Anda di halaman 1dari 12

METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi

ZULFIKAR, ST. MT.

BAB VI
BAB 6. ANALISA PERPINDAHAN PANAS SATU DIMENSI

Tujuan Instruksional Umum

1. Mahasiswa memahami analisa perpindahan panas satu dimensi dengan

menggunakan MEH.

2. Mahasiswa mampu menyusun matrik kekakuan global elemen pada

kasus perpindahan panas.

3. Mahasiswa memahami dan mampu menyusun kondisi batas pada

kasus analisa perpindahan panas dengan MEH.

6.1. Pendahuluan

Tujuan utama bab ini ialah memperkenalkan analisa satu dimensi

untuk kasus-kasus perpindahan panas. Meskipun secara fisik tidak benar-

benar menggunakan analisa satu dimensi, tetapi sebagai titik awal

pembelajaran analisis metode elemen hingga maka pendekatan prilaku sistim

analisis satu dimensi dapat dipergunakan. Pendekatan ini dapat menjadi dasar

analisis dari tingkat yang lebih mudah hingga yang rumit.

6.2. Konstanta-konstanta Thermal

Selama mempelajari perhitungan metode elemen hingga untuk kasus

struktur, persamaan konstanta kekakuan elemen yang digunakan hanyalah

satu. Dengan demikian perhitungan struktur tersebut lebih mudah dipahami

dan dikerjakan. Sebaliknya, pada perhitungan metode elemen hingga kasus

perpindahan panas, persamaan konstanta-konstanta yang digunakan cukup

53
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

banyak. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan ikut mempengaruhi

perpindahan panas yang terjadi pada suatu benda.

Perpindahan panas pada suatu benda dapat terjadi melalui 3 (tiga) cara

dasar, yaitu:

1. Perpindahan panas konduksi

2. Perpindahan panas konveksi

3. Perpindahan panas radiasi

Pada bab ini kita tidak akan membahas mengenai definisi ketiga jenis

perpindahan panas tersebut, akan tetapi yang dibahas adalah persamaan

kekakuan elemen untuk ketiga jenis perpindahan panas tersebut pada suatu

benda serta berbagai efek lainnya.

Persamaan kekakuan elemen untuk jenis perpindahan panas konduksi

pada suatu benda terdiri dari tiga komponen utama, yaitu luas penampang

elemen yang mengalami pemanasan (A), koefisien konduktifitas panas pada

arah sumbu x (Kxx) dengan satuan kW/m.K (metric) atau Btu/h-ft-oF (british),

dan panjang elemen tersebut (L) yang disusun berdasarkan persamaan 6.1a.

Persamaan matriks kekakuan elemennya disusun dengan menggunakan

persamaan 6.1b.

஺௄ೣೣ
k= (6.1a)

1 −1
[kc] = ݇ ቂ ቃ (6.1b)
−1 1

54
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

Persamaan kekakuan elemen pada perpindahan panas secara konveksi

terdiri dari komponen-komponen: konstanta perpindahan panas konveksi (h)

dalam satuan W/m2.K (metric) atau Btu/h-ft2-oF (british), P ialah keliling dari

luas penampang elemen, dan L ialah panjang elemen. Persamaan matriks

kekakuan elemen pada perpindahan panas secara konveksi disusun

berdasarkan persamaan 6.2.

௛௉௅ 2 1
[kh] = ቂ ቃ (6.2)
଺ 1 2

Persamaan matriks kekakuan pada suatu elemen merupakan jumlah

keseluruhan perpindahan panas yang mempengaruhi elemen tersebut.

Dengan kata lain, konstanta kekakuan elemen total merupakan jumlah antara

konstanta kekakuan perpindahan panas konduksi dan konveksi, seperti

dituliskan pada persamaan 6.3.

[k] = [kc] + [kh]

஺௄ೣೣ 1 −1 ௛௉௅ 2 1
[k] = ቂ ቃ+ ቂ ቃ (6.3)
௅ −1 1 ଺ 1 2
Persamaan 6.3 hanya berlaku pada elemen bagian dalam dari suatu

batang atau benda. Sementara, untuk elemen bagian ujung batang, apabila

dipengaruhi oleh panas konveksi, maka persamaan 6.3 tidak lagi dapat

dipergunakan. Persamaan matrik perpindahan panas konveksi pada elemen

bagian ujung batang mengikuti persamaan 6.4a. Variabel A ialah luas

penampang elemen pada bagian ujung batang.

55
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

0 0
[kh]ujung = hAቂ ቃ (6.4a)
0 1

Konstanta kekakuan elemen total pada bagian ujung batang merupakan

jumlah antara konstanta kekakuan perpindahan panas konduksi [kc] dan

konveksi ujung [kh]ujung, seperti dituliskan pada persamaan 6.4b.

