Anda di halaman 1dari 8

SUHITA WHINI SETYAHUNI – 12030117420059 – MAKSI 38A

AKUNTANSI YAYASAN

Pertanyaan 1-6 : Materi textbook Akuntansi Yayasan (Berbagai Sumber)

1. Mengapa laporan keuangan suatu yayasan perlu dibuat?

Yayasan membutuhkan laporan keuangan untuk mengkomunikasikan kemampuan


yayasan dalam mengolah sumber daya yang berasal dari dana publik dalam mendukung
aktivitas operasinya dalam memberikan jasa kepada masyarakat. Bentuk komunikasi
tersebut diwujudkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yayasan dibutuhkan
bagi para pemakai kepentingan untuk menilai bagaimana jasa yang diberikan yayasan
serta bagaimana kemampuan yayasan dalam memberikan jasa tersebut. Laporan
keuangan juga
digunakan untuk mengetahui mekanisme pertanggungjawaban dan aspek kinerja
pengelola yayasan. Dimana tujuan utama laporan keuangan yayasan adalah untuk
menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan para donator,
anggota pengelola, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya yayasan.
Secara rinci, laporan keuangan yayasan menyajikan informasi mengenai :
a. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih suatu yayasan.
b. Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai serta aktiva
bersih.
c. Jenis dan jumlah arus kas masuk dan keluar selama satu periode.
d. Cara yayasan mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman, dan
melunasi pinjaman, serta factor lainnya yang berpengaruh terhadap likuiditasnya.
e. Usaha suatu yayasan.
2. Mengapa Yayasan memerlukan cadangan operasional?

Definisi cadangan operasional atau saldo tidak terikat mirip dengan sisa laba atu
kekayaan pemilik. Sisa laba atu kekayaan pemilik adalah dana yang biasanya
terakumulasi selama beberapa tahun yang digunakan oleh yayasan sesuai dengan
kebijakan pengurus (yaitu penghasilan bersih tidak terikat). Cadangan operasional
mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
 Memungkinkan yayasan bertahan hidup bila terjadi kerugian operasional yang
disebabkan oleh kondisi ekonomi atau kesalahan manajemen.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 1


SUHITA WHINI SETYAHUNI – 12030117420059 – MAKSI 38A

 Meningkatkan fleksibilitas yayasan, yang dapat digunakan sebagai modal ventura


untuk mengembangkan program baru, menggantikan program yang telah usang, atau
mengembangkan jasa dan kepentingan yayasan.
 Memperluas kesempatan memperoleh kredit dan membolehkan pembiayaan yang
menguntungkan dari perluasan dan pertumbuhan yayasan. Hal ini termasuk
membolehkan perubahan arah atau fokus program dan aktivitas.
Besarnya cadangan operasional kas tergantung pada: reliabilitas sumber daya
pendapatan, arus kas musiman, skedul arus kas, ketersediaan keuangan eksternal,
stabilitas pengeluaran, sifat-sifat utang, sifat-sifat aktiva lainnya, dan sifat-sifat
kesempatan.
3. Mengapa perlu dilakukan pengendalian keuangan yayasan?

Sistem pengendalian keuangan (akuntansi) merupakan serangkaian prosedur yang


melindungi praktek manajemen secara umum maupun dari segi keuangan. Prosedur
pengendalian akuntansi bertujuan agar:
 Informasi keuangan reliabel (dapat dipercaya) sehingga pengelola
 dapat memperoleh informasi yang akurat untuk perencanaan program dan
 keputusan lainnya
 Aktiva dan catatan-catatan organisasi tidak dicuri, disalahgunakan,
 atau dirusak dengan sengaja
 Kebijakan-kebijakan yayasan diikuti.
 Peraturan-peraturan pemerintah terpenuhi
Sistem pengendalian akuntansi diperlukan untuk memastikan pencatatan
yang tepat atas barang yang didermakan, sumbangan, dan penerimaan lainnya.
Laporan keuangan dan pengembalian informasi harus dicatat secara akurat serrta
tepat waktu, dan memenuhi peraturan pemerintah lainnya. Dalam mencapai tujuan
tersebut, yayasan perlu menetapkan prosedur yang jelas untuk menangani per
bidang, termasuk sistem check and balance.

