segera.

 Kompetensi teknis belum memadai


Profesionalisme adalah kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan
sesuatu dan lain-lain sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau
dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme dalam pengawasan
internal berhubungan dengan “profesi” auditor maupun harus
memenuhi standar kompetensi dalam menjalankan tugasnya.

Namun, efektifitas pelaksanaan pengawasan dapat terhambat apabila


auditor tidak memiliki kompetensi teknis ataupun minim pengetahuan
dan pengalaman akan bidang penugasannya.

 Kedudukan Inspektorat sebatas Eselon II dan miskin struktur


Organisasi dan tata laksana Inspektorat hanya dipimpin oleh pejabat
setingkat eselon II. Hambatan struktural ini semakin terasa, saat
penyusunan program, peraturan terkait pengawasan dan koordinasi
dengan auditee.

Inspektorat minim struktur dengan hanya memiliki 2 (dua) orang pejabat


struktural juga menjadi kendala. Rentang kendali pengawasan yang
bersifat langsung dari Inspektur kepada seluruh auditor menjadi
masalah tersendiri terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan hasil pengawasan.

 Sumber dana kurang memadai


Pembiayaan APBN untuk kegiatan pengawasan akuntabilitas dan
aparatur Negara setiap tahun mengalami peningkatan. Namun
peningkatan anggaran tersebut belum mampu utuk mencukupi
kebutuhan pengawasan internal yang akan dilaksanakan.

 Belum adanya sistem informasi pengawasan.


Pelaksanaan pengawasan internal belum sepenuhnya memanfaatkan
teknologi informasi. Masih terdapat peluang untuk membangun sistem
informasi pengawasan yang terintegrasi dan terpadu untuk
meningkatkan kinerja pengawasan internal.

10
 Lemahnya kemampuan koordinasi dan komunikasi publik.
Kebijakan pengawasan berperan penting dalam mengarahkan kegiatan
pengawasan yang dilakukan berbagai aparat pengawasan agar dapat
menghasilkan informasi hasil pengawasan yang berkualitas dan
bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan pembenahan manajemen
pemerintahan. Aparat pengawasan yang ada pada berbagai level
pemerintahan dapat dioptimalkan dengan adanya sinkronisasi arah
kegiatan pengawasan dan koordinasi antara aparat pengawasan
sehingga dapat dihasilkan sinergitas pengawasan.

 Kapasitas kelembagaan model Internal Audit Capability Model (IA-


CM) pada level 1
Mengacu kepada Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1633/K/JF/2011
tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawas
Intern Pemerintah, Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
pengawasan yang terdiri dari tiga unsur yang saling terkait yaitu
kapasitas, kewenangan, dan kompetensi SDM APIP yang harus dimiliki
APIP agar dapat mewujudkan peran APIP secara efektif.

Peningkatan kapabilitas merupakan upaya terstruktur untuk


memperkuat, meningkatkan, mengembangkan kelembagaan, tata
laksana/proses bisnis/manajemen dan sumber daya manusia APIP agar
dapat melaksanakan peran dan fungsi APIP yang efektif.

Untuk dapat menjalankan tugas tersebut, maka unit APIP harus


memiliki kapabilitas yang memadai, baik dari aspek kelembagaan,
proses bisnis/tata kelola pengawasan, maupun SDM. Berdasarkan
assessment atas kapabilitas APIP dengan menggunakan model Internal
Audit Capability Model (IA-CM), akan diperoleh gambaran mengenai
areas of improvement dari masing-masing APIP.

Berdasarkan hasil survei BPKP perihal kapabilitas Inspektorat Badan


POM, Inspektorat Badan POM masih berada pada level 1 dari 5 level
kapabilitas APIP. Untuk itu areas of improvementwajib untuk
diidentifikasiagar dapat menyusun roadmap/rencana tindak
peningkatan kapabilitas menuju ke level 2.

Peluang ( Opportunities – O)
 Political will pemerintah untuk mewujudkan good governance yang
mempunyai peran pengawasan dan posisi strategis dalam sistem
manajemen pembangunan nasional yang cukup tinggi
Tata kepemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab terutama
dicirikan dengan akuntabilitas publik, partisipasi publik, transparansi

11
publik, kebijakan publik dan kepastian atau kesamaan kedudukan
dihadapan hukum. Arah yang diinginkan itu adalah bahwa semua
kinerja kepemerintahan diharapkan dapat memuaskan persepsi publik
melalui karya nyata dan berkelanjutan.

Komitmen pemerintah untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang


baik dan bersih dibuktikan dengan terbitnya berbagai perangkat hukum
dan dan serangkaian program seperti Reformasi Birokrasi, Wilayah
Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani, Program
Pengendalian Gratifikasi dan program Whistleblowing System.

