Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

IMPLEMENTASI

A. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Presentasi hasil kegiatan pengkajian serta perencanaan penyelesaian
masalah manajemen keperawatan di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2018
diikuti oleh kepala ruang rawat inap Nusa Indah , pembimbing dari akademik,
pembimbing lahan serta mahasiswa program studi D-IV Keperawatan Reguler
Angkatan II Poltekkes Kemenkes Palangka Raya yang akan melaksanakan
manajemen keperawatan diruangan. Pada pertemuan tersebut telah disepakati
beberapa masalah yang akan diselesaikan dengan beberapa program kegiatan
yang akan dilaksanakan dan dievaluasi pada tanggal 17 - 26 Mei 2018 di Ruang
Nusa Indah RSUD Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1. Ketenagaan (M1-Man)
Sistem ketenagaan atau sumber daya manusia merupakan bagian
integral dari suatu pencapaian mutu pelayanan. Sistem ketenagaan dalam
penerapan MAKP dapat dilihat dari struktur organisasi diruangan, jumlah
tenaga (keperawatan dan non keperawatan) dan kebutuhan tenaga perawat
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien (Nursallam, 2011).
Dalam pelaksanaannya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa
program studi D-IV Keperawatan Reguler Angkatan II Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya untuk sistem ketenagaan di Ruang Nusa Indah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya ialah terdapat kepala ruangan, perawat
pelaksana. Adapun masalah yang kelompok temukan adalah jika ditinjau
dari tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah responden
dengan tingkat pendidikan D3 Keperawatan berjumlah 10 orang, S1
keperawatan yang berjumlah 1 orang dan 1 orang dengan pendidikan SPK.
Implementasi kelompok yaitu merekomendasikan kepada kepala
ruangan Nusa Indah dengan mengajukan surat permintaan penambahan

111
jumlah pegawai kepada bagian SDM RSUD dr. Doris Sylvanus untuk
mengisi kekurangan tenaga kerja diruangan.
Keterbatasannya yaitu kepala ruangan hanya dapat memberikan
rekomendasi dalam penambahan perawat diruangan Nusa Indah. Karena hal
tersebut merupakan pekerjaan bagian mutu bidang keperawatan rumah sakit
dan petugas yang bekerja diruangan sudah diatur oleh bagian SDM dan
kepegawaian rumah sakit.
Solusi yang ditawarkan kelompok yaitu mengajukan surat
permintaan penambahan pegawai dan pelatihan kepada staf ruangan Nusa
Indah. Yang sesuai dengan perhitungan kebutuhan tenaga kerja menurut
teori DEPKES.

Total tenaga perawat :

Pagi : 7 orang

Sore : 2 orang

Malam : 2 orang

Total : 11 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari :

86 × 11 946
= = 3,18 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 4
297 297

Jadi perawat yang dibutuhkan :

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang Nusa indah
adalah 11 orang + 1 orang kepala ruangan. = 16 orang.
Ket: angka 86 merupakan
jumlah hari libur atau
lepas dinas dalam 1 tahun,
sedangkan 297 adalah
jumlah hari kerja efektif
dalam 1 tahun.

112
Faktor koreksi
1. Loss Day
= jml hr Mgg dlm 1 bln + jml hari besar x jml perawat yang diperlukan
Jml hari kerja efektif
= 4 + 0 x 16 = 64= 2,28
28
2. Non Nursing Job
= jml tenaga perawat + lossday x 25
100
= (16 + 2.28) x 25%
= 18,28 x0,25 = 4,57
Faktor koreksi = 4,6+ 2,3 = 6,9
Jadi tenaga yang di butuhkan : 15 + 7 = 22 orang
Kebutuhan Perawat Per Shif
Keterangan :
Tenaga yang tersedia 12 orang
Kekurangan tenaga 10 orang
Diperoleh data dari hasil observasi pada tanggal 14 Mei 2018 bahwa jumlah
perawat yang dinas pagi yaitu 1 Kepala Ruangan, 1 Administrasi, 5 Perawat
pelaksana. Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga perawat yang dinas pagi di
Ruang Nusa Indah tanggal 14 Mei 2018 dengan jumlah pasien 20 orang belum
mencukupi jika dibandingkan dengan standar yaitu 5 orang perawat pelaksana yang
dinas pagi dari hasil observasi ditemukan pada shif pagi perawat pelaksana ada 5
orang perawat, sedangkan pada shif sore standar tenaga perawat yang dibutuhkan 4
orang namun dari hasil observasi ditemukan 2 perawat pelaksana yang bertugas dan
shif malam sesuai dengan standar keperawatan yaitu 2 orang.