4. Yayasan digolongkan kedalam organisasi non profit,tetapi mengapa tujuan


kuantitatif yayasan adalah mencapai perolehan laba maksimum?

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 2


SUHITA WHINI SETYAHUNI – 12030117420059 – MAKSI 38A

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaanyang dipisahkan dan
diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu, baik didalam bidang sosial, keagamaan,
dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Di dalam Pasal 5 Ayat (1)
ditentukan bahwa:
“Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang
diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini (UU Yayasan), dilarang
dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam
bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai
dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas.”
Karena pada dasarnya Yayasan adalah Badan Hukum yang tidak “Profit Oriented” atau
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, sehingga tentu saja laba atau keuntungan
tidak dikenal oleh yayasan, oleh karena itu tidak ada yang perlu dibagikan.
Sehingga kita harus bisa membedakan apa yang disebut “Keuntungan” dan apa yang
dimaksud “Kekayaan“.
Yayasan memang tidak mengenal keuntungan, bukan berarti Yayasan tidak memiliki
kekayaan. Karena Yayasan dalam mencapai tujuannya boleh melakukan sejumlah
usaha atau mendirikan badan usaha, setiap keuntungan dari Yayasan tersebut secara
otomatis menjadi kekayaan bagi dirinya sendiri dan dipergunakan sepeneuhnya untuk
mencapai maksud dan tujuan yayasan.
Oleh karena itu diatur selanjutnya di dalam Pasal 5 ayat (2):
“Pengecualian atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan bahwa Pengurus menerima gaji,
upah, atau honorarium, dalam hal Pengurus Yayasan :
a. bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan
Pengawas; dan
b. melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh.”
Hal tersebut di atas harus dinyatakan jelas di dalam Anggaran Dasar Yayasan (ternyata
dalam Pasal 5 ayat 3).

5. Mengapa pengurus yayasan tidak dipebolehkan merangkap menjadi Pembina


atau pengawas?

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 3


SUHITA WHINI SETYAHUNI – 12030117420059 – MAKSI 38A

Peranan Pengurus amat dominan pada suatu organisasi. Pada Yayasan Pengurus adalah
organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan. Sebelum adanya Undang –
Undang Nomor 16 Tahun 2001 berhubungan dengan Undang – Undang Nomor 28
Tahun 2004, banyak terjadi Pendiri merangkap sebagai Pengurus ataupun sebaliknya.
Hal ini mengakibatkan timbulnya kepentingan pribadi dari pengurus yayasan yang
tentu saja dapat merugikan yayasan dalam menjalankan kegiatanya. Peran Pengurus
dalam Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan diatur dalam Pasal
31 sampai dengan Pasal 39. Dalam pasal 31 ayat (3) telah dijelaskan bahwa Pengurus
tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas. Sebaliknya juga dijelaskan di
pasal 29. Larangan perangkapan jabatan dimaksud untuk meghindari kemungkinan
tumpang tindih kewenangan, tugas dan tanggung jawab antara Pembina, Pengurus, dan
Pengawas yang dapat merugikan kepentingan Yayasan atau pihak lain.
Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan baik
didalam maupun di luar yayasan. Pengurus dapat menerima gaji, upah atau honorarium
dengan catatan bahwa pengurus Yayasan tersebut bukan merupakan pendiri Yayasan
dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina dan Pengawas serta melaksanakan
kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh. Pengurus mempunyai tugas dan
kewenangan melaksanakan kepengurusan dan perwakilan yang harus dijalankan
semata – mata untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Adapun yang dapat
diangkat menjadi pengurus yayasan adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum.
6. Mengapa pengurus yayasan mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan dan
mengumumkan status yayasan setelah yayasan terbentuk?

