PENDAHULUAN
PT. IFISHDECO adalah salah satu badan usaha milik Negara yang bergerak
Konsel dengan memberikan izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi yang
tambang aspal yang memiliki material yang keras dan excavator bucket yang
metode tambang terbuka. Seperti yang diketahui, akses jalan merupakan salah satu
1
faktor penting dalam ketercapaian volume tanah yang dipindahkan. Fungsi utama
jalan angkut tambang secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi
terdapat di sepanjang rute jalan tambang harus di atasi dengan merubah rancangan
Produksi alat mekanis pada tambang juga berdasarkan kepada jalan tambang
yang baik. Jalan angkut tambang yang baik adalah ketika jalan tersebut memberikan
rasa aman dan nyaman bagi operator alat angkut ketika melewati jalan tersebut.
Untuk mengetahui suatu jalan angkut tambang itu baik, maka perlu dilakukan
pengamatan dan analisis terhadap geometri jalan tersebut. Oleh karena itu, perlu
adanya kajian terhadap kondisi geometri jalan tambang pada PT. IFISHDECO.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari kerja praktek ini adalah mengetahui kondisi
Batasan masalah yang dapat diambil dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
2. Kerja praktek ini dibatasi hanya pada pengukuran lebar jalan lurus, lebar jalan
1.4 Metodologi
2
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat evaluasi. Pada penelitian ini
dilakukan analisa data primer dan tambahan juga data sekunder, kemudian dari
analisa tersebut bisa mendapat singkronisasi antara data real dilapangan dengan
beberapa teori yang ada. Setelah itu baru dapat disimpulkan, apakah kondisi real
di lapangan sesuai dengan teori yang dikemukakan, jika tidak sesuai, penulis akan
2. Jenis Data
a. Data Primer
lapangan yaitu data pengukuran lebar jalan angkut tambang pada jalan lurus,
b. Data Sekunder
pendukung lainnya.
a. Studi Literatur
3
mempelajari laporan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan
b. Observasi
gunakan adalah alat ukur manual berupa meteran untuk mendapatkan data
primer, namun untuk beberapa data yang tidak dapat diukur langsung di
survey dan pemetaan yang diambil menggunakan alat ukur total station 06
Autocad LD4.
4
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada
berupa meteran dan data jarak mendatar penulis peroleh dari datamine hasil
e. Pengukuran Drainase
teori.
5
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan pada Laporan Kerja Praktek ini terdiri
pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.
perusahaan.
6
III. Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek, dalam bab ini diuraikan
V. Bab V Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini disimpulkan hal yang
BAB 2
dari beribu pulau yang tercipta dengan kekayaan alam nan beragam khususnya di
7
jazirah Tenggara ke pulau Sulawesi tepatnya di Pulau Buton terkarunia sumber daya
alam yang cukup banyak. Pada tahun 1920 penduduk setempat menemukan batuan
berwarna hitam pekat, ringan dan melelehkan Aspal, oleh kedatangan Belanda pada
Pulau Buton tepatnya pada suatu jalur dari teluk sampolawa sebelah selatan sampai
Oleh A. Walker, atas izin Kesultanan Buton membuat kontrak eksplorasi dan
Aspal Batu Buton (asbuton) yang sebelumnya dinamakan BUTAS (Buton Aspal).
Oktober 1924 sampai dengan tanggal 21 Oktober 1954 dalam kurun waktu selama 30
tahun itu asbuton tidak hanya di eksport ke beberapa negara Eropa tetapi dipakai juga
untuk permintaan pembuatan jalan di dalam Negeri karena berkwalitas sangat baik.
Tingkat produksi yang dicapai pada waktu itu masih sangat rendah oleh
karena peralatan yang digunkan untuk proses produksi sangat sederhana, alat angkut
yang sangat vital kala itu adalah cabel way yang saat itu masyarakat menyebutnya
kabel ban, rute angkutan alat angkut ini langsung dari Tambang Kabungka ke daerah
8
stasiun kabel ban dipergunakan lori dengan lokomotif dan proses produksi seperti ini
Sejak tahun 1954 MMB telah diambil alih oleh Pemerintah Republik
pekerjaan umum, jawatan jalan jalan dan jembatan dengan surat keputusan Menteri
1955 Nomor: 13.840/M maka pada Tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Jadi
dalam Negeri yang sangat mendesak, atas dasar ini Pemerintah melebur BUTAS
dengan tahun 1960. Pada tanggal 12 Mei 1961 dikeluarkan peraturan pemerintah
produksi dan penjualan yang dicapai selama periode PAN berakhir sampai dengan
tahun 1984.