113
2. Sarana dan Prasarana (M2-Material)
Sarana dan prasarana merupakan bagian pendukung dari suatu
pelayanan dan juga tolok ukur mutu pelayanan yang diberikan kepada
pasien apakah berkualitas atau tidak berkualitas. Sistem sarana dan
prasarana dalam penerapan MAKP dapat dilihat dari lokasi dan denah
ruangan, peralatan dan fasilitas dan administrasi penunjang yang dimiliki
suatu ruangan (Nursallam, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian di ruangan Nusa Indah dalam sarana
dan prasarana tidak terdapat masalah yang berarti di ruangan karena untuk
saat ini fasilitas yang ada diruangan cukup memadai untuk kebutuhan
pasien yang ada diruangan Nusa Indah.
Untuk implementasinya tidak ada upaya yang dilakukan dalam
sarana dan prasarana ini karena fasilitas yang ada diruangan cukup memadai
untuk kebutuhan pasien dan ruangan Nusa Indah.

3. Metode (M3-Method)
a. Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Nursallam,
2011). Pada program atau rencana kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa program yang dapat dilaksanakan ialah dimana kepala
ruangan mampu melaksanakan fungsi perencanaan, penggerakan atau
mengkoordinasi, melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian
terhadap situasi ruangan serta pelaksanaan MAKP dalam model
SP2KP.
Model SP2KP yang dilaksanakanan oleh mahasiswa program
studi D-IV Keperawatan Reguler Angkatan II Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya sudah sesuai dengan teori yang ada, yang mana hanya
pada tiap shif pagi saja yang ada katimnya dan shif sore dan malam

114
tidak ada katim tetapi tetap ada yang bertanggung jawab untuk setiap
dinas jaganya serta dipimpin oleh orang-orang yang berkompeten
dalam pembuatan perencanaan, penugasan, mengenal dan mengetahui
kondisi pasien. mengembangkan kemampuan anggota serta
menyelenggarakan konferensi kemudian anggota tim yang bertanggung
jawab terhadap tugas dan fungsinya sehingga memungkinkannya
pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh kepada pasien.
Dalam metode MAKP kelompok menemukan masalah pada
metode ronde keperawatan karena pada penerapannya hanya saat ada
mahasiswa yang praktik manajemen.
Rencana kelompok untuk tindak lanjut adalah penerapan model
ronde keperawatan sehingga dipertahankan dan dibuat menjadi lebih
baik lagi, serta menjaga komunikasi antar anggota tim.

b. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis,
valid, dan dapat dipertanggungjawabkan (Nursallam, 2011).
Pada sistem dokumentasi yang dijalankan mahasiswa program
studi D-IV Keperawatan Reguler Angkatan II Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya sudah sesuai dengan program atau rencana kegiatan yang
telah dituliskan sebelumnya dimana seorang perawat membiasakan diri
dalam mendokumentasikan setiap hasil pemeriksaan, pembuatan rencana
tindakan yang akan dikerjakan dan mengevaluasi segala bentuk tindakan
yang telah dikerjakan. Sistem pendokumentasian juga sudah disesuaikan
dengan sistem pendokumentasian di Ruang Nusa Indah RSUD Rumah
Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Dalam pendokumentasian tidak
ditemukan adanya masalah, karena setiap ada tindakan atau kegiatan
selalu dilakukan dokumentasi sesuai dengan prosedur yang ada.

115
c. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan
tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau
konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim (Nursallam, 2011).
Masalah yang ditemukan yaitu ronde keperawatan dilakukan
hanya saat ada mahasiswa pratik manajemen saja. Rencana strategi
kelompok yaitu melakukan ronde keperawatan pada pasien yang telah
dipilih dan dilakukan pengkajian sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Implementasi yaitu melakukan ronde keperawatan pada tanggal
23 Mei 2018, dengan proses ronde keperawatan dimulai dengan kegiatan
praronde: pengkajian dan memberikan informed consent kepada semua
pasien dan menjelaskan secara singkat pelaksanaan ronde. Berdasarkan
hasil pembagian informed consent yang dibagikan diperoleh bahwa
pasien bersedia dijadikan pasien dalam kegiatan ronde. Pada tanggal 22
Mei 2018, Tim ronde keperawatan menetapkan pasien dan kasus sesuai
dengan syarat dan kriteria ronde keperawatan serta konfirmasi dengan
pasien yang bersangkutan, selanjutnya tim menyiapkan literature kasus
ronde keperawatan sesuai dengan penyakit yang dialami oleh pasien,
kemudian dilakukan konsultasi terhadap kedua pembimbing yaitu
pembimbing akademik dan klinik yang dimulai tanggal 22 Mei 2018 dan
mendapat persetujuan dari kedua pembimbing yaitu pada tanggal 22 Mei
2018.
d. Supervisi
Supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam
pelaksanaannya supervisi bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf
keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bersama para

