Anda di halaman 1dari 110

STABILITAS LERENG TIMBUNAN & GALIAN

Dr. Ir. Didiek Djarwadi. MT


Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia

Sosialisasi SNI Geoteknik, Semarang 4 Februari 2017


Materi SNI Stabilitas Lereng Galian & Timbunan
1. Ruang Lingkup
2. Diskripsi Stabilitas Lereng Galian & Timbunan
3. Aplikasi SNI Stabilitas Lereng Galian & Timbunan
- Lereng Alam
- Lereng buatan manusia
- Lereng Galian
- Lereng Timbunan
4. Data Perancangan Lereng
- Data Topografi
- Data Geologi Teknik
- Data Penyelidikan Lapangan
- Data Uji Laboratorium
- Kecukupan Data
- Muka air tanah
Materi SNI Stabilitas Lereng Galian & Timbunan
5. Kriteria Perancangan
- Kriteria Pembebanan
- Beban Gempa
- Beban Lalu Lintas
- Stress Histories
- Kriteria Deformasi
- Faktor Aman
6. Analisa Lereng Tanah
- Metoda Numerik
- Metoda Keseimbangan Batas
- Metoda Elemen Hingga
- Analisa Likuifaksi
- Analisa Aliran Debris
- Analisa Penurunan & Deformasi Lereng Timbunan
Materi SNI Stabilitas Lereng Galian & Timbunan
7. Analisa Stabilitas Leren Batuan
- Penetapan Parameter untuk Analisa Lereng Batuan
- Analisa Stabilitas Lereng Batuan
8 Instrumentasi Keamanan Lereng
- Jenis Instrumentasi
- Pemilihan Jenis Instrumentasi
- Pengamatan Tegangan Air Pori
- Pengamatan Deformasi Lereng
- Persyaratan Minimum Instrumentasi Geoteknik
- Reporting
1. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup

SNI Geoteknik sub-pasal Stabilitas Lereng Galian dan Timbunan


meliputi persyaratan persyaratan umum dan teknis perancangan
lereng buatan yang meliputi lereng galian dan timbunan.
Stabilitas lereng alam perlu ditinjau apabila terdapat
pembangunan yang didirikan di atas lereng, tubuh lereng dan
kaki lereng.

Sub-pasal ini bertujuan untuk memberikan suatu tinjauan yang


dan perancangan lereng yang aman dan ekonomis. Metoda analisa
untuk stabilitas lereng tidak terlepas dari pengetahuan mengenai
mekanisme keruntuhan lereng, jenis material dan asal usulnya,
topografi dan kondisi geologi setempat. Kondisi ini akan
menentukan batasan batasan dari penerapan metoda yang dipilih.
2. Diskripsi Stabilitas Lereng Galian &
Timbunan
Diskripsi Stabilitas Lereng
Galian & Timbunan
Analisa stabilitas lereng ini diantaranya digunakan untuk;

1. Memberikan tinjauan kestabilan lereng buatan,


2. Memberikan evaluasi terhadap potensi kelongsotan dari
lereng yang ada
3. Menganalisis kelongsoran yang telah terjadi
4. Memberikan kemungkinan perancangan ulang terhadap
lereng yang telah longsor dan merencanakan langkah
langkah preventif yang diperlukan,
5. Mengkaji pengaruh beban yang tak terduga seperti gempa
dan beban lalu lintas.
3. Aplikasi SNI Stabilitas Lereng
Galian & Timbunan
- Lereng Alam
- Lereng buatan manusia
- Lereng Galian
- Lereng Timbunan
Aplikasi SNI Stabilitas Lereng
Galian & Timbunan
Lereng Alam

•Lereng alam adalah lereng yang terbentuk akibat kegiatan alam


seperti: erosi, gerakan tektonik, dan sebagainya.Material yang
membentuk lereng memiliki kecenderungan tergelincir akibat
beratnya sendiri dan gaya-gaya luar yang ditahan oleh kuat
geser tanah dari material tersebut. Gangguan terhadap
kestabilan terjadi bilamana tahanan geser tanah tidak dapat
mengimbangi gaya-gaya yang menyebabkan gelincir pada bidang
longsor.
Aplikasi SNI Stabilitas Lereng
Galian & Timbunan
Lereng alam yang telah stabil selama bertahun-tahun dapat saja
mengalami longsor akibat hal-hal berikut:

1. kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah)


karena hujan yang berkepanjangan, pembangunan dan
pengisian waduk, gangguan pada sistem drainase, dan lain-
lain;
2. penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat
deformasi sepanjang bidang yang berpotensi longsor;
3. proses pelapukan; akibat pelapukan batuan dapat mengalami
mengalami degradasi;
4. gempa; efek gempa menyebabkan inersia dalam arah
getaran gempa menyebabkan lereng tidak stabil;
5. gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru.
Aplikasi SNI Stabilitas Lereng
Galian & Timbunan
Lereng buatan manusia

Lereng Galian

Lereng galian adalah lereng yang terbentuk akibat kegiatan penggalian


atau pemotongan pada tanah asli. Perencanaan pemotongan lereng galian
yang dimaksud adalah usaha untuk membuat suatu lereng dengan
kemiringan tertentu yang cukup aman dan ekonomis. Stabilitas
pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan
air akibat rembesan dan cara pemotongan. Aspek penting dari stabilitas
lereng galian, yaitu:
a. kuat geser pada bagian galian;
b. berat isi tanah;
c. tinggi lereng;
d. kemiringan lereng;
e. tekanan air pori.
Aplikasi SNI Stabilitas Lereng
Galian & Timbunan
Lereng timbunan

•Lereng dengan timbunan umumnya digunakan untuk badan jalan raya, jalan
kereta api dan bendungan tanah. Sifat teknis lereng timbunan dipengaruhi oleh
jenis tanah, cara penimbunan dan derajat kepadatan tanah. Analisis secara
terpisah harus dilakukan pada lereng timbunan, yaitu pada kondisi jangka pendek
(saat penimbunan selesai), kondisi jangka panjang, kondisi penurunan muka air
seketika (sudden draw-down), dan gangguan gempa. Faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakstabilan lereng timbunan, yaitu:
a. Terjadinya overstressing pada fondasi timbunan tanah kohesif
setelah masa konstruksi. Biasanya pada lereng timbunan, stabilitas
jangka pendek pada tanah kohesif lunak lebih penting daripada
stabilitas jangka panjang.
b. penurunan muka air cepat dan piping. Pada timbunan bendungan,
penurunan muka air cepat menyebabkan meningkatnya beban efektif
timbunan tanah yang dapat menyebabkan ketidakstabilan. Penyebab
lain dari ketidak stabilan lereng timbunan adalah erosi bawah
permukaan atau piping.
c. gaya-gaya dinamis. Getaran dapat dipicu oleh gempa bumi, peledakan, pile
driving dan lainnya.
4. Data Perancangan Lereng
- Data Topografi
- Data Geologi Teknik
- Data Penyelidikan Lapangan
- Data Uji Laboratorium
- Kecukupan Data
- Muka air tanah
Data Perancangan Lereng
Data Topografi

Peta topografi memberikan gambaran mengenai kemiringan lereng,


perbedaan ketinggian, kerapatan sungai, pola aliran, ketinggian dan
bentuk morfologi. Dari peta topografi juga dapat ditafsirkan tingkat
erosi suatu daerah. Hal-hal yang dapat mengakibatkan keruntuhan
lereng pada tebing jalan raya, jalan kereta api, tebing penggalian batu
dan tebing saluran perlu didata karena kemungkinan tidak akan terlihat
di dalam peta geologi skala kecil. Gabungan antara kerapatan sungai
dan kemiringan lereng pada peta topografi akan memberikan data yang
lebih baik. Umumnya daerah yang berkerapatan sungai tinggi mempunyai
kecenderungan longsor lebih besar.
Data Perancangan Lereng

