Kriteria dan sub kriteria terpilih pada Tabel di atas dalam penerapannya memerlukan
parameter-parameter yang dihitung, dimana hasilnya dikualifikasikan dalam beberapa kelas, dan
setiap kelas diberi skor yang mencerminkan kualifikasi indikator. Metode dan prosedur penerapan
kriteria/ sub kriteria dijelaskan secara lengkap sebagai berikut.
a) Kondisi Lahan
Kriteria kondisi lahan meliputi 3 sub kriteria sebagai berikut.
1) Persentase Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan yang masuk kategori kritis dan sangat kritis. Lahan kritis
dilakukan untuk mengetahui persentase luas lahan kritis di DAS. Data lahan kritis diperoleh dari
data sekunder hasil identifikasi lahan kritis yang dilaksanakan oleh Kementrian
Kehutanan/Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial/Balai Pengelolaan
DAS.
Cara/ rumus perhitungan:
LLK
PLK = 𝐴 x 100%
Keterangan rumus:
PLK = Persentase lahan kritis
LLK = Luas lahan kritis dan sangat kritis (Ha)
A = Luas DAS (Ha)
Kelas lahan kritis dalam DAS dalam penetapan bobot, skor dan klasifikasi lahan kritis
disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Kondisi Lahan berdasarkan Persentase Lahan Kritis dalam DAS.
No Nilai Presentase Lahan Kritis Skor Klasifikasi Lahan Kritis
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.61/ Menhut-II/ 2014
tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS.
Keterangan : *) PLK = Persentase Lahan Kritis
Untuk mendapatkan tingkat ketelitian nilai penutupan dan pengelolaan lahan yang lebih
baik, maka dilakukan cek lapangan dari obyek-obyek yang dianalisis agar tingkat akurasinya
meningkat. Nilai faktor C dan P (CP) untuk berbagai jenis penutupan dan pengelolaan lahan
ditentukan berdasarkan jenis perlakuan yang disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Faktor Penutup Vegetasi (C) Untuk Berbagai Tipe Pengelolaan Tanaman
No Pengelolaan Tanaman Nilai Faktor
C
1. Tanah Terbuka/ tanpa tanaman 1,000
2. Sawah 0,010
3. Tegalan 0,700
4. Ubi kayu 0,800
5. Jagung 0,700
6. Kedelai 0,399
7. Kentang 0,400
8. Kacang tanah 0,200
9. Padi 0,561
10. Tebu 0,200
11. Pisang 0,600
12. Akar wangi (sereh wangi) 0,400
13. Rumput bede (tahun pertama) 0,287
14. Rumput bede (tahun kedua) 0,002
15. Kopi dengan penutup tanah buruk 0,200
16. Talas 0,850
17. Kebun campur dengan :
a. Kerapatan tinggi 0,100
b. Kerapatan sedang 0,200
c. Kerapatan rendah 0,500
18. Perladangan 0,400
19. Hutan alam :
a. Seresah banyak 0,001
b. Seresah kurang 0,005
20. Hutan produksi :
a. Tebang habis 0,500
b. Tebang pilih 0,200
21. Semak belukar/ padang rumput 0,300
22. Ubi kayu dan kedelai 0,181
23. Ubi kayu dan kacang tanah 0,195
24. Padi dan sorghum 0,345
25. Padi dan kedelai 0,417
26. Kacang tanah dan gude (tanaman polongan) 0,495
27. Kacang tanah dan kacang tunggak 0,571
28. Kacang tanah dan mulsa jerami 4 ton/ha 0,049
29. Padi dan mulsa jerami 4 ton/ha 0,096
30. Kacang tanah dan mulsa jagung 4 ton/ha 0,128
31. Kacang tanah dan mulsa kacang tunggak 0,259
32. Kacang tanah dan mulsa jerami 2 ton/ha 0,377
33. Pola tanam tumpang gilir *) dan mulsa jerami 0,079
34. Pola tanam berurutan **) dan mulsa sisa tanaman 0,357
35. Alang-alang murni subur 0,001
Sumber : Arsyad, 2010.
Keterangan : *) = Pola tanam tumpang gilir (jagung, padi, dan ubi kayu setelah panen
padi ditanami kacang tanah.
**) = Pola tanam berurutan (padi, jagung dan kacang tanah).
Nilai faktor pengelolaan tanaman (P) sesuai tindakan khusus konservasi secara rinci
disajikan pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman (P) Sesuai Tindakan Khusus Konservasi.
No Pengelolaan Tanaman Nilai Faktor P
1. Teras bangku *)
a. Konstruksi baik 0,04
b. Konstruksi sedang 0,15
c. Konstruksi kurang baik 0,35
d. Teras tradisional baik 0,40
2. Strip tanaman rumput (padang rumput) 0,40
3. Pengolahan tanah dan penanaman menurut garis
kontur 0,50
a. Kemiringan 0-8% 0,75
b. Kemiringan 9-20% 0,90
c. Kemiringan > 20%
4. Tanpa tindakan konservasi 1,00
Sumber : Arsyad, 2010.
Keterangan : *) = Konstruksi teras bangku dinilai dari kerataan dasar teras dan keadaan talud
teras.