 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem


Pengendalian Internal Pemerintah
Pengembangan SPIP juga merupakan implementasi atas ketentuan
dalam Pasal 55 ayat (4) Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah
nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
yang menyebutkan bahwa pimpinan lembaga wajib melakukan
pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

SPIP yang hendak dikembangkan Badan POM mempertimbangkan aspek


biaya-manfaat (cost and benefit), sumber daya manusia, kejelasan
kriteria pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi
serta dilakukan secara komprehensif.

 Perubahan paradigma pengawasan internal dimana APIP sebagai


mitra auditee menjadikan APIP berperan sebagai consultant partner.
Penguatan Inspektorat Badan POM sebagai Aparat Pengawas Intern
Pemerintah (APIP) menjadi sangat penting untuk dilakukan, sehingga
fungsi pengawasan dalam organisasi menjadi efektif dan dapat
diandalkan. Auditor intern menjadi mata dan telinga dari pimpinan dan
dapat dituntut pula memberikan early warning system sebelum
terjadinya penyimpangan.

Perkembangan ini selaras dengan paradigma pengawasan intern APIP


yang baru dimana APIP harus memperluas peran pengawasan yang telah
diembannya dengan memberikan fungsi assurance (penjaminan mutu)
dan consulting (konsultasi) kepada manajemen. Fungsi ini pada
gilirannya akan menurunkan penyimpangan dan sekaligus
meningkatkan akuntabilitas organisasi.

Pola-pola pengawasan konvensional seperti audit operasional, audit


investigatif dan audit kinerja tidak ditinggalkan, melainkan

12
memperluasnya dengan kegiatan assurance seperti reviu, evaluasi,
pemantauan serta kegiatan konsultasi.

APIP yang kuat memberikan kontribusi positif pada implementasi SPIP


dengan efektifnya aspek SPIP berupa monitoring dan evaluasi. APIP yang
profesional pada gilirannya akan berkontribusi pada laporan keuangan
Badan POM yang handal.

APIP harus memiliki pemahaman yang memadai atas proses bisnis


organisasi sehingga dapat memetakan risiko dengan tepat dan
memahami implikasi hukum atas kebijakan publik. APIP dapat
memberikan masukan kepada pembuat kebijakan mengenai upaya
preventif yang perlu dipertimbangkan agar pembuat kebijakan tidak
terkait dalam kasus pelanggaran hukum.

 Adanya satgas SPIP Pusat dan satgas Laporan Keuangan (LK)


Pembentukan satgas SPIP dan satgas LK mengacu kepada best practices
konsep three lines of defense pada organisasi modern untuk
meningkatkan pengendalian organisasi. Konsep pengendalian organisasi
melalui 3 (tiga) lapis pertahanan terdiri dari:
- Lini pertama merupakan tanggung jawab manajemen operasional
untuk menjalankan kebijakan organisasi dengan menjalankan
pengendalian intern secara terus menerus dalam seluruh tahapan
kegiatan.
Satgas SPIP dansatgas LK diharapkan mampu untuk memainkan
peran pertama dalam konsep three lines of defense;
- Lini kedua dibentuk untuk membantu efektifitas manajemen yang
bertugas memantau pelaksanaan pengendalian intern pada waktu-
waktu yang ditentukan; dan
- Lini ketiga adalah auditor (APIP) yang bertugas untuk melakukan
pengawasan, pemantauan dan pengendalian intern.

 Pemanfaatan teknologi informasi untuk mempermudah fungsi


pengawasan.
Kapabilitas sistem informasi memberi dukungan kepada para pegawai
untuk menyempurnakan proses pelaksanaan yang memerlukan umpan
balik yang cepat, tepat waktu, dan teliti mengenai produk/jasa yang
diberikan. Sistem informasi yang baik adalah sebuah persyaratan
penting bagi perusahaan untuk meningkatkan proses bisnis secara
berkesinambungan. Tolok ukur kinerja ini dapat berupa tingkat
ketersediaan informasi umpan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

13
tugas, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, dan jangka waktu
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

 Partisipasi masyarakat terhadap peran dan fungsi pengawasan


meningkat.
Partisipasi aktif masyarakat untuk turut serta mengawasi dan
memonitor pelaksanaan program dan anggaran kementerian dan
lembaga perlu diakomodasi dengan cara yang tepat dan benar.
Pembentukan whistleblowing system dalam pengelolaan anggaran dan
pengadaan barang dan jasa merupakan potensi keterlibatan masyarakat
dalam rangka membangun pemerintahan yang bersih dan bebas KKN.

Ancaman ( Threats – T )
 Penurunan opini atas Laporan Keuangan Badan POM oleh BPK RI
Opini atas Laporan Keuangan Badan POM tahun 2012 yang tercantum
dalam laporan hasil pemeriksaan BPK Nomor 8.1/HP/XIX/05/2013
tanggal 31 Mei 2013 adalah opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP).
Opini TMP ini diberikan setelah sebelumnya mendapatkan opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP) selama dua tahun berturut-turut.