Data Geologi Teknik

Geologi teknik (skala dan kedalaman


kajian geologi, pemetaan geologi
permukaan dan struktur geologi,
stratigrafi, dan satuan batuan);
Pemetaan geologi teknik dibutuhkan
untuk mengetahui jenis dan sebaran
batuan dan struktur geologi, juga
mencakup proses geologi yang
berkaitan dengan keruntuhan lereng
dan prakiraan tata air tanah di daerah
penyelidikan.
Data Perancangan Lereng
Data Penyelidikan Lapangan

Uji lapangan yang dilakukan untuk penyelidikan stabilitas lereng dapat


dilakukan di dalam lubang hasil pemboran geoteknik maupun tidak, dan
dapat terdiri dari salah satu atau kombinasi dari jenis-jenis pengujian
berikut:

Uji Lapangan Untuk Stabilitas Lereng


Data Perancangan Lereng

Data Uji Laboratorium Tanah


Uji laboratorium tanah yang digunakan untuk perancangan lereng dan
hitungan stabilitas lereng disampaikan dalam tabel berikut

Uji laboratorium tanah untuk perancangan lereng tanah


Dan stabilitas lereng tanah
Data Perancangan Lereng

Data Uji Laboratorium Batuan


Uji laboratorium batuan yang digunakan untuk perancangan lereng dan
hitungan stabilitas lereng batuan disampaikan dalam tabel berikut

Uji laboratorium batuan untuk perancangan lereng batuan


dan stabilitas lereng batuan
Data Perancangan Lereng

Kecukupan Data

Jumlah dan penentuan titik pengujian perlu direncanakan dengan


seksama agar diperoleh gambaran yang akurat mengenai
mekanisme kelongsoran yang mungkin atau sudah terjadi.
Kedalaman pengujian harus lebih dari kedalaman perkiraan
bidang gelincir dan bilamana mungkin mencapai lapisan tanah
keras atau batuan. Contoh tanah tak terganggu diambil pada
kedalaman tertentu agar mendapatkan informasi yang mewakili
kondisi tanah bawah permukaan di lapangan. Pengamatan muka
air tanah perlu direncanakan dengan baik sehingga diperoleh
profil muka air tanah yang akurat.
Data Perancangan Lereng

Muka air tanah dan masa batuan


Pengamatan muka air tanah perlu direncanakan dengan baik sehingga
diperoleh profil muka air tanah yang akurat. Banyak kasus kelongsoran
lereng tanah dan batuan disebabkan oleh faktor air, baik air di
permukaan maupun aliran air di dalam tanah. Adanya air di dalam
lereng menyebabkan menurunnya tegangan efektif akibat tekanan air
pori yang meningkat sehingga menyebabkan turunnya kekuatan geser
tanah atau massa batuan. Adanya air tanah dapat juga menambah
gaya-gaya yang menyebabkan ketidakstabilan karena bertambahnya
berat tanah atau massa batuan maupun timbulnya gaya yang
diakibatkan oleh aliran air di dalam lereng.

Kondisi permukaan air tanah sangat tergantung pada faktor geoteknik,


hidrologi, dan hidrogeologi termasuk kondisi permeabilitas tanah,
geologi, profil asli permukaan air tanah, intensitas dan durasi hujan,
kecepatan masuknya air permukaan, kecepatan evapotranspirasi,
kecepatan pembuangan air limbah maupun aliran air dari daerah
sekitarnya.
5. Kriteria Perancangan
- Kriteria Pembebanan
- Beban Gempa
- Beban Lalu Lintas
- Stress Histories
- Kriteria Deformasi
- Faktor Aman
Kriteria Perancangan

Kriteria Pembebanan
• Analisis stabilitas lereng harus mempertimbangkan beban statik,
gempa dan perlu dilakukan verifikasi terhadap parameter desain
yang dapat mewakili kondisi lapangan. Beban tambahan (surcharge
load) 10 kN/m2 dapat ditambahkan untuk memperhitungkan beban
permukaan yang bekerja pada permukaan atas lereng kecuali ada
ketentuan lain sesuai peruntukannya.
• Untuk analisis pseudo-statik dari lereng galian, maupun timbunan,
beban gempa yang lebih spesifik disarankan sesuai dengan kondisi
geologi dan area kegempaan serta kepentingan lereng.
Kriteria Perancangan
Beban Lalu Lintas