(PT. Persero). Sejak saat itu Pemerintah mendirikan PT. Sarana Karya (Persero)
9
berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH Nomor : 1 Tahun 1984 pada tanggal 1
Aspal Buton merupakan Aspal alam yang terdiri dari batuan yang
mengandung bitumen Aspal dan menurut penelitian Konsultan Bank Dunia kadar
bitumen rata-rata mencapai 10 – 40%. Deposit Aspal yang terdapat di Pulau Buton
dalam 3 (tiga) amatan meliputi kawasan Pasarwajo, Sampolawa dan Lasalimu dan
Produksi tertinggi yang Pernah tercapai yaitu pada Tahun 1983 sebesar
533.000 ton dan pemakai Asbuton adalah Ditjen Binamarga hingga tahun 1985, akan
tetapi mulai tahun 1986 karena keterbatasan Dana pada APBN oleh Ditjen Binamarga
(Departemen Dalam Nageri) pada Tahun 1986 hanya mencapai 121.940 ton, namun
pada tahun berikutnya mengalami penurunan yang sangat drastis ini disebabkan
karena Dana Rupiah pada APBN juga dipergunakan sebagai Dana Pendamping
Bantuan Luar Negeri. Dengan menurunnya pemasaran Aspal Buton ini maka pada
360.000 ton, dan sejak Tanggal 1 Agustus 1987 produksi dihentikan sehingga
produksi ini bergemah di tingkat Nasional, para Menteri berdatangan, demikian pula
Pejabat DPA Anggota DPR RI dari berbagai Fraksi bahkan Wapres H. Umar
10
terakhir pada tanggal 10 September 1990 Bapak Presiden Suharto bersama
Pelabuhan Banabungi dari Tahun 1987 berjumlah + 360.000 ton pada akhir Oktober
Mulai Bulan November 1990 PT. Sarana Karya (Persero) mulai aktif
berproduksi kembali namun karena lama tidak berproduksi banyak kendala yang
kembali PT. Sarana Karya (Persero) oleh departemen pekerjaan umum sebagai
mengenai ukuran butiran dan kadar air, untuk ini pemerintah akan memberikan
Sejak tahun 2003 perusahaan membuka tambang baru di lawele yang masih di
produksi dalam bentuk curah, meskipun sejak tahun 1998 sudah banyak investor yang
akan mengolah Aspal Lawele dengan cara di ekstraksi tapi kenyataannya sampai saat
dilakukan perintisan Expor ke Negara Cina yang diharapkan akan menjadi peluang
besar yang menjanjikan, dan Tahun 2011 terlaksanalah pemuatan Expor ke Negara
11
Cina tersebut yang mencapai + 200.000 ton / tahun dan hal ini masih berlanjut
dan hasilnya dinilai cukup, namun upaya proses akuisisi yang di inginkan Pemerintah
Pusat tetap harus dilaksanakan dan akhirnya tepat pada Tanggal 30 Desember 2013
terjadi Peralihan Pemegang Saham oleh PT. Wijaya karya (Persero) tbk terhadap PT.
Sarana Karya (Persero) yang kemudian sejak saat itu status PT. Sarana Karya berubah
Aspal alam yang dikelola oleh PT. WIJAYA KARYA BITUMEN terdapat di
dua tempat di pulau Buton yang secara administratif terletak di Desa Kabungka
tepatnya 122º 42’-123º 24’ BT dan antara 5º 30’-6º LS. Pulau yang memanjang
memanjang dari Utara ke Selatan dengan panjang ± 120 km dengan lebar 15-60 km.
Daerah ini, secara umum dapat dijangkau dengan mudah berbagai sarana transportasi
yakni lewat darat dan laut. Pulau Buton dengan alternatif dari Kendari ke buton
menggunakan kapal laut. Jarak antara kota Pasar Wajo sebagai ibu kota Kabupaten
dua maupun roda empat, dengan lama perjalanan ± 30 menit, sedangkan jarak Kota
12
Pasar Wajo dengan lokasi penambangan di Desa Lawele adalah ± 120 km, juga dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaraan dua maupun roda empat, dengan lama
2.3.1 Geomorfologi
Menurut teori lempeng yang dikemukakan oleh prof. dr katili, pulau buton
berasal dari busur banda yang di dorong dengan pergeseran melingkar benua
Australia dan selanjutnya membelok kesebelah barat sehingga terbentuk pulau buton
Busur banda adalah istilah yang digunakan oleh para geologist untuk
menjelaskan pulau buton,pulau timur dan pulau seram yang sebelumnya diketahui
posisinya jauh berada diselatan dan sejajar dengan pulau jawa dan pulau
pulau buton mengalami suatu perlipatan sehingga terjadi pegunungan yang membujur
dari arah utara kea rah selatan. Endapan aspal yang terdapat pada bagian timur pulau
buton terletak pada zona patahan di sepanjang pinggiran timur pada suatu graben
yang membentang dari teluk lawele di sebelah utara sampai ke teluk sampolawa pada
13
2.3.2 Stratigrafi
Jenis batuan yang terungkap di pulau buton sangat bervariasi demikian pula
dengan umur batuannya yang mencangkup mulai dari mezoik hingga kuarter. Sebaran
paling luas dari batuan pra tersier tersebut ditemukan di bagian ujung utara dari pulau
buton di wilayah kulisusu dan juga di sekitar aliran sungai mokito (buton selatan).