Penurunan opini atas laporan keuangan tersebut telah menurunkan


kredibilitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan di lingkungan
Badan POM. Kejadian serupa dengan pemberian opini TMP dapat
kembali terulang apabila tidak terdapat komitmen danpengelolaan serta
pelaporan keuangan sesuai Sistem Akuntasi Pemerintah.

 Mitra kerja yang kurang memahami peran pengawasan internal


Mitra kerja Inspektorat masih memahami bahwa pengawasan internal
merupakan wahana untuk mencari-cari kesalahan. Mitra kerja belum
mengetahui dan belum memandang fungsi inspektorat sebagai mitra
manajemen untuk memperbaiki kinerja manajemen.

 Belum adanya perundang-undangan terkait pengawasan internal


Pembahasan undang-undang sistem pengawasan internal sebagai
bagian dari reformasi birokrasi yang berlarut-larut berimbas pada
ketidakpastian atas kelembagaan organisasi pengawas internal dantidak
adanya mekanisme koordinasi yang jelas diantaraaparat pengawas
internal tersebut.

Sebagai dampak dari ketiadaan peraturan perundang-undangan


dibidang pengawasan internal berakibat pada belum terpadunya sistem
pengawasan dan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengawasan.

14
 Penerapan SPIP belum optimal dalam pelaksanaanya
Tahun 2014 merupakan tahun keempat pelaksanaan implementasi SPIP
Badan POM, meskipun demikian, masih banyak keraguan,
kekurangpahaman dan ketidaktahuan akan manfaat dan kegunaan
SPIP. Kendala implementasi SPIP yang setengah hati inilah yang
menyebabkan masing-masing unit Badan POM mengalami kegagalan
untuk mendeteksi secara dini ketidaksesuaian dan penyimpangan dalam
perencanaan, pelaksanaan serta pelaporan program, kegiatan dan
anggaran yang akhirnya berimbas ke laporan keuangan Badan POM.

Implementasi SPIP Badan POM memerlukan revitalisasi dalam


pelaksanaannya. Konsep pengendalian (SPIP) dengan menitikberatkan
pada unsur pemantauan melalui 3 (tiga) lapis pertahanan (three lines of
defense) merupakan salah satu peluang untuk akselerasi implementasi
SPIP.

Unit Kepatuhan Internal (UKI) sebagai lapis pertahanan tingkat kedua


pada setiap satuan kerja menjadi isu yang sangat penting bagi
keberhasilan implementasi SPIP.

Pembentukan Unit Kepatuhan Internalakanbertugas untuk melakukan


pemantauan atas pengendalian intern pada tingkat satuan kerja. Unit
inilah yang akan melakukan Operasionalisasi Kepatuhan Internal Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).

15
Tabel 4
Matriks strategi SWOT Inspektorat Badan POM
Kekuatan (Strengths - S) Kelemahan (Weaknesses –W)
Analisis Lingkungan 1. Auditor dengan Sertifikasi 1. Jumlah SDM kurang
Internal (A L I) JFA memadai

2. Pedoman Operasi 2. Kompetensi teknis belum


Baku/ISO 9001:2008 dan memadai
pedoman pengawasan
lainnya

3. Komitmen pimpinan 3. Kedudukan Inspektorat


sebatas Eselon II dan
miskin struktur

Analisis Lingkungan 4. Kewenangan yang telah 4. Sumber dana kurang


Eksternal (A L E) dimiliki Inspektorat memadai

5. Belum adanya sistem


informasi pengawasan.

6. Lemahnya kemampuan
koordinasi dan
komunikasi publik.

7. Kapasitas kelembagaan
model Internal Audit
Capability Model (IA-CM)
pada level 1
Peluang ( Opportunities – O) Strategi S + O Strategi W + O
1. Political will pemerintah 1. Melaksanakan pengawasan 1. Melaksanakan prioritas
untuk mewujudkan good secara optimal dengan pengawasan dengan risk
governance yang dukungan peraturan base audit.
mempunyai peran perundangan-undangan
pengawasan dan posisi dan kebijakan pemerintah. 2. Manfaatkan anggaran
strategis dalam system secara optimal dalam
manajemen pembangunan 2. Laksanakan kebijakan melaksanakan pengawasan.
nasional yang cukup tinggi stratejik dengan dukungan
pimpinan dan bekerjasama 3. Tingkatkan kompetensi
2. Peraturan Pemerintah dengan pihak lain yang para Pejabat Fungsional
Nomor 60 Tahun 2008 terkait. Pengawasan melalui
tentang Sistem pendidikan dan pelatihan.
Pengendalian Internal 3. Mengoptimalkan teknologi
Pemerintah dan sistem informasi 4. Lakukan kajian terutama
untuk mengembangkan dalam memenuhi jumlah
3. Perubahan paradigm mekanisme pengawasan by sumber daya manusia
pengawasan internal report, by system dan by pengawasan.
dimana APIP sebagai mitra audit.
auditee menjadikan APIP 5. Manfaatkan sistem
berperan sebagai consultant 4. Manfaatkan tingginya informasi pengawasan
partner. animo dan apresiasi para dalam rangka
pemangku meningkatkan kinerja
4. Adanya satgas SPIP Pusat kepentingan/stakeholders pengawasan.
dan satgas Laporan terhadap peranan
Keuangan (LK) Inspektorat dalam 6. Lakukan koordinasi dan
pengawasan. komunikasi dengan baik.

