Sebagai contoh, apabila kita memanaskan air, maka suhu air di bagian
bawah yang paling berdekatan dengan sumber panas akan lebih tinggi
suhunya dibanding air di bagian atas. Perbedaan suhu dan penurunan
densitas air di bagian bawah menyebabkan air cenderung untuk bergerak
ke atas. Pada saat yang sama ketika air bergerak, proses pindah panas
pun terjadi.
Konveksi
Pergerakan fluida dan panas konveksi dari satu tempat ke tempat lain
dapat terjadi dengan dua cara, yaitu secara spontan (bebas, alami) dan
secara paksaan (buatan). Pergerakan secara spontan (alami) terjadi
semata-mata karena adanya perbedaan suhu yang menyebabkan
terjadinya perbedaan densitas sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan pergerakan secara paksaan memerlukan adanya gaya
mekanik, misalnya penggunaan pompa atau kipas untuk mendorong
terjadinya pergerakan fluida.
Pindah panas secara konveksi dimulai dari permukaan bahan yang panas kepada
fluida di atasnya dapat diilustrasikan pada Gambar (sebagai ilustrasi dapat
dibayangkan pada saat memasak air luas permukaan alas adalah panci sedangkan
di bagian atasnya adalah air yang dimasak). Pindah panas dapat dievaluasi
dimana laju perpindahan panas dari permukaan ke fluida dapat dinyatakan
dengan persamaan 1 berikut:
Karena laju aliran panas telah diketahui, maka dapat digunakan persamaan
sebelumnya untuk memperkirakan nilai h sebagai berikut:
𝑞
𝐴 1000 𝑊/𝑚2
ℎ= = 𝑜
= 10 𝑊/𝑚2𝑜𝐶
𝑇𝑝 − 𝑇∞ 120 − 20 𝐶
Penentuan koefisien pindah panas konveksi
Kemudahaan panas mengalir dalam sistem fluida dinyatakan dengan
koefisien pindah panas konveksi yang diberi simbol h dan dinyatakan
dengan satuan W/m2K. Koefisien pindah panas konveksi kadang-kadang
disebut juga koefiesien pindah panas permukaan. Nilai koefisien pindah
panas konveksi yang tinggi menunjukkan tingginya laju pindah panas.
Nilai koefisien pindah panas konveksi akan berbeda-beda yang
tergantung dari jenis fluidanya dan bagaimana konveksi panas dilakukan
(spontan/paksaan) . Konveksi secara paksaan akan memberikan nilai h
yang lebih tinggi daripada konveksi alami. Itulah sebabnya meniupkan
udara di atas kopi panas akan mempercepat proses pendinginan kopi
tersebut.
Koefisien pindah panas konveksi (h) bukan atribut dari benda padat.
Nilai h bergantung pada sifat fluida seperti densitas, panas spesifik,
viskositas, Kecepatan aliran, geometri, dll
Pindah Panas Kombinasi
Apabila panas mengalir dari cairan panas (T1) melalui dinding dengan ketebalan
x, kemudian panas dari sisi dinding yang lain ke cairan yang lebih dingin (Tb),
maka telah terjadi kombinasi pindah panas secara konveksi dan konduksi. Panas
dari cairan di sisi yang lebih tinggi (T1) (sebut sisi I) dengan koefisien pindah
panas konveksi ho ke dinding wadah berlangsung secara konveksi. Selanjutnya
panas menembus dinding wadah dengan konduktivitas panas k secara konduksi
(sebut sisi II). Panas dari dinding yang berbatasan dengan cairan yang lebih
dingin (T1) dengan koefisien pindah panas konveksi h1 akan dipindahkan secara
konveksi (sebut sisi III). Secara matematis, total pindah panas dalam sistem
seperti itu dapat dituliskan dengan persamaan 1. Dalam hal ini, didefinisikan
koefisien pindah panas overall (U) yang merupakan koefisien pindah panas
gabungan antara konveksi (ho dan hi) dan konduksi (k).
