Pelatihan
Pelatihan
PERALATAN
PELATIHAN
AHLI K3 KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Pekerjaan konstruksi dewasa ini seringkali harus berhubungan dengan peralatan konstruksi
yang berkaitan langsung dengan pekerjaan dan ternyata kemajuan mekanisasi berbacam-
macam peralatan juga menuntut penanganan yang lebih hati-hati karena banyak
kemungkinan menimbulkan kecelakaan kerja.
Setiap peralatan konstruksi memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan penanganan
yang spsesifik pula sehingga daicapai produktivitas yang tinggi tanpa menimbulkan
kecelakaan kerja, baik bagi tenaga kerjanya maupun peralatan yang dioperasikannya.
Khusus dalam pengoperasian peralatan, setiap petugas terkait terutama petugas K3 perlu
menyiapkan diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai peralatan konstruksi
tersebut, dengan tujuan untuk mengurangi aatu menghilangkan kecelakaan kerja akibat
pengoperasian atau pemeliharaan peralatan tersebut.
Bermacam-macam peralatan konstruksi yang setiap harinya beroperasi menyelesaikan
pekerjaan konstruksi harus mendapat perhatian khusus, mengingat saat ini hampir seluruh
pekerjaan konstruksi sangat tergantung dengan keberadaan peralatan ini, sehingga harus
dijaga tidak terjadi kecelakaan yang menyebabkankan peralatan idle, baik disebabkan
tenaga kerjanya menderita kecelakaan ataupun peralatannya rusak karena salah
pengoperasian atau sebab lainnya di lapangan.
Pada akhirnya tim penyusun mengharapkan adanya saran dan masukkannya untuk
penyempurnaan materi ini, karena sangat disadari bahwa materi ini masih jauh dari
sempurna.
Tim Penyusun,
ii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
LEMBAR TUJUAN
iii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
iv
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
LEMBAR TUJUAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR MODUL ................................................................................................ v
PANDUAN INSTRUKTUR .................................................................................. vi
DAFTAR PUSTAKA
vi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi
dengan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.
vii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
viii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
1. Ceramah : Pembukaan
Menjelaskan tujuan instruksional Mengikuti penjelasan TIU dan TIK OHT1
(TIU & TIK.). dengan tekun dan aktif.
Merangsang motivasi peserta Mengajukan pertanyaan-
dengan pertanyaan atau pertanyaan apabila kurang jelas.
pengalamannya dalam mengawasi
pengoperasian peralatan konstruk-
si dihubungkan dengan K3.
Waktu : 10 menit
Waktu : 10 menit
Waktu : 20 menit
ix
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Waktu : 45 menit
Waktu : 45 menit
x
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Waktu : 45 menit
Waktu : 20 menit
xi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Waktu : 45 menit
Waktu : 30 menit
10. Rangkuman :
Merangkum dan berdiskusi Peserta aktif membandingkan yang OHT10
Penutup diajarkan dan pengalaman di
lapangan serta aktif berdiskusi
Waktu : 20 menit
xiii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
MATERI SERAHAN
xiv
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur.
Apabila ditinjau dari segi keilmuan maka keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dala usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi tersendiri, karena dalam
pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang-undangan, juga dilandasi
oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik. Keselamatan dan kesehatan
kerja juga merupakan masalah yang mengandung banyak faset, misalnya: hukum,
ekonomi maupun social.
Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu unsure perlindungan tenaga kerja
merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi dan produktifitas perusahaan
dan untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk itu Pemerintah Indonesia bertekad mendorong
perusahaan agar melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dan
mengusahakan supaya keselamatan dan kesehatan kerja benar-benar menjadi naluri
dan budaya masyarakat.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
pekerja dan perlindungan perusahaan. Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pekerja dan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian, yaitu alat
produksi, bahan produksi atau perlengkapan kerja, biaya pengobatan atau kompensasi
kepada pekerja yang cidera atau meninggal dunia, kerugian waktu kerja selama produksi
terganggu serta penurunan kualitas dan kuantitas hasil produksi.
1-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Semua kerugian langsung dan kerugian tidak langsung tersebut, secara ekonomis dapat
dihitung, baik yang diderita langsung oleh pekerja maupun yang menjadi beban
pengusaha dan masyarakat pada umumnya.
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila:
Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
Alat-alat produksi terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin;
Tidak tersedia alat-alat pengaman;
Kurang memperhatikan persyaratan/prosedur kerja yang telah ditetapkan.
Pengertian kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dari semula dan tidak
dikehendaki yang mengganggu aktivitas yang telah ditentukan dan dapat mengakibatkan
kerugian baik berupa korban manusia dan atau harta benda.
1-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Dasar hukum perundangan keselamatan dan kesehatan kerja adalah UUD 1945 pasal
27 ayat (2) dan Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
mengenai Tenaga Kerja pasal 9 dan pasal 10.
“ Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”
Bila pasal ini kita kaitkan dengan sumberdaya manusia, maka “pekerjaan” tersebut
tidak lain adalah “pekerjaan yang manusiawi”. Pekerjaan demikian memungkinkan
tenaga kerja untuk tetap sehat dan selamat sehingga dapat mengembangkan diri
sebagai “manusia” agar dapat hidup dengan layak sesuai dengan harkat dan
martabat manusia.
1-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Untuk pesawat Angkat dan Angkut, Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan peraturan
No: PER.05/MEN/1985 tentang pesawat Angkat dan Angkut dan Peraturan
No.01/MEN/1989 tentang Kwalifikasi dan syarat-syarat operator Keran Angkat.
Adapun peraturan perundangan lainnya yang selama ini masih digunakan adalah
undang-undang Transport Ril tahun 1938 No. 595 dan Peraturan Transport Ril Tahun
1939 No. 39.
Untuk pesawat Angkat dan Angkut yang meliputi peralatan produksi mencakup
peralatan angkat, pita transport, pesawat angkutan diatas landasan dan diatas
permukaan serta alat angkutan diatas rel.
Apa yang dimaksud dengan hal teersebut diatas adalah apa yang telah ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja ialah:
Dari ketentuan pasal demi pasal tersebut dapat dipakai sebagai acauan dasar
pemeriksaan peralatan yang akan dibangun ataupun yang telah dan sedang dipakai
bilamana diperlukan.
1-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Oleh karena Negara kita belum dapat membangun sendiri peralatan pesawat angkat
dan angkut dan baru dapat membangun sebagian kecil dari berbagai jenis tersebut,
standar yang dipakai sebagai referensi adalah mempergunakan standard luar negeri.
1-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
BAB 2
PENERAPAN K3 PENGOPERASIAN PERALATAN BERAT
2.1 Umum
Yang perlu diperhatikan dalam operasi peralatan berat adalah, keamanan dalam bekerja,
perlindungan keselamatan bagi pekerja dan terhadap sarana / fasilitas dan prasarana
yang berkaitan dengan operasional peralatan di tempat kegiatan kerja.
Karena pada dasarnya manusia yang bekerja, umumnya selalu menggunakan alat yang
dipergunakan untuk bekerja. Untuk hal ini masing-masing kondisi harus dapat memenuhi
persyaratan bekerja secara aman, baik dan benar, maka dalam pengelolaan peralatan
berat/ pesawat angkat dan angkut diperlukan seseorang operator yang mampu dan
terampil.
Apa yang dilakukan oleh operator, terlebih dahulu harus memahami cara - cara
mempergunakan peralatan-peralatan tersebut dengan persyarata yang dimilikinya.
Sebagai contoh misalnya bagaimana mengoperasikan peralatan berat / pesawat angkat
dan angkut dengan benar dan aman?, apa yang harus dipenuhi sebelum masuk daerah
kerja dan akan memulai pekerjaan, harus mendapat izin terlebih dahulu sertifikat layak
pakai pesawat yang akan dipergunakan juga layak kerja bagi operator yang menjalankan
pesawat yang bersangkutan. Jika seandainya terdapat pesawat yang mau dipergunakan
tidak memiliki sertifikat layak pakai, harus diadakan pemeriksaan dan uji coba dulu,
sedangkan sang operatornya pun sama halnya seperti pesawat itu sendiri.
Baiklah kita perlu meninjau apa saja yang harus dilakukan oleh sesorang mulai dari
tingkat pembantu operator, operator, pengawas dan penanggung jawab jalannya
keamanan pekerjaan. Sebagai contoh umum, misalnya ada tujuh tahapan pengoperasian
peralatan berat / konstruksi yang harus dipatuhi.
Tahapan-tahapan ini penting bagi sang operator atau pengawas yang bertanggung
jawab terhadap pengoperasian peralatan berat / konstruksi tersebut.
No 5 / MEN / 1985 tentang pesawat angkat danb angkut, atau menggunakan ANSI /
ASME, DIN, British, JIS, dasar standar inilah yang nantinya digunakan dalam operasi
dan pemeliharaan peralatan termasuk pemeriksaan dan pengujian. Yang secara detail
akan dijelaskan dalam standar K3 masing – masing jenis peralatansesuai dengan bidang
pekerjaannya
Secara umum dalam mengoperasikan peralatan berat konstruksi harus memenuhi atau
mengikuti tahapan sebagai berikut ini :
Pastikan Peralatan peralatan berat / konstruksi tersebut layak untuk dioperasikan dan
siap pakai, secara administrasi harus ada pembuktian melalui surat ijin operasi / laik
pakai.
Pastikan kondisi secara administrasi (butir 1 diatas), telah benar –2 siap pakai untuk
di operasikan dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yakni, Laksanakan
pemeriksaan awal sebelum peralatan peralatan berat / konstruksi dioperasikan.
Laksanakan pengawasan secara terus menerus baik secara individu (Oleh operator)
maupun oleh pengawas pekerjaan dalam pengoperasian peralatan berat / konstruksi
dengan benar.
Laksanakan istirahat secara interval dan kontinyu dalam setiap 4 jam operasi dengan
sekali istirahat, dan jangan sekali – kali bekerja secara nonstop diatas 4 jam operasi,
hindari perasaan jenuh dalam mengoperasikan peralatan. Karena perlu diingat
interaksi antara manusia dengan mesin.
Kenali Pengoperasian peralatan dengan beban kritis yang sewaktu –waktu timbul
saat operasi.
Pastikan bahwa operator / pekerja mengetahui akan adanya bahaya kecelakaan dan
mampu mengatasinya jika kondisi benar – benar dalam keadaan darurat sewaktu
mengoperasikan peralatan berat / konstruksi tersebut.
Pastikan bahwa peralatan berat / konstruksi cukup dalam posisi aman pada saat
akan ditinggalkan setelah selesai operasi.
Demikian pula bagi inspektur, dalam menentukan kondisi layak pakai tidak terlalu
sukar untuk membuat analisa maupun mengevaluasinya sehingga dapat dibuat
suatu rekomendasi yang mendekati keadaan sebenarnya.
Karena seorang inspektur dituntut, harus melaksanakan tugasnya secara teliti jujur,
sehingga kecelakaan ataupun kerusakan fatal dapat dihindari atau bahkan dicegah
b). Operator harus mengenal dengan baik daerah di mana barang akan
diangkat dan daerah di mana barang akan dipindah tempatkan.
c). Kalau peralatan berat / konstruksi beroperasi di daerah pabrik yang
sedang operasi, operator harus yakin bahwa ruang gerak harus cukup.
d). Dan operator harus menginsyafi bahwa di daerah operasi tersebut tentu
ada yang berbahaya.
Bila ternyata terdapat suatu kasus berbahaya yang di luar dugaan biarpun
telah ada izin kerja dan lain sebagainya, langkah-langkah berikutnya perlu
dipertimbangkan.
a). Beban ditaruh di tanah segera jika situasi dan kondisi telah
memungkinkan yang bebas dari segala macam gangguan.
b). Motor penggerak segera dihentikan, tetapi dijamin bahwa beban tidak
akan turun.
c). Segera pengawas ke tempat yang berbahaya tersebut untuk observasi
keadaan.
d). Jikalau memang semuanya telah aman, perlu dilakukan pemeriksaan
ulang apakah tempat, alat dan lain sebagainya tidak akan berubah.
e). Jikalau semuanya beres, segera minta izin lagi untuk segera memulai
beroperasi.
2-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
2-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Secara umum baik kesalahan teknis maupun kesalahan manusia semuanya menyangkut
ketelitian / keakuratan yang akhirnya juga bertumpu pada manusia, sehingga tidak salah
jika kecelakaan terbesar hampir 80% disebabkan oleh manusianya. Berikut yang perlu
diperhatikan agar meminimalisir tingkat kesalahan yang menyebabkan kecelakaan :
1. Kesalahan Teknis,
Kesalahan teknis ini meliputi peralatan yang digunakan, baik yang dapat di prediksi
maupun yang tidak ,
2-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
1) Peristiwa lam seperti, sambaran petir, banjir, cuaca buruk (seperti angin
topan, goncangan agin yang melebihi standar) .
2) Sabotase, dllnya
2. Kesalahan Manusia
a. Kurangnya / tidak mempunyai ketrampilan / kemampuan (kompetensi) bagi
operator seperti dalam, tidak mempunyai kemampuan / tidak tepatnya membaca
besarnya beban operasi yang diijinkan,
b. Peralatan uyang dioperasikan bukan menjadi kewenangannya.
c. Pengikatan beban tidak sentries, sehingga beban terayun.
d. Komunikasi/aba-aba rigger tidak jelas sehingga berakibat kecelakaan terhadap
juru ikat atau pembantunya.
e. Penglihatan operator terbatas (jarak pandang operator) terhadap benda / barang
yang hendak diangkat.
f. Mengangkat beban tanpa tali tambera.
g. Pengikatan yang sembrono.
h. Pengikatan kurang baik dan benar sehingga beban dapat terlepas.
i. Terdapat kesalahan dalam rancangan konstruksi
2-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
2-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
- Sedang sakit
- Alat pengendali dan lem tidak baik
9. TENGGELAM - Sedang sakit
- Tidak bisa berenang
10. AKIBAT KELELAHAN - Mengangkat barang di luar kemampuan
- Kegagalan menahan atau menunjang beban
- Tergelincir di atas permukaan yang basah
11. MENGISAP ZAT-ZAT - Tidak memakai alat pelindung pernafasan
BERBAHAYA
DENGAN MEMATUHI SETIAP PERATURAN STANDARD YANG ADA, NISCAYA
KITA DAPAT MENCEGAH DAN MENANGGULANGI KECELAKAAN !!!!!!!!!!
