Bab 1 Pendahuluan: A. Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan: A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk menyebabkan pertambahan jumlah sampah. Semakin
banyak jumlah penduduk dalam suatu kota, maka semakin kompleks pula kegiatan
dan usahanya, sehingga akan semakin besar pula permasalahan sampah yang harus
ditanggulangi (Iriani, 1994).
Pada umumnya penanganan sampah di Indonesia saat ini cenderung
menggunakan sistem dumping, yaitu suatu sistem pembuangan sampah dengan
metode menumpuk sampah pada lahan terbuka. Sistem ini memerlukan lahan yang
luas serta menimbulkan pencemaran lingkungan dan berkembangnya sumber
penyakit. Bila ini dibiarkan maka bisa mengakibatkan pencemaran dan upaya untuk
mengatasi hal ini salah satunya adalah dengan mengambil gas metana dari biogas dari
hasil degradasi senyawa organik secara anaerobik yang dilakukan oleh
mikroorganisme.
Dalam visi kota yang berkelanjutan, manajemen persampahan yang
terintegrasi akan mencakup klasifikasi limbah ke dalam organik dan non-organik,
beracun dan tidak beracun, limbah buangan, limbah daurulang dan kompos, dengan
penekanan utama opersionalisasi prinsip-prinsip reduce, reuse, dan recycle
(3R). Pengomposan sudah banyak dilakukan atau banyak dibicarakan dan
direncanakan untuk dilakukan namun baru terlaksana dalam jumlah yang sangat
terbatas.
Pengembangan bioenergi seperti biogas merupakan salah satu langkah untuk
mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber-sumber energi yang tidak
dapat diperbaharui. Biogas adalah salah satu energi yang dapat dikembangkan
mengingat bahan bakunya cukup tersedia dan terbarukan, sehingga sangat mungkin
untuk menggantikan LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah,
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu biogas?
2. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah padat organic (sampah) menjadi
biogas?
A. Pengertian Sampah
Sampah adalah bahan buangan padat atau semi padat yang dihasilkan dari
aktifitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau tidak
digunakan lagi (tchobanoglous, dkk,1993). Menurut petunjuk Teknis Perencanaan
Pembangunan dan Pengelolaan Bidang ke-PLP-an perkotaan dan pedesaan, sampah
adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari sampah organik, sampah anorganik dan
sampah B3 yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (dep.PU Ditjen
Cipta Karya, 1999).
Sementara itu, Hadiwiyoto (1983) mendefenisikan sampah adalah sisa-sisa
bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian
utamanya, atau karena pengelolaan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang
ditinjau dari aspek pencemaran atau gangguan kelestarian lingkungan.
Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional.
Sampah pasar seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan, dan lain – lain, sebagian besar
(95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah untuk ditangani dan bisa diurai
oleh mikroba. Sedangkan sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat
beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya
anorganik (Sudradjat, 2006).
B. Pengertian Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikrooraganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen Biogas
antara lain sebagai berikut : 60% CH4 (metana), 38% CO2, dan 2% gas N2, H2, H2S
dan O2. Perhatikan tabel di bawah ini :
Biogas dapat dibakar seperti LPG dalam sekala besar biogas dapat digunakan
sebagai pembangkit energi listrik sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif
yang ramah lingkungan dan terbaharukan. Sumber energi biogas yang utama yaitu
kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda.
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah
metana dan karbon dioksida. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih
bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi
karbondioksida yang lebih sedikit. Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik
sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar
dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi
volume limbah buangan (Anonim, 2007).
1. Absorbsi
Metode absorbsi biogas adalah pemisahan suatu gas tertentu dari campuran gas-
gas dengan cara pemindahan massa ke dalam suatu liquid. Hal ini dilakukan dengan
cara mengantarkan aliran gas dengan liquid yang mempunyai selektivitas pelarut
yang berbeda dari gas yang akan dipisahkannya baik secara fisika maupun kimia
efektif untuk laju alir gas yang rendah dimana biogas dioperasikan pada kondisi
normal. Salah satu metode yang sederhana dan murah yaitu menggunakan air
bertekanan sebagai absorben (Shannon et al., 2006, dalam Harsono, 2013).