Beban lalu lintas ditambahkan pada seluruh lebar permukaan


jalan dan besarnya ditentukan berdasarkan kelas jalan yang
diberikan pada Tabel berikut ini.
Beban lalu lintas untuk analisis stabilitas (DPU, 2001) dan
beban di luar jalan.
Kriteria Perancangan
Beban Gempa
Pengaruh beban gempa diperhitungkan jika lereng/keruntuhan lereng
berada pada area bangunan dengan kepentingan yang strategis.
Penentuan data zona gempa terbaru yang digunakan dalam perencanaan
di Indonesia dapat mengacu pada SNI-T14-1990-03. Dalam standar
tersebut disebutkan bahwa percepatan gempa diperoleh dengan
menghubungkan zona gempa dengan tipe tanahnya serta frekuensi dasar
(fundamental frequency) bangunan. Dalam hal ini, beban siklis yang
ditimbulkan oleh beban gempa akan mengurangi kuat geser tanah
residual.
Kriteria Perancangan
Stress Histories

Pada kondisi loading (timbunan) tegangan vertikal merupakan tegangan


mayor principal stress. Pada kondisi unloading seperti penggalian atau
pemotongan tanah asli, tegangan vertikal merupakan minor principal
stress dan tegangan horizontal merupakan major principal stress.
Secara keseluruhan perubahan tegangan pada kondisi unloading adalah
kondisi dimana tegangan vertikal berkurang dan tegangan horizontal
meningkat atau sebaliknya, sesuai dengan lintasan tegangannya.
Pada kondisi jangka panjang sebagai respon pengurangan tekanan pori
dan menurunnya kekuatan geser tanah, menjadikan kondisi ini kritis
untuk di analisis.
Kriteria Perancangan
Kriteria Deformasi

• Kriteria deformasi dalam subpasal ini adalah batasan deformasi yang


berhubungan dengan perilaku suatu lereng yang diukur sebagai
perubahan jarak horizontal posisi suatu lereng terhadap titik
pengamatan yang tetap dalam suatu satuan waktu, untuk
mendiskripsikan kondisi keamanan lereng terhadap longsor yang bisa
terjadi.
• Kriteria deformasi dalam subpasal ini dimaksudkan untuk memberikan
petunjuk dalam melakukan evakuasi pada alat dan orang yang
bekerja dibawah lereng, atau lalu lintas di bawah lereng, sehubungan
dengan besaran deformasi lereng yang menjurus pada terjadinya
longsor.
Kriteria Perancangan
Kriteria Deformasi
Tabel 1. Kriteria Deformasi Lereng (Jooste & Cawood, 2004)
Deformasi Lereng Kondisi Tindakan
No Lereng
Lereng bergerak arah
Pengamatan dilakukan sekali dalam 1
1 horizontal antara 0 – 2 Aman
bulan dengan total station
mm/hari
Lereng bergerak arah
Pengamatan dilakukan sekali dalam 1
2 horizontal antara 2 – 5 Aman
minggu dengan total station
mm/hari
Lereng bergerak arah
Pengamatan dilakukan sekali dalam 2
3 horizontal antara 5 – 10 Aman
hari dengan total station
mm/hari
Lereng bergerak arah
Pengamatan dilakukan sekali setiap
4 horizontal antara 10 – 50 Hati-hati
hari dengan total station
mm/hari
Lereng bergerak arah Pengamatan dilakukan secara
5 horizontal lebih dari 50 Bahaya kontinyu dengan robotic total station
mm/hari atau slope stability radar
Lereng yang bergerak arah
horisontal > 5 mm dalam 1
jam, atau
Lereng yang bergerak arah Pengamatan dilakukan secara
6 horisontal > 4 mm dalam 30 Evakuasi kontinyu dengan robotic total station
menit, atau atau slope stability radar
Lereng yang bergerak arah
horisontal > 3 mm dalam 15
menit
Kriteria Perancangan
Faktor Aman