2-9
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
BAB 3
PENERAPAN K3 PADA PESAWAT ANGKAT DAN ALAT ANGKUT
3.1 Umum
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja Pesawat angkat dan angkut adalah
meliputi, semua bentuk kegiatan K3 di bidang pekerjaan penggunaan pesawat angkat
dan angkut.
Secara umum pesawat angkat adalah jenis peralatan yang digunakan untuk
mengangkat, sedangkan pesawat angkut adalah jenis peralatan untuk mengangkut,
dangfan klasifikasinya akan dijelaskan pada bagian berikut ini
2. Standar Internasional
Ada beberapa buku standar ANSI yang dapat dipakai untuk memeriksa berbagai
jenis pesawat angkat, ialah:
a. V.30.1 Jacks
b. B.30.2 Overhead & Gantry Cranes
c. B.30.3 Hammer Head Tower Cranes
d. B.30.4 Portal, Tower and Pillar Crangs
e. B.30.5 Mobile and Locomotive Cranes
f. B.30.6 Derricks
g. B.30.7 Based Mounted Drum Hoist
h. B.30.8 Floating Cranes and Floating Derricks.
i. B.30.9. Slings.
j. B.30.10. Hooks
k. B.30.11. Monorails and Underhung Cranes.
l. B.30.12 Handling Loads Suspended from Rotor Craft.
m. B.30.13. Controlled Mechanical Storage Cranes.
n. B.30.14. Side Boom Tractors.
o. B.30.15. Mobile Hydraulic Cranes
p. B.30.16. Overhead Hoist (Underhung).
3-1
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Baik beban yang diijinkan maupun jangkauannya atau biasa disebut radius
ditetapkan oleh suatu percobaan secara runtun dan merangkak mulai dari beban
terkecil, radius terkecil sampai ke beban maksimum dengan radius terbesar pula.
Kumpulan hasil percobaan tersebut dimasukkan dalam Daftar Beban atau biasa
disebut Load Chart.
Keran Menara ini mempunyai 3 jenis, yang mempunyai kemampuan dan keunggulan
masing-masing diantaranya:
a. Traveling Tower Crane adalah: jenis Tower Crane yang dapat bergerak maju
dan mundur diatas landaran rel, dan tower crane jenis ini umumnya mempunyai
3-2
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Pada dasarnya ketiga tower crane tersebut mempunyai prinsip kerja yang sama.
Tetapi pada kertas kerja ini penulis hanya akan membahas untuk prosedur dan
pemeriksaan dan pengujiannya adalah yang jenis Fixed Tower Crane. Agar dapat
diketahui secara jelas bagian – bagian dari crane tersebut, lihat Gambar 1. Keran
menara tetap dengan penjelasan komponen-komponennya. (lampiran)
3-3
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
3. Keran Pedestal
Crane pedestal umumnya dipergunakan dilepas pantai, misalnya pekerjaan bongkar
muat dianjungan lepas pantai. Serta pekerjaan yng ada di lepas pantai umumnya
bahaya atau sumber bahaya sangat tinggi di karenakan situasi dan kondisi yang
setiap saat berubah-ubah.
3-4
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Dari system keempat tersebut terdapat 2 (dua) sumber utama tenaga penggerak
diantaranya adalah:
Motor Listrik
Motor Bakar (Bensin & Diesel)
3.6 Alat Kelengkapan Dan Peralatan/ Pengaman Keselamatan Kerja Pesawat Angkat &
Angkut
Juga merupakan salah satu factor keamanan (safety factor) dari keseluruhan struktur
pesawat keran.
3-6
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
j) Anemometer
3-8
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
3. Kebutuhan perlengkapan
Kebutuhan utama dari setiap keran angkat mempunyai hubungan erat dengan
program keselamatan kerja. Maka dari itulah semua perlengkapan komponen-
komponen pada keran harus memenuhi ketentuan-ketentuan atau standar yang
berlaku, baik disaat melakukan perencanaan, pembuatan, pemeriksaan, pengujian
atau perawatan. Didalam PER.05/MEN/1985 Depnaker atau rekomendasi standard
lainnya akan kita temui segala ketentuan alat keselamatan pada sebuah keran, jika
terjadi kehilangan perlengkapan, kerusakan ataupun data informasi adalah menjadi
tanggung jawab pemilik untuk melengkapi dan memperbaiki sesuai dengan standard
yang berlaku.
4. Identitas
Pada setiap keran angkat harus dibubuhi identitas yang cukup jelas dan tidak mudah
hilang. Identitas tersebut mencakup nama pabrik pembuat, type/model nomer sari,
tahun pembuatan dan berat unit keran. Juga pada bagian perlengkapan keran yang
mudah dibuka/dipasang seperti ballast (counterweight), boom-boom penyambung,
jib-jib, kaki penyangga tambahan (out rigger), diberi tanda identitas yang cukup jelas
sesuai dengan nomer pemilikan keran angkat. Karena bagian tersebut hanya bisa
digunakan pada unit keran tersebut atau pada keran sejenis sesuai, dengan ciri-ciri
dan perencanaan yang dibuat oleh pabrik.
Pada setiap pembuatan komponen, perbaikan, perubahan konstruksi yang oleh
pabrik pembuat keran harus mendapat persetujuan dari pabrik pembuat keran
tersebut dan diawasi oleh seorang ahli (Proffesional Engineer).
3-9
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
5. Daftar beban
Setiap mobil crane harus dilengkapi dengan daftar kemampuan pengangkatan beban
(load rating chart), yang dibuat secara jelas, tidak mudah rusak, diletakkan pada
bagian yang mudah dilihat oleh operator dari tempat duduknya.
Daftar beban tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dimengerti dan
dipahami maksudnya secara cepat dan cepat. Dalam daftar tersebut akan tertera:
a. Model keran, nomor seri dan tahun pembuatan.
b. Kemampuan pengangkatan pada setiap kombinasi panjang boom, radius dengan
dan tanpa menggunakan fly jib.
c. Cara menentukan berbagai kombinasi panjang boom dan jib yang diijinkan.
d. Daerah ruang kerja keran (crane quadrant) yang berhubungan erat dengan
kemampuan daya angkat keran pada berbagai posisis yang berbeda.
e. Adanya alternative komponen tambahan pada keran angkat, sehingga akan
merubah kemampuan daya angkat keran tersebut. Alternatif-alternatif tambahan
tersebut harus tertera dengan jelas.
f. Apabila kemampuan angkat dari keran tidak dibatasi oleh kestabilan tetapi
dibatasi oleh kekuatan konstruksinya, maka pembatasan antara keduanya harus
cukup jelas dalam daftar beban (load chart).
g. Bila keran ditempatkan pada dudukan/pembawa yang tidak simetris, maka
perubahan kemampuan daya angkat sesuai dengan arah keseimbangan harus
diberi tanda yang cukup jelas.
h. Peringatan, petunjuk, pembatasan yang harus dipatuhi selama pengoperasian
sehingga tidak menimbulkan bahaya kecelakaan, ditulis dengan jelas.
6. Alat-alat pelindung
Alat penutup/pelindung haruis terpasang pada system mekanis yang terbuka seperti
roda-roda gigi, pully, rantai, as dan lain-lain yang dapat menimbulkan bahaya pada
saat keran beroperasi. Alat pelindung tersebut dibuat cukup kuat sehingga mampu
menahan beban orang yang mungkin harus berdiri diatasnya sewaktu melakukan
perawatan/perbaikan.
Pada pipa gas buang (knalpot) diberi isolasi tahan panas, agar tidak menimbulkan
cidera yang kemungkinan akan tersentuh orang sewaktu melakukan perawatan atau
perbaikan, serta tidak ada kebocoran pada pipa gas buang yang bisa menimbulkan
kebakaran atau menyebabkan keracunan.
Pipa saluran akhir gas buang diletakkan sedemikian rupa sehingga asap gas buang
tidak mempengaruhi pengemudi/operator keran.
d. Pada jalan masuk keluar yang bertangga diberi pegangan tangan yang kuat dan
aman untuk dilalui. Pada ruang operator dibuatkan pintu yang mudah dilalui oleh
operator dan terletak disamping operator.
e. Kabin operator mampu meredam suara sehingga tidak membuat operator terlalu
bising (tidak boleh lebih dari ± 90 dB).
f. Tempat duduk operator dibuat dengan tidak baik (bisa distel) sehingga operator
bisa duduk dengan enak, mudah menjangkau tuas-tuas control tanpa merubah
posisi duduknya. Ruang operator dipasang lampu penerangan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu operator.
g. Disetiap permukaan lantai tempat berjalan orang dibuat agar tidak licin.
Pembuatan tangga serta kelengkapannya harus cukup kuat dan mudah untuk
dilalui.
h. Lantai diluar karoseri atau diluar ruang operator dilengkapi dengan pagar
pengaman, sedangkan pada lantai atau jalan orang yang sempat dilengkapi
dengan pegangan tangan.
i. Dibuat tangga untuk naik ke atap karoseri yang biasa dilalui orang pada saat
akan melakukan perawatan atau perbaikan perlengkapan keran angkat di atas
atap karoseri. Sedangkan pada lantai-lantai di atas atap karoseri yang cukup
tinggi dibuatkan pagar pengaman.
Setiap tuas pengontrol gerak keran angkat harus memenuhi persyaratan tertentu
antara lain:
a. Semua tuas control yang digunakan untuk mengemudikan gerakan keran selama
pengoperasian terletak pada tempat yang mudah dijangkau oleh pengemudi
(operator).
b. Setiap tuas control diberi tanda sesuai fungsinya.
c. Tuas kontrol pengerek beban (load hoist), gerakan putar (swing), pengerek boom
(boom hoist), keran bisa kembali pada posisi netral dengan sendirinya.
d. Semua keran dilengkapi kopling untuk memutuskan hubungan tenaga penggerak
ke bangunan atas (upper structure) sebuah keran mobil. Tuas pengontrolnya
diletakkan pada ruang operator dan mudah dijangkau oleh operator.
e. Gerakan tuas control dipasang sesuai dengan arah resultante gerakan keran,
gerakan beban atau gerakan unit keran secara keseluruhan.
f. Bila mungkin dipasangkan alat pengunci tuas.
3-12
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
g. Tuas control disetel sedemikian rupa, sehingga untuk menggerakkan tuas tangan
cukup dengan tenaga kurang dari 15 kg dan mempunyai jarak langkah gerakan
maksimal 45 cm untuk gerakan tuas satu fungsi dan 30 cm untuk tuas dua fungsi
untuk masing-masing langkah gerakan. Pedal kaki digerakkan dengan tenaga
kurang dari 25 kg dengan jarak langkah gerakan tidak boleh lebih dari 20 cm.
b. Dilengkapi kopling yang baik sehingga tidak menimbulkan gerakan tiba-tiba atau
gerakan kejut pada saat menggerakkan dan menyetop gerakan drum.
c. Dilengkapi rem otomatis yang akan bekerja dengan sendirinya dan mampu
menahan semua beban kerja aman dengan penggandaan tali angkat sesuai
petunjuk pabrik pembuat.
d. Kopling dan rem bias disetel dengan ketentuan dari pabrik untuk tetap menjaga
kemampuannya karena adanya keausan akibat dari adanya gesekan.
e. Gelondong penggulung tali pengerek boom (boom hoist drum) dilengkapi dengan
ratchet, pawl dan rem otomatis.
i. Drum dilengkapi dengan rim dan telingan (flange) agar tali tidak mudah meloncat
keluar. Tinggi flange minimal 2 kali diameter tali terhadap susunan gulungan
terakhir.
3-13
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
j. Garis tengah gelondong (drum) tali pengangkat mempunyai pitch diameter tidak
kurang dari 18 kali diameter tali. Sedangkan gelondong (drum) tali penggerak
boom mempunyai pitch diameter tidak kurang dari 15 kali diameter tali.
k. Drum beralur mempunyai ke dalaman alur dan bentuk alur sesuai dengan tali
yang digunakan.dipasang.
l. Sudut antara dua garis yang ditarik dari titik tengah puli tegak lurus terhadap
sumbu drum dengan garis dari titik tengah puli ke salah satu titik pada ujung drum
disebut fleet angle. Besar sudut tersebut antara ¼o s/d 1 ¼ o untuk drum beralur
dan antara 1o s/d 2o untuk drum tanpa alur.
10. Rem
a. Jika rem tidak dihubungkan secara mekanikal dalam pengoperasiannya (tanpa
menggunakan pedal kaki atau tuas), maka harus dilengkapi dengan rem otomatis
yang akan bekerja dengan sendirinya apabila terjadi kerusakan pada sistem
tenaga atau tekanan.
b. Rem akan dapat dibuka kembali apabila sistem tenaga atau tekanan yang ada
cukup kuat untuk menggerakkan sistem gerakan keran.
c. Yang dimaksud di sini adalah sistem tenaga atau tekanan pada sistem hidraulis
atau pneumatik.
d. Pedal rem dibuat tidak licin, dilengkapi dengan kunci, sehingga dapat tetap
berada pada posisi pengereman walaupun tidak diinjak.
e. Semua rem pengaman gelondong pengangkat muatan (hoist drum) dapat dilepas
dengan sistem elektrik, hidraulis atau pneumatik. Rem ini dipasang pada drum
tanpa menggunakan perantara mekanis seperti roda gigi, rantai, vee belt atau
lainnya.
f. Rem atau kopling harus tahan terhadap panas yang timbul akibat gesekan.
Bagian permukaan yang bergesekan harus halus tidak ada cacat atau kotor.
g. Keran mobil dilengkapi dengan rem jalan yang mampu menahan keran tetap
diposisinya pada saat bekerja, tekanan tiupan angin saat parkir, menahan berat
keran pada kemiringan jalan (tanjakan) sesuai dengan ketentuan pabrik. Rem
jalan ini dilengkapi dengan sistem otomatois yang akan bekerja dengan
sendirinya apabila terjadi kerusakan pada sistemnya.
h. Pada keran mobil rem jalan mampu memberhentikan laju jalan keran pada
kecepatan dan jarak pengereman tertentu. Umumnya harus mampu berhenti
pada jarak 32 feet (10 meter) pada kecepatan 15 mph ( 25km/jam).
