Anda di halaman 1dari 124

CSE – 08 = PENERAPAN K3 DALAM PENGOPERASIAN

PERALATAN

PELATIHAN
AHLI K3 KONSTRUKSI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

KATA PENGANTAR

Pekerjaan konstruksi dewasa ini seringkali harus berhubungan dengan peralatan konstruksi
yang berkaitan langsung dengan pekerjaan dan ternyata kemajuan mekanisasi berbacam-
macam peralatan juga menuntut penanganan yang lebih hati-hati karena banyak
kemungkinan menimbulkan kecelakaan kerja.
Setiap peralatan konstruksi memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan penanganan
yang spsesifik pula sehingga daicapai produktivitas yang tinggi tanpa menimbulkan
kecelakaan kerja, baik bagi tenaga kerjanya maupun peralatan yang dioperasikannya.

Khusus dalam pengoperasian peralatan, setiap petugas terkait terutama petugas K3 perlu
menyiapkan diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai peralatan konstruksi
tersebut, dengan tujuan untuk mengurangi aatu menghilangkan kecelakaan kerja akibat
pengoperasian atau pemeliharaan peralatan tersebut.
Bermacam-macam peralatan konstruksi yang setiap harinya beroperasi menyelesaikan
pekerjaan konstruksi harus mendapat perhatian khusus, mengingat saat ini hampir seluruh
pekerjaan konstruksi sangat tergantung dengan keberadaan peralatan ini, sehingga harus
dijaga tidak terjadi kecelakaan yang menyebabkankan peralatan idle, baik disebabkan
tenaga kerjanya menderita kecelakaan ataupun peralatannya rusak karena salah
pengoperasian atau sebab lainnya di lapangan.

Pada akhirnya tim penyusun mengharapkan adanya saran dan masukkannya untuk
penyempurnaan materi ini, karena sangat disadari bahwa materi ini masih jauh dari
sempurna.

Tim Penyusun,

ii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

A. Tujuan Umum Pelatihan


Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :
Merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi penerapan
ketentuan K3 untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisien penyelenggara konstruksi
mencapai nihil kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan K3 Konstruksi
2. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksana konstruksi
3. Merencanakan dan menyusun program K3
4. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
5. Melakukan sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur kerja dan
instruksi kerja K3
6. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis
K3 yang mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku
7. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan
8. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat

Seri / Judul Modul : CSE – 08 = Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

TUJUAN INSTRUKSI UMUM


Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta diharapkan memahami tentang penerapan K3
yang berkaitan dengan pengoperasian peralatan konstruksi.

iii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS


Setelah modul diajarkan, peserta mampu :
1. Penerapan K3 pada pengoperasian alat-alat berat.
2. Penerapan K3 pada alat angkat dan alat angkut.
3. Penerapan K3 pada pesawat tenaga dan mesin produksi.
4. Penerapan K3 pada pemakaian tangga dan perancah.
5. Penerapan K3 pada pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
6. Penerapan K3 pada bejana bertekanan.
7. Penerapan K3 yang berhubungan dengan pekerjaan pemipaan.

iv
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
LEMBAR TUJUAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR MODUL ................................................................................................ v
PANDUAN INSTRUKTUR .................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Umum ....................................................................................... 1-1
1.2 Dasar Hukum .................................................................................. 1-3

BAB 2 PENERAPAN K3 PADA PENGOPERASIAN PERALATAN BERAT. ...... 2-1


2.1 U m u m .......................................................................................... 2-1
2.2 Dasar Hukum .................................................................................. 2-1
2.3 Standar Operasi pada Umumnya .................................................... 2-2
2.4 Beberapa Kesalahan Operasi yang Mengakibatkan Kecelakaan .... 2-6
2.5 Beberapa Bentuk Kecelakaan ......................................................... 2-8

BAB 3 PENERAPAN K3 PADA PESAWAT ANGKAT DAN ALAT ANGKUT........ 3-1


3.1 U m u m .......................................................................................... 3-1
3.2 Dasar Hukum .................................................................................. 3-1
3.3 Jenis dan Tipe Pesawat Angkat ..................................................... 3-2
3.4 Jenis dan Tipe Pesawat Angkut ..................................................... 3-5

BAB 4 PENERAPAN K3 PADA PESAWAT TENAGA DAN


MESIN PRODUKSI ................................................................................. 4-1
4.1 Umum ............................................................................................. 4-1
4.2 Susunan Sistem Pemindah Tenaga ................................................ 4-2
4.3 Pemindah Tenaga Gerak (Power Train) pada Pesawat Angkat
Jenis Mobil Boom ............................................................................ 4-4
4.4 Penggerak ...................................................................................... 4-9
4.5 Penerapan pada Prinsip Kerja Pesawat Angkat dan Angkut ........... 4-11

BAB 5 PENERAPAN K3 PADA


PEKERJAAN MEKANIKAN DAN ELEKTRIKAL ...................................... 5-1
5.1 Dasar Hukum .................................................................................. 5-1
v
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5.2 Lingkup Pekerjaan M & E ................................................................ 5-1


5.3 K3 Pekerjaan Mekanikal ................................................................. 5-2
5.4 K3 Pekerjaan Listrik ........................................................................ 5-4
5.5 Cara membebaskan Penderita dari Aliran Listrik ............................. 5-21

BAB 6 PENERAPAN K3 PADA BEJANA BERTEKANAN.................................... 6-1


6.1 Umum ............................................................................................ 6-1
6.2 Perencanaan................................................................................... 6-1
6.3 Temperatur .................................................................................... 6-2
6.4 Korosi (Karat) ................................................................................. 6-3
6.5 Konstruksi ...................................................................................... 6-3
6.6 Tingkat Pengaman ......................................................................... 6-3
6.7 Pedoman Tekanan ......................................................................... 6-4
6.8 Dasar Hukum ................................................................................. 6-4
6.9 Sejarah Perkembangan Ketel Uap dan Bejana Uap ....................... 6-4
6.10 Pengendalian Ketel Uap dan Bejana Uap serta Peralatan
Bantunya ......................................................................................... 6-8
6.11 Peralatan-peralatan Bantu Ketel Uap ............................................. 6-11
6.12 Definisi dan Istilah tentang Ketel Uap, Bejana Uap & Peralatan-
Peralatan Bantunya ........................................................................ 6-10
6.13 Pedoman/Peraturan dari Ketel Uap dan Bejana Uap ..................... 6-12
6.14 Pertimbangan-pertimbangan Desain .............................................. 6-12
6.15 Spesifikasi bahan ........................................................................... 6-12
6.16 Perawatan Ketel Uap ..................................................................... 6-15
6.17 Sumber Bahaya pada Pesawat Uap .............................................. 6-18
6.18 Pendidikan dan Pelatihan ............................................................... 6-18

BAB 7 PENERAPAN K3 YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PEKERJAAN PERPIPAAN ...................................................... 7-1
7.1 Lingkup Pekerjaan Perpipaan ........................................................ 7-1
7.2 Instalasi Pekerjaan Perpipaan ........................................................ 7-1
7.3 Penggunaan Peralatan Pekerjaan Perpipaan ................................. 7-3
7.4 Sistem Pengujian Pipa Penguji Sistem ........................................... 7-4
7.5 Perlindungan Perpipaan ................................................................. 7-5
7.6 Pembuatan Daftar Simak ................................................................ 7-7

DAFTAR PUSTAKA

vi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi
dengan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan


kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-
modul pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ dibawah ini yang
dipergunakan sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan „Ahli K3 Konstruksi“.
DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. CSE – 01 UUJK, Etos Kerja dan Etika Profesi

2. CSE – 02 Manajerial dalam Penerapan K3

3. CSE – 03 Peraturan Perundang-Undangan K3

4. CSE – 04 Pengetahuan Dasar K3

5. CSE – 05 Teknik Konstruksi

6. CSE – 06 Manajemen dan Administrasi K3

7. CSE – 07 Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. CSE – 08 Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

9. CSE – 09 Kesiagaan dan Tanggap Darurat

10. CSE – 10 Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

11. CSE – 11 Perlindungan Lingkungan dan Higiene Proyek

vii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Item Bahasan : Uraian KETERANGAN


CSE – 08 : Penerapan K3 dalam
KODE MODUL :
Pengoperasian Peralatan

1. Deskripsi : Materi ini terutama membahas tentang K3


yang berhubungan dengan pengoperasian
peralatan konstruksi yang meliputi dasar
hukum, operasi peralatan berat, K3
pesawat angkat dan angkut, K3 pesawat
tenaga dan mesin produksi, K3 pekerjaan
mekanikal dan elektrikal, K3 yang
berhubungan dengan pekerjaan pemipaan.

2. Tempat Kegiatan: Dalam ruang kelas dengan kapasitas paling


sedikit 25 orang.

3. Waktu Kegiatan: 6 jam pelajaran teori (1 jp = 45 menit)

viii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan
 Menjelaskan tujuan instruksional  Mengikuti penjelasan TIU dan TIK OHT1
(TIU & TIK.). dengan tekun dan aktif.
 Merangsang motivasi peserta  Mengajukan pertanyaan-
dengan pertanyaan atau pertanyaan apabila kurang jelas.
pengalamannya dalam mengawasi
pengoperasian peralatan konstruk-
si dihubungkan dengan K3.

Waktu : 10 menit

2. Ceramah : Bab 1 Pendahuluan

Kecelakaan kerja, penyebab dan


petunjuk penanggulangannya, dasar
hukum.
 Menjelaskan kecelakaan kerja,  Mengikuti penjelasan instruktur OHT2
penyebab dan petunjuk dengan tekun dan aktif.
penaggulangannya.  Mencatat hal-hal yang perlu.
 Menjelaskan dasar hukum.  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 10 menit

3. Ceramah : Bab 2 Penerapan K3


pada Pengoperasian
Alat Berat

Dasar hukum, standar operasi,


kesalahan operasi, beberapa bentuk
kecelakaan  Mengikuti penjelasan instruktur OHT3
 Menjelaskan tugas operator dengan tekun dan aktif.
 Menjelaskan dasar hukum.  Mencatat hal-hal yang perlu.
 Menjelaskan standar operasi pada  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
umumnya.
 Menjelaskan beberapa kesalahan
operasi yang mengakibatkan
kecelakaan
 Menjelaskan beberapa bentuk
kecelakaan
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 20 menit

ix
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

4. Ceramah : Bab 3 Penerapan


pada Pesawat Angkat
dan Angkut

Dasar hukum, jenis dan tipe pesawat


angkat dan pesawat angkut, prinsip
kerja pesawat angkat dan angkut,
alat kelengkapan dan peralatan
keselamatan kerja, alat pembawa
barang.  Mengikuti penjelasan instruktur OHT4
 Menjelaskan dasar hukum. dengan tekun dan aktif.
 Menjelaskan Jenis & tipe pesawat  Mencatat hal-hal yang perlu.
angkat dan angkut  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
 Menjelaskan prinsip kerja pesawat
angkat dan angkut.
 Menjelaskan alat kelengkapan dan
peralatan/pengaman keselamatan
kerja pesawat angkat dan angkut.
 Menjelaskan alat pembawa/
pengantar barang (conveyor)
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 45 menit

5. Ceramah : Bab 4 Penerapan K3


pada pesawat tenaga
dan mesin produksi

Sistem pemindah tenaga, power train


pada pesawat angkat mobile,
penggerak, penerapan pada
pesawat angkat dan angkut.  Mengikuti penjelasan instruktur OHT5
 Menjelaskan susunan sistem dengan tekun dan aktif.
pemindah tenaga.  Mencatat hal-hal yang perlu.
 Menjelaskan power train pada  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
pesawat angkat jenis mobil.
 Menjelaskan penggerak dan
penerapannya pada pesawat
angkat dan angkut
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut.

Waktu : 45 menit

x
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

6. Ceramah : Bab 5 Penerapan K3


pada Pekerjaan mekanikal dan
elektrikal

Dasar hukum, lingkup pekerjaan M &


E, K3 pada pekerjaan mekanikal dan
elektrikal, cara menolong penderita  Mengikuti penjelasan instruktur
dari aliran listrik. dengan tekun dan aktif. OHT6
 Menjelaskan dasar hukum.  Mencatat hal-hal yang perlu.
 Menjelaskan lingkup pekerjaan  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
mekanikal dan eletrikal.
 Menjelaskan K3 pada pekerjaan
mekanikal.
 Menjelaskan K3 pada pekerjaan
elektrikal
 Menjelskan cara menolong
penderita dari aliran listrik
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan.

Waktu : 45 menit

7. Ceramah : Bab 6 Penerapan K3


Pemakaian Tangga dan
Perancah

Hal-hal yang penting dalam


pemasangan perancah, standar/
aturan dalam pemasangan
perancah.  Mengikuti penjelasan instruktur OHT7
 Menjelaskan hal-hal yang penting dengan tekun dan aktif.
dalam pemasangan perancah  Mencatat hal-hal yang perlu.
 Menjelaskan standar/aturan  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
pemasangan/pekerjaan perancah.
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut

Waktu : 20 menit

xi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

8. Ceramah : Bab 7 Penerapan


K3pada Bejana bertekanan

Dasar hukum, sejarah perkem- OHT8


bangan ketel uap, perencanaan,
konstruksi, tingkat pengamanan,
pengendalian ketel uap, definisi dan
istilah, pertimbangan desain,
spesifikasi bahan, perawatan ketel
uap, sumber bahaya pada pesawat
uap, pendidikan dan pelatihan
 Mengikuti penjelasan instruktur
 Menjelaskan tentang perenca- dengan tekun dan aktif.
naan, temperatur, korosi (karat)  Mencatat hal-hal yang perlu.
 Menjelaskan konstruksi, tingkat  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
pengaman dan pedoman tekanan
 Menjelaskan dasar hukum
 Menjelaskan sejarah
perkembangan ketel uap dan
bejana uap
 Menjelaskan pengendalian ketel
uap dan bejana uap serta
peralatan bantunya
 Menjelaskan peralatan bantu ketel
uap
 Menjelaskan definisi dan istilah
dari ketel uap, bejana uap dan
peralatan bantunya
 Menjelaskan pedoman/peraturan
dari ketel uap dan bejana uap
 Menjelaskan pertimbangan-
pertimbangan desain
 Menjelaskan spesifkasi bahan
 Menjelaskan perawatan ketel uap
 Menjelaskan sumber bahaya pada
pesawat uap
 Menjelaskan pendidikan dan
pelatihan
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut

Waktu : 45 menit

9. Ceramah : Bab 8 Penerapan K3


yang berhubungan
dengan pekerjaan
perpipaan

Lingkup pekerjaan perpipaan,


instalasi pekerjaan perpipaan,
penggunaan peralatan pada OHT9
pekerjaan perpipaan, sistem
pengujian pipa penguji sistem,
perlindungan perpipaan  Mengikuti penjelasan instruktur
 Menjelaskan lingkup pekerjaan dengan tekun dan aktif.
xii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG


perpipaan  Mencatat hal-hal yang perlu.
 Menjelaskan instalasi pekerjaan  Mengajukan pertanyaan bila perlu.
perpipaan
 Menjelaskan penggunaan
peralatan pada pekerjaan
perpipaan
 Menjelaskan sistem pengujian pipa
penguji sistem
 Menjelaskan sistem perlindungan
perpipaan
 Mendiskusikan setiap pokok
bahasan tersebut

Waktu : 30 menit

10. Rangkuman :
 Merangkum dan berdiskusi Peserta aktif membandingkan yang OHT10
 Penutup diajarkan dan pengalaman di
lapangan serta aktif berdiskusi
Waktu : 20 menit

xiii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

MATERI SERAHAN

xiv
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur.

Apabila ditinjau dari segi keilmuan maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dala usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi tersendiri, karena dalam
pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang-undangan, juga dilandasi
oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik. Keselamatan dan kesehatan
kerja juga merupakan masalah yang mengandung banyak faset, misalnya: hukum,
ekonomi maupun social.

Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu unsure perlindungan tenaga kerja
merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi dan produktifitas perusahaan
dan untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk itu Pemerintah Indonesia bertekad mendorong
perusahaan agar melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dan
mengusahakan supaya keselamatan dan kesehatan kerja benar-benar menjadi naluri
dan budaya masyarakat.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
pekerja dan perlindungan perusahaan. Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pekerja dan
meningkatkan produktivitas perusahaan.

Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian, yaitu alat
produksi, bahan produksi atau perlengkapan kerja, biaya pengobatan atau kompensasi
kepada pekerja yang cidera atau meninggal dunia, kerugian waktu kerja selama produksi
terganggu serta penurunan kualitas dan kuantitas hasil produksi.

1-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Semua kerugian langsung dan kerugian tidak langsung tersebut, secara ekonomis dapat
dihitung, baik yang diderita langsung oleh pekerja maupun yang menjadi beban
pengusaha dan masyarakat pada umumnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat


digolongkan pada 3 kelompok, yaitu:
1. Kondisi dan lingkungan kerja.
2. Kesadaran dan kualitas pekerja.
3. Peranan dan kualitas manajemen.

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila:
 Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
 Alat-alat produksi terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin;
 Tidak tersedia alat-alat pengaman;
 Kurang memperhatikan persyaratan/prosedur kerja yang telah ditetapkan.

Pengertian kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dari semula dan tidak
dikehendaki yang mengganggu aktivitas yang telah ditentukan dan dapat mengakibatkan
kerugian baik berupa korban manusia dan atau harta benda.

Terdapat petunjuk untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi ditempat kerja,


langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain melalui:
a. Peraturan perundang-undangan
b. Standarisasi
c. Inspeksi
d. Riset Teknis
e. Riset Medis
f. Riset Psychologis
g. Riset Statistik
h. Pendidikan
i. Latihan
j. Persuasif
k. Asuransi
l. Penerapan a s/d k tersebut diatas langsung ditempat kerja.

1-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1.2 Dasar Hukum

Dasar hukum perundangan keselamatan dan kesehatan kerja adalah UUD 1945 pasal
27 ayat (2) dan Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
mengenai Tenaga Kerja pasal 9 dan pasal 10.

1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) menyatakan:

“ Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”
Bila pasal ini kita kaitkan dengan sumberdaya manusia, maka “pekerjaan” tersebut
tidak lain adalah “pekerjaan yang manusiawi”. Pekerjaan demikian memungkinkan
tenaga kerja untuk tetap sehat dan selamat sehingga dapat mengembangkan diri
sebagai “manusia” agar dapat hidup dengan layak sesuai dengan harkat dan
martabat manusia.

2. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai


Tenaga Kerja menetapkan:
 Pasal 9 : “Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama”.
 Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi:
(1) Norma Keselamatan Kerja,
(2) Norma Kesehatan Kerja dan Hygiene Perusahaan,
(3) Norma Kerja,
(4) Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan
kerja.

Sudah banyak peraturan perundangan yang mengatur pelaksanaan keselamatan dan


kesehatan kerja, namun demikian implementasinya masih banyak mengalami
hambatan yang antara lain disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat
perusahaan daam melaksanakan peraturan tersebut.
Untuk mengatur baik penggunaan atau pembuatan suatu sumber produksi, peralatan
produksi dan lain sebagainya harus cocok dan relevan dengan peralatan yang
hendak digunakan tersebut.

1-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Untuk pesawat Angkat dan Angkut, Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan peraturan
No: PER.05/MEN/1985 tentang pesawat Angkat dan Angkut dan Peraturan
No.01/MEN/1989 tentang Kwalifikasi dan syarat-syarat operator Keran Angkat.
Adapun peraturan perundangan lainnya yang selama ini masih digunakan adalah
undang-undang Transport Ril tahun 1938 No. 595 dan Peraturan Transport Ril Tahun
1939 No. 39.

Untuk pesawat Angkat dan Angkut yang meliputi peralatan produksi mencakup
peralatan angkat, pita transport, pesawat angkutan diatas landasan dan diatas
permukaan serta alat angkutan diatas rel.

Apa yang dimaksud dengan hal teersebut diatas adalah apa yang telah ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja ialah:

1. Peralatan Angkat - Lier, tekel, peralatan angkat listrik, pesawat


pneumatic, gondola, keran magnit, keran
lokomotif, kran dinding dan keran sumbu
putar.

2. Pita Transport - Eskalator, ban berjalan dan rantai berjalan.

3. Pesawat angkutan - Truk, truk Derek, traktor, gerobak, truk lift


diatas landasan dan dan kereta gantung.
diatas permukaan
4. Alat angkut jalan rel - Lokomotif, gerbong dan lori.

Untuk setiap pesawat sebagaimana tersebut diatas memilik ketentuan-ketentuan


sebanyak:
-Peralatan Angkat ……………………………………………………… 68 pasal
-Pita transport ……………………………………………………………22 pasal
-Pesawat Angkutan diatas landasan dan diatas permukaan …….. 17 pasal
-Alat angkutan jalan rel ……………………………………………… 17 pasal

Dari ketentuan pasal demi pasal tersebut dapat dipakai sebagai acauan dasar
pemeriksaan peralatan yang akan dibangun ataupun yang telah dan sedang dipakai
bilamana diperlukan.

1-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Oleh karena Negara kita belum dapat membangun sendiri peralatan pesawat angkat
dan angkut dan baru dapat membangun sebagian kecil dari berbagai jenis tersebut,
standar yang dipakai sebagai referensi adalah mempergunakan standard luar negeri.

1-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

BAB 2
PENERAPAN K3 PENGOPERASIAN PERALATAN BERAT

2.1 Umum

Yang perlu diperhatikan dalam operasi peralatan berat adalah, keamanan dalam bekerja,
perlindungan keselamatan bagi pekerja dan terhadap sarana / fasilitas dan prasarana
yang berkaitan dengan operasional peralatan di tempat kegiatan kerja.

Karena pada dasarnya manusia yang bekerja, umumnya selalu menggunakan alat yang
dipergunakan untuk bekerja. Untuk hal ini masing-masing kondisi harus dapat memenuhi
persyaratan bekerja secara aman, baik dan benar, maka dalam pengelolaan peralatan
berat/ pesawat angkat dan angkut diperlukan seseorang operator yang mampu dan
terampil.

Apa yang dilakukan oleh operator, terlebih dahulu harus memahami cara - cara
mempergunakan peralatan-peralatan tersebut dengan persyarata yang dimilikinya.
Sebagai contoh misalnya bagaimana mengoperasikan peralatan berat / pesawat angkat
dan angkut dengan benar dan aman?, apa yang harus dipenuhi sebelum masuk daerah
kerja dan akan memulai pekerjaan, harus mendapat izin terlebih dahulu sertifikat layak
pakai pesawat yang akan dipergunakan juga layak kerja bagi operator yang menjalankan
pesawat yang bersangkutan. Jika seandainya terdapat pesawat yang mau dipergunakan
tidak memiliki sertifikat layak pakai, harus diadakan pemeriksaan dan uji coba dulu,
sedangkan sang operatornya pun sama halnya seperti pesawat itu sendiri.

Baiklah kita perlu meninjau apa saja yang harus dilakukan oleh sesorang mulai dari
tingkat pembantu operator, operator, pengawas dan penanggung jawab jalannya
keamanan pekerjaan. Sebagai contoh umum, misalnya ada tujuh tahapan pengoperasian
peralatan berat / konstruksi yang harus dipatuhi.

Tahapan-tahapan ini penting bagi sang operator atau pengawas yang bertanggung
jawab terhadap pengoperasian peralatan berat / konstruksi tersebut.

2.2 Dasar Hukum


Dasar pengoperasian peralatan berat / pesawat angkat / angkut pada dasarnya harus
mengikuti standar ataupun peraturan dan perundang – undangan yang berlaku.
Standar operasi yang digunakan disini tentunya menggunakan standar yang dikeluarkan
oleh pabrik pembuat peralatan tersebut, misalnya menggunakan standar Permennaker
2-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

No 5 / MEN / 1985 tentang pesawat angkat danb angkut, atau menggunakan ANSI /
ASME, DIN, British, JIS, dasar standar inilah yang nantinya digunakan dalam operasi
dan pemeliharaan peralatan termasuk pemeriksaan dan pengujian. Yang secara detail
akan dijelaskan dalam standar K3 masing – masing jenis peralatansesuai dengan bidang
pekerjaannya

2.3 Standar Operasi Pada Umumnya

Secara umum dalam mengoperasikan peralatan berat konstruksi harus memenuhi atau
mengikuti tahapan sebagai berikut ini :

 Pastikan Peralatan peralatan berat / konstruksi tersebut layak untuk dioperasikan dan
siap pakai, secara administrasi harus ada pembuktian melalui surat ijin operasi / laik
pakai.
 Pastikan kondisi secara administrasi (butir 1 diatas), telah benar –2 siap pakai untuk
di operasikan dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yakni, Laksanakan
pemeriksaan awal sebelum peralatan peralatan berat / konstruksi dioperasikan.
 Laksanakan pengawasan secara terus menerus baik secara individu (Oleh operator)
maupun oleh pengawas pekerjaan dalam pengoperasian peralatan berat / konstruksi
dengan benar.
 Laksanakan istirahat secara interval dan kontinyu dalam setiap 4 jam operasi dengan
sekali istirahat, dan jangan sekali – kali bekerja secara nonstop diatas 4 jam operasi,
hindari perasaan jenuh dalam mengoperasikan peralatan. Karena perlu diingat
interaksi antara manusia dengan mesin.
 Kenali Pengoperasian peralatan dengan beban kritis yang sewaktu –waktu timbul
saat operasi.
 Pastikan bahwa operator / pekerja mengetahui akan adanya bahaya kecelakaan dan
mampu mengatasinya jika kondisi benar – benar dalam keadaan darurat sewaktu
mengoperasikan peralatan berat / konstruksi tersebut.
 Pastikan bahwa peralatan berat / konstruksi cukup dalam posisi aman pada saat
akan ditinggalkan setelah selesai operasi.

Kalau seandainya tahapan-tahapan tersebut di atas dipatuhi dengan baik, maka


kondisi kerusakan sebagai akibat tidak berfungsinya bagian-bagian mesin, yang
bergerak dan bagian yang menerima beban tidak mengalami kerusakan yang berarti,
sehingga umur dari peralatan dapat dipertahankan sesuai standar yang telah
ditentukan oleh pabrik pembuatnya.
2-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Demikian pula bagi inspektur, dalam menentukan kondisi layak pakai tidak terlalu
sukar untuk membuat analisa maupun mengevaluasinya sehingga dapat dibuat
suatu rekomendasi yang mendekati keadaan sebenarnya.
Karena seorang inspektur dituntut, harus melaksanakan tugasnya secara teliti jujur,
sehingga kecelakaan ataupun kerusakan fatal dapat dihindari atau bahkan dicegah

1. Sebelum Peralatan Beroperasi


a. Peralatan berat / konstruksi dan sejenis peralatan angkat harus memiliki sertifikat
layak pakai yang berlaku. Cocokan apakah yang tertera di dalamnya itu benar.
b. Izin kerja harus memiliki bila dalam penggunaan peralatan berat / konstruksi
tersebut penggerak utamanya adalah motor bakar atau listrik.
c. Laporan ramalan cuaca harus masuk di meja pengawas keselamatan pengelola
peralatan berat / konstruksi, sebelum peralatan berat / konstruksi tersebut
dioperasikan.
d. Kondisi tanah harus diketahui dengan baik jika mengoperasikan peralatan berat /
konstruksi.
e. Plat baja perlu dilengkapi bila peralatan berat / konstruksi akan melintasi daerah
yang terdapat banyak kabel atau saluran-saluran pipa di dalamnya.
f. Bilamana terjadi keadaan darurat harus diadakan briefing antara berbagai pihak
untuk mengatasi keadaan sebelum mengambil suatu keputusan.
g. Periksa dengan benar apakah instalasi peralatan berat / konstruksi tidak terlalu
berdekatan dengan daerah yang memiliki zat yang mudah meledak atau korosive.

