Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

I. DASAR TEORI
Perpindahan Kalor Konduksi
Perpindahan kalor secara umum terjadi ketika terdapat perbedaan suhu
(temperature gradient). Perpindahan terjadi dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Perpindahan kalor secara konduksi yaitu perpindahan panas tanpa disertai
pergerakan/perpindahan partikel-partikel perantara, seperti saat memanaskan sendok
dengan api, maka tidak ada partikel sendok yang berpindah walaupun sendok telah
panas. Untuk menghitung laju perpindahan kalor secara konduksi dapat digunakan
Hukum Fourier :
𝜗𝑇
𝑞 = −𝑘 𝐴 ........(1)
𝜗𝑥

Apabila suhu berubah seiring berjalanya waktu atau terdapat sumber panas,
maka persamaan menjadi :
𝛿 𝛿𝑇 𝛿𝑇
(𝑘 ) + 𝑞 = 𝜌 𝑐 … … … . . (2)
𝛿𝑥 𝛿𝑥 𝛿𝑡

Hukum Fourier berdasarkan Bentuk Benda


Hukum Fourier adalah hukum empiris laju perpindahan kalor dengan sistem
konduksi. Hukum ini menyatakan bahwa laju aliran panas (dq/dt) melalui homogen
padat berbanding lurus dengan luas perpindahan kalor pada arah aliran kalor (A) dan
beda suhu di pangkal dan ujung lapisan (dT), namun berbanding terbalik dengan
ketebalan lapisan (dx). Rumus hukum Fourier adalah persamaan (1).
𝜕𝑇
𝑞 = −𝑘𝐴
𝜕𝑥
Alasan pemberian tanda minus dalam rumus Fourier adalah untuk memenuhi
hukum nol termodinamika dimana kalor akan berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Hukum Fourier berdasarkan bentuk benda digambarkan dalam tabel berikut.
2

Tabel 1.Hukum Fourier berdasarkan Bentuk Benda

Bentuk Benda Laju Kalor (q) Tahanan Termal (R)


Dinding Selapis 𝑘. 𝐴 ∆𝑥
𝑞= − [𝑇 − 𝑇1 ] 𝑅=
∆𝑥 2 𝑘
Dinding Berlapis 𝑇1 − 𝑇4 𝑇1 − 𝑇4
𝑞= 𝑞 = 𝐴. [ ]
∆𝑥𝐴 ∆𝑥𝐵 ∆𝑥𝐶 𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 + 𝑅𝐶
+ +
𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝑘𝐶
Silinder 2𝜋𝑘𝐿[𝑇𝑖 − 𝑇𝑜 ] 𝑟
𝑞= ln 𝑟𝑜
𝑟 𝑅=− 𝑖
Berongga ln 𝑟𝑜 2𝜋𝑘𝐿
𝑖

Silinder Berlapis 2𝜋𝑘𝐿[𝑇1 − 𝑇4 ]


𝑞= 𝑟 𝑟 𝑟
ln 𝑟2 ln 𝑟3 ln 𝑟4
1 2 3
+ +
𝑘𝐴 𝑘𝐵 𝑘𝐶
Bola 4𝜋𝑘[𝑇𝑖 − 𝑇𝑜 ] 𝑟𝑜 − 𝑟𝑖
𝑞= 𝑅=
1 1 4𝜋𝑘. 𝑟𝑖 . 𝑟𝑜
𝑟𝑖 − 𝑟𝑜
Bola Berlapis [𝑇1 − 𝑇4 ] 1 1
𝑞=
1 1 1 1 1 1 𝑟𝑖 − 𝑟𝑜
− − 𝑅=
𝑟1 − 𝑟2 𝑟2 𝑟3 𝑟3 𝑟4 4𝜋𝑘𝑜
+ +
4𝜋𝑘1 4𝜋𝑘2 4𝜋𝑘3

Sistem Sumber Kalor


Sistem sumber kalor merupakan penerapan prinsip perpindahan kalor dimana
sumber kalor berada di dalam sistem atau kalor dibangkitkan dari dalam. Pada
pembahasan ini, laju perpindahan kalornya dapat dihitung dari persamaan-persamaan
distribusi temperatur. Berikut cara menghitung pada beberapa bentuk penampang:
3

Tabel 2. SIstem Sumber Kalor

No. Jenis Penampang Rumus Keterangan


1. Dinding datar dengan tidak berubah
 k Tw  T0 
2
 qL
sumber kalor L terhadap suhu.
qL
2
T0   Tw 2L = tebal dinding
2k
di arah x
To = suhu pada
Bentuk alternatif:
bidang tengah
T  Tw x2
 1 2 A = luas penampang
T0  Tw L
plat
T = Tw pada x = L
2. Silinder dengan
T  Tw 
q
4k

R2  r 2  Suhu merupakan
sumber kalor fungsi jari-jari
Bentuk tak berdimensi: k tetap, sumber kalor
T  Tw
2
r terbagi rata.
 1  
T0  Tw R R = jari-jari
qR 2 To = suhu saat r = 0
dimana T0   Tw
4k
3. Silinder bolong
T  T0 
q 2
4k
 
r0  r 2  C1 ln
r
r0
T = Ti pada r = ri
dengan sumber kalor (muka dalam)
dimana T = T0 pada r = r0