16
5. Pemanfaatan teknologi 7. Terapkan pemberian sanksi
infotmasi untuk dan penghargaan sesuai
mempermudah fungsi dengan ketentuan yang
pengawasan. berlaku.

6. Partisipasi masyarakat 8. PeningkatanKapasitas


terhadap peran dan fungsi kelembagaan model
pengawasan meningkat. Internal Audit Capability
Model (IA-CM).

Ancaman ( Threats – T ) Strategi S + T Strategi W + T


1. Penurunan opini atas 1. Melibatkan auditor dalam 1. Bekerjasama dengan
Laporan Keuangan Badan mengawal pelaksanaan kementerian/ lembaga
POM oleh BPK program dan kegiatan pemerintah lainnya untuk
serta penyusunan laporan menunjang keberhasilan
2. Mitra kerja yang kurang keuangan. pengawasan.
memahami peran
pengawasan internal. 2. Komunikasikan peran dan 2. Mengusulkan perubahan
fungsi pengawasan internal struktur Inspektorat.
3. Belum adanya perundang- dalam menunjang
undangan terkait keberhasilan organisasi. 3. Merintis pembelajaran
pengawasan internal. melalui e-learning.
3. Kontribusi aktif auditor
4. Dinamika perubahan dalam forum asosiasi 4. Pemberdayaan satgas SPIP
dalams sistem manajemen auditor internal pemerintah dan satgas LK sebagai
birokrasi pemerintah masih Indonesia untuk ikut bagian dari three lines of
berorientasi pada mendorong pembahasan defense
pembenahan aspek draft undang-undang
perencanaan, penganggaran pengawasan internal.
dan pelaksanaan,
sementara aspek system 4. Melibatkan peran aktif
pengawasan masih manajemen dalam
tertinggal. Implementasi SPIP.

5. Penerapan SPIP belum


optimal dalam
pelaksanaanya.

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh faktor- faktor kunci keberhasilan yang


merupakan strategi utama Inspektorat. Strategi tersebut sebagai berikut :
1. Memanfaatkan tingginya animo dan apresiasi para pemangku
kepentingan/stakeholders terhadap peranan Inspektorat dalam
pengawasan;
2. Bekerjasama dengan kementerian/lembaga pemerintah lainnya untuk
menunjang keberhasilan pengawasan;
3. Melibatkan peran aktif manajemen dalam Implementasi SPIP dan
Pemberdayaan satgas SPIP dan satgas LK sebagai bagian dari three
lines of defense;
4. Melibatkan auditor dalam mengawal pelaksanaan program dan
kegiatan serta penyusunan laporan keuangan;

17
5. Maksanakan pengawasan secara optimal dengan dukungan peraturan
perundangan-undangan dan kebijakan pemerintah;
6. Melaksanakan prioritas pengawasan dengan berdasarkan pada risk-
based audit;
7. Melakukan monitoring dan percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil
pengawasan internal dan eksternal;
8. Meningkatkan kapasitas kelembagaan model Internal Audit Capability
Model (IA-CM);
9. Mengoptimalkan teknologi dan sistem informasi untuk
mengembangkan mekanisme pengawasan by report, by system dan by
audit; dan
10.Meningkatkan kompetensi para auditor melalui pendidikan dan
pelatihan yang berjenjang dan berkesinambungan.

18
BAB II
VISI, MISI,TUJUAN, DAN SASARAN

A. Visi

Visi Inspektorat Badan POM adalah rumusan umum mengenai keadaan


yang ingin dicapai oleh Inspektorat Badan POM pada akhir periode
perencanaan. Visi memberikan gambaran konsistensi kinerja selama 5
(lima) tahun mendatang serta gambaran menyeluruh mengenai peranan
dan fungsi Inspektorat Badan POM.

Sesuai Keputusan Kepala Badan POM No. 02001/SK/KBPOM tanggal 26


Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan POM sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.21.4231
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan POM No.
02001/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
POM; tugas pokok Inspektorat Badan POM adalah melaksanakan
pengawasan fungsional di lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan sedangkan fungsi Inspektorat Badan POM adalah sebagai berikut:
1. Penyiapan perumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan
fungsional.
2. Pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pengusutan mengenai kebenaran laporan atau pengaduan tentang
hambatan, penyimpangan atau penyalahgunaan dalam pelaksaan tugas
yang dilakukan oleh unsur atau unit di lingkungan Badan Pengawas
Obat dan Makanan.
4. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.