2. Peralatan berat / konstruksi Beroperasi


a. Periksa benar gerak radius peralatan berat / konstruksi sebelum beroperasi.
b. Hanya orang-orang yang mendapat tugas yang boleh memberikan tanda dan
aba-aba kepada operator.
c. Operator tidak diijinkan meninggalkan tempat kerja operasi, sedang motor
penggerak masih menyala atau kalau beban masih tergantung.
d. Setiap beban yang diangkat harus memiliki pengontrol sedikitnya terdapat tali
pengontrol.
e. Beban harus memiliki besaran berat yang tercantum dengan jelas dan operator
harus mengetahui jumlah beban yang akan diangkat termasuk berat hook, rope
dan lain sebagainya.

2.1. Prosedure pengangkatan beban normal


a). Peraturan sebagaimana tertera di A dan B harus dijalankan.
2-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

b). Operator harus mengenal dengan baik daerah di mana barang akan
diangkat dan daerah di mana barang akan dipindah tempatkan.
c). Kalau peralatan berat / konstruksi beroperasi di daerah pabrik yang
sedang operasi, operator harus yakin bahwa ruang gerak harus cukup.
d). Dan operator harus menginsyafi bahwa di daerah operasi tersebut tentu
ada yang berbahaya.

2.2. Prosedure Pengangkatan beban kritis


a). Peraturan sebagai tertera di A, B.dan B.1 harus dijalankan.
b). Pengawasan harus menyiapkan skets rencana kerja, ketinggian daerah
kerja dan sekitarnya secara lengkap. Juga termasuk ruang gerak berputar
harus tercatat lengkap.
c). Peralatan berat / konstruksi harus diperiksa ulang untuk menyakinkan
bahwa memang benar-benar dalam kondisi siap pakai sebelum pekerjaan
dimulai.
d). Periksa ulang kondisi tanah untuk tumpuan misalnya kedudukan out rigger
dari peralatan berat / konstruksi tersebut.
e). Laporan-laporan pemindahan beban kritis harus segera dilaksanakan
setelah selesai pekerjaan dan mendapatkan persetujuan dari wewenang.
f). Supervisor harus diberitahu sebelum pelaksanaan pengangkatan-
pindahan dilaksanakan.

2.3. Pekerjaan Berbahaya

Bila ternyata terdapat suatu kasus berbahaya yang di luar dugaan biarpun
telah ada izin kerja dan lain sebagainya, langkah-langkah berikutnya perlu
dipertimbangkan.
a). Beban ditaruh di tanah segera jika situasi dan kondisi telah
memungkinkan yang bebas dari segala macam gangguan.
b). Motor penggerak segera dihentikan, tetapi dijamin bahwa beban tidak
akan turun.
c). Segera pengawas ke tempat yang berbahaya tersebut untuk observasi
keadaan.
d). Jikalau memang semuanya telah aman, perlu dilakukan pemeriksaan
ulang apakah tempat, alat dan lain sebagainya tidak akan berubah.
e). Jikalau semuanya beres, segera minta izin lagi untuk segera memulai
beroperasi.

2-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2.4. Keselamatan Selama Beroperasi


a). Ramalan cuaca secara teratur harus diperoleh sebelum beroperasi. Jika
kecepatan angin melebihi dari pada 38 MPH segera melaporkan kepada
pengawas untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya.
b). Beban tidak diijinkan melebihi peralatan berat / konstruksi yang telah
ditetapkan. Untuk hal tersebut, harus diatur lebih lanjut cara
pengoperasiannya.
c). Kalau peralatan berat / konstruksi mobile beroperasi di daerah sekitar
distribusi tenaga listrik, harus diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini:
o Komponen peralatan berat / konstruksi hanya diijinkan pada posisi
paling dekat meter jika tegangan listrik sampai 500 volt.
o Untuk tegangan lebih dari 500 volt, sebaiknya jarak komponen
peralatan berat / konstruksi paling dekat 5 meter.
o Pengawas kelistrikan harus diberitahu kalau pekerjaan pengangkatan
akan segera dimulai.
o Untuk melindungi kabel tanah atau pipa-pipa dalam tanah harus
segera diberikan perlindungan apabila melintasinya segera diberikan
papan plat besi secukupnya.
o Untuk mengangkat barang-barang lepas, sebaiknya dimasukkan
dalam bucket untuk bisa diangkat bersama.
o Selama operasi satu atau dua tali perlu disediakan dan terikat pada
beban untuk mengontrol gerakan beban sehingga tidak berputar atau
berayun.
o Harus diusahakan agar operatornya selalu dapat melihat beban
selama diangkat-pindahkan. Juga perlu dilengkapi kaca spion untuk
memungkinkan penglihatan operator pada saat berputar.

o Juga semua peralatan berat / konstruksi harus dilengkapi dengan alat


pemadam kebakaran.
o Dilarang keras menempatkan barang-barang pada bagian-bagian
yang berputar, bergerak, pipa-pipa, saluran kabel lebih-lebih lagi
mengikatnya.
o Operator peralatan berat / konstruksi sebaiknya telah berumur lebih
dari 20 tahun dan dengan cukup berpengalaman di daerah seperti

2-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

tersebut di atas serta telah mempunyai sertifikat institusi yang


berwenang.
o Selesai pekerjaan, operator harus melaksanakan beberapa ketentuan.
o Letak beban
o Tarik hook/taruh bucket
o Putuskan saluran listrik/matikan sumber tenaga
o Tutup kabin dan kunci
o Usahakan agar motor penggerak aman/taruh boom/hindari kerusakan
bila terjadi ada perubahan cuaca dan lain sebagainya.

2.5. Peralatan berat / konstruksi Setelah Beroperasi


a. Pastikan bahwa peralatan berat / konstruksi cukup dalam posisi aman
pada saat akan ditinggalkan setelah selesai operasi atau saat setalah di
parkir ( ditempatkan pada suatu pool).
b. manfaatkan waktu menganggur(idle time), dengan melakukan
pemeriksaan seluruh kondisi yang digunakan saat operasi, khususnya
rangka – rangka yang bergerak dan rawan kecelakaan.
c. melaporkan dan mencatat semua keadaan yang ditemukan yang
berindikasikan rwan kecelakaan pada hari –hari operasi mendapat,
d. Periksa dengan benar apakah instalasi peralatan berat / konstruksi tidak
terlalu berdekatan dengan daerah yang memiliki zat yang mudah meledak
atau korosive.
e. Buat catatan penting prediksi identifikasi bahaya mendatang pada bagian
– bagian yang bergerak, rawan kecelakaan.

2.4 BEBERAPA KESALAHAN OPERASI MENGAKIBATKAN KECELAKAAN

Secara umum baik kesalahan teknis maupun kesalahan manusia semuanya menyangkut
ketelitian / keakuratan yang akhirnya juga bertumpu pada manusia, sehingga tidak salah
jika kecelakaan terbesar hampir 80% disebabkan oleh manusianya. Berikut yang perlu
diperhatikan agar meminimalisir tingkat kesalahan yang menyebabkan kecelakaan :

1. Kesalahan Teknis,

Kesalahan teknis ini meliputi peralatan yang digunakan, baik yang dapat di prediksi
maupun yang tidak ,

a. Yang dapat diprediksi sebelumnya :


1) A.B.A. (sling) tanpa sertifikat.

2-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2) A.B.A. (sling) tidak dipelihara dan dirawat.


3) Kelayakan pengikat di bawah standar.
4) Tali kawat baja (sling) cacat.
5) Terdapat pada alat bantu angkatnya.
6) Safety device tidak bekerja
7) Pemasangan/pendirian keran yang tidak sempurna
8) Batang penopang atau bagian-bagian konstruksi yang tidak terpasang tidak
cukup kuat atau pendukung yang tidak kuat.
9) Tempat pemasangan/pendirian keran diantara bangunan yang tidak cukup
kemampuannya menahan keran atau mendukung pada titik tumpu kuat
keran.
10) kegagalan konstruksi karena faktor kelelahan.
11) Rusaknya perangkat keselamatan pada peralatan
12) Kondisi daya dukung tanha tempat berpijak,
13) Kurangnya kestabilan peralatan
14) Dan lain-lain

b. Yang tidak dapat diprediksi sebelumnya :

1) Peristiwa lam seperti, sambaran petir, banjir, cuaca buruk (seperti angin
topan, goncangan agin yang melebihi standar) .

2) Sabotase, dllnya

2. Kesalahan Manusia
a. Kurangnya / tidak mempunyai ketrampilan / kemampuan (kompetensi) bagi
operator seperti dalam, tidak mempunyai kemampuan / tidak tepatnya membaca
besarnya beban operasi yang diijinkan,
b. Peralatan uyang dioperasikan bukan menjadi kewenangannya.
c. Pengikatan beban tidak sentries, sehingga beban terayun.
d. Komunikasi/aba-aba rigger tidak jelas sehingga berakibat kecelakaan terhadap
juru ikat atau pembantunya.
e. Penglihatan operator terbatas (jarak pandang operator) terhadap benda / barang
yang hendak diangkat.
f. Mengangkat beban tanpa tali tambera.
g. Pengikatan yang sembrono.
h. Pengikatan kurang baik dan benar sehingga beban dapat terlepas.
i. Terdapat kesalahan dalam rancangan konstruksi

2-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

j. Tidak mematuhi peraturan perundangan K3


k. Pemeriksaan yang tidak sempurna dan tidak teratur.

2.5 BEBERAPA BENTUK KECELAKAAN


Contoh-contoh bentuk kecelakaan :
1. Tangan terjepit diantara barang dan alat bantu angkat karena aba-aba tidak lancar.
2. Peralatan terjungkir karena tidak setimbang
3. Peralatan Ambruk
4. Peralatan Selip dan terbalik
5. Peralatan meledak dan terbakar

JENIS KECELAKAAN SEBAB-SEBABNYA


KERJA
1. JATUH DI TEMPAT - Permukaan lantai yang licin dan tidak rata
DATAR YANG SAMA
- Perlengkapan dan peralatan kerja berserakan di atas
lantai kerja
- Cahaya di tempat kerja kurang
- Pengaturan tata letak yang tidak baik
4. JATUH DARI - Terdapat lubang-lubang di lantai
KETINGGIAN
- Tidak ada pagar pengaman
- Ketika bekerja di tempat yang tinggi, tidak memakai
ikat pinggang pengaman
4. KEJATUHAN BENDA- - Berada di bawah benda yang mudah jatuh atau lepas
BENDA dari kedudukannya
- Tidak waspada terhadap keadaan di atas kepala
4. TERKENA PERCIKAN - Tidak memakai pelindung muka/mata ketika mengasah
BENDA-BENDA benda keras atau bekerja dengan bahan-bahan kimia
KECIL/ BAHAN-BAHAN
- Peralatan kerja tidak diberi perlindungan yang cukup
KIMIA
5. TERTUSUK BENDA - Tidak memakai alat-alat pelindung yang cukup (sepatu,
TAJAM sarung tangan, baju yang pantas) ketka bekerja
dengan bendabenda tajam
6. TERJEPIT BENDA/ - Jari tangan dalam kedudukan yang berbahaya
ALAT-ALAT
- Alat-alat yang bergerak/berputar tanpa perlindungan
- Pelanggaran atas prosedur kerja standar
7. TERSENGAT ALIRAN - Bekerja di tempat basah
LISTRIK
- Tidak memakai sepatu boots karet
- Isolasi listrik tidak baik
- Tidak tahu listrik
8. TERTABRAK/MENA- - Pandangan ke depan terganggu
BRAK BENDA-BENDA/-
- Tidak ada perhatian ke sekitar
KENDARAAN

2-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

- Sedang sakit
- Alat pengendali dan lem tidak baik
9. TENGGELAM - Sedang sakit
- Tidak bisa berenang
10. AKIBAT KELELAHAN - Mengangkat barang di luar kemampuan
- Kegagalan menahan atau menunjang beban
- Tergelincir di atas permukaan yang basah
11. MENGISAP ZAT-ZAT - Tidak memakai alat pelindung pernafasan
BERBAHAYA
DENGAN MEMATUHI SETIAP PERATURAN STANDARD YANG ADA, NISCAYA
KITA DAPAT MENCEGAH DAN MENANGGULANGI KECELAKAAN !!!!!!!!!!

2-9
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

BAB 3
PENERAPAN K3 PADA PESAWAT ANGKAT DAN ALAT ANGKUT

3.1 Umum
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja Pesawat angkat dan angkut adalah
meliputi, semua bentuk kegiatan K3 di bidang pekerjaan penggunaan pesawat angkat
dan angkut.

Secara umum pesawat angkat adalah jenis peralatan yang digunakan untuk
mengangkat, sedangkan pesawat angkut adalah jenis peralatan untuk mengangkut,
dangfan klasifikasinya akan dijelaskan pada bagian berikut ini

3.2 Dasar Hukum

1. Peraturan dan Perundang - undangan


Pesawat Angkat dan Angkut, Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan peraturan No:
PER.05/MEN/1985 tentang pesawat Angkat dan Angkut dan Peraturan
No.01/MEN/1989 tentang Kwalifikasi dan syarat-syarat operator Keran Angkat.

2. Standar Internasional
Ada beberapa buku standar ANSI yang dapat dipakai untuk memeriksa berbagai
jenis pesawat angkat, ialah:
a. V.30.1 Jacks
b. B.30.2 Overhead & Gantry Cranes
c. B.30.3 Hammer Head Tower Cranes
d. B.30.4 Portal, Tower and Pillar Crangs
e. B.30.5 Mobile and Locomotive Cranes
f. B.30.6 Derricks
g. B.30.7 Based Mounted Drum Hoist
h. B.30.8 Floating Cranes and Floating Derricks.
i. B.30.9. Slings.
j. B.30.10. Hooks
k. B.30.11. Monorails and Underhung Cranes.
l. B.30.12 Handling Loads Suspended from Rotor Craft.
m. B.30.13. Controlled Mechanical Storage Cranes.
n. B.30.14. Side Boom Tractors.
o. B.30.15. Mobile Hydraulic Cranes
p. B.30.16. Overhead Hoist (Underhung).
3-1
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

q. B.30.17. Overhead and Gantry Cranes.


r. B.30.18. Overhead Stacker Cranes
s. B.30.19. Cable Ways.
t. B.30.20. Below The Hook Lifting Devices.
u. Pelengkap untuk offshore crane dapat mengunakan standar :
1) API R.P. 20 dan API R.P. 20.
2) API R.P. 2C - Specificationfor Offshore Crane.
3) API R.P.2D - Recommended Practice for Operation and Maintenance on
Offshore and Onshore Crane

Setiap standar mengungkapkan ruang lingkup pemeriksaan terhadap konstruksi,


operasi, inspeksi dan perawatan terhadap crane apa yang diperiksa serta batas-
batasnya.
Standar itupun dapat dipakai sebagai petunjuk bagi para kontraktor, pemilik proyek,
ataupun para pegawai, supervisor dan badan organisasi lainnya yang berkaitan
dengan pertanggungjawaban terhadap penggunaan pesawat angkat berkaitan.
Selain ANSI dapat pula digunakan standar lainnya yaitu DIN, British, JIS, standar-
standar pemeriksaan dan pengujian yang dikeluarkan oleh Badan standar lainnya.

3.3 Jenis Dan Tipe Pesawat Angkat

1. Keran Menara (Tower Crane)


Keran menara adalah salah satu pesawat angkat yang mempunyai tugas menaikkan
dan menurunkan suatu beban sesuai kebutuhan dengan batas-batas tertentu dan
mempunyai jangkauan yang tertentu pula.

Baik beban yang diijinkan maupun jangkauannya atau biasa disebut radius
ditetapkan oleh suatu percobaan secara runtun dan merangkak mulai dari beban
terkecil, radius terkecil sampai ke beban maksimum dengan radius terbesar pula.
Kumpulan hasil percobaan tersebut dimasukkan dalam Daftar Beban atau biasa
disebut Load Chart.

Keran Menara ini mempunyai 3 jenis, yang mempunyai kemampuan dan keunggulan
masing-masing diantaranya:
a. Traveling Tower Crane adalah: jenis Tower Crane yang dapat bergerak maju
dan mundur diatas landaran rel, dan tower crane jenis ini umumnya mempunyai

3-2
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

ketinggian yang tidak terlalu tinggi, tetapi mempunyai kemampuan mengangkat


beban yang sama seperti pada Fixed Tower Crane, contohnya mempunyai
ketinggian hanya sampai 50 m’.
b. Climbing Crane adalah: Tower Crane yang pada dasarnya mempunyai tinggi
mast section cukup pendek, penempatan tower jenis ini sangat effisien karena
tidak memakan tempat yang luas, dan umumnya ditempatkan pada rongga lift
disuatu konstruksi bangunan, dimana bila gedung telah naik ketinggiannya saat
dibangun, karena tower crane jenis ini tidak mempunyai pondasi maka tower ini
mengikuti kenaikan gedung tersebut.
c. Stationary/fixed tower crane adalah, yang paling banyak dipakai dan umumnya
dipasang diluar-samping gedung yang akan dibangun, karena tower crane ini
berdiri diatas pondasi maka jenis ini biasa disebut dengan Fixed Tower Crane.

Pada dasarnya ketiga tower crane tersebut mempunyai prinsip kerja yang sama.
Tetapi pada kertas kerja ini penulis hanya akan membahas untuk prosedur dan
pemeriksaan dan pengujiannya adalah yang jenis Fixed Tower Crane. Agar dapat
diketahui secara jelas bagian – bagian dari crane tersebut, lihat Gambar 1. Keran
menara tetap dengan penjelasan komponen-komponennya. (lampiran)

2. Derek / Keran Pembawa (Mobile)


a. Commercial Truck Mounted Crane/Keran Dengan Chasis Truck Biasa
Keran yang semua perlengkapannya dipasang pada truck biasa dan sebagai
sumber tenaga untuk penggerak biasanya menggunakan motor penggerak dari
truck tersebut. Umumnya keran ini mampu membawa, menaikkan, menurunkan
dan memindahkan barang secara horizontal (swing) pada berbagai radius.
b. Crawler Crane/Keran Rantai (Kelabang)
Keran yang diletakkan pada alat pembawa yang menggunakan rantai untuk
bergerak. Sumber tenaga untuk bergerak (maju, mundur, berbelok), mengangkat
dan menurunkan beban serta memindahakan muatan secara horizontal terletak
pada bangunan atas (super structure/upper structure).
c. Wheel Mounted Crane/Keran Ban Karet
(1) Kabin pengemudi lebih dari satu.
Keran diletakkan pada pembawa dilengkapi dengan gardan (axle),
mempergunakan ban karet untuk berjalan. Mempunyai ruang pengemudi yang
terpisah yaitu masing-masing untuk ruang pengemudi keran dan ruang
pengemudi keran dan ruang pengemudi pembawa.

3-3
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

(2) Kabin pengemudi tunggal


Koran diletakkan pada pembawa di lengkapi gardan (axle) menggunakan ban
karet untuk berjalan tetapi hanya mempunyai satu ruang pengemudi, yang
dipergunakan sebagai ruang pengemudi pembawa dan keran angkat.
d. Locomotive Crane/Keran Lokomotif
Keran yang bagian atasnya termasuk sistem mekanis penggerak dan
perlengkapannya diletakkan pada alat pembawa bergerak dengan menggunakan
landasan ril. Sumber tenaga dari keran ini bisa bersumber dari keran angkat itu
sendiri atau dari luar.

Bagian Utama Dari Sebuah Keran


Pada umumnya untuk jenis keran mobil, secara keseluruhannya dapat dibagi menjadi
empat bagian yang penting yaitu:
a. Bangunan Atas/Upper Structure, Super Structure
Merupakan bagian dari keran yang dapat berputar dimana pada bagian kerangka
bangunan tersebut diletakkan sistem mekanik, fungsi2 kontrol penggerak keran.
b. Bagian Pembawa/Mobile Base Mounting
Tempat dimana bangunan atas diletakkan untuk dapat berpindah dari satu tempat
ke tempat lain dalam pengoperasiannya.
c. Tenaga Penggerak/Power Plant
Adalah sumber tenaga penggerak dapat berupa motor bensin, motor diesel,
motor listrik, motor hydraulis atau gabungan dari semuanya termasuk alat
pemutus/penyambung dari motor penggerak ke sistem mekanis keran, bisa
berupa kopling basah atau kering, juga termasuk diantaranya, hydro dynamic
torque converter, hydrostatic, electric generator atau juga peti roda gigi (gear
box).
d. Perlengkapan2 Bagian Depan/Front End Operating Equipment
Merupakan beberapa jenis perlengkapan yang dapat dipasangkan disesuaikan
dengan jenis atau kebutuhan pekerjaan. Diantaranya sebagai keran angkat, clam
shell, magnet, drag line, pemancang tiang (pile driver) dan lain sebagainya..

3. Keran Pedestal
Crane pedestal umumnya dipergunakan dilepas pantai, misalnya pekerjaan bongkar
muat dianjungan lepas pantai. Serta pekerjaan yng ada di lepas pantai umumnya
bahaya atau sumber bahaya sangat tinggi di karenakan situasi dan kondisi yang
setiap saat berubah-ubah.
3-4
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Pada umumnya pekerjaan bongkar muat dianjungan lepas pantai dipergunakan


pesawat angkut (crane) darat yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan berat atau
ringan dari volume pekerjaan.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi pekerjaan anjungan di lepas pantai, maka


dibuat crane yang disesuaikan dengan kebutuhan yaitu pedestal crane. Pedestal
crane didirikan secara tetap pada suatu pedestal yang menyatu dengan konstruksi
anjungan. Cara kerja pedestal crane juga tidak berbeda dengan crane darat kecuali
sistem horesting, dirrecting dan swing yang beda hanya kecepatannya.

3.4 Jenis Dan Tipe Pesawat Angkut


1. Pita Transport:
 Belt conveyor & chain conveyor
 Eskalator

2. Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas landasan permukaan:


 Tractor, Track, Dumpt truck,
 Alat-alat berat (earth moving equipment)
 Gerobak
 Fork Lift
 Kereta gantung
3. Alat angkutan jalan ril:
 Lokomotif
 Gerbong
 Lori

3.5 Prinsip Kerja Pesawat Angkat & Angkut


Prinsip kerja pesawat angkat & angkut adalah system yang bekerja pada seluruh
komponen bagian-bagian pesawat angkat & angkut itu sendiri, pada masa sekarang ini
terjadi perubahan teknologi yang demikian pesat sehingga terjadi kemajuan pula pada
system kerja dilingkungan enjiniring peralatan industri. Pada umunya penggunaan
system kerja pada pesawat angkat & angkut menggunakan:
 Sistem Elektrik
 Sistem Mekanik (manual & otomatis)
 Sistem Hidraulis
 Sistem Pneumatik (system angin bertekanan/tekanan udara).
3-5
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Dari system keempat tersebut terdapat 2 (dua) sumber utama tenaga penggerak
diantaranya adalah:
 Motor Listrik
 Motor Bakar (Bensin & Diesel)

3.6 Alat Kelengkapan Dan Peralatan/ Pengaman Keselamatan Kerja Pesawat Angkat &
Angkut

1. Alat kelengkapan (khusus pesawat angkat)


 Tali Kabel Baja (Wire Rope)
 Alat Bantu Angkat (Sling)
 Kait (Hook)
 Konstruksi Boom, Gantry, Rangka Penguat
 System Sambungan (Joining)
 Alat-Alat Pengendali (Control Apparatus)
 Alat Penyetop/System Rem (Brake System)
 Ruang Pelindung Operator (Cabin)
 Pemberat/Bobot Pengimbang (Counter Weight)
 Tromol Penggerak
 Alat Penggerak (Prime Mover)
 Rangka (Frame)
 Rangka Putar Dan Sistemnya (Slewing System)
 System Pemindah Tenaga (Power Train System)
 Unit Pembawa (Carrier Unit)
 Peralatan Pengaman (Safety Device)
 Alat Komunikasi

2. Perangkat Keselamatan Kerja/Safety Devices


Pada saat psawat angkat/keran didesign/direncanakan pabrik pembuat telah pula
merencanakan perangkat keselamatan kerja (safety devices), sebagai faktor
dominan dalam rangka usaha memperkecil angka kecelakaan.

Juga merupakan salah satu factor keamanan (safety factor) dari keseluruhan struktur
pesawat keran.

3-6
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Perangkat keselamatan kerja dipasang sedemikian rupa dari yang konstruksi


sederhana sampai yang cukup canggih yaitu menggunakan system electronic dan
bekerja secara otomatis.

a. Pengertian Safety Devices (PKK):


“Suatu perangkat peralatan/perlengkapan yang dibuat dan dipasang sedemikian
rupa pada sebuah Pesawat Angkat/Keran yang dapat berfungsi sebagai alat
pengendali dengan tujuan untuk mencegah terjadi kecelakaan”.

b. Syarat-syarat Pemakaian Safety Devices/Perlengkapan Pengaman.


1) Dapat memberikan perlindungan yang baik
2) Dapat mencegah pendekatan terhadap semua daerah yang berbahaya
selama pekerjaan.
3) Tidak menggangguketenangan dan ketenteraman operator.
4) Tidak mengganggu jalannya produksi.
5) Dapat digunakan secara otomatis dan tenaga minimum.
6) Cocok untuk bidang pekerjaannya dan peralatannya.
7) Tidak mengganggu pada saat pelumasan dan efektif pada saat perbaikan dan
efektif pada saat pemeriksaan.
8) Efisien pemakaiannya.
9) Tahan dalam pemakaian normal dan beban impak.
10) Tahan karat, tahan api dan tahan lama.
11) Tidak menimbulkan bahaya balik.
12) Melindungi kecerobohan pemakaian.

c. Jenis-Jenis Perangkat Keselamatan Kerja pada :


1) Mobile Crane (Hydraulic)
a) Drum Look Device
b) Drum Turn Indicator
c) Automatic Crane Stopping
d) Hydrolic Circuit Safety Device
e) Boom Angle Indicator
f) Over Winding Alarm Device
g) Boom Exstending Device
h) Boom Derricking Safety Device
i) Out Rigger Lock Device
3-7
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

j) Anemometer

2) Mobile Crane (Crawler)


a) Weight Load Indikator
b) Load Mowen Limiter
c) Boom Angle Indicator
d) Swing Brakelock, Swinglock
e) Drum Brake Lock
f) Drum Pawel Lock
g) Boom Back Lock
h) Crane Over Hoist Alarm
i) Boom Over Hoist Limit Switch
j) Anemometer

3) Overhead Travelling Crane


a) Over Winding Alarm Alarm Device
b) Bumper Stop Device
c) Drum Brake Lock
d) Over Load Limit Switch
e) Automatic Crane Stopping
f) Working alarm

3. Perlengkapan Peralatan K3 (Safety Device)


a. Umum:
 Automatic Engine Stopping Device
 Automatic Voltage Regulator
 Automatic/Magnetic Brake Device/System
 Speed Meter/Speedometer/Odometer
 Rpm Meter
 Voltage, Ampere, Frekwensi Meter
 Signal Lamp, Horn/Klakson
 Maximum Load Alarm Device

b. Spesial Untuk Pesawat Angkat Menara:


 Moment Limiter

3-8
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

 Maximum Load Limiter


 Maximum Speed Limiter
 Slewing Stroke And Limiter
 Lifting Stroke And Limiter
 Anemometer
 Penangkal Petir
 Alat Komunikasi
 Stability Limit Device
 Trolleying Limiter
 Travelling Limiter
 Hoisting Limiter

3. Kebutuhan perlengkapan
Kebutuhan utama dari setiap keran angkat mempunyai hubungan erat dengan
program keselamatan kerja. Maka dari itulah semua perlengkapan komponen-
komponen pada keran harus memenuhi ketentuan-ketentuan atau standar yang
berlaku, baik disaat melakukan perencanaan, pembuatan, pemeriksaan, pengujian
atau perawatan. Didalam PER.05/MEN/1985 Depnaker atau rekomendasi standard
lainnya akan kita temui segala ketentuan alat keselamatan pada sebuah keran, jika
terjadi kehilangan perlengkapan, kerusakan ataupun data informasi adalah menjadi
tanggung jawab pemilik untuk melengkapi dan memperbaiki sesuai dengan standard
yang berlaku.
4. Identitas
Pada setiap keran angkat harus dibubuhi identitas yang cukup jelas dan tidak mudah
hilang. Identitas tersebut mencakup nama pabrik pembuat, type/model nomer sari,
tahun pembuatan dan berat unit keran. Juga pada bagian perlengkapan keran yang
mudah dibuka/dipasang seperti ballast (counterweight), boom-boom penyambung,
jib-jib, kaki penyangga tambahan (out rigger), diberi tanda identitas yang cukup jelas
sesuai dengan nomer pemilikan keran angkat. Karena bagian tersebut hanya bisa
digunakan pada unit keran tersebut atau pada keran sejenis sesuai, dengan ciri-ciri
dan perencanaan yang dibuat oleh pabrik.
Pada setiap pembuatan komponen, perbaikan, perubahan konstruksi yang oleh
pabrik pembuat keran harus mendapat persetujuan dari pabrik pembuat keran
tersebut dan diawasi oleh seorang ahli (Proffesional Engineer).

