ID Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan 3 PDF
ID Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan 3 PDF
2, Mei 2014
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. K.S TubunNo. 5, Subang, Jawa Barat, 41213
Email: paramatirtawwk@gmail.com
ABSTRAK
Pengolahan jagung menjadi mie dapat menjadi peluang usaha untuk meningkatkan nilai tambah jagung dan juga
menjadikan diversifikasi olahan pangan non gandum dan non beras. Penggunaan jagung sebagai bahan baku mie
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu, bahan
baku utama pembuatan mie pada umumnya. Oleh karena itu, kajian finansial terhadap pengembangan usaha produksi
mie berbasis jagung menjadi sangat strategis. Dari perhitungan analisa finansial diperoleh hasil Net Present Value
bernilai positif sebesar Rp 34.668.709, Internal Rate of Return sebesar 59,19 %, Payback Periode selama 13 bulan,
rasio B/C sebesar 1,3 apabila asumsi yang direncanakan terpenuhi. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan
pendapatan 5% dan kenaikan biaya operasional 5% berpengaruh terhadap kelayakan proyek. Dari pertimbangan kriteria
investasi di atas menunjukkan bahwa kegiatan usaha produksi mie jagung instan layak untuk dijalankan selama proyek
berjalan sesuai dengan asumsi dan parameter teknis yang ditentukan.
Kata kunci: Jagung, mie, analisis finansial
ABSTRACT
Corn processing into noodles not only for increasing the value to this commodity but also could be a business
opportunity. More over also develop the diversification non wheat and non rice product or food. Used corn as a raw
material noodles is one of the efforts to reduce reliance on wheat flour, the mainly raw material for noodle. Therefore,
the financial assessment of the development of the noodles based on corn is very strategic. The result showed that the
financial feasibility are Net Present Value is positive amounted Rp 34.772.903, Internal Rate of Return of 59.19%,
Payback Periode for 13 months, Net B/C ratio by 1.3, and Sensitivity analysis showed that the 5% decrease in revenue
and 5% increase in operating expenses, effect on the viability of the project. From the above considerations investment
criteria, indicates that the business of instant noodle based on corn is feasible to run.
Keywords: Corn, noodle, financial analysis
194
AGRITECH, Vol. 34, No. 2, Mei 2014
perencanaan usaha maka pengumpulan data yang sesuai indeks glikemik yang rendah sehingga baik untuk dikonsumsi
dengan kondisi terkini merupakan kebutuhan mutlak dalam penderita diabetes (Putra, 2009).
kelayakan finansial. Kesalahan dalam penentuan asumsi Teknologi proses dan teknologi peralatan produk
teknologi produksi, ketersediaan bahan baku dan fluktuasi mie berbasis jagung telah dikembangkan oleh Balai Besar
harganya, sensitivitas biaya operasional, perkiraaan tenaga Pengembangan Teknologi Tepat Guna-Lembaga Ilmu
kerja dapatmenyebabkan ketidaktepatan analisis sehingga Pengetahuan Indonesia (BBPTTG-LIPI) sejak tahun 2011
apabila rencana tersebut direalisasikan berpotensi merugi. mulai dari skala laboratorium hingga skala pilot. Metode
Jagung merupakan salah satu komoditas lokal Indonesia yang digunakan dalam pembuatan mie jagung adalah metode
yang dapat diandalkan untuk menyokong ketahanan pangan. pemadatan adonan, pembentukan lembaran dan untaian
Komoditi pangan Indonesia ini memiliki volume produksi (sheeting sliting method). Bahan adonan dikukus terlebih
per tahun yang mencapai 12,45 juta ton pipilan kering. dahulu menggunakan dandang pengukus kemudian dilakukan
Produksinya meningkat dari 11,61 juta ton pada tahun 2006 pengadonan dengan mixer. Sebelum dibentuk lembaran,
menjadi 15,6 juta ton pada tahun 2008 menurut data BPS adonan dipadatkan terlebih dahulu. Proses pembuatan mie
(2008). Jumlah produksi dan tingginya produktivitas jagung jagung membutuhkan modifikasi proses karena karakteristik
dapat dilihat pada Tabel 1. bahan baku mie jagung berbeda dengan mie gandum. Terigu/
gandum mengandung gluten yang menyebabkan sifat fisik
Tabel 1. Produktivitas, produksi dan luas panen jagung di mie kenyal dan tidak mudah putus. Untuk mendapat sifat fisik
Indonesia pada tahun 2010-2012 yang mendekati dengan mie gandum maka adonan mie jagung
harus dipadatkan terlebih dahulu dengan mesin pemadat
Produktivitas Produksi Luas panen adonan kemudian dibentuk lembaran dan diiris menjadi
Tahun
(Ku/Ha) (Ton) (Ha) untaian mie menggunakan mesin pencetak mie. Tahapan
2010 44 18.327.636 4.131.676 proses terakhir adalah penginstanan mie dengan metode deep
2011 46 17.643.250 3.864.692 frying dan pengemasan.