Proses adsorpsi permukaan zat padat melibatkan transfer zat terlarut dalam gas
menuju ke permukaan zat padat, dimana proses transfer digerakkan oleh gaya Van
der wall. Adsorben yang digunakan biasanya berbentuk granular yang mempunyai
luas permukaan besar tiap satuan volume. Pemurnian gas dapat menggunakan
padatan yang berupa silika, alumina, karbon aktif atau silikat yang kemudian dikenal
dengan nama molecular sieve (Wellinger dan Lindeberg, 2000, dalam Harsono,
2013).
Metode ini beberapa komponen atau campuran dari gas ditransportasikan melalui
lapisan tipis membran (<1mm). Transportasi tiap komponen dikendalikan oleh
perbedaan tekanan parsial pada membran dan permeabilitas tiap komponen dalam
membran. Pencapaian gas metana dengan kemurnian yang tinggi maka harus diikuti
pula dengan permeabilitas yang tinggi. Membran padat dapat disusun dari polimer
selulosa asetat yang mempunyai permebilitas untuk CO2 dan H2S mencapai 20 dan
60 kali berturut-turut lebih tinggi disbanding permeabilitas CH4. Tekanan sebesar 25-
40 bar diperlukan untuk proses membran tersebut (Huang, 2005, dalam Harsono,
2013). Inti dari konsep pemisahan dengan membran adalah selektifitas dan
permeabilitas yang tinggi. Pemisahan CO2 dengan membran konvensional sering
dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut mendorong para peneliti
mengembangkan material baru untuk pemisahan CO2 dengan membran. Material
baru tersebut adalah kombinasi antara polimerik membran dan anorganik membran
yang disebut dengan MMMs (Mixed Matrix Membranes).
A. Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
a. sampah organik (sayur kol dan sawi) yang di ambil dari Pasar Tugu Tanjung
Karang;
b. kotoran sapi yang di ambil dari Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung;
c. urea yang di dapat dari toko pupuk yang ada di Tanjung Karang.
B. Prosedur Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri,
jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung. Proses produksi biogas
dilakukan dengan menggunakan sistem anaerob digester dengan proses batch.
Penelitian ini dilakukan dengan variabel konsentrasi antara sampah organik dengan
kotoran sapi 1:1,1:2, 2:1 (kg/kg), variasi sampah organik dengan kotoran sapi dan
penambahan urea pada starter sebanyak 30 gram, 40 gram, dan 50 gram.
C. Alat percobaan
Gambar Rangkaian Alat:
Rancangan percobaan
A. HASIL
B. PEMBAHASAN
Untuk mengetahui kandungan glukosa yang terdapat pada sampel sampah organic
maka dilakukan analisis kandungan glukosa dengan metode Luff Schoorl di
Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung. Hasil
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik
oleh mikroorganisme pada kondisi oksigen (anaerob). Komponen Biogas antara
lain sebagai berikut : 60% CH4 (metana), 38% CO2, dan 2% gas N2, H2, H2S dan
O2.
2. Kandungan glukosa yang terdapat pada sampah organik pasar Tugu sebesar
1,5317% dalam 10639,5 mg sampel.
3. Produksi gas metana yang paling tinggi sebesar 3,29 % pada digester 1.
4. Adapun proses pemurnian gas metan yakni ada 4 metoda yaitu, absorbs,
adsorbsipermukaan zat padat, kriogenik dan demgamn penggunaan membrane.
B. Saran
Sebaiknya produksi dari gas metana dari limbah padat organik (sampah) ini
dikembangkan lebih lanjut agar dapat bernilai ekonomis (menguntungkan)dan untuk
meminimalkan sampah-sampah yang ada agar sampah tidak lagi merugikan.