LP Hipertensi
LP Hipertensi
DEPARTEMEN PEDIATRIK
LAPORAN PENDAHULUAN LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT (AML)
LAPORAN INDIVIDU
Oleh:
SILMA KAMILA
NIM. 0910720085
PATOFISIOLOGI
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan klonklon sel-sel
hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa berkembang menjadi
bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis pluripoten yang
kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid (non limfoid)
multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan
berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulositmonosit dan megakariosit. Pada setiap
stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum
diketahui penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel
muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang.
Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang kemudian menginfiltrasi
organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan metabolisme sel dan fungsi organ.
AML merupakan neoplasma uniklonal yang menyerang rangkaian mieloid dan berasal
dari transformasi sel progenitor hematopoetik. Sifat alami neoplastik sel yang mengalami
transformasi yang sebenarnya telah digambarkan melalui studi molekular tetapi defek
kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melalui progeni sel. Defek kualitatif dan
kuantitatif pada semua garis sel mieloid, yang berproliferasi pada gaya tak terkontrol dan
menggantikan sel normal.
Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan
menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian
dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, dimana mereka
melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk tumor kecil
(kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis, anemia,
gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.
Kematian pada penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan penekanan
sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh infiltrasi sel
leukemik tersebut ke organ tubuh penderita.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah
yang normal dalam jumlah yang memadai. Gejala pasien leukemia bevariasi tergantung
dari jumlah sel abnormal dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Adapun gejala-
gejala umum yang dapat ditemukan pada pasien AML antara lain:
a. Kelemahan Badan dan Malaise
Merupakan keluhan yang sangat sering diketemukan oleh pasien, rata-rata
mengeluhkan keadaan ini sudah berlangsung dalam beberapa bulan. Sekitar 90 %
mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke dokter. Rata-rata
didapati keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom lain atau diagnosis AML
dapat ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia, sehingga beratnya gejala kelemahan
badan ini sebanding dengan anemia.
b. Febris
Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita. Seterusnya febris juga
didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap AML. Umumnya demam ini
timbul karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia. Pada waktu
febris juga didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan tanda-tanda infeksi
lain.
c. Perdarahan
Simptom lain yang sering disebabkan adalah fenomena perdarahan, dimana penderita
mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam, petechiae, epitaksis, purpura dan lain-
lain. Beratnya keluhan perdarahan berhubungan erat dengan beratnya trombositopenia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang LDH : mungkin meningkat
7. Asam urat serum : mungkin meningkat
8. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
9. Copper serum : meningkat Zink serum : menurun
10. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien AML adalah berupa terapi suportif, simptomatis dan kausatif.
Terapi suportif dilakukan untuk menjaga balance cairan melalui infus dan menaikkan
kadar Hb pasien melalu tranfusi. Pada AML, terapi suportif tidak menunjukkan hasil yang
memuaskan. Sedangkan terapi simptomatis diberikan untuk meringankan gejala klnis yang
muncul seperti pemberian penurun panas. Yang paling penting adalah terapi kausatif,
dimana tujuannya adalah menghancurkan sel-sel leukemik dalam tubuh pasien AML.
Terapi kausatif yang dilakukan yaitu kemoterapi.
Penatalaksanaan terapi AML pada anak telah digunakan sejak tahun 1970an. Angka
Five years survival meningkat dari kurang dari 5% pada tahun 1970 menjadi 43%
sekarang ini. Hal ini merupakan manfaat dari pengobatan intensif, gabungan dari
transplantasi stem sel sebagai terapi primer dan adanya perawatan suportif.
Anak yang menderita AML memerlukan terapi intensif dengan menekan produksi
sumsum tulang dan perawatan di rumah sakit. Terapi yang pertama kali dilakukan adalah
menangani keadaan seperti demam, infeksi, perdarahan, leukositosis dan sindrom tumor
lisis. Kemajuan terapi juga ditentukan oleh penggunaan antibiotik spektrum luas segera
dan transfusi trombosit sebagai profilaksis juga memegang peranan penting dalam upaya
survival.
Berdasarkan terapi yang sesuai protokol, penderita AML pada anak dapat mengalami
angka remisi total sebesar 75-90%. Pada beberapa pasien yang tidak berhasil mengalami
remisi, setengah populasinya akan mengalami leukemia resistan dan separuhnya lagi akan
meninggal akibat komplikasi penyakit tersebut atau akibat efek samping pengobatan itu
sendiri. Terapi AML merupakan kombinasi antara cytarabine dan daunorubicin. Biasanya
regimen terapi untuk anak digunakan cytarabine dan anthracyclin yang dikombinasikan
dengan agen lain seperti etoposide dan atau thioguanine. Anthracycline yang paling
banyak digunakan untuk terapi AML pada anak adalah daunorubicin. 1 Berbagai
penelitian mengungkapkan bahwa Regimen Cytosine arabinase, Daunorubicin, &
Etoposide (ADE) lebih memberikan hasil yang memuaskan daripada regimen
Daunorubisin, Cytosine arabinase & Thioguanine (DAT).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada kasus AML, antara lain:
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan:
o Tidak adekuatnya pertahanan sekunder
o Gangguan kematangan sel darah putih
o Peningkatan jumlah limfosit imatur
o Imunosupresi
o Penekanan sumsum tulang (efek kemoterapi)
Kekurangan volume cairan tubuh /risiko tinggi, berhubungan dengan:
o Kehilangan berlebihan, mis: muntah, perdarahan
o Penurunan pemasukan cairan: mual, anoreksia
Nyeri ( akut ) berhubungan dengan:
o Agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikmas dengan
sel leukaemia.
o Agen kimia ; pengobatan antileukemia.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, G P. 2009. Laporan Kasus AML. www.scribd.com. Diakses tanggal 11 September
2013.