2012 48 18.961.645 3.966.579 Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kelayakan
teknis produksi antara lain kebutuhan tenaga kerja, ruang
produksi, mesin peralatan, dan lain-lain. Untuk menunjang
Jagung merupakan komoditas strategis dalam keberhasilan pengembangan teknologi maka selain aspek
pembangunan pertanian dan perekonomian Indonesia, karena kelayakan teknis juga perlu dilakukan analisis kelayakan
komoditas ini memiliki fungsi ganda yaitu untuk pangan dan aspek finansial untuk mengetahui apakah teknologi mie
pakan. Penggunaan jagung untuk pangan di Indonesia telah berbasis jagung menguntungkan atau tidak.
mencapai 50 persen dari total kebutuhan (Widowati, 2012).
Pengolahan jagung menjadi produk mie berpotensi
menjadi peluang usaha untuk meningkatkan nilai tambah METODE PENELITIAN
jagung dan diversifikasi olahan pangan non gandum dan
non beras. Penggunaan jagung sebagai bahan baku mie Lokasi dan Waktu Kegiatan
dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor gandum. Penelitian dilakukan di Laboraturium Pengolahan
Berdasarkan data susenas tahun 2005, selama rentang waktu Pangan Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna-
5 tahun terjadi peningkatan konsumsi mie instan sebesar LIPI Subang.
62,26% pada rumah tangga rawan pangan di Indonesia. Produk
mie sudah menjadi bahan makanan utama kedua setelah beras Bahan dan Peralatan
bagi masyarakat Indonesia (Saliem dan Ariningsih, 2005). Bahan yang digunakan dalam kajian finansial
Hasil kajian preferensi konsumen terhadap produk pengembangan usaha mie berbasis jagung adalah bahan-
olahan non-beras menunjukkan bahwa konsumen sangat bahan produksi antara lain tepung jagung, garam, guargum,
menyukai produk olahan jagung termasuk mie dari jagung. air, dan minyak beku/shortening. Sedangkan mesin peralatan
Segmen konsumen mie jagung juga sangat luas, karena mie produksi yang digunakan antara lain : timbangan, dandang
jagung dapat dikonsumsi oleh semua kalangan usia dari anak- pengukus, kompor gas, mixer, mesin pemadat adonan, mesin
anak hingga dewasa. Mie jagung juga memiliki keunggulan, pencetak mie (sheeting slitting), wajan penggoreng, sealer,
yaitu mengandung karotenoid yang dapat menjadi sumber dan lain-lain. Bahan dan peralatan tersebut dibutuhkan
vitamin A. Karotenoid berperan sebagai pewarna kuning untuk percobaan proses produksi agar dapat diperoleh data
alami, sehingga formula mie jagung tidak memerlukan dan asumsi yang nantinya digunakan dalam perhitungan
penambahan pewarna sintesis. Selain itu mie jagung memiliki kelayakan finansial.