Faktor keamanan didefinisikan sebagai rasio antara gaya-gaya yang


menahan lereng (atau kuat geser) terhadap gaya-gaya yang bekerja
(atau tegangan geser) untuk memenuhi keseimbangan.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kriteria faktor
keamanan adalah resiko yang dihadapi, kondisi beban dan parameter
yang digunakan dalam melakukan analisis kemantapan lereng. Resiko
yang dihadapi dibagi menjadi tiga yaitu: tingi, menengah, dan rendah.
Dalam analisis harus dipertimbangkan kondisi beban yang menyangkut
gempa dan tanpa gempa (normal).
Kriteria Perancangan
Faktor Aman

Tabel berikut ini merupakan nilai minimum faktor keamanan yang


direkomendasikan dengan merujuk pada Duncan dan Buchignani (1987).
Kriteria Perancangan
Faktor Aman
Secara umum Faktor aman untuk konstruksi yang bersifat sementara
dan permanen untuk lereng tanah dan batuan disampaikan dalam Tabel
berikut ini.
Kriteria Perancangan

Pengurangan Faktor Aman oleh


fungsi waktu

Beban pada titik (a) akan


berkurang karena sebagian
tanah diatas titik tergali dan
kemudian konstan sete- lah
galian selesai, sedangkan
tegangan geser (shear stress)
akan naik karena berku-
rangnya beban dan kemudian
konstan. Kuat geser tanah pada
titik (a) (strength) cenderung
berku- rang karena dengan
adanya air, maka kuat geser
akan dikurangi dengan tekanan
air porinya, sedangkan faktor
aman akan cenderung berku-
rang oleh karena berkurang-
nya kuat geser tanah (strength)
pada titik (a).
Kriteria Perancangan
Peningkatan Faktor Aman oleh
Fungsi Waktu

Beban pada titik (a) akan


bertambah dan kemudian konstan
setelah timbunan selesai,
sedangkan tegangan geser (shear
stress) akan naik karena
bertambahnya beban dan
kemudian kons- tan. Kuat geser
tanah pada titik (a) (strength)
cenderung bertambah karena
dengan dengan adanya beban air
di dalam titik (a) akan terdo-
rong keluar, maka kuat geser
juga akan bertambah, sedang kan
faktor aman akan berku- rang
pada akhir pelaksa- naan
timbunan, dan cen- derung
bertambah oleh kare na naiknya
kuat geser tanah (strength) pada
titik (a).
Kriteria Perancangan

Kasus kasus tersebut menunjukkan bahwa oleh karena galian titik


yang berada di bidang longsor cenderung mengalami pengurangan
faktor aman, kuat geser (strength) apabila terdapat air yang akan
menimbulkan tekanan air pada titik tersebut.

Kasus ini menunjukkan bahwa oleh karena timbunan, titik yang


berada di bidang longsor dibawah timbunan cenderung mengalami
penambahan faktor aman hanya setelah pekerjaan timbunan selesai,
kuat geser (strength) cenderung naik karena keluarnya air pori
(pore pressure dissipation).
6. Analisa Stabilitas Lereng Tanah

- Metoda Numerik
- Metoda Keseimbangan Batas
- Metoda Elemen Hingga
- Analisa Likuifaksi
- Analisa Aliran Debris
- Analisa Penurunan & Deformasi Lereng Timbunan
KONSEP STABILITAS LERENG TANAH
Suatu masa dengan berat (W) yang berada pada suatu bidang, apabila bidang
diangkat dengan membentuk sudut (A) dengan bidang datar, maka pada lereng yang
landai vektor gaya geser (D) lebih kecil dibandingkan dengan vektor tahanan geser
yang merupakan fungsi dari gaya (N). Dengan menambah besar sudut (A), untuk
lereng agak curam, vektor gaya geser (D) bertambah, sedangkan vektor tahanan
geser berkurang, demikian seterusnya. Pada lereng yang curam vektor gaya geser
(D) lebih besar dari vektor tahanan geser, sehingga masa dengan berat W akan
meluncur pada bidang geser karena tahanan geser tidak dapat lagi mengimbangi
gaya geser yang terjadi.
KONSEP STABILITAS LERENG TANAH
Beberapa nilai yang diketahui dan tidak diketahui dalam analisa stabilitas
lereng