C1 

Ti  T0  q ri  r0
2 2
 4k (muka luar)
ln ri r0 

Aliran Transien
Ketika angka Biot menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,1 maka sistem
tergabung tidak dapat digunakan dan berlaku aliran kalor transien. Selain plat, silinder,
dan bola, adapun aliran kalor transien pada benda padat semi tak terbatas dimana aliran
kalornya adalah
4

𝑘𝐴(𝑇𝑜 −𝑇𝑖 )
𝑞= ..........(3)
√𝜋.𝛼.𝜏

Gambar 1. Transien pada Plat, Silinder, Bola

Angka Biot
Angka Biot adalah rasio antara besaran konveksi permukaan dan tahanan
konduksi dalam perpindahan kalor. Jika nilai angka Biot lebih rendah, berarti hambatan
dalam dapat diabaikan terhadap tahanan konveksi permukaan.
ℎ𝑠 ℎ.𝐿𝑐
𝐵𝑖 = = .........(4)
𝑘 𝑘

Angka Fourier
Angka Fourier adalah rasio antara dimensi karakteristik benda dan kedalaman
tembus gelombang suhu pada suatu waktu τ.
𝑘.𝜏 𝛼.𝜏
𝐹𝑜 = = .............(5)
𝜌.𝑐.𝑠2 𝑠2

Faktor Bentuk Konduksi


Dalam sistem 2 dimensi di mana hanya dua batas suhu yang terlihat, kita dapat
menentukan konduksi sehingga
5

.............(6)
Nilai-nilai S untuk beberapa keadaan geometri sudah terdapat tabel 3-1 pada
buku Heat Transfer (Holman). Ringkasan nilai faktor bentuk yang lebih komprehensif
untuk berbagai macam geometri diberikan oleh Rohsenow, Hahne, dan Grigull. Pada
faktor bentuk, perlu diperhatikan bahwa

.........(7)
Untuk dinding 3 dimensi, seperti furnance, faktor bentuk dihitung secara
terpisah untuk aliran kalor yang melalui bagian tepi dan sudut.

........(8)
Di mana A=luas dinding, L=tebal dinding, D=panjang tepi

Sistem Konduksi-Konveksi
Kalor yang dihantarkan melalui benda sering harus dibuang (atau diserahkan)
melalui konveksi. Dalam alat penukar kalor diterapkan susunan tabung bersirip
(finned-tube) untuk membuang kalor dari cairan panas. Perpindahan kalor dari zat cair
ke pipa bersirip berlangsung secara konveksi. Kalor dihantarkan melalui bahan, dan
akhirnya dilepaskan ke lingkungan melalui konveksi. Pada gambar 1 lampiran, dapat
dibuat neraca energi unsur sirip setebal dx seperti di gambar. Neraca energi yang
diperoleh kemudian didiferensialkan, dengan salah satu batas θ = θ0 = T0 - T∞ pada x
= 0. Kondisi batas lainnya bergantung dari keadaan fisis.
1. Sirip sangat panjang dan suhu di ujung sirip sama dengan suhu fluida
sekitar.
𝜃 𝑇− 𝑇∞
= = 𝑒 − 𝑚𝑥 .......(9)
𝜃0 𝑇0 − 𝑇∞

2. Sirip mempunyai panjang tertentu dan melepaskan kalor dari ujungnya.


𝑇− 𝑇∞ cosh 𝑚 (𝐿−𝑥)+ (ℎ⁄𝑚𝑘) sinh 𝑚 (𝐿−𝑥)
= . . . ..10
𝑇0 − 𝑇∞ cosh 𝑚𝐿+ (ℎ⁄𝑚𝑘) sinh 𝑚𝐿

3. Ujung sirip diisolasi sehingga dT/dx = 0 pada x = L.


𝜃 𝑒 −𝑚𝑥 𝑒 𝑚𝑥 cos[𝑚(𝐿−𝑥)]
= + = ......(11)
𝜃0 1+ 𝑒 −2𝑚𝐿 1+ 𝑒 2𝑚𝐿 cos 𝑚𝐿
6

Perpindahan Kalor Dimensi Rangkap


Perpindahan kalor dimensi rangkap adalah perpindahan kalor yang terjadi
secara dua arah, yaitu searah sumbu x dan sumbu y. Pada kondisi tunak perpindahan
kalor rangkap berlaku persamaan Laplace :
𝛿2 𝑇 𝛿2 𝑇
+ = 0 ..............(12)
𝛿𝑥 2 𝛿𝑦 2

Kalor yang berpindah sepanjang sumbu x dan sumbu y dapat dihitung menggunakan
Persamaan Fourier :
𝛿𝑇
𝑞𝑥 = −𝑘𝐴 𝛿𝑥 .................(13)
𝛿𝑇
𝑞𝑦 = −𝑘𝐴 𝛿𝑦..................(14)

Total Kalor = qx + qy ...........................(15)