Menurut Paul Scholten dan Pitlo (Chidir Ali. 1991:89), kedudukan badan hukum itu
diperoleh bersama-sama dengan berdirinya yayasan. Hanya saja ada kewajiban bagi
pengurus untuk mendaftarkan dan mengumumkan. Apabila tidak didaftarkan dan
diumumkan, maka selain yayasan, para pengurus pun bertanggung jawab secara
tanggung-menanggung untuk perbuatan yang dilakukan atas nama yayasan.
Pendaftaran dan pengumuman dimaksudkan sebagai pengawasan yang
bersifat represif oleh pemerintah. Selain itu, jega penting sebagai penerangan
(informasi) untuk pihak-pihak ketiga yang berkepentingan. Sebenarnya pendaftaran
dan pengumuman akta pendiriannya, serta pengesahan dari menteri hukum dan HAM
sebagai tindakan preventif tidak diwajibkan. Namun dalam praktik yang berlaku di

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 4


SUHITA WHINI SETYAHUNI – 12030117420059 – MAKSI 38A

Indonesia, pada umumnya yayasan selalu didirikan dengan akta notaries sebagai syarat
untuk terbentuknya suatu yayasan. Bahkan ada beberapa yayasan yang dibentuk dengan
peraturan pemerintah (PP) dan keputusan presiden (KEPRES). Di dalam akta notaries
dimuat ketentuan tentang pemisahan harta kekayaan oleh pendiri yayasan, yang
kemudian tidak boleh dikuasai lagi oleh pendiri. Akta notaries ini bayak tidak
didaftarkan di pengadilan negeri, dan atau tidak di umumkan dalam berita negara.

Pertanyaan : 7-10 Jurnal The Effect of Internal Control System : Perspective of


Mosque in Malaysia

7. Mengapa praktik manajemen keuangan pada organisasi profit masih dikatakan


lemah?
Sistem pengendalian internal pada dasarnya meliputi pengorganisasian, metode dan
ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, memeriksa
ketelitian dan keandalan data keuangan, mendorong efisiensi dan dipenuhinya
kebijakan menejemen (Mulyadi, 1993) atau dalam definisi yang lain, pengendalian
internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi harta organisasi dari
kemungkinan penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi telah disajikan secara
akurat dan memastikan bahwa peraturan telah dipatuhi sebagaimana mestinya (Warren
& Fees, 2006). Factor-faktor yang mempengaruhi system pengendalian manajemen
pada organisasi non profit adalah kurangnya akuntabilitas untuk mengatur sistem
keuangan, kurangnya partisipasi anggaran, serta praktik pembukuan dan pelaporan
keuangan yang kurang tepat.
Pada dasarnya, tingkat akuntabilitas keuangan organisasi nirlaba akan sangat
tergantung pada seberapa jauh organisasi mampu mengendalikan operasi keuangan
internal organisasi secara efisien dan efektif, sesuai dengan tujuan pendirian organisasi.
Pengendalian operasi organisasi akan dibangun berbasis sistem pengendalian internal,
yang memliki 5 komponen utama pembentuk kerangka pengendalian, yaitu lingkungan
pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi,
serta pemantauan. Namun, harus diakui bahwa sistem pengendalian internal organisasi
nirlaba yang seharusnya menjadi salah satu kunci pengaman keberlanjutan gerak
organisasi, pada kenyataannya jarang dikembangkan dalam sistematika dan keutuhan
proses yang cukup memadai. Sebagai contoh misalnya penetapan strktur organisasi
pada bagian keuangan, pengembangan SOP Keuangan dan penyusunan deskripsi tugas
dan tanggungjawab personel keuangan oleh unit personalia dilakukan secara parsial dan
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 5
SUHITA WHINI SETYAHUNI – 12030117420059 – MAKSI 38A