Inspektorat Badan POM sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah,


sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap unit/satuan kerja sebagai mitra kerja yang bersifat
konsultatif (consulting) dan sebagai quality assurance.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Inspektorat mempunyai


komitmen bersama mulai dari unsur pimpinan sampai unsur pelaksana
untuk mendukung terwujudnya visi Badan POM yaitu Obat dan Makanan
aman meningkatkan kesehatan masyarakat dan daya saing
bangsa.Dukungan tersebut diimplementasikan melalui pelaksanaan
pengawasan fungsional yang mampu mendorong peningkatan kinerja
Badan POM yang transparan dan akuntabel, sehingga ditetapkanlah visi
Inspektorat sebagai berikut:

19
B. Misi

Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, maka ditetapkanlah misi yang
menggambarkan hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih
terlihat abstrak pada visi akan lebih nyata pada misi tersebut. Misi
Inspektorat Badan POM adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi Inspektorat Badan POM.
Misi adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh Inspektorat dan tidak
menyimpang dari visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik.

Inspektorat sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) yang


memiliki fungsi pengawasan dalam manajemen Badan POM memberikan
jaminan penyelenggaraan pemerintahan yang memenuhi prinsip-prinsip
good governance dan terhindar dari tuntutan hukum administrasi, perdata
dan pidana sehingga tercapai tata kelola pemerintahan yang baik pada
setiap jenjang dan struktur organisasi di lingkungan Badan POM, serta
mendorong penguatan akuntabilitas kinerja Badan POM. Dengan demikian
diharapkan semua unit kerja di lingkungan Badan POM akan tumbuh
budaya untuk transparansi, berpartisipasi, dan berakuntabilitas.

Inspektorat secara sadar patuh pada suatu standar dan etika profesi dan
meyakini bahwa keberadaannya lebih kepada upaya penciptaan proses tata
kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN) dan penerapan sistem pengendalian manajemen, guna
mendukung pencapaian visi dan misi Badan POM.

20
C. Tujuan

Dalam rangka mencapai visi dan misi Inspektorat Badan POM, maka visi
dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah
dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals)
organisasi. Tujuan merupakan implementasi dari pernyataan misi
organisasi yang ingin dicapai pada periode Renstra dalam kurun waktu satu
sampai dengan lima tahun. Tujuan yang ditetapkan Inspektorat Badan
POM adalah sebagai berikut:

D. Sasaran

Sasaran Inspektorat Badan POM merupakan penjabaran dari tujuan yang


telah ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan
sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan
dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui kegiatan yang
akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (Performance
Plan). Penetapan sasaran strategis ini diperlukan untuk memberikan fokus
pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam
kegiatan atau operasional organisasi tiap-tiap tahun dalam kurun waktu 5
(lima) tahun.

Sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan


strategis yang terkait. Dengan demikian, apabila sasaran yang ditetapkan
telah dicapai diharapkan bahwa tujuan juga telah dapat dicapai.

Tujuan Sasaran

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Inspektorat melaksanakan


tugas dan fungsinya sebagai aparat pengawas internal secara optimal
sehingga terselenggara pengawasan internal yang efektif dan efisien.

21
Inspektorat memiliki peranan penting dalam upaya penciptaan proses tata
kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN) dan penerapan sistem pengendalian manajemen, guna
mendukung pencapaian visi dan misi Badan POM

Inspektorat Badan POM dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya


senantiasa berusaha merumuskan paradigma baru pengawasan yang
berupa perubahan sikap auditan yang tidak menginginkan pengawasan
internal menjadi diperlukan, menjadi solusi atas keluhan dan hambatan
pencapaian kinerja serta berusaha menjadi agent of change bagi organisasi
Badan POM.

E. Budaya Organisasi

Budaya kerja Inspektorat mengadopsi budaya kerja Badan POM yang


merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan
diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas.
Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan
berkarya.

BUDAYA
KERJA
INSPEKTORAT

 PROFESIONAL, menegakkan profesionalisme dengan integritas,


objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi.
 INTEGRITAS, konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
 KREDIBILITAS, dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas,
nasional dan internasional.

22
 KERJASAMA TIM, mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan
komunikasi yang baik.
 INOVATIF, mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi
terkini.
 RESPONSIF/CEPAT TANGGAP, antisipatif dan responsif dalam
mengatasi masalah.

Di samping budaya kerja, Inspektorat Badan POM sebagai unit yang


melaksanakan fungsi pengawasan internal memiliki sloganyang diharapkan
dapat diinternalisasikan dalam mengemban pelaksanaan penugasan.

Slogan Inspektorat : PASTI

PASTI

1. Profesional, auditor harus :


- Menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama
(due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan.
- Mampu mengambil keputusan sesuai dengan pertimbangan
profesionalisme audit (professional judgement).

2. Aktif, auditor harus berperan aktif dalam pencapaian kinerja.

3. Setia, auditor harus setia terhadap bukti audit dan kebenaran.


- Menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan
profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas.
- Mengumpulkan bukti yang cukup, kompeten, dan relevan.

23
- Menguji bukti audit yang dikumpulkan untuk memperoleh
kebenaran.
- Pengambilan keputusan berdasarkan atas bukti audit yang
rekucuma (setia terhadap bukti).