Gambar 2. Aliran Panas Dua Dimensi

Analisis Numeris Dimensi Rangkap


Ketika dihadapkan pada kondisi yang sulit untuk menentukan kondisi batas,
maka lakukan penyelesaian dengan pendekatan numeris jika pendekatan analitis tidak
mampu menyelesaikanya. Pendekatan numeris dilakukan dengan membagi benda dua
dimensi ke dalam beberapa increment kecil yang mempunyai besar yang sama dan
searah sumbu x dan sumbu y. Semakin kecil increment maka semakin baik distribusi
suhu yand di dapat. Lalu hitung distribusi suhu untuk masing – masing titik dengan
menggunakan metode gradient temperature.
7

Metode Numerik Transien


Prinsip analisis pada metode ini sama dengan yang diterapkan pada sistem
dimensi rangkap konduksi tunak. Subskrip m menandakan posisi x; n menandakan
posisi y. Persamaan aliran kalornya
  2T  2T  T
k  2  2   c
 x y  
........(16)
Dengan menggunakan persamaan derivatif parsial, didapatkan :

1 Tm 1,n  Tm 1,n
p p
Tmp1,n  Tmp1,n  2Tmp,n Tmp1,n  Tmp1,n  2Tmp,n
  ....(17)
x 2 y 2   2
Superskrip menunjukkan tambahan waktu (time increment). Jika suhu pada setiap
waktu di berbagai node diketahui, suhu sesudah tambahan waktu ∆τ dapat dihitung
dengan persamaan (17) untuk setiap waktu. Seperti pada konduksi tunak, dapat pula
menentukan distribusi suhu pada berbagai posisi dengan pertambahan waktu (konduksi
tak tunak), diantaranya

Kondisi Batas Konveksi


Pada kebanyakan situasi praktis, masalah kalor transien berhubungan dengan
kondisi batas konveksi pada permukaan benda padat. Kondisi batas konveksi harus
disesuaikan untuk dapat memperhitungkan perpindahan kalor konveksi pada
permukaan. Pada benda padat semi tak hingga berlaku persamaan :
Kalor yang dikonveksi ke permukaan = kalor yang dikonduksi ke permukaan

.....(18)
Persamaan diatas lalu dikerjakan oleh Schneider dan hasilnya :

......(19)
8

Sistem Kapasitas Kalor Tergabung


Suatu analisis yang digunakan untuk menganalisis konduksi panas transien.
Pada analisis ini, sistem dianggap memiliki suhu yang seragam dan memiliki ukuran
yang relatif kecil, karena semakin kecil benda, maka suhu akan semakin seragam.
Analisis kapasitas tergabung ini juga mengasumsikan hambatan kalor internal benda
dapat diabaikan dibandingkan dengan hambatan kalor eksternalnya. Persamaannya
adalah sebagai berikut:

.......(20)
Metode analisis ini tergolong cukup baik digunakan (eror hanya sekitar 5%) apabila:
𝑉
ℎ( )
𝐴
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐵𝑖𝑜𝑡 = 𝐵𝑖 = < 0,1......(21)
𝑘

Analisis Grafik Schmidt


Dalam sistem satu-dimensi dapat digunakan teknik grafis untuk menentukan
distribusi suhu transien. Metode ini didasarkan pada pemilihan parameter
(x) 2
2
 ........(22)
sehingga suhu pada setiap node pada tambahan waktu  ialah rata-rata arimatika dari
suhu node-node di sebelahnya pada awal tambahan waktu. Apabila terdapat kondisi
batas konveksi, konstruksi pada batas dapat diselesaikan dengan menuliskan
persamaan :
T  T  T
  w
x  dinding k/h
.........(23)
Gradien suhu pada permukaan didekati dengan konstruksi seperti pada gambar
11 lampiran. Antara Tm+1 dan suhu lingkungan T ditarik suatu garis lurus.
Perpotongan garis ini dengan permukaan menentukan suhu permukaan pada waktu
tertentu. Ketelitian metode ini meningkat apabila digunakan tambahan x yang lebih
kecil, tetapi hal ini memerlukan tambahan waktu yang lebih banyak. Teknik grafis ini
sudah jarang digunakan dan digantikan dengan perhitungan komputer.
9

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Memahami perpindahan kalor konduksi tunak dan nontunak
2. Memahami dan dapat menyelesaikan permasalahan terkait perpindahan kalor
konduksi
10

BAB II
PEMBAHASAN

A. Contoh kasus : desain dinding rumah


Beberpa fenomena kehidupan sehari-hari yang terkait dengan perpindahan
kalor secara konduksi telah di paparkan di atas. Dapatkah anda
menggambarkan dan menjelaskan mekanisme perpindahan kalor yang
terjadi pada dinding rumah, serta persamaa-persamaan konduksi yang
terlibat dalam penjelasan mekanisme tersebut?