Nilai yang diketahui Diskripsi nilai


n Jumlah gaya arah horisontal
n Jumlah gaya arah vertikal
n Jumlah momen
n Parameter kuat geser tanah
4n Jumlah nilai yang diketahui

Nilai yang tak diketahui Diskripsi nilai


n Gaya normal (N) pada dasar irisan
n Titik kerja gaya N pada dasar irisan
n-1 Gaya normal antar irisan (E)
n-1 Gaya geser antar irisan (X)
n-1 Titik kerja gaya antar irisan
n Gaya geser pada dasar irisan (Sm)
1 Faktor aman
1 Nilai Lambda ()
6n-1 Jumlah nilai yang tak diketahui
KONSEP STABILITAS LERENG TANAH

Karena jumlah nilai yang tidak diketahui lebih besar dari nilai yang diketahui,
masalah keseimbangan batas tersebut diatas tidak dapat diselesaikan, kecuali
dilakukan beberapa asumsi. Asumsi pertama yang biasa digunakan adalah titik
bekerjanya gaya pada dasar irisan (N), (Sm) dianggap pada titik tengah irisan.

Asumsi selanjutnya dapat berupa titk kerja gaya antar irisan, atau nilai gaya
normal atau gaya geser antar irisan dianggap tidak ada. Dengan demikian
terdapat keseimbangan antara jumlah nilai yang diketahui dan nilai yang tidak
diketahui, sehingga persamaan keseimbangan batas dapat diselesaikan.
KONSEP STABILITAS LERENG TANAH
Beberapa konsep analisa stabilitas lereng

Hitungan terhadap
Metoda analisa Keseimbangan Keseimbangan gaya Keseimbangan
gaya vertikal horizontal momen
Felenius Ya Tidak Ya
Simplified Bishop (1955) Ya Tidak Ya
Simplified Janbu (1968) Ya Ya Tidak
Generalized Janbu (1968) Ya Ya Tidak
Spencer Ya Ya Ya
Morgenstern-Price (1965) Ya Ya Ya
Corps of Engineers Ya Ya Tidak
Lowe-Karafiath (1960) Ya Ya Tidak
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

METODA KESEIMBANGAN BATAS (LIMIT EQUILIBRIUM)

Fellenius (1936) pertama kali mengembangkan metoda hitungan. Metoda ini


mengabaikan semua gaya antar irisan dan hanya memperhitungkan
keseimbangan momen. Bishop (1955) mengunakan skema yang memasukkan
gaya normal antar irisan, tetapi mengabaikan gaya geser antar irisan.
Metoda Bishop (1955) hanya memperhitungkan keseimbangan momen.
Dengan memasukkan faktor gaya normal, persamaan hitungan angka aman
menjadi non-linier dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
menyelesaikan hitungan. Janbu Simplified Method (1954) sama seperti
Bishop (1955) memasukkan gaya normal antar irisan, tetapi berbeda dengan
Bishop dalam analisis stabilitas lereng, Janbu (1954) menggunakan
keseimbangan gaya untuk memperoleh faktor aman lereng.

Setelah program komputer berkembang, penyelesaian persamaan non-linier


menjadi lebih mudah dilakukan, maka Morgenstern dan Price (1965) dan
Spencer (1967) dapat menyelesaikan persamaan dengan memasukkan gaya
normal dan gaya geser antar irisan, sehingga hitungan dapat dilakukan
dalam keseimbangan gaya dan momen secara simultan.
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

METODA KESEIMBANGAN BATAS (LIMIT EQUILIBRIUM)


Cara penyelesaian metoda irisan telah dikembangkan oleh beberapa peneliti.
Secara umum semua hampir sama, perbedaannya adalah apakah semua
persamaan statis dalam irisan telah diperhitungkan dengan memuaskan pada
hitungan stabilitas lereng untuk menemukan faktor aman lereng.
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

METODA KESEIMBANGAN BATAS (LIMIT EQUILIBRIUM)


Gaya geser antar irisan oleh Morgenstern dan Price (1965) dan Price
(1967) disampaikan dalam persamaan berikut ini.