[k] = [kc] + [kh]ujung

஺௄ೣೣ 1 −1 0 0
[k] = ቂ ቃ + ℎ‫ ܣ‬ቂ ቃ (6.4b)
௅ −1 1 0 1

Satuan-satuan yang digunakan pada kasus analisa perpindahan panas

diperlihatkan pada tabel 6.1. Beberapa nilai tipikal konduktifitas panas untuk

beberapa bahan padat dan cairan diperlihatkan pada tabel 6.2. Nilai jangkauan

pendekatan koefisien konveksi untuk bahan udara (air) dan air (water) pada

berbagai variasi kondisi konveksi diperlihatkan pada tabel 6.3.

Tabel 6.1. Satuan jenis untuk perpindahan panas

56
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

Tabel 6.2. Konduktifitas panas tipikal untuk beberapa benda padat dan
cairan

Tabel 6.3. Nilai pendekatan dari koefisien perpindahan panas koveksi

6.3. Sumber-sumber Thermal {F}

Pada perhitungan metode elemen hingga untuk kasus struktur,

variabel F pada persamaan umum kekakuan elemen ialah gaya eksternal yang

dikenai pada suatu struktur atau batang. Berbeda halnya dengan kasus

perpindahan panas, variabel F ialah sumber-sumber thermal yang dikenai

pada suatu batang atau benda. Beberapa variabel yang termasuk sebagai

sumber thermal pada kasus analisa perpindahan panas antara lain: sumber

panas (Q), flux panas (q*), dan panas konveksi lingkungan (T∞). Q adalah

sumber panas yang dibangkitkan per satuan waktu per satuan volume. Satuan

Q ialah kW/m3 atau Btu/(h-ft3). Heat flux q* ialah laju perpindahan energi

57
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

panas yang diberikan pada suatu permukaan per satuan waktu. Heat flux

memiliki satuan kW/m2 atau Btu/(h-ft2). Panas konveksi ialah panas yang

dihasilkan akibat adanya perpindahan panas secara konveksi. Satuan suhu

konveksi untuk satuan SI metrik ialah oC atau K dan untuk satuan British (US

Customary) ialah oF atau oR. Oleh karena itu persamaan matriks pada sumber

thermal (F) pada analisa perpindahan panas disusun atas ketiga faktor

tersebut di atas dan memenuhi persamaan 6.5. Persamaan ini hanya berlaku

pada bagian dalam batang atau benda. Sedangkan khusus untuk bagian ujung

batang, persamaan sumber thermalnya mengikuti persamaan 6.6.

ொ஺௅ ା ௤∗௉௅ ା ௛்ಮ ௉௅ 1


{f} = ቄ ቅ (6.5)
ଶ 1
0
{f}ujung = hT∞A ቄ ቅ (6.6)
1

6.3. Latihan Perhitungan

Setelah teori dan persamaan-persamaan yang dipergunakan dalam

perhitungan metode elemen hingga untuk kasus perpindahan panas dibahas

pada sub bab sebelumnya, maka untuk lebih memberikan pemahaman yang

kemprehensif, pada sub bab ini akan dikerjakan sebuah latihan sederhana

kasus perpindahan panas. Pada kasus ini, perhitungan sederhana perpindahan

panas hanya melibatkan pindahan panas konduksi dan konveksi.

Sebuah dinding oven industri terdiri dari tiga bahan yang berbeda

seperti diperlihatkan pada gambar 6.1. Dinding lapisan pertama (bagian kiri)

tersusun dari semen tahan api dengan ketebalan 5 cm dan konduktifitas panas

58
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

k1 = 0,08 W/moC. Dinding lapisan kedua dibuat dari susunan asbes dengan

ketebalan 15 cm dan konduktifitas panas k2 = 0,074 W/moC. Bagian luar

disusun dari bahan bata tahan api dengan ketebalan 10 cm dan konduktifitas

panas k3 = 0,072 W/moC. Suhu pada bagian dalam oven ialah 200 oC dan pada

bagian luar terdapat panas konveksi dengan suhu 30 oC dan koefisien konveksi

40 W/m2 oC. Tentukanlah distribusi suhu disepanjang dinding tersebut!

T1 = 200 oC k1 k2 k3 T∞ = 30 oC

h = 40 W/m2.K

Gambar 6.1. Dinding komposit lapisan penutup Oven Induksi

Penyelesaian

Buatlah tabel variabel-variabel yang diketahui untuk memudahkan

perhitungan metode elemen hingga sebagai berikut:

59
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

Buatlah analogi pegas susunan dinding tersebut agar diketahui kondisi

masing-masing elemen dan nodal.

k1 k2 k3
T4
T1
h
1 2 3 4

Jika kita perhatikan dengan teliti pada analogi pegas tersebut, terlihat bahwa

pada nodal 1, 2, dan 3 hanya dipengaruhi oleh perpindahan panas secara

konduksi. Dengan demikian persamaan kekakuan elemen yang digunakan

ialah persamaan 6.1a dan persamaan matriks yang dipergunakan ialah

persamaan 6.1b. Sementara pada nodal 4, selain terjadi perpindahan panas

konduksi, pada nodal ini terjadi juga perpindahan panas secara konveksi.