3-9
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5. Daftar beban
Setiap mobil crane harus dilengkapi dengan daftar kemampuan pengangkatan beban
(load rating chart), yang dibuat secara jelas, tidak mudah rusak, diletakkan pada
bagian yang mudah dilihat oleh operator dari tempat duduknya.
Daftar beban tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dimengerti dan
dipahami maksudnya secara cepat dan cepat. Dalam daftar tersebut akan tertera:
a. Model keran, nomor seri dan tahun pembuatan.
b. Kemampuan pengangkatan pada setiap kombinasi panjang boom, radius dengan
dan tanpa menggunakan fly jib.
c. Cara menentukan berbagai kombinasi panjang boom dan jib yang diijinkan.
d. Daerah ruang kerja keran (crane quadrant) yang berhubungan erat dengan
kemampuan daya angkat keran pada berbagai posisis yang berbeda.
e. Adanya alternative komponen tambahan pada keran angkat, sehingga akan
merubah kemampuan daya angkat keran tersebut. Alternatif-alternatif tambahan
tersebut harus tertera dengan jelas.
f. Apabila kemampuan angkat dari keran tidak dibatasi oleh kestabilan tetapi
dibatasi oleh kekuatan konstruksinya, maka pembatasan antara keduanya harus
cukup jelas dalam daftar beban (load chart).
g. Bila keran ditempatkan pada dudukan/pembawa yang tidak simetris, maka
perubahan kemampuan daya angkat sesuai dengan arah keseimbangan harus
diberi tanda yang cukup jelas.
h. Peringatan, petunjuk, pembatasan yang harus dipatuhi selama pengoperasian
sehingga tidak menimbulkan bahaya kecelakaan, ditulis dengan jelas.

Seperti: kecepatan angin, kerataan landasan (leveling), kondisi landasan, tekanan


angin pada ban, kecepatan pengoperasian.
i. Cara-cara penggandaan tali penggerek dan jumlah penggandaan (part of rope
reeving) yang diijinkan, termasuk jenis, ukuran,dan panjang tali.
j. Data-data drum seperti diameter, kekuatan tarik, kecepatan putaran atau
alternative lainnya.
k. Pada keran hidrolis (hydraulic system), penjelasan secara terperinci mengenai
semua fungsi kelengkapan control bekerja secara otomatis, manual dan apakah
dilengkapi system jatuh bebas (free fall) atau tidak pada system pengerek muatan
beban.

Untuk keran yang menggunakan boom telescopic diberika penjelasan-penjelasan


mengenai:
3-10
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

l. Panjang setiap bagian telescopic boom yang dapat dikeluarkan


m. Penjelasan cara pengoperasian setiap bagian dari boom telescopic apakah bisa
dikeluarkan dengan tenaga mesin atau secara manual.
n. Cara-cara untuk memanjangkan atau memendekkan boom dan memasang fly jib.
o. Beban muat yang diperbolehkan diangkat sambil memanjangkan atau
memendekkan telescopic boom.

6. Alat-alat pelindung

Alat penutup/pelindung haruis terpasang pada system mekanis yang terbuka seperti
roda-roda gigi, pully, rantai, as dan lain-lain yang dapat menimbulkan bahaya pada
saat keran beroperasi. Alat pelindung tersebut dibuat cukup kuat sehingga mampu
menahan beban orang yang mungkin harus berdiri diatasnya sewaktu melakukan
perawatan/perbaikan.

Alat-alat pelindung/penutup tersebut sebaiknya dibuatkan jalan khusus untuk


melakukan perawatan, pelumasan tanpa harus membuka penutup/pelindung secara
keseluruhan, sedangkan pada kampas rem, kopling dibuatkan penutup khusus agar
terbebas dari segala kotoran, kelembaban atau percikan pelumas karena adanya
kebocoran.

Pada pipa gas buang (knalpot) diberi isolasi tahan panas, agar tidak menimbulkan
cidera yang kemungkinan akan tersentuh orang sewaktu melakukan perawatan atau
perbaikan, serta tidak ada kebocoran pada pipa gas buang yang bisa menimbulkan
kebakaran atau menyebabkan keracunan.

Pipa saluran akhir gas buang diletakkan sedemikian rupa sehingga asap gas buang
tidak mempengaruhi pengemudi/operator keran.

7. Karoseri dan ruang pengemudi (operator)

a. Karoseri dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi system mekanis


penggerak beserta kelengkapannya dan operator dari cuaca.
b. Kabin operator dibuat dengan baik sehingga operator dapat melihat kesekeliling
daerah kerja dengan leluasa tanpa mendapat halangan.
c. Kaca-kaca yang terpasang terbuat dari kaca khusus (safety glass) yang
sejenisnya. Pintu, jendela bisa dibuka dan ditutup dan diberi alat pengaman agar
tidak terbuka atau tertutup dengan sendirinya sewaktu keran sedang bekerja.
Pintu-pintu diperlengkapi dengan kunci supaya tidak dapat dimasuki oleh yang
tidak berkepentingan sewaktu keran ditinggalkan.
3-11
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

d. Pada jalan masuk keluar yang bertangga diberi pegangan tangan yang kuat dan
aman untuk dilalui. Pada ruang operator dibuatkan pintu yang mudah dilalui oleh
operator dan terletak disamping operator.
e. Kabin operator mampu meredam suara sehingga tidak membuat operator terlalu
bising (tidak boleh lebih dari ± 90 dB).
f. Tempat duduk operator dibuat dengan tidak baik (bisa distel) sehingga operator
bisa duduk dengan enak, mudah menjangkau tuas-tuas control tanpa merubah
posisi duduknya. Ruang operator dipasang lampu penerangan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu operator.
g. Disetiap permukaan lantai tempat berjalan orang dibuat agar tidak licin.
Pembuatan tangga serta kelengkapannya harus cukup kuat dan mudah untuk
dilalui.
h. Lantai diluar karoseri atau diluar ruang operator dilengkapi dengan pagar
pengaman, sedangkan pada lantai atau jalan orang yang sempat dilengkapi
dengan pegangan tangan.
i. Dibuat tangga untuk naik ke atap karoseri yang biasa dilalui orang pada saat
akan melakukan perawatan atau perbaikan perlengkapan keran angkat di atas
atap karoseri. Sedangkan pada lantai-lantai di atas atap karoseri yang cukup
tinggi dibuatkan pagar pengaman.

8. Tuas-tuas kontrol penggerak keran

Setiap tuas pengontrol gerak keran angkat harus memenuhi persyaratan tertentu
antara lain:
a. Semua tuas control yang digunakan untuk mengemudikan gerakan keran selama
pengoperasian terletak pada tempat yang mudah dijangkau oleh pengemudi
(operator).
b. Setiap tuas control diberi tanda sesuai fungsinya.
c. Tuas kontrol pengerek beban (load hoist), gerakan putar (swing), pengerek boom
(boom hoist), keran bisa kembali pada posisi netral dengan sendirinya.
d. Semua keran dilengkapi kopling untuk memutuskan hubungan tenaga penggerak
ke bangunan atas (upper structure) sebuah keran mobil. Tuas pengontrolnya
diletakkan pada ruang operator dan mudah dijangkau oleh operator.
e. Gerakan tuas control dipasang sesuai dengan arah resultante gerakan keran,
gerakan beban atau gerakan unit keran secara keseluruhan.
f. Bila mungkin dipasangkan alat pengunci tuas.

3-12
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

g. Tuas control disetel sedemikian rupa, sehingga untuk menggerakkan tuas tangan
cukup dengan tenaga kurang dari 15 kg dan mempunyai jarak langkah gerakan
maksimal 45 cm untuk gerakan tuas satu fungsi dan 30 cm untuk tuas dua fungsi
untuk masing-masing langkah gerakan. Pedal kaki digerakkan dengan tenaga
kurang dari 25 kg dengan jarak langkah gerakan tidak boleh lebih dari 20 cm.

9. Gelondong penggulung drum

Gelondong penggulung tali atau drum secara keseluruhan mempunyai beberapa


jaminan antara lain:

a. Cukup kokoh untuk menggulung, menarik dan melepas tali selama


pengoperasian keran dalam berbagai kondisi sesuai dengan rekomendasi pabrik.

b. Dilengkapi kopling yang baik sehingga tidak menimbulkan gerakan tiba-tiba atau
gerakan kejut pada saat menggerakkan dan menyetop gerakan drum.

c. Dilengkapi rem otomatis yang akan bekerja dengan sendirinya dan mampu
menahan semua beban kerja aman dengan penggandaan tali angkat sesuai
petunjuk pabrik pembuat.

d. Kopling dan rem bias disetel dengan ketentuan dari pabrik untuk tetap menjaga
kemampuannya karena adanya keausan akibat dari adanya gesekan.

e. Gelondong penggulung tali pengerek boom (boom hoist drum) dilengkapi dengan
ratchet, pawl dan rem otomatis.

f. Gelondong penggulung (drum) mampu menyimpan panjang tali dengan diameter


dan penggandaan pengulangan tali (rope reeving) sesuai rekomendasi pabrik
dalam pengoperasian keran angkat. Diberi pengaman agar tali tidak mudah
keluar dari susunan gulungannya.

g. Tali tersisa gelondong penggulung (drum), minimal tiga lilitan penuh.

h. Dilengkapi tempat pengikatan ujung tali pada drum dengan perlengkapannya


yang memadai.

i. Drum dilengkapi dengan rim dan telingan (flange) agar tali tidak mudah meloncat
keluar. Tinggi flange minimal 2 kali diameter tali terhadap susunan gulungan
terakhir.

3-13
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

j. Garis tengah gelondong (drum) tali pengangkat mempunyai pitch diameter tidak
kurang dari 18 kali diameter tali. Sedangkan gelondong (drum) tali penggerak
boom mempunyai pitch diameter tidak kurang dari 15 kali diameter tali.

k. Drum beralur mempunyai ke dalaman alur dan bentuk alur sesuai dengan tali
yang digunakan.dipasang.

l. Sudut antara dua garis yang ditarik dari titik tengah puli tegak lurus terhadap
sumbu drum dengan garis dari titik tengah puli ke salah satu titik pada ujung drum
disebut fleet angle. Besar sudut tersebut antara ¼o s/d 1 ¼ o untuk drum beralur
dan antara 1o s/d 2o untuk drum tanpa alur.

10. Rem
a. Jika rem tidak dihubungkan secara mekanikal dalam pengoperasiannya (tanpa
menggunakan pedal kaki atau tuas), maka harus dilengkapi dengan rem otomatis
yang akan bekerja dengan sendirinya apabila terjadi kerusakan pada sistem
tenaga atau tekanan.
b. Rem akan dapat dibuka kembali apabila sistem tenaga atau tekanan yang ada
cukup kuat untuk menggerakkan sistem gerakan keran.
c. Yang dimaksud di sini adalah sistem tenaga atau tekanan pada sistem hidraulis
atau pneumatik.
d. Pedal rem dibuat tidak licin, dilengkapi dengan kunci, sehingga dapat tetap
berada pada posisi pengereman walaupun tidak diinjak.
e. Semua rem pengaman gelondong pengangkat muatan (hoist drum) dapat dilepas
dengan sistem elektrik, hidraulis atau pneumatik. Rem ini dipasang pada drum
tanpa menggunakan perantara mekanis seperti roda gigi, rantai, vee belt atau
lainnya.
f. Rem atau kopling harus tahan terhadap panas yang timbul akibat gesekan.
Bagian permukaan yang bergesekan harus halus tidak ada cacat atau kotor.
g. Keran mobil dilengkapi dengan rem jalan yang mampu menahan keran tetap
diposisinya pada saat bekerja, tekanan tiupan angin saat parkir, menahan berat
keran pada kemiringan jalan (tanjakan) sesuai dengan ketentuan pabrik. Rem
jalan ini dilengkapi dengan sistem otomatois yang akan bekerja dengan
sendirinya apabila terjadi kerusakan pada sistemnya.
h. Pada keran mobil rem jalan mampu memberhentikan laju jalan keran pada
kecepatan dan jarak pengereman tertentu. Umumnya harus mampu berhenti
pada jarak 32 feet (10 meter) pada kecepatan 15 mph (  25km/jam).
3-14
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

i. Rem swing (swing brake) harus mampu menahan gerakan swing keran dengan
beban maksimum, tetapi juga harus mampu menahan tolakan angin
berkecepatan 30 mph ( 45 km/jam) lebih pada saat menggunakan panjang
boom dan jib maksimum.
j. Rem ini bekerja secara otomatis apabila terjadi kesalahan pada sistemnya,
diperlukan kunci swing yang dipergunakan disaat mengangkat muatan yang berat
sambil berjalan atau saat parkir.

11. Cakra pengantar/pulleys/shcaves

Alur pada cakra pengantar (puli) menjadi bagian terpenting menyangkut umur
pemakaian tali dan puli itu sendiri. Alur pada puli biasanya dibuat sedikit lebih besar
dari diameter tali sesuai dengan ketentuan pabrik pembuat tali dan permukaan alur
halusnya.

Apabila alur puli terlalu lebar (besar) akan mengakibatkan tali gepeng, menyebabkan
alur pada puli rusak. Begitu pula apabila alur puli terlalu kecil akan membuat tali
tergencet dan alur akan rusak.

Penampang sudut sentuh antara dasar puli dengan lingkaran penampang tali
berkisar antara 120o s/d 150o . bibir puli cukup terbuka untuk memudahkan tali duduk
pada dasar alur puli. Pemasangan puli antara yang satu dengan lain sebagai
pengantar tali hendaknya dipasang secara simetris atau dengan kemiringan sudut
yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat. Sehingga tidak akan mempercepat
kerusakan tali maupun puli. Kerusakan tersebut bisa kita lihat dengan adanya
keausan pada salah satu sisi permukaan pada alur puli.

Puli-puli pengerak boom mempunyai pitch diameter tidak kurang dari 15 kali diameter
tali, sedangkan untuk puli-puli tali pengangkat beban mempunyai pitch diameter tidak
kurang dari 18 kali diameter tali. Kedalaman alur puli (cakra pengantar) minimum 1,5
kali diameter tali.

Pada puli-puli pengantar tali biasanya dipasang alat pengaman tali (cable keeper)
agar tali tidak meloncat keluar dari alur puli sewaktu bekerja. Berbagai jenis puli
dibuat, disesuaikan dengan penggunaannya. Oleh karena itu setiap alat angkat
mempunyai perencanaan penggunaan puli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
dalam penggunaannya.

Permukaan alur puli yang kasar, rusak, aus akan mempercepat kerusakan tali, begitu
pula bantalan aus tali yang kurang sempurna. Puli tersebut harus diganti dengan
3-15
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

yang baru atau diperbaiki sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat, terutama
perbaikan alur puli.

12. Kaki penumpu tambahan/out rigger

Kaki penumpu tambahan harus mampu bertahan di tempat penyimpangan, waktu


keran berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dikeluarkan pada saat
pengoperasian keran. Kaki penumpu harus mampu menahan berat mesin dan segala
perlengkapannya termasuk beban waktu bekerja tanpa menunjukkan gejala-gejala
ketidak sempurnaan sedikitpun.
Batang-batang lengan kaki penumpu tambahan hendaknya diberi tanda yang dapat
menunjukkan bahwa lengan tersebut telah dijulurkan semaksimalnya. Karena
pengoperasian keran dengan menggunakan kaki penumpu tambahan (out rigger),
semua lengan-lengan kaki penumpu harus dikeluarkan sepenuhnya, tidak boleh
sebagian-sebagian atau hanya dengan menggunakan sebagian kaki penumpu saja.

13. Penyetop boom/boom stop

Setiap mobil keran dilengkapi dengan alat penyetop gerakan boom, untuk mencegah
agar boom tidak terbalik ke belakang dalam pengoperasian keran. Kejadian tersebut
biasanya terjadi karena:
a. Kait pengangkat beban (hook block) ditarik terus walaupun telah membentur
ujung atas boom (boom head), menyebabkan boom tertarik ke atas.
b. Menjalankan keran dengan sudut boom yang besar.
c. Mengoperasikan keran dengan boom panjang pada tempat miring (tidak rata) dan
memutar bagian atas (swing) dari sisi yang rendah ke bagian sisi yang lebih
tinggi.
d. Adanya kerusakan pada sistem kapling penggerak boom, kapling tetap berkunci
(lengket) walaupun tuas penggerak telah dilepaskan.
e. Putus atau lepasnya tali pengikat beban (muatan) yang berat, menurunkan beban
secara kasar atau mendadak pada pengoperasian keran dengan sudut boom
yang besar dapat juga menyebabkan boom terbalik ke belakang, karena
terjadinya pengendoran tali penahan boom dan kembalinya lenturan boom secara
tiba-tiba.
f. Tiupan angin pada keran dengan sudut boom yang besar akan mendorong boom
untuk terbalik ke belakang.

3-16
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Alat terbalik untuk menyetop gerakan boom agar tidak melampui besarnya sudut
yang ditentukan adalah satu pengombinasian semua fungsi untuk memutuskan
hubungannya dengan sumber tenaga penggerak secara efektif, dan akan menyetop
gerakan boom agar tidak melewati sudut yang telah ditentukan.

14. Alat keselamatan

Ada berbagai jenis alat keselamatan terpasang pada keran angkat mobil. Alat-alat
keselamatan tersebut umumnya pencegah terjadinya kecelakaan pada
pengoperasian keran.

Alat tersebut antara lain:


a. Tutup tangki bahan bakar dan tangki hidrautis harus cukup baik.
b. Kotak besi yang baik dan terikat dengan aman tempat menyimpan kunci-kunci
untuk melakukan perawatan dan menyimpan bahan pelumas.
c. Lampu penerangan untuk kerja malam.
d. Ganjal ban.
e. Kaca spion, klakson, kipas kaca, lampu parkir, lampu sen, penahan silau
matahari pada ruang pengemudi, tanda peringatan waktu bergerak mundur.
f. Pemadam api.
g. Boom angle indikator, dipasang pada tempat yang mudah dilihat oleh operator.
h. Boom length indikator, dipasang pada keran yang menggunakan boom
telescopik.
i. Boom back stop, alat pencegah agar boom tidak terbalik ke belakang umumnya
dipasang pada keran yang menggunakan boom rangka (ballire).
j. Automatic limit stop pada drum:
- Boom hoist stop : menghentikan putaran gelondong penggulung tali boom
apabila sudut boom mencapai batas yang telah ditentukan.
- Anti two blocking : menghentikan gerakan tali angkat sehingga pengait
beban tidak beradu dengan ujung boom.
- Over winding : menyetop gerakan gelondong penggulung pada saat
lilitan tali di dalam gelondong/drum disaat menurunkan barang tersisa minimal
3 lilitan.
- Level indikator/water pass : untuk menentukan keadaan kerataan (levelling)
penempatan sebuah keran.
- Load indikator : perlengkapan yang dapat menunjukkan beban/muatan
yang sedang diangkat dengan ketelitian tinggi.

3-17
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

- Safe load indikator : alat yang secara otomatis akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut:
- Beban yang diijinkan diangkat dalam keadaan dan posisi kerja saat itu.
- Radius dan atau sudut boom.
- Panjang boom (pada keran yang menggunakan boom telescopik).
- Berat beban yang sedang diangkat pada saat itu.
- Memberikan peringatan kepada operator apabila batas kemampuan angkat
dari keran akan dilampui. Bahkan pada saat ini alat tersebut dapat menyetop
fungsi gerakan keran apabila batas kemampuan angkat dari keran dilampui.

15. Istlah-istilah dalam keran


Bagi mereka yang bekerja dengan menggunakan keran angkat, maka akan ditemui
beberapa penggunaan istilah-istilah pada keran angkat antara lain:

a. Angle Indikator
Perlengkapan pada sebuah keran angkat yang akan menunjukkan besarnya
sudut antara boom dengan garis horizontal pada berbagai posisi boom secara
otomatis.
b. Anometer
Alat pengukur kecepatan angin
c. Automatic Safe Load Indikator
Alat keselamatan pada keran yang dapat memberikan aba-aba peringatan
kepada pengemudi keran (operator) apabila mengangkat muatan/beban melebihi
dari ketentuan.
d. Auxilliary Hoist (Whip Line)
Tali pengangkat beban kedua, biasanya digunakan untuk mengangkat muatan
beban yang ringan-ringan.
e. Axle Lock
Suatu perlengkapan pada keran ban karet dipasangkan antara gardan (axle)
dengan chasis untuk meniadakan gerakan axle (ocilation) dalam pengoperasian
keran dengan tumpuan ban karet (tanpa menggunakan out rigger).
f. Boom
Merupakan bangunan konstruksi yang dapat diperpanjang atau diperpendek,
terpasang pada bangunan atas (super stucture) digunakan untuk menopang tali
pengangkat beban (muatan).
3-18
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

g. Boom Stop
Peralatan pada keran angkat digunakan untuk membatasi gerakan boom agar
tidak melampui sudut boom terbesar dari yang telah ditentukan.
h. Boom Back Stop
Perlengkapan pada keran digunakan untuk mencegah agar boom tidak terbalik ke
belakang.
i. Boom Angle
Sudut yang dibentuk oleh boom dengan garis horizontal.
j. Boom Hoist Mechanism
Perlengkapan mekanis untuk mengatur gerakan boom naik atau turun.
k. Boom Point
Titik terjauh/tertinggi pada ujung boom.
l. Boom Length (Panjang Boom)
Panjang boom yang diukur dari titik tengah pin kaki boom titik tengah as puli
(cakra pengantar) diujung atas boom.
m. Cab
Rumah penutup pada bangunan atas keran angkat untuk melindungi
perlengkapan mekanisme dan pengemudi keran angkat.
n. Counter Weight
Pemberat tetap untuk menjaga keseimbangan keran angkat pada saat bekerja
mengangkat muatan/beban.
o. Center of Rotation
Merupakan sumbu putar dari bangunan atas keran.
p. Blocking Up Base
Pengoperasian keran angkat dengan menggunakan kaki penyangga tambahan
(out rigger) guna menambah kestabilan.
q. Bridle atau Harness
Suatu sistem susunan block cakra-cakra pengantar (puli-puli) yang
menghubungkan tali pendek boom (boom hoist suspension rope) dengan tali
penahan boom (boom pendant).
r. Cantilever Jib
Boom yang ditopang pada dua titik lampu dibagian bawah ujung boom.
s. Jib (Ply Jib)
Boom tambahan, dipasang pada ujung boom untuk menambah ketinggian
penderekan pengangkatan) muatan.
t. Load
3-19
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Merupakan beban yang diderek (diangkat) oleh keran angkat termasuk hook
block dan alat-alat bantu angkat lainnya yang tergantung di bawah hook (kait
penderek).
u. Load Block (hook Block)
Susunan dari satu atau lebih cakra-cakra pengantar (puli-puli), pin, rangka,
swivel, kait penderek (hook) digunakan untuk mengaitkan beban-beban yang
akan diangkat (dikerek) dan dipasangkan/digantungkan pada tali pengerek.
v. Rope falls
Jumlah penggandaan susunan tali pengerek antara tali puli load block (hook
block) dengan puli-puli diujung atas boom.
w. Load Rating Chart
Daftar tabel kemampuan angkat/kerek sebuah keran angkat yang memperinci
kemampuan angkat/kerek keran pada berbagai kombinasi panjang boom, radius
atau sudut boom serta beberapa ketentuan-ketentuan yang harus diikuti selama
pengoperasian keran angkat dan ditempelkan pada tempat yang mudah dilihat
oleh pengemudi keran angkat di dalam ruang pengemudi keran angkat.
x. Free Fall
Cara menurunkan hook atau beban dengan gaya beratnya sendiri.
y. Height of Lift
Jarak vertikal diukur dari tanah sampai hook (kait pengerek beban) bagian bawah
pada saat pengait muatan berada pada posisi paling tinggi.
z. Radius Indikator
Sebuah perlengkapan untuk menunjukkan perubahan-perubahan jarak radius
pengoperasian disaat terjadinya perubahan sudut boom atau pada saat
perubahan-perubahan panjang boom pada keran boom telescopik.
aa. Level Indikator (Water Level)
Peralatan pada keran angkat yang akan menunjukkan kerataan kedudukan keran
angkat pada suatu penempatan disaat operasi.
bb. Limit Switch
Alat pembatas yang bekerja secara otomatis apabila batas-batas tertentu akan
dilampui.
cc. Out Reach
Jarak horizontal dari titik tengah kait pengerek muatan pada bagian terdekat dari
keran kecuali boom.
dd. Power Lowering

3-20
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Peralatan mekanis yang memungkin menurunkan boom atau muatan yang


dikendalikan dengan kecepatan putaran motor penggerak.
ee. Tail Radius
Jarak horizontal antara sumbu putar dengan bagian terjauh di belakang
bangunan atas dari sebuah keran angkat.
ff. Reeving
Susunan penggadaan/pengulangan tali diantara dua buah bangunan yang terdiri
dari susunan-susunan puli.
gg. Slewing
Gerakan putar dari bangunan atas (supper structure).
hh. Single Line Pull
Kekuatan tarik satu tali pada gulungan pertama pada gelombang penggulung
(drum).
ii. Safe Working Load (S.W.L)
Beban maksimum yang dapat diangkat dengan aman oleh sebuah keran angkat
dalam suatu keadaan posisi tertentu.
jj. Pawl (Dog)
Alat pengunci untuk menahan suatu sistem gerakan pada keran angkat.
kk. Telescopik Boom
Susunan boom terdiri dari boom utama dan beberapa bagian boom bekerja
seperti telescopik disaat memanjangkan atau memendekkan boom.
ll. Two Blocking
Keadaan di mana hook block bersentuhan dengan ujung boom bagian atas
(boom point).
mm. Whell Base
Jarak antara titik tengah roda depan dengan titik tengah roda belakang.
nn. Free on Whell
Kondisi dari sebuah keran angkat ban karet yang mampu bekerja hanya
bertumpu pada ban, tanpa menggunakan kaki penyangga tambahan (out rigger).
oo. Out Rigger
Suatu konstruksi bangunan tambahan dipasangkan pada bagian pembawa keran
angkat di mana lengan-lengan dan kaki-kaki penunjangnya dapat diperpanjang
atau diperpendek untuk mendapatkan keseimbangan yang lebih baik.
pp. Parts of Rope
Jumlah penggandaan pengulangan tali diantara dua buah susunan bangunan
puli-puli.
3-21
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

qq. Over Bauling Weight/Pear Weight/Baby


Pemberat yang dipasangkan pada tali pengangkat beban sedikit di atas kait
pengerek muatan (book), mengakibatkan hook turun oleh karena beratnya
sendiri.
rr. Lipping
Keadaan keran angkat dalam posisi seimbang dengan beban berderek
(terangkat) dan akan terbalik apabila terjadi penambahan beban walau dalam
jumlah yang kecil.
ss. Quadrant
Pembagian daerah ruang kerja sebuah keran angkat yang ditentukan oleh posisi
boom terhadap kedudukan pembawanya.