195
AGRITECH, Vol. 34, No. 2, Mei 2014
196
AGRITECH, Vol. 34, No. 2, Mei 2014
Suatu rancangan usaha dikatakan layak ketika nilai IRR lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
besar daripada Marginal Avarage Revenue Return (MARR).
Penentuan MARR dapat dihitungan seperti pada persamaan Analisis kelayakan finansial usaha mie jagung instan
berikut (Kusumanto, 2008) : terdiri dari perkiraan modal investasi, perkiraan biaya
MARR = (1 + i) (1 + f) - 1 (6) produksi, perhitungan nilai impas/Break Even Point,
Dimana : i = suku bunga investasi perkiraan pendapatan, penyusunan aliran kas, penentuan
f = inflasi tertinggi kriteria investasi (Net Present Value, Internal Rate of Return,
Pay Back Period, B/C ratio), dan analisis sensitivitas rencana
Estimasi jangka waktu pengembalian investasi suatu investasi terhadap kenaikan biaya produksi dan penurunan
industri
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡dapat
�𝐶
= ditunjukkan
atau 𝐵𝐸𝑃dengan
�𝐶
𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ perhitungan
= 𝑉𝐶� Payback pendapatan.
𝑃−𝑉𝐶 1− 𝑃
Period (Fazwa dkk., 2001). Payback periode adalah waktu
Biaya Investasi
minimum untuk mengembalikan
𝑛 (𝐵𝑡−𝐶𝑡)
investasi awal dalam bentuk
aliran=kas∑𝑡=1
𝑁𝑃𝑉 yang(1+𝑖)
didasarkan
𝑡 atas total penerimaan dikurangi Biaya investasi adalah biaya tetap yang besarnya tidak
semua biaya (Erlina, 2006). dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Investasi
yang dibutuhkan untuk merealisasikan proyek/usaha mie
𝐼𝑛���𝑡𝑎�𝑖 𝑎�𝑎�
𝑃𝐵𝑃 =
𝑃�𝑛�𝑟𝑖�𝑎𝑎𝑛 𝑝�𝑟𝑖���
× 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 (7) jagung instan adalah sebesar Rp 21.082.000,00 terdiri dari
investasi peralatan produksi dan peralatan pendukung. Mesin
�𝐶
Suatu=usaha
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 dikatakan
atau 𝐵𝐸𝑃layak nilai�𝐶
jika =
𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ payback period peralatan produksi yang dibutuhkan antara lain : timbangan,
𝑃−𝑉𝐶
𝑛 1−𝑉𝐶�𝑃
B/CRatio
lebih kecil=atau
∑𝑡=1sama umur𝑡 investasi
− 𝐶𝑡)⁄(1 + 𝐼𝑅𝑅)
(𝐵𝑡 dibandingkan usaha. dandang pengukus, kompor gas, mixer, mesin pemadat
(𝐵𝑡−𝐶𝑡) adonan, mesin pencetak untaian mie (sheeting slitting), wajan
𝑛 �𝐶
𝐵𝐸𝑃 = ∑=
𝑁𝑃𝑉 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡=1 (1+𝑖)atau
Perhitungan 𝑡rasio 𝐵𝐸𝑃
B/C𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ
�𝐶
= 1−𝑉𝐶�perbandingan
merupakan penggorengan (deep fryer), sealer. Peralatan tersebut adalah
𝑃−𝑉𝐶
antara penerimaan total dan biaya total, yang 𝑃menunjukkan peralatan utama yang dibutuhkan untuk memproduksi mie
nilai penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang jagung instan, sedangkan peralatan pendukung lainnya antara
𝐼𝑛���𝑡𝑎�𝑖 𝑎�𝑎�
𝑃𝐵𝑃 = 𝑃�𝑛�𝑟𝑖�𝑎𝑎𝑛
dikeluarkan. Proyek𝑝�𝑟𝑖��� × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
dinyatakan layak apabila rasio B/C ≥ 1 lain sendok, baskom, mangkuk, serbet, kain saring, loyang,
(Surahman dkk1, 2008). dan lainnya seperti pada Tabel.2.