Persamaan yang dipergunakan ialah persamaan 6.4a dan 6.4b. Perlu diingat

bahwa perpindahan panas terjadi pada ujung batang (persamaan 6.4a).

Apabila tidak diketahui ukuran penampang dari dinding seperti pada latihan

ini, maka luas penampang dapat diasumsikan A = 1 m2.

60
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

Setelah kondisi elemen dan nodal diketahui, selanjutnya buatlah tabel

perhitungan nilai kekakuan masing-masing elemen berdasarkan persamaan-

persamaan tersebut, sebagai berikut:

Tabel koefisien konduksi dan konveksi pada elemen

Tabel sumber panas (F) pada elemen

Selanjutnya, susun persamaan matriks kekakuan globalnya dengan

menggunakan persamaan 6.1b untuk elemen 1 dan 2, dan persamaan 6.4b

untuk elemen 3. Demikian juga untuk persamaan matriks sumber panas (F)

menggunakan persamaan 6.5 untuk elemen 1 dan 2, dan persamaan 6.6 untuk

elemen 3.

Kondisi batas pada kasus ini ialah suhu pada bagian dalam oven telah

diketahui sebesar t1 = 200 oC. Dengan demikian, setiap persamaan linear yang

terdapat dalam persamaan matriks tersebut akan memiliki nilai t1 = 200 oC

61
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

juga. Pada persamaan matriks tersebut di atas, persamaan baris kedua dari

atas mengandung nilai t1, sehingga nilai tersebut harus dipindahkan ke ruas

kanan setelah tanda sama dengan. Proses aljabarnya adalah sebagai berikut:

(-1.6 x t1) + 2,09t2 – 0,49t3 = 0

(-1,6 x 200) + 2,09t2 – 0,49t3 = 0

2,09t2 – 0,49t3 = 320

Selanjutnya masukkan kembali hasil perhitungan tersebut ke dalam

persamaan matriks sehingga diperoleh susunan matriks baru sebagai berikut:

Karena persamaan baris pertama dari atas pada persamaan matriks tersebut

telah diketahui hasilnya, yaitu t1 = 200 oC, maka baris pertama dan kolom

pertama pada persamaan matriks tersebut dapat dieliminasi untuk sementara

waktu. Dengan diperoleh persamaan matriks yang baru yang berordo 3x3,

sebagai berikut:

Langkah terakhir ialah lakukan eliminasi Gauss-Jordan untuk mendapatkan

distribusi suhu pada masing-masing nodal, sebagai berikut:

62
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

Dengan demikian diperoleh hasil sebagai berikut:

t1 = 200 oC

t2 = 173,868 oC

t3 = 89,1161 oC

t4 = 31.0453 oC

Apabila diperhatikan hasil perhitungan tersebut, distribusi suhu yang terjadi

disepanjang dinding oven harus berkisar antara 30 oC hingga 200 oC. Apabila

ada nilai suhu yang lebih kecil atau lebih besar dari kisaran nilai tersebut,

maka kemungkinan perhitungan metode elemen hingganya telah mengalami

kesalahan.

63
METODE ELEMEN HINGGA: Dasar-dasar Analisa Dua Dimensi
ZULFIKAR, ST. MT.

LATIHAN BAB 6

6.1. Untuk batang gabungan seperti diperlihatkan pada gambar L6.1,

tentukan besarnya suhu pada masing-masing sambungan. K1 = 200

W/(m.oC), K2 = 100 W/(m.oC), K3 = 50 W/(m.oC). Luas penampang

batang A = 0,1 m2. Pada ujung kiri batang terdapat suhu tetap 100 oC

dan pada ujung kanan terdapat suhu tetap 300 oC.

Gambar L6.1

6.2. Untuk batang satu dimensi seperti diperlihatkan pada gambar L6.2

(ujung batang tidak diisolasi), tentukan suhu pada L/3, 2L/3, dan L. Kxx

= 3 Btu/(h-in.-oF), h = 1,0 Btu/(h-in.-oF), dan Tω = 0 oF. Suhu pada ujung

kiri batang adalah 200 oF.

Gambar L6.2

64

Anda mungkin juga menyukai