3-14
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
i. Rem swing (swing brake) harus mampu menahan gerakan swing keran dengan
beban maksimum, tetapi juga harus mampu menahan tolakan angin
berkecepatan 30 mph ( 45 km/jam) lebih pada saat menggunakan panjang
boom dan jib maksimum.
j. Rem ini bekerja secara otomatis apabila terjadi kesalahan pada sistemnya,
diperlukan kunci swing yang dipergunakan disaat mengangkat muatan yang berat
sambil berjalan atau saat parkir.
Alur pada cakra pengantar (puli) menjadi bagian terpenting menyangkut umur
pemakaian tali dan puli itu sendiri. Alur pada puli biasanya dibuat sedikit lebih besar
dari diameter tali sesuai dengan ketentuan pabrik pembuat tali dan permukaan alur
halusnya.
Apabila alur puli terlalu lebar (besar) akan mengakibatkan tali gepeng, menyebabkan
alur pada puli rusak. Begitu pula apabila alur puli terlalu kecil akan membuat tali
tergencet dan alur akan rusak.
Penampang sudut sentuh antara dasar puli dengan lingkaran penampang tali
berkisar antara 120o s/d 150o . bibir puli cukup terbuka untuk memudahkan tali duduk
pada dasar alur puli. Pemasangan puli antara yang satu dengan lain sebagai
pengantar tali hendaknya dipasang secara simetris atau dengan kemiringan sudut
yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat. Sehingga tidak akan mempercepat
kerusakan tali maupun puli. Kerusakan tersebut bisa kita lihat dengan adanya
keausan pada salah satu sisi permukaan pada alur puli.
Puli-puli pengerak boom mempunyai pitch diameter tidak kurang dari 15 kali diameter
tali, sedangkan untuk puli-puli tali pengangkat beban mempunyai pitch diameter tidak
kurang dari 18 kali diameter tali. Kedalaman alur puli (cakra pengantar) minimum 1,5
kali diameter tali.
Pada puli-puli pengantar tali biasanya dipasang alat pengaman tali (cable keeper)
agar tali tidak meloncat keluar dari alur puli sewaktu bekerja. Berbagai jenis puli
dibuat, disesuaikan dengan penggunaannya. Oleh karena itu setiap alat angkat
mempunyai perencanaan penggunaan puli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
dalam penggunaannya.
Permukaan alur puli yang kasar, rusak, aus akan mempercepat kerusakan tali, begitu
pula bantalan aus tali yang kurang sempurna. Puli tersebut harus diganti dengan
3-15
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
yang baru atau diperbaiki sesuai dengan ketentuan dari pabrik pembuat, terutama
perbaikan alur puli.
Setiap mobil keran dilengkapi dengan alat penyetop gerakan boom, untuk mencegah
agar boom tidak terbalik ke belakang dalam pengoperasian keran. Kejadian tersebut
biasanya terjadi karena:
a. Kait pengangkat beban (hook block) ditarik terus walaupun telah membentur
ujung atas boom (boom head), menyebabkan boom tertarik ke atas.
b. Menjalankan keran dengan sudut boom yang besar.
c. Mengoperasikan keran dengan boom panjang pada tempat miring (tidak rata) dan
memutar bagian atas (swing) dari sisi yang rendah ke bagian sisi yang lebih
tinggi.
d. Adanya kerusakan pada sistem kapling penggerak boom, kapling tetap berkunci
(lengket) walaupun tuas penggerak telah dilepaskan.
e. Putus atau lepasnya tali pengikat beban (muatan) yang berat, menurunkan beban
secara kasar atau mendadak pada pengoperasian keran dengan sudut boom
yang besar dapat juga menyebabkan boom terbalik ke belakang, karena
terjadinya pengendoran tali penahan boom dan kembalinya lenturan boom secara
tiba-tiba.
f. Tiupan angin pada keran dengan sudut boom yang besar akan mendorong boom
untuk terbalik ke belakang.
3-16
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Alat terbalik untuk menyetop gerakan boom agar tidak melampui besarnya sudut
yang ditentukan adalah satu pengombinasian semua fungsi untuk memutuskan
hubungannya dengan sumber tenaga penggerak secara efektif, dan akan menyetop
gerakan boom agar tidak melewati sudut yang telah ditentukan.
Ada berbagai jenis alat keselamatan terpasang pada keran angkat mobil. Alat-alat
keselamatan tersebut umumnya pencegah terjadinya kecelakaan pada
pengoperasian keran.
3-17
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
- Safe load indikator : alat yang secara otomatis akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut:
- Beban yang diijinkan diangkat dalam keadaan dan posisi kerja saat itu.
- Radius dan atau sudut boom.
- Panjang boom (pada keran yang menggunakan boom telescopik).
- Berat beban yang sedang diangkat pada saat itu.
- Memberikan peringatan kepada operator apabila batas kemampuan angkat
dari keran akan dilampui. Bahkan pada saat ini alat tersebut dapat menyetop
fungsi gerakan keran apabila batas kemampuan angkat dari keran dilampui.
a. Angle Indikator
Perlengkapan pada sebuah keran angkat yang akan menunjukkan besarnya
sudut antara boom dengan garis horizontal pada berbagai posisi boom secara
otomatis.
b. Anometer
Alat pengukur kecepatan angin
c. Automatic Safe Load Indikator
Alat keselamatan pada keran yang dapat memberikan aba-aba peringatan
kepada pengemudi keran (operator) apabila mengangkat muatan/beban melebihi
dari ketentuan.
d. Auxilliary Hoist (Whip Line)
Tali pengangkat beban kedua, biasanya digunakan untuk mengangkat muatan
beban yang ringan-ringan.
e. Axle Lock
Suatu perlengkapan pada keran ban karet dipasangkan antara gardan (axle)
dengan chasis untuk meniadakan gerakan axle (ocilation) dalam pengoperasian
keran dengan tumpuan ban karet (tanpa menggunakan out rigger).
f. Boom
Merupakan bangunan konstruksi yang dapat diperpanjang atau diperpendek,
terpasang pada bangunan atas (super stucture) digunakan untuk menopang tali
pengangkat beban (muatan).
3-18
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
g. Boom Stop
Peralatan pada keran angkat digunakan untuk membatasi gerakan boom agar
tidak melampui sudut boom terbesar dari yang telah ditentukan.
h. Boom Back Stop
Perlengkapan pada keran digunakan untuk mencegah agar boom tidak terbalik ke
belakang.
i. Boom Angle
Sudut yang dibentuk oleh boom dengan garis horizontal.
j. Boom Hoist Mechanism
Perlengkapan mekanis untuk mengatur gerakan boom naik atau turun.
k. Boom Point
Titik terjauh/tertinggi pada ujung boom.
l. Boom Length (Panjang Boom)
Panjang boom yang diukur dari titik tengah pin kaki boom titik tengah as puli
(cakra pengantar) diujung atas boom.
m. Cab
Rumah penutup pada bangunan atas keran angkat untuk melindungi
perlengkapan mekanisme dan pengemudi keran angkat.
n. Counter Weight
Pemberat tetap untuk menjaga keseimbangan keran angkat pada saat bekerja
mengangkat muatan/beban.
o. Center of Rotation
Merupakan sumbu putar dari bangunan atas keran.
p. Blocking Up Base
Pengoperasian keran angkat dengan menggunakan kaki penyangga tambahan
(out rigger) guna menambah kestabilan.
q. Bridle atau Harness
Suatu sistem susunan block cakra-cakra pengantar (puli-puli) yang
menghubungkan tali pendek boom (boom hoist suspension rope) dengan tali
penahan boom (boom pendant).
r. Cantilever Jib
Boom yang ditopang pada dua titik lampu dibagian bawah ujung boom.
s. Jib (Ply Jib)
Boom tambahan, dipasang pada ujung boom untuk menambah ketinggian
penderekan pengangkatan) muatan.
t. Load
3-19
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Merupakan beban yang diderek (diangkat) oleh keran angkat termasuk hook
block dan alat-alat bantu angkat lainnya yang tergantung di bawah hook (kait
penderek).
u. Load Block (hook Block)
Susunan dari satu atau lebih cakra-cakra pengantar (puli-puli), pin, rangka,
swivel, kait penderek (hook) digunakan untuk mengaitkan beban-beban yang
akan diangkat (dikerek) dan dipasangkan/digantungkan pada tali pengerek.
v. Rope falls
Jumlah penggandaan susunan tali pengerek antara tali puli load block (hook
block) dengan puli-puli diujung atas boom.
w. Load Rating Chart
Daftar tabel kemampuan angkat/kerek sebuah keran angkat yang memperinci
kemampuan angkat/kerek keran pada berbagai kombinasi panjang boom, radius
atau sudut boom serta beberapa ketentuan-ketentuan yang harus diikuti selama
pengoperasian keran angkat dan ditempelkan pada tempat yang mudah dilihat
oleh pengemudi keran angkat di dalam ruang pengemudi keran angkat.
x. Free Fall
Cara menurunkan hook atau beban dengan gaya beratnya sendiri.
y. Height of Lift
Jarak vertikal diukur dari tanah sampai hook (kait pengerek beban) bagian bawah
pada saat pengait muatan berada pada posisi paling tinggi.
z. Radius Indikator
Sebuah perlengkapan untuk menunjukkan perubahan-perubahan jarak radius
pengoperasian disaat terjadinya perubahan sudut boom atau pada saat
perubahan-perubahan panjang boom pada keran boom telescopik.
aa. Level Indikator (Water Level)
Peralatan pada keran angkat yang akan menunjukkan kerataan kedudukan keran
angkat pada suatu penempatan disaat operasi.
bb. Limit Switch
Alat pembatas yang bekerja secara otomatis apabila batas-batas tertentu akan
dilampui.
cc. Out Reach
Jarak horizontal dari titik tengah kait pengerek muatan pada bagian terdekat dari
keran kecuali boom.
dd. Power Lowering
3-20
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Secara umum sumber bahaya yang terdapat pada pesawat angkat dan angkut
adalah:
a. Kesalahan design
b. Kesalahan pemasangan
Konstruksi tidak kuat/tidak memenuhi syarat
c. Kesalahan pemakaian/operasional
Penggunaan alat tidak sesuai dengan fungsinya
Safety device tidak digunakan sebagaimana mestinya
d. Kesalahan pemeliharaan/perawatan
e. Tidak layak pakai (tidak pernah diperiksa dan diuji)
f. Daerah lingkungan kerja tidak aman/tidak memenuhi syarat
g. Tenaga kerja yang melaksanakan tidak memahami baik cara dan sifat
penggunaannya atau tidak terampil.
Potensi sumber bahaya yang terjadi pada pesawat angkat & angkut secara khusus
dapat terjadi pada bagian-bagian:
a. Bagian-bagian yang berputar antara lain: poros, roda, puli-puli, alat yang berputar
lainnya;
b. Bagian-bagian yang bergerak antara lain: gerak vertikal, gerak horizontal, gerak
maju dan gerak mundur;
c. Bagian-bagian yang menanggung beban antara lain: pondasi, kolom-kolom,
rangka (chasis), dudukan/bantalan, alat penumpu dan landasan;
3-22
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Tingkat kecelakaan dengan alat pembawa/pengantar barang tidak terlalu tinggi, akan
tetapi keparahan kecelakaan adalah tinggi. Tiap tahun tercatat beberapa kematian
dengan alat pembawa/pengantarbarang.
Pemandangan suatu alat pembawa/pengantar barang tidak memberikan suatu
peringatan sehingga para pekerja tidak menyadari berbahayanya. Suatu alat
pembawa/pengantar barang adalah mesin yang terus menerus bergerak biasanya tanpa
orang yang menjalakannya/operator dan mengawasi.
Bagian yang paling berbahaya dari suatu alat pembawa/pengantar barang adalah:
- Titik sentuh
- Titik jepit antara dua bagian yang bergerak
- Barang-barang yang jatuh dari alat pembawa / pengantar barang.
- Jatuh di tempat jalan dan panggung.
- Kejutan listrik
- Kebakaran.
3-23
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Penumpukan dan kemacetan harus dihindari sejauh mungkin. Titik sentuh serta bagian-
bagian berbahaya lain harus diberi pengaman.
Pengaman harus didesain sedemikian rupa dan mantap.
Conveyors:
Conveyors adalah suatu alat angkut/antar/kirim guna membawa barang, bungkusan,
peti-petian atau bahan baku yang berbentuk batu-batuan, pasir, bubuk dan sebagainya
sampai pada tempat tujuannya. Alat tersebut dapat digerakkan dengan atau tanpa daya
kekuatan tenaga mekanis atau gaya berat.
Karena ada banyak jenis conveyors maka di bawah ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Gravity conveyor
Suatu alat angkut untuk membawa bungkusan atau bahan lepas ke lantai bawah
dengan kekuatan atau dorongan gaya berat tanpa tenaga mekanik.
2. Chute conveyor:
Suatu alat angkut atas dasar tenaga gaya berat barang-barang yang akan
diangkut/diantar dan terdiri alat yang lurus atau berspiral serta terbuat dari logam,
kayu atau bahan yang serasi dilengkapi dengan saluran yang licin serta terpasang
pada rangkaian besi yang miring.
3. Gravity roller conveyor:
Suatu alat mengangkut/pengantar dengan gaya berat dan diperlengkapi dengan
pelbagai roda-roda kecil serta terpasang padarangkaian besi yang agak miring
sehingga dapat berputar apabila ada bahan yang di tempatkan di atasnya dan
bergerak maju kejurusan yang menurun.
4. Belt conveyor (band conveyor)
Suatu alat angkut/pengantar yang digerakkan dengan kekuatan tenaga uantk
mengangkut/mengantar bungkusan atau bahan yang lepas biasanya dalam gerakan
horizontal melalui ban pita yang bergerak melewati terminal roda atau katrol yang
biasanya terdiri dari bagian yang membawa dan yang kembali serta ditopang oleh
roda-roda atau katrol-katrol.
5. Chain conveyor:
3-24
Pelatuhan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
3-26
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
BAB 4
PENERAPAN K3 PADA PESAWAT TENAGA DAN MESIN PRODUKSI
4.1 Umum
Tenaga Penggerak dan sistem pemindah tenaga ini meliputi bagaimana tenaga yang
dihasilkan oleh motor ditransmisikan kebagian/bagian atau komponen yang akan
digerakkan sesuai kebutuhan pesawat itu sendiri. Tenaga penggerak meliputi mesin
penghasil tenaga seperti motor bensin/motor diesel atau motor listrik. Kebutuhan akan
besarnya kapasitas tenaga (dalam PK/HP/TK atau KW/KVA) yang diinginkan harus
disesuaikan dengan kebutuhan dasar dari beban yang akan digerakkan, sehingga factor
keamanan dan keselamatan baik pengguna maupun terhadap pesawat itu sendiri dapat
dipertanggungjawabkan. Umumnya kapasitas tenaga ini telah ditentukan oleh pabrik
pembuatnya atau oleh pembuat modifikasi jika terjadi perubahan dilapangan tentunya
dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah keamanan dan keselamatan.
