php/naval
Abstrak
Konstruksi Pondasi mesin pada kapal Ferry 500 GT merupakan konstruksi yang sangat pentng. Konstruski
ini menerima beban mesin, gearbox, serta gaya dan momen pada shaft yang tersambung melalui thrust
block. akumulasi beban pada pondasi ini membuat perlu adanya analisa kekuatan konstruksi. Material yang
digunakan adalah baja grade A BKI ASRM A131, sedangkan rules yang digunakan adalah rules Biro
Klasifikasi Indonesia. Analisa menggunakan metode elemen hingga linier statis. Beban yang diasumsikan
adalah berat gear box, berat mesin, gaya dorong, dan momen torsi dari shaft. Hasil analisa berupa tegangan
von mises dan deformasi pada tiga kondisi pembebanan. Penulis menggunakan alat bantu software berbasis
metode elemen hingga dengan tiga kondisi pembebanan yaitu kapal diam, kapal bergerak ke depan dengan
kecepatan 12 knot, dan kapal mundur dengan kecepatan 6 knot. Tegangan von mises terbesar terjadi pada
kondisi pembebanan II yaitu kapal bergerak dengan kecepatan 12 knot ke depan, sebesar 114 N/mm2 dan
dengan deformasi 0,0138 mm. titik tegangan terbesar terjadi pada pondasi mesin station 12 yang berada
pada pusat gaya dorong kapal. Nilai tegangan masih sesuai dengan tegangan ijin bahan maupun tegangan
ijin Biro Klasifikasi Indonesia. Dengan nilai 2,061 dan 1,747 (SF > 1)
Kata Kunci : analisa kekuatan, deformasi, metode elemen hingga, pondasi mesin, thrust block, tegangan von
mises
3 METODOLOGI
Untuk proses penyusunan Tugas Akhir ini
dibutuhkan data – data dari objek yang dianalisa.
Adapun proses pengambilan data terbagi menjadi
beberapa tahap antara lain :
Pada hasil software, nilai torsi yang Gambar 4.3 hasil model setelah meshing
diperoleh adalah:
Psmaju = 501,878 kW (12 knot) 4.4. Boundary Condition
Psmundur = 83,703 kW (6 knot) Boundary Condition digunakan untuk
sehingga nilai beban torsional sfhat adalah: menentukan bentuk tumpuan dari objek yang
NTmaju = 2662,745 Nm dianalisa. Penentuan Boundary Condition
NTmundur = 444,093 Nm dilakukan sesuai tabel berikut:
Gambar 4.6 Asumsi Pembebanan Kondisi Gambar 4.5 tegangan von misses
III
Pada kondisi I, didapatkan deformasi
4.6 Output Data terbesar terjadi pada pondasi di gading nomer 13
Dari hasil post processing program ANSYS dengan nilai sebesar 0,0029 mm, dan tegangan
Mechanical APDL didapatkan data tegangan pada von misses maksimum terjadi pada pondasi mesin
pondasi mesin, sehingga letak titik kritis pada gading nomer 12 dengan nilai sebesar 3,38
pondasi mesindari hasil post processing akan N/mm2.
diketahui apakah masih dalam batas aman untuk
sebuah desain suatu system. Output data dari 4.6.2 Kondisi II
software ANSYS adalah tegangan von misses Untuk mendapatkan tegangan local pada
yang digunakan untuk menghitung kriteria pondasi mesin, maka gaya berat, gaya dorong dan
kegagalan dari kekuatan material pada suatu momen torsi diberikan pada pondasi masing-
sistem struktur. Nilai tegangan von mises masing sesuai dengan perhitugan beban, sehingga
didapatkan dari nilai perhitungan stress tensor menghasilkan respon sebagai berikut:
dalam hal ini ditunjukkan pada nilai perhitungan
komputasi program ANSYS Mechanical APDL
4.6.1 Kondisi I
Untuk mendapatkan tegangan local pada
pondasi mesin, maka gaya berat diberikan pada
pondasi masing-masing sesuai dengan perhitugan
beban, sehingga menghasilkan respon sebagai
berikut:
Pada kondisi II, deformasi terbesar terjadi Pada kondisi III, deformasi terbesar tejadi
pada konstruksi pondasi mesin di gading nomor pada pondasi mesin gading nomor 11 dengan nilai
12 dengan nilai sebesar 0,0138 mm, dan sebesar 0,0068 mm dan tegangan von mises
Tegangan von mises maksimum terjadi pada maksimum terjadi pada konstruksi pondasi pada
konstuksi pondasi mesin induk pada gading nomer gading nomor 11 dengan nilai sebesar 57,3
12 dengan nilai sebesar 114 N/mm2. N/mm2.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Robert Taggart, 1980, “Ship Design and
Construction”, New York, The Society of
Naval Architects and Marine Engineers
[2] Pytel A, Kiusalaas J, “Engineering
Mechanics: Statics, SI Edition”
[3] BKI, 2014, “Volume II Rules For Hull”
[4] Sonief.A.As’ad, 2003, “Diktat Metode Elemen
5. KESIMPULAN DAN SARAN Hingga“, Malang : Universitas Brawijaya.
[5] ANSYS, Inc., 2005, “Structural Analysis
5.1 Kesimpulan Guide”, ANSYS Release 11.0
Dari hasil analisa kekuatan struktur pondasi Documentation.
mesin induk KAPAL Verry 500 GT dengan [6] Surjo W.Adji, 2005 “Engine Propeller
menggunakan program bantu ANSYS Mechanical Matching”
APDL dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : [7] ACI Committee 351, 2004 “Foundation for
1. Pada kondisi I, deformasi terbesar terjadi pada Dyamic Equipment”
pondasi mesin di gading nomer 13 dengan nilai
sebesar 0,0029 mm, dan tegangan von misses
maksimum terjadi pada pondasi mesin gading
nomer 12 dengan nilai sebesar 3,38 N/mm2.
Sedangkan untuk kondisi II, deformasi terbesar
terjadi pada konstruksi pondasi mesin di gading
nomor 12 dengan nilai sebesar 0,0138 mm, dan
Tegangan von mises maksimum terjadi pada
konstuksi pondasi mesin induk pada gading
nomer 12 dengan nilai sebesar 114 N/mm2.
Pada kondisi III, deformasi terbesar tejadi pada
pondasi mesin gading nomor 11 dengan nilai
sebesar 0,0068 mm dan tegangan von mises
maksimum terjadi pada konstruksi pondasi pada
gading nomor 11 dengan nilai sebesar 57,3
N/mm2.
2. Safety Factor pada kondisi pembebanan terberat
yang terjadi pada podasi mesin di gading nomer
12 yaitu 1,085 dimana masih sesuai dengan
ketentuan Biro Klasifikasi Indonesia (SF>1)
5.2 Saran
1. Untuk mencapai ketelitian yang maksimal
dalam analisa dengan menggunakan program
ANSYS Mechanical APDL, dapat dilakukan
dengan membuat model dengan geometri
yang baik.
2. Pemodelan dengan menggunakan metode
elemen hingga sangat bergantung kepada
jumlah elemen yang dipergunakan dan