�𝐶 �𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡
Dimana
𝑃−𝑉𝐶
atau 𝐵𝐸𝑃kotor
: =Bt = Keuntungan 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = 1−
tahun ke-t
𝑉𝐶�
𝑃
N = Umur ekonomi
Ct = Biaya kotor tahun ke-t
Peralatan produksi
Biaya Umur mesin Salvage Penyusutan Biaya
No. Kebutuhan Mesin Jumlah Satuan
Investasi (bulan) value (bulan) Pemeliharaan
1 Timbangan Digital 1 unit 2.000.000 120 150.000 15.417 8.333
2 Dandang pengukus 2 buah 500.000 60 - 8.333 2.083
3 Kompor gas 1 unit 250.000 60 - 4.167 1.042
4 Tabung gas 1 buah 350.000 120 300.000 417 1.458
5 Verticalmixer 1 unit 6.000.000 120 500.000 45.833 25.000
6 Mesin pemadat adonan 1 unit 4.500.000 60 100.000 73.333 18.750
7 Mesin pembentukan mie 1 unit 5.000.000 120 500.000 37.500 20.833
8 Wajan penggorengan 2 buah 500.000 60 - 8.333 2.083
9 Plasticsealer 1 unit 400.000 60 - 6.667 1.667
Total Biaya Investasi 19.500.000 200.000 81.250
197
AGRITECH, Vol. 34, No. 2, Mei 2014
Peralatan pendukung
Bahan pendukung
No Jenis bahan Jumlah Satuan Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 Bahan bakar LPG 2 tabung 15 kg 85.000 170.000
2 Tisue 4 pack 6.000 24.000
3 Kemasan plastik dan label 4896 pcs 400 1.958.400
4 Bahan sanitasi peralatan 1 kemasan 200 ml 8.000 8.000
Total 2.152.400
198
AGRITECH, Vol. 34, No. 2, Mei 2014
199
AGRITECH, Vol. 34, No. 2, Mei 2014
Tabel 7. Proyeksi produksi dan penjualan mie jagung instan dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas
masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek.
Output produksi/tahun Harga Nilai /bulan
Uraian IRR digunakan untuk menghitung besarnya rate of return
(kemasan) (Rp) (Rp)
yang sebenarnya (Sulisyanto, 2010).
Mie jagung
57600 3.100 14.136.000
instan Tabel 9. Kriteria investasi proyek mie berbasis jagung
Total pendapatan kotor/tahun 169.632.000
Sumber: Olah data penelitian BBPTTG-LIPI (2012) Tahun ke- Aliran kas (Rp)
0 (32.237.301)
Proyeksi Laba Rugi dan Titik Impas/BreakEventPoint 1 10.321.218)
Proyeksi laba/rugi dilakukan untuk mengetahui tingkat 2 31.797.736)
profitabilitas dari rencana kegiatan investasi. Perhitungan 3 53.274.255)
laba/rugi didapat dari selisih penerimaan dan pengeluaran. NPV 32.668.709)
Dari perhitungan laba/rugi rencana investasi usaha mie jagung IRR (%) 59,19)
instan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 2.463.079,00/ MARR (%) 14)
bulan. Titik impas adalah suatu titik jumlah produksi atau Rasio B/C 1,3)
penjualan yang harus dilakukan agar biaya yang dikeluarkan
PP 13 bulan
dapat tertutupi kembali atau nilai dimana profit yang diterima
Keputusan layak dijalankan
UKM adalah nol. Dari perhitungan nilai impas/BEP diperoleh
Sumber : Olah data penelitian BBPTTG-LIPI (2012)
hasil : proyek/usaha mie jagung instan akan BEP apabila
memproduksi dan menjual mie jagung instan sebanyak 28.277
Dari hasil perhitungan diperoleh NPV bernilai positif >
kemasan atau senilai Rp 87.658.845,00.