Perpindahan Kalor pada Dinding Rumah

Gambar 3. Perpindahan Kalor pada Dinding Rumah

Perpindahan kalor pada dinding rumah memliki 3 sistem perpindahan


yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Awal perpindahan kalor konveksi yaitu
diilustrasikan pada bagian kiri dari Gambar 3. Konveksi adalah aliran
perpindahan kalor dari suatu fluida ke fluida lain karena pergerakan fluida itu
sendiri. Konveksi aliran udara yang mengalir di dalam rumah adalah aliran
konveksi alamiah.
Perpindahan kalor kemudian berubah proses menjadi perpindahan kalor
konduksi untuk plat tunggal. Perpindahan kalor konduksi ini merupakan
11

perpindahan kalor dengan pergerakan partikel dinding karena adanya kenaikan


suhu. Laju alir kalor pada dinding sama dengan laju alir kalor pada dinding
datar.

Laju kalor pada dinding selapis merupakan penerapan hukum fourier


dan jika dituliskan dalam rumus berarti :
𝑘. 𝐴
𝑞= − [𝑇 − 𝑇1 ]
∆𝑥 2
Dimana q adalah laju kalor, k adalah konduktivitas termal tembok (bisa
terbuat dari batu bata atau beton), ∆𝑥 adalah ketebalan dinding rumah, dan ∆𝑇
adalah perbedaan suhu dinding dimana kalor merambat.
Laju alir pada dinding rumah dipengaruhi oleh perbedaan suhu dari sisi
konveksi dan radiasi, ketebalan dinding rumah, luas permukaan dinding, dan
koefisien termal dari dinding itu sendiri. Dinding terbuat dari batu bata atau
beton. Koefisien termal untuk beton adalah 0,8 W/m.K dan untuk batu bata 0,5
W/m.K.

B. Jawaban Soal
1. Konduktivitas termal suatu bahan berubah-ubah menurut persamaan 𝒌 =
𝒂 + 𝒃𝑻 + 𝒄𝑻𝟑 dengan a, b, c = konstanta. Jabarkan rumus untuk
menghitung kehilangan panas per-satuan panjang dari suatu silinder
berongga yang dibuat dari bahan tersebut. jari-jari luar dan dalam
silinder masing-masing adalah ro dan r1. Ujung dan pangkal silinder
disekat sempurna.
12

Diketahui:
𝑘 = 𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 3
𝐴𝑟 = 2𝜋𝑟𝐿
Ditanya: persamaan kehilangan panas (q)?
Jawaban:
Berdasarkan hukum Fourier, perpindahan kalor konduksi dapat dinyatakan :
𝑑𝑇
𝑞𝑟 = −𝑘𝐴𝑟
𝑑𝑟

Sehingga menjadi:

𝑑𝑇
𝑞𝑟 = −2𝜋𝑘𝑟𝐿
𝑑𝑟

𝑑𝑇
𝑞𝑟 = −2𝜋(𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 3 )𝑟𝐿
𝑑𝑟

𝑑𝑟
𝑞𝑟 = −2𝜋𝐿(𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 3 )𝑑𝑇
𝑟
𝑟𝑜 𝑇𝑜
𝑑𝑟
∫ 𝑞𝑟 = ∫ −2𝜋𝐿(𝑎 + 𝑏𝑇 + 𝑐𝑇 3 )𝑑𝑇
𝑟𝑖 𝑟 𝑇𝑖

𝑞𝑟 (ln(𝑟𝑜 ) − ln(𝑟𝑖 ))
1 1 1 1
= −2𝜋𝐿[(𝑎 + 𝑏𝑇𝑜 2 + 𝑐𝑇𝑜 4 ) − (𝑎 + 𝑏𝑇𝑖 2 + 𝑐𝑇𝑖 4 )]
2 4 2 4

𝟏 𝟏
𝟐𝝅𝑳 (𝒂 + 𝟐 𝒃(𝑻𝒊 𝟐 − 𝑻𝒐 𝟐 ) + 𝟒 𝒄(𝑻𝒊 𝟒 − 𝑻𝒐 𝟒 ))
𝒒𝒓 = 𝒓
𝐥𝐧 ( 𝒐 )
𝒓𝒊
13

2. Suatu bola berdiameter 6 inci dipanaskan dari dalam. Permukaan bola


itu ditutup dengan penyekat yang tebalnya 2 inci dan mempunyai k m =
0,04 BTU/j ft oF. Suhu permukaan dalam dan luar penyekat berturut-
turut adalah 600oF dan 180oF. Hitung kehilangan panas yang terjadi.

Diketahui:
Ro = 4 inci = 0,33 ft To = 180oF

Ri = 3 inci = 0,25 ft Ti = 600oF

k = 0,04 BTU/hr ft oF

Cara Penyelesaian :

4 𝜋 𝑘(𝑇𝑖−𝑇𝑜)
Q= 1 1

𝑟𝑖 𝑟𝑜

4 𝜋×0,04× ( 600−180 )
Q = 1 1 = 217,602 BTU/hr = 63,73 Watt

0,25 0,33

3. Hitunglah panas yang hilang melalui dinding suatu dapur per-ft3 yang
tebalnya 9 inci. Suhu permukaan dalam dapur 1800oF sedangkan suhu
udara luar 70oF. Daya hantar panas secara konduksi, k dapur = 0,667
BTU/j.ft2.oF dan h = 2 BTU/j.ft2.oF. Bila kemudian dinding itu diberi
penyekat dengan tebal 0,3 inci (k penyekat 0,046 BTU/j.ft2.oF). Hitunglah
panas yang hiang melalui dinding bila suhu permukaan luar penyekat 70oF
juga. Kalau harga penyekat Rp 2250 per ft2, hitunglah waktu yang
diperlukan untuk membayar harga bahan penyekat itu jika diketahui
harga panas Rp 675 per satu juta BTUdan dapur bekerja 24 jam/hari
selama 175 hari/tahun.
14