Untuk lebih memperjelas penjelasan diatas, selanjutnya dibawah ini akan digambarkan
secara sistematis tenaga penggerak dan system pemindah tenaga yang diambilkan
contoh pada alat berat (buldozer).
4-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
1. Kopling Utama
a. Pengertian Umum
Fungsinya: sebagai pemutus dan penghubung tenaga (putaran) engine ke
transmisi dengan perantaraan disc dan plate.
gbr. A gbr. B
Plate dipasangkan langsung ke fly wheel engine. Ketika engine hidup, maka
flywheel berputar. Dengan demikian plate pun ikut berputar. Ketika plate dan disc
dalam posisi disc-engene (gbr. A), maka tidak ada pemindahan tenaga; agar
supaya terjadi pemindahan tenaga maka antara plate dan disc harus dalam
keadaan engage (gbr. B).
Untuk menghindarkan slip pada waktu plate dan disc sedang engage, maka
haruslah dipenuhi persyaratan sbb:
1) Gaya yang menekan plate dan disc haruslah kuat.
2) Koefisien gesek bidang kontak haruslah besar.
3) Luas bidang kontak (ukuran dan jumlah plate dan disc).
Gaya tekan untuk menekan plate dan disc pada Dozer Komatsu
mempergunakan:
Spring Type
Over Center Type
4-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Woven 0,3
Kering Mold 0,3
Sintered Metal 0,25
Untuk memenuhi persyaratan luas bidang kontak, maka pada kopling utama ini
sering ditemui jumlah disc dan plate lebih dari satu.
b. Spring Type
Cara Kerja:
Plate (drive plate) no. 6 terpasang pada flywheel, sedangkan disc (driven plate)
no. 5 terpasang pada driven plate guide gear no. 4 dan guide ini dihubungkan
dengan poros 1.
Posisi Engage:
Clutch spring duduk antara release collar (18) dengan spring seat; dimana clutch
spring mempunyai gaya dorong kearah , sehingga release collar (18) akan
terdorong kearah
Ujung rod (17) dipasang pada release collar (18), akibatnya ketika release collar
bergerak pada rod (17) juga akan terbawa oleh release collar. Release lever
dipasang pada release lever yoke dengan perantaraan pin. Ujung yang satu dari
release lever dihubungkan dengan rod, sedangkan ujung lainnya berfungsi untuk
menekan pressure plate.
Apabila rod bergerak kearah maka release lever akan bergerak,
sehingga bagian bagian atas release lever akan menekan pressure plate; pada
keadaan ini disc dan plate engage.
Posisi Dis-engage:
Ketika release collar ditekan kearah , melawan kekuatan cluth spring,
maka rod (17) akan bergerak , sehingga bagian atas dari release lever akan
bergerak akan bergerak kearah . Pada posisi diatas akan menyebabkan
plate dan disc menjadi dis-engage. Pada clutch type ini, kondisi normal disc dan
plate selalu dalam keadaan engage.
4-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Prinsip Kerja:
Pada keadaan netral (clutch pedal bebas), engage spring (7) akan mendorong
release lever (6), sehingga pressure plate (4) selalu menekan disc (2) pada plate
(3). Clutch pada posisi ini disebut Engage, dimana tenaga dari engine diteruskan
ke out put shaft melalui plate dan disc. Apabila pedal diinjak (ditekan) akan
memutar yoke shaft (8) searah jarum jam. Yoke akan mendorong release bearing
(17), release lever (6) melawan kekuatan spring, sehingga pressure plate menjadi
bebas dari tekanan spring.
Clutch pada posisi ini disebut disengage, dimana tenaga engine terputus ke out
put shaft. Pada clutch ini tidak ada system pelumasan, sedangkan untuk
pendinginan hanya mengandalkan udara luar saja, yang masuk melalui rumah
main clutch. Untuk mengurangi tenaga dalam menggerakkan pedal ke posisi dis-
engage, maka dilengkapi dengan spring pada linkage pedalnya (ini yang disebut
dengan spring booster).
4.3 Pemindah Tenaga Gerak (Power Train) Pada Pesawat Angkat Jenis Mobil Boom
KENDALI
MANUAL
4-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
b. Penyaluran tenaga
Dari sumber tenaga didapat tenaga gerak putar untuk menggerakkan fungsi yang
diinginkan dengan melalui Pemutus-Penghubung Tenaga Gerak yang lazim
disebut kopling utama atau Main Clutch. Kemudian ke Transmisi berfungsi
mengatur cepat dan arah putaran, kemudian langsung ke system fungsinya. Yaitu
turun naik Kait, Boom, Swing dan Jalan/Move. Tiap fungsi terdiri dari As/Poros
yang langsung memutarkan Sepatu Kopling dimana terdapat Drum Kopling & rem
bertumpu pada suatu poros lain diluar Porosnya sepatu kopling. Poros ini juga
langsung berhubungan dengan Kelos Penggulung tali atau ke fungsi Swing dan
jalan/move drive atau melewati suatu sambungan gigi roda dulu. Tiap fungsi
mempunyai dua jaringan system seperti tersebut diatas untuk dipakai kedua arah
yang berlawanan didapat dari system transmisinya. Jadi susunannya adalah
sebagai berikut:
Tenaga putar dari Transmisi memutar poros bagian dalam kemudian memutar
Sepatu kopling. Sepatu ini bergerak keluar oleh tekanan dari tuas kendali.
Drum kopling & rem ikut terputar bila sepatu kopling menekannya. Tenaga
putar diteruskan melewati Poros bagian luar dan langsung berhubungan
dengan Fungsinya misalnya penggulung tali baja, penggerak swing dan jalan.
Sepatu Rem adalah bagian terluar terikat tetap pada dudukan, tidak ikut
berputar.
Susunan seperti ini terdapat dua buah pada tiap system fungsi, dengan arah yang
berlawanan untuk gerakan winch/kelos penggulung.
Kebaikan:
4-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Mudah dalam pemeriksaan dan perawatan. Semua keausan dan kerusakan akan
segera nampak pada setiap pemeriksaan harian yang dilakukan oleh operator
maupun mekanik yang bertugas. Pada pemakaian angin yang sistemnya tidak
terlihat jelas masih dapat didengarkan daerah kebocoran angin yang terjadi
dengan mematikan mesin terlebih dahulu.
Keburukan:
Angin sifat alirnya sangat cepat. Maka gerakan piston menjadi cepat sehingga
gerakan rem/kopling selalu mengejut, walaupun ini telah diberikan alat pencekik
aliran (NOZLE) angin/udara.
Karena hal ini maka diharuskan adanya operator yang khusus dan tidak boleh
sembarang operator lain mengoperasikan, diragukan belum dapat cepat
penyesuaian perasaan untuk mengendalikan crane.
Bila dipaksakan, tetapi silahkan sang Superior sport jantung dulu.
Keterangan.
Lihat gambar kopling dan rem.
b. Oli Hidrolik
Oll dari tangki disedot oleh pompa dan ditekan langsung kekatup kendali. Saat
semua tuas pada posisi normal, oll akan mengalir kembali ke tangki melewati
pendingin lazim disebut Hemat Exchanger dan disaring (filter).
Kebaikan:
Mudah dalam pemeriksaan dan perawatan. Semua keausan dan kerusakan akan
segera nampak pada setiap pemeriksaan harian yang dilakukan oleh operator
maupun mekanik yang bertugas. Oll sifat alirnya lambat. Maka gerakan piston
lebih lambat, sehingga gerakan rem atau kopling tidak mengejut. Bila ada
gerakan kejut berarti ada kelonggaran pada system gearnya.
TUAS
KENDALI
KATUP PENGATUR akan bekerja bila tekanan oll cukup kuat sesuai yang
ditentukan oll akan masuk melaluinya dan saluran buang/kembali menjadi
tertutup dan saat oll tidak bisa masuk lagi maka saluran buang/kembali akan
terbuka.
REM OTOMATIS bertype Normaly close yaitu bekerja/meRem saat normal
dan tidak bekerja saat dibuka dengan system tekanan oll yang melewati
Katup Pengatur.
KATUP PENJAGA berfungsi menjaga tekanan Oll tetap tinggi sesuai
kebutuhannya yang menjaga beban berat dari tekanan balik yang terjadi dari
gerakan tak menentunya mesin. Bekerjanya, bila ada tekanan dari sisi satu
misalnya untuk maju maka sisi lain terbuka setelah cukup tekanan kerjanya
yaitu bila katup masuknya terbuka dulu.
Pada system angkatan HOOK, bukan REM yang diterapkan pada system
tetapi KOPLING yang fungsinya naik bisa, turun tidak bisa. Alat ini disebut
SPRAG CLUTCH.
Pada system angkat boom yang memakai WINCH diberikan alat PAWL
RATCHET. Hal ini akan memberikan kekuatan tahan yang jauh lebih kuat
disbanding Sprag Clutch. Karena tempatnya selalu diluar dan mempunyai
jarak radial yang lebih lebar. Sistem kendalinya yang otomatis akan lebih baik
daripada yang manual.
Untuk yang memakai REM masih diberi pengaman lagi yaitu Pengunci/LOCK.
Contohnya yang teerdapat pada system Putar/SWING.
melemah maka daya tahannya menurun dan pernya harus diganti atau
sementara diganjal.
Bila satu system silinder hidrolik tanpa katup penahan maka hal ini harus
diberi untuk memenuhi standar umum crane terutama standard safety seperti
ANSI B 30.5, API Spec 2 C dan lain-lain.
4.4 PENGGERAK
1. Jumlah Penggerak
Dengan mempertimbangkan besar kecilnya crane atau beban yang harus dilayani,
maka pada umumnya jumlah penggerak pada masing-masing gerakan dapat diamati
sebagai berikut:
a. Penggerak long travel, untuk kapasitas kecil terdiri dari 2 unit sedang untuk
kapasitas besar 4 unit penggerak.
b. Penggerak cross travel terdiri dari 1 unit (double output) penggerak dan 2 unit
(individual) penggerak untuk crane yang kecil.
4-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
c. Penggerak lifting unit terdiri dari 1 unit penggerak dan 2 unit penggerak untuk
kapasitas besar atau yang memerlukan gerak beban yang sangat halus.
3. Kecepatan
Masing-masing gerakan biasanya memiliki beberapa tingkat kecepatan yang
disesuaikan dengan fungsi dan keadaan area operasi crane. Pada garis besarnya
kecepatan:
a. Long travel antara 80 s/d 120 m/menit crane besar atau 10 s/d 40 m/menit crane
kecil.
b. Cross travel antara 20 s/d 60 m/menit crane besar atau 20 s/d 30 m/menit crane
kecil.
c. Hoist antara 5 s/d 25 m/menit crane besar atau 5 s/d 15 m/menit crane kecil.
4. Tingkat Kecepatan
Masing-masing gerakan biasanya memiliki tingkat-tingkat kecepatan sesuai dengan
jarak yang harus ditempuh dan kehalusan gerakan yang diperlukan. Kebanyakan
masing-masing gerak dilengkapi:
a. Long travel s/d 4 tingkat kecepatan.
b. Cross travel dan hoist s/d 2 tingkat kecepatan.
5. Pengaturan Kecepatan
Untuk mendapatkan gerak crane yang halus serta menghindari pembebanan yang
mengejut pada bagian-bagian crane, perlu diperhatikan beberapa pengaturan
kecepatan sebagai berikut:
Gerakan diawali dengan tingkat kecepatan rendah dan juga dihentikan melalui tingkat
kecepatan rendah sebelum stop.
Peningkatan kecepatan hanya dipergunakan sekiranya jarak/panjang lintasan yang
hendak ditempuh masih cukup memadai.
4-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Prinsip kerja pesawat angkat & angkut adalah system yang bekerja pada seluruh
komponen bagian-bagian pesawat angkat & angkut itu sendiri, pada masa sekarang ini
terjadi perubahan teknologi yang demikian pesat sehingga terjadi kemajuan pula pada
system kerja dilingkungan enjiniring peralatan industri. Pada umunya penggunaan
system kerja pada pesawat angkat & angkut menggunakan:
Sistem Elektrik
Sistem Mekanik (manual & otomatis)
Sistem Hidraulis
Sistem Pneumatik (system angin bertekanan/tekanan udara).
Dari system keempat tersebut terdapat 2 (dua) sumber utama tenaga penggerak
diantaranya adalah:
Motor Listrik
Motor Bakar (Bensin & Diesel)
1. Motor Listrik
Motor listrik adalah motor yang energi tenaganya diperoleh dari hasil didapat dari
sumber listrik, dengan prinsip medan magnit listrik yakni tangan kanan ampere dan
melalui komutator maka rotor akan berputar terhadap statornya, dari hasil putaran
inilah tenaganya ditransfer secara mekanik ke poros-poros penggerak yang
dikehendaki, selanjutnya mengenai bekerjanya motor listrik sesuai penggunaannya
akan diterangkan pada bagian V berikutnya.
Daya (power)
Pembuangan (exhaust)
Untuk memproduksi daya yang terus menerus, maka motor harus mengulangi
rangkaian proses diatas secara berulang-ulang.
Satu rangkaian lengkap dari proses tersebut, pada sebuah motor disebut satu siklus.
Berdasarkan banyaknya langkah torak tiap siklus, maka motor dapat dibedakan atas:
Motor siklus empat langkah.
Motor siklus dua langkah.
3. Sistem Hidraulik
Dari system penggerak prinsip kerja hidraulik dewasa ini paling banyak digunakan
pada dunia industri karena system hidraulik dinilai mempunyai banyak keuntungan
dibanding dengan system penggerak yang lain maka dalam modul ini kami
khususkan untuk membahas jenis penggerak system hidraulik yang mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
Gerakan yang dihasilkan dapat diatur sesuai dengan kegunaan alat dan
perlengkapannya.
Desain cukup sederhana baik secara keseluruhan maupun terhadap komponen
pengontrol.