X  E.. f ( x)
dengan X : gaya geser antar irisan,
E : gaya normal antar irisan,
f(x) : fungsi,
 : persentase dari fungsi yang digunakan.
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH
METODA KESEIMBANGAN BATAS (LIMIT EQUILIBRIUM)
Penjelasan mengapa pada analisis yang berbeda pada kasus yang sama
diperoleh Faktor Aman lereng yang berbeda
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

METODA KESEIMBANGAN BATAS (LIMIT EQUILIBRIUM)


METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

Analisa keseimbangan batas pada longsor bidang


METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG

Analisa keseimbangan batas pada longsor rotasi


METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

METODA TABULASI
Untuk lereng dengan tanah seragam dan sudut gesek dalam tidak nol ( > 0),
Janbu (1968)
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

METODA TABULASI
Koreksi karena beban diatas lereng dan kondisi terendam air (Janbu,
1968),
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

METODA TABULASI
Hunter dan Schuster
(1968) menyampaikan cara
hitungan stabilitas lereng
dengan kuat geser tanah
bertambah sehubungan
dengan kedalaman
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG TANAH

Metoda Elemen Hingga


7. Analisa Stabilitas Lereng Batuan
- Penetapan Parameter untuk Analisa Lereng Batuan
- Analisa Stabilitas Lereng Batuan
RANCANGAN LERENG BATUAN

TAHAPAN KERJA RANCANGAN LERENG BATUAN

Desk Study - uji lapangan, uji laboratorium, review


literatur
Penyelidikan Tanah - peta lokasi, observasi lapangan,
stratigrafi lapisan tanah/batuan, pola
retakan batuan
Uji laboratorium - parameter kuat geser tanah, kuat desak
(UCS) batuan, perilaku tanah/batuan
Analisa stabilitas - metoda yang sesuai, analisa sensitivitas,
faktor aman lereng
Monitoring lapangan - deformasi lereng, air tanah, seismik
RANCANGAN LERENG BATUAN
RANCANGAN LERENG BATUAN

“If you study about soil mechanics, you study about the strength of the
soil, but if you study about rock mechanics, you study about the weakness
of the rocks.”
(David Muir Wood)
DESK STUDY

Identifikasi bentuk longsoran


DESK STUDY

Identifikasi bentuk longsoran (circular sliding)


DESK STUDY

Identifikasi bentuk longsoran (planar sliding)


DESK STUDY
Identifikasi bentuk longsoran (toppling)
DESK STUDY
Identifikasi bentuk longsoran (wedge sliding)
DESK STUDY

Hubungan antara sudut rerata lereng tambang dengan kedalaman tambang


DESK STUDY

Hubungan antara sudut rerata lereng tambang dengan kedalaman tambang


DESK STUDY
Statistik keruntuhan lereng di zona aman (Hoek & Bray)
DESK STUDY

Karakteristik batuan
DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan


DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan


DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan


DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan


DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan


DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan


DESK STUDY

Sonmez & Ulusay (1999)


memberikan cara untuk
menentukan nilai GSI
adalah dari nilai
Structure Rating (SR)
dan Surface Condition
Rating (SCR)
Nilai structure Rating
diperoleh dari grafik
diatas, sedangkan SCR
adalah diperoleh dari
penjumlahan dari:
Roughness rating (Rr) +
Weathering rating (Rw) +
Infilling rating (Rf)
SCR = Rr + Rw + Rf
DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan

Contoh batuan pada kelompok I


DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan (Kelompok II)

Longsor pada 1 set kekar Longsor pada 2 set kekar


DESK STUDY

Penggunaan Parameter Kuat Geser Batuan (kelompok III)

Longsor pada massa batuan dengan kekar yang rapat


DESK STUDY

Kekasaran joint (kekar)


DESK STUDY
Pengaruh air dalam masa batuan
DESK STUDY
Penurunan muka air tanah di dalam lereng
DESK STUDY