tidak terintegrasi dalam satu keutuhan tindakan. Organisasi nirlaba masih enggan
menginvestasikan waktu, tenaga dan pikiran lebih bagi hal yang sesungguhnya
menentukan masa depan organisasi serta keberlanjutan pencapaian misi dan misi
organisasi.
8. Mengapa Sistem Pengendalian Internal sangat penting mendukung praktik
manajemen keuangan pada organisasi non profit?
Informasi keuangan yang akurat, handal dan tepat waktu merupakan suatu hal yang
selalu menjadi perhatian khusus dalam perusahaan maupun organisasi. Hal ini dapat
mengukur akuntabilitas perusahaan dalam hal transparansi. Sehingga merupakan
kewajiban manajemen untuk pembuatan dan pemeliharaan sistem pengendalian
internal untuk memberikan jaminan yang wajar bagi para pemegang saham bahwa
perusahaan dikendalikan dengan baik oleh manajemen. Pentingnya sistem
pengendalian internal dalam organisasi adalah sebagai alat yang dirancang untuk
membantu organisasi mecapai tujuan dan objektif tertentu. Pengendalian internal
adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur dan tidak terbatas pada metode
pengendalian yang dianut oleh bagian akuntansi dan keuangan, tetapi meliputi
pengendalian anggaran, biaya standar, program pelatihan pegawai dan staf pemeriksa
intern (Zamzami, 2012). Tujuan dari pengendalian internal (Zaki, 1999) pada studi
(Amanina, 2011), yaitu menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa
ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi operasi perusahaan,
membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu
untuk dipatuhi.
9. Mengapa akuntabilitas tidak berpengaruh pada praktik manajemen keuangan
organisasi non profit?

Akuntabilitas adalah kewajiban penerima tanggungjawab untuk mengelola sumber


daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan
dengan pengguna sumber daya publik kepada pihak pemberi mandat (principal). Suatu
organisasi dikatakan akuntabel jika memiliki kemampuan untuk menjelaskan kondisi
yang dialami termasuk didalamnya keputusan yang diambil dan berbagai aktivitas yang
dilakukan. Istilah akuntabilitas dalam bidang ilmu akuntansi dipisahkan dengan
istilah responsibilitas atau diartikan sebagai pertanggungjawaban.

Dalam peran kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan adanya


pertanggungjawaban tehadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan termasuk
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 6
SUHITA WHINI SETYAHUNI – 12030117420059 – MAKSI 38A

pula di dalamnya administrasi publik pemerintahan, dan pelaksanaan dalam lingkup


peran atau posisi kerja yang mencakup di dalam mempunyai suatu kewajiban untuk
melaporkan, menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap-tiap konsekuensi yang
sudah dihasilkan.

Akuntabilitas mempunyai 3 aspek :

- Kepatuhan

- Transparansi

- Pertanggungjawaban

Akuntabilitas tidak hanya melingkupi kerangka pelaporan keuangan, namun juga


membutuhkan pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan. Sehingga
akuntabilitas tidak mempuyai pengaruh yang signifikan terhadap praktik manajemen
keuangan. Akuntabilitas akan menunjukkan pengaruhnya pada kinerja keuangan secara
keseluruhan dan bukan hanya pada praktik manajemen keuangan saja.

10. Mengapa lemahnya system pengendalian internal dapat meningkatkan resiko


dalam mengatur keuangan organisasi dan berdampak pada kinerja organisasi?
Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (2011) sistem pengendalian intern
merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan
personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tiga golongan tujuan berikut ini:
a) Keandalam pelaporan keuangan.
b) Efektifitas dan efisiensi operasi.
c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Manajemen bertanggungjawab untuk merancang dan menerapkan lima unsur sistem
pengendalian intern (elements of internal control) untuk mencapai tiga tujuan
pengendalian intern. Unsur-unsur tersebut menurut Agoes (2012) adalah lingkungan
pengendalian, penaksiran risiko, aktifitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan
pemantauan.
Pengendalian intern yang efektif dapat memastikan efektivitas dan efisiensi aktvitas
operasi perusahaan, kepatuhan terhadap hukum yang berlaku, dan ketepatan waktu
pelaporan keuangan.
Jika system pengendalian intern suatu organisasi lemah, maka kemungkinan terjadinya
kesalahan, ketidak akuratan ataupun kecurangan dalam organisasi sangat besar. Hal ini
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 7
SUHITA WHINI SETYAHUNI – 12030117420059 – MAKSI 38A

akan meningkatkan resiko dalam pengelolaan keuangan organisasi. Lemahnya system


pengendalian internal memungkinkan organisasi tidak dapat memanfaatkan sumber
daya yang dimilikinya dengan optimal, karena adanya ketidakefisienan dalam proses
penggunaan sumber daya. Hal ini akan menghambat kapasitas operasi organisasi yang
pada akhirnya akan menurukan kinerja organisasi secara keseluruhan, baik kinerja
keuangan maupun kinerja non keuangan.

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK 8

Anda mungkin juga menyukai