Penempatan akuator dan motor lebih memudahkan pada rangkaian system.
Getaran-getaran yang ditimbulkan sangat kecil disbanding dengan tenaga
penggerak yang lain.
Pelumasan bagian dalam dilakukan secara otomatis dari oli hidrolik yang
digunakan.
Kelebihan-kelebihan tekanan dapat dihindari secara otomatis.
Efisien dan produktif.
Maka disini akan kami coba menguraikan dari jenis-jenis komponen dan prinsip-
prinsip dasar system kerja penggerak hidrolik, yang nantinya kami harapkan akan
bisa membantu pembaca maupun orang yang berkecimpung dalam pemakaian alat-
alat berta bisa melakukan perawatan dan pemeliharaannya.
Untuk memahami dengan jelas apa sebenarnya yang dimaksud system hidrolik itu,
maka perlu diketahui terlebih dahulu hal apa saja yang mendasarinya. Untuk itu perlu
4-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
diketahui arti dan fungsi, hukum yang mendasari macam hidrolik, pengertian symbol
dan rangkaian sederhana sehubungan dengan simbol-simbol yang ada, dengan
mengetahui ini semua maka seseorang yang terlibat didalam pekerjaan
menggunakan peralatan dengan tenaga hidrolik, akan lebih mudah menganalisa
penyebab kerusakan yang terjadi sewaktu-waktu. Khususnya pengertian symbol
standar hidrolik, karena setiap peralatan yang menggunakan tenaga hidrolik selalu
dilengkapi dengan skema hidrolik yang digambarkan berupa simbol-simbol untuk
mengetahui aliran oli didalam system hidrolik
Sedangkan cairan (fluid) yang digunakan dapat berupa oli atau cairan sintetis
(Syntetic Fluid).
Hidrodinamis (Hydrodynamic)
Yang dimaksud dengan hidrodinamis adalah pemindahan tenaga dan gaya
dengan melalui gerakan atau aliran cairan, sebagai contoh kopling basah
(fluid coupling, torgue conventer), kincir angin/water wheel.
Hidrostatis (Hydrostatic)
Yang dimaksud dengan hidrostatis adalah pemindahan tekanan dan gaya
dengan menggunakan cairan yang bertekanan sebagai contoh adalah
penggunaan system hidrolik pada sebuah peralatan.
4-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
BAB 5
PENERAPAN K3 PADA PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
Kelengkapan lain untuk pemeriksaan penyalur tenaga listrik biasa memakai standard
PUIL 1987.
Dalam pekerjaan mekanikal pekerjaan yang paling dominan adalah pekerjaan yang
menyangkut :
1. Fire Fighting
Fire fighting mempunyai pengertian suatu system pengendalian air bertekanan yang
berfungsi sebagai pemadaman api dalam penanggulangan kebakaran, mempunyai
bagian–bagian penting yang merupakan satu kesatuan system dalam fire figting,
dengan uraian sebagai berikut :
5-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
a. Sprinkler
Suatu alat yang dapat memancarkan sejumlah air bertekanan secara otomatis
dan merata kesemua arah
Pipa air tidak berisi air, dipasang di area gedung dengan pintu air masuk
(Inlet) letaknya mengha-dap ke jalan untuk memudahkan pemasukan air dari
Dinas Kebakaran untuk mengalirkan air ke pipa-pipa cabang yang digunakan
untuk mensuplay hidran ke lantai bangunan
f. Katup Kendali
Katup untuk mengatur semua sumber penyediaan air dan pada setiap sumber
penyediaan air harus dipasang sekurang-kurangnya 1 bh katup
2. Klasifikasi Sprinkler
5-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Warna segel
- Warna putih pada temperatur 93o C
- Warna biru pada temperatur 141o C
- Warna kuning pada temperatur 182o C
- Warna merah pada temperatur 227o C
- Tak berwarna pada temperatur 68o C
c. Pengujian
Sebagaimana kita ketahui pada masa sekarang hampir semua peralatan mesin di
industri dijalankan oleh tenaga listrik. Hal ini mengandung maksud bahwa tenaga listrik
mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain: Pemakaian yang praktis, Ruangan yang
dibutuhkan lebih kecil, tidak bising, Polusi dapat diatasi
Namun di samping keuntungan tersebut, listrik juga mempunyai resiko bahaya yang
potensial. Oleh karena itu di dalam penggunaannya harus diikuti norma dan ketentuan
keselamatan kerja. keselamatan kerja dimaksud untuk melindungi : tempat/ruangan kerja
dan lingkungannya, tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja, alat-alat
kerja/produksi, bahan dan hasil produksi
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh, Perbuatan yang berbahaya (usafe act) dan
Keadaan yang berbahaya (usafe condition). Oleh karena itu norma keselamatan kerja
listrik juga ditujukan kepada manusia dan keadaan atau kondisi baik instalasi listriknya
maupun tempat maupun lingkungan di mana instalasi listrik dipasang.
5-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Dalam ruang kerja listrik mempunyai persyaratan – persyaratan umum yang wajib
dipenuhi diantaranya :
Ruang kerja listrik harus diawasi oleh pengawas yang ahli kecuali ruang kerja
listrik yang terkunci dan yang tidak ada orang di dalamnya.
Ruang kerja listrik harus berukuran cukup besar sehingga instalasi listrik yang
dipasang di dalamnya dapat diatur cukup leluasa dan mudah diperiksa.
Ruang kerja listrik harus mempunyai penerangan yang baik, dapat dinyalakan
dari tempat yang berdekatan dengan jalan masuk.
Ruang kerja listrik yang berada diudara terbuka harus dikelilingi seluruhnya
dengan pagar baik, dengan ketinggian pagar minimum 2 M di.atas tanah.
b. Instalasi lampu
Persyaratan Umum
WARNA BIRU
5-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Pengenal
Pengantar inti atau rel
Dengan Dengan
Dengan warna
huruf lambang
A Instalasi arus bolak –balik
- fase satu L1 / R Merah
- fase dua L2 / S Kuning
- fase tiga L3 / T Hitam
- netral N Biru
B. Instalasi perlengkapan listrik
- fase satu U /X Merah
- fase dua V /Y Kuning
- fase tiga W /Z Hitam
C Instalasi arus searah
- positif L+
- negatif L-
M Biru
- kawat tengah /
- netral
D. Pengantar pembumian
Loreng
Pengantar HB
Hijau
pembumian
Kuning
5-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
- Pelindungan listrik dari pita tembaga yang dibalutkan pada semua inti kabel
bersama.
Contoh : N2XSY
Contoh : N2XSY
Kemampuan hantar arus kabel tanah berisolasi dan berselubung PVC dengan
penghantar tembaga, pada suhu 20o C.
5-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Contoh : NYY
Dengan teori tersebut dapat dijelaskan peristiwa kaca digosok dengan sutera dan
dapat bermuatan listrik karena adanya perpinhan electron-elektron karena antara
kaca dan sutera, dan kaca tersebut bermuatan listrik (tidak netral) sehingga dapat
menarik potongan kertas kecil.
5-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
b. Tegangan
Seperti halnya air, listrik itu dapat mengalir bila ada tekanan, misalnya dari pompa
air. Listrikpun dapat mengalir karena adanya tekanan atau tegangan listrik, atau
disebut juga gaya gerak listrik (GGL). Symbol dari tegangan atau gaya gerak
listrik adalah E dengan satuan Volt.
c. Kuat Arus
Kuat arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir setiap detik
dengan symbol I dan satuannya Coulomb.
Bila dalam 1 detik mengalir arus 1 coulomb disebut 1 coulomb per detik atau
disebut Amper (A).
d. T a h a n a n
Seperti halnya air, listrik yang mengalir selalu ada tahanannya.. Setiap zat
mempunyai tahanan yang berbeda terhadap arus listrik misalnya: Zat yang
bersifat konduktor mempunyai tahanan yang kecil dan zat yang bersifat isolator
mempunyai tahanan yang besar.
Tahanan listrik diberi symbol R dengan satuan yang ditulis dengan huruf Yunani
Omega (), atau Ohm.
e. D a y a
Pada bola lampu pijar tertera tulisan 220 volt 100 watt, artinya bola lampu pijar
tersebut akan menyala dengan baik jika dipasang pada tegangan 220 volt dan
menggunakan daya 100 watt. Symbol daya listrik adalah W dengan satuan watt.
1) Arus listrik searah/DC (Direc Current), dengan symbol ≈, dan mengalir ke satu
jurusan saja dalam menghantar dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-).
5-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Gambar
_ _______________________________________
+ _______________________________________
Arus bolak-balik mengalir kedua arah dalam penghantar yaitu dari positif (+)
ke negatif (-) dan sebaliknya.
Arus listrik ini dalam satu detik mengalami pertukaran 50-60 kali yang disebut
frekuensi dengan satuan: Hz
+ ________________________________________
+ +
_ _________________________________________
3) Listrik statis
Listrik statis atau elektrostatika ialah listrik dalam keadaan diam dan kejadian
ini terdapat pada listrik yang berada pada benda-benda penghantar.
Listrik statis dapat ditemukan pada pemompaan minyak dari tangki satu ke
tangki lainnya melalui pipa-pipa penyalur; juga terdapat pada kondensator-
kondensator.
5-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
4) Petir
Terjadi karena loncatan muatan listrik pada awan ke bumi melalui suatu
media seperti pohon, benda-benda maupun manusia. Petir mempunyai
tegangan jutaan volt dan arus ribuan ampere, sehingga apapun yang terkena
sambaran petir akan berakibat sangat fatal.
Peraturan pelaksanaan dari VR pada waktu itu disebut “Speciale Bepalingen “B”
yang isinya memberlakukan AVE (Algemene Voorschieeften Voor Electrische
sterkstroom Instalation) atau U EN 2004 tahun 1937
AVE inilah yang merupakan suatu peraturan instalasi listrik di pabrik-pabrik dalam
ruang lingkup V.R. yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan
karena listrik, yang disebut juga Norma Keselamatan Kerja Listrik.
Pada tahun 1954 AVE diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjasi Peraturan
Umum Instalasi Listrik Arus Kuat, yang diberlakukan mulai tahun 964 atau biasa
disebut PUIL 1964
Pada tahun 1970 V.R. dicabut, dengan diundangkannya Undang-undang 1970 No.1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kemudian dalam Undang-undang No. 1
tahun 1970 masalh kelistrikan ditetapkan dalam Bab III, pasal 3 ayat (1) sub q yang
menyatakan “Dengan Peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya”.
Pada tahun 1973 dibentuk Panitia Revisi Peraturan Umum Instalasi listrik yang
dikoordinir oleh LIPI.
Panitia ini terdiri dari wakil Pemerintah, swasta, produsen, konsumen, instalatir
termasuk wakil dari Departemen Tenaga Kerja.
Pada tahun1977, selesailah tugas panitia dan terbitlah PUIL 1977 yang merupkan
standart umum. Dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
(pada waktu itu) Nomor Per-04/MEN/1978, tanggal 10 Maret 1978, PUTL 1977
diberlakukan sebagai Peraturan Umum Instalasi Listrik di tempat Kerja dalam ruang
lingkup Undang-undang No.1 tahun 1970.
5-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Atas dasar Peraturan Menteri tersebut maka PUTL 1977 merupakan syarat-syarat
keselamatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Bab III pasal 3 ayat (1) sub q UU
No. 1 tahun 1970.
5. Pemakaian listrik
Listrik digunakan pada hampir semua kegiatan kehidupan masyarakat baik di rumah
tangga, industri, telekomunikasi, perhubungan dan sebagainya.
Listrik yang digunakan di dalam rumah tangga dan industri sebagian besar
menggunakan listrik arus bolak-balik atau AC.
Ada sebagian peralatan rumah tangga atau industri yang menggunakan listrik arus
searah (DC) seperti lampu baterai, mobil, motor arus searah dan sebagainya.
a. Mengalirnya arus listrik pada tubuh manusia melalui sentuh langsung maupun
tidak langsung.
1) Sentuh langsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif peralatan listrik
atau isolasi listrik yang dalam keadaan kerja normal bertegangan.
2) Sentuh tak langsung adalah sentuhan pada badan peralatan listrik atau
instalasi listrik, yang dalam keadaan kerja normal tidak bertegangan tetapi
menjadi bertegangan karena kegagalan isolasi.
5-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
b) Jenis Arus
Arus bolak-balik mempunyai tingkat bahaya lebih tinggi dari arus searah
yaitu kira-kira tiga kali lebih tinggi dari arus searah.
10
I =10--- MA (IEC)
5-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
b. Hubungan Singkat
Hubungan singkat adalah hubungan antara dua titik pada satu rangkaian melalui
tahanan yang dapat diabaikan yang disebabkan oleh adanya gangguan.
Arus listrik akan mengalir melalui dua penghantar yang berlalinan antara hantaran
satu dengan lainnya yang dibatasi oleh isolasi, kecuali untuk hantaran tanpa
isolasi/telanjang.
E
Menurut hokum Ohm I
R
c. Beban lebih
Beban lebih disebabkan oleh ketidak mampuan suatu hantaran terhadap arus listrik
yang mengalir padanya sehingga menimbulkan panas yang berlebihan.
Seperti diketahui bahwa suatu inti hantaran baik berisolasi maupun tanpa berisolasi
bila dialiri arus akan timbul panas besar:
Q=I2 RT
5-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Dihubungkan dengan jenis logam yang digunakan dan luas penampangnya maka
setiap inti dari hantaran mempunyai kekuatan/kemampuan yang disebut Kemampuan
Hantar Arus (KHA).
Hantaran dengan ukuran 1,5 mm2 mempunyai KHA berbeda dengan hantaran
dengan ukuran 2,5 mm2 jadi beban lebih terjadi bila arus yang mengalir dalam
hantaran lebih besar dari nilai yang maksimum yang diizinkan dalam hantaran
tersebut.
Hubungan singkat dan beban akan lebih mengakibatkan kebakaran dapat terjadi bila
terdapat tiga unsure yaitu: udara, bahan yang dapat/mudah terbakar dan panas
dengan perbandingan tertentu.
Hubungan singkat dan beban lebih akan menimbulkan panas yang berlebihan
sepanjang hantaran.
Hubung singkat ini dapat mengakibatkan Kebakaran, terjadinya korsleting listrik ini
dapat kemungkinan dikarenakan penggunaan kabel yang sudah tua atau tidak
memenuhi persyaratan dalam pemilihan kabel / pemasangan instalasi.
