Kiblat Cinta
Kumpulan Sajak Suara Bunga Patani
Mahroso Doloh
i
Mahroso Doloh
Penulis :
Mahroso Doloh
Editor :
Yo Sugianto
Sampul:
Gie
ii
Kiblat Cinta
Dari Penerbit
iii
Mahroso Doloh
Daftar Isi
1. Lorong-lorong Cinta xx
Kiblat Cinta 1
Cinta di Atas Cinta 2
Benang Putih 3
Biji-biji Rindu 4
Selimut Tahajud 5
Hanya Dia 6
Surga Sebelum Surga 7
Sajak di Rahim Subuh 8
Kutuliskan Cinta 9
Kopi Rindu 10
Kutbah Hujan 11
Deraian Kata 12
Mencari Maksud 13
Setangkai Duri Cinta 14
Antara 15
Perbedaan Cinta 16
Tetesan Manis 17
Suara 18
Bunga dalam Hujan 19
Mencari Kata-kata 20
Mahligai Cinta 21
Melati 22
Pagi yang Kemarau 23
Gelap Dalam Cahaya 24
Dialog Melati 25
iv
Kiblat Cinta
Kehabisan Kata-kata 26
Anak Malaikat 27
Tersungi Dalam Rindu 28
Puncak Rindu 29
Aroma Dalam Sujud 30
Tanaman Kalbu 31
Mentari Senja 32
Kabut yang Bertahyat 33
Buah Bermusim Gerimis 34
Bidadari Sampingku 35
Sayap Merpati 36
Sepasang Merpati 37
Tetesan Surga Hamba Hyang 38
Cinta di Pohon Kuldi 39
Ketika Itu 40
Jam Dua Belas Malam 41
Setangkai Tasbih 42
Kenangan Dalam Gerimis 43
Kesucian Bunga 44
Malam Pertama 45
Lamuanan Cahaya 46
Sholawat Cinta 47
Cemburu dengan Senyummu 48
Wajah Jelita 49
Jelita Duri Manis 50
2. Untukmu Patani 51
v
Mahroso Doloh
4. Catatan Indonesia 73
vi
Kiblat Cinta
vii
Mahroso Doloh
Buku ini;
Akan kupersembahkan pada kedua orang yang mulia
Ayah dan Ibu yang telah mengasuhku dengan penuh cinta luhur
sejak dari buaian sampai sekarang.
Kedua orang itulah yang menjadi sebuah payung melindungi kami
dari hujan, panas dan sebagainya.
Dengan berkah doanya sehingga anaknya
dapat mengenal bangku kuliah mengenal dunia yang lebih luas,
walaupun keduanya tak pernah merasakan.
Semoga buku ini dapat menjadikan penyejuk jiwamu
wahai Ayah dan Ibuku tercinta.
viii
Kiblat Cinta
Kupasan Hati
ix
Mahroso Doloh
1
“Wae” adalah ganti nama untuk memmanggil pada seorang ibu yang
sering digunakan oleh beberapa masyarakat di Patani
x
Kiblat Cinta
Mahroso Doloh
Pemilik “Kiblat Cinta”
xi
Mahroso Doloh
Nilai-Nilai Insani
xii
Kiblat Cinta
xiii
Mahroso Doloh
xiv
Kiblat Cinta
xv
Mahroso Doloh
xvi
Kiblat Cinta
xvii
Mahroso Doloh
xviii
Kiblat Cinta
inilah, cinta seperti berangkat dari satu titik menuju titik lain
sebagai kiblat yang entah. Tapi melalui kesadaran yang paling
dalam, sesungguhnya kiblat cinta tak lagi perlu dicari, lantaran
kiblat cinta adalah cinta itu sendiri. Melalui puisi-puisinya,
penyair ingin mengajak aku publik menjelajah berbagai
dimensi dan kutub cinta, hingga pada akhirnya menemukan
keseimbangan dan kembali pada titik yang disebut kiblat
Cinta.