16. Sumber & potensi sumber bahaya

Secara umum sumber bahaya yang terdapat pada pesawat angkat dan angkut
adalah:
a. Kesalahan design
b. Kesalahan pemasangan
 Konstruksi tidak kuat/tidak memenuhi syarat
c. Kesalahan pemakaian/operasional
 Penggunaan alat tidak sesuai dengan fungsinya
 Safety device tidak digunakan sebagaimana mestinya
d. Kesalahan pemeliharaan/perawatan
e. Tidak layak pakai (tidak pernah diperiksa dan diuji)
f. Daerah lingkungan kerja tidak aman/tidak memenuhi syarat
g. Tenaga kerja yang melaksanakan tidak memahami baik cara dan sifat
penggunaannya atau tidak terampil.

Potensi sumber bahaya yang terjadi pada pesawat angkat & angkut secara khusus
dapat terjadi pada bagian-bagian:
a. Bagian-bagian yang berputar antara lain: poros, roda, puli-puli, alat yang berputar
lainnya;
b. Bagian-bagian yang bergerak antara lain: gerak vertikal, gerak horizontal, gerak
maju dan gerak mundur;
c. Bagian-bagian yang menanggung beban antara lain: pondasi, kolom-kolom,
rangka (chasis), dudukan/bantalan, alat penumpu dan landasan;

3-22
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

d. Tenaga penggerak/sumber daya antara lain: peledakan, suhu tinggi, kebisingan


dan getaran.

3.7 Alat Pembawa/Pengantar Barang (Conveyor)

Tingkat kecelakaan dengan alat pembawa/pengantar barang tidak terlalu tinggi, akan
tetapi keparahan kecelakaan adalah tinggi. Tiap tahun tercatat beberapa kematian
dengan alat pembawa/pengantarbarang.
Pemandangan suatu alat pembawa/pengantar barang tidak memberikan suatu
peringatan sehingga para pekerja tidak menyadari berbahayanya. Suatu alat
pembawa/pengantar barang adalah mesin yang terus menerus bergerak biasanya tanpa
orang yang menjalakannya/operator dan mengawasi.

Kebanyakan kecelakaan terjadi selagi membersihkan atau memelihara alat


pembawa/pengantar barang yang sedang bergerak. Permulaan yang dikehendaki dari
suatu alat pembawa/pengantar barang sering menyebabkan kecelakaan.

Bagian yang paling berbahaya dari suatu alat pembawa/pengantar barang adalah:
- Titik sentuh
- Titik jepit antara dua bagian yang bergerak
- Barang-barang yang jatuh dari alat pembawa / pengantar barang.
- Jatuh di tempat jalan dan panggung.
- Kejutan listrik
- Kebakaran.

Kebanyakan kecelakaan terjadi selagi:


- Membersihkan
- Memelihara
- Meyelesaikan suatu kesukaran
- Pemasangan
- Memuat terlalu banyak.

Penyebab kecelakaan pada umumnya adalah:


- Pengaman dipindahkan
- Pengaman hilang
- Permulaan yang tidak dikehendaki
- Tidak berhenti selagi bekerja
- Penumpukan bahan jalan dan peralatan kerja.

3-23
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Waktu reaksi pekerja terlalu lama sehubungan dengan kecepatan alat


pembawa/pengantar.

3.8 Asas-Asas Keselamatan Kerja

Penumpukan dan kemacetan harus dihindari sejauh mungkin. Titik sentuh serta bagian-
bagian berbahaya lain harus diberi pengaman.
Pengaman harus didesain sedemikian rupa dan mantap.

Conveyors:
Conveyors adalah suatu alat angkut/antar/kirim guna membawa barang, bungkusan,
peti-petian atau bahan baku yang berbentuk batu-batuan, pasir, bubuk dan sebagainya
sampai pada tempat tujuannya. Alat tersebut dapat digerakkan dengan atau tanpa daya
kekuatan tenaga mekanis atau gaya berat.

Karena ada banyak jenis conveyors maka di bawah ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Gravity conveyor
Suatu alat angkut untuk membawa bungkusan atau bahan lepas ke lantai bawah
dengan kekuatan atau dorongan gaya berat tanpa tenaga mekanik.
2. Chute conveyor:
Suatu alat angkut atas dasar tenaga gaya berat barang-barang yang akan
diangkut/diantar dan terdiri alat yang lurus atau berspiral serta terbuat dari logam,
kayu atau bahan yang serasi dilengkapi dengan saluran yang licin serta terpasang
pada rangkaian besi yang miring.
3. Gravity roller conveyor:
Suatu alat mengangkut/pengantar dengan gaya berat dan diperlengkapi dengan
pelbagai roda-roda kecil serta terpasang padarangkaian besi yang agak miring
sehingga dapat berputar apabila ada bahan yang di tempatkan di atasnya dan
bergerak maju kejurusan yang menurun.
4. Belt conveyor (band conveyor)
Suatu alat angkut/pengantar yang digerakkan dengan kekuatan tenaga uantk
mengangkut/mengantar bungkusan atau bahan yang lepas biasanya dalam gerakan
horizontal melalui ban pita yang bergerak melewati terminal roda atau katrol yang
biasanya terdiri dari bagian yang membawa dan yang kembali serta ditopang oleh
roda-roda atau katrol-katrol.
5. Chain conveyor:

3-24
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Dimaksud suatu alat angkut/pengantar yang digerakkan dengan kekuatan tenaga


untuk membawa barang dan bahan dalam gerakan horizontal, vertical atau miring ke
atas dengan cara dari susatu atau dua maupun lebih yang sejajar suatu rantai tanpa
sambungan bekerja dengan roda-roda gigi pada tiap ujung.
6. Log Haul (angkut batangan kayu):
Dimaksud suatu kolam untuk membawa kayu gelondongan ke tempat penggergajian
dari kolom atau dari daratan sampai ke taraf lantai melalui rantai-rantai dilengkapi
dengan alat gait, alat mengeret atau jepitan guna mencekeram gelondongan
tersebut.
7. Overhead Chain Conveyor:
Dimaksud suatu alat angkut digerakkan oleh rantai yang membawa barang atau
bahan dibawa pada alat penggantung atau dalam wadah seperti keranjang atau
sangkut tergaet pada rantai-rantai tersebut dan menggantung dari topangan sejauh di
atas kepala.
8. Apron Conveyor:
Dimaksud suatu alat angkut dengan rantai-rantai yang mana bahannya dibawa pada
baki-baki tersendiri dan terpasang pada tiap sambungan atau di atas tampan
bersusun sedemikian disambung pada rantai sehingga membentuk suatu rangkaian
pita/ban atau semacam penutup baju.
9. Bucket Conveyor:
Dimaksud suatu alat angkut melalui rantai-rantai yang mana ada semacam ember-
ember yang menggantung, terpasang pada sambungan rantai tersebut dengan jarak
tertentu, membawa bahan-bahan dalam posisi horizontal, vertical atau agak miring
dan yang mana kadang kala telah dilengkapi dengan alat pengejut yang tetap
maupun yang dapat bergerak untuk mengosongkan atau menumpahkan ember-
ember tersebut tadi pada lokasi tersebut.
10. Live-Roll Conveyor:
Dimaksud suatu alat angkut/pengantar untuk membawa bungkusan-bungkusan atau
barang-barang dalam jalur horizontal atau agak miring dengan suatu urutan roda
horizontal, biasanya dalam jarak yang berdekatan, terpasang dalam rangka besi dan
bergerak dengan kekuatan tenaga di suatu jurusan yang sama.
11. Portable Conveyor:
Dimaksud suatu alat angkut/pengantar dengan ban/pita, bergerak tinggi, jenis
semacam baju atau yang berputar dan dibuat sebagai sesuatu yang dapat dipindah-
pindahkan dengan digerakkan oleh kekuatan tenaga unit motor terpasang di atas
roda-roda atau menggantung dari jalan atas dan bergerak dari satu ke lain tempat.
3-25
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

12. Screw Conveyor:


Dimaksud suatu alat angkut/pengantar untuk membawa bahan baku yang lepas
dengan melalui suatu saluran pelat logam yang tak berganda maupun berganda
berbentuk pilin yang terpasang sekelilingnya pada suatu as yang bergerak di dalam
suatu got/saluran horizontal atau agak miring yang berisi bahannya.
13. Pneumatic Conveyor:
Dimaksud suatu alat angkut/pengantar dengan melalui satu saluran atau got yang
horizontal, vertical atau agak miring yang melalui barang atau alat bahan telah
dihembus dengan tekanan angin/udara atau sedotan vakum.

3-26
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

BAB 4
PENERAPAN K3 PADA PESAWAT TENAGA DAN MESIN PRODUKSI

4.1 Umum

Tenaga Penggerak dan sistem pemindah tenaga ini meliputi bagaimana tenaga yang
dihasilkan oleh motor ditransmisikan kebagian/bagian atau komponen yang akan
digerakkan sesuai kebutuhan pesawat itu sendiri. Tenaga penggerak meliputi mesin
penghasil tenaga seperti motor bensin/motor diesel atau motor listrik. Kebutuhan akan
besarnya kapasitas tenaga (dalam PK/HP/TK atau KW/KVA) yang diinginkan harus
disesuaikan dengan kebutuhan dasar dari beban yang akan digerakkan, sehingga factor
keamanan dan keselamatan baik pengguna maupun terhadap pesawat itu sendiri dapat
dipertanggungjawabkan. Umumnya kapasitas tenaga ini telah ditentukan oleh pabrik
pembuatnya atau oleh pembuat modifikasi jika terjadi perubahan dilapangan tentunya
dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah keamanan dan keselamatan.

Untuk lebih memperjelas penjelasan diatas, selanjutnya dibawah ini akan digambarkan
secara sistematis tenaga penggerak dan system pemindah tenaga yang diambilkan
contoh pada alat berat (buldozer).

4.2 Susunan Sistem Pemindah Tenaga

4-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1. Kopling Utama
a. Pengertian Umum
Fungsinya: sebagai pemutus dan penghubung tenaga (putaran) engine ke
transmisi dengan perantaraan disc dan plate.

plate mutar disc diam plate mutar disc mutar

gbr. A gbr. B

Plate dipasangkan langsung ke fly wheel engine. Ketika engine hidup, maka
flywheel berputar. Dengan demikian plate pun ikut berputar. Ketika plate dan disc
dalam posisi disc-engene (gbr. A), maka tidak ada pemindahan tenaga; agar
supaya terjadi pemindahan tenaga maka antara plate dan disc harus dalam
keadaan engage (gbr. B).

Untuk menghindarkan slip pada waktu plate dan disc sedang engage, maka
haruslah dipenuhi persyaratan sbb:
1) Gaya yang menekan plate dan disc haruslah kuat.
2) Koefisien gesek bidang kontak haruslah besar.
3) Luas bidang kontak (ukuran dan jumlah plate dan disc).

Gaya tekan untuk menekan plate dan disc pada Dozer Komatsu
mempergunakan:
 Spring Type
 Over Center Type

Koefisien gesek ini dipengaruhi oleh:


 Jenis material bidang kontak plate dan disc.
 Kehalusan permukaan bidang kontak.
 Tingkat keausan bidang kontak.
 Temperatur bidang kontak.

4-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Besarnya koefisien gesek dapat dilihat pada table dibawah ini:

Type Jenis Material Koefisien Gesek

Woven 0,3
Kering Mold 0,3
Sintered Metal 0,25

Basah Sintered Metal 0,08

Untuk memenuhi persyaratan luas bidang kontak, maka pada kopling utama ini
sering ditemui jumlah disc dan plate lebih dari satu.

b. Spring Type
Cara Kerja:
Plate (drive plate) no. 6 terpasang pada flywheel, sedangkan disc (driven plate)
no. 5 terpasang pada driven plate guide gear no. 4 dan guide ini dihubungkan
dengan poros 1.

Posisi Engage:
Clutch spring duduk antara release collar (18) dengan spring seat; dimana clutch
spring mempunyai gaya dorong kearah , sehingga release collar (18) akan
terdorong kearah
Ujung rod (17) dipasang pada release collar (18), akibatnya ketika release collar
bergerak pada rod (17) juga akan terbawa oleh release collar. Release lever
dipasang pada release lever yoke dengan perantaraan pin. Ujung yang satu dari
release lever dihubungkan dengan rod, sedangkan ujung lainnya berfungsi untuk
menekan pressure plate.
Apabila rod bergerak kearah maka release lever akan bergerak,
sehingga bagian bagian atas release lever akan menekan pressure plate; pada
keadaan ini disc dan plate engage.

Posisi Dis-engage:
Ketika release collar ditekan kearah , melawan kekuatan cluth spring,
maka rod (17) akan bergerak , sehingga bagian atas dari release lever akan
bergerak akan bergerak kearah . Pada posisi diatas akan menyebabkan
plate dan disc menjadi dis-engage. Pada clutch type ini, kondisi normal disc dan
plate selalu dalam keadaan engage.

4-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Prinsip Kerja:
Pada keadaan netral (clutch pedal bebas), engage spring (7) akan mendorong
release lever (6), sehingga pressure plate (4) selalu menekan disc (2) pada plate
(3). Clutch pada posisi ini disebut Engage, dimana tenaga dari engine diteruskan
ke out put shaft melalui plate dan disc. Apabila pedal diinjak (ditekan) akan
memutar yoke shaft (8) searah jarum jam. Yoke akan mendorong release bearing
(17), release lever (6) melawan kekuatan spring, sehingga pressure plate menjadi
bebas dari tekanan spring.
Clutch pada posisi ini disebut disengage, dimana tenaga engine terputus ke out
put shaft. Pada clutch ini tidak ada system pelumasan, sedangkan untuk
pendinginan hanya mengandalkan udara luar saja, yang masuk melalui rumah
main clutch. Untuk mengurangi tenaga dalam menggerakkan pedal ke posisi dis-
engage, maka dilengkapi dengan spring pada linkage pedalnya (ini yang disebut
dengan spring booster).

4.3 Pemindah Tenaga Gerak (Power Train) Pada Pesawat Angkat Jenis Mobil Boom

1. Sistem Penggerak Langsung Kendali Manual (Direct Drive System Manually


Control.
Skema Dasar Umum:

SUMBER PEMUTUS & TRANSMISI PENGGERAK PENGUNCI


TENAGA PENGHUBUNG Atau SISTEM
TENAGA PERSNELING FUNGSI
GERAK
REM

KENDALI
MANUAL

a. Cara kerja system


Jenis kerja penggerak pada system ini adalah sederhana atau kuno. Semua
system kendalinya dipusatkan ditempat operator dengan sambungan kabel atau
tongkat penghubung langsung ke tuas-tuas kendali yang digerakkan operator.
Maka diperlukan tuas kendali yang panjang untuk memperingan dalam
menggerakkan tuas-tuas tersebut.

4-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

b. Penyaluran tenaga
Dari sumber tenaga didapat tenaga gerak putar untuk menggerakkan fungsi yang
diinginkan dengan melalui Pemutus-Penghubung Tenaga Gerak yang lazim
disebut kopling utama atau Main Clutch. Kemudian ke Transmisi berfungsi
mengatur cepat dan arah putaran, kemudian langsung ke system fungsinya. Yaitu
turun naik Kait, Boom, Swing dan Jalan/Move. Tiap fungsi terdiri dari As/Poros
yang langsung memutarkan Sepatu Kopling dimana terdapat Drum Kopling & rem
bertumpu pada suatu poros lain diluar Porosnya sepatu kopling. Poros ini juga
langsung berhubungan dengan Kelos Penggulung tali atau ke fungsi Swing dan
jalan/move drive atau melewati suatu sambungan gigi roda dulu. Tiap fungsi
mempunyai dua jaringan system seperti tersebut diatas untuk dipakai kedua arah
yang berlawanan didapat dari system transmisinya. Jadi susunannya adalah
sebagai berikut:
 Tenaga putar dari Transmisi memutar poros bagian dalam kemudian memutar
Sepatu kopling. Sepatu ini bergerak keluar oleh tekanan dari tuas kendali.
 Drum kopling & rem ikut terputar bila sepatu kopling menekannya. Tenaga
putar diteruskan melewati Poros bagian luar dan langsung berhubungan
dengan Fungsinya misalnya penggulung tali baja, penggerak swing dan jalan.
 Sepatu Rem adalah bagian terluar terikat tetap pada dudukan, tidak ikut
berputar.
Susunan seperti ini terdapat dua buah pada tiap system fungsi, dengan arah yang
berlawanan untuk gerakan winch/kelos penggulung.

2. Sistem Penggerak Langsung Kendali Bertenaga/Direct Drive System Powered


Control.

Macam Tenaga untuk kendali:


a. Angin/udara
Tekanan angin dari pompa yang terkumpul ditangki udara dialirkan kealat
pelumasan saluran udara/angin kemudian dibagikan ke kelep/katup kendali yang
dikendalikan oleh tuas kendali.
Angin/udara dari katup kendali dialirkan ke silinder dan piston yang fungsinya
sebagai penggerak kopling atau rem.

Kebaikan:

4-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Mudah dalam pemeriksaan dan perawatan. Semua keausan dan kerusakan akan
segera nampak pada setiap pemeriksaan harian yang dilakukan oleh operator
maupun mekanik yang bertugas. Pada pemakaian angin yang sistemnya tidak
terlihat jelas masih dapat didengarkan daerah kebocoran angin yang terjadi
dengan mematikan mesin terlebih dahulu.

Keburukan:
Angin sifat alirnya sangat cepat. Maka gerakan piston menjadi cepat sehingga
gerakan rem/kopling selalu mengejut, walaupun ini telah diberikan alat pencekik
aliran (NOZLE) angin/udara.
Karena hal ini maka diharuskan adanya operator yang khusus dan tidak boleh
sembarang operator lain mengoperasikan, diragukan belum dapat cepat
penyesuaian perasaan untuk mengendalikan crane.
Bila dipaksakan, tetapi silahkan sang Superior sport jantung dulu.

Keterangan.
Lihat gambar kopling dan rem.

b. Oli Hidrolik
Oll dari tangki disedot oleh pompa dan ditekan langsung kekatup kendali. Saat
semua tuas pada posisi normal, oll akan mengalir kembali ke tangki melewati
pendingin lazim disebut Hemat Exchanger dan disaring (filter).

Kebaikan:
Mudah dalam pemeriksaan dan perawatan. Semua keausan dan kerusakan akan
segera nampak pada setiap pemeriksaan harian yang dilakukan oleh operator
maupun mekanik yang bertugas. Oll sifat alirnya lambat. Maka gerakan piston
lebih lambat, sehingga gerakan rem atau kopling tidak mengejut. Bila ada
gerakan kejut berarti ada kelonggaran pada system gearnya.

3. Sistem Tenaga Hidrolik Penuh/Fully Hydraulic Power System


a. Cara kerja aliran OLI BERTEKANAN
Dari tangki oll dihisap oleh pompa. Pompa ini biasanya adalah kumpulan pompa
yang bersambung pada satu as pemutar. Tiap pompa digunakan untuk satu atau
dua buah fungsi anatara lain:

Fungsi naik turun HOOK/KAIT UTAMA.


Fungsi naik turun HOOK/KAIT BANTU.
4-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Fungsi naik turun BOOM.


Fungsi naik turun TELESKOPIK.
Fungsi SWING/PUTAR kiri-kanan.
Fungsi MOVE/PINDAH-JALAN.
Fungsi DONGKRAK/OUT RIGGER.
 Tekanan oll dialirkan lewat selang hidrolik ke KATUP KENDALI.
Bila tidak dipakai langsung kembali ke tangki denga melewati HEAT
EXCHANGER kemudian lewat FILTER.
 Bila tuas digerakkan untuk naik maka kerja kelep/katup adalah membuka
saluran bertekanan ke MOTOR HIDROLIK untuk arah naik, sedangkan
tekanan lebihnya kembali ke tangki melalui BYPAAS VALVE. Untuk oll yang
telah memutar motor akan langsung ke tangki lewat saluran pada KATUP
KENDALI/CONTROL VALVE.

Skema Umum Dasar

SUMBER POMPA OLI KATUP FUNGSI


TENAGA BERSAMBUNG KENDALI DGN
(PUTAR) REM/KUNCI
OTOMATIS

TUAS
KENDALI

b. Cara kerja MOTOR HIDROLIK


 Pada tiap Motor Hirolik terdapat Katup Pengatur untuk REM OTOMATISnya.
 Oll yang bertekanan langsung menekan motor untuk berputar, tetapi dihambat
beberapa saat yaitu diperlukan waktu untuk membuka remnya agar
membebaskan gerakan motor.
 Hal ini perlu untuk keselamatan yaitu jangan ada gerakan yang
berlawanan saat mulai bergerak.
 Motor Hidrolik bekerja/berputar karena dorongan/tekanan oll ke gear motor
melewati 2 buah lubang dimana tiap lubang berfungsi saluran masuk dan
keluar secara bolak-balik. Untuk mendapatkan kekuatan gerakan digunakan
Katup Penjaga yang terpasang pada setiap lubang saluran (Check Valve). Hal
ini gunanya untuk selalu membuat tekanan oll yang cukup kuat selalu terdapat
pada motor.
4-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

 KATUP PENGATUR akan bekerja bila tekanan oll cukup kuat sesuai yang
ditentukan oll akan masuk melaluinya dan saluran buang/kembali menjadi
tertutup dan saat oll tidak bisa masuk lagi maka saluran buang/kembali akan
terbuka.
 REM OTOMATIS bertype Normaly close yaitu bekerja/meRem saat normal
dan tidak bekerja saat dibuka dengan system tekanan oll yang melewati
Katup Pengatur.
 KATUP PENJAGA berfungsi menjaga tekanan Oll tetap tinggi sesuai
kebutuhannya yang menjaga beban berat dari tekanan balik yang terjadi dari
gerakan tak menentunya mesin. Bekerjanya, bila ada tekanan dari sisi satu
misalnya untuk maju maka sisi lain terbuka setelah cukup tekanan kerjanya
yaitu bila katup masuknya terbuka dulu.
 Pada system angkatan HOOK, bukan REM yang diterapkan pada system
tetapi KOPLING yang fungsinya naik bisa, turun tidak bisa. Alat ini disebut
SPRAG CLUTCH.
 Pada system angkat boom yang memakai WINCH diberikan alat PAWL
RATCHET. Hal ini akan memberikan kekuatan tahan yang jauh lebih kuat
disbanding Sprag Clutch. Karena tempatnya selalu diluar dan mempunyai
jarak radial yang lebih lebar. Sistem kendalinya yang otomatis akan lebih baik
daripada yang manual.
 Untuk yang memakai REM masih diberi pengaman lagi yaitu Pengunci/LOCK.
Contohnya yang teerdapat pada system Putar/SWING.

c. Cara kerja DONGKRAK HIDROLIK


 Dongkrak terdiri adri silinder dan piston dimana piston menjadi penyekat dua
ruangan yang terjadi dalam silinder. Tiap ruang mempunyai satu lubang
saluran, pada crane salah satu ruangan menjadi ruang Penahan Beban.
Yang lainnya menjadi Pengimbang.
 Agar kuat menahan beban maka hanya satu buah katup Penahan yang
dipasangkan. Bekerjanya adalah oll bisa masuk tetapi tidak bisa keluar
kecuali membuka katup dari arah lain dengan tekanan dari arah untuk ke
ruang pengimbang.
 Type lain dari Katup Penahan adalah dengan cara oll bisa kembali-keluar dari
ruang bila mendapat tekanan lebih dari yang ditentukan oleh pabrik pembuat.
Cara ini adalah yang sering dipakai karena aman dimana tidak akan terjadi
kerusakan struktur/konstruks bila melebihi beban. Tetapi bila per-nya
4-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

melemah maka daya tahannya menurun dan pernya harus diganti atau
sementara diganjal.
 Bila satu system silinder hidrolik tanpa katup penahan maka hal ini harus
diberi untuk memenuhi standar umum crane terutama standard safety seperti
ANSI B 30.5, API Spec 2 C dan lain-lain.

4. Sistem Kendali Bertingkat


Disebut Sistem Hidrolik Pilot atau Hidraulic Pilot Syatem.
 Istilah Pilot berarti Pemandu. Pada System Hidrolik Pemandu disini artinya untuk
mengendali kecepatan gerak yang dihasilkan dan juga memperingan tenaga
pengendalian.
 Untuk pengendalian kecepatan gerak dipakai system kendali Bantu yang kecil
dengan alat pencekik aliran atau memberi katup pengatur tekanan oll pada
system kendali kecil.
 Alat kendali kecil berakhir pada fungsi penggerak tuas berguna untuk
menggerakkan tuas katup kendali yan g besar, sehingga tidak lagi diperlukan
tenaga yang besar untuk menggerakkan tuas kendali. Pada hal ini dapat juga
ditambahkan suatu katup pengatur tekanan cepat atau lambat dengan tenaga
listrik, dimana pemberian oll bertekanan digandakan sehingga kekuatan
mendorong tuas menjadi lebih besar dan pembukaan saluran oll pada katup
kendali menjadi lebih besar atau mendekati seratus persen diamna bila tidak
digandakan hanya terbuka setengahnya sehingga gerakannya menjadi lambat
 Untuk membuka seratus persen dilakukan pembukaan alat pencekik, atau
menyetel katup pengatur tekanan agar didapat tekanan oll maksimal.

4.4 PENGGERAK

1. Jumlah Penggerak
Dengan mempertimbangkan besar kecilnya crane atau beban yang harus dilayani,
maka pada umumnya jumlah penggerak pada masing-masing gerakan dapat diamati
sebagai berikut:
a. Penggerak long travel, untuk kapasitas kecil terdiri dari 2 unit sedang untuk
kapasitas besar 4 unit penggerak.
b. Penggerak cross travel terdiri dari 1 unit (double output) penggerak dan 2 unit
(individual) penggerak untuk crane yang kecil.

4-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

c. Penggerak lifting unit terdiri dari 1 unit penggerak dan 2 unit penggerak untuk
kapasitas besar atau yang memerlukan gerak beban yang sangat halus.

2. Susunan Unit Penggerak.


Secara umum unit penggerak terdiri dari:
a. Tenaga penggerak (motor tanah).
b. Gear box (mereduksi putaran motor).
c. Penghubung/coupling/poros (zapex couping, pin coupling, barrel coupling, cardan
shaft).
d. Unit rem.

3. Kecepatan
Masing-masing gerakan biasanya memiliki beberapa tingkat kecepatan yang
disesuaikan dengan fungsi dan keadaan area operasi crane. Pada garis besarnya
kecepatan:
a. Long travel antara 80 s/d 120 m/menit crane besar atau 10 s/d 40 m/menit crane
kecil.
b. Cross travel antara 20 s/d 60 m/menit crane besar atau 20 s/d 30 m/menit crane
kecil.
c. Hoist antara 5 s/d 25 m/menit crane besar atau 5 s/d 15 m/menit crane kecil.