Sedangkan batuan kuarter yang didominasi oleh satuan batu gamping terumbu,
tersebar terutama dibagian selatan dan tengah pulau buton. Gambaran urutan
1. Sekis kristalin
diperkirakan berumur lebih tua dari trias yang di dasarkan pada satuan
mesozoik lainnya tidak terlalu terubahkan seperti halnya sekis kristalin ini.
2. Batuan Mesozoik
a. Formasi Winto
14
berwarna gelap. Satuan ini menutupi sekis kristalin yang terlipatkan.
sp, satuan ini berumur trias atas. Satuan ini tersingkap di sekitar lawele dan
b. Formasi Doole
Batuan dari formasi doole ini terutama terdiri dari batuan malihan yang
utara antara teluk doole hingga tanjung lakansai. Adanya kemiripan dengan
batuan formasi winto, satuan formasi doole ini diperkirakan berumur trias.
c. Formasi Ogena
fosil amonit seperti phylloceras sp dan arietites sp. Keberadaan fauna amonit
ini menentukan umur satuan tersebut sebagai jurah bawah. Formasi ogena
d. Formasi Rumu
Satuan ini terutama disusun oleh selang seling batu gamping, napal
ancela cf. Kontak dengan satuan di bawahnya yaitu formasi ogena terlihat
15
selaras. Berdasarkan kandungan fosil tersebut, umur satuan batuan ini
e. Formasi Tobelo
formasi rumu, satuan batuan formasi tobelo terutama disusun oleh lapisan
batugamping dengan sisipan tipis napal. Ciri satuan ini adalah terdapatnya
3. Batuan Tersier
Satuan batuan yang berumur tersier ini terbagi atas batuan berumur
16
satuan batuan ini terbatas disekitar aliran sumgai wani, pegunungan tobelo,
buton utara.
perempat wilayah pulau buton ditempati oleh batuan tersebut. Batuan tersier
Secara umum endapan muda ini dimulai dengan batuan konglomerat hingga
Terdapat dua karakter sedimen berbeda dari satuan tersier muda ini, yaitu
sedimen konglomeratik pasiran dari lapisan tondo dan sedimen yang lebih
a. Formasi Tondo
dan batupasir berselang seling dengan lempung dan napal. Seperti halnya
dalam formasi wani, dalam lapisan konglomerat dari formasi tondo juga
batugamping formasi tondo. Kandungan fosil yang terdapat dalam satuan ini
b. Formasi Sampolakosa
17
Formasi sampolakosa memperlihatkan satuan yang lebih napalan,
jarang terdapat sisipan batupasir, dan terletak selaras di atas formasi tondo.
Dalam satuan ini banyak sekali ditemukan fosil moluska dan khas untuk
4. Batuan Kuarter
terumbu sangat khas memeperlihatkan satuan undak pantai. Selain ini juga
rendah ada yang juga yang bisa digunakan untuk usaha yang sebagian besar berada
pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut, kemiringan tanah mencapai
40°.
18
Keadaan iklim di wilayah kabupaten buton pada umumnya sama seperti daerah-
daerah lain di Indonesia dimana mempunyai dua musim,yakni musim hujan dan
betoambari kota bau-bau. Musim hujan terjadi di antara bulan desember sampai
dengan bulan april. Pada saat tersebut, angin barat bertiup dari benua asia serta lautan
Musim kemarau terjadi antara bulan juli dan September, pada bulan-bulan
tersebut angin timur yang bertiup dari benua Australia sifatnya kering dan kurang
mengandung uap air. Khusus untuk bulan april dan mei di daerah Kabupaten Buton,
arah angin tidak menentu, demikian pula dengan curah hujan, sehingga pada pada
19
Bulan CH(mm) HH(hari) CH/hujan
Januari 203 17 11.94
Februari 173 15 11.53
Maret 250 15 16.66
April 303 17 17.82
Mei 444 21 21.14
Juni 338 18 18.77
Juli 113 11 10.27
Agustus 96 10 9.6
September 0 ̶− ̶−
Oktober 11 1 11
November 83 2 41.5
Desember 368 19 19.36
tenggara (table 2.2), di pulau buton masih terdapat beberapa lapangan aspal
berpotensi dan cukup ekonomis. Mencakup pada sifat fisik aspal alam
siswosoebrotho (2005) membedakan aspal danau (lake asphalt) dan aspal batu (rock
asphalt). Aspal danau seperti yang ditemukan di Trinidad sedangakan aspal batu di
20
Aspal buton dapat mengisi antar butir, berbentuk lensa ataupun tidak
Provinsi Lokasi
BAB 3
21
3.1 Kegiatan Kerja Praktek
Kegiatan Kerja praktek dilakukan pada jalan Front tambang F menuju Crusher
pada PT. Wijaya Karya Bitumen yang terletak di Desa Kabungka, Kecamatan
22
7. 20 Juni 2016 Laboratorium Pengenalan Software Autocad LD4
23
BAB 4
PEMBAHASAN
Jalan angkut tambang pada PT. Wijaya Karya Bitumen dari front tambang F
menuju Crusher menempuh jarak ± 750 meter. Geometri jalan angkut tambang
24
di PT Wijaya Karya Bitumen meliputi lebar jalan, tinggi tanjakan atau kemiringan
jalan (grade), kemiringan melintang (Cross Slope), dan drainase serta faktor-faktor
Gambar 4.1 Layout dan Situasi Jalan dari front tambang f ke Crusher
Lebar jalan tambang terdiri atas dua macam, yaitu lebar jalan lurus dan lebar
jalan pada tikungan.
25
Gambar 4.2 Pengukuran Lebar Jalan Lurus
Adapun data yang didapatkan pada pengukuran lebar jalan lurus PT. Wika
Bitumen adalah sebagai berikut:
26
b. Lebar Jalan Pada tikungan
Adapun data yang didapatkan pada pengukuran lebar jalan pada tikungan
di PT Wika Bitumen Padang adalah sebagai berikut:
27
4.2 Kemiringan Jalan Angkut (Grade)
28
170.814
4. D-E 170.814 0.01 100 7.20 0.01
170.824
5. E-F 170.824 7.423 100 7.85 7.423
178.247
6. F-G 178.247 6.031 100 6.00 6.031
184.278
7. G-H 184.278 3.711 100 8.20 3.711
188.049
29
174.307
2. B-C 174.307 2.467 100 7.50 Tidak jelas
176.774
3. C-D 176.774 5.96 100 6.90 Tidak jelas
170.814
4. D-E 170.814 0.01 100 7.20 Tidak jelas
170.824
5. E-F 170.824 7.423 100 7.85 Tidak jelas
178.247
6. F-G 178.247 6.031 100 6.00 Tidak jelas
184.278
7. G-H 184.278 3.711 100 8.20 Tidak jelas
188.049
4.4 Drainase
30
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
31
1. Geometri jalan angkut PT Wijaya Karya Bitumen pada Front tambang F
menuju Crusher meliputi lebar jalan lurus, lebar jalan tikungan,
kemiringan jalan (Grade), dan Drainase
2. Pada jalan angkut tambang PT. Wijaya Karya Bitumen belum terdapat
cross slope sehingga dapat memungkinkan terjadinya genangan air pada
badan jalan dan dapat menyebabkan jalan licin.
5.2 Saran
1. Perawatan jalan tambang harus dilakukan secara berkala, perawatan
ini dapat berupa pemadatan jalan, penambahan lapisan permukaan
jalan, pembersihan runtuhan lereng, serta penyiraman pada saat jalan
kering dan berdebu. Serta memperhatikan bagian sisi luar jalan berupa
safety berms untuk melindungi aktivitas pengangkutan dan trench yang
berfungsi sebagai pengairan genangan air.
2. Perlunya dilakukan perawatan jalan pada permukaan jalan, sebab
kondisi jalan yang ada saat ini tidak rata dan bergelombang sehingga
mengakibatkan rendahnya kecepatan alat angkut.
3. Cross Slope sangat perlu diperhatikan, karena saat hujan cross slope
akan mengalirkan air ke drainase dan sebaiknya dibersihkan
menggunakan Excavator PC200 dengan demikian badan jalan akan
terbebas dari lubang dan genangan air.
32
DAFTAR PUSATAKA
33
Lampiran
34
35