4. Talenta, auditor harus memiliki pengetahuan (knowledge), keahlian


(expert), pengalaman dan keterampilan (skill) yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas.
Talenta/kompetensi dibangun dengan upaya sistemik melalui
peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan pola karir dan
kompetensi yang tepat dan sesuai dengan tuntutan penugasan.

5. Independen, auditor memperhatikan aspek


- Tidak memihak, independen dalam kenyataan dan dalam
penampilan
- Secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang
diperoleh dalam audit.
- Tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan pribadi/golongan di luar kepentingan negara atau
dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundangan.

24
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Arah Kebijakan dan Strategi

Sebagai langkah awal untuk menyusun strategi yang tepat, Inspektorat


Badan POM telah menetapkan kebijakan-kebijakan yang selaras dengan
kebijakan Badan POM yaitu “Penguatan kapasitas kelembagaan
pengawasan OM melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi,
proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai
organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien” sebagai
berikut:
a. Optimalisasi kegiatan pengawasan internal di lingkungan Badan POM;
b. Implementasi program anti korupsi dan reformasi birokrasi di seluruh
unit kerja Badan POM;
c. Pengembangan kapasitas dan kompetensi yang berkesinambungan bagi
Aparat Pengawas Internal Pemerintah/Inspektorat Badan POM.

Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut maka Inspektorat Badan


POM menyusun strategi dengan menetapkan langkah-langkah yang
menjadi fokus bagi Inspektorat yaitu:
1. Memanfaatkan tingginya animo dan apresiasi para pemangku
kepentingan/stakeholders terhadap peranan Inspektorat dalam
pengawasan;
2. Bekerjasama dengan kementerian/lembaga pemerintah lainnya untuk
menunjang keberhasilan pengawasan;
3. Melibatkan peran aktif manajemen dalam Implementasi SPIP dan
Pemberdayaan satgas SPIP dan satgas LK sebagai bagian dari three
lines of defense;
4. Melibatkan auditor dalam mengawal pelaksanaan program dan
kegiatan serta penyusunan laporan keuangan;
5. Maksanakan pengawasan secara optimal dengan dukungan peraturan
perundangan-undangan dan kebijakan pemerintah;
6. Melaksanakan prioritas pengawasan dengan berdasarkan pada risk-
based audit;
7. Melakukan monitoring dan percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil
pengawasan internal dan eksternal;
8. Meningkatkan kapasitas kelembagaan model Internal Audit Capability
Model (IA-CM);
9. Mengoptimalkan teknologi dan sistem informasi untuk
mengembangkan mekanisme pengawasan by report, by system dan by
audit; dan

25
10. Meningkatkan kompetensi para auditor melalui pendidikan dan
pelatihan yang berjenjang dan berkesinambungan.

Sebagai implementasi dari kebijakan dan strategi yang telah diuraikan


tersebut, seluruh kegiatan Inspektorat Badan POM dirangkum dalam
Program yaitu:

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Program diselenggarakan untuk mencapai sasaran Badan POM yang


menjadi tujuan Inspektorat, yaitu:

Meningkatnya Pengawalan APIP terhadap Pengelolaan Sumber Daya

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ditetapkan sasaranInspektorat,


yaitu

Terselenggaranya Pengawasan Internal yang Efektif dan Efisien

Inspektorat telah merumuskan strategi ke dalam bentuk yang lebih


operasional dalam mencapai visi, misi, dan tujuan Inspektorat berupa
kegiatan Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan
Pengawas Obat dan Makanan yang terdiri dari komponen:
1) Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Aparatur Negara;
2) Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Hasil Pengawasan;
3) Implementasi SPIP dan Program Anti Korupsi Badan POM;dan
4) Pengembangan Kapasitas dan Kompetensi SDM.

B. Kerangka Regulasi

Regulasi yang ada saat ini dirasa sudah cukup memadai untuk menunjang
tugas dan fungsi Inspektorat Badan POM.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Inspektorat selaku Aparat Pengawas
Intern Pemerintah (APIP) melaksanakan fungsi pengawasan internal melalui
audit, evaluasi, analisis, review dan fungsi konsultasi atas seluruh aktifitas
dan program yang telah dirancang dan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga.

26
Pengawasan internal yang dilaksanakan Inspektorat pun telah didukung
dengan pedoman operasional baku/ISO 9001:2008. Disamping itu, berbagai
pengawasan internal yang dilaksanakan telah tersedia pedoman
pelaksanaanya yang diatur dalam berbagai peraturan.

Pelaksanaan audit operasional, review RKAKL, review atas laporan


keuangan, evaluasiAKIP telah tersedia standar pengawasannya, serta
petunjuk pelaksanaan pengawasan internal ataupun pedoman lain yang
disusun kementerian teknisnya.