4. Tingkat Kecepatan
Masing-masing gerakan biasanya memiliki tingkat-tingkat kecepatan sesuai dengan
jarak yang harus ditempuh dan kehalusan gerakan yang diperlukan. Kebanyakan
masing-masing gerak dilengkapi:
a. Long travel s/d 4 tingkat kecepatan.
b. Cross travel dan hoist s/d 2 tingkat kecepatan.
5. Pengaturan Kecepatan
Untuk mendapatkan gerak crane yang halus serta menghindari pembebanan yang
mengejut pada bagian-bagian crane, perlu diperhatikan beberapa pengaturan
kecepatan sebagai berikut:
Gerakan diawali dengan tingkat kecepatan rendah dan juga dihentikan melalui tingkat
kecepatan rendah sebelum stop.
Peningkatan kecepatan hanya dipergunakan sekiranya jarak/panjang lintasan yang
hendak ditempuh masih cukup memadai.

4-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4.5 PENERAPAN PADA PRINSIP KERJA PESAWAT ANGKAT & ANGKUT

Prinsip kerja pesawat angkat & angkut adalah system yang bekerja pada seluruh
komponen bagian-bagian pesawat angkat & angkut itu sendiri, pada masa sekarang ini
terjadi perubahan teknologi yang demikian pesat sehingga terjadi kemajuan pula pada
system kerja dilingkungan enjiniring peralatan industri. Pada umunya penggunaan
system kerja pada pesawat angkat & angkut menggunakan:
 Sistem Elektrik
 Sistem Mekanik (manual & otomatis)
 Sistem Hidraulis
 Sistem Pneumatik (system angin bertekanan/tekanan udara).
Dari system keempat tersebut terdapat 2 (dua) sumber utama tenaga penggerak
diantaranya adalah:
 Motor Listrik
 Motor Bakar (Bensin & Diesel)

1. Motor Listrik

Motor listrik adalah motor yang energi tenaganya diperoleh dari hasil didapat dari
sumber listrik, dengan prinsip medan magnit listrik yakni tangan kanan ampere dan
melalui komutator maka rotor akan berputar terhadap statornya, dari hasil putaran
inilah tenaganya ditransfer secara mekanik ke poros-poros penggerak yang
dikehendaki, selanjutnya mengenai bekerjanya motor listrik sesuai penggunaannya
akan diterangkan pada bagian V berikutnya.

2. Siklus Motor Bakar


Agar motor dapat bekerja, maka dibutuhkan suatu rangkaian kejadian yang selalu
berulang.
Rangkaian kejadian yang selalu berulang kembali mengikuti jejak-jejak yang sama
seperti semula dan membentuk suatu rangkaian tertutup dinamakan siklus.
Siklus motor bakar torak harus mengikuti proses-proses sebagai berikut:
a. Mengisi suatu muatan yang dapat terbakar kedalam silindir,
b. Memanfaatkan muatan tersebut,
c. Menyalakan muatan tersebut pada akhir langkah kompresi, sehingga
mengakibatkan pemuaian yang menghasilkan daya.
Rangkaian proses diatas biasanya disebut proses:
 Pemasukan (intake),
 Kompresi (compression)
4-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

 Daya (power)
 Pembuangan (exhaust)

Untuk memproduksi daya yang terus menerus, maka motor harus mengulangi
rangkaian proses diatas secara berulang-ulang.
Satu rangkaian lengkap dari proses tersebut, pada sebuah motor disebut satu siklus.
Berdasarkan banyaknya langkah torak tiap siklus, maka motor dapat dibedakan atas:
 Motor siklus empat langkah.
 Motor siklus dua langkah.

3. Sistem Hidraulik
Dari system penggerak prinsip kerja hidraulik dewasa ini paling banyak digunakan
pada dunia industri karena system hidraulik dinilai mempunyai banyak keuntungan
dibanding dengan system penggerak yang lain maka dalam modul ini kami
khususkan untuk membahas jenis penggerak system hidraulik yang mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
 Gerakan yang dihasilkan dapat diatur sesuai dengan kegunaan alat dan
perlengkapannya.
 Desain cukup sederhana baik secara keseluruhan maupun terhadap komponen
pengontrol.
 Penempatan akuator dan motor lebih memudahkan pada rangkaian system.
 Getaran-getaran yang ditimbulkan sangat kecil disbanding dengan tenaga
penggerak yang lain.
 Pelumasan bagian dalam dilakukan secara otomatis dari oli hidrolik yang
digunakan.
 Kelebihan-kelebihan tekanan dapat dihindari secara otomatis.
 Efisien dan produktif.

Maka disini akan kami coba menguraikan dari jenis-jenis komponen dan prinsip-
prinsip dasar system kerja penggerak hidrolik, yang nantinya kami harapkan akan
bisa membantu pembaca maupun orang yang berkecimpung dalam pemakaian alat-
alat berta bisa melakukan perawatan dan pemeliharaannya.

Untuk memahami dengan jelas apa sebenarnya yang dimaksud system hidrolik itu,
maka perlu diketahui terlebih dahulu hal apa saja yang mendasarinya. Untuk itu perlu

4-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

diketahui arti dan fungsi, hukum yang mendasari macam hidrolik, pengertian symbol
dan rangkaian sederhana sehubungan dengan simbol-simbol yang ada, dengan
mengetahui ini semua maka seseorang yang terlibat didalam pekerjaan
menggunakan peralatan dengan tenaga hidrolik, akan lebih mudah menganalisa
penyebab kerusakan yang terjadi sewaktu-waktu. Khususnya pengertian symbol
standar hidrolik, karena setiap peralatan yang menggunakan tenaga hidrolik selalu
dilengkapi dengan skema hidrolik yang digambarkan berupa simbol-simbol untuk
mengetahui aliran oli didalam system hidrolik

a. Arti dan Fungsi Hidraulik


Bila ditinjau dari asal kata, hidrolik berasal dari kata Yunani yaitu hydraulic yang
terdiri dari dua buah kata digabungkan menjadi satu.
 Hydros berarti air atau cairan.
 Aulis berarti pipa atau saluran.
Jadi pengertian kata hirolik (Hydraulic) adalah suatu system atau cara dimana
pemindahan tenaga (energi) dan daya (power) dilakukan dengan menggunakan
gerakan atau aliran cairan yang bertekanan didalam circuit atau rangkaian
tertutup.
Dengan pengertian diatas diketahui fungsi hidrolik adalah: Tenaga atau daya
untuk menghasilkan sesuatu kerja yang ditimbulkan dari gerakan atau cairan
yang bertekanan.

Gambar 1.2 tarik

Cairan yang bertekanan

Sedangkan cairan (fluid) yang digunakan dapat berupa oli atau cairan sintetis
(Syntetic Fluid).

b. Macam Sistem Hidraulik


Sistem Hidraulik terdiri dari dua macam yaitu:
4-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

 Hidrodinamis (Hydrodynamic)
Yang dimaksud dengan hidrodinamis adalah pemindahan tenaga dan gaya
dengan melalui gerakan atau aliran cairan, sebagai contoh kopling basah
(fluid coupling, torgue conventer), kincir angin/water wheel.

 Hidrostatis (Hydrostatic)
Yang dimaksud dengan hidrostatis adalah pemindahan tekanan dan gaya
dengan menggunakan cairan yang bertekanan sebagai contoh adalah
penggunaan system hidrolik pada sebuah peralatan.

c. Hukum Dasar Hidraulik


Ada beberapa hokum dan prinsip yang mendasari dari system hidrolik ini, tetapi
yang mudah untuk dimengerti adalah Hukum Pascal yang berbunyi sebagai
berikut:
“Bila cairan dalam suatu rangkaian/sirkuit tertutup ditekan atau mendesak, maka
besar tekanan pada cairan tersebut akan sama besarnya pada semua bidang
permukaan”.

4-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

BAB 5
PENERAPAN K3 PADA PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

5.1 Dasar Hukum

Kelengkapan lain untuk pemeriksaan penyalur tenaga listrik biasa memakai standard
PUIL 1987.

5.2 Lingkup Pekerjaan M & E


1 Pekerjaan Plumbing
2 Pekerjaan Fire Fighting/Hydrant
3 Pekerjaan Tata Udara
4 Pekerjaan Lift
5 Pekerjaan S.T.P.
6 Pekerjaan Listrik
7 Pekerjaan Sound System
8 Pekerjaan Alarm
9 Pekerjaan Cctv
10 Pekerjaan Matv
11 Pekerjaan Telephone
12 Pekerjaan Penangkal Petir

Dari ke 12 lingkup pekerjaan ME diatas tidak semuanya dibahas disini, pembahasan


lebih difokuskan pada kelompok besar untuk pekerjaan ME yakni, mekanikal dan
elektrikal, berikut ini diberikan pembahasannya.

5.3 K3 Pekerjaan Mekanikal

Dalam pekerjaan mekanikal pekerjaan yang paling dominan adalah pekerjaan yang
menyangkut :

1. Fire Fighting

Fire fighting mempunyai pengertian suatu system pengendalian air bertekanan yang
berfungsi sebagai pemadaman api dalam penanggulangan kebakaran, mempunyai
bagian–bagian penting yang merupakan satu kesatuan system dalam fire figting,
dengan uraian sebagai berikut :

5-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

a. Sprinkler

 Suatu alat yang dapat memancarkan sejumlah air bertekanan secara otomatis
dan merata kesemua arah

b. Tanda Bahaya Lokal

 Suatu peralatan yang dibenarkan dipasang sedemikian rupa sehingga dengan


aliran yang sama atau lebih besar dengan aliran air untuk suatu kepala
Sprinkler dari suatu sistem, akan menghasilkan suatu isyarat tanda bahaya
dalam bentuk suara

c. Pipa Tegak (Riser)

 Pipa dengan posisi tegak dihubungkan dengan pipa induk.

d. Pipa Pembagi Utama, Pipa Pembagi, Pipa Cabang

e. Pipa Peningkatan Air Kering

 Pipa air tidak berisi air, dipasang di area gedung dengan pintu air masuk
(Inlet) letaknya mengha-dap ke jalan untuk memudahkan pemasukan air dari
Dinas Kebakaran untuk mengalirkan air ke pipa-pipa cabang yang digunakan
untuk mensuplay hidran ke lantai bangunan

f. Katup Kendali

 Katup untuk mengatur semua sumber penyediaan air dan pada setiap sumber
penyediaan air harus dipasang sekurang-kurangnya 1 bh katup

2. Klasifikasi Sprinkler

Terdiri dari 2 macam Sprinkler

 Sprinkler berdasarkan arah pancaran


 Sprinkler berdasarkan kepekaan terhadap suhu

a. Berdasarkan arah pancaran


 Pancaran arah ke atas
 Pancaran arah ke bawah
 Pancaran arah ke dinding

5-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

b. Berdasarkan kepekaan terhadap suhu

 Warna segel
- Warna putih pada temperatur 93o C
- Warna biru pada temperatur 141o C
- Warna kuning pada temperatur 182o C
- Warna merah pada temperatur 227o C
- Tak berwarna pada temperatur 68o C

 Warna cairan pada tabung gelas


- Warna jingga pada temperatur 57o C
- Warna merah pada temperatur 68o C
- Warna kuning pada temperatur 79o C
- Warna hijau pada temperatur 93o C
- Warna biru pada temperatur 141o C
- Warna ungu pada temperatur 182o C
- Warna hitam pada temperatur 204o C / 260o C

3. Cara Pemasangan Sistem Sprinkler


a. Peralatan dan kemponen Sistem Sprinkle Gedung terdiri dari peralatan dan
komponen sebagai berikut :
 Komponen Sprinkler terdiri dari :
- Kepala Sprinkler
- Tabung berbentuk reflektor
- Tabung berisi cairan
 Persediaan air
 Pompa dan perlengkapannya
 Jaringan listrik

b. Penempatan Kepala Sprinkler


Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal bahaya kebakaran ringan
tidak boleh melibihi 2,3 M, untuk kebakaran sedang atau kebakaran berat tidak
boleh melebihi 2 M. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-langit maka jarak
kepala sprinkler dinding tidak boleh melebihi 1,5 M

Jarak Kepala Sprinkler ke Kepala Sprinkler lainnya


 Bahaya kebakaran ringan maks. 4,6 M
 Bahaya kebakaran sedang maks. 4 M
 Bahaya kebakaran berat maks. 3,7 M
5-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

c. Pengujian

Untuk pengujian kebocoran dilakukan uji tekan dengan tekanan hidrostatik 15


kg/cm2 selama 4 jam tanpa penurunan tekanan

5.4 K3 Pekerjaan Listrik

Sebagaimana kita ketahui pada masa sekarang hampir semua peralatan mesin di
industri dijalankan oleh tenaga listrik. Hal ini mengandung maksud bahwa tenaga listrik
mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain: Pemakaian yang praktis, Ruangan yang
dibutuhkan lebih kecil, tidak bising, Polusi dapat diatasi

Namun di samping keuntungan tersebut, listrik juga mempunyai resiko bahaya yang
potensial. Oleh karena itu di dalam penggunaannya harus diikuti norma dan ketentuan
keselamatan kerja. keselamatan kerja dimaksud untuk melindungi : tempat/ruangan kerja
dan lingkungannya, tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja, alat-alat
kerja/produksi, bahan dan hasil produksi

Usaha keselamatan kerja bersifat preventif yang ditunjukkan untuk :

- mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja

- menciptakan suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman

- mempertinggi produksi dan produktifitas kerja.

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh, Perbuatan yang berbahaya (usafe act) dan
Keadaan yang berbahaya (usafe condition). Oleh karena itu norma keselamatan kerja
listrik juga ditujukan kepada manusia dan keadaan atau kondisi baik instalasi listriknya
maupun tempat maupun lingkungan di mana instalasi listrik dipasang.

1. Standar kabel listrik

a SII : Standar Industri Indonesia

b SLI : Standar Listrik Indonesia

c SPLN : Standar Perusahaan Umum Listrik Negara

d ASTM : American Society of Testing Material

e IEC : International Electrotechnical Commission

f VDE : Verban Deutsche Elektrotechniker

5-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2. Hal – hal yang perlu menjadi perhatian dalam pekerjaan listrik

a. Ruang kerja listrik

Dalam ruang kerja listrik mempunyai persyaratan – persyaratan umum yang wajib
dipenuhi diantaranya :
 Ruang kerja listrik harus diawasi oleh pengawas yang ahli kecuali ruang kerja
listrik yang terkunci dan yang tidak ada orang di dalamnya.
 Ruang kerja listrik harus berukuran cukup besar sehingga instalasi listrik yang
dipasang di dalamnya dapat diatur cukup leluasa dan mudah diperiksa.
 Ruang kerja listrik harus mempunyai penerangan yang baik, dapat dinyalakan
dari tempat yang berdekatan dengan jalan masuk.
 Ruang kerja listrik yang berada diudara terbuka harus dikelilingi seluruhnya
dengan pagar baik, dengan ketinggian pagar minimum 2 M di.atas tanah.

b. Instalasi lampu

Didalam inslatasi lampu harus memenuhi persyaratan – persyaratan umum yang


wajib dipenuhi diantaranya :
 Lampu pijar, kotak kontak, saklar harus dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat dicapai tanpa pengamanan sebelumnya.
 Lampu tidak boleh dipasang di atas bagian bertegangan yang tidak
terlindungi.

c. Indentifikasi penghantar dengan warna

Persyaratan Umum

 WARNA LORENG HIJAU-KUNING

Hanya boleh digunakan untuk menandai pengantar pembumian, pengantar


pengaman.

 WARNA BIRU

Digunakan untuk menandai pengantar netral pada instalasi listrik dengan


pengantar netral.

5-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Contoh : Pengantar Inti atau Rel

Pengenal
Pengantar inti atau rel
Dengan Dengan
Dengan warna
huruf lambang
A Instalasi arus bolak –balik
- fase satu L1 / R Merah
- fase dua L2 / S Kuning
- fase tiga L3 / T Hitam
- netral N Biru
B. Instalasi perlengkapan listrik
- fase satu U /X Merah
- fase dua V /Y Kuning
- fase tiga W /Z Hitam
C Instalasi arus searah
- positif L+

- negatif L-
M Biru
- kawat tengah /
- netral

D. Pengantar pembumian
Loreng
Pengantar HB
Hijau
pembumian
Kuning

d. Penggunaan kabel NYA


1) Untuk pemasangan tetap dalam jangkauan tangan, Kabel NYA harus
dilindungi dengan pipa instalasi.
2) Di ruang lembab NYA harus dipasang dalam pipa PCV.
3) NYA tidak boleh dipasang langsung menempel pada plesteran, harus
dilindungi dengan pipa instalasi.
4) Pada pemasangan di luar jangkauan tangan NYA boleh dipasang terbuka
dengan menggunakan isolator jepit atau isolator rol.
5) NYA dapat dipergunakan di dalam alat listrik, perlengkapan hubung bagi.
6) NYA tidak boleh digunakan di ruang basah, di alam terbuka atau di tempat
kerja dengan bahaya kebakaran / ledakan.

5-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

e. Penggunaan kabel NYM


1) NYM boleh dipasang langsung menempel pada plesteran atau ditanam
langsung dalam plesteran.
2) NYM dapat dipasang di ruang lembab tetapi harus digunakan kotak sambung
yang kedap air.
3) NYM tidak boleh dipasang di dalam tanah.

f. Nomen klatur kabel


N : Penghantar berisolasi dan kabel standart atau penghantar berisolasi
dan kabel penghantar tembaga.
Contoh : NYA, NYM, NYY, dll.
A : Penghantar dari aluminium
Contoh : NYFGbY
F : Perisai dari kawat baja pipih
Contoh : NYFGbY
G : Selubung isolasi dari karet
Contoh : NGA
Gb : Spiral dari pita Baja
Contoh : NYFGbY
S : - Perisai dari tembaga

- Pelindungan listrik dari pita tembaga yang dibalutkan pada semua inti kabel
bersama.

Contoh : N2XSY

2X : Selubung isolasi dari XLPE (Cross Linked Polyethelyne)

Contoh : N2XSY

Y : Selubung isolasi dari PVC

Contoh : NYA, NYM, NYY

Kemampuan hantar arus kabel tanah berisolasi dan berselubung PVC dengan
penghantar tembaga, pada suhu 20o C.

5-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Contoh : NYY

SIZE CURRENT CARYING CAPASITY


NO OF IN GROUND
IN AIR 20OC
CORES mm2 20OC
A A
2,5 36 20
4 46 38
3 6 58 49
10 77 67
16 100 90

3. Prinsip dasar terjadinya listrik

a. Prinsip terjadinya listrik adalah berdasarkan kepada teori elektron


Teori tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Setiap zat terdiri dari molikul-molikul yang mempunyai sifat sama dengan
zatnya
2) Atom adalah bagian yang lebih kecil dari molikul yang tidak mempunyai sifat
sama dengan zat aslinya
3) Misalnya air mempunyai 2 atom hydrogen dan 1 atom oksigen.
4) Setiap atom terdiri atas inti yang dikelilingi oleh satu atau lebih electron. Inti
atom bertenaga listrik positif dan electron mengandung muatan listrik negatif.
5) Inti terdiri atas proton yang bertenaga listrik positif dan neutron yang tidak
bermuatan listrik (netral)
6) Pada setiap atom, satu atau lebih elektron-elektron berputar mengelilingi
intinya dengan kecepatan luar biasa.
7) Zat-zat di mana elektronnya mudah pindah dari atom yang satu ke atom yang
lain disebut konduktor misalnya:
8) Tembaga, perak dan sebagainya.
9) Zat-zat di mana elektron sukar pindah dari atom yang satu ke atom yang lain
disebut isolator/penyekat misalnya: Ebinot, porselen?

Dengan teori tersebut dapat dijelaskan peristiwa kaca digosok dengan sutera dan
dapat bermuatan listrik karena adanya perpinhan electron-elektron karena antara
kaca dan sutera, dan kaca tersebut bermuatan listrik (tidak netral) sehingga dapat
menarik potongan kertas kecil.

5-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

b. Tegangan

Seperti halnya air, listrik itu dapat mengalir bila ada tekanan, misalnya dari pompa
air. Listrikpun dapat mengalir karena adanya tekanan atau tegangan listrik, atau
disebut juga gaya gerak listrik (GGL). Symbol dari tegangan atau gaya gerak
listrik adalah E dengan satuan Volt.

c. Kuat Arus

Listrik mengalir melalui penghantar: aliran muatan-muatan listrik (electron-


elektron) disebut arus listrik. Arus listrik mengalir dari tempat yang bertegangan
tinggi ke tempat yang bertegangan lebih rendah.

Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir setiap detik
dengan symbol I dan satuannya Coulomb.

Bila dalam 1 detik mengalir arus 1 coulomb disebut 1 coulomb per detik atau
disebut Amper (A).

d. T a h a n a n

Seperti halnya air, listrik yang mengalir selalu ada tahanannya.. Setiap zat
mempunyai tahanan yang berbeda terhadap arus listrik misalnya: Zat yang
bersifat konduktor mempunyai tahanan yang kecil dan zat yang bersifat isolator
mempunyai tahanan yang besar.

Tahanan listrik diberi symbol R dengan satuan yang ditulis dengan huruf Yunani
Omega (), atau Ohm.

e. D a y a

Pada bola lampu pijar tertera tulisan 220 volt 100 watt, artinya bola lampu pijar
tersebut akan menyala dengan baik jika dipasang pada tegangan 220 volt dan
menggunakan daya 100 watt. Symbol daya listrik adalah W dengan satuan watt.

f. Jenis arus listrik

1) Arus listrik searah/DC (Direc Current), dengan symbol ≈, dan mengalir ke satu
jurusan saja dalam menghantar dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-).

Sumber arus listrik secara bateray, accu, dynamo arus searah.

5-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Gambar

_ _______________________________________

Arus listrik searah

+ _______________________________________

2) Arus listrik bolak-balik

Lazimnya disingkat AC (Alternating Current) sebagai symbol

Arus bolak-balik mengalir kedua arah dalam penghantar yaitu dari positif (+)
ke negatif (-) dan sebaliknya.

Arus listrik ini dalam satu detik mengalami pertukaran 50-60 kali yang disebut
frekuensi dengan satuan: Hz

+ ________________________________________

+ +

_______________________________________ Arus bolak-balik

_ _________________________________________

Sumber arus bolak-balik adalah: dynamo arus bolak-balik atau generator.

3) Listrik statis

Listrik statis atau elektrostatika ialah listrik dalam keadaan diam dan kejadian
ini terdapat pada listrik yang berada pada benda-benda penghantar.

Dengan percobaan dapat dibuktikan bahwa diantara penghantar saling


bekerja gaya. Jika muatan electron sejenis misalnya positif-positif atau
negatif-negatif maka akan saling menolak; dan sebaliknya bila muatannya
tidak sejenis (positif-negatif) akan saling tarik menarik.

Listrik statis dapat ditemukan pada pemompaan minyak dari tangki satu ke
tangki lainnya melalui pipa-pipa penyalur; juga terdapat pada kondensator-
kondensator.

5-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

4) Petir

Terjadi karena loncatan muatan listrik pada awan ke bumi melalui suatu
media seperti pohon, benda-benda maupun manusia. Petir mempunyai
tegangan jutaan volt dan arus ribuan ampere, sehingga apapun yang terkena
sambaran petir akan berakibat sangat fatal.

4. Latar belakang norma keselamatan kerja listrik

Norma Keselamatan Kerja Listrik ditetapkan dalam suatu peraturan perundangan


sejak tahun 1910 yang disebut “Veiligheisds Reglement” (VR) Stbld. 1910 N0. 406
Bab II Pasal 1 ayat (1) Sub: 19 s/d 27.

Peraturan pelaksanaan dari VR pada waktu itu disebut “Speciale Bepalingen “B”
yang isinya memberlakukan AVE (Algemene Voorschieeften Voor Electrische
sterkstroom Instalation) atau U EN 2004 tahun 1937

AVE inilah yang merupakan suatu peraturan instalasi listrik di pabrik-pabrik dalam
ruang lingkup V.R. yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan
karena listrik, yang disebut juga Norma Keselamatan Kerja Listrik.

Pada tahun 1954 AVE diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjasi Peraturan
Umum Instalasi Listrik Arus Kuat, yang diberlakukan mulai tahun 964 atau biasa
disebut PUIL 1964

Pada tahun 1970 V.R. dicabut, dengan diundangkannya Undang-undang 1970 No.1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kemudian dalam Undang-undang No. 1
tahun 1970 masalh kelistrikan ditetapkan dalam Bab III, pasal 3 ayat (1) sub q yang
menyatakan “Dengan Peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya”.

Pada tahun 1973 dibentuk Panitia Revisi Peraturan Umum Instalasi listrik yang
dikoordinir oleh LIPI.

Panitia ini terdiri dari wakil Pemerintah, swasta, produsen, konsumen, instalatir
termasuk wakil dari Departemen Tenaga Kerja.

Pada tahun1977, selesailah tugas panitia dan terbitlah PUIL 1977 yang merupkan
standart umum. Dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
(pada waktu itu) Nomor Per-04/MEN/1978, tanggal 10 Maret 1978, PUTL 1977
diberlakukan sebagai Peraturan Umum Instalasi Listrik di tempat Kerja dalam ruang
lingkup Undang-undang No.1 tahun 1970.

5-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Atas dasar Peraturan Menteri tersebut maka PUTL 1977 merupakan syarat-syarat
keselamatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Bab III pasal 3 ayat (1) sub q UU
No. 1 tahun 1970.

5. Pemakaian listrik

Listrik digunakan pada hampir semua kegiatan kehidupan masyarakat baik di rumah
tangga, industri, telekomunikasi, perhubungan dan sebagainya.

Di rumah tangga listrik digunakan mulai dari penerangan sampai kepada


penggunaan alat-alat rumah tangga seperti, setrika listrik, kompor, alat memasak dan
lain sebagainya.

Diindustri listrik digunakan disamping untuk penerangan, juga digunakan untuk


menggerakkan seluruh mesin-mesin yang ada diindustri tersebut seperti mesin pintel
pada industri tekstil, sampai kepada industri berat seperti pabrik baja logam Cilegon.

Untuk menggerakkan peralatan dan mesin, listrik tidak langsung dapat


menjalankannya. Untuk itu diperlukan alat-alat bantu yang disebut motor listrik. Jadi
motor listrik berfungsi untuk mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik.

Listrik yang digunakan di dalam rumah tangga dan industri sebagian besar
menggunakan listrik arus bolak-balik atau AC.

Ada sebagian peralatan rumah tangga atau industri yang menggunakan listrik arus
searah (DC) seperti lampu baterai, mobil, motor arus searah dan sebagainya.

Di dalam penggunaan listrik disamping mempunyai berbagai keuntungan, namun


mengandung bahaya yang sangat potensial yang dapat menyebabkan bahaya
kecelakaan sampai kepada kematian seseorang disamping bahaya kebakaran yang
tidak dapat kita perkirakan sebelumnya.

6. Faktor penyebab kecelakaan listrik

Kecelakaan dan kebakaran akibat listrik disebabkan oleh:

a. Mengalirnya arus listrik pada tubuh manusia melalui sentuh langsung maupun
tidak langsung.

1) Sentuh langsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif peralatan listrik
atau isolasi listrik yang dalam keadaan kerja normal bertegangan.

2) Sentuh tak langsung adalah sentuhan pada badan peralatan listrik atau
instalasi listrik, yang dalam keadaan kerja normal tidak bertegangan tetapi
menjadi bertegangan karena kegagalan isolasi.
5-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Tingkat bahaya listrik pada manusia ditentukan oleh:

a) Besar kecilnya arus listrik:

0-11 MA = Batas arus yang diebut perception current, yang hanya


menstimulir syaraf perosa, hingga terasa suatu rangsangan/getaran,
tetapi tidak menyebabkan apa-apa.