1 1 ∆𝑥 1
= + + (8)
𝑈𝑖𝐴𝑖 ℎ𝑖𝐴𝑖 𝑘𝐴𝑙𝑚 ℎ𝑜𝐴𝑜
1 1 ∆𝑥 1
= + + (9)
𝑈 ℎ𝑖 𝑘 ℎ𝑜
Apabila digunakan lebih dari satu lapisan lempeng, maka rumus tersebut dapat
imodifikasi menjadi persamaan 10.
1 1 ∆𝑥 ∆𝑥 ∆𝑥𝑛 1
= + + + ⋯.+ + (10)
𝑈 ℎ𝑖 𝑘1 𝑘2 𝑘𝑛 ℎ𝑜
Dengan persamaan 10 tersebut, maka nilai U dapat ditentukan dan dapat digunakan
untuk menghitung total panas yang mengalir secara konduksi dan konveksi dengan
memasukkannya pada persamaan 1. Persamaan-persamaan tersebut dapat
divariasikan untuk menentukan suhu-suhu di masing-masing sisi, ketebalan bahan yang
mengalami pindah panas konduksi, dsb.
Contoh 1
Sebuah freezer berukuran 4x6 m3 dengan tinggi 3 m. Dinding dan atap memiliki
ketebalan stainless steel sebesar 1.7 mm (k=14.2 W/mK), tebal insulator A
(k=0.034 W/mK) sebesar 10 cm, insulator B (k=0.043 W/mK) dan 1.27 cm insulator
C (k=0.43 W/mK). Bagian dalam freezer diset pada suhu (T2) -40oC. Lingkungan
udara di luar freezer adalah 32oC (T1). Koefisien pindah panas (h=5 W/m2K) pada
sisi dinding isolator C dan 2 W/m2K pada sisi stainless steel. Udara luar memiliki
titik embun (T) 29oC. Hitunglah ketebalan insulator B yang akan mencegah
kondensasi di luar dinding?
Luar
Dalam T1= 32oC,
SS = 1,7 cm A = 10 cm B = x cm
T2 = -40oC, KSS = 14,2 KA = 0,034 KB = 0,043
C = 1,27 cm
KC = 0,43 h1 = 5 W/m2K
h2 = 2 W/m2K
1 1 ∆𝑟 1
= + + (11)
𝑈 ℎ𝑖 𝑘 ℎ𝑜
Atau secara umum dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
1 1 ∆𝑟 1
= + + (12)
𝑈𝑖𝐴𝑖 ℎ𝑖𝐴𝑖 𝑘𝐴𝑙𝑚 ℎ𝑜𝐴𝑜
Dimana :
(𝐴𝑜 − 𝐴1)
𝐴𝑙𝑚 = (13)
𝐴
ln 𝐴𝑜
𝑖
Bila jumlah lapisan bahan lebih dari satu dan dengan konduktivitas panas yang
berbeda, maka persamaan 12 dapat dituliskan dengan persamaan 14.
Perhitungan nilai U didasarkan pada diameter silinder bagian luar.
Terdapat 3 hambatan yang dialami selama proses pindah panas melalui heat
exchanger: 2 konveksi dan 1 konduksi. Dalam hal ini: ro = 1,2701 cm = 1,2701x10-2
m dan r1 = 1,105 cm = 1,105x10-2 m. Nilai 1/U dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 14.
1 1 𝑟𝑜 𝑙𝑛 (𝑟𝑜Τ𝑟𝑖) 𝑟𝑜
= + +
𝑈𝑜 ℎ𝑜 𝑘 𝑟𝑖ℎ𝑖
Suhu pada dinding tabung sebelah dalam dapat dihitung sebagai berikut:
Jika: Tf = suhu fluida di dalam tube dan Tw = suhu pada dinding tabung, maka:
1 1 𝑟𝑖 𝑙𝑛 (𝑟𝑜Τ𝑟𝑖) 𝑟𝑖 1 1 𝑟𝑜 𝑙𝑛 (𝑟𝑜Τ𝑟𝑖) 𝑟𝑜
= + + = + +
𝑈𝑖 ℎ𝑖 𝑘 𝑟𝑜ℎ𝑜 𝑈𝑜 ℎ𝑜 𝑘 𝑟𝑖ℎ𝑖