0 yaitu sebesar Rp 32.668.709,00. Nilai tersebut menunjukkan
Tabel 8. Proyeksi laba rugi usaha mie jagung instan bahwa investasi yang ditanam sampai 3 tahun mendatang
akan diperoleh manfaat bersih dinilai saat ini sebesar Rp
No. Uraian Rata-rata (Rp) 32.668.709,00. IRR sebesar 59,19% yang artinya usaha ini
1 Pendapatan 14.136.000 dapat mengembalikan modal hingga tingkat bunga pinjaman
Biaya operasional (biaya tetap, 59,19% per tahun. Rasio B/C sebesar 1,3 yang merupakan
2 biaya variabel, biaya semi 11.155.301 perbandingan antara total nilai saat ini dari penerimaan yang
variabel) bersifat positif (net benefit positif) dengan total nilai saat ini
3 Laba kotor 2.980.699 dari penerimaan yang bersifat negatif (net benefit negatif),
4 Laba sebelum pajak 2.980.699 berarti bahwa setiap pengeluaran Rp 1,00 akan mendapatkan
Biaya penyusutan 243.944 benefit sebesar Rp 1,30. Periode pengembalian usaha produksi
5 Laba kena pajak 2.736.755 mie berbasis jagung lebih kecil dari umur proyek yaitu selama
Pajak (10%) 273.675 13 bulan. Dari kriteria investasi di atas maka rencana investasi
6 Laba bersih 2.463.079 usaha mie jagung instan layak dijalankan.
7 Profit margin (%) 17,4
Analisa Sensitivitas
Sumber: Olah data penelitian BBPTTG-LIPI (2012)
Analisa sensitivitas merupakan analisa yang dilakukan
Aliran Kas (Cashflow) dan Kriteria Investasi untuk melihat sensitivitas proyek yang hendak dilakukan
Aliran kas terdiri dari aliran kas masuk dan kas keluar. terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama
Komponen aliran kas masuk terdiri dari pendapatan hasil berjalannya waktu investasi. Analisa sensitivitas dilakukan
penjualan produk, sedangkan kas keluar terdiri dari biaya dengan cara mengubah variabel yang dapat mempengaruhi
invetasi, biaya operasional, pembayaran angsuran pinjaman usaha dengan demikian dapat dilihat sejauh mana proyek yang
kredit bank, dan pajak penghasilan. Untuk mengetahui akan dijalankan tersebut dapat bertahan. Pada analisa mie
kelayakan rencana investasi dilakukan perhitungan NPV, jagung instan dilakukan perubahan pada variabel pendapatan
IRR, PBP dan rasio B/C. Analisis NPV dilakukan untuk dan biaya operasional produksi. Skenario I : pendapatan
melihat bagaimana nilai investasi dengan mempertimbangkan turun 5 % dan 10 %, Skenario II : kenaikan biaya operasional
perubahan nilai mata uang. NPV merupakan perbedaan antara produksi 5 % dan 10 %. Skenario III : pendapatan turun 5 %
nilai sekarang dari keuntungan dan biaya. IRR pada dasarnya diikuti dengan kenaikan biaya operasional 5 %, pendapatan
merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang turun 10 % diikuti dengan kenaikan biaya operasional 10 %.
200
AGRITECH, Vol. 34, No. 2, Mei 2014
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada setiap skenario Erlina (2006). Analisis perancangan agroindustri berbasis
proyek menghasilkan NPV negatif < 0 yang artinya rencana karet. Jurnal Bisnis dan Manajemen 3(1):73-92.
investasi tidak layak dijalankan. Proyek/usaha mie jagung Fazwa, M.A.F., Fauzi, P.A., Ab, A.G., Rasip dan Noor, M.M.
instan sensitif terhadap perubahan/kenaikan biaya produksi (2001). A preliminary analysis on financial assessment
dan penurunan penjualan. of Citrushystrix (limau purut) grown on plantation
basis, Forest Research Institute Malaysia (FRIM),
KESIMPULAN 52109 Kepong, Selangor Darul Ehsan, Project No. 01-
04-01-0094-EA001.