C. Kerangka Kelembagaan

Mengacu kepada Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1633/K/JF/2011


tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas Aparat Pengawas Intern
Pemerintah, Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas pengawasan
yang terdiri dari tiga unsur yang saling terkait yaitu kapasitas,
kewenangan, dan kompetensi SDM APIP yang harus dimiliki APIP agar
dapat mewujudkan peran APIP secara efektif.

Peningkatan kapabilitas merupakan upaya terstruktur untuk memperkuat,


meningkatkan, mengembangkan kelembagaan, tata laksana/proses
bisnis/manajemen dan sumber daya manusia APIP agar dapat
melaksanakan peran dan fungsi APIP yang efektif.

Untuk dapat menjalankan tugas tersebut, maka unit APIP harus


memiliki kapabilitas yang memadai, baik dari aspek kelembagaan, proses
bisnis/tata kelola pengawasan, maupun SDM.

Berdasarkan assessment atas kapabilitas APIP dengan menggunakan model


Internal Audit Capability Model (IA-CM), Inspektorat Badan POM masih
berada pada level 1 dari 5 level kapabilitas APIP. Untuk itu areas of
improvement wajib untuk diidentifikasi Inspektorat agar dapat menyusun
road map/rencana tindak peningkatan kapabilitas menuju ke level 2.

27
Untuk mencapai level 2, perbaikan yang perlu dilakukan mencakup
sepuluh key process area (KPA), yaitu:

No Elemen KPA Level 2


1 Peran dan Layanan APIP Audit Ketaatan (Compliance Auditing)
2 Pengelolaan SDM Identifikasi dan rekrutmen SDM yang kompeten
(Skilled People Identified and Recruited)
Pengembangan profesi individu (Individual
Professional Development)
3 Praktik Profesional Perencanaan pengawasan berdasarkan prioritas
manajemen/pemangku kepentingan (Audit Plan
Based on Management/Stakeholder Priorities)
Kerangka kerja praktik professional dan
prosesnya (Professional Practices and Processes
Framework)
4 Akuntabilitas dan Perencanaan kegiatan APIP (IA Business Plan)
Manajemen Kinerja Anggaran operasional kegiatan APIP (IA
Operating Budget)
5 Budaya dan Hubungan Pengelolaan Organisasi APIP (Managing within
Organisasi the IA Activity)
6 Struktur Tata Kelola Hubungan pelaporan telah terbangun
(Reporting Relationships Established)
Akses penuh terhadap informasi oganisasi,
asset dan SDM (Full Access to the Organization’s
Information, Assets, and People)

28
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Target Kinerja
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian kinerja Inspektorat Badan POM,
maka ditetapkan indikator sasaran kegiatan berupa Jumlah Laporan Hasil
Pengawasan yang Disusun Tepat Waktu dengan target selama 5 (lima)
tahun sebagai berikut:
Indikator Target Kinerja Sasaran pada Tahun
Program Tujuan Sasaran
Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
Dukungan Meningkatnya Terselenggaranya Jumlah 28 31 33 36 36
Manajemen Pengawalan APIP Pengawasan Laporan Hasil
dan Terhadap Internal yang Pengawasan
Pengelolaan
Pelaksanaan Efektif dan yang Disusun
Sumber Daya
Tugas Efisien Tepat Waktu
Teknis
Lainnya

Indikator keberhasilan kinerja Inspektorat tersebut dihitung dari sub


komponen sebagai berikut:

Target (laporan)
Indikator dihitung dari:
2015 2016 2017 2018 2019
1. Audit Operasional 21 24 26 29 29
2. Laporan SPIP 1 1 1 1 1
3. Reviu Laporan Keuangan Badan POM 2 2 2 2 2
4. Reviu RKAK/L 1 1 1 1 1
5. Evaluasi LAKIP 1 1 1 1 1
6. Monev Tindak Lanjut 2 2 2 2 2
Total 28 31 33 36 36

B. Kerangka Pendanaan
Sesuai target indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka
pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran Inspektorat
Badan POM periode 2015-2019 adalah sebagai berikut:

29
Alokasi (dalam miliar rupiah)
Sasaran Program
Unit
(Outcome)/Sasaran
Program/Kegiatan Organisasi
Kegiatan 2015 2016 2017 2018 2019 Pelaksana
(Output)/Indikator
Pengawasan dan Peningkatan 5,7 6,0 6,0 7,0 7,0 Inspektorat
Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas
Obat dan Makanan
Terselenggaranya
pengawasan internal
yang efektif dan
efisien.
1. Jumlah laporan
hasil
pengawasan
yang disusun
tepat waktu

Pendanaan untuk pelaksanaan program dan kegiatan bersumber dari APBN


dan dilaksanakan dengan mengutamakan prinsip efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan akuntabel.