Kriteria hasil penilaian CP ditentukan berdasarkan nilai, bobot dan klasifikasi penutupan lahan yang disajikan
pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Kriteria Nilai Tertimbang Pengelolaan Lahan dan Tanaman pada DAS tertentu (CP)
No Nilai CP Skor Kelas Penutupan Lahan
1. CP ≤ 0,1 0,50 Sangat rendah
2. 0,1 < CP ≤ 0,3 0,75 Rendah
3. 0,3 < CP ≤ 0,5 1,00 Sedang
4. 0,5 < CP ≤ 0,7 1,25 Tinggi
5. CP > 0,7 1,50 Sangat tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.61/ Menhut-II/ 2014
tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS.
Keterangan : *) CP = Pengelolaan Lahan dan Tanaman
Klasifikasi penilaian koefisien aliran tahunan ditentukan berdasarkan nilai, skor dan kelas
KAT yang disajikan pada Tabel 7 berikut.
2) Banjir
Banjir dilihat dari besarnya pasokan air banjir yang berasal dari air hujan yang jatuh dan
diproses oleh DTAnya (catchment area), serta kapasitas tampung palung sungai dalam
mengalirkan pasokan air tersebut. Monitoring banjir dilakukan untuk mengetahui frekuensi
kejadian banjir, baik banjir bandang maupun banjir genangan. Data yang diperlukan berupa data
frekuensi banjir yang diperoleh dari laporan kejadian bencana banjir atau pengamatan langsung.
Klasifikasi penilaian kejadian banjir ditentukan berdasarkan nilai, skor dan kelas banjir
disajikan pada Tabel 8 berikut.
Klasifikasi penilaian indeks ketersedian lahan ditentukan berdasarkan niali, skor dan kelas
tekanan penduduk disajikan pada Tabel 9 berikut.
Apabila dalam satu DAS terdapat lebih dari satu kelas kota, maka dipakai kelas kota yang
tertinggi (skor tertinggi). Klasifikasi penilaian keberadaan Kota ditentukan berdasarkan pada
Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Klasifikasi Penilaian Keberadaan Kota.
No Nilai Keberadaan Kota Skor Kelas
1. Tidak ada kota 0,50 Sangat rendah
2. Kota kecil 0,75 Rendah
3. Kota madya 1,00 Sedang
4. Kota besar 1,25 Tinggi
5. Metropolitan 1,50 Sangat tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.61/ Menhut-II/ 2014
tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS.
Tabel 14. Klasifikasi Penilaian Kawasan Lindung (KL) Berdasarkan Persentase Luas Liputan
Vegetasi terhadap Kawasan Lindung di dalam DAS (%)
No Nilai Luas Liputan Vegetasi Skor Kelas Kawasan
terhadap Kaw. Lindung di dlm Lindung
DAS (%)
1. KL > 70 0,50 Sangat baik
2. 45 < KL ≤ 70 0,75 Baik
3. 30 < KL ≤ 45 1,00 Sedang
4. 15 < KL ≤ 30 1,25 Buruk
5. KL ≤ 15 1,50 Sangat buruk
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.61/ Menhut-II/ 2014
tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS.
Keterangan : *) KL = Kawasan Lindung
2) Kawasan Budidaya
Monitoring dan evaluasi kondisi kawasan budidaya dilakukan untuk mengetahui
persentase luas lahan dengan kelerengan 0-25% pada kawasan budidaya, yang merupakan
perbandingan luas total lahan dengan kelerengan 0-25% yang berada pada kawasan budidaya
dengan luas kawasan budidaya dalam DAS. Kelas kelerengan 0-25% adalah paling sesuai untuk
budidaya tanaman sehingga akan cocok berada pada kawasan budidaya. Semakin tinggi
persentase luas unit lahan dengan kelerengan dimaksud pada kawasan budidaya maka kualifikasi
pemulihan DAS semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah presentase luas unit lahan dengan
kelerengan dimaksud pada kawasan budidaya, atau dengan kata lain semakin tinggi persentase
luas unit lahan dengan kelerengan >25% pada kawasan budidaya maka kualifikasi pemulihan DAS
semakin tinggi.
Cara rumus perhitungan:
Luas lahan dengan kemiringan lereng 0−25%
KB = x 100%
Luas Kawasan Budidaya dalam DAS
Keterangan rumus:
KB = Presentase luas lahan dengan kemiringan lereng 0-25% dibanding dengan luas kawasan
budidaya dalam DAS
Klasifikasi penilaian kawasan budidaya menggunakan nilai, skor dan kelas Kawasan
Budidaya yang disajikan pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Klasifikasi Penilaian Kawasan Budidaya Berdasarkan Lahan Kemiringan Lereng 0-25%
No Nilai Lahan yang Kemiringan Skor Kualifikasi
Lereng 0-25% di dalam Kaw. Pemulihan
Budidaya
1. KB > 70% 0,50 Sangat rendah
2. 45 < KB ≤ 70 0,75 Rendah
3. 30 < KB ≤ 45 1,00 Sedang
4. 15 < KB ≤ 30 1,25 Tinggi
5. KB ≤ 15 1,50 Sangat tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.61/ Menhut-II/ 2014
tentang Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS.
Keterangan : *) KB = Kawasan Budidaya