Dari analisa finansial diperoleh hasil Net Present Value Firmansyah, B.A., Veronika, A. dan Trigunarsyah, B. (2006).
bernilai positif sebesar Rp 32.668.709,00. Internal Rate Risk Analysis in feasibility study of building construction
of Return sebesar 59,19% menunjukkan bahwa tingkat project: case study-PT. Perusahaan gas negara Indonesia.
pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang The Tenth East Asia-Pacific Conference on Structural
ditentukan. Payback Period selama 13 bulan apabila asumsi Engineering and Construction, Bangkok, Thailand
yang direncanakan terpenuhi, Profitability Index sebesar 1,01 Tahun 2006. Bangkok 3-5 Agustus, Thailand.
dan Rasio B/C sebesar 1,3 lebih dari 1 sehingga dari segi Idham, A., Lestari, T. dan Adriani, D. (2010). Analisis finansial
finansial rencana usaha mie jagung layak dijalankan. Analisa sistem usaha tani terpadu (integrated farming system)
sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan 5% berbasis ternak sapi di kabupaten oganilir. Jurnal
dan kenaikan biaya operasional 5% sangat berpengaruh Pembangunan Manusia 6. http://balitbangdasumsel.net/
terhadap kelayakan proyek. Dari pertimbangan kriteria data/download/ 20100414125413.pdf. [3 April 2011].
investasi di atas menunjukkan bahwa kegiatan usaha produksi
Kusuma, P.T.W.W., Arbita, K.D., Putri, S.A. dan Maryani,
mie jagung instan layak untuk dijalankan selama proyek
N.F. (2010). Financial analysis pengembangan usaha
berjalan sesuai dengan asumsi dan parameter teknis yang
kecil menengah (UKM) produsen flakes ubi jalar
ditentukan.
(emergency food) (studi kasus UKM mandiri pangan
mapan makmur, Gunung Kidul). Seminar on Application
DAFTAR PUSTAKA and Research in Industrial Technology 2010 (SMART):
C1-C6. Yogyakarta, 29 Juli 2010 : Universitas Gadjah
Anonim (2009). Pola Pembiayaan Usaha Kecil Mada Yogyakarta.
(PPUK) industri pengolahan nata de coco. Bank
Kusuma, P.T.W.W., Hidayat, D.D. dan Indrianti, N. (2012).
Indonesia Direktorat Kredit, BPR dan UMK.
Analisis kelayakan finansial pengembangan usaha kecil
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/4EA31DE1-
menengah (UKM) nata de coco di Sumedang, Jawa
5 A D 4 - 4 4 6 6 - AC C 0 - 0 A 1 2 6 2 8 B 5 1 6 7 / 1 5 9 8 7 /
Barat. Jurnal Teknotan 6: 670-676.
IndustriPengolahanNatadeCoco.pdf.[7 Februari 2013].
Kusumanto, I. (2008). Net present value (NPV)
Ardana, K.B., Pramudya, M.H. dan Tambunan, A.H. (2008). internal dan rate of return (IRR). http://kuliahft.
Pengembangan tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas umm.ac.id/ pluginfile.php/171/ mod_folder/
L) mendukung kawasan mandiri energi di Nusa Penida, content/1/ Ekonomi%20Teknik/5.%20NPV%20IRR.
Bali. Jurnal Littri 14(4) : 155-161. ppt?forcedownload=1. [28 Agustus 2013].
Blank, L. dan Anthony, T. (2002). Engineering Economy,5thed. McKeough, P., Solantausta, Y., Kyllˆnen, H., Faaij, A.,
Mc.Graw Hill, New York. Hamelinck, C., Wagener, M., Beckman, D. dan
Badan Pusat Statistik (2008). Produktivitas, produsi dan luas Kjellstrom, B. (2005). Techno economic analysis of
panen jagung. http//: bps.go.id/sector/jagung/table1. biotradechains. Upgraded Biofuels from Russia and
shtml. [11 Mei 2008]. Canada to the Netherlands Espoo 2005. Research VTT
Tiedotteita. Research Notes 2312. pp. 25.