1,1-15 MA = Batas arus yang disebut let go current, menyebabkan syaraf


terasa sakit, tangan seperti kejang, tetapi bagian tubuh yang tersentuh
masih dapat melepaskan obyek yang dipegang.

15-20 MA = Syaraf terasa sakit, kejang akan menjalar ke mulut dan


sulit untuk di katupkan tekanan darah akan menarik.

20-250 MA = Batas arus yang mulai disebut Fibrillating current dan


menyebabkan ventricular fibrillation yaitu rusaknya susunan syaraf sampai
berhentinya denyut jantung sehingga akan berakibat kematian bagi
penderita.

b) Jenis Arus

Arus bolak-balik mempunyai tingkat bahaya lebih tinggi dari arus searah
yaitu kira-kira tiga kali lebih tinggi dari arus searah.

c) Waktu (lamanya) arus mengalir

Waktu pengaliran arus ke dalam tubuh manusia menentukan tingkat


bahaya bagi manusia. Hal ini dapat diambil rumusan besarnya arus dan
lamanya arus itu mengalir ke dalam tubuh manusia.

10

I =10--- MA (IEC)

d) Daerah atau bagian tubuh yang tersentuh oleh aliran listrik

Oleh karena hanya tahanan untuk bagian-bagian tubuh manusia berbeda


dan tidak merata, maka bagian tubuh yang tersentuh arus listrik
menentukan tingkat kecelakaan.

(1) tidak meratanya kelenjar, keringat.

(2) banyaknya darah yang melalui pembuluh darah.

5-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

(3) pemeabiliter kulit.

e) Kondisi fisik & Kejiwaan

Semua organ tubuh yang hidup mempunyai sifat keaktifan sendiri


merubah harga tahanan tubuh sesuai situasi kondisi dan tubuh pada sat
itu.

f) Efek rangsangan medan listrik tegangan tinggi

Sebagaimana diketahui bahwa arus akan mengalir dari potensial yang


lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah.

b. Hubungan Singkat

Hubungan singkat adalah hubungan antara dua titik pada satu rangkaian melalui
tahanan yang dapat diabaikan yang disebabkan oleh adanya gangguan.

Arus listrik akan mengalir melalui dua penghantar yang berlalinan antara hantaran
satu dengan lainnya yang dibatasi oleh isolasi, kecuali untuk hantaran tanpa
isolasi/telanjang.

Pada hubungan singkat, mengakibatkan bahwa:

Arus (I) menjadi besar tak terhingga (), karena:

E
Menurut hokum Ohm I 
R

Dimana : I = besar arus, dalam kesatuan Ampere (A)


E = besar tegangan, dalam kesatuan Volt (V)
R = besar tahanan, dalam kesatuan Ohm ()
yang dalam hal ini adala nol (0)

c. Beban lebih

Beban lebih disebabkan oleh ketidak mampuan suatu hantaran terhadap arus listrik
yang mengalir padanya sehingga menimbulkan panas yang berlebihan.

Seperti diketahui bahwa suatu inti hantaran baik berisolasi maupun tanpa berisolasi
bila dialiri arus akan timbul panas besar:

Q=I2 RT

5-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Dihubungkan dengan jenis logam yang digunakan dan luas penampangnya maka
setiap inti dari hantaran mempunyai kekuatan/kemampuan yang disebut Kemampuan
Hantar Arus (KHA).

Hantaran dengan ukuran 1,5 mm2 mempunyai KHA berbeda dengan hantaran
dengan ukuran 2,5 mm2 jadi beban lebih terjadi bila arus yang mengalir dalam
hantaran lebih besar dari nilai yang maksimum yang diizinkan dalam hantaran
tersebut.

Hubungan singkat dan beban akan lebih mengakibatkan kebakaran dapat terjadi bila
terdapat tiga unsure yaitu: udara, bahan yang dapat/mudah terbakar dan panas
dengan perbandingan tertentu.

Hubungan singkat dan beban lebih akan menimbulkan panas yang berlebihan
sepanjang hantaran.

Hubung singkat ini dapat mengakibatkan Kebakaran, terjadinya korsleting listrik ini
dapat kemungkinan dikarenakan penggunaan kabel yang sudah tua atau tidak
memenuhi persyaratan dalam pemilihan kabel / pemasangan instalasi.

Apabila panas ini telah mencapai titik nyala dan hantaran tersebut berada atau dekat
dengan benda yang mudah terbakar maka akan terjadi kebakaran.

7. Usaha pencegahan terhadap bahaya listrik

Secara keseluruhan telah ditetapkan di dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik


Indonesia (PUIL)1977.

Namun secara singkat akan diuraika prinsip-prinsip usah pencegahan terhadap


bahaya listrik yaitu:

a. Pengamanan terhadap bahaya sentuh langsung

Sentuh langsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif dari peralatan
listrik atau instalasi listrik.

Bagian aktif peralatan listrik adalah bagian konduktif yang merupakan bagia dari
rangkaian listriknya, yang dalam keadaan kerja normal bertegangan.

Pengamanan tersebut digolongkan dalam 2 golongan:

1) mencegah terjadinya sentuh langsung antara lain:


isolasi konstruksi, lokalisasi, dan cara ini tidak berlaku pada ruang kerja listrik.

5-15
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2) menghindari bahaya akibat sentuh langsung antara lain: tegangan rendah


pengaman, cara ini tidak berlaku pada ruang bahaya kebakaran atau bahaya
peledakan.

b. Pengamanan terhadap bahaya sentuh tak langsung

Sentuh tak langsung adalah sentuhan pada badan peralatan listrik atau instalasi
listrik., yang dalam kerja normal tidak bertegangan tetapi menjadi bertegangan
karena kegagalan isolasi.

Kegagalan isolasi tersebut dapat dicegah dengan cara:

- desain dan konstruksi yang cermat untuk peralatan listrik.

- isolasi yang tepat pada bagian aktif.

- pemasangan instalasi yang memenuhi syarat.

Di samping cara-cara ini juga dapat dicegah dengan tindakan-tindakan


pengamanan sebagai berikut:
1) Isolasi pengamanan.
2) Tegangan rendah pengamanan.
3) Pentanahan pengaman.
4) Pentanahan netral pengaman.
5) System hantaran pengaman.
6) Sakelar pengaman tegangan.
7) Sakelar pengaman arus sisa.
8) Pemisah pengaman.

c. Usaha pencegahan terhadap kebakaran karena listrik

Usaha pencegahan terhadap kebakaran karena listrik adalah sebagai berikut:

1) Setiap pemasangan instalasi listrik, baik pemasangan baru maupun perluasan


harus direncanakan lebih dahulu.

Rencana instalasi listrik terdiri atas:

- Gambar situasi

- Gambar instalasi

- Diagram garis tunggal

- Gambar detail

- Perhitungan teknis
5-16
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

- Daftar bahan

- Uraian teknis.

2) Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik dengan cara mengadakan:

- Pengukuran tahanan isolasi dan dicatat hasilnya, menurut ketentuan


dalam PUIL 1977 tahanan isolasi instalasi listrik harus mempunyai nilai
sekurang-kurangnya:

- 1000 ohm/volt untuk instalasi dalam ruang normal

- 1000 ohm/volt untuk instalasi dalam ruang lembab.

Apabila nilai tahanan isolasi di bawah batas yang ditentukan maka instalasi
listrik tersebut harus diperbaiki.

3) Dilarang menggunakan pengamanan lebur yang sudah rusak, dengan


memasang kawat tambahan pada patron lebur dan atau menyambung
langsung di luar pengaman lebur dengan kawat tambahan.

4) Pengukuran tahanan isolasi secara berkal ( 5 tahun sekali) atau sewaktu-


waktu bila dipandang perlu.

d. Di samping usaha-usaha tersebut, tidak kalah pentingnya adanya pelayanan dan


pemeliharaan secara teratur.

Pelayanan yang salah maupun pemeliharaan yang tidak teratur merupakan


kemungkinan terjadinya bahaya listrik.

8. P e l a y a n a n

a. Petugas Pelayanan
1) Pelayanan instalasi listrrik harus dilakukan oleh tenaga kerja yang khusus
terlatih untuk tugas itu, atau jika hal itu tidak mungkin, oleh seseorang di
bawah pengawasan dan petunjuk yang ahli.
2) Penanggung jawab yang ahli ialah seorang ahli yang ditunjuk oleh pengurus
setempat untuk bertanggung jawab atas tugas melayani dan memelihara
instalasi listrik.
3) Orang yang tidak berwenang dilarang mendekati dan melayani bagian
instalasi yang dapat menimbulkan bahaya. Larangan ini harus dinyatakan
dengan jelas dan terang.
4) Dilarang melayani instalasi listrik tanpa perintah dari penanggung jawab,
kecuali untuk keadaan darurat.
5-17
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

5) Dilarang melayani instalasi listrik:


a) dalam keadaan gelap.
b) Dalam keadaan atau pakaian basah, termasuk tutup kepala, topi dan
sepatu.
c) Dalam keadaan jasmani dan rohani tidak sehat.

6) Perlengkapan listrik yang bertegangan menengah atau tinggi harus dilayani


menggunakan perkakas, yang baik, kecuali jika perlengkapan listrik itu
dirancang atau dilengkapi peralatan pelayanan khusus sehingga dapat
dilayani dengan aman tanpa perkakas.

b. Cara memutus Listrik


1) Agar dapat bekerja dengan aman dibagian instalasi listrik yang memerlukan
keadaan tidak bertegangan, tindakan memutus listrik harus dilakukan secara
berturut-turut sebagai berikut:
a) Semua sakelar dan kemudian pemisah yang memungkinkan tenaga listrik
mengalir ke bagian yang akan dibuat tidak bertegangan, harus dibuka dan
dikunci.
b) Pengaman lebur yang bersangkutan, yang memungkinkan adanya
tegangan harus dikeluarkan.
c) Semua penghantar yang terhubung ke alat ukur, yang memungkinkan
adanya tegangan, harus pula diputus dan dipisahkan.
2) Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa, harta benda atau
instalasi listrik, seorang tanpa memberitahukan kepada petugas dibenarkan
mengambil tindakan cepat untuk menghentikan penyaluran tenaga listrik
dengan membuka sakelar dengan cara lain yang sama.
3) Mengamankan keadaan tidak bertegangan harus dilakukan sebagai berikut:
a) Petugas yang diserahi tanggung jawab, atau yang ditunjuk harus secara
efisien memeriksa apakah bagian instalasi yang diputus atau dibuka
benar-benar tidak bertegangan.
b) Semua bagian-bagian konduktif terbuka dari instalasi yang dibebaskan
dari tegangan harus dibumikan dengan baik.
c) Penghantar instalasi yang dibebaskan dari tegangan harus dihubung
singkatkan secara efektif ditempat pemutusan.
d) Pada pemutusan dan pemisah yang memberikan tegangan kepada
bagian instalasi yang hendak dibuat tidak bertegangan harus dipasang
rambu peringatan.

5-18
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

e) Jika bagian instalasi yang harus dibuat tidak bertengangan mempunyai


kemungkinan mendapatkan aliran listrik dari sumber lain, dan padanya
harus dipasang rambu peringatan yang jelas dan mudah terlihat.

c. Cara Mengembalikan Tegangan

1) Sebelum mengembalikan tegangan kepada instalasi yang dibebaskan dari


tegangan, tindakan berikut harus dilakukan secara berturut-turut:
a) Semua hubung singkat harus ditiadakan.
b) Hubungan pembumian dari bagian yang dalam keadaan kerja
bertegangan, harus diputus, mula-mula pada bagian tersebut, baru
kemudian pada bumi.
c) Ahli yang bertanggung jawab atas pekerjaan atau pengawas, harus yakin
bahwa semua pekerjaan instalasi telah dilaksanakan dengan baik dan
aman untuk diberi tegangan listrik kembali.
d) Penangggung jawab yang ahli harus tahu pasti bahwa semua tenaga
kerja bersangkutan telah meninggalkan tempat kerja mereka.
e) Pada waktunya Tenaga Ahli yang berkaitan harus memberi tahu mereka
masing-masing bahwa tegangan listrik akan dikembalikan.
f) Semua pengaman lebur yang dikeluarkan harus dipasang kembali dan
pemisah harus dimasukkan.
g) Saluran masuk dan semua alat-alat ukur dihubungkan kembali dan rambu
peringatan dicabut.

2) Untuk memudahkan pelayanan, instalasi listrik harus dipasang bagian


instalasi, bila perlu, disertai keterangan tentang cara melayani perlengkapan
listrik.

9. Pemeliharaan

a. Pemerikisaan & Pemeliharaan


1) Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah terkena gangguan
saja, tetapi juga pengamanan, pelindung dan perlengkapan seperti papan
pengenal dan rambu peringatan serta bagian instalasinya harus terpelihara
dengan baik.
2) Pengurus tempat kerja bertanggung jawab atas penggunaan yang aman,
sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaan instalasi tersebut.
3) Pegawai Pengawas Keselamatan Kerja berwenang melarang penggunaan
instalasi listrik yang dapat membahayakan keselamatan kerja atau

5-19
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

keselamatan umum. Larangan tersebut harus disertai alasannya secara


tertulis.
4) Karena instalasi mengalami aus dan penuaan atau kerusakan yang
mengganggu instalasi jika dibiarkan, secara berkala instalasi harus diperiksa
berdasarkan petunjuk metode dan program yang telah ditentukan. Bagian
yang aus, rusak atau mengalami penuaan diperbaiki atau diganti.
5) Hasil pemeriksaan berkala suatu instalasi harus dicatat dalam laporan tertulis
pemeriksaan.
6) Minyak isolasi dari sakelar minyak, transformator dan sebagainya pada
waktunya harus dibebaskan dari air, dibersihkan dari debu dan arang, serta
dibebaskan dari zat asam, antara lain dengan cara penyaringan.
7) Perlengkapan tertentu seperti relai yang bagiannya lebih cepat terganggu
bekerjanya karena aus, mengalami penuaan atau kerusakan secara berkala
diperiksa dan dicoba, baik segi mekanis maupun listriknya.
8) Dalam melaksanakan pemeliharaan harus dipenuhi/diperhatikan agar jangan
membawa atau menggunakan perkakas kerja dan bahan yang magnetic
dekat pada medan magnetic perlengkapan listrik.
9) Pelindung dan pengaman, yang selama melaksanakan pemeliharaan dibuka
atau dipindahkan, harus segera dipasang kembali setelah pekerjaan selesai.
10) Setiap bagian di mana harus diadakan pemeriksaan dan pelayanan harus
diatur sedemikian rupa sehingga orang berwenang dapat dengan leluasa
melaksanakan tugasnya. Setiap gang yang melilingi mesin dan peralatan
seperti generator, generator transvormator dan papan penghubung harus
bebes dari setiap penghalang dan harus diatur sedemikian rupa sehingga
orang yang berwenang dapat dengan mudah mencapai semua bagian yang
perlu mendapat perhatian.
11) Dilarang menggunakan pengaman lebur yang sudah rusak dengan
memasang kawat tambahan dan atau menyambung langsung di luar
pengaman lebur

b. Gejala Kerusakan

Gejala kerusakan isolasi dan gejala ketidak wajaran yang lain-lain yang dapat
mengakibatkan bahaya atau kerusakan, harus segera dicari penyebabnya dan
diperbaiki.

Penjelasan:

5-20
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1) Penurunan nilai tahanan isolasi instalasi listrik yang cepat, dan


mengakibatkan bahaya kerusakan dikemudian hari meskipun nilai tahanan
isolasi tersebut pada waktu ini masih memenuhi syarat.
2) Isolator yang retak, terutama untuk tegangan mencegah atau tegangan tinggi,
yang dapat mengakibatkan gangguan pada pengusaha atau dapat
menimbulkan kecelakaan harus dengan segera diganti. Biasanya retaknya
isolasi sukar diketahui, oleh karena itu perlu diadakan pemeriksaan rutin
terhadap keadaan tersebut.
3) Perkakas dan perlengkapan kerja seperti tongkat hubung, sarung tangan
pengaman, tester, dan lain-lain harus diperiksa secara teratur dan setiap saat
akan digunakan harus diperiksa terlebih dahulu apakah masih digunakan
sesuai dengan fungsinya.

Keamanan dan keselamatan para petugas tergantung pada keandalan perkakas


dan perlengkapan kerja tersebut.

c. P e l a p o r
Para petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan pemasangan, pemeliharaan
atau pelayanan instalasi diwajibkan untuk segera memberitahukan kepada
atasannya yang bertanggung jawab segala kejadian dan keadaan yang mungkin
membahayakan atau kerusakan yang diketahui.

5.5 Cara Membebaskan Penderita Dari Aliran Listrik

1. Untuk memutuskan hubungan antara penderita dan pengantar dilakukan cara


seperti berikut :

a. Sedapat mungkin pengantar harus dibuat bebas tegangan dengan jalan


memutuskan saklar atau melepaskan gawai pengaman atau pengantar ditarik
sampai terlepas dari penderita dengan menggunakan benda kering bukan logam,
misalnya : sepotong kayu atau seutas tali yang dikaitkan pada pengantar.

b. Penderita ditarik dari tempat kecelakaan.

c. Pengantar dilepas dari tubuh penderita dengan tangan yang dibungkus dengan
pakaian kering yang dilipat-lipat.

2. Penolong harus mengamankan diri dahulu untuk menghindarkan atau mengurangi


pengaruh arus listrik, Ia harus menempatkan diri pada papan kering, kain kering,
pakaian kering atau alas serupa itu yang bukan logam (kayu, karet), jika hal itu tidak
5-21
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

mungkin, kedua tangan penolong dibalut dengan kain kering. Pada saat memberikan
pertolongan, penolong harus menjaga diri agar tubuhnya jangan bersentuhan dengan
benda logam.

5-22
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

BAB 6
PENERAPAN K3 PADA BEJANA BERTEKANAN

6.1 Umum
Kecelakaan karena peledakan pada suatu bejana bertekanan pada umumnya
beriakibat fatal, Lebih parah lagi apabila membawa akibat korban manusia mengingat
peledakan bejana ini sangat dahsyat. Hal ini terbukti dengan hancurnya bejana
tekanan tersebut sehingga menjadi berkeping-keping ataupun karena terlemparnya
bejana dari tempat semula.

Seperti kita ketahui suatu bejana tekanan adalah suatu bejana yang tertutup dengan
tekanan tertentu di dalamnya. Dengan demikian bejana ini disamping bahan konstruksi
yang memenuhi syarat juga harus dibuat melalui perhitungan-perhitungan standard
yang sudah ditentukan sesuai dengan tekanan yang ada di dalamnya.

Adanya cacat konstruksi pada suatu bejana tekan dengan sendirinya tidak
dikehendaki, demikian Juga dengan peralatan-peralatan (pengaman) tambahan
seperti, appendages sangat diperlukan bagi suatu bejana tekan, yaitu sebagai alat
pengaman tekanan lebih apabila bejana tekan mempunyai tekanan melebihi dari
tekanan semula atau tekanan yang ditentukan sesuai dengan standar

6.2 Perencanaan
Langkah pertama yang sangat penting dalam pembuatan bejana tekan, adalah
perencanaan dengan perhitungan sesuai standar yang diinginkan / diminta, ini
diperlukan guna mengetahui kondisi yang dikehendaki bagi bejana tersebut. Langkah
selanjutnya yang harus ditempuh adalah dengan perhitungan uji coba atau pengujian
coba sebelum bejana tekan tersebut dinyatakan sudah siap pakai.

Dalam perencanaan, faktor yang harus diketahui dan merupakan dasar pertimbangan
dalam perencanaan adalah :
1. Tekanan
2. Temperatur
3. Bahan pengisi bejana
4. Pengaruh perubahan tekanan dan temperatur
5. Pengaruh adanya peralatan-peralatan lain seperti pipa-pipa ataupun beban-beban
lainnya.
6. Pengaruh cuaca disekitarnya.
6-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Guna mendapatkan kesempurnaan hasil jadi pembuatan suatu bejana maka faktor
tersebut di atas harus diperhatikan. Segala ketentuan mengatur hal ini pada umumnya
sudah tercantum dalam standard-standard bejana. Khususnya mengenai bahan-bahan
bejana yang digunakan antara lain: baja karbon, paduan, stainless steel, aluminium,
nikel, tembaga dan sebagainya ataupun bahan-bahan non metalik, seperti glass yang
telah diperkuat dengan plastic. Glass reinforced plastic (GRP). Kita telah mengenal
beberapa standard yaitu ASME; JIS; SAA; British Standar (BS), dan sebagainya.

Dengan demikian untuk mendalami pengetahuan tentang bejana bertekanan berarti


kita harus mengetahui pula standard-standard ini disamping pengetahuan-
pengetahuan dasar teknik yang sebelumnya harus sudah dinilai.

6.3 Temperatur
Penggunaan bahan pada temperatur yang tinggi berarti untuk mempengaruhi kekuatan
konstruksi bahan yaitu sifat mekanisnya seperti keuletan, kekuatan, kekerasan dan
akan menjadikan bahan tersebut menjadi rapuh, kaku ataupun berubah sifat-sifat
aslinya sehingga membahayakan bagi kekuatan konstruksi semula.

6.4 Korosi (karat)


Korosi ataupun perkaratan pada bejana tekanan juga salah satu sebab yang
menjadikan kekuatan konstruksi suatu bejana berkurang pengaruh korosi tersebut
antara lain:
1. Adanya korosi sebagian konstruksi menjadi hilang dan ini merupakan cacat.
2. Adanya korosi bahan menjadi rapuh atau retak sebagai akibat dari retak korosi
tegangan (stress, corrosion coating).
3. Adanya korosi memperlemah sifat-sifat penghantar bahan.
4. Adanya korosi menguasai sifat-sifat mekanis.

Korosi tak dapat dikurangi dengan cara pemelihan bahan yang tepat ataupun
memberikan perlindungan semata-mata akan tetapi agar diperhitungkan saat
perencanaan pertama dengan bahan-bahan yang akan terjadi dan menyagkut pula
jangka waktu kemampuan material bertekanan (life time).
Faktor kekurangan bahan akibat korosi harus dihindari dan dicegah dengan pengadaan
inspeksi secara berkala. Kerapuhanakibat korosi, retak tak dapat ditolerir, faktor
pemilihan bahan yang tepat, system pengelasan dan perencanaan yang tepat
merupakan kunci pencegahan terjadinya korosi.

6-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6.5 Konstruksi
Bejana tekanan cukup kuat didapat apabila pelaksanaan pembuatan berdasarkan
standard yang ada. Termasuk standard sambungan-sambungan las merupakan hal
yang sangat penting dan sangat mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembuat
suatu bejana tekanan mengigat kuat atau tidaknya suatu konstruksi tergantung dari
hasil sambungan las ini. Sifat hasil sambungan harus mencerminkan kekuatan yang
sesuai dengan bahan yang disambung dan ini hanya dapat dilaksanakan berdasarkan
standard tadi dan dilakukan (dikerjakan) oleh Welden yang kualified.

Untuk menjamin kebaikan sambungan ini, sambungan-sambungan harus diadakan


pengujian baik destructive maupun non destructivenya setelah selesai penyambungan
konstruksi bejana.

Dalam hal pelaksanaan sambungan pengelasan harus dapat memperlihatkan sertifikat


procedure pengelasan dari suatu bejana tekanan sesuai dengan standar WPS yang
ditentukan. Hal ini ini tergantung kebutuhan standard bejana tekanan yang dilakukan,
kesulitan pelaksanaan pengelasan dan faktor keselamatan yang digunakan dan
pengujian yang dilaksanakan.

6.6 Tingkat Pengaman


Ada beberapa jenis tingkap pengaman yang kita ketahui antara lain:
 Tingkat pengaman dengan pegas.
 Tingkat pengaman dengan beban.
Kegunaan tingkap pengaman ini bagi suatu bejana tekanan adalah untuk melepaskan
tekanan.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi:


1. Pada saat bekerja dengan kapasitas maximum sat tekanan tertinggi tekanan kerja,
tidak akan meningkat lebih 10% dari tekanan kerja yang diperbolehkan.
2. Tingkap pengaman harus mudah digerakkan bibir-bibir pengantar klepnya dengan
tangan tanpa menggunakan pembuangan uap melalui tingkap.
Tingkap harus dapat dikunci/disegel dan tidak dapat dirubah orang yang tidak
bertanggung jawab.

6-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6.7 Pedoman Tingkatan


Syarat-syarat pedoman tekanan:
1. Harus mempunyai harga tekanan yang sesuai dengan tekanan kerja pesawatnya.
Batas terendah tidak kurang dari 1 ½ x tekanan kerja dan tidak lebih dari 2 x
tekanan kerjanya.
2. Harus mempunyai angka-angka yang jelas dan mudah dibaca dengan tanda
maximum yang diperbolehkan.

6.8 Dasar Hukum


Peraturan dan Perundang – undangan bejana tekan, yang ada selama ini masih
mengacu pada : PEDOMAN/PERATURAN DARI KETEL-KETEL UAP DAN BEJANA-
BEJANA UAP

Adapun sebagai pedoman peraturan perundangan dan ditunjang dengan standar


teknis yang berlaku dibidang penanganan masalah ketel uap dan bejana uap adalah:
1. Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai
Tenaga Kerja.
2. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-undang dan Peraturan Uap 1930.
4. Surat-surat Keputusan Menteri.
5. Surat-surat Edaran.
6. Instruksi-instruksi.
7. Dasar-dasar Penilaian dan Perhitungan Pesawat-pesawat dan Bejana-bejana
tekanan.

Standar internasional bejana tekan mengacu pada :


1. Standar Amerika ASAIE.
2. Standar Inggris B.S.
3. Standar Jerman DIN
4. Standar Belanda HCNN
5. Standar Jepang JIS.

6.9 Sejarah Perkembangan Ketel Uap Dan Bejana Uap


Sejak dahulu manusia selalu berusaha, supaya dapat bergerak untuk melakukan
kekuatan yang lebih besar dari pada kekuatan ototnya. Untuk menggantikan kekuatan
ototnya dipakai tenaga dari binatang kuda, yang mempunyai kekuatan yang lebih besar
dan mampu bekerja dengan waktu yang lebih lama pula.

6-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Pada jaman dahulu tenaga kuda diperlihatkan untuk mengilang gandum. Dan kuda
berjalan berkeliling menurut satu lingkaran sambil menarik batang dihubungkan dengan
poros batu kilang dibagian atas sehingga batu kilang bagian atas berputar menggiling
butir-butir gandum yang berada diantara batu kilang atas dan bawah. Kemudian
manusia menemukan cara lain untuk mengilang gandum yaitu dengan menggunakan
kekuatan pendorong alam yaitu angin.

Dalam hal di mana tenaga angin dimanfaatkan untuk menggerakkan sayap kincir angin
dan tenaga putaran kincir dialihkan melalui roda-roda dan batang pemutar batu
pengilang gandum seperti penjelasan tenaga kuda diatas. Pemakaian kekuatan
pendorong alam lainnya yang menggunakan sebuah kincir air yang digerakkan oleh air
yang mengalir dan ditumbuhkan pada sudu-sudu dari roda, sehingga roda kincir air
akan berputar.
Gerakan berputar dari roda ini selanjutnya dipindahkan melalui roda gigi dan batang
poros pemutar menggerakkan batu kilang untuk penggilingan butir-butir gandum. Pada
tahun ± 1760, James Watt, seorang bangsa Inggris. Telah berhasil memakai uap
sebagai kekuatan pendorong. Dia adalah yang pertama membuat instalasi tenaga uap
yang terdiri dari sebuah ketel uap dan mesin uap.

Tenaga Uap yang diperoleh dari penguapan ketel uap pertama, dipewrkenalkan oleh
James Watt yang dikenal dengan nama kecil ketel gerbong.