Apabila panas ini telah mencapai titik nyala dan hantaran tersebut berada atau dekat
dengan benda yang mudah terbakar maka akan terjadi kebakaran.
Sentuh langsung adalah sentuhan langsung pada bagian aktif dari peralatan
listrik atau instalasi listrik.
Bagian aktif peralatan listrik adalah bagian konduktif yang merupakan bagia dari
rangkaian listriknya, yang dalam keadaan kerja normal bertegangan.
5-15
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Sentuh tak langsung adalah sentuhan pada badan peralatan listrik atau instalasi
listrik., yang dalam kerja normal tidak bertegangan tetapi menjadi bertegangan
karena kegagalan isolasi.
- Gambar situasi
- Gambar instalasi
- Gambar detail
- Perhitungan teknis
5-16
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
- Daftar bahan
- Uraian teknis.
Apabila nilai tahanan isolasi di bawah batas yang ditentukan maka instalasi
listrik tersebut harus diperbaiki.
8. P e l a y a n a n
a. Petugas Pelayanan
1) Pelayanan instalasi listrrik harus dilakukan oleh tenaga kerja yang khusus
terlatih untuk tugas itu, atau jika hal itu tidak mungkin, oleh seseorang di
bawah pengawasan dan petunjuk yang ahli.
2) Penanggung jawab yang ahli ialah seorang ahli yang ditunjuk oleh pengurus
setempat untuk bertanggung jawab atas tugas melayani dan memelihara
instalasi listrik.
3) Orang yang tidak berwenang dilarang mendekati dan melayani bagian
instalasi yang dapat menimbulkan bahaya. Larangan ini harus dinyatakan
dengan jelas dan terang.
4) Dilarang melayani instalasi listrik tanpa perintah dari penanggung jawab,
kecuali untuk keadaan darurat.
5-17
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
5-18
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
9. Pemeliharaan
5-19
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
b. Gejala Kerusakan
Gejala kerusakan isolasi dan gejala ketidak wajaran yang lain-lain yang dapat
mengakibatkan bahaya atau kerusakan, harus segera dicari penyebabnya dan
diperbaiki.
Penjelasan:
5-20
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
c. P e l a p o r
Para petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan pemasangan, pemeliharaan
atau pelayanan instalasi diwajibkan untuk segera memberitahukan kepada
atasannya yang bertanggung jawab segala kejadian dan keadaan yang mungkin
membahayakan atau kerusakan yang diketahui.
c. Pengantar dilepas dari tubuh penderita dengan tangan yang dibungkus dengan
pakaian kering yang dilipat-lipat.
mungkin, kedua tangan penolong dibalut dengan kain kering. Pada saat memberikan
pertolongan, penolong harus menjaga diri agar tubuhnya jangan bersentuhan dengan
benda logam.
5-22
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
BAB 6
PENERAPAN K3 PADA BEJANA BERTEKANAN
6.1 Umum
Kecelakaan karena peledakan pada suatu bejana bertekanan pada umumnya
beriakibat fatal, Lebih parah lagi apabila membawa akibat korban manusia mengingat
peledakan bejana ini sangat dahsyat. Hal ini terbukti dengan hancurnya bejana
tekanan tersebut sehingga menjadi berkeping-keping ataupun karena terlemparnya
bejana dari tempat semula.
Seperti kita ketahui suatu bejana tekanan adalah suatu bejana yang tertutup dengan
tekanan tertentu di dalamnya. Dengan demikian bejana ini disamping bahan konstruksi
yang memenuhi syarat juga harus dibuat melalui perhitungan-perhitungan standard
yang sudah ditentukan sesuai dengan tekanan yang ada di dalamnya.
Adanya cacat konstruksi pada suatu bejana tekan dengan sendirinya tidak
dikehendaki, demikian Juga dengan peralatan-peralatan (pengaman) tambahan
seperti, appendages sangat diperlukan bagi suatu bejana tekan, yaitu sebagai alat
pengaman tekanan lebih apabila bejana tekan mempunyai tekanan melebihi dari
tekanan semula atau tekanan yang ditentukan sesuai dengan standar
6.2 Perencanaan
Langkah pertama yang sangat penting dalam pembuatan bejana tekan, adalah
perencanaan dengan perhitungan sesuai standar yang diinginkan / diminta, ini
diperlukan guna mengetahui kondisi yang dikehendaki bagi bejana tersebut. Langkah
selanjutnya yang harus ditempuh adalah dengan perhitungan uji coba atau pengujian
coba sebelum bejana tekan tersebut dinyatakan sudah siap pakai.
Dalam perencanaan, faktor yang harus diketahui dan merupakan dasar pertimbangan
dalam perencanaan adalah :
1. Tekanan
2. Temperatur
3. Bahan pengisi bejana
4. Pengaruh perubahan tekanan dan temperatur
5. Pengaruh adanya peralatan-peralatan lain seperti pipa-pipa ataupun beban-beban
lainnya.
6. Pengaruh cuaca disekitarnya.
6-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Guna mendapatkan kesempurnaan hasil jadi pembuatan suatu bejana maka faktor
tersebut di atas harus diperhatikan. Segala ketentuan mengatur hal ini pada umumnya
sudah tercantum dalam standard-standard bejana. Khususnya mengenai bahan-bahan
bejana yang digunakan antara lain: baja karbon, paduan, stainless steel, aluminium,
nikel, tembaga dan sebagainya ataupun bahan-bahan non metalik, seperti glass yang
telah diperkuat dengan plastic. Glass reinforced plastic (GRP). Kita telah mengenal
beberapa standard yaitu ASME; JIS; SAA; British Standar (BS), dan sebagainya.
6.3 Temperatur
Penggunaan bahan pada temperatur yang tinggi berarti untuk mempengaruhi kekuatan
konstruksi bahan yaitu sifat mekanisnya seperti keuletan, kekuatan, kekerasan dan
akan menjadikan bahan tersebut menjadi rapuh, kaku ataupun berubah sifat-sifat
aslinya sehingga membahayakan bagi kekuatan konstruksi semula.
Korosi tak dapat dikurangi dengan cara pemelihan bahan yang tepat ataupun
memberikan perlindungan semata-mata akan tetapi agar diperhitungkan saat
perencanaan pertama dengan bahan-bahan yang akan terjadi dan menyagkut pula
jangka waktu kemampuan material bertekanan (life time).
Faktor kekurangan bahan akibat korosi harus dihindari dan dicegah dengan pengadaan
inspeksi secara berkala. Kerapuhanakibat korosi, retak tak dapat ditolerir, faktor
pemilihan bahan yang tepat, system pengelasan dan perencanaan yang tepat
merupakan kunci pencegahan terjadinya korosi.
6-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
6.5 Konstruksi
Bejana tekanan cukup kuat didapat apabila pelaksanaan pembuatan berdasarkan
standard yang ada. Termasuk standard sambungan-sambungan las merupakan hal
yang sangat penting dan sangat mendapat perhatian dalam pelaksanaan pembuat
suatu bejana tekanan mengigat kuat atau tidaknya suatu konstruksi tergantung dari
hasil sambungan las ini. Sifat hasil sambungan harus mencerminkan kekuatan yang
sesuai dengan bahan yang disambung dan ini hanya dapat dilaksanakan berdasarkan
standard tadi dan dilakukan (dikerjakan) oleh Welden yang kualified.
6-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
6-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Pada jaman dahulu tenaga kuda diperlihatkan untuk mengilang gandum. Dan kuda
berjalan berkeliling menurut satu lingkaran sambil menarik batang dihubungkan dengan
poros batu kilang dibagian atas sehingga batu kilang bagian atas berputar menggiling
butir-butir gandum yang berada diantara batu kilang atas dan bawah. Kemudian
manusia menemukan cara lain untuk mengilang gandum yaitu dengan menggunakan
kekuatan pendorong alam yaitu angin.
Dalam hal di mana tenaga angin dimanfaatkan untuk menggerakkan sayap kincir angin
dan tenaga putaran kincir dialihkan melalui roda-roda dan batang pemutar batu
pengilang gandum seperti penjelasan tenaga kuda diatas. Pemakaian kekuatan
pendorong alam lainnya yang menggunakan sebuah kincir air yang digerakkan oleh air
yang mengalir dan ditumbuhkan pada sudu-sudu dari roda, sehingga roda kincir air
akan berputar.
Gerakan berputar dari roda ini selanjutnya dipindahkan melalui roda gigi dan batang
poros pemutar menggerakkan batu kilang untuk penggilingan butir-butir gandum. Pada
tahun ± 1760, James Watt, seorang bangsa Inggris. Telah berhasil memakai uap
sebagai kekuatan pendorong. Dia adalah yang pertama membuat instalasi tenaga uap
yang terdiri dari sebuah ketel uap dan mesin uap.
Tenaga Uap yang diperoleh dari penguapan ketel uap pertama, dipewrkenalkan oleh
James Watt yang dikenal dengan nama kecil ketel gerbong.
Ketel uap jenis ini terdiri dari dua sisi yang rata, pada sisi atasnya merupakan puncak
ketel berbentuk setengah slinder dan dasar sisi pelatnya dilengkungkan ke dalam. Dari
bagian muka dan belakang ditutup dengan pelat rata yang masing-masing disebut
tutup depan dan belakang. Dibagian bawah ketel terdapat ruang pembakaran untuk
membakar bahan baker guna memanaskan ketel.
Dewasa ini sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu dibidang teknik
dan teknologi, maka dibidang konstruksi untuk penggunaan tenaga uap instalasinya
sudah jauh berubah.
Ketel uap berfungsi untuk mengubah air menjadi uap dengan pertolongan panas. Uap
yang dihasilkan oleh ketel uap selain digunakan untuk tenaga penggerak digunakan
pula untuk pemanasan.
6-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Ketel uap adalah suatu pesawat yang dibuat untuk mengubah air ada di dalamnya,
sebagian menjadi uap dengan jalan pemanasan. Untuk pemanasan diperoleh dari
pembakaran bahan baker, jadi setiap ketel uap harus mempunyai atau dilengkapi
dengan sebuah tempat pembakaran.
Konstruksi tempat pembakaran bahan baker tergantung kepada jenis bahan baker
yang akan dipakai. Dalam keadaan bekerja ketel uap di dalamnya terdapat tekanan
dan setiap ketel uap harus mampu menahan tekanan ini. Kekuatan ketel uap
tergantung dari bentuknya dan badan asal yang dipergunakan untuk pembuatan ketel
ini.
Biasanya ketel uap terdiri dari satu silinder atau dari gabungan silinder-silinder dan
pipa-pipa.
Bahan untuk ketel uap maupun pesawat uap selain ketel uap harus mempunyai
kwalitas yang baik, karena untuk bekerja dalam temperatur dan tekanan yang tinggi,
ketel ini harus dapat menahan tekanan uap yang besar.
Ketel uap dalam keadaan bekerja, sebagai bejana yang tertutup atau tidak
berhubungan dengan udara luar, karena selama berlangsung pemanasan melalui
bidang yang dipanaskan atau luas pemanasan dari ketel uap, maka air akan mendidih
selanjutnya berubah menjadi uap panas dan bertekanan.
Setiap terjadi kenaikan temperatur uap dalam ketel, maka tekanan uap akan meningkat
pula; jadi kenaikan temperatur uap dan kenaikan tekanan berhubungan erat.
Seperti setelah kita ketahui panas adalah suatu sumber energi atau dengan
pertolongan panas, kita dapat melakukan suatu usaha, yang mana hal ini kita jumpai
pada penggunaan ketel-ketel uap dan pesawat-pesawat uap dilapangan industri.
Panas dari api dan gas panas, yang dihasilkan dari suatu dapur ketel atau dari panas
sisa (waste heat), melalui bidang pemanasan, dipindahkan ke air terlebih dahulu
mengembang, kemudian berubah menjadi uap, sehingga volumenya dengan cepat
akan bertambah.
Panas sebagi sumber dari suatu gerak, memberikan kecepatan kepada molekul-
molekul air yang bergerak simpang siur, sehingga kohesinya atau daya tarik menarik
diantara molekul-molekul air saling berdesak-desakan dan pada keadaan demikian
tetap tinggal dalam ketel uapnya, maka karena itu terjadilah peningkatan tekanan
dalam ketel uap.
Untuk memahami ketel uap, haruslah kita mengetahui sifat-sifat yang terutama dari
uap, dan peristiwa penting yang terjadi pada pembuatan uap.
6-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Secara sederhana bentuk ketel uap kita misalnya sebagai bejana logam, yang
sebagian ruangannya berisi dengan air.
Bejana berisi air tersebut dalam keadaan terbuka, dibiarkan tanpa dipanasi dan setelah
beberapa lama, dengan jalan menimbang, bahwa air di dalamnya telah berkurang.
Rupanya dengan tidak dipanasi, air telah berubah menjadi uap dan keluar dari lubang
yag terbuka.
Peristiwa ini disebut menguap, dan dalam hal ini pembentukan uap hanya terjadi pada
permukaan air saja.
Bila air dalam bejana, sekarang kita panaskan dengan menempatkan sebuah sumber
air dari pembaharuan gas di bawahnya, maka temperatur air naik bertambah tinggi, air
mulai bergerak sedang gelembung-gelembung uap terlepas keluar.
Selanjutnya, ternyata bahwa penguapan dapat terjadi pada tiap-tiap temperatur.
Kenaikan temperatur dapat dilihat dengan thermometer, sedang pergerakan bagian-
bagian air dapat dilihat dengan menghamburkan serbuk gergaji ke dalam air.
Pergerakan air terjadi karena kenaikan temperatur tidak sama pada segala tempat. Air
pada dasar bejana, yang lebih dekat dengan nyala api, akan lebih cepat naik
temperaturnya dari pada di tempat-tempat yang lain.
Karena dipanaskan maka berat jenis air berkurangdan air yang panas akan naik,
akibatnya air yang masih dingin akan turun dan hal ini berlangsung terus selama
pemanasan air dilahan.
Pada pemanasan air dengan arus air yang teratur disebut peredaran air. Peredaran ini
sangat penting dalam ketel uap karena dengan peredaran yang baik akan bermanfaat
untuk mendapatkan air yang cepat dan pemanasan yang merata.