30
BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat tahun 2015 – 2019 merupakan


pedoman dan panduan bagi Inspektorat Badan POM dalam melaksanakan
aktivitasnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi. Rencana
Strategis ini kemudian dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan yang harus
dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Dengan dirumuskannya Rencana Strategis Inspektorat Badan POM 2015–


2019 ini, kebijakan dan perencanaan tahunan Inspektorat Badan POM
akan mengacu pada Rencana Strategis yang telah disepakati bersama dan
diharapkan lebih terencana dan terarah dalam upaya mewujudkan Visi dan
Misi Organisasi.

Rencana Strategis ini akan dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Kerja
Tahunan (RKT) dan juga digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
Rancangan Rencana Kerja (Renja), yang kemudian menjadi input dalam
penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Inspektorat Badan POM.

Rencana Strategis Inspektorat Badan POM 2015–2019 ini diharapkan dapat


dikomunikasikan ke seluruh jajaran organisasi dan stakeholder terkait agar
seluruh kegiatan-kegiatan Inspektorat yang direncanakan akan terlaksana,
terkoordinasi dengan baik dan dilakukan secara harmonis demi tercapainya
visi, misi, dan tujuan Inspektorat Badan POM.

31
KEPUTUSAN INSPEKTUR
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR HK.06.02.6.04.15.0646

TENTANG

RENCANA STRATEGIS
INSPEKTORAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TAHUN 2015-2019

INSPEKTUR BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan Peraturan Menteri Perencanaan


Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L)
2015-2019, perlu menetapkan Keputusan Inspektur Pengawas Obat
dan Makanan tentang Rencana Strategis Inspektorat Badan Pengawas
Obat dan Makanan Tahun 2015-2019.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;
4. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi
dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 2013;
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
6. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Startegis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019;
7. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah di ubah
dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Badan
Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN INSPEKTUR BADAN PENGAWAS OBAT DAN


MAKANAN TENTANG RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN 2015-2019.

Pertama : Rencana Strategis Inspektorat Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun
2015-2019 berisi gambaran umum pembangunan di bidang pengawasan
dan akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan Makanan;

Kedua : Rencana Strategis Inspektorat Badan Pengawas Obat dan Makanan


diharapkan menjadi landasan dalam melaksanakan peran pengawasan
internal yang efektif dan efisien untuk masa tahun 2015-2019;

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 7 April 2015

Badan Pengawas Obat dan Makanan


Inspektur

Dra. Zulaimah, Apt., M.Si.


NIP. 19611011 199101 2 001
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Kementerian/Lembaga

Target Alokasi (dalam miliar rupiah)


Sasaran Program
Program/Kegiatan (Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi Unit Organisasi Pelaksana K/L-N-B-NS-BS
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(Output)/Indikator
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas 5,7 6,0 6,0 7,0 7,0 Inspektorat
Aparatur Badan Pengawas Obat dan Makanan
Terselenggaranya pengawasan 5,7 6,0 6,0 7,0 7,0
internal yang efektif dan efisien.

1. Jumlah laporan hasil 28 31 33 36 36 5,7 6,0 6,0 7,0 7,0 KL


pengawasan yang disusun
tepat waktu
Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi BPOM 2015-2019
Urgensi Pembentukan
No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi Berdasarkan Evaluasi Regulasi Unit Penanggungjawab Unit Terkait/Institusi
Eksisting, Kajian dan penelitian
1. Keputusan Kepala Badan POM tentang Pedoman Implementasi SPIP memerlukan  Inspektorat  BPKP
Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah panduan untuk pelaksanaan  Biro Hukum dan  Kementerian Keuangan
dan pemantauan SPIP Hubungan
Masyarakat
2. Nota Kesepahaman Kerjasama tentang Penguatan Tata Nota Kesepahaman Kerjasama  Inspektorat  BPKP
Kelola Kepemerintahan yang Baik tentang Penguatan Tata Kelola  Biro Hukum dan
Kepemerintahan yang Baik Hubungan
sebagai upaya kerjasama Masyarakat
pengawasan intern antara
Badann POM dan BPKP;
3. Peraturan Kepala Badan tentang Pedoman Penyelesaian Peningkatan pengawasan  Inspektorat  -
Kerugian Negara Atas Barang Milik Negara penggunaan anggaran dan  Biro Hukum dan
upaya untuk menyelesaikan Hubungan
kerugian Negara atas Barang Masyarakat
Milik Negara (BMN)  Biro Umum
4. Peraturan Kepala Badan tentang Pengendalian Dalam rangka menerapkan  Inspektorat  KPK
Gratifikasi prinsip-prinsip tata kelola  Biro Hukum dan
pemerintahan yang baik dengan Hubungan
peningkatan pencegahan Masyarakat
terjadinya tindak pidana
korupsi melalui upaya
pengendalian gratifikasi
5. Keputusan Kepala Badan tentang revisi Pedoman Pelaksanaan evaluasi SAKIP  Inspektorat  Kementerian PAN dan RB
Evaluasi Akuntabilitas Instansi Pemerintah memerlukan penyesuaian,  Biro Perencanaan
terutama pada peraturan dan Keuangan
Kemenpan dan RB tentang
pedoman evaluasi SAKIP

Anda mungkin juga menyukai