Ketel uap jenis ini terdiri dari dua sisi yang rata, pada sisi atasnya merupakan puncak
ketel berbentuk setengah slinder dan dasar sisi pelatnya dilengkungkan ke dalam. Dari
bagian muka dan belakang ditutup dengan pelat rata yang masing-masing disebut
tutup depan dan belakang. Dibagian bawah ketel terdapat ruang pembakaran untuk
membakar bahan baker guna memanaskan ketel.

Dewasa ini sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu dibidang teknik
dan teknologi, maka dibidang konstruksi untuk penggunaan tenaga uap instalasinya
sudah jauh berubah.

Ketel uap berfungsi untuk mengubah air menjadi uap dengan pertolongan panas. Uap
yang dihasilkan oleh ketel uap selain digunakan untuk tenaga penggerak digunakan
pula untuk pemanasan.

Sehubungan dengan penggunaan uap, maka telah banyak dibuat pesawat-pesawat


uap selain uap yang disesuaikan dengan tujuan penggunaannya antara lain pemanas
air, pemanas uap, pesawat penguap, bejana uap dan lain sebagainya.

6-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Ketel uap adalah suatu pesawat yang dibuat untuk mengubah air ada di dalamnya,
sebagian menjadi uap dengan jalan pemanasan. Untuk pemanasan diperoleh dari
pembakaran bahan baker, jadi setiap ketel uap harus mempunyai atau dilengkapi
dengan sebuah tempat pembakaran.

Konstruksi tempat pembakaran bahan baker tergantung kepada jenis bahan baker
yang akan dipakai. Dalam keadaan bekerja ketel uap di dalamnya terdapat tekanan
dan setiap ketel uap harus mampu menahan tekanan ini. Kekuatan ketel uap
tergantung dari bentuknya dan badan asal yang dipergunakan untuk pembuatan ketel
ini.

Biasanya ketel uap terdiri dari satu silinder atau dari gabungan silinder-silinder dan
pipa-pipa.
Bahan untuk ketel uap maupun pesawat uap selain ketel uap harus mempunyai
kwalitas yang baik, karena untuk bekerja dalam temperatur dan tekanan yang tinggi,
ketel ini harus dapat menahan tekanan uap yang besar.

Ketel uap dalam keadaan bekerja, sebagai bejana yang tertutup atau tidak
berhubungan dengan udara luar, karena selama berlangsung pemanasan melalui
bidang yang dipanaskan atau luas pemanasan dari ketel uap, maka air akan mendidih
selanjutnya berubah menjadi uap panas dan bertekanan.

Setiap terjadi kenaikan temperatur uap dalam ketel, maka tekanan uap akan meningkat
pula; jadi kenaikan temperatur uap dan kenaikan tekanan berhubungan erat.
Seperti setelah kita ketahui panas adalah suatu sumber energi atau dengan
pertolongan panas, kita dapat melakukan suatu usaha, yang mana hal ini kita jumpai
pada penggunaan ketel-ketel uap dan pesawat-pesawat uap dilapangan industri.

Panas dari api dan gas panas, yang dihasilkan dari suatu dapur ketel atau dari panas
sisa (waste heat), melalui bidang pemanasan, dipindahkan ke air terlebih dahulu
mengembang, kemudian berubah menjadi uap, sehingga volumenya dengan cepat
akan bertambah.

Panas sebagi sumber dari suatu gerak, memberikan kecepatan kepada molekul-
molekul air yang bergerak simpang siur, sehingga kohesinya atau daya tarik menarik
diantara molekul-molekul air saling berdesak-desakan dan pada keadaan demikian
tetap tinggal dalam ketel uapnya, maka karena itu terjadilah peningkatan tekanan
dalam ketel uap.
Untuk memahami ketel uap, haruslah kita mengetahui sifat-sifat yang terutama dari
uap, dan peristiwa penting yang terjadi pada pembuatan uap.
6-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Secara sederhana bentuk ketel uap kita misalnya sebagai bejana logam, yang
sebagian ruangannya berisi dengan air.
Bejana berisi air tersebut dalam keadaan terbuka, dibiarkan tanpa dipanasi dan setelah
beberapa lama, dengan jalan menimbang, bahwa air di dalamnya telah berkurang.
Rupanya dengan tidak dipanasi, air telah berubah menjadi uap dan keluar dari lubang
yag terbuka.
Peristiwa ini disebut menguap, dan dalam hal ini pembentukan uap hanya terjadi pada
permukaan air saja.
Bila air dalam bejana, sekarang kita panaskan dengan menempatkan sebuah sumber
air dari pembaharuan gas di bawahnya, maka temperatur air naik bertambah tinggi, air
mulai bergerak sedang gelembung-gelembung uap terlepas keluar.
Selanjutnya, ternyata bahwa penguapan dapat terjadi pada tiap-tiap temperatur.
Kenaikan temperatur dapat dilihat dengan thermometer, sedang pergerakan bagian-
bagian air dapat dilihat dengan menghamburkan serbuk gergaji ke dalam air.

Pergerakan air terjadi karena kenaikan temperatur tidak sama pada segala tempat. Air
pada dasar bejana, yang lebih dekat dengan nyala api, akan lebih cepat naik
temperaturnya dari pada di tempat-tempat yang lain.

Karena dipanaskan maka berat jenis air berkurangdan air yang panas akan naik,
akibatnya air yang masih dingin akan turun dan hal ini berlangsung terus selama
pemanasan air dilahan.

Pada pemanasan air dengan arus air yang teratur disebut peredaran air. Peredaran ini
sangat penting dalam ketel uap karena dengan peredaran yang baik akan bermanfaat
untuk mendapatkan air yang cepat dan pemanasan yang merata.

Peredaran air yang baik sangat tergantung kepada penempatan sumber panas ke
dalam ketel. Air yang tidak turut beredar dalam ketel disebut air mati. Jadi temperatur
air ini tidak secepat air yang beredar naiknya. Ini dapat membahayakan bagi ketel uap,
karena dinding ketel uap akan mendapatkan pemanasan setempat, sehingga
pemuatan ketel tidak sama dan karenaya mungkin terjadi tekanan-tekanan yang besar
dalam pelat ketel atau pada sambungan-sambungannya.

Pada Gambar ketel memperlihatkan kepada kita, bagaimana pengaruh letak sumber
panas, yang tidak tepat sehingga peredaran air menjadi tidak merata, terdapat air mati
dan ini merupakan peredaran air yang buruk.

6-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Bila air dalam bejana dipanaskan terus, temperatur bertambah tinggi, pada akhirnya
pelepasan gelembung-gelembung uap akan terhenti dan penguapan bertambah cepat.

Setelah temperatur air mencapai 100 oC, gelembung-gelembung uap yang dibentuk
dalam seluruh zat cair, sampai pada permukaan dan lepas dari zat cair seperti pada
gambar 7.

Karena bejana ini terbuka uap yang berbentuk akan lepas keluar melalui bagian yang
terbuka dan peristiwa ini disebut air menidih.

Mendidih adalah suatu peristiwa, di mana pembentukan uap terjadi dalam seluruh
masa zat cair.

Titik mendidih dari suatu zat cair tergantung kepada tahanan, yang menekan pada
permukaan zat cair, karena gelembung uap harus sanggup mengalahkan tekanan
permukaan air disekelilingnya.

Pada bejana yang terbuka, tekanan uadara luar yang menekan pada permukaan air,
besarnya 1 atmosfir, pada tekanan ini air mendidih pada 100 oC. Dalam ikhtisar tertulis
di bawah terdaftar titik mendidih dari air pada bermacam-macam tekanan. Dengan
tekanan mutlak dimaksud, tekanan yang diukur dari keadaan hampa udara sempurna.

Seperti telah kita ketahui tekanan pukul rata di udara luar adalah 1 atmosfir, yang
bersamaan dengan tekanan 1,0332 kg/cm2.

Dari daftar ternyata, bahwa air yang berada dalam suatu ruangan ketel yang tertutup
dengan tekanan 1, 0332 kg/cm2, mendidih pada temperatur 100 oC. Pada tekanan
yang lebih besar dari 1 atmosfir umpamanya sebesar 5 kg/cm2, ternyata air akan
mendidih pada temperatur 151,1oC.

Sebaiknya bila tekanan pada permukaan air lebih rendah dari 1 atmosfir misalnya
0,1257 kg/cm2, maka air akan mendidih pada temperatur sebesar 50oC.

6.10 Pengendalian Ketel Uap Dan Bejana Uap Serta Peralatan-Peralatan Bantunya

Bentuk konstruksi ketel uap dan pesawat uap selain ketel uap dapat dibuat
bermacam,macam, tergantung dari kesesuaian dalam pemakaiannya dan sebagainya.
Sebagai bahan untuk ketel uap dan bejana uap selalu digunakan orang pelat baja yang
dikenal dengan baja Siemens Martin atau pelat baja ketel jenis lainnya.
Suatu ketel uap harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus hemat dalam pemakaian bahan baker. Hal ini dinyatakan dalam rendemen
atau daya guna ketel.
6-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2. Berat ketel dan pemakaian ruangan pada suatu hasil uap tertentu harus kecil.
3. Paling sedikit harus memenuhi syarat-syarat dari Direktorat Bina Norma
Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.

Ketel uap dapat dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:


1. Menurut tempat penggunaannya:
a. Ketel uap darat tetap, ialah semua pesawat uap yang ditembok atau berada
dalam tembokan.
b. Ketel uap darat berpindah, ialah semua ketel uap atau pesawat uap yang tidak
ditembok dan dapat dipindah-pindahkan.

2. Menurut bangunan letak sumbu silinder ketel:


a. Ketel uap tegak, di mana letak sumbu silinder tegak lurus dengan tempat
kedudukan ketel uap.
b. Ketel uap mendatar, di mana letak sumbu silinder sejajar dengan permukaan
tempat kedudukan ketel uap.

3. Menurut koonstruksi dan aliran panas:


a. Ketel uap tangki atau drum yang dilengkapi dengan lorong api.
b. Ketel uap pakai Bouiller.
c. Ketel uap yang dilengkapi dengan lorong api pipa-pipa api.
d. Ketel uap yang dilengkapi dengan satu drum atau dua drum serta sejumlah pipa
air dan disebut ketel pipa air.
e. Ketel uap yang dilengkapi dengan sejumlah pipa air dan pipa api, yang dikenal
dengan nama ketel uap combi.

Selain ketel uap dalam instalasi ketel uap terdapat pesawat uap. selain ketel uap
semuanya itu disebutkan dengan pesawat uap.
Adapun yang termasuk pesawat uap selain ketel uap antara lain sbb:
1. Pemanas air.
2. Pengering uap.
3. Pesawat penguap.
4. Bejana uap.
5. Dan lain-lain.

6-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6.11 Peralatan-Peralatan Bantu Ketel Uap


Peralatan-peralatan bantu suatu ketel uap seperti disyaratkan dalam undang-undang
dan peraturan uap terdiri dari alat-alat sebagai berikut:
1. Dua buah tingkap pengaman.
2. Satu Pedoman tekanan.
3. Dua buah gelas pedoman air.
4. Dua buah alat (pompa) pengisi air.
5. Satu alat tanda bahaya.
6. Satu kran penutup induk uap.
7. Dua lemari katup kran penutup air pengisi.
8. Kran penguras sebanyak yang diperlukan.
9. Satu pelat nama.

6.12 Definisi Dan Istilah-Istilah Tentang Ketel Uap, Bejana Uap & Peralatan Bantunya
1. Ketal uap ialah satu pesawat yang dibuat guna memanaskan air menjadi uap dan
uapnya dipergunakan diluar pesawatnya.
2. Pesawat uap selain ketel uap ialah suatu pesawat yang dibuat dan dipergunakan
sebagai kelengkapan dari ketel uap, dalam system penggunaan uap, yang
dihasilkan oleh suatu ketel uap.
3. Peralatan pesawat uap ialah semua alat atau peralatan yang berhubungan atau
dipasang pada pesawat uapnya sesuai dengan fungsinya masing-masing.
4. Alat-alat pengaman pesawat uap ialah setiap alat yang dihubungkan atau dipasang
pada pesawat uapnya sesuai dengan fungsinya masing-masing alat yang bertujuan
agar pesawat uap dapat dipakai secara aman dalam operasinya.
5. Tingkap pengaman ialah suatu alat yang bekerja secara otomatis membuka dan
menutup tingkat atau katupnya tergantung pada tekanan dan bagian yang
dihubungkan dengan alat tersebut, sehingga ruangan yang berhubungan dengan
alat itu dijamin dari kenaikan tekanan yang berlebihan.
6. Pedoman tekanan (Manimeter) ialah suatu alat pengukur tekanan dari suatu
medium yang berada dalam suatu ruangan atau suatu aliran yang bertekanan dan
sebagai medium dapat berupa uap, gas dan cairan.
7. Gelas pedoman air ialah suatu alat untuk dapat melihat tinggi kolom air yang ada di
dalam ketel uap, yang mana gelkas pedoman ini masing-masing ujungnya
dihubungkan dengan ruangan uap dan ruangan air.
8. Alat pengontrol otomatis ialah suatu alat yang dapat memberitahukan kekurangan
air di dalam ketel uap, di mana alat ini dapat berbunyi bila air di dalam ketel turun
6-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

melampui batas air terendah yang diijinkan. Adapun alat yang digunakan berupa
seruling atau kalkson otomatis yang bekerja secara elektronik dihubungkan dengan
listrik.
9. Tanda batas air terendah yang diijinkan ialah suatu tanda yang dipasangkan pada
ketel uapnya atau pada alat pedoman air yang mana penempatan tanda batas air
terendah ini adalah 100 mm di atas garis api untuk ketel uap darat dan 150 mm di
atas garis api untuk ketel uap kapal.
10. Keterangan atau katup pembuangan ialah suatu alat untuk mengeluarkan air atau
kotoran berupa endapan Lumpur yang ada di dasar ketel uapnya dan berguna pula
untuk mengeluarkan atau mengosongkan seluruh air, bila ketel uap akan
dibersihkan.
11. Lubang lalu orang adalah suatu lubang yang terdapat pada ketel uapnya dengan
ukuran 300 x 400 mm, yang mana melalui lubang tersebut orang dapat masuk guna
melakukan pemeriksaan bagian dalam ketel uap.
12. Pelat nama adalah suatu pelat yang dipasangkan pada ketel uapnya berisikan
identitas mengenai nama dan tempat pabrik pembuat, tekanan kerja yang diijinkan
serta nomor seri pembuatan dari pabrik pembuat.
13. Luas pemanasan (Heating Surface), ialah dimaksud luas dalam M2 (Meter persegi)
semua bagian ketel yang dipanasi oleh nayal api dan gas panas, di mana pada sisi
lainnya terdapat air.
14. Dapur ketel ialah ruangan pembakaran bahan bakar pada ketel uap.
15. Rendemen ketel ialah perbandingan antara panas yang diterima oleh air dan uap
terhadap panas yang diberikan oleh bahan bakar.
16. Kapasitas ketel ialah kemampuan ketel untuk menghasilkan sejumlah uap dalam
waktu satu jam.
17. Tekanan ialah suatu kekuatan yang bekerja tegak lurus pada sebuah bidang yang
luasnya 1 cm2 satuannya kg/cm2.
18. Tekanan udara ialah terdapat dalam ilmu alam, di mana tekanan udara (normal) =
76 cm Hg (kolom air raksa). Dalam teknik 1 kg/cm2 = 1 atmosfir.
19. Tekanan lebih, dalam teknik kerap kali digunakan ruangan tertutup di mana di
dalamnya berisi gas, uap, atau cairan yang menekan pada dinding ruangan
tersebut. Selanjutnya tekanan ini disebut tekanan lebih, satuannya dalam kg/cm2
atau atmosfir melebihi.

Pada ketel uap untuk mengukur tekanan lebih, digunakan alat yang disebut
manometer tekanan atau pedoman tekanan.
6-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6.13 Pedoman/Peraturan Dari Ketel-Ketel Uap Dan Bejana-Bejana Uap


Adapun sebagai pedoman peraturan perundangan dan ditunjang dengan standar
teknis yang berlaku dibidang penanganan masalah ketel uap dan bejana uap,
sebagaimana dicantumkan dalam bagian Dasar hukum dan peraturan dan
perundangan, diatas

6.14 Pertimbangan-Pertimbangan Desain


Prinsip-prinsip desain type dan bentuk ketel uap atau pesawat uap. Setiap desain
konstruksi suatu type dan bentuk ketel uap atau pesawat uap harus memenuhi prinsip-
prinsip:

1. Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang cukup dan
dapat dibaca dengan jelas.
2. Data ukuran-ukuran pesawat serta bagina-bagiannya harus dituliskan secara jelas.
3. Gambar bagian (desain) konstruksi penyambungan antara bagian satu dengan
lainnya harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat diketahui secara
jelas.
4. Pelaksanaan pembuatan pesawat uap harus memenuhi prosedur sesuai dengan
standar yang berlaku.
5. Pelaksanaan pengujian pesawat uap harus memenuhi prosedur yang berlaku.

6.15 Spesifikasi Bahan


Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pembuatan uap harus memenuhi syarat sesuai
ketentuan yang berlaku berdasarkan standar penggunaan bahan.
Setiap bahan yang dipergunakan untuk pembuatan pesawat uap harus memiliki
sertifikat bahan dengan data sebagai berikut:
- Spesifikasi bahan
- Nomor, dan tanggal, bulan, tahun
- Ukuran-ukuran dari bahan
- Hasil-hasil pengujian secara mekanis dan sifat-sifatnya dari bahan
- Hasil-hasil analisa kimia mengenai prosentase komponen unsure dalam bahan
- Tanda pengesahan/legalisasi dari suatu bahan yang tidak memihak.

o Sertifikasi bahan ini diperlukan sertifikasi bahan sebagai berikut:


- Pelat bahan ketel uap atau bejana uap
- Pelat front
- Pelat pipa
6-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

- Pelat lorong api


- Pelat penguat
- Pipa-pipa api
- Pipa-pipa air dan sebagainya
- Kawat las atau elektroda las.

1. Penggolongan ketel uap


Ketel uap dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
a. Menurut tempat penggunaannya:
1) Ketel uap darat tetap, ialah semua pesawat yang ditembok atau berada
dalam tembokan.
2) Ketel uap dapat berpindah, ialah semua pesawat yang tidak ditembok.
3) Ketel uap kapal, yang biasa yang dipakai untuk dikapal laut dan sebagai
ketel uap kapal.
b. Menurut bangunan letak sumbu silinder ketel.
1) Ketel uap tegak, di mana letak sumbu silinder, tegak lurus dengan tempat
kedudukan ketel uap.
2) Ketel uap mendatar sejajar dengan permukaan tempat kedudukan ketel
uap.
c. Menurut bangunan letak sumbu silinder ketel.
1) Ketel uap tangki atau drum yang dilengkapi dengan lorong api (ketel corn
wall).
2) Ketel uap pakai Boilleur (ketel Boilleur).
3) Ketel uap yang dilengkapi dengan lorong api dan pipa-pipa api (Ketel pipa
api).
4) Ketel uap yang dilengkapi dengan pipa-pipa air (ketel pipa air).
5) Ketel uap yang dilengkapi dengan pipa air dan pipa api (ketel combi).

2. Metode Konstruksi
Pembuatan ketel uap dapat dilakukan dengan metode atau cara konstruksi
penjelasan atau dengan pengelingan.

Konstruksi pengelasan adalah suatu cara pengelasan di mana sambungan


dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan
api gas yang terbakar.

6-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Bahan yang digunakan untuk penyambungan adalah kawat las yang disebut
electroda las, sedang bahan yang akan disambung atau di las adalah pelat-pelat,
pipa-pipa yang disebut bahan induk.

Pesawat yang digunakan untuk melakukan proses pengelasan adalah disebut


mesin las listrik.

Cara pengelasan konstruksi yang paling banyak digunakan pada waktu ini adalah
pengelasan cair dengan las busur listrik dan dengan las busur gas.

3. Penempatan Ketel Uap


a. Ruangan ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus, yang mana di dalamnya
tiada pasti untuk bekerja.
Bagimanapun juga peledakan ketel uap dalam tingkatan kekerasan yang
berbeda-beda sering terjadi, kadang-kadang menyebabkan timbulnya
malapetaka kematian, luka parah atau merusak harta benda yang dimilikinya.

Meskipun peledakan dalam ruangan ketel uap dapat timbul disebabkan adanya
cact-cacat pada peralatan, lebih banyak pula peledakan yang karena kurang
hati-hati, keadaan tak tahu atau sempitnya pandangan dalam pengoperasian
dan pemeliharaan.

b. Ketel uap harus di tempatkan dalam suatu atau bangunan tersendiri yang
terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya. Antara ketel uap dengan dinding
bangunan rumah ketel maupun dengan ruang tunggu untuk operator ketel,
jaraknya harus cukup sehingga tidak mengganggu setiap orang yang
melakukan tugas.

4. Penggolongan Bejana Uap

Sama halnya dengan ketel uap, karena bejana adalah merupakan kelengkapan dari
ketel uap, maka dalam penggunaannya akan selalu dekat dengan ketel uapnya.
Perbedaan antara ketel uap dan bejana uap adalah pada fungsi dari pada
operasinya, ketel uap adalah sebagai penghasil uap sedang bejana uap adalah
sebagai penerima uap dalam kelangsungan suatu proses yang menggunakan
instalasi uap.

Menurut fungsi penggunaannya, maka bejana-bejana uap sebagai bejana dengan


sebutan sebagai berikut:
a. Bejana uap.
6-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

b. Pengering uap.
c. Penguap.
d. Pemanas air.

Menurut operasinya dari bejana-bejana uap dapat dibagi menjadi 2 golongan


sebagai berikut: :
1. Sebagai bejana-bejana uap yang dalam operasinya dalam keadaan tertutup
dengan nama-nama sebagai berikut:
1) Revolving closed vessels; bejana-bejana tertutup yang berputar,
2) Autoclaves,
3) Digesters,
4) Distilling apparatus,
5) Hordening cylinders,
6) Kiers,
7) Rag and Straw Boilers,
8) Rendening Tanks,
9) Stationary Melter and Driers,
10) Vulcanisers and Devulcanisers.

2. Sebagai bejana-bejana uap yang pada operasinya dalam keadaan terbuka


1) Open Steam Jacketed kettles,
2) Open evaporating pans.

6.16 Perawatan Ketel Uap

Kita menyadari bahwa ketel uap dapat menimbulkan peledakan, korban manusia,
kerugian harta benda yang mana semua itu adalah merupakan malapetaka yang tidak
kita inginkan.

Dengan pengoperasian dan pelayanan yang baik, maka hal tersebut di atas dapat
dihindari atau memperkecil dengan mengusahakan perawatan terhadap akibat-akibat
beruk yang timbul pada ketel uapnya.

Usaha-usaha perawatan yang perlu dilakukan pada ketel uap adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pembersihan dari sisi luar ketel uap terhadap adanya jelaha atau kerak
api yang menempel pada bagian dinding-dinding pipa api, lorong api, peti api dan
bagian lainnya yang dilalui api dan gas panas.

6-15
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2. Melakukan pembersihan dari sisi dalam ketel uap terhadap adanya endapan
lumpur, batu ketel serta adanya korosi yang terdapat pada dinding-dinding pipa,
lorong api, peti api dan bagian lainnya.
3. Pengolahan air pengisi ketel uap

Tujuan pengolahan air pengisi ketel uap adalah agar didapatkan suatu kwalitas air
yang memenuhi syarat sebagai air pengisi ketel uap. Pengolahan air ketel dimaksud
adalah dengan memberikan dosis obat-obatan ke dalam air pengisi ketel yang
bertujuan untuk mencegah timbulnya batu ketel korosi yang dapat membahayakan
dalam pemakaian ketel uap.

Selanjutnya pengolahan air ketel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pengolahan di luar ketel (External Treatments)
Pengolahan ini dilakukan secara mekanis di luar ketel dengan memberikan obat-
obatan terhadap air sebelum air dimaksudkan ke dalam ketel uap.
Tujuan pengolahan ini adalah umpamanya:
 Menghilangkan zat-zat padat.
 Menghilangkan zat-zat yang larut dan dapat membahayakan ketel.
 Menghilangkan gas-gas yang koratif, dan lain-lain.
 Pengolahan di luar ketel (External Treatments)

Pengolahan ini dilakukan secara mekanis di luar ketel dengan memberikan obat-
obatan terhadap air sebelum air dimaksudkan ke dalam ketel uap.

2. Pengolahan di dalam ketel (Internal Treatments)


Pengolahan ini berupa pemberian (dosis) obat-obatan (chemicals) langsung ke
dalam ketel uap bersma-sama dengan dengan air pengisi ketel uap.

Sehingga reaksi-reaksi yang timbul dengan obat-obatan tadi terjadi di dalam ketel
uap pada suhu dan tekanan kerja ketel uap.

Tujuan pengolahan di dalam ketel adalah pengaturan (Kontrol) terhadap :


- Zat-zat padat
- Alkalitet
- Tidak ada gas – gas yang korasif terutama O2 dan CO2
- Menghindarkan timbulnya endapan yang dapat melihat dan mengeras pada
dingin berupa batu ketel
6-16
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

- Membuat lapisan dinding ketel tahan terhadap korasi

3. Reparasi Ketel Uap

Reparasi adalah dimaksudkan suatu perbaikan atau penggantian dari bagian ketel
uap yang mengalami kerusakan akibat pemakaian atau kerusakan yang terjadi
pada waktu pengangkutan ketel dari suatu tempat ke tempat lain.

Adapun yang berkaitan dengan masalah reparasi antara lain dalam hal-hal sebagai
berikut :
- Penggantian pipa-pipa secara dirol dan dikral, dirol dan ditrompet
- Penggantian pipa-pipa secara di las
- Penggantian batang-batang tunjang
- Penggantian atau penambalan lorong api secara dilas
- Penggantian peti api secara dilas
- Penambalan badan akibat terjadi peledungan
- Penambalan secara las-lasan akibat adanya retakan pada bagian ketel uap dan
lain-lain.

Setelah terjadi kerusakan atau rencana penggantian dari bagian-bagian ketel yang
mengalami kerusakan, maka harus segera dilaporkan ke Kan. Depnaker setempat
untuk diadakan pemeriksaan.

Setelah dilaksanakan pemeriksaan oleh pegawai pengawas setempat, bahwa


sampai sejauh mana hasil pemeriksaan atas kerusakan tersebut, kemudian
dicantumkan langkah-langkah rencana reparasinya.

Suatu perencanaan melaksanakan reparasi ketel uap atau pesawat uap terlebih
dahulu mendapatkan pengesahan dari Depnaker Pusat.

Langkah-langkah untuk mendapatkan pengesahan atas gambar rencana reparasi


serta untuk pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
- Mengajukan gambar rencana reparasi selengkapnya, terdiri dari bagian yang
akan direparasi, ukuran, bentuk dalam keterangan lain secara jelas.
- Bahan yang akan digunakan (sertifikat bahan)
- Juru las yang telah memiliki sertifikat juru las ketel uap atau pesawat uang
(sesuai dengan klasifikasi juru las pesawat uap yang tercantun dalam PER.
MEN. No. : 02/MEN/1982)

6-17
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

6.17 Sumber Bahaya Pada Pesawat Uap

1. Bila manometer tidak berfungsi dengan baik, atau bila tidak di kalibrasi dapat
menimbulkan peledakan si Operator tidak mengetahui tekanan yang sebenarnya
dalam boiler dan alat yang lain tidak berfungsi.
2. Bila safety valve tidak berfungsi dengan baik, karena karat atau sifat kepegasannya
tidak sesuai lagi maka untuk boiler bila tekanan lebih tidak dapat membuka secara
otomatis.
3. Bila gelas duga tidak berfungsi dengan baik dimana nozel-nozelnya atau pipa-
pipanya tersumbat karena karat, sehingga jumlah air tidak dapat terkontrol lagi.
4. Bila air pengisi ketel tidak memenuhi syarat, sehingga pada pipa air, pipa-pipa
dapat timbul secall di dalam atau diluar pipa sehingga terjadi pemanasan setempat,
hal ini bisa menimbulkan bengkak atau pecah akibat tidak dapat menstranfer
panas.
5. Bila boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall atau tidak sering
dikunci.
6. Terjadi pemanasan lebih karena kebutuhan produksi uap.
7. Tidak berfungsinya pompa air pengisi ketel, sumbat timah atau prof leleh.
8. Karena perubahan tidak sempurna atau rouster, nozer fuel tidak berfungsi dengan
baik.
9. Karena boilernya sudah tua sehingga materialnya tidak memenuhi syarat lagi.
10. Karena material boiler tersebut sudah mengalami perubahan tebal, atau terdapat
karat ataupun fiting-fiting.
11. Tidak teraturnya diadakan inspection sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.