Cara penyelesaian :
Heat loss

Dinding

𝑇 𝑑𝑎𝑝𝑢𝑟 −𝑇 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑞 = 1 ∆𝑋
+
ℎ𝐴 𝑘𝐴

1800 𝐹 −70 𝐹
= 9
1 𝑓𝑡
+ 12
𝐵𝑇𝑈 𝐵𝑇𝑈
2 𝑥 1 𝑓𝑡2 0,667 𝑥 1 𝑓𝑡2
𝐽 𝑓𝑡2 𝐹 𝐽 𝑓 𝑡2 𝐹

= 1067, 9 BTU/ft2

Dinding + Penyekat

𝑇 𝑑𝑎𝑝𝑢𝑟 −𝑇 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑞 = 1 ∆𝑋 ∆𝑋 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑘𝑎𝑡
+ +
ℎ𝐴 𝑘𝐴 𝑘𝐴

1800 𝐹 −70 𝐹
= 9 0,3
1 𝑓𝑡 𝑓𝑡
+ 12 + 12
𝐵𝑇𝑈 2 𝐵𝑇𝑈 𝐵𝑇𝑈
2 𝑥 1 𝑓𝑡 0,667 𝑥 1 𝑓𝑡2 0,046 𝑥 1 𝑓𝑡2
𝐽 𝑓𝑡2 𝐹 𝐽 𝑓 𝑡2 𝐹 𝐽 𝑓 𝑡2 𝐹

= 798,044 BTU/ft2

Heat loss dalam setahun

Dinding

𝐵𝑇𝑈 24 𝑗𝑎𝑚 175 ℎ𝑎𝑟𝑖


1067,9 2
x x
𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐵𝑇𝑈
= 4485,2 𝑓𝑡 2 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Dinding + Penyekat

𝐵𝑇𝑈 24 𝑗𝑎𝑚 175 ℎ𝑎𝑟𝑖


798,044 2
x x
𝑓𝑡 𝑗𝑎𝑚 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐵𝑇𝑈
=3351,8 𝑓𝑡 2 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
15

Harga

Dinding

𝐵𝑇𝑈 𝑅𝑝 675 𝑅𝑝 3925


4485,2 𝑓𝑡 2 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 x 𝐵𝑇𝑈 =
106 2 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑓𝑡

Dinding + Penyekat

𝐵𝑇𝑈 𝑅𝑝 675 𝑅𝑝 2263


3351,8 𝑓𝑡 2 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 x 𝐵𝑇𝑈 =
106 2 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑓𝑡

Waktu untunk membayar penyekat

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑘𝑎𝑡 𝑅𝑝 2250


= = 2,95 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑅𝑝 (3925 − 2263)

4. Oksigen cair yang hendak dikapalkan disimpan dalam sebuah tangki


berbentuk bola berdiameter luar Do=5ft. Permukaan luar tangki diisolasi
dengan bahan A setebal 1ft dan luarnya diisolasi dengan bahan isolasi B
setebal 0,5ft. Suhu permukaan tangki -290oF sedangkan suhu permukaan
luar isolasi 50oF diketahui Ka = 0,022 dan Kb=0,04 BTU/j.ft2.oF. Hitunglah
perpindahan panas yang terjadi dari udara ke tangki oksigen cair.

Diketahui :
Do = 5 ft
Isolasi A = 1 ft , Isolasi B = 0,5 ft maka ;
r1 = 2,5 ft, r2 = 4 ft, r3 = 3,5 ft
Tpermukaan = -290ºF
Tluar = 50ºF
kA = 0,022
kB = 0,04 BTU/j.ft.ºF

Ditanya : perpindahan kalor (q) dari udara ke tangki........?


Jawab :
16

4𝜋 (𝑇𝑙𝑢𝑎𝑟 − 𝑇𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 )
𝑞=
1/𝑟 − 1/𝑟2 1/𝑟2 − 1/𝑟1
( 3 + )
𝑘𝑏 𝑘𝑎
4𝜋 (50 − (−290))
𝑞=
1/4 − 1/3.5 1/3,5 − 1/2,5
( + )
0,04 0,022
𝐵𝑡𝑢
𝑞 = −701,48
𝑗. 𝑓𝑡 2

5. Enam pound daging sapi berbentuk silinder (sosis) dipanggang dalam


suatu oven yang suhunya dipertahankan tetap 300oF. Suhu awal daging
= 50 oF. Diameter daging = panjang daging (Dsilinder=Lsilinder). Daging
sapi akan masak bila suhu dipusatnya mencapai 150oF. Hitungah waktu
yang diperlukan untuk memasak daging tersebut!