Contoh usaha penurunan muka air tanah pada lereng tambang


METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG

ANALISA STABILITAS LERENG BATUAN

- Menetapkan kondisi aman lereng batuan


- Menyelidiki potensi mekanisme longsoran
- Menetapkan parameter untuk analisa stabilitas lereng
- Menyelidiki sensitivitas lereng terhadap mekanisme longsoran
- Evaluasi hasil analisa dan melakukan analisa ulang dengan
“reduced parameter” oleh karena pengaruh pelapukan batuan,
blasting dan aspek lain.
- Mendesain lereng yang optimal dalam hal keamanan, keandalan
dan ekonomis
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG BATUAN

Analisa Kinematik longsor bidang dan toppling pada lereng batuan


METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG BATUAN

Analisa keseimbangan batas pada longsor geser dan toppling


METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG BATUAN

Keruntuhan geser dan toppling pada bidang miring (Hoek & Bray, 1991)
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG BATUAN
Analisa grafis (Hoek & Bray)
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG BATUAN
Analisa grafis Hoek & Bray)
METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG BATUAN

Analisa stabilitas lereng dengan metoda elemen hingga


METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG BATUAN

Analisa stabilitas lereng dengan metoda finite different 2D


METODA HITUNGAN STABILITAS LERENG BATUAN

Analisa stabilitas lereng dengan metoda finite different 3D


8. Instrumentasi Keamanan Lereng
- Jenis Instrumentasi
- Pemilihan Jenis Instrumentasi
- Pengamatan Tegangan Air Pori
- Pengamatan Deformasi Lereng
- Persyaratan Minimum InstrumentasiGeoteknik
- Reporting
Dasar Teori Monitoring Lereng
Dasar Teori Monitoring Lereng
PERILAKU LONGSOR PADA BATUAN
PERILAKU LONGSOR PADA BATUAN
Metoda Pengamatan Lereng
Metoda Pengamatan Lereng
Metoda Pengamatan Lereng

Pola deformasi lereng (Broadbent * Zavodni, 1982)


Metoda Pengamatan Lereng
Crack Monitoring System
Metoda Pengamatan Lereng

Line Monitoring System


Metoda Pengamatan Lereng
Point Monitoring System
PENGAMATAN DENGAN ROBOTIC TOTAL STATION
Robotic Total Station
PENGAMATAN DENGAN ROBOTIC TOTAL STATION

Pada lereng suatu tambang


dapat dipasang beberapa (jum-
lah sesuai dengan keperluan)
prisma.
Posisi prisma akan dibaca se-
cara periodik oleh robotic total
station dan hasil pembacaan
berupa posisi baru (X,Y,Z)
akan disampaikan dan disimpan
dalam suatu program kompu-
ter.
Apabila deformasi mencapai
suatu angka tertentu yang dite
tapkan sebagai level bahaya,
maka akan ada suatu peringat-
an dini berupa alarm dan
pemberitahuan lewat media
sms, ke nomor telpon tertentu.
PENGAMATAN LERENG BATUAN

Slope Stability Radar


PENGAMATAN LERENG BATUAN
Slope Stability Radar
PENGAMATAN LERENG TAMBANG
Slope Stability Radar
PENGAMATAN LERENG TAMBANG

Slope Stability Radar


INCLINOMETER

Sub-surface slope monitoring dilakukan untuk mengetahui pergerakan masa


tanah/batuan dibawah pemukaan tanah.

Alat yang biasa digunakan adalah INCLINOMETER

Prinsip kerja INCLINOMETER adalah mengukur deformasi lateral pada


masa tanah dan dibandingkan dengan kondisi awal untuk mengetahui besaran
perkembangan deformasi suatu lereng.
INCLINOMETER

Pemasanga inclinometer

Pemasangan inclinometer
INCLINOMETER
Prinsip penghitungan deformasi lateral
INCLINOMETER
Contoh Pembacaan Inclinometer
PENGAMATAN MUKA AIR TANAH
Contoh Pengamatan muka air tanah pada lereng tambang
PENGAMATAN LERENG DENGAN TILTMETER

Tiltmeter yang mengukur perubahan lateral pada lereng


PENGAMATAN LERENG DENGAN EXTENSOMETER

Extensometer yang mengukur perubahan lateral pada lereng


Thank you

Anda mungkin juga menyukai