Peredaran air yang baik sangat tergantung kepada penempatan sumber panas ke
dalam ketel. Air yang tidak turut beredar dalam ketel disebut air mati. Jadi temperatur
air ini tidak secepat air yang beredar naiknya. Ini dapat membahayakan bagi ketel uap,
karena dinding ketel uap akan mendapatkan pemanasan setempat, sehingga
pemuatan ketel tidak sama dan karenaya mungkin terjadi tekanan-tekanan yang besar
dalam pelat ketel atau pada sambungan-sambungannya.
Pada Gambar ketel memperlihatkan kepada kita, bagaimana pengaruh letak sumber
panas, yang tidak tepat sehingga peredaran air menjadi tidak merata, terdapat air mati
dan ini merupakan peredaran air yang buruk.
6-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Bila air dalam bejana dipanaskan terus, temperatur bertambah tinggi, pada akhirnya
pelepasan gelembung-gelembung uap akan terhenti dan penguapan bertambah cepat.
Setelah temperatur air mencapai 100 oC, gelembung-gelembung uap yang dibentuk
dalam seluruh zat cair, sampai pada permukaan dan lepas dari zat cair seperti pada
gambar 7.
Karena bejana ini terbuka uap yang berbentuk akan lepas keluar melalui bagian yang
terbuka dan peristiwa ini disebut air menidih.
Mendidih adalah suatu peristiwa, di mana pembentukan uap terjadi dalam seluruh
masa zat cair.
Titik mendidih dari suatu zat cair tergantung kepada tahanan, yang menekan pada
permukaan zat cair, karena gelembung uap harus sanggup mengalahkan tekanan
permukaan air disekelilingnya.
Pada bejana yang terbuka, tekanan uadara luar yang menekan pada permukaan air,
besarnya 1 atmosfir, pada tekanan ini air mendidih pada 100 oC. Dalam ikhtisar tertulis
di bawah terdaftar titik mendidih dari air pada bermacam-macam tekanan. Dengan
tekanan mutlak dimaksud, tekanan yang diukur dari keadaan hampa udara sempurna.
Seperti telah kita ketahui tekanan pukul rata di udara luar adalah 1 atmosfir, yang
bersamaan dengan tekanan 1,0332 kg/cm2.
Dari daftar ternyata, bahwa air yang berada dalam suatu ruangan ketel yang tertutup
dengan tekanan 1, 0332 kg/cm2, mendidih pada temperatur 100 oC. Pada tekanan
yang lebih besar dari 1 atmosfir umpamanya sebesar 5 kg/cm2, ternyata air akan
mendidih pada temperatur 151,1oC.
Sebaiknya bila tekanan pada permukaan air lebih rendah dari 1 atmosfir misalnya
0,1257 kg/cm2, maka air akan mendidih pada temperatur sebesar 50oC.
6.10 Pengendalian Ketel Uap Dan Bejana Uap Serta Peralatan-Peralatan Bantunya
Bentuk konstruksi ketel uap dan pesawat uap selain ketel uap dapat dibuat
bermacam,macam, tergantung dari kesesuaian dalam pemakaiannya dan sebagainya.
Sebagai bahan untuk ketel uap dan bejana uap selalu digunakan orang pelat baja yang
dikenal dengan baja Siemens Martin atau pelat baja ketel jenis lainnya.
Suatu ketel uap harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus hemat dalam pemakaian bahan baker. Hal ini dinyatakan dalam rendemen
atau daya guna ketel.
6-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
2. Berat ketel dan pemakaian ruangan pada suatu hasil uap tertentu harus kecil.
3. Paling sedikit harus memenuhi syarat-syarat dari Direktorat Bina Norma
Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
Selain ketel uap dalam instalasi ketel uap terdapat pesawat uap. selain ketel uap
semuanya itu disebutkan dengan pesawat uap.
Adapun yang termasuk pesawat uap selain ketel uap antara lain sbb:
1. Pemanas air.
2. Pengering uap.
3. Pesawat penguap.
4. Bejana uap.
5. Dan lain-lain.
6-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
6.12 Definisi Dan Istilah-Istilah Tentang Ketel Uap, Bejana Uap & Peralatan Bantunya
1. Ketal uap ialah satu pesawat yang dibuat guna memanaskan air menjadi uap dan
uapnya dipergunakan diluar pesawatnya.
2. Pesawat uap selain ketel uap ialah suatu pesawat yang dibuat dan dipergunakan
sebagai kelengkapan dari ketel uap, dalam system penggunaan uap, yang
dihasilkan oleh suatu ketel uap.
3. Peralatan pesawat uap ialah semua alat atau peralatan yang berhubungan atau
dipasang pada pesawat uapnya sesuai dengan fungsinya masing-masing.
4. Alat-alat pengaman pesawat uap ialah setiap alat yang dihubungkan atau dipasang
pada pesawat uapnya sesuai dengan fungsinya masing-masing alat yang bertujuan
agar pesawat uap dapat dipakai secara aman dalam operasinya.
5. Tingkap pengaman ialah suatu alat yang bekerja secara otomatis membuka dan
menutup tingkat atau katupnya tergantung pada tekanan dan bagian yang
dihubungkan dengan alat tersebut, sehingga ruangan yang berhubungan dengan
alat itu dijamin dari kenaikan tekanan yang berlebihan.
6. Pedoman tekanan (Manimeter) ialah suatu alat pengukur tekanan dari suatu
medium yang berada dalam suatu ruangan atau suatu aliran yang bertekanan dan
sebagai medium dapat berupa uap, gas dan cairan.
7. Gelas pedoman air ialah suatu alat untuk dapat melihat tinggi kolom air yang ada di
dalam ketel uap, yang mana gelkas pedoman ini masing-masing ujungnya
dihubungkan dengan ruangan uap dan ruangan air.
8. Alat pengontrol otomatis ialah suatu alat yang dapat memberitahukan kekurangan
air di dalam ketel uap, di mana alat ini dapat berbunyi bila air di dalam ketel turun
6-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
melampui batas air terendah yang diijinkan. Adapun alat yang digunakan berupa
seruling atau kalkson otomatis yang bekerja secara elektronik dihubungkan dengan
listrik.
9. Tanda batas air terendah yang diijinkan ialah suatu tanda yang dipasangkan pada
ketel uapnya atau pada alat pedoman air yang mana penempatan tanda batas air
terendah ini adalah 100 mm di atas garis api untuk ketel uap darat dan 150 mm di
atas garis api untuk ketel uap kapal.
10. Keterangan atau katup pembuangan ialah suatu alat untuk mengeluarkan air atau
kotoran berupa endapan Lumpur yang ada di dasar ketel uapnya dan berguna pula
untuk mengeluarkan atau mengosongkan seluruh air, bila ketel uap akan
dibersihkan.
11. Lubang lalu orang adalah suatu lubang yang terdapat pada ketel uapnya dengan
ukuran 300 x 400 mm, yang mana melalui lubang tersebut orang dapat masuk guna
melakukan pemeriksaan bagian dalam ketel uap.
12. Pelat nama adalah suatu pelat yang dipasangkan pada ketel uapnya berisikan
identitas mengenai nama dan tempat pabrik pembuat, tekanan kerja yang diijinkan
serta nomor seri pembuatan dari pabrik pembuat.
13. Luas pemanasan (Heating Surface), ialah dimaksud luas dalam M2 (Meter persegi)
semua bagian ketel yang dipanasi oleh nayal api dan gas panas, di mana pada sisi
lainnya terdapat air.
14. Dapur ketel ialah ruangan pembakaran bahan bakar pada ketel uap.
15. Rendemen ketel ialah perbandingan antara panas yang diterima oleh air dan uap
terhadap panas yang diberikan oleh bahan bakar.
16. Kapasitas ketel ialah kemampuan ketel untuk menghasilkan sejumlah uap dalam
waktu satu jam.
17. Tekanan ialah suatu kekuatan yang bekerja tegak lurus pada sebuah bidang yang
luasnya 1 cm2 satuannya kg/cm2.
18. Tekanan udara ialah terdapat dalam ilmu alam, di mana tekanan udara (normal) =
76 cm Hg (kolom air raksa). Dalam teknik 1 kg/cm2 = 1 atmosfir.
19. Tekanan lebih, dalam teknik kerap kali digunakan ruangan tertutup di mana di
dalamnya berisi gas, uap, atau cairan yang menekan pada dinding ruangan
tersebut. Selanjutnya tekanan ini disebut tekanan lebih, satuannya dalam kg/cm2
atau atmosfir melebihi.
Pada ketel uap untuk mengukur tekanan lebih, digunakan alat yang disebut
manometer tekanan atau pedoman tekanan.
6-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
1. Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang cukup dan
dapat dibaca dengan jelas.
2. Data ukuran-ukuran pesawat serta bagina-bagiannya harus dituliskan secara jelas.
3. Gambar bagian (desain) konstruksi penyambungan antara bagian satu dengan
lainnya harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat diketahui secara
jelas.
4. Pelaksanaan pembuatan pesawat uap harus memenuhi prosedur sesuai dengan
standar yang berlaku.
5. Pelaksanaan pengujian pesawat uap harus memenuhi prosedur yang berlaku.
2. Metode Konstruksi
Pembuatan ketel uap dapat dilakukan dengan metode atau cara konstruksi
penjelasan atau dengan pengelingan.
6-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Bahan yang digunakan untuk penyambungan adalah kawat las yang disebut
electroda las, sedang bahan yang akan disambung atau di las adalah pelat-pelat,
pipa-pipa yang disebut bahan induk.
Cara pengelasan konstruksi yang paling banyak digunakan pada waktu ini adalah
pengelasan cair dengan las busur listrik dan dengan las busur gas.
Meskipun peledakan dalam ruangan ketel uap dapat timbul disebabkan adanya
cact-cacat pada peralatan, lebih banyak pula peledakan yang karena kurang
hati-hati, keadaan tak tahu atau sempitnya pandangan dalam pengoperasian
dan pemeliharaan.
b. Ketel uap harus di tempatkan dalam suatu atau bangunan tersendiri yang
terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya. Antara ketel uap dengan dinding
bangunan rumah ketel maupun dengan ruang tunggu untuk operator ketel,
jaraknya harus cukup sehingga tidak mengganggu setiap orang yang
melakukan tugas.
Sama halnya dengan ketel uap, karena bejana adalah merupakan kelengkapan dari
ketel uap, maka dalam penggunaannya akan selalu dekat dengan ketel uapnya.
Perbedaan antara ketel uap dan bejana uap adalah pada fungsi dari pada
operasinya, ketel uap adalah sebagai penghasil uap sedang bejana uap adalah
sebagai penerima uap dalam kelangsungan suatu proses yang menggunakan
instalasi uap.
b. Pengering uap.
c. Penguap.
d. Pemanas air.
Kita menyadari bahwa ketel uap dapat menimbulkan peledakan, korban manusia,
kerugian harta benda yang mana semua itu adalah merupakan malapetaka yang tidak
kita inginkan.
Dengan pengoperasian dan pelayanan yang baik, maka hal tersebut di atas dapat
dihindari atau memperkecil dengan mengusahakan perawatan terhadap akibat-akibat
beruk yang timbul pada ketel uapnya.
Usaha-usaha perawatan yang perlu dilakukan pada ketel uap adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pembersihan dari sisi luar ketel uap terhadap adanya jelaha atau kerak
api yang menempel pada bagian dinding-dinding pipa api, lorong api, peti api dan
bagian lainnya yang dilalui api dan gas panas.
6-15
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
2. Melakukan pembersihan dari sisi dalam ketel uap terhadap adanya endapan
lumpur, batu ketel serta adanya korosi yang terdapat pada dinding-dinding pipa,
lorong api, peti api dan bagian lainnya.
3. Pengolahan air pengisi ketel uap
Tujuan pengolahan air pengisi ketel uap adalah agar didapatkan suatu kwalitas air
yang memenuhi syarat sebagai air pengisi ketel uap. Pengolahan air ketel dimaksud
adalah dengan memberikan dosis obat-obatan ke dalam air pengisi ketel yang
bertujuan untuk mencegah timbulnya batu ketel korosi yang dapat membahayakan
dalam pemakaian ketel uap.
Selanjutnya pengolahan air ketel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pengolahan di luar ketel (External Treatments)
Pengolahan ini dilakukan secara mekanis di luar ketel dengan memberikan obat-
obatan terhadap air sebelum air dimaksudkan ke dalam ketel uap.
Tujuan pengolahan ini adalah umpamanya:
Menghilangkan zat-zat padat.
Menghilangkan zat-zat yang larut dan dapat membahayakan ketel.
Menghilangkan gas-gas yang koratif, dan lain-lain.
Pengolahan di luar ketel (External Treatments)
Pengolahan ini dilakukan secara mekanis di luar ketel dengan memberikan obat-
obatan terhadap air sebelum air dimaksudkan ke dalam ketel uap.
Sehingga reaksi-reaksi yang timbul dengan obat-obatan tadi terjadi di dalam ketel
uap pada suhu dan tekanan kerja ketel uap.
Reparasi adalah dimaksudkan suatu perbaikan atau penggantian dari bagian ketel
uap yang mengalami kerusakan akibat pemakaian atau kerusakan yang terjadi
pada waktu pengangkutan ketel dari suatu tempat ke tempat lain.
Adapun yang berkaitan dengan masalah reparasi antara lain dalam hal-hal sebagai
berikut :
- Penggantian pipa-pipa secara dirol dan dikral, dirol dan ditrompet
- Penggantian pipa-pipa secara di las
- Penggantian batang-batang tunjang
- Penggantian atau penambalan lorong api secara dilas
- Penggantian peti api secara dilas
- Penambalan badan akibat terjadi peledungan
- Penambalan secara las-lasan akibat adanya retakan pada bagian ketel uap dan
lain-lain.
Setelah terjadi kerusakan atau rencana penggantian dari bagian-bagian ketel yang
mengalami kerusakan, maka harus segera dilaporkan ke Kan. Depnaker setempat
untuk diadakan pemeriksaan.
Suatu perencanaan melaksanakan reparasi ketel uap atau pesawat uap terlebih
dahulu mendapatkan pengesahan dari Depnaker Pusat.
6-17
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
1. Bila manometer tidak berfungsi dengan baik, atau bila tidak di kalibrasi dapat
menimbulkan peledakan si Operator tidak mengetahui tekanan yang sebenarnya
dalam boiler dan alat yang lain tidak berfungsi.