De Garmo,E.E., Paul, W.G., Sullivan dan Canada, J.R. (1984).
Mulyono, D.A., Cahyono, F., Astrisatyani, P., Indira, S. dan
Engineering Economic, 7thed. Mac MillanPub.Co, New
Paramitha, Y.B. (2009). Rencana bisnis PT. rencana
York.
bisnis manufaktur dan pemasaran mie jagung kering :
Diatin, I., Sobari, M.P. dan Irianni, R. (2007). Analisis jagung sentosa Indonesia promotinghealthprospering
kelayakan finansial budidaya ikan nila wanayasa pada Wealth.http://xa.yimg.com/kq/ groups/23573409/
kelompok pembudidaya mekarsari. Jurnal Akuakultur 1385402973/name/Jagung+Sentosa+Indonesia+Semin
Indonesia 6(1): 97-102. ar+1.pptx. [28 Agustus 2013].
201
AGRITECH, Vol. 34, No. 2, Mei 2014
National Association of Certified Valuation Analysts (2005). Surahman, D.N., Astro, H.M. dan Priyatna, H. (2007). Nanas
Analysis of the Statement of Cash Flow and Financial dan Produk Olahannya. LIPI Press, Jakarta.
Ratio Analysis, Fundamentals, Techniques and Theory Sutojo, S. (2000). Studi Kelayakan Proyek, Teori dan Praktek.
1995-2005. NACVA, Utah. Gramedia, Jakarta.
Pujawan, I.N.(2004). Ekonomi Teknik. Penerbit Guna Widya,
Wibowo, A. (2006). Mengukur risiko dan atraktivitas investasi
Surabaya.
infrastruktur di Indonesia. Jurnal Teknik Sipil 13: 123-
Putra, G.B. (2009). Analisis Preferensi Pedagang dan 132.
Konsumen Mi Bakso terhadap Mi Basah Jagung
Widowati, S. (2012). Keunggulan jagung QPM (Quality
dengan Teknologi Ekstrusi. Skripsi. Fakultas Teknologi
Protein Maize) dan potensi pemanfaatannya dalam
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
meningkatkan status gizi. Jurnal Pangan 21(2): 171-
Rantala, J., Harstela, V.M., Saarinen dan Tervo, L.(2009). A 184.
Techno-Economic Evaluation of Bracke and M-Planter
Wolf, O.M., Crank M., Patel M., Marscheider-Weidemann
Tree Planting Devices. Research Article the Finnish
F., Schleich J., Hüsing B. dan Angerer G. (2005).
Society of Forest Science ISSN 0037-5330. The Finnish
Techno-economic feasibility of large scale production
Forest Research Institute Silva Fennica: p 43(4).
of bio-based polymersin Europe. Technical Report
Sudaryanto, A., Surahman, D.N. dan Joewenda, J. (2008). Series European Commission. Institute for Prospective
Teknologi Tepat Guna Wilayah Kepulauan. Subang. Technological studies, Joint research, ISBN 92-79-
LIPI Press, Jakarta. 01230-4, Technical Report EUR 22103 EN.
Sudong, Y. dan Tiong, R.L.K.(2002). NPV-at risk method in Saliem dan Ariningsih (2005). Perubahan Konsumsi dan
infrastructure project investment evaluation. Journal Pengeluaran Rumah Tanggadi Perdesaan: Analisis Data
of Construction Engineering and Management 126(3): Susenas 1999-2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
227-233. Kebijakan Pertanian. Bogor.
Surahman, D.N., Astro, H.M. dan Priyatna, H. (2007).
Business Plan: Kajian Bisnis Agroindustri, Studi Kasus
Usaha Kecil Menengah Nanas. LIPI Press, Jakarta.
202