Diketahui :
 Daging sapi berbentuk silinder
 m = 6 lb = 2,7215 kg
 𝑇∞ (suhu oven) = 300oF = 148,89oC
 𝑇𝑖 (suhu awal) = 50oF = 10oC
 D silinder = B silinder (B sebagai panjang silinder)
 T (suhu daging matang) = 150oF = 65,56 oC
 K daging sapi = 0,45 W/m.K
 h udara = 15 W/m2.K

Ditanya : τ (waktu agar sosis matang) = ?


17

Jawab :

Langkah pertama adalah membuat gambar sistem seperti pada gmbar dimana
dikatakan pada soal bahwa panjang B=D. Selanjutnya menghitung volume
dari silinder, dan mencari panjang D.
𝑚 2,7215𝑘𝑔
𝑉= = = 2,59 × 10−3 𝑚3
𝜌 𝑘𝑔
1050 3
𝑚
1 3
𝜋𝐷 = 2,59 × 10−3 𝑚3
4
3 2,59 × 10−3 𝑚 3 × 4
𝐷=√ = 0,1488 𝑚
𝜋

Sosis berbentuk silinder ini kemudian ditinjau dalam bentuk multi dimensi
sebanyak 2 dimensi yaitu infinite plate dan infinite cylinder.
a. Plat
Tebal plat = 2L = B sehingga L = 0,0744 m
𝑊
𝑘 0,45 𝑚. 𝐾
= = 0,403 ≈ 0,4
ℎ. 𝐿 15 𝑊 × 0,0744 𝑚
𝑚2 . 𝐾
𝑥 0𝑚
= =0
𝐿 0,0744𝑚
Setelah itu dilihat pada grafik 4-10 pada buku Hollman didapatkan nilai
𝜃
=1
𝜃𝑜
18

Karena itu persamaan untuk infinite plate dapat ditulis :


𝜃 𝜃 𝜃𝑜
( ) = ( ) × ( )
𝜃𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝜃𝑜 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝜃𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡
𝜃 𝜃𝑜
( ) = ( )
𝜃𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝜃𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡

b. Silinder
Jari jari (r) silinder = L plat, maka
𝑊
𝑘 0,45 𝑚. 𝐾
= = 0,403 ≈ 0,4
ℎ. 𝑟𝑜 15 𝑊 × 0,0744 𝑚
𝑚2 . 𝐾
𝑟 0𝑚
= =0
𝑟𝑜 0,0744𝑚
Setelah itu dilihat pada grafik 4-11 pada buku Hollman didapatkan nilai
𝜃
=1
𝜃𝑜
19

Karena itu persamaan untuk infinite cylinder dapat ditulis :


𝜃 𝜃 𝜃𝑜
( ) = ( ) × ( )
𝜃𝑖 𝑐𝑦𝑙 𝜃𝑜 𝑐𝑦𝑙 𝜃𝑖 𝑐𝑦𝑙
𝜃 𝜃𝑜
( ) = ( )
𝜃𝑖 𝑐𝑦𝑙 𝜃𝑖 𝑐𝑦𝑙

Jika ditinjau secara total sebagai silinder 2 dimensi maka :


𝜃 𝜃 𝜃
( ) = ( ) × ( )
𝜃𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝜃𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝜃𝑖 𝑐𝑦𝑙
𝜃 𝜃𝑜 𝜃𝑜
( ) = ( ) × ( )
𝜃𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝜃𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝜃𝑖 𝑐𝑦𝑙
𝜃 𝑇 − 𝑇∞ (65,56 − 148,89)℃
( ) = = = 0,6
𝜃𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑖 − 𝑇∞ (10 − 148,89)℃
𝜃 𝜃
Selanjutnya, mencari nilai ( 𝜃𝑜 ) 𝑑𝑎𝑛 ( 𝜃𝑜 ) yang jika dilalikan maka
𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑖 𝑐𝑦𝑙

akan menghasilkan angka yang mendekati 0,6 dan memiliki nilai Fo yang
sama. Ini dapat dilakukan dengan cara interpolasi 2 grafik. Untuk lebih
mudah maka dapat dilihat dari dua grafik 4.7 dan 4.8 pada buku Holman.
20

Dari hasil interpolasi 2 grafik ini diperkirakan nilai Fourier berada pada
rentang 0,21-0,23 sehingga waktu yang diperlukan untuk memasak
daging adalah :
𝛼. 𝜏
𝐹𝑜 =
𝑟𝑜2
1,97 × 10−7 . 𝜏
0,21 =
0,07442
𝜏 = 98 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝛼. 𝜏
𝐹𝑜 =
𝑟𝑜2
1,97 × 10−7 . 𝜏
0,23 =
0,07442
𝜏 = 108 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
Maka waktu yang diperlukan agar daging bisa matang merata hingga ke
pusat adalah sekitar kurang lebih 98 menit hingga 108 menit.
21

6. Sebuah bola tembaga diameter 5 cm pada mulanya berada pada suhu


250oC. Bola tersebut tiba-tiba ditempatkan pada lingkungan dengan
suhu 30oC dan h = 28 W/m2.oC. Hitunglah waktu yang diperlukan untuk
mencapai suhu bola 90oC!