116
perawat bagaimana memperbaiki proses keperawatan yang sedang
berlangsung. Jadi dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan
bukan sebagai pelaksanan pasif, melainkan diperlukan sebagai rekan
kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu
didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam usaha-usaha perbaikan
proses keperawatan (Arwani, 2013).
Pelaksanaan supervisi 21 Mei 2018 yang dilakukan oleh
mahasiswa program studi D-IV Keperawatan Reguler Angkatan II
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya adalah mahasiswa yang sudah
menjadi karu berperan sebagai supervaiser dan mensuvervisi kepala
ruangan, kepala ruangan mensuvervisi katim , katim mensuvervisi
perawat pelaksana. Dalam metode supervisi masalah yang ditemukan
adalah supervisi belum terlaksana secara optimal diruangan di ruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

e. Overan (Timbang Terima)


Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum
pergantian shift. Selain laporan antar shift,dapat disampaikan juga
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah
atau belum dilaksanakan (Nursallam, 2011).
Pelaksanaan timbang terima yang dilakukan oleh mahasiswa
program studi D-IV Keperawatan Reguler Angkatan II Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya dimulai tanggal 17 – 26 Mei 2018 itu selalu
selalu dilakukan selama bermain peran dan adapun kegunaan overan
adalah untuk menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum,
menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya dan tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya. Timbang
terima yang dilakukan pertama kali adalah berada di nurse station, ke
kamar pasien kemudian dilanjutkan ke nurse station. Penyampain pesan

117
yang dilakukan secara singkat, jelas, mudah dimengerti dan mewakili
kondisi pasien pada saat itu.
Masalah yang ditemukan diruangan Nusa Indah adalah overan
atau timbang terima belum terlaksananya secara optimal. Rencana strategi
kelompok adalah tetap mempertahankan dan meningkatkan metode ini.
Implementasinya dimulai dari tanggal 17 Mei 2018, yaitu tetap
melaksanakan overan atau timbang terima setiap ganti shift dengan
pelaksanaanya dilakukan dengan melihat keadaan pasien secara langsung.

f. Rencana Pulang (Discharge Planning)


Discharge planning adalah komponen sistem perawatan
berkelanjutan sebagai perencanaan kepulangan pasien dan memberikan
informasi kepada pasien dan keluarganya yang dituliskan
untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam
atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum, sehingga pasien dan
keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu dihindari dan
dilakukan sehubungan dengan kondisi penyakitnya (Suarli, 2009).
Pelaksanaan discharge planning yang dilakukan oleh mahasiswa
program studi D-IV Keperawatan Reguler Angkatan II Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya adalah dengan menggunakan format discharge
planning sesuai contoh format yang ada sesuai teori yang dimulai dari
awal pasien masuk ruangan sampai dengan perencanaan pasien pulang.
Pada saat perencanaan pulang klien akan dimintakan koesioner untuk
kepuasan pasien selama dirawat diruangan Nusa Indah serta membuat
rencana tindakan yang akan dilaksanakan saat klien nanti dirumah
mengenai kondisi kesehatan dan mengingatkan untuk kontrol di
pelayanan kesehatan terdekat.

4. Keuangan (M4-Money)
Tidak ditemukan masalah karena untuk pembiayaan tindakan
kepada pasien sudah diatur oleh bagian keuangan rumah sakit. Kemudian

118
adapun pembiayaan untuk keperluan tim manajemen dilakukan dengan
sistem pengumpulan dana melalui iuran dari masing-masing anggota
kelompok yang di koordinasi oleh bendahara kelompok.

5. Pemasaran (M5-Marketing, termasuk mutu)


Pemasaran berkaitan erat dengan tingkat kepuasan seseorang
terhadap mutu pelayanan yang didapat. Kepuasan adalah perasaan senang
atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara
persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan
harapan-harapannya (Nursallam, 2011). Kepuasan pasien berhubungan
dengan mutu pelayanan rumah sakit. Dengan mengetahui tingkat kepuasan
pasien, manajemen rumah sakit dapat melakukan peningkatan mutu
pelayanan.
Masalah tidak ditemukan untuk pemasaran atau mutu karena
diruangan selalu dihimbau untuk keluarga pasien untuk selalu menjaga
kebersihan selama menjaga dan menjenguk keluarga yang dirawat
diruangan Nusa Indah serta dilarang membawa anak kecil keruangan.

119

Anda mungkin juga menyukai