6.18 Pendidikan Dan Latihan

Sesuai dengan peraturan uap 1930, bahwa setiap pemakai pesawat uap harus
mengusahakam agar pesawat-pesawat uapnya dan segala sesuatu yang dianggap
termasuk didalamnya berada dalam keadaan pemeliharaan yang baik.

Maka untuk dapat terlaksana dengan baik dan aman dalam hal pemeliharaan ketel-
ketel uap perlu diadakan pendidikan dan Latihan terhadap operator-operator ketel uap,
juru-juru las untuk pesawat –pesawat uap :

6-18
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

1. Pendidikan operator ketel uap :


Operator ketel uap adalah seorang yang harus mempunyai kemampuan dalam
menjalankan serta memelihara ketel uap selama melakukan tugas.

Jadi untuk mendapatkan operator-operator yang mempunyai kemapuan, maka


kepada setiap orang yang akan bekerja sebagai operator ketel uap atau pesawat
uap terlebih dahulu harus menempuh pendidikan dan latihan.

Untuk dilaksanakan kursus operator ketel uap, selama ± 10 hari dengan mata
pelajaran khususnya yang berkaitan dengan masalah pesawat uap.

2. Pendidikan dan latihan juru luas.

Penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi adalah bukan merupakan tujuan


dari konstruksi itu sendiri tetapi, hanya sebagai sarana untuk mencapai ekonomi
pembuatan yang lebih baik.

Karena itu dalam perencanaan setiap konstruksi denga sambungan las, harus
direncanakan tentang, cara pengelasan, cara pemeriksaan bahan dan jenis las
yang kan dipergunakan prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk
pelaksanaan pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai
dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang
diperlukan dalam pelaksaan tersebut.

Karenaya pengalaman dalam praktek akan menunjung dalam hal menentukan


prosedur pengelasan ini karena sebenarnya di dalamnya banyak masalah-masalah
yang diatasi di mana pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan.
Dengan diadakannya pendidikan dan latihan juru las, maka hal ini akan bermanfaat
bagi para juru las, dalam meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan dalam
melakukan pekerjaan konstruksi dengan sambungan las, khususnya dalam hal ini
dibidang pengelasan ketel-ketel uap atau pesawat uap.

Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No:


02/Men/1982 telah diatur tentang kwalifikasi juru las di tempat kerja.
Berdasarkan hasil-hasil ujian dan penelitian, bagi peserta ujian las kepadanya
diberikan sertifikat juru las, sesuai dengan kemampuannya masing-masing yaitu
digolongkan atas:
a. Juru las kelas I (satu)
b. Juru Las II (dua)
c. Juru las III (tiga).
6-19
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

BAB 7
PENERAPAN K3 YANG BERHUBUNGAN PEKERJAAN PERPIPAAN

7.1 Lingkup Pekerjaan Perpipaan

Lingkup pekerjaan perpipaan menyangkut seluruh kegiatan pekerjaan perpipaan yang


dimulai dari pemilihan bahan, peletakan khususnya pipa – pipa besar (heavy duty),
sistem sambungan dan pengetesan / pengujian,

Bagian – bagian pipa yang perlu mendapat perhatian pad lingkup pekerjaan perpipaan,
secara keseluruhan terdiri dari : Pipa (Tube), Fitting, Flens (Flange), Batang (bars),
Sheet & Strip.

Jenis pekerjaan perpipaan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan ternasuk
letak lokasinya, dapat berada di bawah / didalam tanah dfan air, berada di atas tanah
diantaranya saluran pipa seperti saluran pipa air, pipa minyak maupun pipa gas,
sedangkan yang ada diatas tanah / diudara umumnya tergantung pada dindung dan
concrete plat / slab seperti pipa air bertekanan untuk pemdaman api,

Dari jenis pekerjaan tersebut yang sangat menentukan dalam penanganan keselamatn
dan kesehatan kerja adalah metode kerja yang akan dilaksanakan dan peralatan yang
akan digunakan dalam pelaksanaan instalasi pipa, seperti pekerjaan penempatan,
pengangkatan, instalasi. Dan sistem penyambungan melaui pengelasan ataupun dengan
melalui sistem pengikatan dengan flens dan baut.

Lingkup pekerjaan K3 yang berhubungan dengan pekerjaan perpipaan disini lebih


difokuskan pada system pelaksanaan instalasi penyambungannya.

7.2 Instalasi Pekerjaan Perpipaan

1. Sistem Sambungan Las

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sistem sambungan dengan pengelasan :

a. Pekerja harus memakai APD sesuai dengan standar / persyaratan APD


pengelasan, diantaranya; Kaca mata alas, Masker las, pelindung dada, sarung
tangan kulit untuk pengelasan, sepatu keselamatan (safety shoes), dan selama
melaksanakan pekerjaan harus memakai pakaian kerja yakni baju lengan
panjang dan celana panjang.

7-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

b. Petugas pengelasan harus mempunyai kompetensi dalam bidang pengelasan


sesuai dengan standar / spesifikasi yang ditentukan,

c. Prosedur dan metode kerja pengelasan harus sudah ditetapkan lebih dahulu
sebelum pekerjaan pengelasan dilaksanakan :

1) sebelum melakukan pekerjaan pengelasan pastikan tempat sekitar


pengelasan bersih dan bebas dari tumpahan minyak, olie, ataupun bahan
kimia cair lainnya,

2) Jangan sekali–kali menatap sinar yang menyilaukan dari pengelasan,


walaupun hanya beberapa detik, biasakan selalu gunakan kaca mat alas
standard,

3) Gunakan gagang las yang benar-benar masih baik dan kabel las yang
tersambung pada gagang las (electrode holder) harus benar-benar kuat tidak
mudah terlepas, jangan sampai sambungan / joint kabelnya mengeluarkan
bunga / percikan bunga api karena penyambungannya tidak benar/kurang
kuat,

4) Kabel masa las harus tersambung baik sebagaimana penjelasan butir 8. 2,


1.c diatas

5) Pekerjaan pengelasan harus dilakukan pada posisi dan arah yang benar.

d. Pengangkatan dan penurunan pipa – pipa harus memenuhi persyaratan –


persyaratan keamanan dan keselamatan, sebagaimana yang ditetapkan dalam
pesawat angkat dan angkut

e. Penumpukan material tidak boleh melebihi batas maksimum yang dijinkan ,


sesuai dengan batas- batasa keamanan dan keselamatan

f. Pemindahan, pergeseran material pipa khususnya pipa – pipa berdiameter besar


(heavy duty), harus menggunakan peralatan yang telah dijamin keamanan /
kelayakannya

2. Sistem sambungan menggunakan ikatan Flens & Baut

a. Pekerja harus memakai APD sesuai dengan standar / persyaratan penggunaan


APD

b. Pekerja pekerjaan perpipaan harus mempunyai kompetensi dalam bidang


pekerjaan pipa sesuai dengan klasifikasi dan spesifikasi pekerjaannya,

7-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

c. Permukaan flens sebelum pelaksanaan penyambungan harus benar – benar


bersih dan rata untuk mencegah terjadinya kebocoran.

d. Sistim ikatan / sambungan dengan flens pengerasan kekuatan tanam bautnya


harus menggunakan kunci moment, khususnya untuk pekerjaan pipa - pipa
berdiameter besar

e. Sistem pengerasan / penguncian kekuatan baut harus memperhatikan


pembagian / distribusi tekanan akibat kekuatan baut tanamnya , untuk
menghindari terjadinya deformasi pada permukaan flens

7.3 Penggunaan Peralatan Pekerjaan Perpipaan

1. Jacking Pipe

Peralatan pendorong dan pemasang pipa (Jacking Pipe) yang digunakan pada
pekerjaan pipa berdiameter besar umumnya ditanam didalam tanah, dalam
pengerjaannya membutuhkan perhatian yang khusus bagi keselamatan pekerja dan,
lingkungan.

Umumnya pipa – pipa yang berdiameter besar digunakan untuk penyaluran air
ataupun minyak dan gas, karenanya dibutuhkan ke akuratan / presisian sambungan
yang tinggi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kebocoran yang membahayakan
bagi lingkungan setempat.

Jacking pipe bekerja berdasarkan tekanan hidraulis melalui saluran – saluran selang
(hose) dan pipa – pipa (tube), tekanan hidraulis jacking pipe diperoleh dari hasil kerja
mekanis motor listrik yang menggerakkkan motor hidraulis. Hasil tekanan hidraulis
mencapai sampai dengan

Pekerjaan instalasi pipa yang menggunakan sistem jacking dan dipasang didalam
tanah hingga kedalaman 1 s/d 3,5 meter membutuhkan perhatian dalam hal
keselamatan kerja, hal – hal yang harus diperhatikan diantaranya :

a. Kondisi kekuatan tanah ( rawan longsor atau tidak),


b. perkuatan – perkuatan dinding galian,
c. umur selang (hose) yang rawan terhadap kebocoran dan semprotan olie hidraulis
bertekanan,
d. Posisi ruangan penempatan jacking pipe yang sempit,

7-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

e. teknik penurunan pipa yang menggunkan pesawat angkat termasuk teknik


penyambungannya
f. Bahaya radiasi pengetesan hasil – hasil pengelasan pipa yang menggunakan
sistem test / uji X-Ray atau radiography
g. Hidrostatic test pipa ataupun pneumatic test pada saat commissioning,
h. Bahaya – bahaya pergeseran pipa untuk posisi kelurusan pipa (alignment)

2. Peralatan angkat

a. Dalam menggunakan peralatan pengangkat beban, peralatan pengangkat harus


dipilih sesuai untuk proses pengangkatan beban yang berat secara manual.
b. Peralatan pengangkatan beban harus diperiksa kelayakannya dan digunakan
sesuai dengan aturan sesuai prosedur kerjanya, dan Peralatan pengangkat
harus dapat dipastikan telah secara berkala dipersiapkan pengujian kalayakan
untuk operasinya.
c. Batasan radius kerja, dan batas maksimum beban yang diijinkan untuk diangkat
(safe working load) dan petunjuk kerja harus ditetapkan dan dipatuhi oleh
pekerjanya.
d. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk melarang orang memasuki daerah
lintas keran jalan (traveling crance), ataupun berada dibawahnya untuk
menghindarkan kecelakaan karena terhimpit atau kejatuhan benda-benda
material yang diangkat
e. Pasang penghalang dan tanda dilarang masuk jika diperlukan, dan pastikan
daerah kerja cukup aman dari pekerjaan yang lainnya sebelum pengangkatan
beban
f. Jangan biarkan orang berdiri dibawah beban yang berada posisi miring.
g. Pesawat angkat yang digunakan harus dilengkapi sakelar pembatas beban untuk
menjamin agar pengangkatan beban tidak melebihi beban yang diangkat atau
yang dijinkan.
h. Semua bagian – bagian dari kerekan (winches) dari chain - block harus
dipastikan dapat menahan tekanan beban maksimum dengan aman dan tidak
merusak kabel atau tambang.
i. Penggunaan dongkrak untuk pengangkatan harus pada posisi yang aman
sehingga tidak memutar atau pindah tempat
j. Dongkrak harus dilengkapi dengan peralatan yang effektif untuk mencegah agar
tidak melebihi posisi maksimum ( over travel ).

7-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

7.4 Sistem Pengujian Pipa Penguji Sistem

1. Persyaratan.

Pada setiap sistem instalasi pipa harus dipasang pipa penguji. Seperti halnya pada
pemasangan pipa springkle pipa penguji dipasang berukuran sekurang-kurangnya 25
mm.

Ujung pipa harus licin, tahan karat dan dapat mengalirkan air ekivalen / fluida penguji
ataupun dalam bentuk gas lainnya dengan satu kepala springkler tergantung dengan
ketentuan yang dipersyaratkan.

Pipa ini ditempatkan pada ujung pipa cabang terjauh, kecuali ditentukan lain.

Pipa penguji sistem ini harus disediakan pada tiap alat tanda bahaya dari tiap aliran
air / fluida lainnya tersebut

2. Alat tanda bahaya lebih dari Satu


Alat tanda bahaya aliran air / fluida disediakan pada setiap pencabangan horisontal
dari instalasi pipa - pipa tegak yang terbagi secara horisontal., hal ini untuk
mengetahui tingkat kebocoran sambungan pipa yang di uji. Ketentuan ini
disesuaikan dengan tingkat ketelitian yang dipersyaratkan
Contoh alat tanda bahaya dapat terlihat disetiap lantai pada gedung bertingkat
banyak dimana disediakan lebih dari satu alat tanda bahaya aliran air pada satu
system springkler,.

7.5 Perlindungan Perpipaan


1. Perlindungan pipa terhadap korosi
a. Pada tempat-tempat seperti tempat pengelantangan bahan, ruang pengecatan,
pengolahan alat metal, kandang hewan, tempat mengolahan kimia tertentu dan
tempat lain yang menghasilkan gas atau uap yang dapat menimbulkan korosi,
maka setiap jenis pipa, tabung, alat sambung dan penggantung harus diberi
lapisan pelindung.
b. Pipa baja yang yang dipasang terbuka terhadap udara harus di galvanis atau
dilindungi terhadap korosi.
c. Pipa baja yang ditanam dibawah tanah harus dilindungi terhadap korosi sebelum
ditanam.

7-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

2. Perlindungan perpipaan bertekanan (air) terhadap gempa bumi


Untuk memperkecil atau mencegah pecahnya pipa karena gempa bumi, harus
dilindungi sebagai berikut:
a. Pada gedung yang tidak direncanakan tahan gempa, kopling fleksibel harus
dipasang dengan ketentuan:
1) 60 mm dibawah ujung atas dan diatas ujung bawah disetiap pipa tegak
kecuali ditentukan lain seperti pada c.
2) Pada bagian pipa yang menembus langit-langit disetiap lantau dalam gedung
bertingkat banyak.
3) Cukup 1(satu) buah pada pipa tegak yang berukuran 65 mm dengan panjang
1m atau pipa tegak yang berukuran lebih dari 65 mm dengan panjang sampai
2 m.
4) Pada tiap ujung tiap perpipaan antara dua gedung.
5) pada tiap sisi sambungan dilatasi gedung.

b. Khusus untuk gedung yang direncanakan tahan gempa bumi, kopling fleksibel
harus dipasang pada bagian gedung tempat keluar atau masuknya pipa.

c. Selubungan pipa harus dipasang pada semua bagian yang menembus dinding,
lantai bangunan gedung, platform dan pondasi dengan ketentuan:
1) Celah minimum antara pipa dengan selubung pipa sekurang-kurangnya
25mm untuk pipa berukuran 25 mm sampai 90 mm dan 50 mm untuk pipa
berukuran lebih besar atau sama dengan 100 mm.
2) Celah antara pipa dengan selubung pipa harus diisi dengan bahan elastik
yang tidak mudah terbakar seperti serat kaca atau bahan lain yang setaraf.
3) Selubung pipa pada lantai harus menonjol paling sedikit 80 mm diatas
permukaan lantai

d. Penahan ayun dari pipa untuk menghadapi pengaruh gempa bumi, bangunan
gedung.
1) pipa pemasukan dan pipa pembagi utama yang berukuran lebih besar atau
sama dengan 65 mm harus digantung dengan menggunakan penahan
ayunan dua arah, untuk melawan gaya tarik dan tekan yang ekivalen denga
50 % dari berat air dalam pipa.
2) bagian teratas dari pipa tegak harus diamankan terhadap goncangan dengan
menggunakan penahan ayun empat arah.
7-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

3) apabila ditempat-tempat tertentu pada pipa cabang digunakan gantungan


jenis U, maka harus digunakan gantungan jenis U ujung melingkar.
4) penggunaan gantungan jenis U untuk menunjang suatu suste springkler telah
memenuhi sebagian besar persyaratan penahanan ayun, kecuali pada
umumnya gantungan memanjang seperti gambar 4.10.2.b dan 1.10.2.c. harus
juga digunakan untuk perpipaan berukuran lebih besar atau sama dengan 65
mm.

Dalam merencanakan penahan ayun, perbandingan kelangsingan I/r tidak


boleh melebihi 200 dengan pengertian “I” adalah jarak (dalam cm) antara
garis sumbu penahan dan “r” adalah ajri-jari inersia (dalam cm) yang terkecil.

e. Instalasi pipa yang ditanam di tanah atau didalam air, untuk mempertahankan
fleksibiltas terhadap gerakan horisontal dan vertikal, diberikan tahanan sesuai
dengan ketentuan yang dipersyaratkan misalnya di berikan kopling pada jarak
tertentu dari sambungan atau di ujung – ujung pencabangannya, baik diujung
pencabangan vertikal maupun horisontal

7.6 Pembuatan Daftar Simak


Setelah dilakukan identifikasi atau dikaji potensi bahaya setiap kegiatan dalam item
pekerjaan yang dituangkan dalam metode kerja, langkah selanjutnya dibuat suatu
daftar simak untuk “Penerapan Ketentuan K3” (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
yang dituangkan dalam format daftar simak sebagai berikut :

DAFTAR SIMAK POTENSI BAHAYA/ KECELAKAAN

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................

1. Nama Proyek : .......................................................................................


2. Lokasi Proyek : .......................................................................................

Potensi Bahaya/
No. Uraian Kegiatan
Kecelakaan Kerja

Dibuat oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................


Diperiksa oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................
Diperiksa oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................

7-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

DAFTAR SIMAK K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................


1. Nama Proyek : .......................................................................................
2. Lokasi Proyek : .......................................................................................

Dilaksanakan
No. Uraian Ketentuan K3
Ya Tidak

Dibuat oleh : ......................................................................................


Tanggal : ......................................................................................
Diperiksa oleh : ......................................................................................

7-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Bentuk lain Daftar Simak K3

DAFTAR SIMAK K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

JENIS PEKERJAAN : ..........................................................................................................


NAMA PROYEK : ..........................................................................................................
LOKASI PROYEK : ..........................................................................................................

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

Dibuat oleh : …………………………………………………………………


Tanggal : …………………………………………………………………
Diketahui Oleh : …………………………………………………………………

7-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Bentuk lain Daftar Simak Potensi Bahaya/ Kecelakaan

DAFTAR SIMAK POTENSI KECELAKAAN/ BAHAYA

No. Keterangan A B C D E F G H Keterangan

Pengisian bahan
1.  A. Kebakaran
bakar
Pemeriksaan air B. Terkena uap air
2.  
batere (accu) batere (accu)
Pemeriksaan
3.  C. Terkena air panas
minyak hidrolik
Pemeriksaan air D. Terkena
4. 
pendingin semprotan minyak
Pemeriksaan
5.  E. Jatuh terpeleset
kondisi alat kendali,
Manouver di tanah F. Terbenam di tanah
6. 
lembek lembek
Mendorong dan
7.  G. Jatuh ke jurang
menimbun jurang
Naik / turun
8.  H. Terguling
tanjakan

9. Naik / turun Unit  E. Jatuh terpeleset

7-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

RANGKUMAN

Bab 1 :
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
pekerja dan perlindungan perusahaan. Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan.
Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pekerja dan meningkatkan produktivitas
perusahaan.
2. Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian yaitu alat
produksi, bahan produksi atau perlengkapan kerja, biaya pengobatan atau kompensasi
kepada pekerja yang cedera atau meninggal dunia, kerugian waktu kerja selama
produksi terganggu serta penurunan kualitas dan kuantitas hasil produksi.
3. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus.
- Alat-alat prodksi terlalu sempit, ruangan terlalu panas atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan/ prosedur kerja yang telah ditetapkan.

Bab 2 :
1. Yang perlu diperhatikan dalam operasi peralatan berat adalah keamanan dalam bekerja,
perlindungan keselamatan bagi pekerja dan terhadap sarana/ fasilitas dan prasarana
yang berkaitan dengan operasional peralatan di tempat kegiatan kerja.
2. Mengoperasikan peralatan berat konstruksi mengikut tahapan :
- Pastikan peralatan layak untuk dioperasikan dan siap pakai
- Laksanakan pengawasan secara terus menerus
- Laksanakan istirahat secara interval dan kontinu dalam setiap 4 jam operasi
- Kenali pengoperasian peralayan dengan beban kritis
- Pastikan bahwa peralatan berat dalam posisi aman pada saat ditinggalkan setelah
selesai operasi
3. Sebelum peralatan beroperasi
a. Peralatan dan sejenis peralatan angkat harus memiliki sertifikat layak pakai yang
berlaku
b. Izin kerja harus dimiliki
c. Lapran ramalan cuaca harus diperhatikan
d. Kondisi tanah harus diketahui dengan baik
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

e. Plat baja perlu saat akan melintasi daerah pipa di dalamnya


f. Harus diadakan briefing antara berbagai pihak untuk mengatasi keadaan darurat
g. Periksa dengan benar apakah instalasi peralatan berat/ berdekatan daerah mudah
meledak atau korosif
4. Saat pengoperasian
a. Periksa benar gerak radius peralatan sebelum beroperasi
b. Hanya orang yang mendapat tugas yang boleh memberikan aba-aba operator
c. Operator tidak diijinkan meninggalkan tempat kerja, motor masih menyala atau beban
masih tergantung
d. Setiap beban yang diangkat memiliki/ tali pengontrol
e. Beban harus memiliki besaran berat yang tercantum dengan jelas
5. Setelah beroperasi :
a. Pastikan bahwa peralatan cukup dalam posisi aman
b. Manfaatkan waktu menganggur (idle time)
c. Melaporkan dan mencatat keadaan berindikasikan rawan kecelakaan
d. Periksa dengan benar apakah instalasi peralatan tidak berdekatan mudah meledak
atau korosif
e. Buat catatan penting identifikasi bahaya, rawan kecelakaan

Bab 3 :
1. Sumber dan potensi bahaya :
a. Kesalahan desain
b. Kesalahan pemasangan
 Konstruksi tidak kuat/ tidak memenuhi syarat
c. Kesalahan pemakaian/ operasional
 Penggunaan alat tidak sesuai dengan fungsinya
 Safety device tidak digunakan sebagaimana mestinya
d. Kesalahan pemeliharaan/ perawatan
e. Tidak layak pakai (tidak pernaj diperiks dan diuji)
f. Daerah lingkungan kerja tidak aman/ tidak memenuhi syarat
g. Tenaga kerja yang melaksanakan tidak memahami baik cara dan sifat
penggunaannya atau tidak terampil.
2. Bagian yang paling berbahaya dari suatu alat pembawa/ pengantar barang adalah :
- Titik sentuh
- Titik jepit antara dua bagian yang bergerak
- Barang-barang yang jatuh dari alat pembawa/ pengantar barang
- Jatuh di tempat jalan dan panggung
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

- Kejutan listrik
- Kebakaran

Bab 4 :
Potensi bahaya yang harus diperhatikan dalam pesawat tenaga dan mesin produksi adalah :
1. Sistem penggerak dan pemindahan tenaga
a. Susunan sistem pemindah tenaga
b. Pemindah tenaga gerak (power train pada pesawat angkat jenis mobil boom)
c. Sistem penggerak langsung kendali bertenaga
d. Sistem tenaga hidrolik penuh
e. Sistem kendali bertingkat
2. Hal-hal berkaitan dengan listrik
 Ruang kerja listrik
 Instalasi lampu
 Identifikasi penghantar warna
 Penggunaan kabelnya
 Penggnaan kabel NYM
 Nomen klatur kabel

Bab 5 :
Potensi bahaya yang harus diperhatikan dalam pekerjan mekanikal dan elektrikal adalah :
1. Kecelakaan dan kebakaran akibat listrik :
a. Mengalirnya arus listrik pada tubuh manusia
b. Hubungan singkat (hubungan pendek)
c. Beban berlebihan
2. Usaha pencegahan bahaya listrik
a. Pengamanan terhadap :
1. Bahaya sentuh langsung
2. Bahaya sentuh langsung
b. Pencegahan terhadap kebakaran karena listrik
c. Pelayanan dan pemeliharaan instalasi secara teratur
3. Cara membebaskan penderita dan aliran listrik :
a. Memutuskan hubungan dengan cara yang tepat
b. Penolong harus mengamankan diri
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

Bab 6 :
1. Kecelakaan karena peledakan bejana bertekanan umumnya fatal.
Untuk pengaman, langkah utama/ pertama : perencanaan/ perhitungan matang sesuai
kebutuhan.
2. Tingkat pengamanan bejana tekanan
 Tingkat pengaman dengan pegas
 Tingkat pengamanan dengan beban
Tujuannya : untuk melepaskan tekanan
3. Pengendalian ketel uap dan bejana uap
a. Syarat ketel uap
- Hemat dalam pemakaian bahan bakar
- Berat ketel dan pemakaian
- Memenuhi syarat K3
4. Perawatan ketel uap
 Meledaknya ketel uap menimbulkan malapetaka, maka
 Pengoperasiannya dan pelayanannya baik
 Perawatan dilakukan secara rutin sesuai pedoman

Bab 7 :
1. Pekerjaan perpipaan :
Instalasi pipa yang ditanam dalam tanah perlu perhatian K3 nya :
a. Kondisi kekuatan tanah dukung
b. Perkuatan dinding galian
c. Umur selang yang rawan kebocoran
d. Posisi ruangan penempatan jacking pipe
e. Teknik penurunan pipa termasuk penyambungan
f. Bahaya radiasi pengetesan hasil
g. Hidrostatic/ pneumatik test
h. Bahaya-bahaya pergeseran pipa untuk kelurusan
2. Secara umum pekerjan perpipaan yang perla perhatian K3 nya :
 Instalasi pekerjaan perpipaan
 Penggunaan peralatan instalasi
 Sistem pengujian
 Perlindungan perpipaan
 Perlindungan perpipaan bertekanan terhadap gempa bumi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 1 thn 1970, tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-undang No. 3 tahun 1992, tentang : Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Undang-undang No. 18 tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi
4. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. Peraturan Pemerintah (PP) no. 14 tahun 1993, tentang : Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
6. Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang : Penyakit yang timbul karena
Hubungan kerja.
7. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Konstruksi Bangunan
8. PERMENAKER No. : Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut
9. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi
10. PERMENAKER No. : PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
11. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555/K/26MPE/1995 tanggal 22 Mei
1995 tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
12. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety Management Systems
13. Sugiri : Penambangan Batu dari Gunung, Proyek Diklat Bina Marga Ditjend Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1976
14. Departemen Tenaga Kerja, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan Training Material Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Mekanik 1996/1997.
15. R.L Peurifoy Construction Planning Equipment and Method International Student Edition,
1979.
16. The American Society of Mechanical Engineers Floating Cranes and Floating Derricks-
ANSI/ASME B30.8-1982.
17. PT. United Tractor, Bahan Training Sistem Pemindah Mekanis
18. Anas Zaini Z. Iksan, Bahan-bahan Pelatihan Ahli K3 Pesawat Angkat dan Angkut, 2004.

Anda mungkin juga menyukai