Dari soal diketahui :


h = 28 W/ m2 oC T = 90oC

d = 5 cm = 5 . 10-2 m c = 390 J/kg oC

To = 250 oC  = 8940 kg/m3

T = 30oC k = 380 W/ m oC

Periksa nilai angka Biot (Bi)


𝑉 4
ℎ𝑥( ) 28𝑥 𝑥 𝜋 𝑥 0,0253
Bi = 𝐴
= 3
= 4,8 x 10-6
𝑘 380

Karena nilai angka Biot kurang dari 0,1 maka penyelesaian ini
menggunakan sistem kapasitas kalor tergabung menggunakan persamaan :

𝑇 − 𝑇∞ − ℎ𝐴
𝑡
= 𝑒 𝜌𝑐𝑣
𝑇𝑜 − 𝑇∞

ℎ𝐴 28 𝑥 4𝜋 𝑥 0,0252
= 4 = 1,0147 x 10-3 s-1
𝜌𝑐𝑣 8940 𝑥 390 𝑥 𝑥 𝜋 𝑥 0,0253
3

Substitusikan ke persamaan :

𝑇 − 𝑇∞ − ℎ𝐴
𝑡
= 𝑒 𝜌𝑐𝑣
𝑇𝑜 − 𝑇∞

90 − 30 −3
= 𝑒 − 1,0147 𝑥 10 𝑡
250 − 30
−3 𝑡
0,27 = 𝑒 − 1,0147 𝑥 10
−3 𝑡
Ln ( 0,27) = ln 𝑒 − 1,0147 𝑥 10
22

-1,0147 x 10-3 t = -1,29928

t = 1280 s

Sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu bola 90oC yaitu 1280 s.

7. Setumpuk bata bangunan tinggi 1 m, panjang 3m, dan tebal 0,5 m


dikeluarkan dari tanur dimana batu tersebut telah dipanaskan hingga
mencapai suhu seragam 300ºC. Tumpukan itu didinginkan di udara yang
suhunya 35ºC dengan koevisien konveksi udara 15 W/m²C. Permukaan
bagian bawah tumpukan bata diisolasi dengan pasir. Berapa kalor yang
dilepas hingga bata mencapai suhu kamar? berapa lama waktu yang
diperlukan untukmelepaskan separuh dari jumlah kalor tersebut, dan
berapakah suhu di pusat geometri tumpukan saat itu?

1m

0,5 m
3m

Diketahui:
𝑉𝑏𝑟𝑖𝑐𝑘 = 1 𝑚 × 3 𝑚 × 0,5 𝑚 = 1,5 𝑚3
𝑇𝑖 = 300℃
𝑇∞ = 35℃
h = 15 W/m2. oC
Informasi lain yang perlu diketahui diperoleh dari appendix, yaitu:
𝜌𝑏𝑟𝑖𝑐𝑘 = 1600 𝑘𝑔/𝑚3
𝐶𝑏𝑟𝑖𝑐𝑘 = 0,84 𝑘𝐽/𝑘𝑔. ℃
𝐾𝑏𝑟𝑖𝑐𝑘 = 0,69 𝑊/𝑚. ℃
𝛼𝑏𝑟𝑖𝑐𝑘 = 5,2. 10−7 𝑚2 /𝑠
23

Solusi:
a) Kalor total yang dilepas hingga mencapai suhu 35℃

𝑄𝑜 = 𝜌. 𝐶. 𝑉. (𝑇𝑖 −𝑇∞ )

= 1600 𝑘𝑔/𝑚3 × 0,84 𝑘𝐽/𝑘𝑔. ℃ × 1,5 𝑚3 × (300℃ − 35℃)

= 534240 𝑘𝐽

b) Waktu yang diperlukan untuk melepas setengah dari kalor total


𝑄 1
( ) = = 0,5
𝑄𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 2
Ketebalan dari tumpukan batu bata ini dilihat dari 2 sisi berbeda (perpotongan 2
plat semi-infinite) berdasarkan prinsip multidimensi, yaitu dengan ketebalan
2𝐿1 = 3 𝑚 dan 2𝐿2 = 0,5 𝑚.
 Untuk plat 1 (𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 = 2𝐿1 = 3 𝑚)
𝐿1 = 1,5 𝑚
ℎ 𝐿1 15 . 1,5
𝐵𝑖 = = = 32,61
𝑘 0,69
 Untuk plat 2 (𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 = 2𝐿2 = 0,5 𝑚)
𝐿2 = 0,25 𝑚
ℎ 𝐿2 15 . 0,25
𝐵𝑖 = = = 5,43
𝑘 0,69

Terdapat persamaan:
𝑄 𝑄 𝑄 𝑄
( ) = ( ) + ( ) [1 − ( ) ] = 0,5
𝑄𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑄𝑜 1 𝑄𝑜 2 𝑄𝑜 1

Dari grafik 4-14 pada buku Heat Transfer (Holman) dilakukan interpolasi terhadap
𝑄 𝑄
nilai (𝑄 ) 𝑑𝑎𝑛 (𝑄 ) sedemikian rupa sehingga memperoleh nilai
𝑜 1 𝑜 2
24