2. Bila safety valve tidak berfungsi dengan baik, karena karat atau sifat kepegasannya
tidak sesuai lagi maka untuk boiler bila tekanan lebih tidak dapat membuka secara
otomatis.
3. Bila gelas duga tidak berfungsi dengan baik dimana nozel-nozelnya atau pipa-
pipanya tersumbat karena karat, sehingga jumlah air tidak dapat terkontrol lagi.
4. Bila air pengisi ketel tidak memenuhi syarat, sehingga pada pipa air, pipa-pipa
dapat timbul secall di dalam atau diluar pipa sehingga terjadi pemanasan setempat,
hal ini bisa menimbulkan bengkak atau pecah akibat tidak dapat menstranfer
panas.
5. Bila boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall atau tidak sering
dikunci.
6. Terjadi pemanasan lebih karena kebutuhan produksi uap.
7. Tidak berfungsinya pompa air pengisi ketel, sumbat timah atau prof leleh.
8. Karena perubahan tidak sempurna atau rouster, nozer fuel tidak berfungsi dengan
baik.
9. Karena boilernya sudah tua sehingga materialnya tidak memenuhi syarat lagi.
10. Karena material boiler tersebut sudah mengalami perubahan tebal, atau terdapat
karat ataupun fiting-fiting.
11. Tidak teraturnya diadakan inspection sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
Sesuai dengan peraturan uap 1930, bahwa setiap pemakai pesawat uap harus
mengusahakam agar pesawat-pesawat uapnya dan segala sesuatu yang dianggap
termasuk didalamnya berada dalam keadaan pemeliharaan yang baik.
Maka untuk dapat terlaksana dengan baik dan aman dalam hal pemeliharaan ketel-
ketel uap perlu diadakan pendidikan dan Latihan terhadap operator-operator ketel uap,
juru-juru las untuk pesawat –pesawat uap :
6-18
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Untuk dilaksanakan kursus operator ketel uap, selama ± 10 hari dengan mata
pelajaran khususnya yang berkaitan dengan masalah pesawat uap.
Karena itu dalam perencanaan setiap konstruksi denga sambungan las, harus
direncanakan tentang, cara pengelasan, cara pemeriksaan bahan dan jenis las
yang kan dipergunakan prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk
pelaksanaan pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai
dengan rencana dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang
diperlukan dalam pelaksaan tersebut.
BAB 7
PENERAPAN K3 YANG BERHUBUNGAN PEKERJAAN PERPIPAAN
Bagian – bagian pipa yang perlu mendapat perhatian pad lingkup pekerjaan perpipaan,
secara keseluruhan terdiri dari : Pipa (Tube), Fitting, Flens (Flange), Batang (bars),
Sheet & Strip.
Jenis pekerjaan perpipaan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan ternasuk
letak lokasinya, dapat berada di bawah / didalam tanah dfan air, berada di atas tanah
diantaranya saluran pipa seperti saluran pipa air, pipa minyak maupun pipa gas,
sedangkan yang ada diatas tanah / diudara umumnya tergantung pada dindung dan
concrete plat / slab seperti pipa air bertekanan untuk pemdaman api,
Dari jenis pekerjaan tersebut yang sangat menentukan dalam penanganan keselamatn
dan kesehatan kerja adalah metode kerja yang akan dilaksanakan dan peralatan yang
akan digunakan dalam pelaksanaan instalasi pipa, seperti pekerjaan penempatan,
pengangkatan, instalasi. Dan sistem penyambungan melaui pengelasan ataupun dengan
melalui sistem pengikatan dengan flens dan baut.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sistem sambungan dengan pengelasan :
7-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
c. Prosedur dan metode kerja pengelasan harus sudah ditetapkan lebih dahulu
sebelum pekerjaan pengelasan dilaksanakan :
3) Gunakan gagang las yang benar-benar masih baik dan kabel las yang
tersambung pada gagang las (electrode holder) harus benar-benar kuat tidak
mudah terlepas, jangan sampai sambungan / joint kabelnya mengeluarkan
bunga / percikan bunga api karena penyambungannya tidak benar/kurang
kuat,
5) Pekerjaan pengelasan harus dilakukan pada posisi dan arah yang benar.
7-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
1. Jacking Pipe
Peralatan pendorong dan pemasang pipa (Jacking Pipe) yang digunakan pada
pekerjaan pipa berdiameter besar umumnya ditanam didalam tanah, dalam
pengerjaannya membutuhkan perhatian yang khusus bagi keselamatan pekerja dan,
lingkungan.
Umumnya pipa – pipa yang berdiameter besar digunakan untuk penyaluran air
ataupun minyak dan gas, karenanya dibutuhkan ke akuratan / presisian sambungan
yang tinggi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kebocoran yang membahayakan
bagi lingkungan setempat.
Jacking pipe bekerja berdasarkan tekanan hidraulis melalui saluran – saluran selang
(hose) dan pipa – pipa (tube), tekanan hidraulis jacking pipe diperoleh dari hasil kerja
mekanis motor listrik yang menggerakkkan motor hidraulis. Hasil tekanan hidraulis
mencapai sampai dengan
Pekerjaan instalasi pipa yang menggunakan sistem jacking dan dipasang didalam
tanah hingga kedalaman 1 s/d 3,5 meter membutuhkan perhatian dalam hal
keselamatan kerja, hal – hal yang harus diperhatikan diantaranya :
7-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
2. Peralatan angkat
7-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
1. Persyaratan.
Pada setiap sistem instalasi pipa harus dipasang pipa penguji. Seperti halnya pada
pemasangan pipa springkle pipa penguji dipasang berukuran sekurang-kurangnya 25
mm.
Ujung pipa harus licin, tahan karat dan dapat mengalirkan air ekivalen / fluida penguji
ataupun dalam bentuk gas lainnya dengan satu kepala springkler tergantung dengan
ketentuan yang dipersyaratkan.
Pipa ini ditempatkan pada ujung pipa cabang terjauh, kecuali ditentukan lain.
Pipa penguji sistem ini harus disediakan pada tiap alat tanda bahaya dari tiap aliran
air / fluida lainnya tersebut
7-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
b. Khusus untuk gedung yang direncanakan tahan gempa bumi, kopling fleksibel
harus dipasang pada bagian gedung tempat keluar atau masuknya pipa.
c. Selubungan pipa harus dipasang pada semua bagian yang menembus dinding,
lantai bangunan gedung, platform dan pondasi dengan ketentuan:
1) Celah minimum antara pipa dengan selubung pipa sekurang-kurangnya
25mm untuk pipa berukuran 25 mm sampai 90 mm dan 50 mm untuk pipa
berukuran lebih besar atau sama dengan 100 mm.
2) Celah antara pipa dengan selubung pipa harus diisi dengan bahan elastik
yang tidak mudah terbakar seperti serat kaca atau bahan lain yang setaraf.
3) Selubung pipa pada lantai harus menonjol paling sedikit 80 mm diatas
permukaan lantai
d. Penahan ayun dari pipa untuk menghadapi pengaruh gempa bumi, bangunan
gedung.
1) pipa pemasukan dan pipa pembagi utama yang berukuran lebih besar atau
sama dengan 65 mm harus digantung dengan menggunakan penahan
ayunan dua arah, untuk melawan gaya tarik dan tekan yang ekivalen denga
50 % dari berat air dalam pipa.
2) bagian teratas dari pipa tegak harus diamankan terhadap goncangan dengan
menggunakan penahan ayun empat arah.
7-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
e. Instalasi pipa yang ditanam di tanah atau didalam air, untuk mempertahankan
fleksibiltas terhadap gerakan horisontal dan vertikal, diberikan tahanan sesuai
dengan ketentuan yang dipersyaratkan misalnya di berikan kopling pada jarak
tertentu dari sambungan atau di ujung – ujung pencabangannya, baik diujung
pencabangan vertikal maupun horisontal
Potensi Bahaya/
No. Uraian Kegiatan
Kecelakaan Kerja
7-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Dilaksanakan
No. Uraian Ketentuan K3
Ya Tidak
7-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
7-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Pengisian bahan
1. A. Kebakaran
bakar
Pemeriksaan air B. Terkena uap air
2.
batere (accu) batere (accu)
Pemeriksaan
3. C. Terkena air panas
minyak hidrolik
Pemeriksaan air D. Terkena
4.
pendingin semprotan minyak
Pemeriksaan
5. E. Jatuh terpeleset
kondisi alat kendali,
Manouver di tanah F. Terbenam di tanah
6.
lembek lembek
Mendorong dan
7. G. Jatuh ke jurang
menimbun jurang
Naik / turun
8. H. Terguling
tanjakan
7-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
RANGKUMAN
Bab 1 :
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
pekerja dan perlindungan perusahaan. Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan.
Pekerja adalah bagian integral dari perusahaan. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pekerja dan meningkatkan produktivitas
perusahaan.
2. Setiap kecelakaan kerja dapat menimbulkan berbagai macam kerugian yaitu alat
produksi, bahan produksi atau perlengkapan kerja, biaya pengobatan atau kompensasi
kepada pekerja yang cedera atau meninggal dunia, kerugian waktu kerja selama
produksi terganggu serta penurunan kualitas dan kuantitas hasil produksi.
3. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus.
- Alat-alat prodksi terlalu sempit, ruangan terlalu panas atau terlalu dingin
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan/ prosedur kerja yang telah ditetapkan.
Bab 2 :
1. Yang perlu diperhatikan dalam operasi peralatan berat adalah keamanan dalam bekerja,
perlindungan keselamatan bagi pekerja dan terhadap sarana/ fasilitas dan prasarana
yang berkaitan dengan operasional peralatan di tempat kegiatan kerja.
2. Mengoperasikan peralatan berat konstruksi mengikut tahapan :
- Pastikan peralatan layak untuk dioperasikan dan siap pakai
- Laksanakan pengawasan secara terus menerus
- Laksanakan istirahat secara interval dan kontinu dalam setiap 4 jam operasi
- Kenali pengoperasian peralayan dengan beban kritis
- Pastikan bahwa peralatan berat dalam posisi aman pada saat ditinggalkan setelah
selesai operasi
3. Sebelum peralatan beroperasi
a. Peralatan dan sejenis peralatan angkat harus memiliki sertifikat layak pakai yang
berlaku
b. Izin kerja harus dimiliki
c. Lapran ramalan cuaca harus diperhatikan
d. Kondisi tanah harus diketahui dengan baik
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Bab 3 :
1. Sumber dan potensi bahaya :
a. Kesalahan desain
b. Kesalahan pemasangan
Konstruksi tidak kuat/ tidak memenuhi syarat
c. Kesalahan pemakaian/ operasional
Penggunaan alat tidak sesuai dengan fungsinya
Safety device tidak digunakan sebagaimana mestinya
d. Kesalahan pemeliharaan/ perawatan
e. Tidak layak pakai (tidak pernaj diperiks dan diuji)
f. Daerah lingkungan kerja tidak aman/ tidak memenuhi syarat
g. Tenaga kerja yang melaksanakan tidak memahami baik cara dan sifat
penggunaannya atau tidak terampil.
2. Bagian yang paling berbahaya dari suatu alat pembawa/ pengantar barang adalah :
- Titik sentuh
- Titik jepit antara dua bagian yang bergerak
- Barang-barang yang jatuh dari alat pembawa/ pengantar barang
- Jatuh di tempat jalan dan panggung
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
- Kejutan listrik
- Kebakaran
Bab 4 :
Potensi bahaya yang harus diperhatikan dalam pesawat tenaga dan mesin produksi adalah :
1. Sistem penggerak dan pemindahan tenaga
a. Susunan sistem pemindah tenaga
b. Pemindah tenaga gerak (power train pada pesawat angkat jenis mobil boom)
c. Sistem penggerak langsung kendali bertenaga
d. Sistem tenaga hidrolik penuh
e. Sistem kendali bertingkat
2. Hal-hal berkaitan dengan listrik
Ruang kerja listrik
Instalasi lampu
Identifikasi penghantar warna
Penggunaan kabelnya
Penggnaan kabel NYM
Nomen klatur kabel
Bab 5 :
Potensi bahaya yang harus diperhatikan dalam pekerjan mekanikal dan elektrikal adalah :
1. Kecelakaan dan kebakaran akibat listrik :
a. Mengalirnya arus listrik pada tubuh manusia
b. Hubungan singkat (hubungan pendek)
c. Beban berlebihan
2. Usaha pencegahan bahaya listrik
a. Pengamanan terhadap :
1. Bahaya sentuh langsung
2. Bahaya sentuh langsung
b. Pencegahan terhadap kebakaran karena listrik
c. Pelayanan dan pemeliharaan instalasi secara teratur
3. Cara membebaskan penderita dan aliran listrik :
a. Memutuskan hubungan dengan cara yang tepat
b. Penolong harus mengamankan diri
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
Bab 6 :
1. Kecelakaan karena peledakan bejana bertekanan umumnya fatal.
Untuk pengaman, langkah utama/ pertama : perencanaan/ perhitungan matang sesuai
kebutuhan.
2. Tingkat pengamanan bejana tekanan
Tingkat pengaman dengan pegas
Tingkat pengamanan dengan beban
Tujuannya : untuk melepaskan tekanan
3. Pengendalian ketel uap dan bejana uap
a. Syarat ketel uap
- Hemat dalam pemakaian bahan bakar
- Berat ketel dan pemakaian
- Memenuhi syarat K3
4. Perawatan ketel uap
Meledaknya ketel uap menimbulkan malapetaka, maka
Pengoperasiannya dan pelayanannya baik
Perawatan dilakukan secara rutin sesuai pedoman
Bab 7 :
1. Pekerjaan perpipaan :
Instalasi pipa yang ditanam dalam tanah perlu perhatian K3 nya :
a. Kondisi kekuatan tanah dukung
b. Perkuatan dinding galian
c. Umur selang yang rawan kebocoran
d. Posisi ruangan penempatan jacking pipe
e. Teknik penurunan pipa termasuk penyambungan
f. Bahaya radiasi pengetesan hasil
g. Hidrostatic/ pneumatik test
h. Bahaya-bahaya pergeseran pipa untuk kelurusan
2. Secara umum pekerjan perpipaan yang perla perhatian K3 nya :
Instalasi pekerjaan perpipaan
Penggunaan peralatan instalasi
Sistem pengujian
Perlindungan perpipaan
Perlindungan perpipaan bertekanan terhadap gempa bumi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan
DAFTAR PUSTAKA