xix
Mahroso Doloh
1 Lorong-lorong
Cinta
xx
Kiblat Cinta
Kiblat Cinta
1
Mahroso Doloh
masih teringat
saat kata-kata menjadi salju
hanya sepatah apa kabar mendayu kalbu
dengan cinta memuncak menjadi rantingranting
kembali cinta atas cinta; hening
2
Kiblat Cinta
Benang Putih
3
Mahroso Doloh
Biji-biji Rindu
4
Kiblat Cinta
Selimut Tahajud
5
Mahroso Doloh
Hanya Dia
6
Kiblat Cinta
7
Mahroso Doloh
di rahim subuh
sebelum ditemani segelas kopi
rasa sepi selalu menjadi
membungkus rindu; bait puisi aku lontari
8
Kiblat Cinta
Kutuliskan Cinta
9
Mahroso Doloh
Kopi Rindu
10
Kiblat Cinta
Kutbah Hujan
Dan dikau,
terdengar dalam kutbah hujan
merenung tunggu bisikan malaikat
yang sudah tertulis di atas tenda biru
Tapi, takkan indah sajadah cinta
jika kabut tak ditaubati
dengan gerimis purnama
menghanyut segala dosa
menjadi sepucuk risalah senja
untuk kutitip pada mentari pagi
11
Mahroso Doloh
Deraian Kata
12
Kiblat Cinta
Mencari Maksud
kujunjungkan asma-Mu
dengan renungan sebuah cinta
tersembunyi di sebalik duka
walau gelisah; tak terhanyut pada-Mu
13
Mahroso Doloh
14
Kiblat Cinta
Antara
matapun terbuka
membaca beribu pertanyaan
hanya kalbu yang mengatakan;
dia berada di antara
15
Mahroso Doloh
Perbedaan Cinta
sementara ini
angin tak berjilbab
hanya sesekali terlihat dalam ragu
hati kecil bertunang keyakinan
16
Kiblat Cinta
Tetesan Manis
Yang lain
17
Mahroso Doloh
Suara
18
Kiblat Cinta
19
Mahroso Doloh
Mencari Kata-kata
20
Kiblat Cinta
Mahligai Cinta
kepada angin
yang menemani saat kucium alismu
ingin mencoba berpuisi padamu
mohon tancapkan kupingmu di pipi ini
di pagi hari
embun berdoa pada Cahaya
agar hujan menemani bungabunga
saat kau mencium tanganku
Qudrat di atas qudrat tertulis; semoga
di dalam mahligai cinta
21
Mahroso Doloh
Melati
22
Kiblat Cinta
23
Mahroso Doloh
Kaulah Puisiku
cinta terpendam kalbu
tak mampu bernyanyi dengan merdu
Perempuan Pelukis Senja
24
Kiblat Cinta
Dialog Melati
25
Mahroso Doloh
Kehabisan Kata-kata
Sunyi berwarisan
segala mimpi tertulis diam
terlihat karat membara tidurmu
melihat pagi berlutut setan
26
Kiblat Cinta
Anak Malaikat
sementara aku tak kuasa memberi salam pada sore hari itu
tertatap pelangi yang cantik selalu
mengharu pada kalbu terkunci tasbih cinta
tersimpan rapi dalam nadi di setiap angin melintasi rongga
27
Mahroso Doloh
28
Kiblat Cinta
Puncak Rindu
di butiran nafasmu
menjadi bait puisi di puncak rindu
29
Mahroso Doloh
30
Kiblat Cinta
Tanaman Kalbu
31
Mahroso Doloh
Mentari Senja
Hanya kasidah-Mu
menghijau rerumput yang tumbuh dari sisa-sisa dan kerdil
kalau begitu; kembangkan taman abadi
dapatkan kami menjelma sebongkah mawar atau melati
32
Kiblat Cinta
33
Mahroso Doloh
34
Kiblat Cinta
Bidadari Sampingku
engkau
betapa menahan sejuta rintangan
engkaulah bidadari dinapasku
35
Mahroso Doloh
Sayap Merpati
36
Kiblat Cinta
Sepasang Merpati
37
Mahroso Doloh
38
Kiblat Cinta
Kertas di dada
yang melimpah melati dan melati
membayang seorang bidadari
yang akan menjadi jamaah di rembulan dan surya shalatku
yang akan bertabur Nur-Hayat
39
Mahroso Doloh
Ketika Itu
40
Kiblat Cinta
Dengan Cahaya
aku mencari cahaya
merasa sepi saat tahajud
tanpa niat seorang imam
41
Mahroso Doloh
Setangkai Tasbih
42
Kiblat Cinta
43
Mahroso Doloh
Kesucian Bunga
44
Kiblat Cinta
Malam Pertama
Malam pertama;
kau dan aku saling senyum
saat katakata terkunci surga
senyum pertama dalam hidup
45
Mahroso Doloh
Lamunan Cahaya
46
Kiblat Cinta
Sholawat Cinta
Hanya Basmalah;
kulingkarkan jari manismu
senyum mesra, simpul yang
selalu tujukan padamu
47
Mahroso Doloh
jilbab merahmu
kalbu menjadi abu
hidup jadi palsu
semesta penuh nafsu
48
Kiblat Cinta
Wajah Jelita
49
Mahroso Doloh
50
Kiblat Cinta
2 Untukmu
Patani
51
Mahroso Doloh
hari ke hari
tulangmu selalu dihimpit
tak ada ruangan untuk bertumbuh
menjadi subur agar bisa berlari di cakrawala
Hai...Bumi Patani
nasib seorang bayi mungkin sudah melayang
dan tanpa kutahu kemana arahnya
kemana kiblatnya
Bangun!
jangan biarkan para tikus-tikus mengerik ladang ini
tempat kita menanam nyawa sehari-hari
belakanlah ladang ini, walau usia tenggelam bumi
52
Kiblat Cinta
Suatu hari
ia akan pergi
umurnya sudah menjelang malam hari
bahkan sudah melayang pergi
tapi, perginya berteduh di pohon kuldi
dikelilingi beribu bidadari
pada pagi dilayani; di kolam mandi
kolam yang tak siapapun pernah kunjungi
dia pergi;
tinggal telapak para sufi
bertaburan merata, walau penuh duri-duri
tak kecuali ia mencari Cahaya Ilahi
mungkin sekarang sedang menyaksi
butiran dzikir yang dulu ia tanami
apakah ada yang membajai
untuk berteduh di hari nanti
jangan kau lupa, perginya harus kau ganti
untuk menjadi matahari pagi
sejernih embun yang dititipi
jadi amanah tak kecuali
walau sedikit hujung jari
satu huruf menderai beribu sanjungi
dia pergi;
iktikaf di tempat yang tinggi
yang harus kita telusuri
membawa sebuah janji-janji
Purwokerto, September 2014
53
Mahroso Doloh
Langkasuka
dalam kesamaran aku terdengar
angin-angin yang menangis
terbungkus sebuah rindu ibu pertiwi
54
Kiblat Cinta
55
Mahroso Doloh
56
Kiblat Cinta
Suara Patani
57
Mahroso Doloh
58
Kiblat Cinta
Takkan Surut
sekalipun ditindas
tak terasa sengsara
saat darah dibalas selembaran itu
menemani saku kelaparan
memakan darah anak sendiri
59
Mahroso Doloh
Belalai Gajah
dulu ku tahu
belalai itu bukan milikmu
setelah pemilik dibunuh
kau ambil tanpa izin anak cucu
60
Kiblat Cinta
61
Mahroso Doloh
Semarak Darah
setetes darah
dalam mahligai tiara
62
Kiblat Cinta
63
Mahroso Doloh
Ketika Itu
64
Kiblat Cinta
3 Untuk
Pohon Cinta
65
Mahroso Doloh
setelah itu,
aku diberi tenda biru
agar lebih nyaman dan penuh iman
dia lagi yang memerah susu
berikan aku dengan tak kenal kemarau
66
Kiblat Cinta
Akar
—Al-marhum H Husin Bin H Abdulrahman
akar selalu sanggup menembus;
sekalipun itu tanah dan batubatu
dia tempuhi segala permintaan bungabunga keluarga
yang melayang tengah udara semesta indah
67
Mahroso Doloh
Tafsir Cinta
Sekian lama
aku bisa membaca
menafsir sebuah cinta
yang tenggelam di airmata
sekalipun panas
tak sedikitpun terasa panas
melewati rimba dan batubatu
dengan airmata dia berlayar dan pergi
airmata yang mengalir dari hati
menuju ke hati
68
Kiblat Cinta
Telor Goreng
69
Mahroso Doloh
70
Kiblat Cinta
Bidadari Tercinta
71
Mahroso Doloh
Jembatan Bidadari
72
Kiblat Cinta
4 Catatan
Indonesia
73
Mahroso Doloh
sampai kapankah
kekeringan terpaku pada rumput
dan itu, tak bisa tetepkan waktu
jika nurani tak tertancap pada kalbu
74
Kiblat Cinta
75
Mahroso Doloh
Semarak Tikus
apa jadi negara ini; jika salah tak lagi merasa salah
saat ombak hitam membasahi telapak tangan
di ruangan berbesi hitam sudah bergunung;
tapi jutaan ekor masih saja menjadi keturunan
mengikis bumi dan pohon-pohon; dengan senyuman tawar
76
Kiblat Cinta
77
Mahroso Doloh
78
Kiblat Cinta
79
Mahroso Doloh
80
Kiblat Cinta
Lilin Jepara
81
Mahroso Doloh
Melukis Cahaya
Kaulah puisiku
selalu terkunci di pintu kalbu
sungguh wajahmu mata tak bertatap
tapi aroma selalu jadi sahabat kuping-kuping
waktu bertabur
sehingga cinta terpendam kalbu
tak mampu bernyanyi dengan merdu;
kau bebaskan hawa di Nusantara
82
Kiblat Cinta
Kau
83
Mahroso Doloh
Kartini
84
Kiblat Cinta
85
Mahroso Doloh
86
Kiblat Cinta
87
Mahroso Doloh
88
Kiblat Cinta
89
Mahroso Doloh
Ucapan Selamat
90
Kiblat Cinta
Keunikan Senyum
91
Mahroso Doloh
92
Kiblat Cinta
khalifah Ilahi
kemarau kau rimbah keringat menjadi-jadi
memberi mendung pada pintu ke pintu
terima kasih kau menjadi khalifah yang selalu
93
Mahroso Doloh
94
Kiblat Cinta
Risalah Rakyat
95
Mahroso Doloh
96
Kiblat Cinta
Bunga-bunga Rakyat
97
Mahroso Doloh
98
Kiblat Cinta
99
Mahroso Doloh
Smokol
-Tugas Analisis Cerpen Smokol
Smokol kau jadi puisi aku malam ini
kau masukan kepayang kepala kecil ini
oh...aku pergi aku balik aku tersesat
tak bisa aku tembuskan jalan kau, Smokol
100
Kiblat Cinta
101
Mahroso Doloh
Raja Pemilu
102
Kiblat Cinta
103
Mahroso Doloh
Nafas
Fajar menyingsing
membawa gairah terbening
setiap langkah tanpa merinding
Kau menjelita rerumput; kering
104
Kiblat Cinta
105
Mahroso Doloh
_____________________
*Sajak “Setangkai Gelombang Karyamin” ditulis dengan berdasarkan
cerpen “Senyum Karmin” karya Ahmad Tohari.
106
Kiblat Cinta
107
Mahroso Doloh
108
Kiblat Cinta
109
Mahroso Doloh
….
jangan mudah terlena
wajah berbunga belum tentu itu surga
disana dan merata banyak penjaga
tapi kenapa selalu menderita
darahdarah mengalir dibalas dengan jutaan ketawa
ini negara apa?
kau bilang kedamaian milik kita
tapi kenapa kau sendiri membakarkannya
anak-anak dihilangkan ayah penuh sengsara
para ustadz, ulama menjadi tersengka
ini permainan politik belaka
menabur najis tak terhingga
hari ini mari kita bicara
jangan biar begitu saja
jangan sampai anak cucu kecewa
ayo kita bangkitkan surga
dalam negeri yang tercinta
bumi bertuah bumi pusaka
hapuskan penindasan yang menggoda
110
Kiblat Cinta
Telaga sunyi
pancuran tiga dan tujuh kumenyaksi
bumi perkemahan, kebun raya terperi
negeri mutiara pusaka Ilahi
yang tak terlukis dada sebelum kukunjungi
111
Mahroso Doloh
Ahmad Tohari
cukup indah namamu, senantiasa terperi
yang persis tajam otaknya tak terhenti
Srintil menjadi bidadari dan menari
teguh menggalas adab budaya tak pernah goyah dan bakti
menjilat daun kudus di dadaku rantai memuji
112
Kiblat Cinta
113
Mahroso Doloh
Endorsement
114
Kiblat Cinta
115
Mahroso Doloh
116
Kiblat Cinta
117
Mahroso Doloh
118
BIODATA