𝑄 𝑄 𝑄
(𝑄 ) mendekati 0,5. Kedua nilai (𝑄 ) 𝑑𝑎𝑛 (𝑄 ) juga harus memiliki nilai
𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜 1 𝑜 2

𝐹𝑜 𝐵𝑖 2 yang sama. Hasil interpolasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:


𝑄 𝑄 𝑄
( ) ( ) ( ) 𝐹𝑜 𝐵𝑖 2
𝑄𝑜 1 𝑄𝑜 2 𝑄𝑜 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0,08 0,45 0,5 9

Dari nilai 𝐹𝑜 𝐵𝑖 2 yang telah didapat, dicari nilai t (waktu):


ℎ2 𝛼 𝑡
𝐹𝑜 𝐵𝑖 2 =
𝑘2
152 (5,2 . 10−7 ) 𝑡
9=
0,692
𝑡 = 36621 𝑠 = 10 𝑗𝑎𝑚

c) Suhu di pusat tumpukan pada saat t = 10 jam


 Plat 1 (𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 = 2𝐿1 = 3 𝑚)
𝛼𝑡 5,2 . 10−7 . 36621
𝐹𝑜 = = = 8,46 . 10−3
𝐿1 2 1,52
1 1
= = 0,031
𝐵𝑖 32,61
𝑥
=0
𝐿

𝜃 𝜃𝑜
Dari grafik 4-10 diperoleh 𝜃 = 1 𝑑angrafik 4-7 diperoleh = 0,8
𝑜 𝜃𝑖

𝜃 𝜃 𝜃𝑜
( ) = ( ) × ( ) = 1 × 0,6 = 0,6
𝜃𝑖 2 𝜃𝑜 2 𝜃𝑖 2
Jadi,
𝜃 𝜃 𝜃
( ) = ( ) × ( ) = 0,8 × 0,6 = 0,48
𝜃𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝜃𝑖 1 𝜃𝑖 2
𝑇−𝑇∞
= 0,48
𝑇𝑖 −𝑇∞
𝑇 − 35
= 0,48 𝑇 = 162,2℃
300 − 35
25

8. Sebuah lempeng besar terbuat dari tembaga berada pada suhu awal 300ºC.
Suhu permukaan tiba-tiba diturunkan hingga 35ºC. Berapa suhu pada
kedalaman 7,5cm 4menit setelah suhu permukaan diturunkan?
Diketahui :
Ti = 300Oc
To = 35Oc
X = 7,5 cm = 0,075 m
t = 4 menit = 240 s
𝑥 0,075
= = 0,62
2√𝛼𝜏 2√6,676 10−5 x 240

Dari apendiks di dapat :


𝑥
𝑒𝑟𝑓 = 𝑒𝑟𝑓 0,62 = 0,6194 = 0,62
2√𝛼𝜏
𝑥
𝑇 (𝑥, 𝜏) = 𝑇𝑜 + (𝑇𝑖 − 𝑇𝑜) 𝑒𝑟𝑓
2√𝛼𝜏

= 35 + ( 300 − 35)(0,6194)

= 199,141 𝐶𝑒𝑙𝑐𝑖𝑢𝑠
26

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
1. Perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas dari suatu tempat ke
tempat lain tanpa mengalami perpindahan zat
2. Konduksi termal tunak adalah konduksi yang tidak mengalami perubahan seiring
waktu contohnya adalah sistem yang tidak mengalami akumulasi panas. Proses
transien merupakan fenomena yang terjadi pada proses konduksi tak tunak.
3. Beda antara proses konduksi tunak dan proses konduksi tak tunak ialah pada
konduksi panas tunak, suhu suatu benda/objek pada tiap titik tidak berubah
terhadap waktu. Pada masalah konduksi tak tunak, perubahan suhu terhadap
waktu diperhitungkan. Perbedaan paling utama adalah distribusi suhu pada
konduksi tunak tidak bergantung pada waktu dan posisi, sedangkan pada
konduksi tak tunak suhu bervariasi pada tiap waktu dan posisi.
4. Dilihat dari dimensinya konduksi termal dapat dibedakan menjadi konduksi 1
dimensi dan 2 dimensi.

5. Perpindahan kalor satu dimensi dapat dijelaskan dengan Hukum Fourier untuk
mengetahui aliran perpindahan kalor. Perubahan suhu hanya terjadi pada satu
arah koordinat dan perpindahan kalor hanya terjadi pada arah tersebut.
6. Pada peristiwa perpindahan kalor konduksi tunak dalam dimensi rangkap berlaku
 2T  2T
persamaan Laplace :  0 Dengan menganggap
x 2 y 2
konduktivitas termal tetap.
27

Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan metode analitik, numerik, atau grafik.

b. Daftar Pustaka

Cengel, Y. 2006. Heat Transfer 2nd Edition. USA: Mc Graw-Hill


Donal d R.Pitts and Leighton E.Sissom. 1998. Theory and Problems of Heat
Transfer second edition. America : Mc Graw-Hill
Haryanto, Bode dan Zuhrina Masyithah. 2006. Buku Ajar Perpindahan Panas.
Medan: Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik USU
Holman, J.P. 2009. Heat Transfer 10th Edition. New York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai