Anda di halaman 1dari 89

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Selatan


Februari 2018
(terbit setiap triwulan)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


PROVINSI SULAWESI SELATAN
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:


Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Jl. Jenderal Sudirman No. 3
Makassar 90113, Indonesia
Telepon: 0411 – 3615188/3615189
Faksimili: 0411 – 3615170
KATA PENGANTAR

Kata
Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap
triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi,
keuangan pemerintah, inflasi, stabilitas keuangan daerah dan pengembangan akses keuangan, penyelenggaraan sistem
pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian
ke depan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat
Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang
rupiah, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan.
Dengan demikian, keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulsel diharapkan dapat semakin
berperan sebagai economic advisor dan strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.
Kami mengapresiasi tingkat pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2017 yang menjadi peringkat kedua secara nasional, yang
merupakan hasil kerja keras dari berbagai pihak, baik itu pemerintah daerah, instasi vertikal kementarian/lembaga,
perbankan, hingga pelaku usaha. Namun demikian, kami memandang bahwa ekonomi Sulsel masih memiliki ruang yang
sangat lebar untuk dapat tumbuh lebih tinggi lagi, karena pendorong ekonomi yang masih berasal dari sektor hulu, yang
nilai tambahnya masih cukup rendah. Oleh karena itu,apabila sektor hulu terus dijaga kesinambungannya, disertai
peningkatan nilai tambah melalui agro industri, maka akan diperoleh double impact pula untuk penyerapan tenaga kerja,
untuk memenuhi kebutuhan operator, supervisor, manajemen, maupun pendamping bagi perkebunan/perikanan rakyat.
Selanjutnya, tingkat kestabilan Sulsel juga layak dibanggakan, antara lain dengan tingkat inflasi yang terkendali, terutama
volatile food, serta stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran yang mampu menunjang aktivitas transaksi ekonomi.
Dalam penyusunan kajian ini, kami memanfaatkan data sekunder yang diterbitkan atau yang disediakan oleh berbagai
institusi. Selain itu kami juga menggunakan data primer dan informasi yang kami peroleh dari hasil survei dan liaison atau
hasil kunjungan ke sejumlah perusahaan besar di Sulsel. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak, terutama bagi Bapak/Ibu yang telah berkontribusi dalam sharing
pemikiran dan membantu dalam penyediaan data atau informasi yang lengkap, akurat dan terkini. Saran serta masukan
dari para stakeholders sangat kami harapkan agar kajian yang kami susun ke depan menjadi lebih baik.

Makassar, 22 Februari 2018


KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI SELATAN

ttd

Bambang Kusmiarso
Direktur Eksekutif

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan iii
VISI BANK INDONESIA
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional
melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian
inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA


1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan
efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal
untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat
berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan
stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan
akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka
melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS
Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen,
dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –
Coordination and Teamwork.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
iv Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
DAFTAR ISI

Daftar
Isi

KATA PENGANTAR III


DAFTAR ISI V
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
TABEL INDIKATOR EKONOMI 5
1. PERTUMBUHAN EKONOMI 11
1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 12
1.2. SISI PENGELUARAN 12
1.3. SISI LAPANGAN USAHA 18
1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 23
BOKS 1.A EKONOMI DIGITAL SEBAGAI POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI SULSEL KE DEPAN 25
2. KEUANGAN PEMERINTAH 27
2.1 STRUKTUR ANGGARAN 28
2.2 PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 28
2.3 PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBN DI SULSEL 31
2.4 PERAN REALISASI KEUANGAN PEMERINTAH DALAM PDRB 32
BOKS 2.A PENYALURAN DANA DESA DI SULAWESI SELATAN 34
3. INFLASI DAERAH 35
3.1. INFLASI UMUM 36
3.2. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 37
3.3. INFLASI MENURUT KOTA IHK 39
3.4. DISAGREGASI INFLASI 40
3.5. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 41
BOKS 3.A KERJASAMA BANK INDONESIA DAN BMKG DALAM MENDORONG PENYEDIAAN DATA DAN INFORMASI CUACA 43
4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 45
4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH 46
4.2. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 51
5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 53
5.1. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN 54
5.2. PENGELOLAAN UANG RUPIAH 54
5.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI JUAL-BELI VALUTA ASING 56
6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 57

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan v
DAFTAR ISI

6.1 TENAGA KERJA 58


6.2 PENDUDUK MISKIN 59
6.3 RASIO GINI 59
6.4 NILAI TUKAR PETANI 60
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 61
7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 62
7.2 PROSPEK INFLASI 65
7.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN 65
BOKS 7.A KERJASAMA BANK INDONESIA DAN BMKG DALAM MENDORONG PENYEDIAAN DATA DAN INFORMASI CUACA 69
LAMPIRAN 69

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
vi Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan
Eksekutif

Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan


Gambaran Umum

Perekonomian Sulsel triwulan Perekonomian Sulsel triwulan IV 2017 tumbuh 7,78% (yoy), meningkat dibandingkan
IV 2017 tumbuh meningkat pertumbuhan triwulan III 2017 yang tercatat 6,70% (yoy). Secara lapangan usaha,
dibandingkan periode meningkatnya pertumbuhan disebabkan oleh kinerja Lapangan Usaha Pertambangan
sebelumnya, sehingga dan Penggalian; Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran;
mendorong ekonomi Sulsel Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi
2017 tumbuh 7,23%. dan Komunikasi; Jasa Perusahaan dan Jasa Pendidikan. Di sisi pengeluaran, naiknya
Kestabilan harga, keuangan pertumbuhan disebabkan oleh peningkatan aktivitas masyarakat, realisasi belanja
daerah, sistem pembayaran, pemerintah, serta kinerja Negara mitra dagang yang membaik. Pada triwulan laporan,
dan sosial politik akan menjadi kinerja perbankan secara umum dalam kondisi baik, sejalan dengan itu transaksi yang
penentu ekonomi Sulsel 2018. tercatat pada sistem pembayaran juga menunjukkan perbaikan. Dengan kondisi
tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulsel 2017 terealisasi 7,23% (yoy) sebagaimana
proyeksi Bank Indonesia. Hal ini didukung dengan pembayaran gaji ke-13 dan 14 bagi
pegawai negeri sipil, daya dorong serapan belanja APBD maupun APBN di Sulsel yang
lebih tinggi, serta peningkatan signifikan pengiriman hasil pertanian maupun produk
industri. Faktor positif tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga 2018, sehingga
keseluruhan 2018 juga masih akan tumbuh dalam kisaran 7,0 – 7,4%. Sejalan dengan
itu, kondisi stabilitas inflasi, stabilitas keuangan daerah, dan sistem pembayaran tahun
2018 juga harus tetap terjaga dan dapat mendukung aktivitas ekonomi, walaupun
terdapat kegiatan pemilihan kepala daerah di 12 kabupaten/kota dan di provinsi.

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi pemerintah, Pada triwulan IV 2017, dari sisi pengeluaran pertumbuhan didorong oleh
investasi dan net ekspor luar pertumbuhan konsumsi pemerintah, investasi dan net ekspor luar negeri.
negeri menjadi Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat,
faktorpendorong peningkatan realisasi belanja pemerintah, serta kinerja Negara mitra dagang yang membaik.
pertumbuhan ekonomi Sulsel
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 terjadi pada
di triwulan IV 2017. Sementara
sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang meningkat
itu, perekonomian Sulsel 2017
didorong oleh kinerja lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian; Industri
ditopang oleh masih kuatnya
Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan
konsumsi rumah tangga,
Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi;
konsumsi pemerintah dan
Jasa Perusahaan dan Jasa Pendidikan.
investasi, didorong
pembangunan infrastruktur Secara keseluruhan, kinerja perekonomian Sulsel tahun 2017 mencapai 7,23% (yoy),
energi baru terbarukan di yang merupakan pertumbuhan kedua secara nasional. Pertumbuhan tahun 2017
Sulsel, serta peningkatan didorong oleh kinerja Lapangan Usaha Konstruksi; serta Perdagangan Besar dan
pengiriman hasil pertanian Eceran. Sementara dari di sisi pengeluaran, perekonomian Sulsel ditopang oleh masih
maupun produk industri kuatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, didorong
pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan di Sulsel, serta peningkatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 1
RINGKASAN EKSEKUTIF

signifikan pengiriman hasil pertanian (udang segar, ikan, dan rumput laut) maupun
produk industri (nikel matte).

Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja APBN APBD Daya dorong APBD Provinsi Sulsel terhadap perekonomian pada tahun 2017 sudah
Provinsi/Kab/Kota tahun 2017 cukup tinggi. Realisasi belanja hingga akhir tahun 2017 tercatat mencapai Rp8,90
meningkat dibandingkan 2016. triliun atau 95,5% dari pagu anggaran sebesar Rp9,32 triliun, lebih tinggi dibanding
tahun 2016 yang mencapai 95,0%. Sebagian besar penyerapan anggaran direalisasikan
untuk belanja operasional (pangsa 70,9%) dan belanja transfer (pangsa 17,3%),
sementara untuk realisasi belanja modal mencapai Rp1,05 triliun (pangsa 11,8%).

Di sisi lain, pencapaian realisasi belanja pada APBN yang dialokasikan di Sulsel juga
meningkat. Pada tahun 2017, total belanja telah terealisasi sebesar Rp17,01 triliun
atau 91,6% dari yang dianggarkan sebesar Rp18,6 triliun. Peningkatan komponen
belanja terjadi pada komponen belanja barang dan bantuan sosial. Oleh karena peran
strategis APBD dan APBN dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel 2018, maka realisasi
yang berbentuk pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan perlu
didorong.

Inflasi

Tekanan harga tahun 2017 Inflasi Sulsel di tahun 2017 sebesar 4,44% (yoy), berada pada sasaran 4±1% sesuai
meningkat karena dengan sasaran yang ditetapkan pemerintah, meskipun lebih tinggi daripada 2016
administered price. (2,94%; yoy). Inflasi pada tahun 2017 terutama bersumber dari tekanan harga yang
dikendalikan pemerintah (administered price). Adapun inflasi pada kelompok harga
pangan bergejolak (volatile food) cenderung stabil.

Inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya, karena
terdapat setidaknya 4 faktor pendorong utama. Pertama, based effect dari inflasi
administered price. Kedua, keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan
terkait penghapusan biaya STNK sehingga ada potensi inflasi administered price akan
deflasi di tengah tekanan angkutan udara dan cukai rokok yang minimal. Ketiga, panen
yang diperkirakan mulai teradi di akhir Februari hingga pertengahan April yang akan
menormalisasi harga pangan khususnya beras. Keempat, penyesuaian harga jual
korporasi pada kelompok inti yang sudah dilakukan di bulan Januari dan relatif lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan terjaganya inflasi dan
volatilitas nilai tukar.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas keuangan daerah Pada triwulan IV 2017, tingkat rasio gagal bayar bunga dan pokok utang (non
tetap terjaga dan tetap performing loan) pada level yang rendah di tengah pertumbuhan kredit yang
mendukung pertumbuhan dan melambat. Risiko dari rasio NPL dapat terjaga, walaupun korporasi menghadapi
stabilitas ekonomi Sulsel. tantangan harga komoditas bahan baku yang kembali naik di triwulan IV 2017
dibandingkan triwulan sebelumnya. Demikian pula masih kuatnya daya beli, menahan
risiko dari sisi rumah tangga. Lebih lanjut, terjadinya perlambatan kredit disebabkan
oleh masih terus konsolidasinya korporasi untuk menyehatkan struktur keuangannya.
Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terus meningkat signifikan, didorong oleh
kebijakan Bank Indonesia kepada perbankan untuk meningkatkan porsi penyaluran
kredit kepada UMKM.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
2 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
RINGKASAN EKSEKUTIF

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Transaksi nontunai melalui Nilai dan jumlah transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
kliring pada triwulan IV 2017 (SKNBI) mengalami peningkatan. Hal tersebut sejalan dengan pola pengeluaran
meningkat, sementara pemerintah yang meningkat menjelang akhir tahun, peningkatan belanja infrastruktur,
kebutuhan uang kartal tetap dan aktivitas masyarakat menjelang Natal/tahun baru.
mengalami net inflow ke Bank
Sejalan dengan itu, tren perkembangan transaksi tunai yang melalui Bank Indonesia
Indonesia
masih net inflow. Faktor yang menyebabkan adalah posisi Sulawesi Selatan sebagai
hub perdagangan Kawasan Timur Indonesia, sehingga uang kartal dari daerah sekitar
cenderung masuk ke Sulsel.

Pengawasan terhadap transaksi KUPVA BB, menunjukkan transaksi pembelian


maupun penjualan valas selama triwulan IV 2017 lebih rendah. Faktor yang
menyebabkan ditengarai karena berakhirnya musim haji dan libur panjang sekolah.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat dan tingkat kemiskinan meningkat.
kesejahteraan Sulsel masih TPT Sulsel per Agustus 2017 tercatat 5,61%, lebih tinggi dibandingkan periode yang
menghadapi tantangan, sama tahun sebelumnya 4,80%. Sejalan dengan itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel
dengan indikator pada 2017 mengalami peningkatan dibandingkan 2016. Persentase penduduk miskin
pengangguran, kemiskinan, di Sulsel (9,5%) masih rendah jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Sulawesi.
ketimpangan, dan NTP yang Secara lebih dalam, kenaikan penduduk miskin yang tinggi di perkotaan menyebabkan
belum membaik dibandingkan indikator ketimpangan mengalami peningkatan. Rasio gini pada 2017 menjadi 0,43
periode sebelumnya. dibanding 2016 (0,40%).

Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani juga masih belum membaik.


Kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) hingga triwulan IV 2017
masih cukup baik meskipun menurun secara tahunan dibandingkan triwulan III 2017,
karena terkendalinya inflasi volatile food.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Sulsel pada Perekonomian Sulsel pada triwulan II diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,3-
triwulan II 2018 diprakirakan 7,7% (yoy) . Sumber pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2018 diperkirakan
tetap kuat, demikian pula akan berasal dari naiknya seluruh komponen konsumsi (Rumah Tangga (RT), Lembaga
untuk keseluruhan 2018. Di sisi Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) dan pemerintah), terutama didorong oleh perayaan
lain, tingkat inflasi akan dijaga Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu bulan Ramadhan dan lebaran, serta
dalam kisaran target 3,5±1%. kembali adanya pencairan gaji ke-13 dan 14 terkait dengan THR dan tunjangan
pendidikan. Dari sisi produksi, LU Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan
Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi
diperkirakan akan tumbuh signifikan karena tingginya aktivitas masyarakat disertai
dengan hari libur.
Untuk keseluruhan tahun 2018, diprakirakan ekonomi akan tumbuh 7,0 – 7,4% (yoy).
Terus berlanjutnya hilirisasi industri menjadi pondasi terus membaiknya ekonomi
Sulsel secara keseluruhan. Berdasarkan kelompok pengeluaran, perekonomian akan
didorong oleh tetap kuatnya konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor
yang membaik. Sementara dari sisi lapangan usaha, LU Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan; Pertambangan dan Penggalian; dan Industri Pengolahan menjadi buffer
utama penopang perekonomian.

Dari sisi inflasi, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 dan keseluruhan 2018
diperkirakan akan cenderung stabil pada kisaran 3,5±1%. Penguatan koordinasi
melalui penguatan kerjasama antar instansi dan optimalisasi peran TPID

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 3
RINGKASAN EKSEKUTIF

Provinsi/Kabupaten/Kota merupakan langkah strategis untuk memastikan inflasi


berada pada rentang sasaran inflasi 2018 (3,5±1%) yang ditetapkan oleh pemerintah.

Rekomendasi Kebijakan

Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul
Melakukan identifikasi dan
Jejaring Akselerasi Kesejahteraan kawasan, beberapa kebijakan atau rekomendasi
menjajagi sumber-sumber
yang dapat dilakukan: (a) Menjaga proses pembangunan dan penyelesaian
diversifikasi ekspor,
infrastruktur tepat waktu sesuai dengan target yang telah ditentukan sehingga dapat
memperkuat sektor hulu, dan
digunakan secara operasional sesuai target, (b) Mendorong adanya paket kebijakan
agro industri menjadi kunci
untuk mengeliminir hambatan investasi, (c) Strategi diversifikasi ekspor yang
pertumbuhan perekonomian
mengarah pada negara non mitra dagang utama, misalnya Timur Tengah dan Amerika
Sulsel.
Latin, (d) Konsistensi reformasi struktural melalui penguatan agro industri, (e)
Mendorong munculnya sumber pertumbuhan baru melalui hilirisasi komoditi
unggulan (berbasis sumber daya alam), serta sumber pertumbuhan baru dari jasa
kesehatan, pendidikan, dan pariwisata, (f) Mendorong penelitian, pengembangan,
dan kemitraan di sektor hulu untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
komoditi unggulan, (g) Mendorong soft infrastructur untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, melalui pelatihan dan pendidikan, serta (h) Mengingat sektor
hulu perkebunan dan perikanan cenderung kepada budidaya rakyat (bukan inti), maka
perlu dilakukan pendampingan kepada pelaku perkebunan dan perikanan untuk
meningkatkan produktivitas dalam rangka mengimbangi permintaan pasar lokal
maupun global.
Pengendalian harga diarahkan
untuk peningkatan Selain menjaga pertumbuhan ekonomi untuk tetap tinggi, mitigasi inflasi Sulsel
pemanfaatan data/informasi dapat dilakukan melalui beberapa hal: (a) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di
untuk perencanaan produksi Sulsel perlu menyusun program kerja yang lebih fokus pada pengendalian komoditas
pangan. volatile food, (b) Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar lembaga, dalam
rangka respons saat terjadi kenaikan harga secara lebih cepat dan akurat, (c)
Pemanfaatan data/informasi pada Sistem Informasi Harga Pangan (SIGAP) maupun
data cuaca untuk perencanaan produksi pangan yang lebih baik, (d) Mendorong peran
PD Pasar dalam menjaga ketersediaan pasokan melalui kerjasama dalam jaringan
pasar; (e) Mendorong adanya pasar penyeimbang untuk komoditi tertentu dalm
rangka menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
4 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
TABEL INDIKATOR EKONOMI

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel
Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)


2014 2015 2016* 2017**
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
MAKRO
Indeks Harga Konsumen
- Sulawesi Selatan 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95 118.55 121.06 122.13 123.62 123.65 124.78 125.71 127.84 129.20 129.98 131.29
- Sulawesi Utara 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13 119.91 121.26 125.20 123.92 124.31 124.02 125.64 128.79 128.77 128.26 128.71
- Gorontalo 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96 115.98 117.72 120.22 120.50 121.65 120.98 121.78 123.79 126.14 126.32 127.07
- Sulawesi Tengah 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34 120.46 121.29 125.22 124.42 125.53 126.24 127.09 129.46 132.10 132.06 132.59
- Sulawesi Tenggara 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43 117.84 118.00 120.34 121.96 120.72 123.74 121.68 123.06 128.17 125.89 125.28
- Sulawesi Barat 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20 118.65 119.84 122.78 122.23 123.74 123.94 125.52 127.24 128.92 129.55 130.28
Laju Inflasi Bulanan (%, mtm)
- Sulawesi Selatan 0.02 0.30 0.25 2.75 0.50 0.73 0.54 0.70 0.08 0.45 0.32 0.30 (0.18) 0.97 (0.07) 1.04
- Sulawesi Utara 0.31 0.67 (0.03) 3.83 0.50 0.49 0.62 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) 0.23 1.15 (1.04) 0.51
- Sulawesi Tengah 0.60 0.94 (0.36) 2.86 (0.68) 0.03 0.12 1.96 0.38 0.63 0.59 1.15 0.25 0.76 (0.13) 1.87
- Sulawesi Tenggara (0.17) 0.82 (0.30) 3.29 0.30 0.51 0.46 0.71 0.16 0.75 0.07 0.26 (0.16) 3.24 (0.52) 0.68
- Sulawesi Barat (0.11) 0.66 0.71 2.45 0.44 0.95 0.22 1.70 (0.02) 1.19 0.32 0.98 (0.29) 0.99 0.01 0.59
Laju Inflasi Tahun Kalender (%, ytd)
- Sulawesi Selatan 1.44 1.94 3.81 8.61 0.05 1.43 3.57 4.48 1.22 1.25 2.17 2.94 1.69 2.77 3.39 4.44
- Sulawesi Utara 1.14 1.97 2.54 9.67 (0.40) 1.10 2.23 5.56 (1.02) (0.71) (0.94) 0.35 2.51 2.49 2.09 2.44
- Gorontalo (0.32) 0.67 0.95 6.14 (1.13) 0.62 2.13 4.30 0.23 1.19 0.63 1.30 1.65 3.58 3.73 4.34
- Sulawesi Tengah 0.91 2.90 4.24 8.84 (2.39) 0.21 0.90 4.17 (0.64) 0.25 0.81 1.49 1.86 3.94 3.91 4.33
- Sulawesi Tenggara (0.47) 1.16 2.96 8.45 (1.06) 0.14 1.82 2.27 1.35 1.96 2.83 2.69 0.91 4.45 3.31 2.96
- Sulawesi Barat 0.57 1.82 3.91 7.89 (0.56) 1.54 2.56 5.07 (0.45) 0.78 0.94 2.23 1.37 2.71 3.21 3.79
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
- Sulawesi Selatan 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06 8.36 4.48 5.70 4.30 3.07 2.94 3.42 4.49 4.17 4.44
- Sulawesi Utara 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73 9.34 5.56 4.90 3.67 2.28 0.35 3.93 3.59 3.42 2.44
- Gorontalo 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28 6.09 7.39 4.30 5.74 4.89 2.77 1.30 2.73 3.69 4.41 4.34
- Sulawesi Tengah 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28 6.00 5.36 4.17 6.03 4.21 4.08 1.49 4.05 5.23 4.61 4.33
- Sulawesi Tenggara 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81 7.35 6.86 2.27 4.75 4.37 3.28 3.07 2.40 6.17 3.49 2.96
- Sulawesi Barat 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68 7.59 6.49 5.07 5.19 4.29 3.42 2.23 4.10 4.19 4.53 3.79
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008 55,566 57,872 62,067 58,482 58,854 62,446 66,723 62,780 63,116 67,457 71,257 67,593 68,004 72,022 76,034 72,848
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,293 13,015 15,191 10,602 12,743 14,547 16,003 10,806 12,837 15,164 16,857 13,493 14,682 15,888 17,422 13,477
Pertambangan dan Penggalian 3,450 3,498 3,793 3,971 3,533 3,760 4,229 4,281 3,605 3,954 4,297 4,139 3,908 4,198 4,369 4,244
Industri Pengolahan 7,649 8,164 8,505 8,974 8,191 8,725 8,821 9,810 9,209 9,432 9,810 10,023 9,659 9,826 10,294 10,628
Pengadaan Listrik, Gas 51 57 59 66 54 54 56 65 60 64 66 67 66 66 69 72
Pengadaan Air 75 77 77 73 75 77 75 76 78 81 80 81 82 87 88 87
Konstruksi 6,494 6,789 7,044 7,340 6,961 7,188 7,689 8,129 7,610 7,888 8,161 8,330 8,142 8,593 8,842 9,181
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,775 8,088 8,619 7,881 8,212 8,623 9,405 8,675 8,939 9,572 10,313 9,537 9,592 10,553 11,304 11,030
Transportasi dan Pergudangan 2,061 2,087 2,166 2,245 2,129 2,239 2,394 2,380 2,416 2,438 2,612 2,384 2,447 2,588 2,837 2,803
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 765 797 806 817 808 829 849 884 887 903 924 942 948 1,002 1,050 1,082
Informasi dan Komunikasi 3,492 3,592 3,733 3,743 3,749 3,860 4,036 4,069 4,055 4,170 4,355 4,408 4,440 4,639 4,784 4,914
Jasa Keuangan 1,950 2,017 2,008 2,090 2,144 2,077 2,194 2,248 2,351 2,438 2,459 2,595 2,452 2,567 2,575 2,681
Real Estate 2,068 2,124 2,164 2,209 2,252 2,284 2,320 2,341 2,411 2,442 2,445 2,485 2,511 2,549 2,561 2,602
Jasa Perusahaan 245 249 252 254 256 261 270 273 277 281 291 294 295 305 316 322
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,510 2,568 2,690 2,764 2,652 2,763 2,940 3,007 2,860 3,000 2,698 2,779 2,865 2,996 3,027 3,038
Jasa Pendidikan 2,916 2,929 3,105 3,523 3,176 3,195 3,402 3,606 3,420 3,488 3,674 3,714 3,664 3,818 4,046 4,157
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,065 1,093 1,107 1,169 1,144 1,177 1,232 1,292 1,253 1,276 1,325 1,401 1,346 1,398 1,456 1,517
Jasa lainnya 707 728 747 761 773 788 808 839 849 866 888 919 907 949 992 1,012
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) **
1. Konsumsi 35,247 37,827 38,883 42,135 37,145 39,722 41,032 44,881 39,034 42,105 42,787 45,978 41,137 44,358 45,306 48,572
2. Investasi 20,532 23,010 23,194 22,003 22,280 23,272 24,959 26,452 24,359 25,562 26,614 27,235 26,151 27,672 28,865 29,574
3. Ekspor 15,088 14,532 16,051 14,644 14,263 14,026 14,920 10,845 8,496 10,035 10,093 7,759 11,141 10,880 11,113 9,775
4. Impor 15,301 17,498 16,061 20,299 15,450 16,441 15,745 20,016 9,784 11,098 9,019 14,064 11,113 11,202 10,993 14,483
Total PDRB (Rp Miliar) 55,566 57,872 62,067 58,482 58,854 62,446 66,723 62,780 63,116 67,457 71,257 67,593 68,004 72,022 76,034 72,848
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 8.38 6.37 7.57 7.87 5.92 7.90 7.50 7.35 7.24 8.02 6.80 7.67 7.75 6.77 6.70 7.78
Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta) 360.34 452.96 490.63 444.80 344.16 382.89 381.25 333.28 229.37 276.31 325.41 336.67 261.13 267.31 307.30 346.80
Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton) 167.44 182.55 193.36 209.93 163.96 194.52 216.82 172.10 163.02 187.21 226.87 247.29 178.55 302.04 382.81 335.35
Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta) 139.10 181.87 149.05 129.39 163.90 172.50 271.92 149.65 122.68 210.55 150.13 270.62 200.95 210.17 210.17 210.17
Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton) 221.11 258.82 266.39 217.60 326.31 317.63 264.12 273.69 284.74 329.06 275.21 407.15 291.66 391.26 376.91 453.54
Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta) 221.25 271.09 341.58 315.40 180.26 210.39 109.33 183.62 106.69 65.76 175.28 66.04 60.18 57.15 97.13 136.63
Sumber : BPS & Ditjen Bea Cukai
Catatan:
*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007
**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 5
TABEL INDIKATOR EKONOMI

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)


2014 2015 2016 2017
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
BANK UMUM :
Total Aset (Rp Miliar) 90,909 97,572 99,571 101,351 104,945 108,309 113,101 117,572 120,832 122,711 123,190 125,955 130,863 130,564 129,565 134,100
- -
DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar) 58,162 61,402 64,339 66,112 66,420 68,867 72,433 78,467 78,342 82,097 82,025 82,396 81,891 85,232 83,874 87,322
Giro 7,990 9,730 9,693 7,995 10,154 11,820 12,471 13,165 12,894 12,203 11,802 10,388 12,434 12,532 12,562 10,726
Tabungan 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147 34,881 37,491 42,221 38,589 42,611 41,800 44,994 41,400 43,973 43,308 50,161
Deposito 17,726 18,504 19,819 20,690 22,118 22,166 22,472 23,091 26,859 27,283 28,423 27,014 28,057 28,726 28,004 26,434
- - -
Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar) 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981 96,310 101,617 102,774 103,890 104,798 108,154 107,583 113,129
- Modal Kerja 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776 34,627 34,876 36,730 37,510 39,518 39,653 39,952 40,620 42,311 41,776 44,569
- Investasi 14,642 15,467 15,457 16,241 16,482 16,500 17,476 20,538 20,041 20,796 20,204 20,221 19,830 19,946 19,773 19,842
- Konsumsi 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045 36,436 37,558 37,713 38,759 41,303 42,917 43,718 44,347 45,898 46,034 48,717
LDR 130.45% 129.21% 125.06% 126.39% 128.43% 127.15% 124.13% 121.05% 122.94% 123.78% 125.30% 126.09% 127.97% 126.89% 128.27%
- -
Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar) 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981 96,310 101,617 102,774 103,890 104,798 108,154 107,583 113,129
- Pertanian 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630 1,788 2,303 2,461 2,681 2,933 2,998 3,280 3,279 3,514 3,624 4,386
- Pertambangan 377 560 537 509 427 390 383 410 430 399 372 336 340 333 316 303
- Industri pengolahan 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035 5,109 5,304 7,487 7,239 7,993 8,104 7,582 7,494 7,555 7,477 7,015
- Listrik, Gas, dan Air 218 245 232 350 382 413 398 379 306 277 267 248 255 222 226 159
- Konstruksi 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746 4,902 5,417 5,491 5,483 5,977 6,305 6,698 6,305 6,602 6,637 6,805
- Perdagangan 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920 29,003 29,373 31,424 31,959 33,268 32,431 32,555 32,970 33,787 33,256 34,343
- Pengangkutan 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782 2,693 2,672 2,781 2,824 2,738 2,730 2,627 2,420 2,508 2,441 2,698
- Jasa Dunia Usaha 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733 4,037 4,024 4,221 4,117 4,085 4,234 4,278 4,715 4,889 4,709 5,659
- Jasa Sosial Masyarakat 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473 2,681 2,388 2,549 2,462 2,587 2,392 2,518 2,640 2,819 2,838 3,014
- Lain-lain 34,043 35,053 35,408 36,226 36,174 36,547 37,648 37,777 38,809 41,359 42,941 43,767 44,378 45,926 46,060 48,747
- - -
Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar) 24,823 26,489 26,768 27,675 27,428 28,301 28,501 30,641 31,110 32,156 32,936 33,233 36,798 34,306 34,297 35,996
- - -
Kredit Mikro* (Rp Miliar) 4,648 5,114 5,297 5,883 6,221 6,679 6,880 7,892 8,698 8,993 9,050 9,277 9,234 9,800 9,950 10,604
- Modal Kerja 3,827 4,088 4,249 4,479 4,674 5,038 5,144 5,542 6,329 6,580 6,707 6,841 6,711 7,211 7,334 7,797
- Investasi 821 1,027 1,048 1,404 1,548 1,642 1,735 2,351 2,369 2,413 2,343 2,436 2,523 2,589 2,615 2,807
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - -
- - -
Kredit Kecil ** (Rp Miliar) 10,123 10,329 10,885 11,035 10,893 11,161 11,580 12,412 12,433 12,687 12,549 12,695 13,070 13,409 13,384 13,535
- Modal Kerja 5,862 6,076 6,408 6,683 6,596 6,860 7,039 7,188 7,265 7,540 7,713 7,817 8,341 9,116 9,114 9,593
- Investasi 4,261 4,253 4,478 4,353 4,296 4,300 4,541 5,224 5,169 5,147 4,836 4,878 4,729 4,293 4,270 3,942
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - -
- - -
Kredit Menengah *** (Rp Miliar) 10,052 11,046 10,586 10,757 10,313 10,461 10,042 10,337 9,979 10,476 11,336 11,260 14,495 11,097 10,964 11,857
- Modal Kerja 7,079 7,822 7,680 7,802 7,488 7,698 7,272 7,577 7,198 7,624 8,542 8,568 8,013 7,965 7,850 8,588
- Investasi 2,972 3,224 2,906 2,954 2,825 2,763 2,770 2,760 2,781 2,852 2,795 2,692 6,481 3,132 3,114 3,270
- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - -
- - -
NPL Total gross - Lokasi Bank (%) 3.14% 3.54% 3.57% 3.13% 3.36% 3.16% 3.85% 3.19% 3.36% 3.05% 3.00% 2.29% 2.43% 2.45% 2.54% 3.45%
- - -
NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%) 4.87% 4.98% 5.42% 4.81% 5.21% 5.14% 5.40% 4.26% 4.43% 4.14% 4.07% 3.78% 3.70% 3.93% 4.05% 3.67%
- - -
-
BANK UMUM SYARIAH 0
Total Aset (Rp Miliar) 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 6,184 6,489 6,975 7,018 6,687 6,633 6,718 6,703 6,708 6,365 6,812
- - -
DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar) 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187 3,287 3,382 3,853 3,517 3,630 3,872 3,972 3,967 3,921 3,680 4,291
Giro 221 262 346 380 547 554 355 598 339 390 429 366 357 326 353 429
Tabungan 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488 1,570 1,667 1,765 1,761 1,793 1,886 2,020 2,008 2,037 2,053 2,211
Deposito 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 1,162 1,360 1,490 1,417 1,447 1,557 1,587 1,601 1,558 1,275 1,651
Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar) 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239 5,582 5,750 5,684 5,817 5,744 5,668 5,851 5,911 5,994 5,831 5,848
- Modal Kerja 684 776 985 1,135 1,292 1,535 1,572 1,526 1,659 1,685 1,619 1,594 1,616 1,594 1,487 1,559
- Investasi 488 670 670 825 865 1,015 1,170 1,152 1,143 1,034 970 1,096 1,081 1,094 1,075 967,693
- Konsumsi 3,282 3,423 3,270 3,181 3,081 3,033 3,008 3,006 3,015 3,025 3,079 3,162 3,213 3,306 3,269 3,321
FDR 162.40% 174.20% 171.16% 171.91% 164.36% 169.84% 170.02% 147.53% 165.43% 158.23% 146.38% 147.30% 149.00% 152.85% 158.44% 136.28%
Catatan:
* (<Rp50 juta)
** (Rp50 < X < Rp500 juta)
*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)
**** Angka sementara

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
6 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
TABEL INDIKATOR EKONOMI

C. PERBANKAN (KREDIT LOKASI PROYEK, DPK LOKASI PROYEK)


2015 2016 2017
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV
BANK UMUM :
Total Aset (Rp Miliar) 104,945 108,309 113,101 117,572 120,832 122,711 123,190 125,955 130,863 130,564 131,222 134,100
- -
DPK - Lokasi Proyek Pelapor (Rp Miliar) 66,178 68,635 72,126 78,076 78,002 81,674 81,640 81,971 81,536 84,852 84,675 86,809
Giro 10,125 11,807 12,454 13,150 12,881 12,178 11,788 10,376 12,420 12,519 11,981 10,649
Tabungan 33,960 34,683 37,256 41,907 38,342 42,311 41,544 44,678 41,157 43,702 44,658 49,842
Deposito 22,093 22,145 22,416 23,019 26,778 27,185 28,309 26,917 27,959 28,632 28,037 26,318
Kredit - Lokasi Proyek (Rp Miliar) 90,768 94,399 96,019 101,263 102,280 107,627 108,401 109,723 111,780 115,158 117,433 119,771
- Modal Kerja 34,244 37,014 37,017 38,556 38,920 40,809 40,590 40,842 41,856 43,281 43,853 45,317
- Investasi 19,119 19,431 19,865 22,774 22,507 23,420 22,771 23,079 23,597 23,931 24,455 23,660
- Konsumsi 37,404 37,954 39,137 39,933 40,853 43,398 45,040 45,802 46,327 47,945 49,125 50,795
LDR 137.16% 137.54% 133.13% 129.70% 131.13% 131.78% 132.78% 133.86% 137.09% 135.72% 138.69% 137.97%
Kredit - Lokasi Proyek (Rp Miliar) 90,768 94,399 96,019 101,263 102,280 107,627 108,401 109,723 111,780 115,158 117,433 119,771
- Pertanian 1,675 1,779 1,837 2,173 2,368 2,616 2,592 2,852 2,858 3,110 3,415 3,604
- Pertambangan 401 411 376 400 407 431 402 390 397 381 374 343
- Industri pengolahan 5,830 6,487 6,226 8,460 7,984 8,674 8,398 8,039 7,844 8,145 7,472 7,357
- Listrik, Gas, dan Air 2,093 2,340 2,436 2,572 2,290 2,149 2,203 2,239 2,835 2,823 4,373 3,142
- Konstruksi 5,596 5,761 6,259 6,346 6,262 6,363 6,496 6,522 6,629 6,812 6,625 7,098
- Perdagangan 28,761 30,356 30,678 31,985 32,480 34,128 33,399 33,784 34,449 35,080 35,244 35,670
- Pengangkutan 2,407 2,343 2,381 2,442 2,501 2,433 2,414 2,314 2,152 2,224 2,269 2,535
- Jasa Dunia Usaha 4,046 4,249 4,187 4,409 4,637 4,804 5,022 5,165 5,570 5,725 5,550 6,127
- Jasa Sosial Masyarakat 2,425 2,610 2,409 2,480 2,449 2,574 2,412 2,567 2,690 2,882 2,957 3,069
- Lain-lain 37,532 38,063 39,228 39,996 40,902 43,456 45,064 45,851 46,358 47,976 49,155 50,824
Kredit UMKM - Lokasi Proyek (Rp Miliar) 26,867 27,995 27,743 29,129 29,316 30,544 31,433 31,909 38,572 33,612 33,996 35,029
Kredit Mikro* (Rp Miliar) 6,202 6,650 6,810 7,583 8,368 8,740 8,788 8,999 8,978 9,563 10,135 10,415
- Modal Kerja 4,648 5,002 5,085 5,469 6,240 6,537 6,671 6,805 6,717 7,227 7,625 7,833
- Investasi 1,554 1,648 1,725 2,114 2,128 2,204 2,118 2,194 2,261 2,336 2,510 2,582
- Konsumsi - - - - - - - - - - - -
Kredit Kecil ** (Rp Miliar) 10,293 10,637 10,863 11,405 11,434 11,780 11,732 11,883 12,307 12,641 12,846 12,940
- Modal Kerja 6,546 6,833 6,976 7,127 7,194 7,425 7,649 7,744 8,238 9,006 9,248 9,469
- Investasi 3,746 3,804 3,887 4,278 4,239 4,355 4,082 4,139 4,069 3,636 3,598 3,471
- Konsumsi - - - - - - - - - - - -
Kredit Menengah *** (Rp Miliar) 10,372 10,708 10,070 10,141 9,515 10,023 10,914 11,027 17,288 11,407 11,016 11,674
- Modal Kerja 7,564 7,932 7,456 7,464 6,821 7,279 8,200 8,321 8,105 7,778 7,878 8,488
- Investasi 2,808 2,777 2,614 2,677 2,694 2,744 2,714 2,706 9,183 3,629 3,138 3,186
- Konsumsi - - - - - - - - - - - -
NPL Total gross - Lokasi Proyek (%) 3.63% 3.71% 3.90% 3.40% 3.46% 3.21% 3.19% 2.54% 2.64% 2.67% 2.73% 3.99%
NPL UMKM gross - Lokasi Proyek (%) 5.24% 5.21% 5.36% 4.41% 4.39% 4.31% 4.15% 3.98% 3.56% 4.04% 4.05% 3.96%

BANK UMUM SYARIAH


Total Aset (Rp Miliar) 6,000 6,184 6,489 6,976 7,018 6,687 6,633 6,718 6,703 6,708 6,938 6,812
- -
DPK - Lokasi Proyek Pelapor (Rp Miliar) 3,187 3,275 3,369 3,804 3,462 3,569 3,794 3,865 3,870 3,829 4,086 4,175
Giro 547 552 422 598 338 387 428 364 356 324 416 428
Tabungan 1,488 1,569 1,636 1,743 1,742 1,770 1,864 1,967 1,979 2,011 2,090 2,176
Deposito 1,153 1,154 1,311 1,463 1,383 1,411 1,502 1,533 1,535 1,494 1,580 1,571
- -
Pembiayaan - Lokasi Proyek (Rp Miliar) 5,898 6,536 6,474 6,299 6,647 6,778 6,359 6,522 6,628 6,605 6,704 6,600
- Modal Kerja 2,047 2,345 2,307 2,165 2,503 2,679 2,252 2,192 2,192 2,012 1,992 1,973
- Investasi 947 1,311 1,344 1,249 1,240 1,198 1,145 1,313 1,300 1,352 1,326 1,208
- Konsumsi 2,904 2,880 2,823 2,885 2,904 2,901 2,962 3,017 3,136 3,241 3,385 3,419
FDR 185.07% 199.56% 192.19% 165.59% 191.98% 189.94% 167.61% 168.77% 171.27% 172.51% 164.07% 158.10%
Catatan:
* (<Rp50 juta)
** (Rp50 < X < Rp500 juta)
*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)
**** Angka sementara

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 7
TABEL INDIKATOR EKONOMI

D. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH


2015 2016 2017
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III
KAS
Inflow (Rp Miliar) 6,184 3,777 4,815 3,791 6,229 3,344 6,502 4,104 4,612 3,343 2,405
Uang Kertas 6,184 3,777 4,815 3,791 6,229 3,344 6,502 1,562 4,612 3,343 2,405
Uang Logam 0.004 0.001 0.034 0.00 0.00 0.00 0.06 0.06 0.11 0.02 0.01
Outflow (Rp Miliar) 2,248 3,703 4,930 3,208 1,490 4,741 2,520 2,624 1,289 3,181 1,594
Uang Kertas 2,247 3,699 4,927 3,202 1,485 4,735 2,517 2,620 1,286 3,177 1,592
Uang Logam 1.74 4.03 3.59 5.84 4.45 6.43 3.54 3.98 3.46 3.85 2.05
Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 925 943 719 790 1,310 2,694 1,289 1,350 1,058 781
TRANSAKSI RTGS
From / Outgoing (Rp Miliar) 19,951 26,709 19,338 14,217 13,976 17,433 6,561 9,459 11,485 15,638 9,781
To / Incoming (Rp Miliar) 21,897 31,935 40,378 - - - - - - - -
From - To (Rp Miliar) 3,778 4,272 3,478 - - - - - - - -
TRANSAKSI KLIRING
Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,757 10,492 11,363 13,952 18,226 19,308 15,603 15,754 14,471 11,360 12,850
Volume Kliring* (Lembar) 262,477 279,265 296,973 314,492 346,867 360,788 327,989 336,182 317,734 278,619 300,059
Kliring Kredit
Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 887 1,027 1,617 4,280 8,917 10,499 7,038 6,579 6,540 5,926 6,922
Volume Kliring Kredit (Lembar) 34,547 32,940 53,395 86,793 132,841 151,191 132,118 129,169 137,126 131,837 147,734
RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 15 17 27 68 146 167 112 104 104 94 119
RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 566 540 875 1,378 2,178 2,400 2,097 2,050 2,177 2,093 2,547
Kliring Debet Penyerahan
Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 8,870 9,465 9,746 9,673 9,309 8,809 8,565 9,175 8,339 5,434 5,928
Volume Kliring Debet (Lembar) 227,930 246,325 243,578 227,699 214,026 209,597 195,871 207,013 191,324 146,782 152,325
RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 145 155 160 154 153 144 140 150 137 89 102
RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 3,737 4,038 3,993 3,614 3,509 3,436 3,211 3,394 3,136 2,406 2,626
Kliring Debet Pengembalian
Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 229 212 218 311 304 314 394 982 320 224 223
Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 6,571 5,552 5,012 6,003 6,040 6,336 6,194 6,421 5,925 5,644 4,842
RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 4 3 4 5 5 5 6 16 5 4 4
RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 108 91 82 95 99 104 102 105 97 93 83
Cek/BG Kosong
Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 229 212 218 242 221 245 274 853 235 162 161
Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 4,787 5,301 5,012 4,702 4,686 4,797 4,769 5,013 4,673 3,942 3,454
RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 4 3 4 4 4 4 4 14 4 3 3
RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 78 87 82 75 77 79 78 82 77 65 60
*) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan
**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari
***) Angka sementara

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
8 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
TABEL INDIKATOR EKONOMI

E. GRAFIK INDIKATOR
25%
Rasio PDRB KTI terhadap Nasional
20%

15%

10%

Rasio PDRB Sulsel terhadap Nasional


5%

0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan: PDRB TD 2010 ; KTI adalah Kaimantan, Sulampua, Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat
Balinusra; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara Sementara
Kontribusi Perekonomian (PDRB ADHK) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

%,yoy
12

10

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-2 2011 2012 2013 2014 2015 2016** 2017***

Pertanian Tambang Industri Konstruksi Perdagangan Lainnya

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Keterangan : PDRB TD 2010; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat
Sementara Sementara
Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel
Sulsel

10 % 160 200%
Rp Triliun

140 ASET 190%


8 180%
120 KREDIT
170%
6 100
DPK 160%
80 150%
4
60 LDR 140%
130%
2 40
120%
20 110%
0
-
Jan-13

Mei-13

Sep-13

Mei-14

Mei-15

Mei-16

Mei-17
Jan-14

Sep-14

Jan-15

Sep-15

Jan-16

Sep-16

Jan-17

Sep-17
Mar-13

Jul-13

Nov-13

Mar-14

Jul-14

Nov-14

Mar-15

Jul-15

Nov-15

Mar-16

Jul-16

Nov-16

Mar-17

Jul-17

Nov-17

100%
Jul-13
Apr-10
Jul-10

Jul-11

Jul-12

Jul-14

Jul-15

Jul-16
Apr-11

Apr-12

Apr-13

Apr-14

Apr-15

Apr-16
Jan-10

Jan-11

Jan-12

Jan-13

Jan-14

Jan-15

Jan-16

Jan-17
Oct-10

Oct-11

Oct-12

Oct-13

Oct-14

Oct-15

Oct-16

Inflasi Sulsel Inflasi Nasional Suku Bunga Kebijakan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah


Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

(Ribu Orang) (Ribu Orang)


% Penduduk Miskin - Skala Kanan
9200 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan 10% 1200 14%
9000 9%
1000 Jumlah Penduduk Miskin 12%
8800 8%
8600
Jumlah 7% 10%
Penduduk 800
8400 6%
8%
8200 5% 600
8000 4% 6%
7800 3% 400
4%
7600 2%
200 2%
7400 1%
7200 0% 0 0%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016* 2017** 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Keterangan: Data Februari 2017; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat *) Data September 2016; *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 9
TABEL INDIKATOR EKONOMI

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
10 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Bab 1
Pertumbuhan Ekonomi1

Perekonomian Sulsel pada triwulan IV 2017 bila diukur berdasarkan PDRB


nilainya masing-masing mencapai Rp106.974 milyar (ADHB) atau Rp72.848
milyar (ADHK), tumbuh 7,78% (yoy) di triwulan IV 2017, lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan III 2017 (6,70%; yoy).
Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan konsumsi
pemerintah, investasi dan net ekspor luar negeri yang tercatat tumbuh meningkat,
didorong oleh peningkatan aktivitas masyarakat, realisasi belanja pemerintah,
serta kinerja Negara mitra dagang yang membaik.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 terjadi
pada sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan ekonomi Sulsel yang
meningkat didorong oleh kinerja lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan
Komunikasi; Jasa Perusahaan dan Jasa Pendidikan.
Secara keseluruhan, kinerja perekonomian Sulsel tahun 2017 mencapai 7,23%
(yoy), lebih tinggi dari nasional 5,07% (yoy). Pertumbuhan tahun 2017 didorong
oleh kinerja Lapangan Usaha Konstruksi; serta Perdagangan Besar dan Eceran.
Sementara dari di sisi pengeluaran, perekonomian Sulsel ditopang oleh masih
kuatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, didorong
pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan di Sulsel, serta peningkatan
signifikan pengiriman hasil pertanian (udang segar, ikan, dan rumput laut)
maupun produk industri (nikel matte).
Dengan realisasi pada triwulan IV 2017 tersebut, diperkirakan pada triwulan I
2018 pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan kisaran 6,8%-7,2% (yoy).

1Pembahasan bab 1 menggunakan alur waktu Triwulan IV 2017 (data realisasi BPS) dan Triwulan I 2018 (data proyeksi Bank Indonesia)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 11
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

1.1. Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terakselerasi di triwulan IV 2017. Pada triwulan laporan, ekonomi Sulsel
tumbuh 7,78% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 6,70% (yoy) pada triwulan III 2017. Pertumbuhan yang
terakselerasi terutama disebabkan oleh meningkatnya kinerja di beberapa lapangan usaha antara lain Lapangan Usaha
Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan; dan Jasa
Pendidikan. Di sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya kinerja konsumsi rumah
tangga, investasi, dan membaiknya kinerja ekspor.

Secara keseluruhan, kinerja perekonomian Sulsel tahun 2017 mencapai 7,23% (yoy) sedikit melambat dibandingkan
tahun 2016 (7,42%; yoy). Meski demikian, secara keseluruhan tahun 2017, Sulsel menempati peringkat 2 dengan
pertumbuhan ekonomi tertinggi secara nasional. Pertumbuhan tahun 2017 didorong oleh kinerja Lapangan Usaha
Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan; Jasa Pendidikan dan Jasa Kesehatan. Sementara
dari disi pengeluaran, perekonomian Sulsel ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah
dan investasi.

Pada triwulan I 2018, pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan sedikit melambat pada rentang 6,8% - 7,2%.
Perlambatan tersebut dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan; Konstruksi sesuai pola historisnya; Perdagangan Besar dan
Eceran; Penyediaan Akomodasi dan makan minum yang kembali normal paska libur natal dan libur akhir tahun; demikian
pula untuk lapangan usaha Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan; dan Administrasi Pemerintah. Dari sisi pengeluaran,
melambatnya perekonomian karena konsumsi rumah tangga karena melamahnya daya beli di awal tahun yang
diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE), sementara konsumsi pemerintah karena
keberlanjutan kebijakan efisiensi belanja serta peningkatan pagu APBD 2018 yang hanya berkisar 4,1% lebih kecil dari tahun
2017 yang kenaikannya mencapai 35,8%.

12
10.34
9.25
10 8.50 8.64 8.38 7.60
6,8-7,2
8.11 8.06 7.89 8.02
7.73 7.70 7.50 7.30 7.27 7.78
7.52
8 7.01
6.39
6.78
6.63 6.70
6.02 5.90
6
4

2
6.11 6.21 5.94 5.87 5.54 5.59 5.52 5.58 5.14 4.96 4.97 5.04 4.83 4.74 4.78 5.15 4.94 5.21 5.03 4.94 5.06 5.01 5.06 5.19
0
% yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV IP
2012 2013 2014 2015 2016* 2017** 2018

yoy Nasional yoy Sulsel


Sumber: Badan Pusat Statistik
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara P : Prediksi
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

1.2. Sisi Pengeluaran


Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2017 yang meningkat terutama disebabkan oleh konsumsi
rumah tangga, investasi dan kinerja net ekspor luar negeri. Pada triwulan IV 2017, konsumsi rumah tangga tercatat
tumbuh meningkat 6,41% (yoy) dari periode sebelumnya 6,15% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menguat
sejalan dengan aktivitas masyarakat yang meningkat saat HBKN natal, tahun baru dan libur sekolah. Sementara itu, investasi
juga menguat dengan tumbuh 8,59% (yoy) dari sebelumnya 8,46% (yoy) didorong pembangunan infrastruktur energi baru
terbarukan di Sulsel. Kinerja ekspor luar negeri juga membaik karena peningkatan signifikan pengiriman hasil pertanian
(udang segar, ikan, dan rumput laut) maupun produk industri (semen, nikel, dan makanan olahan).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
12 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2018 diperkirakan melambat. Perlambatan tersebut karena kembali
normalnya konsumsi rumah tangga sebagai pangsa terbesar sisi pengeluaran, serta konsumsi pemerintah yang diperkirakan
menurun sesuai pola historisnya. Meski demikian, kinerja ekspor luar negeri yang membaik dapat menopang kinerja
perekonomian Sulsel di triwulan I 2018. Membaiknya harga komoditas utama Sulsel di awal triwulan I 2018, seperti nikel
serta membaiknya negara ekspor utama Sulsel seperti Jepang, Tiongkok dan USA yang terlihat dari PMI diatas 50.
Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I 2018 diperkirakan berada pada kisaran 6,8%-7,2% (yoy).

Tabel 1.1. Pertumbuhan (%, yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)
2015 2016* 2017**
Komponen 2013 2014
I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.96 5.90 5.30 5.50 5.02 5.34 5.29 5.28 5.62 5.73 5.29 5.48 5.54 6.47 6.15 6.41 6.15
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 10.36 11.26 (2.49) (2.13) 2.90 6.28 1.13 4.66 4.48 3.98 0.16 3.26 6.57 7.35 5.81 7.58 6.83
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2.70 1.94 7.83 3.18 8.69 10.92 8.09 3.42 8.37 (3.52) (7.43) (1.34) 3.78 (1.24) 4.34 2.40 2.17
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.11 8.12 5.13 6.02 10.06 10.73 8.08 9.33 9.84 6.63 2.96 7.02 7.36 8.25 8.46 8.59 8.18
5. Perubahan Inventori (26.91) (124.47) 193.14 76.37 201.48 132.85 (579.81) 64.13 (54.29) (49.80) 10.52 (28.52) (32.01) (63.22) 123.00 (186.22) (35.30)
6. Ekspor 2.24 15.18 (5.47) (3.49) (7.04) (25.94) (10.38) (40.43) (28.45) (32.35) (28.45) (32.69) 31.14 8.42 10.10 25.98 17.94
7. Impor 0.31 1.76 0.98 (6.04) (1.96) (1.39) (2.18) (36.67) (32.49) (42.72) (29.74) (35.01) 13.58 0.93 21.90 2.98 8.70
PDRB 7.62 7.54 5.92 7.90 7.50 7.35 7.19 7.24 8.02 6.80 7.67 7.42 7.75 6.77 6.70 7.78 7.23
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bank Indonesia
*) Angka Sangat Sementara

Net Ekspor, Dilihat dari andilnya terhadap PDRB,


Perubahan -7.1%
Perubahan Net
Persediaan, Persediaan, Ekspor, komponen konsumsi RT dan investasi
-1.0% 0.7% -2.6% (PMTB) masih menjadi penyumbang
terbesar di triwulan IV 2017 dan
Share PMTB, Share keseluruhan tahun 2017. Pangsa konsumsi
PMTB, Konsumsi 37.5%
39.0% PDRB Tw RT, 54.5% PDRB Konsum RT mencapai di atas 50% dari total PDRB,
si RT,
IV 2017 Tahun 2017 53.8% sementara pangsa PMTB mencapai di atas
35% pada triwulan II 2017. Kelompok
Konsumsi pengeluaran lain yang memiliki share cukup
Konsumsi Konsumsi Pemerintah, tinggi (di atas 5%) adalah konsumsi
Pemerintah, LNRT, 1.2% 9.4% Konsumsi
13.3% LNRT, 1.2%
pemerintah. Sementara kelompok
pengeluaran yang memiliki pangsa di bawah
Sumber: Badan Pusat Statistik 5% adalah net ekspor-impor, konsumsi
Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Pengeluaran (ADHB) LNPRT, dan perubahan inventori (1%).

1.2.1 Konsumsi
Secara agregat, pengeluaran konsumsi tumbuh positif yang didorong seluruh komponen konsumsi. Konsumsi rumah
tangga tumbuh triwulan IV 2017 tumbuh 6,41% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 6,15% (yoy). Konsumsi
LNPRT juga tercatat tumbuh 7,58% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 5,81% (yoy). Di sisi lain,
pertumbuhan pengeluaran pemerintah melambat cukup dalam, dimana pada triwulan IV 2017 tumbuh 2,40% (yoy) dari
periode sebelumnya 4,34% (yoy). Dengan adanya perlambatan pada pengeluaran konsumsi, maka total konsumsi menjadi
sedikit melambat 5,64% (yoy) dari sebelumnya 5,89% (yoy).

Konsumsi rumah tangga menguat pada triwulan IV 2017 sehingga menopang pertumbuhan ekonomi. Hari Besar
Keagamaan/HBKN (natal), tahun baru, dan libur sekolah yang jatuh bersamaan di akhir periode laporan dapat menjaga
kuatnya daya beli rumah tangga. Konsumsi rumah tangga yang kuat tersebut terkonfirmasi dari pertumbuhan Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) yang tumbuh positif 9,96% (yoy) atau 123,78 di triwulan IV 2017.

Realisasi belanja pemerintah daerah yang tumbuh pada triwulan IV 2017 juga menjadi salah satu pendorong penahan
pertumbuhan. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel hingga triwulan IV 2017 sebesar Rp8,90 triliun atau 95,48% dari target
Rp9,32 triliun. Pencapaian nilai realisasi belanja ini lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 95,0% dari
yang ditargetkan sebesar Rp7,29 triliun. Peningkatan tersebut dikarenakan komponen belanja mengalami peningkatan
realisasi dari yang ditargetkan di tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 akibat pengalihan kewenangan dari Pemerintah
Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi, terutama untuk pembayaran gaji guru SMA/SMK.

Untuk keseluruhan tahun 2017, konsumsi RT tetap kuat sehingga menjaga pertumbuhan ekonomi dan memacu
investasi. Pertumbuhan konsumsi kumulatif pada tahun 2017 adalah sebesar 6,15% (yoy) atau lebih tinggi dari konsumsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 13
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

RT tahun 2016 yang tumbuh sebesar 5,48% (yoy). Lebih tingginya konsumsi RT ini didorong oleh pembayaran gaji ke-13 dan
14 bagi pegawai negeri sipil yang berdampak positif kepada belanja barang maupun jasa.
Indeks Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 160 Indeks %, yoy 30
% yoy 132.00
150 Growth yoy (%) - Skala Kanan 20 140 129.57
25
15 120 20
140
10 15
130 100
124 5 10
120 80
0 5
109 60
110 (5) 0
(10) 40 (5)
100
(15) 20 (10)
90 (20) 0 (15)
80 (25) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015 2016 2017
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Indeks Penjualan Eceran gIndeks - Skala Kanan
*) Data hingga Juli 2016
Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Indeks Penjualan Eceran

Penyaluran kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen


Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan
meningkat. Pertumbuhan kredit Kepemilikan Rp Triliun
%, yoy

Rumah/Apartemen (KPR/A) meningkat dari 7,70% (yoy) 60 50.79 30


49.13
di triwulan sebelumnya menjadi 10,35% (yoy) atau 50 25

mencapai Rp14,65 triliun di triwulan IV 2017. Selain itu, 40 20


pertumbuhan kredit rumah tangga lainnya juga 30 15
menunjukkan peningkatan dari 22,25% (yoy) di triwulan
20 10
sebelumnya menjadi 26,07% (yoy) atau sebesar Rp11,25
10 5
triliun. Secara keseluruhan kredit konsumsi tumbuh
0 0
10,90% (yoy) dari periode triwulan sebelumnya yang I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
tumbuh 9,07% (yoy). 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah


Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi
14 50 16 15 50
% (yoy)

% (yoy)
Rp Triliun
Rp Triliun

40 14
12 14
30 40
10 20 12
10 30
8 10
0
6 -10 8 20
4 -20 6
-30 10
2 4
-40
- -50 0
2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
- (10)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Kredit Rumah Tangga Lainnya 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/A) Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah
Grafik 1.6. Penyaluran Kredit Rumah Tangga Lainnya Grafik 1.7. Penyaluran KPR/A

1.2.2 Investasi
Investasi tumbuh meningkat dan menjadi salah satu faktor pendorong di triwulan IV 2017. Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) yang merupakan indikasi dari kegiatan investasi tumbuh 8,59% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
triwulan III 2017 (8,46%; yoy). Peningkatan investasi terlihat dari meningkatnya nilai proyek yang dijalankan oleh swasta.
Menurut data BCI, proyek swasta yang dimulai pada triwulan IV 2017 mencapai Rp3,08 triliun atau tumbuh 528,7% (yoy)
dari triwulan sebelumnya yang mencapai 10,8% (yoy). Proyek swasta yang dibangun pada triwulan laporan seperti proyek
pembangunan terminal di Kab. Bantaeng, stasiun listrik Belopa, PLTU Punagaya, kawasan pelabuhan ikan Untia, dan lainnya.
Meski investasi meningkat, namun realisasi belanja modal APBN maupun APBD yang cenderung lebih rendah dari pagu di
tahun 2017 masing-masing 85,26% atau Rp3,96 triliun dan 89,25% atau Rp1,72 triliun dibandingkan dengan tahun 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
14 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

yang mencapai masing-masing 88,47% dan 91,92%. Mundurnya beberapa proyek dari jadwal diperkirakan menjadi salah
satu penyebab realisasi belanja modal APBN maupun APBD turun.

Di sisi lain, penyaluran kredit investasi dan kinerja impor barang modal menunjukkan tren penurunan di triwulan IV
2017. Penyaluran kredit investasi di periode laporan tumbuh 2,52% (yoy) atau sebesar Rp23,66 triliun dari triwulan
sebelumnya sebesar 7,40% (yoy). Impor barang modal tumbuh terkontraksi -64,2% (yoy) atau mencapai USD38,39 juta di
periode laporan. Menurut informasi anekdotal, perlambatan impor barang modal khususnya pada barang perlengkapan
transportasi di triwulan IV 2017.

Impor Barang Modal gImpor Barang Modal Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan
%, yoy
140 US$ Juta 250
%, yoy 30 Rp Triliun 24.46 50
120 200 25 23.66 40
100 150
20 30
74 100
80
50 15 20
60
38 0 10 10
40 (50)
20 5 0
(100)
0 (150) 0 (10)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015 2016 2017
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah


Grafik 1.8. Impor Barang Modal Grafik 1.9. Penyaluran Kredit Investasi

Bank Indonesia memperkirakan investasi akan


Rp Milyar Nilai Proyek Infrastruktur Baru % yoy
Pertumbuhan Nilai Proyek - Skala Kanan memberikan daya dorong lebih besar pada tahun
16,000 4,000
14,000 3,500 2018 melalui multiplier effect. Proyek pembangunan
12,000 3,000 listrik yang selesai akan mampu menghadirkan
2,500
10,000 kepastian bisnis dari sisi dunia usaha untuk
2,000
8,000
3,552 1,500 membangun atau setidaknya menambah kapasitas
6,000
1,000 produksinya. Dukungan tersebut akan memberikan
4,000 2,979
500
2,000 0 nilai tambah pada LU listrik dan gas yang kemudian
- (500) memberikan nilai tambah kepada LU Industri
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
pengolahan.
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: BCI Asia, diolah


Grafik 1.10. Nilai Proyek Investasi Infrastruktur Sulsel

1.2.3 Ekspor dan Impor


Volume Ekspor gVolume Ekspor - Skala Kanan
gNilai Ekspor - Skala Kanan
Ekspor Sulsel di triwulan IV 2017 mengalami kinerja
Ribu Ton %; yoy yang membaik meski masih tumbuh terkontraksi. Nilai
600 250
200
ekspor dengan tujuan luar negeri (LN) tumbuh -6,06%
500
150 (yoy), membaik dibandingkan dengan triwulan III 2017
400

300
100 yang tercatat tumbuh 12,55% (yoy). Peningkatan ekspor
50
200
luar negeri seiring dengan kinerja Negara mitra dagang
0
100
yang membaik terutama Jepang dan Zona Eropa. Harga
(50)
0 (100) komoditas utama Sulsel yang membaik juga mendorong
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
ekspor seperti nikel. Meski demikian, ekspor dengan
2013 2014 2015 2016 2017
tujuan Dalam Negeri (DN) tumbuh melambat menjadi
8,75% (yoy) di periode laporan, dibandingkan triwulan III
Sumber: Bea Cukai, diolah 2017 sebesar 15,47% (yoy).
Grafik 1.11. Volume Ekspor Nonmigas

Membaiknya kinerja ekspor (LN) tidak terlepas dari naiknya kinerja ekspor Nikel. Hal ini dikarenakan pangsa ekspor Nikel
menyumbang 52,08% dari total ekspor LN Sulsel di triwulan IV 2017. Nilai ekspor nikel tercatat mengalami pertumbuhan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 15
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

1,08% (yoy) naik dibandingkan dengan pertumbuhan di periode sebelumnya yang terkontraksi -1,13% (yoy). Peningkatan
nilai ekspor ini tidak terlepas dari membaiknya pertumbuhan harga komoditas nikel di pasar internasional. Sepanjang
triwulan IV 2017, harga nikel mencapai USD11.600/mt atau tumbuh 7,58% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 2,57% (yoy).

Ekspor Nikel Matte gEkspor - Skala Kanan $/mt Nikel gHarga - Skala Kanan %, yoy
25,000.0 40
350 Juta USD %, yoy 120 30
100 20,000.0 20
300
80
250 10
60 15,000.0
40 0
200
20 (10)
150 10,000.0
0 (20)
100 (20)
5,000.0 (30)
(40)
50 (40)
(60)
0 (80) 0.0 (50)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank


Grafik 1.12. Nilai Ekspor Nikel Matte Grafik 1.13. Perkembangan Harga Nikel

Selain nikel, nilai ekspor beberapa komoditas unggulan Sulsel juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan nilai ekspor
komoditas rumput laut dan biji kakao tumbuh cukup tinggi masing-masing 24,98% (yoy) dan 43,64% (yoy) dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh -14,88% (yoy) dan 14,97% (yoy). Menurunnya permintaan dari Negara mitra dagang menjadi
salah satu penahan kinerja ekspor komoditas ini. Selain itu, harga rumput laut yang naik serta panen pada komoditas kakao
mendorong motif untuk meningkatkan produksi.

Kinerja perekonomian negara-negara mitra dagang Sulsel membaik. Bila mengacu pada Purchasing Manager Index (PMI)
yang dirilis oleh Markit Survey, diketahui bahwa negara mitra dagang utama Sulsel seperti Jepang, Amerika Serikat, Zona
Eropa dan Korea Selatan mengalami peningkatan, sementara Tiongkok cenderung stabil dengan nilai diatas 50 di triwulan
IV 2017. Untuk arah pada awal triwulan I 2018, kinerja lapangan usaha manufaktur Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, dan
Korea Selatan menunjukkan peningkatan, meski Zona Eropa mengalami penurunan. Secara keseluruhan, PMI Negara mitra
dagang Sulsel masih berada di atas 50, yang mengindikasikan bahwa industri manufaktur Negara tersebut masih berada
dalam fase ekspansi.

250% YOY YOY 2500% Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan
200% 2000% 62
Indeks
150% 60
1500%
58
100%
1000% 56
50% 54
500% 52
0%
0% 50
-50%
48
-100% -500% 46
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Rumput Laut Udang Biji Kakao Olahan Kakao - skala kanan


*) Data hingga Jan 2018

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Trading Economics, Markit Survey


Grafik 1.14. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Grafik 1.15. Purchasing Managers Index

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
16 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Total Volume Impor Di sisi lain, impor Sulsel di triwulan IV 2017


600 Juta Ton
gVolume Impor (yoy) - Skala Kanan
250 mengalami pertumbuhan yang terkontraksi
gNilai Impor (yoy) - Skala Kanan %, yoy
500 200 dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor di
150 triwulan IV 2017 tercatat tumbuh -15,47% (yoy)
400
100
300
50
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
200
0 yang tumbuh 45,38% (yoy). Penurunan impor
100 (50) terkonfirmasi dari perlambatan impor luar negeri
0 (100)
(LN) yang didominasi oleh komponen impor non
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017
migas. Nilai impor LN tercatat -30,21% (yoy),
menurun dari kinerja periode sebelumnya yang
tercatat 52,94% (yoy).
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.16. Volume Impor Nonmigas

Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,
sedangkan gandum menjadi penyumbang terbesar dalam impor di triwulan IV 2017. Pangsa nilai ekspor komoditas nikel
matte mencapai 52,08% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel, yang kemudian diikuti oleh ikan/udang dan biji
coklat/coklat olahan dengan pangsa masing-masing 9,96% dan 8,67%. Untuk impor luar negeri, pangsa nilai impor gandum
mencapai 20,47% di triwulan IV 2017. Disusul kemudian mesin-mesin/pesawat mekanik (18,9%) serta gula dan kembang
gula (17,48%).
Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas
Nilai Ekspor Nilai Impor
No Komoditas (HS) Triwulan IV 2017 Pangsa No Komoditas (HS) Triwulan IV 2017 Pangsa
(USD) (USD)
1 Nikel 180,625,297 52.08% 1 Gandum 38,669,313 20.47%
2 Ikan dan Udang 34,537,186 9.96% 2 Mesin dan Peralatan Listrik 35,693,630 18.90%
3 Biji Coklat dan Coklat Olahan 30,058,293 8.67% 3 Gula dan Kembang Gula 33,015,398 17.48%
4 Biji-bijian berminyak dan Obat 26,456,913 7.63% 4 Sisa Industri Makanan 23,378,416 12.38%
5 Buah-Buahan 17,620,489 5.08% 5 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 14,173,626 7.50%
6 Kayu, Barang dari Kayu 16,765,085 4.83% 6 Pupuk 10,182,802 5.39%
7 Sisa Industri Makanan 10,544,446 3.04% 7 Kapal Laut 9,231,474 4.89%
8 Garam, belerang, kapur 9,048,976 2.61% 8 Produk Keramik 4,706,737 2.49%
9 Kopi,teh, rempah-rempah 7,284,484 2.10% 9 Bahan Kimia nonorganik 4,076,276 2.16%
10 Daging dan Ikan Olahan 3,799,708 1.10% 10 Besi dan Baja 2,165,471 1.15%
Lainnya 10,054,902 2.90% Lainnya 13,568,631 7.18%
TOTAL EKSPOR 346,795,779 100.00% TOTAL IMPOR 188,861,774 100.00%
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Berdasarkan negara tujuan, Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor Sulsel, sedangkan Tiongkok merupakan
negara yang paling besar penyedia barang-barang yang diimpor Sulsel. Di triwulan IV 2017, nilai ekspor Sulsel ke Jepang
mencapai 57,17% dari total ekspor Sulsel, yang kemudian diikuti oleh Amerika Serikat (10,63%), dan Tiongkok (9,73%).
Sementara dari sisi impor, sebagian besar barang yang masuk ke Sulsel berasal dari Tiongkok yang mencapai 26,36% dari
total impor Sulsel, yang kemudian diikuti oleh Singapura (20,01%) dan Argentina (10,88%).
Tabel 1.4. Negara Tujuan Utama Ekspor Tabel 1.5. Negara Asal Utama Impor
Total Ekspor Total Impor
No Negara Tujuan Pangsa No Negara Asal Pangsa
FOB (USD) CIF (USD)
1 Jepang 198,252,214 57.17% 1 Tiongkok 49,777,726 26.36%
2 Amerika Serikat 36,867,630 10.63% 2 Singapura 37,798,867 20.01%
3 Tiongkok 33,751,615 9.73% 3 Argentina 20,542,907 10.88%
4 Malaysia 17,040,268 4.91% 4 Kanada 18,020,373 9.54%
5 Vietnam 12,117,647 3.49% 5 Jerman 16,313,577 8.64%
6 Korea Selatan 6,718,421 1.94% 6 Liberia 9,225,000 4.88%
7 Filipina 4,739,885 1.37% 7 Ukranina 8,311,494 4.40%
8 Jerman 4,151,988 1.20% 8 Australia 7,615,856 4.03%
9 Belanda 3,657,999 1.05% 9 Rusia 5,723,950 3.03%
10 Australia 3,138,028 0.90% 10 Amerika Serikat 2,839,043 1.50%
11 Lainnya 26,360,084 7.60% 11 Lainnya 12,692,980 6.72%
TOTAL EKSPOR 346,795,779 100.00% TOTAL IMPOR 188,861,774 100.00%
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 17
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

Defisit neraca perdagangan Sulsel menurun. Defisit neraca perdagangan Sulsel pada triwulan IV 2017 mencapai Rp7,60
triliun, lebih tinggi dari defisit pada periode sebelumnya yang tercatat Rp840 miliar. Defisit yang semakin meningkat pada
neraca perdagangan tersebut terutama karena naiknya kinerja impor antar daerah yang masih tetap tinggi. Tingginya
kebutuhan Sulsel pada triwulan IV 2017 mendorong terjadinya perdagangan antar daerah, dimana sebagian besar barang
konsumtif, yang tumbuh 8,75% di triwulan IV 2017 atau Rp11,65 triliun dari triwulan sebelumnya Rp8,17 triliun.
Ekspor Luar Negeri Nonmigas
Ekspor ADHB Impor ADHB Neraca Perdagangan Bersih - Skala Kanan
Impor Luar Negeri Nonmigas
25,000 2,000 Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri Nonmigas - Skala Kanan
20,000 0 800 700
US$ Juta US$ Juta
15,000 (2,000) 600 600
10,000 (4,000) 500
400
5,000 400
(6,000) 200
0 300
(8,000)
(5,000) 0
(10,000) 200
(10,000) (200)
(12,000) 100
(15,000)
(14,000) (400) 0
(20,000)
(25,000) (16,000) (600) (100)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Rp Miliar I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Rp Miliar
2012 2013 2014 2015 2016* 2017** 2012 2013 2014 2015 2016* 2017**

Keterangan: *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara Keterangan: *) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Sumber: Bea Cukai, diolah


Grafik 1.17. Neraca Perdagangan Bersih Grafik 1.18. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

1.3. Sisi Lapangan Usaha


Pertumbuhan ekonomi Sulsel meningkat di triwulan IV 2017 terutama disebabkan oleh meningkatnya lapangan usaha
Pertambangan; Industri Pengolahan; Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran. Pertumbuhan Lapangan Usaha
Pertambangan; Industri Pengolahan; Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran sebagai lapangan usaha utama di
Sulsel naik masing-masing dari 1,67% (yoy); 4,94% (yoy); 8,35% (yoy) dan 9,60% (yoy) di triwulan III 2017 menjadi masing-
masing 2,53% (yoy); 6,03% (yoy); 10,22% (yoy) dan 15,66% (yoy) di triwulan IV 2017. Usaha lain yang mengalami
peningkatan adalah Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas (6,65%; yoy); Transportasi dan Pergudangan (17,57%; yoy);
Informasi dan Komunikasi (11,47%; yoy); Jasa Perusahaan (9,49%; yoy); serta Jasa Pendidikan (11,92%; yoy).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulsel secara keseluruhan tahun 2017 melambat dibandingkan tahun 2016.
Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta Industri Pengolahan sebagai lapangan usaha
utama Sulsel mengalami perlambatan dari 7,86% (yoy) dan 8,23% (yoy) di tahun 2016 menjadi 5,34% (yoy) dan 5,03% (yoy).
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Sulsel tahun 2017 tetap kuat dan menempati peringkat dua dengan pertumbuhan
ekonomi tertinggi secara nasional. Lapangan Usaha yang menopang perekonomian tahun 2017 adalah Lapangan Usaha
Pertambangan (4,25%; yoy); Konstruksi (8,66%; yoy); Perdagangan Besar dan Eceran (10,74%; yoy).

Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2018 diperkirakan dalam tren menurun. Penurunan tren tersebut di
sebabkan oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan; Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran. Melambatnya
Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran karena kembali normalnya konsumsi masyarakat pasca hari besar
keagaaman (natal), serta libur sekolah. Sementara untuk konstruksi yang melambat sesuai dengan pola musimannya
dimana pada awal tahun cenderung menurun.

Tabel 1.6. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan usaha Ekonomi


2015 2016* 2017**
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010 2013 2014
I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV TOTAL
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.93 10.02 3.66 11.77 5.34 1.92 5.87 0.73 4.24 5.34 24.86 7.86 14.37 4.77 3.35 -0.11 5.34
B Pertambangan dan Penggalian 5.68 11.11 2.40 7.51 11.49 7.80 7.42 2.04 5.16 1.62 -3.30 1.22 8.39 6.16 1.67 2.53 4.52
C Industri Pengolahan 9.22 9.00 7.08 6.87 3.72 9.31 6.77 12.43 8.10 11.20 2.18 8.23 4.89 4.18 4.94 6.03 5.03
D Pengadaan Listrik dan Gas 8.04 16.98 5.75 -5.16 -5.08 -0.33 -1.38 10.11 17.35 17.33 2.82 11.52 9.84 3.50 4.64 6.65 6.10
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.50 2.13 0.58 -0.26 -2.54 3.74 0.34 3.46 4.72 6.93 6.65 5.44 5.56 7.30 10.84 7.81 7.89
F Konstruksi 10.57 6.29 7.20 5.88 9.16 10.75 8.32 9.32 9.74 6.13 2.48 6.75 6.99 8.93 8.35 10.22 8.66
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.23 7.20 5.62 6.61 9.12 10.08 7.89 8.86 11.00 9.65 9.93 9.87 7.31 10.25 9.60 15.66 10.74
H Transportasi dan Pergudangan 6.36 1.24 3.34 7.28 10.50 6.04 6.82 13.47 8.90 9.13 0.17 7.75 1.26 6.15 8.61 17.57 8.37
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.76 7.82 5.60 3.99 5.45 8.13 5.81 9.79 8.93 8.72 6.60 8.47 6.80 11.04 13.69 14.84 11.66
J Informasi dan Komunikasi 14.07 5.75 7.34 7.46 8.11 8.69 7.92 8.18 8.05 7.92 8.35 8.13 9.48 11.25 9.84 11.47 10.52
K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.88 5.76 9.96 2.95 9.24 7.56 7.41 9.65 17.38 12.10 15.44 13.63 4.27 5.29 4.71 3.34 4.39
L Real Estate 8.98 7.97 8.88 7.55 7.21 6.01 7.39 7.04 6.93 5.40 6.16 6.37 4.15 4.35 4.74 4.69 4.48
M,N Jasa Perusahaan 6.97 6.76 4.77 4.48 6.79 7.40 5.87 7.89 7.73 8.07 7.81 7.88 6.81 8.73 8.64 9.49 8.44
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3.07 2.32 5.68 7.59 9.29 8.78 7.88 7.82 8.58 -8.23 -7.56 -0.22 0.20 -0.13 12.19 9.29 5.20
P Jasa Pendidikan 7.72 4.65 8.90 9.07 9.56 2.35 7.25 7.69 9.19 8.00 2.99 6.86 7.13 9.46 10.13 11.92 9.72
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.25 10.23 7.41 7.75 11.35 10.55 9.31 9.55 8.38 7.53 8.43 8.45 7.42 9.54 9.88 8.34 8.80
R,S,T,U Jasa lainnya 7.14 7.57 9.42 8.16 8.16 10.20 8.99 9.71 9.97 9.98 9.58 9.81 6.84 9.60 11.65 10.07 9.58
PDRB 7.62 7.54 5.92 7.90 7.50 7.35 7.19 7.24 8.02 6.80 7.67 7.42 7.75 6.77 6.70 7.78 7.23
PDRB Non Tambang 7.75 7.31 6.15 7.93 7.24 7.32 7.17 7.57 8.21 7.15 8.47 7.84 7.71 6.80 7.03 8.12 7.40

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Bank Indonesia


*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
18 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Dilihat dari andil terhadap PDRB,


Pertanian, Pertanian, lapangan usaha Pertanian masih menjadi
20.1% Lainnya, 22.9%
Lainnya, 31.4%
penyumbang terbesar di triwulan IV 2017
32.3%
Share dan keseluruhan tahun 2017. Pangsa
Share Pertambangan,
PDRB Pertambangan, usaha Pertanian terhadap total PDRB
5.5%
PDRB Tw IV 2017 5.4%
2017 mencapai 20,1% di triwulan IV 2017 dan
Industri
Industri
Pengolah
Pengolahan,
22,9% di tahun 2017. Usaha lainnya yang
an, 14.2% Perdagangan,
Perdagangan, 13.7% menjadi tumpuan perekonomian Sulsel
13.9%
14.4% Konstruksi , Konstruksi ,
13.4% 12.7% adalah usaha Industri Pengolahan,
Perdagangan, dan Konstruksi, yang masing-
masing memiliki pangsa terhadap total
Sumber: Badan Pusat Statistik
PDRB di atas 10%. Sementara untuk
Grafik 1.19. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Lapangan Usaha (ADHB) lapangan usaha pertambangan memiliki
pangsa di kisaran 5%. Lapangan usaha
lainnya merupakan gabungan usaha non
utama.

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.


Musim tanam dan dampak lanjutan dari banjir yang terjadi pada triwulan laporan menyebabkan Kinerja Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terkontraksi. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh negatif
mencapai -0,11% (yoy) dari periode sebelumnya tumbuh 3,35% (yoy). Turunnya kinerja LU Pertanian tersebut dikarenakan
(1) terdapatnya bencana banjir di sentra pertanian tanaman bahan makanan dengan ancaman gagal panen di masing-
masing di wilayah Kab. Bone (1.000 ha), Soppeng (3.975 ha), Wajo (1.000 ha) dan Pinrang (5.000 ha); dan (2) Harga
komoditas perkebunan seperti kopi jenis Arabica menurun. Kopi Arabica menurun dari USD 3,28/kg pada triwulan III 2017
menjadi USD3,08/kg di triwulan IV 2017 atau tumbuh terkontraksi -20,10% (yoy). Meski harga kakao sudah mengalami
perbaikan, namun pertumbuhannya masih dalam fase kontraksi yaitu -18,19% (yoy) atau USD2,05/kg.

Meski demikian, perlambatan pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ditahan oleh kinerja
di subusaha kehutanan (perkebunan). Volume ekspor komoditas kakao sebagai salah satu indikator subusaha perkebunan
tumbuh membaik dari -29,19% (yoy) di triwulan III 2017 menjadi -23,56% (yoy) di triwulan IV 2017 atau 8,71 juta ton. Secara
volume, total volume ekspor kopi juga tercatat tumbuh membaik -1,75% (yoy) atau 1,55 juta ton dari periode sebelumnya
yang tumbuh -24,09% (yoy).

35 YOY 200% Kakao gHarga - Skala Kanan


Juta Ton

3.5 $/kg %, yoy 40.00


30 150%
3.0 30.00
25 100%
2.05 20.00
20 50% 2.5
1.95 10.00
15 0% 2.0
0.00
10 -50% 1.5
(10.00)
5 -100% 1.0
(20.00)
0 -150% 0.5 (30.00)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
0.0 (40.00)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
Ekspor Kakao dan Produk Olahannya 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan - Skala Kanan
*) Data hingga Jan 2018

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank


Grafik 1.20. Volume Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Grafik 1.21. Harga Internasional Kakao

Di sisi lain, kinerja sub usaha perikanan juga menjadi salah satu faktor melambatnya pertumbuhan yang lebih dalam.
Salah satu indikator yang menunjukkan penurunan kinerja di subusaha perikanan adalah penurunan ekspor komoditas
perikanan, baik dari sisi volume maupun nilai. Secara volume, ekspor terkontraksi -7,12% (yoy) pada triwulan IV 2017, lebih
rendah dari periode sebelumnya (7,12% yoy), sementara secara nominal nilai ekspor juga melambat, dengan pertumbuhan
triwulan IV 2017 mencapai -0,19% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang tumbuh 0,27% (yoy). Penurunan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 19
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

kinerja perikanan diperkirakan karena gelombang laut yang tinggi sehingga memengaruhi nelayan melaut dan berdampak
pada pasokan ikan laut tujuan ekspor.

7 JutaTon YOY 60% 45 Juta USD YOY 30%


6 40% 40 20%
20% 35
5 10%
0% 30
4 -20% 25 0%
3 -40% 20 -10%
-60% 15
2 -20%
-80% 10
1 -100% -30%
5
0 -120% 0 -40%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah


Grafik 1.22. Volume Ekspor Komoditas Ikan Grafik 1.23. Nilai Ekspor Komoditas Ikan

Pertumbuhan di usaha pertanian Sulsel juga tercermin dari pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan ke usaha
pertanian. Di triwulan IV 2017, kredit yang disalurkan ke usaha pertanian tumbuh 26,4% (yoy) atau mencapai Rp3,60 triliun.
Angka pertumbuhan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 31,8% (yoy).

Pertanian gKredit Pertanian - Skala Kanan


%, yoy
4.0 Rp Triliun
3.60 90
3.5 3.41
80
3.0 70
60
2.5
50
2.0
40
1.5
30
1.0 20
0.5 10
0.0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah


Grafik 1.24. Perkembangan Kredit di Lapangan usaha Pertanian

1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian


Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian tumbuh meningkat. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 3,71% (yoy),
lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya 1,67% (yoy). Harga nikel yang meningkat diperkirakan mendorong
usaha pertambangan di triwulan laporan. Meski demikian, produksi nikel matte yang mengalami penurunan sesuai dengan
perkiraan dimana perusahaan produsen nikel tertinggi di Sulsel telah menyatakan bahwa terdapat pemeliharaan mesin
yang terjadi di triwulan laporan. Total Nikel Matte mencapai 19.313 metrik ton atau tumbuh -1,37% (yoy), membaik dari
pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar -7,27% (yoy).

Produksi Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan Penjualan Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan

25 70 25 60
Ribu

Ribu

20 19 60 21 50
20 50 20 40
40 30
15 30 15
20
20
10
10 10 10
0
0
5 (10) 5 (10)
(20) (20)
0 (30) 0 (30)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIIV*
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Keterangan: *) Perhitungan dengan pendekatan

Sumber: Industri Pengolahan Nikel Sumber: Industri Pengolahan Nikel


Grafik 1.25. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.26. Penjualan Nikel dalam Matte

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
20 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan usaha pertambangan dan penggalian tidak sejalan dengan penyaluran kredit di usaha ini. Di triwulan IV
2017, pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan ke lapangan usaha tambang terkontraksi lebih dalam menjadi -
11,90% (yoy) atau Rp343,46 miliar, dari triwulan sebelumnya -6,98% (yoy). Hal ini mengindikasikan bahwa pembiayaan
sektor pertambangan dan penggalian cenderung menggunakan dana sendiri sebagai sumber pendanaannya.
80 (%; yoy) Pertambangan gKredit Pertambangan - Skala Kanan
%, yoy
60 0.7 Rp Triliun 80
0.6 60
40 27.1
0.5
29.0 0.37 40
20 0.4 0.34
15.6
20
-0.2 0.3
0
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I* 0.2
(20) (20)
2014 2015 2016 2017 2018 0.1
(40) 0.0 (40)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(60) Nikel Timah Seng Timah Hitam
2012 2013 2014 2015 2016 2017
*) Data hingga Jan 2018

Sumber: World Bank Sumber: LBU, diolah


Grafik 1.27. Harga Komoditas Tambang Grafik 1.28. Kredit Lapangan usaha Pertambangan

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan


Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh meningkat. Lapangan Usaha Industri Pengolahan pada triwulan IV 2017
tumbuh 6,03% (yoy), menguat dari triwulan III 2017 yang mencapai 4,94% (yoy). Kinerja Industri Mikro dan Kecil (IMK) dan
Industri Besar dan Sedang (IBS) yang naik di triwulan IV 2017 karena terdapat peningkatan di usaha Industri Pengolahan.
Industri Mikro dan Kecil (IMK) dan Industri Besar dan Sedang (IBS) masing-masing tumbuh di triwulan IV 2017 menjadi
7,65% (yoy) dan 2,51% (yoy) dibanding periode sebelumnya tumbuh 3,26% (yoy) dan -2,11% (yoy). Ditengarai hasil industri
untuk memenuhi kebutuhan domestik dibandingkan ekspor. Nilai ekspor hasil industri di triwulan IV 2017 melambat dari
3,7% (yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 1,8% (yoy) atau sebesar USD274,2 juta.

IMK IBS 500 Juta USD %, yoy 80%


450
25 %, yoy 60%
400
20 40%
350
15 300 20%
10 250
5 200 0%
0 150 -20%
(5) 100
-40%
(10) 50
0 -60%
(15)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ekspor Industri gEkspor - Skala Kanan

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Bea Cukai, diolah


Grafik 1.29. Pertumbuhan Industri Grafik 1.30. Nilai Ekspor Hasil Industri

Sejalan dengan kinerja industri pengolahan yang


Industri Pengolahan gKredit Industri Pengolahan - Skala Kanan
meningkat, kredit yang disalurkan perbankan ke %, yoy
10.0 Rp Triliun 60
lapangan usaha ini juga meningkat. Kredit yang disalurkan 9.0 7.47 50
8.0 7.36 40
ke industri pengolahan tercatat tumbuh membaik -8,48% 7.0 30
6.0 20
(yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh -11,03% 5.0 10
(yoy). Kinerja usaha industri pengolahan membaik karena 4.0 0
3.0 (10)
terdapat peningkatan produksi baik di perusahaan 2.0 (20)
1.0 (30)
makanan pada kelompok IMK dan industri barang 0.0 (40)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
penggalian barang bukan logam pada kelompok IBS.
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Menurut informasi anekdotal, kondisi over supply semen
yang terjadi hanya bersifat sementara karena pemerintah Sumber: LBU
ingin mendorong pembangunan infrastruktur di KTI guna Grafik 1.31. Kredit Industri Pengolahan
mendorong pemerataan2.

2 https://finance.detik.com/infrastruktur/d-3846626/cerita-jokowi-bangun-infrastruktur-di-indonesia-timur

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 21
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

1.3.4 Lapangan Usaha Konstruksi


Pada triwulan IV 2017, Lapangan Usaha Konstruksi tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan
laporan, lapangan usaha ini tumbuh 10,22% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di periode sebelumnya yang mencapai
8,35% (yoy). Peningkatan usaha konstruksi dikarenakan realisasi infrastruktur di Sulsel, serta pola musiman yang terjadi di
akhir tahun. Sesuai dengan BCI Asia, nilai proyek pada triwulan IV 2017 mencapai Rp3,55 triliun atau tumbuh 55,4% (yoy)
dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,98 triliun.

60 % YOY Semen

50 45.96

40

30

20

10

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-10
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Survei Penjualan Eceran


Grafik 1.32. Penjualan Eceran Semen

Peningkatan Lapangan Usaha Konstruksi terkonfirmasi oleh hasil Survei Penjualan Eceran (SPE). Indeks Penjualan Eceran
(IPE) semen tumbuh meningkat dari 40,91% (yoy) menjadi 45,96% (yoy) di triwulan laporan. Diperkirakan penjualan semen
yang meningkat akibat terdapat proyek pembangunan terminal di Kab. Bantaeng, kereta api jalur Barru-Parepare, stasiun
listrik Belopa, kawasan pelabuhan ikan Untia, dan lainnya. Penyaluran kredit ke lapangan usaha konstruksi tumbuh
meningkat di angka 8,83% (yoy), dari triwulan III 2017 yang tercatat 1,98% (yoy).

Ribu Ton Realisasi Pengadaan Semen Sulsel (Ton) Konstruksi gKredit Konstruksi - Skala Kanan
gRealisasi - Skala Kanan %, yoy %, yoy
900 20 Rp Triliun
8.0 7.10 40
707
800 15 6.62
690 7.0 35
700
10 6.0 30
600
5 5.0 25
500
400 4.0 20
0
300 3.0 15
(5)
200 2.0 10
100 (10)
1.0 5
0 (15) 0.0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Laporan Bank, diolah


Grafik 1.33. Pengadaan Semen Grafik 1.34. Kredit kepada Lapangan usaha Konstruksi

1.3.5 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Lapangan Usaha Perdagangan Besar Dan Eceran tercatat tumbuh meningkat. Di triwulan laporan, lapangan usaha ini
tumbuh 15,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di periode sebelumnya yang tercatat 9,60% (yoy).
Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan juga terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran, terutama untuk
penjualan produk di kelompok bahan makanan, minuman, tembakau, minyak pelumas, dan elektronik yang tumbuh tinggi.
Meningkatnya aktivitas masyarakat saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) natal, tahun baru dan libur sekolah pada
triwulan laporan disinyalir mendorong penjualan. Selain itu, pertumbuhan penyaluran kredit ke lapangan usaha ini
menunjukkan peningkatan. Kredit ke lapangan usaha perdagangan tercatat mencapai Rp35,67 triliun atau tumbuh 5,58%
(yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan III 2017 yang tumbuh 5,53% (yoy).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
22 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Perdagangan gKredit Perdagangan - Skala Kanan %, yoy Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
35.67 %YOY
40.0 Rp Triliun 40 Barang Lainnya
35.24 40
35.0 35 Barang Budaya & Rekreasi
30
30.0 30
25.0 25 20
20.0 20 10
15.0 15 7.11
0 1.53
10.0 10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
5.0 5 (10)
0.0 0 2012 2013 2014 2015 2016 2017
(20) -18.74
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
(30)
2012 2013 2014 2015 2016 2017
(40)

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran


Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.36. Penjualan Barang Eceran Riil

1.4. Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Lapangan Usaha Pertambangan


Pertumbuhan ekonomi non tambang memiliki pola yang sama dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pada
triwulan IV 2017, pertumbuhan ekonomi non tambang tercatat tumbuh 8,12% (yoy) meningkat dibandingkan periode
sebelumnya yang mencapai 7,03% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa Lapangan Usaha Pertambangan di periode laporan
merupakan salah satu faktor pendorong perekonomian Sulsel dapat tetap tumbuh tinggi. Peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi non pertambangan utamanya disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada Lapangan Usaha Industri
Pengolahan; Konstruksi serta Perdagangan Besar dan Eceran.

Dari sisi rasio komponen lapangan usaha terhadap total PDRB non pertambangan, Lapangan Usaha Pertanian, Perikanan
Dan Kehutanan masih mendominasi. Pangsa lapangan usaha tersebut sebesar 20,1%, diikuti dengan Industri Pengolahan
sebesar 14,2%, Perdagangan Besar dan Eceran 14,4% dan Konstruksi 13,4%. Lapangan Usaha Industri Pengolahan serta
Perdagangan Besar dan Eceran yang meningkat karena didorong oleh pemenuhan pasokan dan perayaan HBKN natal, tahun
baru dan libur sekolah. Selain itu, Lapangan Usaha Konstruksi didorong oleh realisasi infrastruktur dan pola musiman. Di
sisi lain, kinerja Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang melambat menahan pertumbuhan ekonomi non
tambang akibat banjir dan musim tanam yang terjadi di beberapa wilayah utama penghasil tabama.

Pada triwulan I 2018, lapangan usaha non pertambangan diperkirakan tumbuh melambat berada pada kisaran 6,9%-
7,3% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi pada Lapangan Usaha Industri Pengolahan; Konstruksi; Perdagangan Besar dan
Eceran; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; serta Administrasi pemerintahan. Lapangan Usaha Industri Pengolahan;
Perdagangan Besar dan Pengolahan serta Akomodasi dan Makan Minum yang melambat karena permintaan masyarakat
menurun paska kembali normalnya aktivitas masyarakat paska HBKN. Lapangan Usaha Konstruksi melambat sesuai pola
musimannya. Meski demikian, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang meningkat menjadi salah satu
penahan turunnya pertumbuhan ekonomi lebih dalam. Lapangan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang meningkat
karena musim panen yang terjadi pada triwulan I 2018.
20 %, yoy

15

10

0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017
(5)

LU Pertambangan PDRB PDRB Non Tambang


Sumber: BPS, diolah BI
Grafik 1.37. Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 23
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

Boks 1.A. Ekonomi Digital Sebagai Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Ke Depan
Kecepatan perubahan teknologi merubah paradigma konsumen dalam berbelanja. Hal ini tercermin pada tren konsumsi
yang perlahan tapi pasti bergeser dari konsumsi ritel konvesional menjadi belanja pada marketplace (online). Perubahan
tersebut tercermin dari beberapa kejadian nasional dimana toko ritel dengan merk terkenal terpaksa menutup gerai untuk
menghindari kerugian lebih lanjut. Survei beberapa lembaga riset independen menunjukkan pergeseran tersebut
disebabkan lebih mudahnya masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai barang yang hendak dibeli.

13% 14%

46%
27% 44%
28%

14% 13%
Grafik 1.A.1. Jenis Konsumsi Rumah Grafik 1.A.2. Jenis Konsumsi Rumah Tangga
Tangga Sulawesi Selatan Tahun 2010 Sulawesi Selatan Tahun 2017

Konsumsi rumah tangga masih kuat di Sulawesi Selatan, dan ada indikasi bergesernya tren konsumsi ke arah ekonom
digital dan e-commerce. Hal ini terlihat dari mulai bergesernya konsumsi rumah tangga dari konsumsi makanan dan
minuman non restoran kepada konsumsi yang sifatnya lebih kepada gaya hidup. Dalam hal ini, konsumen tidak memilih
durable goods sebagai porsi utama pergeseran sebagaimana tercermin dari pangsa konsumsi durable goods yang menurun.
Konsumen Sulawesi Selatan terindikasi memilih konsumsinya kepada unsur leissure (seperti traveling dan makan di
restoran) serta kebutuhan jasa lainnya. Pergeseran tersebut juga diimbangi dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga
yang terus membaik (Grafik 1.A.3).
Kelas menengah di Sulsel semakin meningkat dengan potensi akses ke internet yang besar. Kelas menengah semakin
meningkat terindikasi dari pertumbuhan pendapatan perkapita yang meningkat signifikan hingga 9,41% pada 2017 (Grafik
1.A.4). Kepemilikan gawai setiap satu penduduk adalah 2 gawai yang terhubung dengan internet. Sejalan dengan hal
tersebut, mayoritas pengguna internet di Indonesia berusia 18-25 tahun, yaitu sebesar hampir setengah dari total jumlah
pengguna internet di Indonesia (49%)3. Hampir 90% dari pengguna internet tersebut adalah aktivis dunia maya melalui
media sosial.
%,yoy 10 %,yoy
12%
9
10%

8%
8
6%

4% 7

2%
6
0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
5
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Durable Goods Leissure Expense
Service Spending Food Beverage Non Restaurant g. Konsumsi RT g. PDRB per Kapita

Grafik 1.A.3. Pertumbuhan Jenis Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.A.4. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
Sulawesi Selatan Dibandingkan Pertumbuhan Pendapatan per Kapita
Sumber: BPS (diolah) Sumber: BPS (diolah)

Ke depan, pertumbuhan ekonomi digital dan e-commerce akan semakin berkembang, dengan ruang untuk Sulsel yang
masih sangat terbuka. Perkembangan transaksi ekonomi melalui dunia digital diperkirakan terus berkembang sejalan
dengan pertumbuhan bisnis marketplace dan on line. Kadin menyatakan pertumbuhan e-commerce di Indonesia pada
tahun 2017 mencapai 22% lebih tinggi daripada India (20%) maupun dunia (14%). Dari hasil kajian Bank Indonesia, pangsa

3 Hasil survei Profil Pengguna Internet Di Indonesia (2014)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
24 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

pasar Kawasan Timur Indonesia (KTI) untuk e-commerce masih sangat rendah, baru sekitar 1% dibandingkan transaksi
kawasan Jawa (95,3%) maupun Sumatera (3,7%).

Gambar 1.A.1 Kondisi Interkoneksi di Indonesia Grafik 1.A.5. Pertumbuhan E-Commerce


Sumber: UN, US Cencus Bureau, AP JII Sumber: kadin-indonesia.or.id

Peluang pariwisata, perdagangan, dan jasa hotel restoran adalah potensi yang dapat diraih Sulsel melalui ekonomi digital
dan e-commerce. Jumlah wisatawan terus bertambah dan Sulsel harus mampu menangkap peluang kejenuhan konsumen
pada destinasi yang cenderung mainstream. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui penciptaan destinasi wisata yang
sifatnya unik dan menunjukkan ciri khas Sulsel. Dalam contoh singkat, generasi adalah kaum yang memiliki daya beli tinggi
dan haus akan sesuatu yang baru, sehingga akan ikut mempromosikan keunikan ke media sosial. Peluang lainnya adalah
dengan menggunakan aplikasi augmented reality untuk menunjang kemudahan akses pariwisata dan perdagangan.
Teknologi augmented reality adalah teknologi yang diprediksi memenuhi semua jenis smartphone di tahun 2022.

Grafik 1.A.6. Perkembangan Wisatawan Ke Sulawesi Selatan Gambar 1.A.2.Penerapan Teknologi Augmented Reality dalam
Sumber: BPS Berbelanja
Sumber: Anekdotal information

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 25
BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
26 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2
Keuangan Pemerintah

Daya dorong APBD Provinsi Sulsel terhadap perekonomian sampai dengan


triwulan III 2017 sudah cukup tinggi. Realisasi belanja hingga triwulan III 2017
tercatat mencapai Rp5,25 triliun atau 57,4% dari pagu anggaran sebesar
Rp9,15 triliun, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2016 yang
mencapai 56,0%. Sebagian besar penyerapan anggaran direalisasikan untuk
belanja operasional (pangsa 73,9%) dan belanja transfer (pangsa 20,2%),
sementara untuk realisasi belanja modal mencapai 6,0%.

Di sisi lain, pencapaian realisasi belanja pada APBN yang dialokasikan di Sulsel
juga meningkat. Sampai dengan triwulan III 2017 telah terealisasi sebesar
Rp10,93 triliun atau 61,8% dari yang dianggarkan sebesar Rp17,7 triliun.
Peningkatan komponen belanja terjadi pada hampir seluruh komponen kecuali
belanja modal.

Ke depan realisasi APBD dan APBN di Sulsel, memiliki peran strategis dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel 2017, terutama stimulus pertumbuhan
yang berbentuk pembangunan infrastruktur untuk memperlancar distribusi.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 27
BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

2.1 Struktur Anggaran


Pagu anggaran belanja terbesar berasal dari APBD Pemerintah Kabupaten/Kota. Komponen keuangan pemerintah daerah
di Sulsel terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi, (2) APBD
Pemerintah Kabupaten/Kota, serta (3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk Provinsi
Sulsel. Dari ketiga unsur tersebut, nilai pagu anggaran belanja yang berasal dari APBD Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki
porsi paling tinggi yaitu mencapai Rp31,23 triliun atau 52,8% dari total pagu anggaran belanja 2017 sebesar Rp59,12 triliun.
Sementara itu, pagu anggaran belanja dari APBN yang dialokasikan untuk Provinsi Sulsel menempati urutan kedua sebesar
Rp18,57 triliun (31,4%), dan disusul oleh pagu anggaran belanja dari APBD Pemerintah Provinsi sebesar Rp9,32 triliun
(15,8%). Dari total pagu anggaran belanja tersebut, hingga akhir tahun 2017 telah berhasil direalisasikan sebesar Rp55,88
triliun atau 94,5% (Grafik 2.1 dan 2.2). Persentase realisasi anggaran hingga tahun 2017 tersebut cenderung stabil
dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 94,3% atau Rp56,58 triliun.

APBN APBN,
31.4% 30.4%

APBD REALISASI
KAB/ ANGGARAN APBD
KAB/ TAHUN 2017
KOTA 2017 KOTA*,
52.8% 53.6%

APBD APBD
PROVINSI PROVINSI,
15.8% 15.9%

Keterangan: Anggaran Perubahan pada APBD Provinsi Keterangan: *) Perkiraan


Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel dan BPKAD Provinsi Sulsel, diolah Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel dan BPKAD Provinsi Sulsel, diolah
Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel Grafik 2.2. Struktur Realisasi Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel
Tahun 2017 Triwulan III 2017

Pemerintah Kabupaten/Kota berhasil merealisasikan belanja paling tinggi. Sampai dengan akhir tahun 2017, nilai realisasi
belanja APBD Pemerintah Kabupaten/Kota diperkirakan mencapai Rp29,98 triliun atau 53,6% dari total realisasi belanja
pemerintah daerah di Sulsel, sementara realisasi APBN di Sulsel menempati urutan kedua sebesar Rp17,01 triliun (30,4%),
dan disusul oleh realisasi APBD Pemerintah Provinsi sebesar Rp8,90 triliun atau 15,9% (Grafik 2.2). Sementara pada tahun
2016, APBD Pemerintah Kabupaten/Kota, APBN di Sulsel, dan APBD Pemerintah Provinsi masing-masing porsinya 57,2%;
30,1%; dan 12,7%.

2.2 Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi


2.2.1 Pendapatan
2.2.1.1. Struktur Realisasi Pendapatan

Pada tahun 2017, struktur pendapatan Provinsi Sulsel didominasi oleh pendapatan transfer sebesar 59,6%. Pendapatan
yang bersumber dari transfer pemerintah pusat mencapai Rp5,36 triliun dari total nilai realisasi pendapatan sebesar Rp9,05
triliun. Sebagian besar dari pendapatan transfer tersebut direalisasikan dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) masing-masing dengan porsi mencapai 46,8% dan 47,8%. Selebihnya direalisasikan dalam bentuk
Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Bukan Pajak, serta transfer pemerintah pusat-lainnya. Sumber pendapatan kedua berasal
dari realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang pada tahun 2017 mencapai Rp3,68 triliun (40,6%), dengan sumber
pendapatan utama berasal dari pos Pendapatan Pajak Daerah yang nilainya mencapai Rp3,24 triliun dengan porsi 88,1%
dari PAD. Sementara sumber pendapatan lain berasal dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, lain-lain
PAD yang sah dan Pendapatan Retribusi.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
28 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH

100%
Rp miliar
90%
80% Rp3,118 Rp3,173 Rp2,464 Rp2,915 Rp3,705
70% (59%) (55%) (45%) (47%) (52%) Rp5,362
60% (59%)
50%
40%
30% Rp3,250
Rp2,199 Rp2,560 Rp3,029 Rp3,450
20% Rp3,679
(41%) (45%) (55%) (53%) (48%) (41%)
10%
0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Pendapatan Transfer Pendapatan Asli Daerah
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel, diolah
Grafik 2.3. Proporsi Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel

2.2.1.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan

Persentase dan nilai realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel sampai akhir 2017 meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya. Persentase realisasi pendapatan tahun 2017 mencapai 97,4% dari target yang dianggarkan tahun 2017 dan
lebih tinggi dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya 97,3%. Secara nominal, realisasi pendapatan
APBD pada akhir tahun 2017 sebesar Rp9,05 triliun, lebih besar dari capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar
Rp7,16 triliun. Peningkatan pendapatan bersumber dari seluruh komponen yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan
transfer dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 98,3% dari target atau sebesar Rp3,68
triliun, lebih besar dari realisasi PAD tahun sebelumnya 98,1% atau Rp3,45 triliun. Apabila dilihat lebih lanjut, seluruh
komponen pada pendapatan asli daerah mengalami peningkatan kecuali pendapatan retribusi daerah, dengan pendapatan
pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) yang
mengalami kenaikan signifikan mencapai Rp3,24 triliun, atau tumbuh 5,3% (yoy). Peningkatan pajak daerah yang meningkat
terutama berasal dari pajak kendaraan bermotor dengan strategi penertiban kendaraan yang belum membayar pajak
dimana seluruh Samsat membuka pelayanan di hari Sabtu, samsat link, gerai samsat, samsat drive thru, samsat keliling,
samsat delivery, e-Samsat, memudahkan pembayaran secara nontunai melalui ATM dan kartu debit via EDC.

Tabel 2.1. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel


(Rp Miliar)
ANGGARAN REALISASI 2016 ANGGARAN REALISASI 2017
URAIAN PERUBAHAN PERUBAHAN
2016 NOMINAL % REALISASI 2017 NOMINAL % REALISASI
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH 3,516.80 3,449.56 98.09% 3,743.34 3,678.69 98.27%
- Pendapatan Pajak Daerah 3,145.44 3,079.66 97.91% 3,319.49 3,241.75 97.66%
- Pendapatan Retribusi Daerah 85.54 86.53 101.16% 91.29 82.25 90.10%
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 106.76 106.76 100.00% 127.01 127.01 100.00%
- Lain-lain PAD yang Sah 179.06 176.61 98.63% 205.56 227.68 110.76%
PENDAPATAN TRANSFER 3,834.77 3,704.82 96.61% 5,536.83 5,362.01 96.84%
- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 271.49 314.34 115.78% 331.95 279.53 84.21%
- DAU 1,394.15 1,394.15 100.00% 2,509.48 2,509.48 100.00%
- DAK 2,164.13 1,991.32 92.01% 2,687.90 2,565.50 95.45%
- Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 5.00 5.00 100.00% 7.50 7.50 100.00%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11.93 8.21 68.83% 12.78 14.19 111.02%
JUMLAH PENDAPATAN 7,363.50 7,162.59 97.27% 9,292.96 9,054.88 97.44%
Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited)
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel

Sementara itu, pada tahun 2017 realisasi pendapatan transfer mencapai 96,8% dari target atau sebesar Rp5,36 triliun,
yang berarti lebih besar dari realisasi tahun lalu 96,6% dari target atau sebesar Rp3,70 triliun. Peningkatan pendapatan
transfer terjadi di seluruh komponen kecuali dana bagi hasil pajak dan bukan pajak. Komponen Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan transfer pemerintah pusat-lainnya meningkat cukup signifikan masing-masing mencapai
Rp2,51 triliun, Rp2,56 triliiun dan Rp7,5 miliar atau tumbuh masing-masing 80,0% (yoy), 28,8% (yoy) dan 50%. Peningkatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 29
BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

transfer terutama karena terdapat pembangunan infrastruktur skala nasional di Sulsel seperti Makassar New Port, Kereta
Api, dan jalan4.

2.2.2 Belanja
2.2.2.1. Struktur Realisasi Belanja

Selama beberapa tahun terakhir, belanja operasional mendominasi struktur belanja Provinsi Sulsel. Sampai dengan akhir
tahun 2017, nilai realisasi belanja operasional mencapai Rp6,31 triliun (pangsa 70,9%) lebih tinggi dari periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar Rp4,66 triliun (pangsa 67,3%). Selanjutnya pangsa tertinggi belanja pada belanja transfer 17,3%
(atau Rp1,54 triliun) dan belanja modal 11,8% (atau Rp1,05 triliun).

100%
Rp677 Rp843 Rp1,101 Rp1,176 Rp1,408 Rp1,537
90% (15%) (17%) (20%) (19%) (20%) (17%)
80% Rp377 Rp490
Rp676 Rp843 Rp857 Rp1,051
70%
(8%) (10%) (12%) (12%)
60% (14%) (12%)

50%
40% Rp3,549 Rp3,587 Rp3,822 Rp4,048 Rp4,666 Rp6,313
30% (77%) (73%) (68%) (67%)
20% (67%) (71%)

10% Rp miliar
0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Belanja Transfer Belanja Modal Belanja Operasional
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel
Grafik 2.4.Proporsi Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel

2.2.2.2. Perkembangan Realisasi Belanja

Persentase dan nilai realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel 2017 meningkat dibandingkan tahun 2016. Realisasi belanja di
tahun 2017 tercatat sebesar Rp8,90 triliun atau 95,5% dari yang ditargetkan sebesar Rp9,32 triliun. Pencapaian realisasi
belanja tersebut lebih tinggi dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,93 atau 95,0% dari yang ditargetkan
sebesar Rp7,30 triliun. Dengan persentase realisasi belanja sampai tersebut, maka terdapat surplus pada APBD Provinsi
Sulsel sebesar Rp153,80 miliar.

Persentase dan nilai realisasi belanja operasional lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Total pos
belanja operasional hingga akhir tahun 2017 terealisasi Rp6,31 triliun (96,2%), dimana persentase realisasi tersebut lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,67 triliun (94,5%). Persentase realisasi belanja
operasional yang lebih tinggi terjadi pada komponen belanja pegawai, belanja barang dan belanja bantuan sosial. Kenaikan
belanja pegawai karena terdapat pengalihan kewenangan dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi.

Nilai realisasi belanja modal meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir tahun 2017, realisasi
belanja modal telah mencapai Rp1,05 triliun atau 89,3% dari yang ditargetkan sebesar Rp1,18 triliun, menurun
dibandingkan persentase realisasi pencapaian pada tahun 2016 sebesar Rp856,6 miliar atau 91,9% dari yang ditargetkan
sebesarRp931,89 miliar. Belanja modal yang meningkat antara lain belanja tanah, belanja gedung dan bangunan masing-
masing terealisasi sebesar Rp0,73 miliar (86,4%) dan Rp509,2 miliar (92,5%). Penurunan belanja modal dipengaruhi oleh
belanja peralatan dan mesin yang turun cukup dalam yaitu Rp218,6 miliar (80%) dari tahun 2016 yang mencapai Rp214,2
miliar (93%).

4 Sesuai dengan Informasi APBN 2017 pada: http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/publikasi/2016%20BIB%202017.pdf

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
30 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH

Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel


(Rp Miliar)
ANGGARAN REALISASI 2016 ANGGARAN REALISASI 2017
URAIAN PERUBAHAN PERUBAHAN
2016 NOMINAL % REALISASI 2017 NOMINAL % REALISASI
BELANJA
BELANJA OPERASIONAL 4,936.65 4,666.22 94.52% 6,563.29 6,313.09 96.19%
- Belanja Pegawai 1,206.93 1,139.63 94.42% 3,067.12 2,982.11 97.23%
- Belanja Barang 1,511.35 1,392.11 92.11% 1,800.47 1,724.21 95.76%
- Belanja Bunga 21.50 21.17 98.48% 12.00 10.37 86.42%
- Belanja Hibah 1,824.70 1,747.84 95.79% 1,489.53 1,407.81 94.51%
- Belanja Bantuan Sosial 0 0 0.00% 0.60 0.60 99.63%
- Belanja Bantuan Keuangan 372.16 365.47 98.20% 193.56 187.99 97.12%
BELANJA MODAL 931.89 856.62 91.92% 1,177.86 1,051.19 89.25%
- Belanja Tanah 7.57 5.91 78.08% 0.85 0.73 86.36%
- Belanja Peralatan & Mesin 230.20 214.15 93.03% 273.31 218.62 79.99%
- Belanja Gedung dan Bangunan 155.49 139.83 89.93% 550.34 509.23 92.53%
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 524.74 483.63 92.17% 274.92 251.06 91.32%
- Belanja Aset Tetap Lainnya 3.25 3.17 97.48% 66.72 60.93 91.32%
- Aset Lainnya 10.65 9.93 93.28% 8.66 7.62 88.02%
- Belanja BLUD 0 0 0.00% 3.06 2.99 97.81%
BELANJA TIDAK TERDUGA 2.58 0 0.00% 10.00 0.03 0.32%
JUMLAH BELANJA 5,871.12 5,522.84 94.07% 7,751.15 7,364.31 95.01%

TRANSFER 1,424.44 1,408.14 98.86% 1,571.61 1,536.77 97.78%

TOTAL BELANJA 7,295.56 6,930.98 95.00% 9,322.76 8,901.08 95.48%


SURPLUS / (DEFISIT) 67.94 231.61 340.88% (29.80) 153.80 (5.16)

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 129.96 129.96 100.00% 165.80 165.80 100.00%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 195.00 195.00 100.00% 136.00 136.00 100.00%
JUMLAH PEMBIAYAAN (65.04) (65.04) 100.00% 29.80 29.80 100.00%
Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited)
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Sulsel

Nilai realisasi transfer kepada Kabupaten/Kota juga tercatat cukup tinggi. Realisasi transfer sampai dengan akhir tahun
2017 tercatat Rp1,54 triliun (97,8%), sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp1,41 triliun (98,9%). Transfer tersebut
dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan lainnya yang diharapkan dapat
mendorong perekonomian daerah masing-masing.

2.3 Perkembangan Realisasi Belanja APBN di Sulsel


2.3.1 Struktur Realisasi Belanja
Realisasi belanja pegawai mendominasi keseluruhan belanja pada APBN Sulsel. Pada akhir tahun 2017, realisasi belanja
pegawai mencapai 97,1% atau Rp6,78 triliun dari pagu sebesar Rp6,99 triliun, dimana pada tahun ini lebih rendah
dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 99,3% atau Rp7,01 triliun dari pagu
sebesar Rp7,06 triliun. Realisasi belanja APBN Sulsel tahun 2017 didominasi belanja pegawai 39,9% (atau Rp6,78 triliun)
dan belanja modal 23,3% (Rp3,9 triliun), dengan pangsa lebih rendah dari tahun 2016. Sementara itu, pangsa belanja barang
mencapai 36,6% (Rp6,22 triliun) atau lebih tinggi dari pangsa tahun 2016 yang mencapai 33,5% (Rp5,71 triliun). Sementara
pangsa pencapaian realisasi belanja bantuan sosial cenderung stabil 0,3% (Rp50,01 miliar) sama dengan pencapaian tahun
sebelumnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 31
BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

100% Rp45 Rp50


Rp1,727 Rp1,425 Rp1,279 Rp1,384 (0%)
(0%)
90% (1%) (0%) (0%) Rp3,958
(1%) Rp4,286
80% Rp3,774 (23%)
Rp6,144 (25%)
Rp4,930
70% Rp4,467
(26%)
(31%)
60% (32%) (32%)
Rp5,711 Rp6,217
50% Rp4,308
Rp4,037 Rp5,741
Rp3,247 (34%) (37%)
40%
(23%) (26%) (29%) (29%)
30%
20% Rp5,346 Rp7,006 Rp6,781
Rp4,308 Rp4,778 Rp6,489
10% (31%) (31%) (36%) (33%) (41%) (40%)
0%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai

Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, diolah


Grafik 2.5. Proporsi Belanja APBN di Sulsel

2.3.2 Perkembangan Realisasi Belanja


Persentase realisasi belanja APBN Sulsel hingga akhir tahun 2017 menunjukkan kinerja yang membaik dibandingkan
dengan tahun 2016. Pada tahun 2017, realisasi belanja APBN di Sulsel mencapai 91,6% atau sebesar Rp17,01 triliun, lebih
tinggi dari pencapaian tahun 2016 yang mencapai 88,5% atau Rp17,05 triliun. Persentase realisasi per jenis belanja APBN
di Sulsel yang lebih tinggi terutama terjadi pada belanja bantuan sosial dan belanja barang. Persentase belanja barang 2017
mencapai 90,3% dibandingkan tahun sebelumnya 79,8%. Demikian pula, belanja bantuan sosial mengalami peningkatan
baik secara presentasi maupun nominal yang disalurkan sebesar Rp50,01 miliar (91,6%). Belanja Bansos yang semakin
meningkat tersebut menunjukkan bahwa pemerintah semakin disiplin membelanjakan untuk perlindungan sosial terutama
menghadapi berbagai goncangan. Dari hasil monitoring dapat dipastikan bahwa pelaksanaan transfer untuk Dana Desa
telah terealisasi sesuai tahapan5.

Di sisi lain, persentase belanja pegawai dan belanja modal mengalami sedikit penurunan. Realisasi belanja pegawai APBN
di Sulsel mencapai 97,1% (Rp6,78 triliun) lebih rendah dari tahun 2016 yang mencapai 99,3% (Rp7,01 triliun). Lebih
rendahnya persentase maupun nilai belanja pegawai tersebut karena pembentukan lembaga di bawah kementerian
Pertahanan di Sulawesi Utara, sehingga terjadi pemindahan sebagian pegawai dari Sulawesi Selatan yang secara otomatis
akan mengurangi belanja pegawai APBN di Sulsel. Pada triwulan laporan, persentase belanja modal mencapai 85,3%
(Rp3,96 triliun) dibandingkan tahun 2016 mencapai 85,7% (Rp4,29 triliun). Sedikit menurunnya realisasi belanja modal
diperkirakan karena terdapat beberapa pembangunan yang tidak tepat waktu, sehingga berdampak pada penyerapan
belanja modal.
Tabel 2.3. Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulsel Tahun 2017 Per Jenis Belanja
Rp miliar
REALISASI 2016 ANGGARAN REALISASI 2017
ANGGARAN
URAIAN PERUBAHAN
2016 NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI
2017
Belanja Pegawai 7,058.38 7,005.81 99.26% 6,986.86 6,781.22 97.06%
Belanja Barang 7,159.42 5,711.00 79.77% 6,884.38 6,217.43 90.31%
Belanja Modal 5,002.40 4,285.88 85.68% 4,641.82 3,957.53 85.26%
Belanja Bantuan Sosial 49.02 44.83 91.46% 54.62 50.01 91.58%
JUMLAH BELANJA 19,269.21 17,047.52 88.47% 18,567.67 17,006.20 91.59%
Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, diolah

2.4 Peran Realisasi Keuangan Pemerintah Dalam PDRB


Rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) masih dalam tren
menurun6 sejak 3 tahun terakhir. Rasio hingga tahun 2017 tercatat 0,88 sedikit menurun dibanding tahun 2016 yang

5 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan
Evaluasi Dana Desa disebutkan bahwa penyaluran Dana Desa dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap I pada bulan Maret sebesar 60% (enam puluh per
seratus) dan tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus).
6 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
32 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 2KEUANGAN PEMERINTAH

terhitung 0,91%. Sementara rasio realisasi pendapatan transfer terhadap PDRB ADHB terlihat meningkat dari semula 1,0%
di 2016 menjadi 1,3% pada 2017. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan pemerintah dalam menggali sumber
pendapatan asli daerah belum dapat mengimbangi peningkatan pendapatan transfer, sehingga kecenderungan
ketergantungan kepada pendapatan transfer dari pemerintah pusat semakin meningkat. Hal demikian perlu dicermati lebih
lanjut, mengingat belum dapatnya pemerintah untuk meningkatkan kemampuan menggali pendapatan asli daerah
tersebut, dapat disebabkan oleh kewenangannya yang semakin terbatas atau terdapat ketidakefisienan dan
ketidakefektifan dalam pelaksanaannya.

1.4 % 5.3 % 2.3


%
1.3 1.28 2.12 2.09 2.1
5.1 2.05
1.2 1.9
1.1 4.9
1.7
1.0 0.98 0.98 4.7 1.49 1.5
0.9 0.89 1.35 1.3
0.8 4.5
0.95 1.20
0.7 1.01 1.1
0.96 0.99 4.3
0.6 0.59 0.91 0.88 0.9
0.51 4.1 5.19 4.62
0.5 4.86 4.79 4.50 4.96 0.7
0.4 3.9 0.5
2012 2013 2014 2015 2016 2017
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Belanja Operasi Belanja Modal
Sumber: Kanwil DJPB Provinsi Sulsel, BPKAD Provinsi Sulsel, diolah BI Sumber: Kanwil DJPB Prov. Sulsel, BPKAD Prov. Sulsel, diolah BI
Grafik 2.6. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB Grafik 2.7. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB

Rasio realisasi belanja operasional dan belanja modal APBD di Sulsel terhadap PDRB ADHB sedikit menurun di tahun
20177. Penurunan rasio belanja operasional dan modal terhadap PDRB ADHB masing-masing menjadi 4,6% dan 1,2%. Hal
ini mengindikasikan bahwa peran realisasi belanja pemerintah sebagai kontributor perekonomian sedikit menurun di
periode laporan. Diharapkan pemerintah dapat mendorong realisasi belanja supaya lebih menjadi pendorong bagi ekonomi
Sulsel.

7 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 33
BAB 1 KEUANGAN PEMERINTAHD

Boks 2.A Penyaluran Dana Desa di Sulawesi Selatan

Mekanisme penyaluran dana desa. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) menyalurkan dana di Rekening Kas
Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dalam beberapa tahap tertentu sesuai Peraturan Menteri
Keuangan (PMK). Dana di RKUN disalurkan ke Rekening Kas Daerah (RKD) berdasarkan SK Bupati/Walikota dalam periode
7 hari kerja setelah RKUN. Selanjutnya Bendahara Umum Daerah (BUD) menyalurkan dari RKUD ke Rekening Kas Desa.
Pangsa penyaluran dana desa ke Kawasan Timur Indonesia (KTI) terbesar dibandingkan kawasan Jawa maupun Sumatera
(Gambar 2.A.1). Dari pagu total dana desa sebesar Rp 60 triliun, rincian penyalurannya antara lain ke KTI sebesar 38,87%,
ke Jawa sebesar 31,19%, dan ke Sumatera sebesar 29,94%. Realisasi penyaluran dana desa ke KTI yang terbesar adalah
Maluku-Papua sebesar Rp7,52 triliun, diikuti oleh Sulawesi sebesar Rp6,24 triliun, Kalimantan sebesar Rp5,25 triliun, dan
Balinusra sebesar Rp3,71 triliun. Adapun realisasi dana desa di Sulawesi Selatan pada tahun 2017 sebesar Rp1,82 triliun.
Untuk 2018, pagu penyaluran dana desa di Sulawesi Selatan naik 9,4% (yoy) dibandingkan pagu 2017 menjadi Rp1,99 triliun.

Gambar 2.A.1 Pangsa Lapangan Usaha Sulawesi Selatan


Sumber : BPS, diolah
Pemerintah mengubah skema penyaluran dana desa pada tahun 2018. Tahap penyaluran yang pada tahun 2017 sebanyak
dua kali, menjadi tiga kali pada 20188. Pemerintah mempercepat penyaluran dana desa tahun 2018 untuk mendukung
program padat karya (cash for work), sehingga penyaluran dana desa dilakukan dengan pencairan tiga tahap. Pertama,
20% dari total pagu dengan pencairan paling cepat minggu kedua Januari 2018 dan paling lambat minggu ketiga Juni 2018.
Kedua, 40% dari total pagu dengan pencairan paling cepat akhir Maret 2018 dan paling lambat minggu keempat Juni 2018.
Upaya optimalisasi dana desa perlu dilakukan untuk meminimalisir penumpukan dana di Pemda. Berdasarkan realisasi
penggunaan yang dilakukan pada tahun sebelumnya, pada tahap kedua tahun 2017, dana desa masih menumpuk di Pemda
dan belum disalurkan ke desa, sehingga perlu dilakukan optimalisasi penyaluran dana desa dengan (1) Penggunaan dana
desa diarahkan kepada sektor prioritas, (2) peningkatan kapasitas sumber daya manusia perangkat desa, (3) peningkatan
kapasitas pendamping lokal desa, serta (4) meningkatkan pengawasan penggunaan dana desa.

8 Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 225/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa tanggal 29 Desember 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
34 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
3. INFLASI DAERAH

Bab 3
Inflasi Daerah

Inflasi Sulsel di tahun 2017 sebesar 4,44% (yoy), berada pada sasaran 4±1%
sesuai dengan sasaran yang ditetapkan pemerintah kendati dinamika
sepanjang tahun 2017 cukup dinamis. Inflasi pada tahun 2017 terutama
bersumber dari tekanan harga yang dikendalikan pemerintah (administered
price). Adapun inflasi pada kelompok harga pangan bergejolak (volatile food)
cenderung stabil.

Inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Terdapat setidaknya 4 faktor utama yang mendasari perkiraan tersebut.
Pertama, based effect dari inflasi administered price. Kedua, keputusan
Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan terkait penghapusan biaya
STNK sehingga ada potensi inflasi administered price akan deflasi di tengah
tekanan angkutan udara dan cukai rokok yang minimal. Ketiga, panen yang
diperkirakan mulai teradi di akhir Februari hingga pertengahan April yang
akan menormalisasi harga pangan khususnya beras. Keempat, penyesuaian
harga jual korporasi pada kelompok inti yang sudah dilakukan di bulan Januari
dan relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan
terjaganya inflasi dan volatilitas nilai tukar.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 35
BAB 3INFLASI DAERAH

3.1. Inflasi Umum


Inflasi Sulsel keseluruhan tahun 2017 berada pada sasaran yang ditetapkan oleh pemerintah di awal tahun 2017, yaitu
sebesar 4,44% (yoy). Inflasi tersebut berada pada sasaran 4+1% sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, kendati
dinamika sepanjang tahun 2017 cukup dinamis. Inflasi pada tahun 2017 bersumber dari tekanan harga yang dikendalikan
pemerintah (administered price) dan diikuti dengan inflasi inti (core inflation) yang mengalami peningkatan sejalan dengan
gairah ekonomi yang meningkat. Adapun inflasi pada kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) cenderung stabil
dan membuat inflasi umum berada pada sasaran 4+1%.

Tekanan inflasi sepanjang tahun 2017 lebih banyak berasal dari kelompok administered price namun dapat diimbangi
dengan inflasi kelompok volatile food yang terjaga di tengah tekanan inflasi kelompok inti yang stabil. Inflasi kelompok
administered price tercatat sebesar 10,96% (yoy) atau tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Namun demikian, tekanan inflasi
tersebut dapat dikompensasi oleh inflasi volatile food yang menurun dari 6,47% (yoy) di tahun 2016 menjadi 2,54% (yoy)
di tahun 2017. Adapun kelompok inflasi inti mengalami kenaikan menjadi 3,32% pada tahun 2017 dari 2,98% pada tahun
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan akselerasi konsumsi RT.

Berdasarkan time framing (waktu kejadian), tekanan %, ytd


12
inflasi terbesar berada pada kuartal pertama 2017.
Tekanan tersebut adalah pada triwulan pertama dimana 10 1.82
0.65
inflasi bersumber dari kenaikan tarif STNK dan dibarengi 8
dengan penyesuaian tarif listrik untuk golongan 900 VA. 6 4.29

Tekanan terbesar kedua adalah pada triwulan II dimana


4 1.04
tekanan bersumber dari hari raya lebaran. Adapun 0.62 0.61
2 1.08 1.05 4.19 1.56
tekanan terendah berada pada triwulan III dengan tahun 0.54 0.13
1.69 1.12 1.46
ajaran baru serta libur sekolah menjadi pendorong inflasi. 0 (0.61)

Menyusul pada triwulan IV, tekanan inflasi bersumber dari Headline Core AP VF
-2
administered price melalui komoditas angkutan udara dan I II III IV
volatile food akibat kenaikan harga beras dan ikan Sumber: Badan Pusat Statistik
bandeng. Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan Berdasarkan Waktu

Melihat pola time framing inflasi tersebut, inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan cenderung lebih rendah dari rata-
rata historisnya. Hal ini sejalan dengan realisasi inflasi pada bulan Januari yang sebesar 0,81% (mtm) yang lebih rendah
dibandingkan inflasi Januari 2017 sebesar 1,12% (mtm). Pada bulan Februari, tendensi disinflasi 9 didukung oleh panen
sebagian tanaman palawija serta tekanan administered price yang lebih rendah sejalan dengan pengaruh based effect
kenaikan tarif dasar listrik pada tahun sebelumnya. Demikian pula dengan tekanan inflasi inti yang diperkirakan akan
dimotori komoditas emas perhiasan yang diestimasi bergerak lebih rendah.

Prakiraan tersebut sejalan dengan realisasi inflasi Januari yang


berada lebih rendah terhadap rata-rata inflasi Januari dalam 3
tahun terakhir. Lebih rendahnya inflasi tersebut disebabkan
based effect pada kelompok administered price. Rata-rata 3
tahun terakhir, inflasi administered price berada pada posisi
2,68% dengan pendorong utama adalah penyesuaian tarif dasar
listrik dan kenaikan tarif STNK yang terjadi pada bulan Januari
2017. Adapun pada inflasi inti cenderung stabil dibandingkan
dengan rata-rata 3 tahun terakhir. Inflasi inti pada bulan Januari
2018 cenderung disebabkan oleh penyesuaian harga jual oleh
korporasi dan pedagangan, yang merespon tahun baru dan
rencana bisnis yang sudah disusun tahun sebelumnya.
Sumber: Badan Pusat Statistik sementara capaian inflasi kelompok volatile food pada Januari
Grafik 3.2. Perbandingan Realisasi Inflasi Bulan Januari 2018
terhadap Historisnya 2018 sedikit lebih tinggi dibandingkan historisnya. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan harga beras di daerah pemasok.

9
Inflasi yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
36 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 3INFLASI DAERAH

3.2. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa10


Tekanan inflasi pada triwulan IV mengalami peningkatan didorong oleh hampir seluruh kelompok barang. Dari 7 kategori
barang dan jasa, 5 diantaranya mengalami kenaikan sedangkan 2 diantaranya cenderung stabil. Kedua kelompok tersebut
adalah kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang cenderung stabil dibandingkan triwulan III. Kendati volatile food
mengalami tekanan di akhir tahun, inflasi pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi dapat terjaga karena bobot
komoditas core cukup mendominasi sehingga menahan tekanan kenaikan harga pada kedua kelompok barang tersebut.
Adapun kenaikan pada kelompok perumahan meningkat dari 5.55% (yoy) pada triwulan III menjadi 6,07% (yoy) pada
triwulan IV. Kenaikan juga terjadi pada kelompok sandang , kelompok kesehatan, pendidikan, dan transpor masing-masing
menjadi sebesar 3,36% (yoy); 4,26% (yoy); dan 4,85% (yoy).
Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)
Bahan Makanan
Tahun Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum
Makanan Jadi
I 8.01 4.57 3.43 6.03 2.28 3.54 0.89 4.61
II 6.22 4.63 3.6 2.61 1.99 3.33 3.96 4.36
2013
III 10.76 4.7 4.76 2.77 3.23 3.66 12.01 7.24
IV 6.97 4.47 6.06 2.36 3.71 1.39 11.58 6.22
I 4.76 5.39 6.25 3.73 3.79 1.33 10.31 5.88
II 6.15 5.38 5.96 5.65 5.22 1.38 7.91 5.92
2014
III 1.97 5.8 6.32 4.12 5.28 1.97 0.87 3.72
IV 16.02 6.21 6.87 3.24 5.08 1.85 10.15 8.61
I 12.87 6.34 7.33 4.51 5.75 2.18 4.35 7.13
II 15.01 6.54 7.84 4.86 5.52 2.35 6 8.06
2015
III 16.11 6.23 6.48 6.95 5.28 2.63 7.2 8.36
IV 8.78 5.48 4.13 6.01 5.02 2.57 -0.99 4.48
I 12.46 4.82 3.4 5.89 3.87 2.25 2.8 5.7
II 9.46 5.26 2.75 6.36 3.14 2.1 -0.76 4.3
2016
III 6.51 4.01 2.63 3.13 2.51 0.78 -0.48 3.07
IV 6.36 3.63 2.76 2.97 2.65 0.83 -0.87 2.94
I 3.94 4.28 3.52 1.89 2.74 0.81 3.61 3.42
II 5.19 3.72 5.85 2.05 2.36 0.82 5.47 4.49
2017
III 3.55 3.77 5.55 2.6 3 4.23 4.46 4.17
IV 3.29 3.7 6.07 4.66 3.36 4.26 4.85 4.44
2018 I* 4.47 2.62 4.50 4.16 2.47 4.13 2.29 4.11
Keterangan: *) Data hingga Januari 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik

Tekanan inflasi pada triwulan IV pada kelompok bahan makanan cenderung stabil dengan kecenderungan menurun.
Inflasi bahan makanan secara tahunan cenderung stabil dari 3,55% (yoy) menjadi 3,29% (yoy). Terjaganya inflasi pada akhir
tahun sejalan dengan upaya TPID (Tim Pengendali dan Pemantauan Inflasi Daerah) Sulawesi Selatan yang terus
berkoordinasi mengenai langkah-langkah pengendalian pasokan. Capaian inflasi bahan makanan hingga November 2017
saat itu berada pada level 0,78% (ytd) atau jauh lebih rendah dibandingkan inflasi bahan makanan tahun 2016 yang sebesar
3,63% (yoy). Namun pada bulan Desember 2017, tekanan inflasi bahan makanan meningkat seiring dengan kenaikan harga
di daerah pemasok.

10
Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 37
BAB 3INFLASI DAERAH

pesentase 2.63
yoy qtq %,mtm 2.59
18

15

12

9 0.42
6

-3 -1.48
I II III IV I II III IV I II III IV I*
Okt-17 Nov-17 Des-17 Jan-18
2015 2016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik


Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Triwulanan Grafik 3.4 Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Bulanan

Pada awal Januari atau mengawali triwulan I 2018, inflasi bahan makanan masih mengalami peningkatan didorong oleh
kenaikan harga beras dan cabai rawit. Masih belum masuknya masa panen dan gejolak harga beras di luar wilayah Sulawesi
Selatan membuat harga beras mengalami peningkatan. Bank Indonesia memprakirakan harga beras akan terkendali pada
bulan Februari hingga Maret didukung oleh panen di wilayah sentra. Sejalan dengan harga beras, harga cabai rawit juga
diperkirakan akan mengalami deflasi pada akhir triwulan I 2018. Hal ini juga didukung data prakiraan cuaca yang berada
dalam batas normal. Berdasarkan Prakiraan BMKG, curah hujan akan cenderung tinggi namun masih dalam batas
kewajaran.

Dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, inflasi cenderung stabil di triwulan IV 2017. Adapun
tendensi kenaikan didorong oleh penyesuaian harga jual rokok yang dipicu oleh kenaikan cukai. Kenaikan cukai sebesar
10,28% yang ditetapkan Kementerian Keuangan diperkirakan masih akan berlangsung hingga awal triwulan I 2018. Di sisi
lain, stabilnya harga pada kelompok ini disebabkan pergerakan harga makanan jadi, khususnya nasi dengan lauk yang
terpantau stabil.

Ke depan inflasi makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau diperkirakan juga mulai mereda. Hal ini sesuai dengan
pola tahunannya, serta dampak kenaikan cukai rokok yang menghilang. Selain itu, kecenderungan disinflasi harga bahan
makanan juga akan menahan laju kenaikan dari kelompok komoditas ini. Walaupun hingga Januari 2018, inflasi makanan
jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat sebesar 0,34% (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3 bulan tahun
sebelumnya, Bank Indonesia memperkirakan penurunan tekanan inflasi pada kelompok komoditas ini akan mulai terjadi
pada Februari dan Maret.

Sumber: Badan Pusat Statistik


Grafik 3.5 Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Grafik 3.6 Perkembangan Inflasi Bahan Makanan Jadi, Minuman,
dan Tembakau Triwulanan Rokok, dan Tembakau Bulanan

Pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, kenaikan tekanan inflasi dipicu oleh tarikan permintaan
gas yang membuat harga gas di level eceran bergerak naik. Kondisi tersebut khususnya dipicu oleh kenaikan permintaan
rumah tangga dan usaha (bisnis rumah makan) pada bulan Desember 2017. Berdasarkan info anekdotal, peningkatan
permintaan tertinggi terjadi pada jenis bright gas. Adapun harga pada komoditas lainnya cenderung stabil atau tidak

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
38 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 3INFLASI DAERAH

mengalami perubahan signifikan. Dari kelompok sandang, tekanan inflasi berasal dari permintaan rumah tangga yang tinggi
khususnya pada produk sandal kulit (naik 22,5%; mtm) dan celana panjang jeans (naik 7,59%; mtm) baik pada kategori pria,
wanita, dan anak-anak. Sedangkan pada kelompok kesehatan, tekanan harga terjadi pada komoditas jasa dokter gigi (naik
5,72%) dan jasa dokter spesialis (naik 3,94%) sehingga membuat inflasi kelompok sandang bergerak naik menjadi 4,66%
(yoy) di triwulan IV dari posisi sebelumnya sebesar 2,60% (yoy) pada triwulan III. Pada kelompok lainnya, yaitu pendidikan,
rekreasi, dan olahraga tidak mengalami perubahan signifikan pada triwulan IV dari posisi sebelumnya di triwulan III
disebabkan sumber utama tekanan yaitu inflasi komoditas pendidikan sudah terjadi kenaikan harga di bulan Juli.

3.3. Inflasi Menurut Kota IHK11


Berdasarkan kewilayahannya atau spasial, peran inflasi Makassar masih menjadi yang tertinggi. Aktivitas ekonomi yang
masih bertumpu pada zona Makassar membuat Makassar memiliki porsi hingga 78% dari pembentukan inflasi Sulawesi
Selatan. Adapun zona lainnya adalah Parepare (7%), Palopo, (6,4%), Watampone (5,8%), dan zona Bulukumba (2,8%).
Dilihat dari kontributor inflasi pada triwulan IV, maka zona Makassar merupakan kontributor tekanan utama inflasi pada
triwulan IV disusul Watampone dan Palopo.

Grafik 3.6 Persentase Bobot Kota Pembentuk Inflasi Sulawesi Selatan Grafik 3.7 Sumber Tekanan Inflasi Berdasarkan Wilayah

Berdasarkan komoditasnya, andil komoditas volatile food mendominasi seluruh zona inflasi Sulawesi Selatan. Pada
triwulan IV, inflasi dipicu oleh volatile food merespon tarikan permintaan bahan makanan yang lebih tinggi dari
ketersediaan pasokan yang ada. Komoditas tertinggi pemicu inflasi tersebut adalah ikan bandeng yang menjadi
penyumbang utama inflasi pada zona Makassar dan Watampone, diikuti dengan beras pada zona Parepare dan Bulukumba.
Namun pada zona Parepare, ikan bandeng justru mengalami deflasi. hal ini disebabkan oleh lebih fleksibelnya perilaku
konsumsi ikan oleh rumah tangga di zona Parepare. Kenaikan harga Bandeng disiasati dengan menggantinya dengan
komoditas ikan lainnya.
Tabel 3.2. Komoditas Pendorong dan Penahan Inflasi Per Zona Inflasi
Kota Makassar Andil Kota Kota Pare-pare Andil Kota Kota Palopo Andil Kota Kota Bulukumba Andil Kota Kota Bone Andil Kota
Makassar Pare-pare Palopo Bulukumba Bone
Inflasi (mtm)
Bandeng/Bolu 0.1700% Bayam 0.2070% Angkutan Antar Kota 0.1197% Beras 0.1351% Bandeng/Bolu 0.2312%
Emas Perhiasan 0.1251% Beras 0.1395% Semen 0.0846% Telur Ayam Ras 0.1269% Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso 0.0927%
Angkutan Udara 0.1200% Cakalang/Sisik 0.1233% Kacang Panjang 0.0713% Tomat Sayur 0.0775% Layang/Benggol 0.0900%
Beras 0.0922% Layang/Benggol 0.1055% Ayam Hidup 0.0712% Kursi 0.0634% Telur Ayam Ras 0.0450%
Bahan Bakar Rumah Tangga 0.0840% Telur Ayam Ras 0.1047% Bayam 0.0605% Kangkung 0.0468% Cat Tembok 0.0402%
Telur Ayam Ras 0.0666% Ayam Hidup 0.0577% Pisang 0.0578% Cabai Rawit 0.0381% Cakalang/Sisik 0.0345%
Cabai Rawit 0.0487% Udang Basah 0.0464% Tomat Sayur 0.0499% Bawang Merah 0.0217% Keramik 0.0343%
Teri 0.0426% Kacang Panjang 0.0459% Sandal Kulit 0.0486% Daging Ayam Ras 0.0200% Bawang Merah 0.0312%
Teri Diawetkan 0.0426% Pasir 0.0441% Beras 0.0478% Tomat Buah 0.0169% Seng 0.0242%
Tomat Sayur 0.0370% Tomat Buah 0.0435% Asam 0.0455% Teri 0.0150% Obat Dengan Resep 0.0231%
Deflasi (mtm)
Jeruk -0.0188% Bandeng/Bolu -0.0428% Layang/Benggol -0.0715% Kacang Panjang -0.1468% Tomat Sayur -0.0851%
Pepaya -0.0166% Cabai Rawit -0.0375% Selar/Tude -0.0468% Bayam -0.0766% Daging Ayam Ras -0.0444%
Daging Ayam Ras -0.0123% Jeruk Nipis/Limau -0.0243% Bawang Merah -0.0246% Pisang -0.0640% Asam -0.0328%
Jeruk Nipis/Limau -0.0091% Jeruk -0.0210% Cakalang/Sisik -0.0191% Kol Putih/Kubis -0.0248% Emas Perhiasan -0.0177%
Kentang -0.0060% Celana Panjang Jeans -0.0099% Baronang -0.0160% Kakap Merah -0.0208% Kakap Putih -0.0140%
Sawi Putih -0.0041% Kunyit -0.0050% Emas Perhiasan -0.0156% Bandeng/Bolu -0.0198% Pisang -0.0129%
Kol Putih/Kubis -0.0039% Emas Perhiasan -0.0039% Kakap Putih -0.0072% Baju Kaos Berkerah Pria -0.0189% Cabai Rawit -0.0088%
Buncis -0.0037% Air Conditioner (AC) -0.0037% Tauge/Kecambah -0.0047% Ketimun -0.0134% Bayam -0.0060%
Gula Merah -0.0029% Jam Tangan -0.0029% Susu Bubuk -0.0045% Kelapa -0.0116% Pepaya -0.0060%
Apel -0.0028% Gula Pasir -0.0027% Biskuit -0.0018% Cabai Merah -0.0105% Wortel -0.0060%

11
Mulai Januari 2014, inflasi Sulsel dihitung dari agregasi lima kota/kabupaten, yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 39
BAB 3INFLASI DAERAH

Mengawali awal tahun 2018, inflasi pada 4 zona mencapai lebih dari 1% (mtm) dan Makassar menjadi satu-satunya zona
dengan inflasi di bawah 1% (mtm). Bobot zona Makassar yang lebih dominan menarik ke bawah kondisi inflasi Sulawesi
Selatan di tengah tekanan inflasi pada 4 zona lainnya. Adapun Parepare menjadi zona yang mengalami tekanan inflasi
tertinggi di awal triwulan I 2018 dengan mencatatkan inflasi sebesar 1,38% (mtm), disusul oleh zona Bulukumba dengan
inflasi sebesar 1,31% (mtm). Dengan kondisi tersebut, inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan akan lebih ringan mengingat
tekanan inflasi khususnya dari volatile food dan administered price diperkirakan terus menurun.

3.4. Disagregasi Inflasi12


Tekanan inflasi berdasarkan disagregasinya pada
triwulan IV disebabkan tekanan dari kelompok
inti dan administered price. Pada kelompok inti,
kenaikan disumbang oleh komoditas emas
perhiasan sebagai dampak akhir tahun dimana
pola belanja rumah tangga banyak berfokus pada
kebutuhan perhiasan yang ditengarai untuk
kebutuhan pernikahan dan juga investasi. Harga
komoditas yang mulai merangkak naik juga turut
menambah tekanan harga pada komoditas emas
perhiasan. Sedangkan dari administered price,
sumber tekanan berasal dari angkutan udara dan
bahan bakar gas sebagai dampak kenaikan Sumber: Badan Pusat Statistik
permintaan. Grafik 3.8. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Komponen Disagregasi

Tekanan inflasi pada triwulan IV sejalan dengan kenaikan konsumsi RT yang mencapai titik tertingginya di akhir tahun.
Konsumsi rumah tangga tumbuh signifikan dan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Tingginya
pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2017 dalam jangka pendek belum mampu direspon oleh pelaku
usaha sehingga terjadi penyesuaian harga di akhir tahun khususnya pada inflasi inti dan administered price. Khusus pada
inflasi administered price, peraturan menteri perhubungan memang memperkenankan maskapai untuk menyesuaikan
harga jual tiket pada peak season sebagai salah satu insentif pelayanan di peak season namun pada batasan tertentu.
Adapun tekanan pada harga gas lebih disebabkan konsumsi bahan bakar merk bright gas yang non subsidi dan lumrah
dipergunakan hotel serta restoran sehingga di saat akhir tahun dimana terjadi lonjakan okupansi hotel dan perdagangan,
kenaikan harga gas tidak terhindarkan.

12
Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk
menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
40 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 3INFLASI DAERAH

Inflasi volatile food terjaga walau mengalami tekanan di akhir periode. Deflasi pada bulan Oktober membuat perkiraan
inflasi Sulawesi Selatan akan berada pada di bawah 4%. Hal ini terkonfirmasi ketika bulan November, tekanan inflasi volatile
food cukup terjaga secara bulanan dan membuat inflasi volatile food berada pada titik terendahnya, yaitu 0,03%. Namun
tarikan inflasi ikan bandeng dan beras di bulan Desember membuat inflasi volatile food kembali naik walau masih jauh dari
tahun sebelumnya. Adapun tekanan harga berasal dari komoditas ikan bandeng dan beras. Kedua komoditas tersebut
sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang lebih tinggi dan respon harga komoditas melihat kenaikan harga di luar
wilayah Sulawesi Selatan.

Grafik 3.9 Inflasi Volatile Food secara Bulanan Grafik 3.10 Pergerakan Inflasi Volatile Food

Inflasi pada triwulan I 2018 diperkirakan lebih rendah dari periode triwulan I 2017. Terdapat setidaknya 4 faktor utama
yang mendasari perkiraan tersebut. Pertama adalah based effect dari inflasi administered price dimana kenaikan tarif STNK
di Januari 2017 dan penyesuaian tarif dasar listrik untuk golongan 900 VA di bulan Maret 2017 tidak akan terjadi kembali
di triwulan I 2018. Hilangnya dua shock utama inflasi triwulan I 2017 tersebut akan menurunkan tekanan inflasi
administered price. Kemudian faktor kedua adalah keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan terkait
penghapusan biaya STNK yang termuat dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 60 tahun 2017. Bila ketentuan tersebut mulai
direlaksasi pada triwulan I, potensi inflasi dari administered price akan menjadi potensi deflasi di tengah tekanan angkutan
udara dan cukai rokok yang minimal. Faktor ketiga adalah panen yang diperkirakan mulai teradi di akhir Februari hingga
pertengahan April yang akan menormalisasi harga pangan khususnya beras. Adapun faktor keempat adalah penyesuaian
harga jual korporasi pada kelompok inti yang sudah dilakukan di bulan Januari dan relatif lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya sejalan dengan terjaganya inflasi dan volatilitas nilai tukar.

Risiko inflasi pada triwulan I diperkirakan akan berasal dari kenaikan harga komoditas internasional yang turut
mempengaruhi harga komoditas lain seperti emas. Pemulihan ekonomi global yang dibarengi dengan isu normalisasi
kebijakan The Fed dan pembatasan produksi minyak dunia oleh OPEC mulai berdampak pada kenaikan harga komoditas
internasional lainnya termasuk emas. Kenaikan harga emas dunia diperkirakan akan menjalar pada emas perhiasan
sehingga menjadi risiko ke atas inflasi inti. Kenaikan harga komoditas lainnya seperti batubara juga menjadi risiko dari
kenaikan tarif dasar listrik namun risiko tersebut diperkirakann masih minimal pada triwulan I dan menjadi risiko utama
pada triwulan II dan III.

3.5. Koordinasi Pengendalian Inflasi


Pengendalian inflasi volatile food pada triwulan IV sangat berdampak pada rendahnya inflasi volatile food. Selama
triwulan IV 2017, terdapat beberapa kegiatan yang dimaksudkan untuk pemantauan harga, penguatan kerjasama dan
koordinasi baik di TPID Provinsi maupun TPID Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan (Tabel 3.6). Fokus utama pengendalian
inflasi hingga November terbukti mampu menahan inflasi volatile food hingga mendekati nol persen. Adapun faktor harga
beras di luar Sulawesi Selatan yang menjadi penyebab inflasi volatile food di Desember 2017 menjadi di luar kendali TPID
Sulsel.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 41
BAB 3INFLASI DAERAH

Tabel 3.2. Tabel Kegiatan TPID pada Triwulan IV 2017


No Tanggal Lokasi Perihal Tujuan Peserta
1 1 Oktober 2017 Ruang Sipakalebbi Kantor Pemerintah Kota High Level Meeting TPID Zona Makassar Pembahasan hasil Rakornas TPID Tahun TPID Zona Makassar
Makassar 2017, tindak Lanjut Kepres No.23
Tahun 2017 dan perkembangan inflasi
terkini
2 2 November 2017 Rapat Teknis TPID Provinsi Sulawesi Persiapan pengendalian harga pangan TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Selatan jelang akhir tahun dan HBKN
3 13 November 2017 Semarang Rapat Evaluasi Kinerja TPID Provinsi Evaluasi program kerja pengendalian TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan inflasi yang telah dilakukan TPID Sulsel
selama tahun 2017
4 13 November 2017 Semarang Rapat Koordinasi TPID Provinsi Sulawesi Tukar informasi terkait upaya TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Selatan dan Jawa Tengah pengendalian inflasi utamanya dari TPID dan Jawa Tengah
Provinsi Jawa Tengah
5 14 November 2017 Ngablak, Magelang Pertemuan dengan UMKM Binaan KPw Transfer pengetahuan upaya TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Bank Indonesia Jawa Tengah pengendalian inflasi dari sisi supply dan Petani Organik di Ngablak
melalui perpanjangan masa konsumsi
sayur dan buah
6 11 Desember 2017 Kantor Bupati Jeneponto Rapat Teknis TPID kabupaten Jeneponto Kondisi inflasi terkini untuk kabupaten TPID Kabupaten Jeneponto
Jeneponto dan peningkatan koordinasi
instansi terkait
7 11 Desember 2017 Ruang Pola Kantor Bupati Sinjai Rapat Teknis TPID kabupaten Sinjai Kondisi inflasi terkini untuk kabupaten TPID Kabupaten Sinjai
Sinjai dan peningkatan koordinasi
instansi terkait
8 12 Desember 2017 KPw BI Sulsel Rapat Teknis TPID Provinsi Sulawesi Kondisi inflasi terkini dan persiapan TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Selatan pengendalian harga jelang akhir tahun
dan HBKN
9 13 Desember 2017 Kantor Bulog Subdivre Sulselbar Rapat Koordinasi Bulog dan Dinas Koordinasi pengendalian harga jelang Bulog, Dinas Perdagangan
Perdagangan akhir tahun tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota se-Sulsel,
serta distributor utama Beras
10 19 Desember 2017 Ruang Rapat Pimpinan Gubernur Provinsi Sulawesi HLM TPID Provinsi Sulawesi Selatan Perkembangan terkini inflasi di Sulawesi TPID Provinsi Sulawesi Selatan
Selatan Selatan dan koordinasi bersama
pengendalian harga jelang akhir tahun

11 21 Desember 2017 Ruang Sipakalebbi Kantor Pemerintah Kota Rapat Koordinasi TPID Kota Makassar Koordinasi lintas instansi untuk TPID Kota Makassar
Makassar pengendalian harga jelang akhir tahun

Ke depan, pengendalian inflasi oleh TPID akan berfokus pada pengayaan informasi harga oleh instansi terkait. Bank
Indonesia melalui survei pemantauan harga, kemudian PD Pasar, Dinas Perdagangan, serta Dinas Pertanian akan berfokus
pada pertukaran data harga. Informasi harga yang sangat mungkin berbeda tersebut akan disikapi dengan melihat tren
perubahan (naik atau turunnya harga, bukan level) untuk kemudian dilakukan pengambilan keputusan. Lokasi survei yang
berbeda oleh instansi terkait tersebut akan membuat TPID semakin kaya data dan dapat menghasilkan upaya preventif
lebih dini dalam mengendalikan harga.

Mengawali triwulan I 2018, Bank Indonesia juga memperkuat kerjasama dengan BMKG untuk mendapatkan informasi
terkait iklim dan cuaca. Informasi tersebut akan diolah menjadi dasar pengambilan keputusan oleh Bank Indonesia ataupun
TPID. Pemanfaatan informasi tersebut dapat berupa langkah panen dini menghadapi cuaca yang kurang bersahabat atau
upaya lainnya yang dapat membantu menjaga ketersediaan pasokan di pasar. Selain itu, kerjasama Bank Indonesia dan
BMKG tersebut juga akan membantu proyeksi pertumbuhan ekonomi khususnya pada Lapangan Usaha Pertanian. Prosesi
penandatanganan kerjasama BMKG dan Bank Indonesia tersebut dilaksanakan di Makassar pada bulan Januari 2018 dan
merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman BMKG pusat dan kantor pusat Bank Indonesia

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
42 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 3INFLASI DAERAH

Boks 3.A Kerjasama Bank Indonesia dan BMKG Dalam Mendorong Penyediaan Data
dan Informasi Cuaca

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan telah menjalin kerja sama dengan Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Sulawesi Selatan. Pada tanggal 29 Januari 2018, Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Selatan dengan Balai BMKG Wilayah IV Makassar melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
tentang pertukaran Data dan Informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Hal ini merupakan keberlanjutan dari
penandatanganan MOU antara Bank Indonesia dengan BMKG pada tanggal 25 Agustus 2017 di Jakarta. Tujuan PKS ini
adalah untuk memanfaatkan sumber daya masing-masing pihak baik dari Bank Indonesia maupun BMKG secara lebih
optimal untuk mendukung pelaksanaan tugas dan kewenangan guna mendorong kegiatan perekonomian di daerah. Kerja
sama tersebut didasarkan pada prinsip kemitraan, kesetaraan, kebersamaan dan saling menguntungkan. Ruang lingkup
perjanjian kerja sama ini meliputi pertukaran data dan informasi, forum koordinasi data dan informasi, pengembangan
kompetensi sumberdaya manusia, dan bentuk kerjasama lain sesuai tugas dan kewenangan dari Bank Indonesia dan BMKG.

Gambar 3.A Penandatanganan PKS oleh Kepala Balai BMKG


Gambar 3.B Peserta Acara Penandatanganan Kerja Sama Bank
Wilayah IV Makassar dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Indonesia dan BMKG Wilayah IV Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan

Bank Indonesia memandang pentingnya data cuaca sebagai salah satu informasi dalam pengendalian inflasi. Data curah
hujan dan gelombang laut menjadi salah satu indikator penting yang memengaruhi kelompok inflasi volatile food (harga
pangan bergejolak). Sebagai contoh, data curah hujan tinggi dapat memengaruhi sub-usaha pertanian, jika terdapat curah
hujan yang tinggi maka saat musim tanam dapat memengaruhi produksi tanaman pertanian (Anwar et al. 2015). Selain itu,
pada musim dengan intensitas hujan yang rendah dapat mempengaruhi bergesernya musim tanam dan waktu panen,
penurunan luas tanam dan panen, perubahan produktivitas dan produksi padi di lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah
setengah irigasi. Adapun, untuk penggunaan data gelombang laut dapat memengaruhi pertimbangan nelayan untuk melaut
dan pada akhirnya berdampak pada sub-usaha perikanan. Tidak hanya itu, peristiwa penting terkait dengan perubahan
iklim juga dapat diantisipasi jika informasi telah diketahui dari awal. Fenomena El Nino yang terjadi pada tahun 2015
berdampak cukup besar terhadap tanaman semusim, terutama tanaman pangan 13, namun demikian Sulsel mampu
mengantisipasi dengan baik efek El Nino tersebut sehingga lahan puso minim atau hanya sekitar 1% dari total lahan
pertanian Sulsel.

Data curah hujan juga berperan pada lapangan usaha selain pertanian, perikanan dan kehutanan. Musim dengan
intensitas hujan tinggi dapat berpengaruh pada pola distribusi pangan dan barang lainnya. Selain itu, cuaca juga berdampak
pada dunia perdagangan khususnya dalam menentukan produk apa yang akan dijual dan memengaruhi masyarakat dalam
membelanjakan uang14. Cuaca juga memengaruhi produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya dapat memengaruhi
pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 1991), yaitu ketika cuaca hujan pada umumnya produktivitas lebih rendah, sedangkan
cuaca cerah lebih mendorong produktivitas15.

13Sumber: Ruminta, Analysis of decreasing production of paddy due to climate change in Bandung district West Java. 2016.
14
http://www.cbc.ca/radio/undertheinfluence/how-weather-affects-marketing-1.2801774
15 https://www.resumetarget.com/blog/how-weather-affects-employee-productivity/

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 43
BAB 3INFLASI DAERAH

Kerjasama tersebut juga menjadi salah satu momentum bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam meningkatkan
analisis dan perencanaan produksi pangan. Dalam memenuhi target inflasi tahun 2018 yang berada di kisaran 3,5 % ±1%,
TPID dapat menggunakan data dan informasi cuaca dalam mengambil langkah preventif pengendalian inflasi. Data dan
informasi cuaca dapat menginformasikan potensi curah hujan ke depan yang memengaruhi budidaya tanaman maupun
budidaya perikanan. Dengan mengetahui prakiraan cuaca ke depan, pelaku usaha diharapkan dapat meningkatkan
produktivitasnya. Oleh karena itu, TPID dapat memetakan kebutuhan periode informasi cuaca ke depan, berdasarkan
karakteristik komoditinya. Diharapkan informasi prakiraan cuaca dapat digunakan dalam mengambil keputusan terkait
komoditi yang akan dibudidayakan, antara lain kapan waktu tanam yang ideal, berapa benih yang akan diproduksi, upaya
pengendalian organisme pengganggu, kapan harus memanen, dan seterusnya. Oleh karena itu, penyampaian informasi
kepada pelaku usaha menjadi penting untuk terus dilakukan oleh berbagai pihak dalam wadah TPID.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
44 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
4. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan
UMKM

Bab 4
Stabilitas Keuangan Daerah,
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga untuk mendukung upaya pemulihan


ekonomi Sulsel yang berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan dengan stabilnya
tingkat rasio gagal bayar bunga dan pokok utang (non performing loan)
pada level yang rendah di tengah pertumbuhan kredit yang melambat.
Masih terus konsolidasinya korporasi untuk menyehatkan struktur
keuangannya menjadi salah satu faktor yang mendorong perlambatan
pertumbuhan kredit. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM terus
meningkat signifikan sebagai bentuk kehadiran Bank Indonesia pada
ekonomi kelas menengah ke bawah.
Pembangunan ekonomi yang inklusif tersebut juga dengan tetap
memperhatikan stabilitas sistem keuangan khususnya dari risiko keuangan
korporasi menghadapi harga komoditas yang kembali naik di triwulan IV
2017 dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya. Risiko harga
komoditas tersebut dapat terjaga tercermin dari risiko NPL yang stabil baik
dari sisi korporasi maupun rumah tangga.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 45
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1. Stabilitas Keuangan Daerah


4.1.1 Asesmen Sektor Rumah Tangga16
Konsumsi Rumah Tangga memiliki peran besar dalam ekonomi Sulawesi Selatan dan menjadi mesin utama pendorong
pertumbuhan ekonomi di tahun 2017. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga berkontribusi 44% dari total pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan IV. Konsumsi rumah tangga yang besar di akhir periode tersebut menunjukkan
keyakinan rumah tangga terhadap kondisi ekonomi yang lebih baik. Hal ini tercermin dari survei konsumen yang dilakukan
oleh Bank Indonesia dimana keyakinan rumah tangga terhadap kondisi ekonomi saat ini cenderung membaik. Rumah
tangga menganggap kondisi ekonomi saat ini lebih baik dibandingkan 6 bulan terakhir khususnya pada indikator
ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan riil saat ini.

%,kontribusi 160
10
150

8 140
130
6
120

4 110
Optimis
100
2 Pesimis
2.97 3.00 2.98 2.94 3.00 2.92 2.90 3.03 3.37 3.10 3.43 90
2.62
80
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
I II III IV I II III IV I II III IV
2014 2015 2016 2017
2015 2016 2017
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Penghasilan saat ini
Konsumi RT Komponen Lainnya Ketersediaan lapangan kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Grafik 4.1 Kontribusi Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.2 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Besarnya peran rumah tangga dalam pertumbuhan ekonomi diimbangi dengan kerentanan yang lebih rendah. Sumber
kerentanan tersebut umumnya berasal dari keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini maupun yang akan datang
yang pada akhirnya akan mempengaruhi pola belanja rumah tangga. Hasil survei Bank Indonesia menunjukkan optimisme
konsumen baik saat ini maupun 6 bulan yang akan datang terhadap kondisi perekonomian sehingga tingkat kerentanan
pada rumah tangga tergolong rendah. Sejalan dengan hal itu, preferensi rumah tangga dalam membelanjakan
pendapatannya cukup stabil pada triwulan IV 2017 (dibandingkan triwulan III) karena tidak terjadi perpindahan yang
signifikan pada satu pos tertentu. Terlebih, sepanjang triwulan IV 2017, hasil survei konsumen mendapati informasi bahwa
kecenderungan penggunaan utang dalam memenuhi konsumsinya meningkat sehingga meningkatkan porsi pembayaran
pinjaman.

23.9 63.0 24.0


% % 59.9
%
%

Tw III-2017 Tw IV-2017
13.1 16.1
% %

Konsumsi Pinjaman Tabungan

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 4.4 Proporsi Belanja Rumah Tangga

16 Di dalam sistem keuangan, Rumah Tangga memiliki dua fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan penerima dana dari institusi keuangan. Kondisi keuangan
Rumah Tangga berfluktuatif sepanjang waktu dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pengangguran, tingkat konsumsi, dan kondisi
pembiayaan/kredit yang dilakukan oleh Rumah Tangga.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
46 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 4.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Hal ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga yang meningkat. Kredit konsumsi rumah tangga
mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan periode triwulan III 2017. Peningkatan tersebut khususnya bersumber
dari kredit otomotif yang meningkat sejalan dengan penjualan kendaraan yang juga meningkat. Pertumbuhan kredit
konsumsi Sulawesi Selatan tumbuh 10,9% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit konsumsi nasional.

Pertumbuhan kredit konsumsi yang meningkat juga dibarengi dengan kualitas kredit yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan
dengan rasio NPL yang menurun pada triwulan IV 2017 dibandingkan posisi awal tahun dan triwulan III 2017. NPL triwulan
IV 2017 untuk kredit konsumsi adalah sebesar 1,81% atau lebih rendah dibandingkan capaian triwulan sebelumnya dimana
NPL tercatat sebesar 2,07%.

Ke depan, isu ketersediaan lapangan kerja perlu diwaspadai untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan
kualitas kredit. Berdasarkan hasil survei konsumen Bank Indonesia hingga Januari 2018, rumah tangga mulai
mengkhawatirkan kembali ketersediaan lapangan pekerjaan sejalan dengan isu industri berbasis digital yang dirasa
mengurangi lapangan pekerjaan yang ada. Bank Indonesia terus memonitor dan memastikan kerentanan rumah tangga
tetap terjaga di tengah gejola eksternal dan revolusi ekonomi digital yang begitu cepat.

4.1.2 Asesmen Sektor Korporasi


Kontraksi ekspor yang disebabkan oleh komoditas unggulan non tambang secara umum masih dalam level aman bagi
keuangan korporasi. Penurunan ekspor yang terjadi pada komoditas ikan, udang, dan kakao berdasarkan informasi dari
pelaku usaha merupakan fenomena cuaca dan iklim yang kurang bersahabat. Dengan demikian, pelaku usaha
mengharapkan cuaca yang lebih baik untuk memacu produksinya guna meningkatkan pendapatan. Kontraksi ekspor yang
dalam belum berdampak signifikan pada posisi keuangan korporasi karena faktor siklikal (siklus cuaca) memang umum
terjadi.

Pertumbuhan Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan yang melambat juga tidak menyebabkan permasalahan
keuangan korporasi. Hal tersebut karena perlambatan pertumbuhan LU industri pengolahan yang melambat tersebut
diimbangi dengan penggunaan inventori. Pada triwulan IV 2017, pertumbuhan inventori terkontraksi -186,2% (yoy) atau
jauh lebih dalam dibandingkan kontraksi inventori pada semester I 2017. Kegiatan produksi yang lebih minim akibat hari
kerja efektif yang lebih sedikit serta tarikan permintaan rumah tangga menjadi penyebab kontraksinya inventori pada
korporasi pengolahan.

Untuk memitigasi risiko dari sisi pendapatan ekspor, upaya diversifikasi tujuan ekspor oleh korporasi perlu terus
dilakukan. Ekspor Sulsel selama ini bergantung pada mitra dagang konvensional seperti Jepang, Amerika Serikat, hingga
Tiongkok. Kecenderungan pertumbuhan ekonomi global yang masih berjuang dalam pemulihan membuat pelaku usaha
perlu mendiversifikasi tujan ekspornya pada negara-negara yang selama ini belum dipasok oleh Sulsel. Dalam melakukan
penetrasi ke pasar baru, pertimbangan neraca dan daya saing produk unggulan menjadi diperlukan. Bilamana neraca
perdagangan mengalami surplus, maka negara tersebut memiliki kemampuan untuk membeli barang atau komoditas yang
bisa ditawarkan Sulsel. Namun selain masalah neraca perdagangan, faktor daya saing juga menentukan apakah barang yang
diekspor bisa compete (bersaing) di pasar negara tersebut. Untuk Sulsel, negara yang dapat dijadikan negara tujuan ekspor
baru terdapat pada kuadran I, yaitu daya saing tinggi dan neraca perdagangan surplus seperti pada negara Belanda, Mesir,
India, hingga Afrika Selatan (Grafik 4.11)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 47
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Kuadran II Kuadran I

Kuadran III Kuadran IV

Grafik 4.6. Kuadran Potensi Ekspor pada Beberapa Negara Tujuan

Kinerja keuangan korporasi menunjukan bahwa fase konsolidasi masih terus berlanjut dan membuat kondisi keuangan
korporasi semakin prima. Sepanjang tahun 2016, korporasi terindentifikasi melakukan konsolidasi untuk melakukan
penyehatan neraca. Konsolidasi neraca dalam perspektif ekonomi didefinisikan sebagai upaya untuk menyehatkan rasio
keuangan sehingga ke depan memiliki prospek yang lebih baik. Dalam tahap ini, korporasi di Sulsel terlihat masih melakukan
efisiensi untuk kembali membuat laporan keuangan membaik. Dari sisi korporasi tambang, relaksasi ekspor mineral mentah
justru menunjukan laba yang terkontraksi disebabkan harga nikel yang kembali terkontraksi karena banjirnya pasokan di
pasar internasional. Di sisi lain, laba korporasi non tambang juga mengalami hal serupa dengan magnitude berbeda.
Fenomena ini sejalan dengan stabilnya inflasi inti di tengah tekanan kenaikan harga bahan baku. Korporasi ditengarai masih
enggan melakukan pass through kenaikan harga jual di tengah isu daya beli dan persaingan usaha yang lebih ketat.

Sumber: Bloomberg, Laporan Keuangan Korporasi, diolah


Grafik 4.7. Rasio Laba Korporasi Non Tambang Grafik 4.8. Rasio Laba Korporasi Tambang

Sejalan dengan hal tersebut, kondisi likuiditas korporasi masih dalam level aman. Hal ini ditunjukkan oleh indikator
liquidity ratio, yaitu rasio yang membandingkan utang jangka pendek terhadap aset lancarnya dengan tujuan bilamana
korporasi memiliki keperluan likuiditas jangka pendek, maka hal itu dapat dipenuhi dengan mencairkan aset lancarnya.
Salah satu indikator yang umum digunakan adalah quick ratio, yaitu dengan hanya menghitung aset lancar yang benar-
benar likuid dibandingkan terhadap kewajiban lancarnya (kewajiban jangka pendek atau yang jatuh tempo kurang dari satu
tahun). Quick ratio masih menunjukkan rasio yang lebih dari satu dan mengindikasikan aset lancar korporasi masih mampu
menutupi kewajiban lancarnya. Selain itu, rasio DER (Debt to Equity Ratio) juga menunjukkan angka yang lebih sehat sejalan
dengan fase konsolidasi keuangan yang terus berlanjut.

Ke depan, perbaikan diperkirakan terus berlanjut sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan nasional. Rasio
keuangan korporasi, khususnya juga manajemen utang luar negeri menunjukkan hal yang positif. Penggunaan utang luar
negeri cenderung melambat dan korporasi ditengarai mulai mengalihkan pembiayaannya pada sisi domestik baik kredit
ataupun menerbitkan saham baru (right issued). Pondasi ekonomi untuk tumbuh berkelanjutan dengan tetap
mempertahankan stabilitas sistem keuangan terlihat jelas dari stance pemangku kebijakan baik pemerintah maupun Bank
Indonesia.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
48 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Korporasi di Sulsel memanfaatkan kredit dari perbankan pada lajur modal kerja. Porsi kredit modal kerja korporasi
memiliki pangsa yang dominan terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan pada korporasi. Kredit modal kerja
memiliki pangsa hingga 73%. Hal ini mengindikasikan bahwa banyak korporasi yang untuk transaksi hariannya
menggunakan modal dari perbankan. Sedangkan sisanya adalah kredit investasi dengan pangsa 27% merupakan alternatif
pembiayaan manakala korporasi hendak melakukan ekspansi.

Dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan kredit korporasi baik modal kerja maupun investasi masih mengalami tren
perlambatan. Stance korporasi untuk terus menyehatkan balance sheet nya membuat korporasi cenderung untuk berhati-
hati dalam mengajukan kredit. Pertumbuhan kredit yang menurun ini sendiri mengindikasikan bahwa korporasi saat
melunasi utangnya tidak mengajukan utang baru karena dirasa dapat memanfaatkan dana internal yang lebih murah.
Namun demikian, gairah bisnis yang mulai muncul di akhir periode menjadi indikasi momentum pertumbuhan ekonomi.
Hal ini ditandai dengan pertumbuhan kredit yang meningkat khususnya pada bulan-bulan penutup periode 2017.

yoy
35%
30%
25%
20%
15% 11,6%

10%
5% 8,9%

0%
-1,9%
-5% Modal Kerja Investasi KREDIT
-10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 2015 2016 2017

Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Proyek), diolah


Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit Korporasi Menurut Penggunaan

Risiko kredit dari sisi korporasi dalam batas aman namun perlu diwaspadai khususnya pada kredit modal kerja. Risiko
gagal bayar atau non performing loan (NPL) menunjukkan bahwa kerentanan korporasi masih dalam batas yang aman. NPL
Korporasi secara rata-rata berada di bawah 5% dengan NPL terendah pada kategori kredit investasi. Namun demikian
tekanan NPL pada awal tahun 2018 perlu diwaspadai.

npl
7.0%

6.0%

5.0%

4.0%

3.0%

2.0%

1.0%

0.0%
Jul-17
Jul-15

Jul-16
Mei-15

Mei-16

Mei-17

Nov-17
Nov-15

Nov-16
Jan-15
Mar-15

Sep-15

Jan-16
Mar-16

Sep-16

Jan-17
Mar-17

Sep-17

Modal Kerja Investasi

Grafik 4.10. Non Performing Loan Korporasi Menurut Penggunaan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 49
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1.3 Asesmen Sektor Institusi Keuangan (Perbankan)17


Dalam fase konsolidasi korporasi dan perbankan, indikator perbankan Sulsel masih menujukkan pertumbuhan yang baik.
Hal ini didasari pada fungsi intermediasi perbankan di Sulsel masih berjalan baik hingga Desember 2017 sebagaimana
tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang masih tinggi tercatat 129,6%. Tingginya rasio LDR tersebut juga dikuti oleh
pertumbuhan kredit sebesar 8,9% (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut lebih baik dibandingkan posisi triwulan sebelumnya
kendati masih lebih rendah dibandingkan capaian pertumbuhan tahun 2016.

25,0% 132%
LDR (rhs) DPK NPL Kredit
129,6% 130%
20,0%
128%

15,0% 126%

124%
10,0% 8,9% 122%

6,0% 120%
5,0%
3,4% 118%

0,0% 116%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2014 2015 2016 2017

Grafik 4.11. Indikator Perkembangan SSK Sulsel

Dari sisi penghimpunan DPK, Makassar masih menjadi kota dengan penyumbang terbesar. Hal ini dapat dipahami
mengingat bahwa Makassar adalah kota besar dengan PDRB yang juga mendominasi. Pangsa kota Makassar dalam
pembentukan DPK mencapai 65% disusul oleh Pare-Pare, Palopo, Bone, dan Wajo dengan pangsa masing-masing 3,7%;
3,5%; 2,9%; dan 2,4%. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, melambatnya pertumbuhan DPK disebabkan oleh DPK kota
Makassar yang mengalami perlambatan. Dengan pangsa yang besar tersebut, kabupaten/ kota lainnya yang tumbuh lebih
tinggi dari rata-rata sebelumnya belum mampu mengompensasi perlambatan DPK dari Makassar (Grafik 4.12)

Makassar 65.0% Makassar 4.3%


3.7% 3.9%
Palopo 3.5% Palopo 1.3%
2.9% 8.0%
Wajo 2.4% Wajo 0.0%
1.9% 3.3%
Tana Toraja 1.8% Tana Toraja 6.5%
1.7% -2.8%
Luwu Utara 1.7% Luwu Utara 9.5%
1.7% 5.5%
Maros 1.5% Maros 11.6%
1.5% 6.2%
Enrekkang 1.3% Enrekkang -1.2%
1.3% 4.9%
Sinjai 1.3% Sinjai -3.3%
1.2% -2.9%
Luwu Timur 1.1% Luwu Timur 9.7%
1.1% 1.2%
Jeneponto 0.9% Jeneponto 2.9%
0.9% -10.1%
Selayar 0.7% Selayar 12.0%
0.6% -2.8%
Luwu 0.4% Luwu -11.9%

Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank, diolah) Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank, diolah)
Grafik 4.12. Pangsa DPK per Kab/Kota Grafik 4.13. Pertumbuhan DPK per Kab/ Kota

Risiko kredit yang dihadapi perbankan Sulsel masih dalam batas aman sebagaimana ditunjukkan oleh NPL yang masih
berada di bawah ambang batas 5%. NPL Kredit Sulsel pada tahun 2017 adalah sebesar 3,4% atau berada jauh di bawah
ambang batas risiko kredit yang dapat mempengaruhi kinerja perbankan. NPL tersebut mayoritas berada pada sektor
konstruksi dan perdagangan serta pertambangan. Di lihat dari kabupaten/ kota, NPL di masing-masing kabupaten/ kota di
Sulsel juga menunjukkan bahwa risiko berada di bawah ambang batas normal. Risiko NPL tertinggi hanya berada di kisaran
2% dengan lokasi Pinrang, Wajo, Bone, Pangkep, Makassar, Gowa, Bantaeng, dan Bulukumba sedangkan sisanya berada di
bawah 2%.

17Data perbankan lokasi bank

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
50 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 4.14 Risiko Kredit berdasarkan NPL di Kabupaten/ Kota

Pelemahan harga komoditas nikel tidak memberikan tekanan kepada NPL sejalan dengan kinerja korporasi yang mampu
mengatasi tekanan kesehatan keuangannya. Hal ini terlihat dari NPL yang berada di bawah 2% pada kabupaten penghasil
tambang, yaitu Luwu Timur. Sifat korporasi yang mampu melakukan forecast harga komoditas membuat manajemen
korporasi mampu mengatasi tekanan tanpa harus menunda pembayaran gaji karyawan yang pada akhirnya menganggu
pembayaran cicilan ke bank.

Risiko kredit pada metode Loan at Risk Ratio masih perlu diwaspadai. Loan at risk Sulsel cukup tinggi di bulan Desember
2017 sehingga perkembangannya perlu dimonitor lebih lanjut. Posisi Loan at Risk tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan bulan Juni 2017 yang ditengarai karena pembayaran bunga dan cicilan terlambat (jatuh pada kolektibilitas 2)
disebabkan RT yang menunggu pencairan THR (natal) dan bonus akhir tahun.

4.2. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM


Penetrasi kredit UMKM terus dilakukan untuk mendukung perekonomian dan pemerataan akses keuangan. Kredit
UMKM di triwulan IV 2017 tercatat sebesar Rp34,3 triliun, tumbuh 8,3% (yoy). Pangsa kredit UMKM (produktif) terhadap
total kredit adalah 31,7%. Dari nilai tersebut 39% merupakan kredit usaha kecil dan 32% lainnya adalah kredit usaha
menengah sedangkan sisanya merupakan usaha mikro.

50%

40%
31,8%
30%

20% 13,3%

10% 8,1%
7,2%
0%
4,9%
-10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 2015 2016 2017

Porsi thd Total Kredit UMKM Mikro Kecil Menengah

Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah Sumber: LBU Bank Indonesia (Lokasi Bank), diolah
Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.11. Pangsa Kredit UMKM

Kredit UMKM di Sulsel didominasi oleh kredit di lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dengan pertumbuhan
kredit tertinggi di lapangan usaha perikanan. Pertumbuhan kredit UMKM tertinggi tercatat pada lapangan usaha perikanan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 51
BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

(33,1%; yoy), diikuti lapangan usaha penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum (29,6%; yoy) dan lapangan
usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial (26,7%, yoy). Apabila dilihat dari pangsa, kredit UMKM di Sulsel didominasi oleh
kredit di lapangan usaha perdagangan besar dan eceran (58,3%), diikuti lapangan usaha pertanian, perburuan, dan
kehutanan (8,2%), dan lapangan usaha industri pengolahan (6,2%).

yoy Growth (%) Nominal Kredit (Rp T) Share


No Lapangan Usaha
Nov-17 Des-17 Nov-17 Des- 17 Des - 17 (%)
1 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 28,1 24,5 3,0 3,0 8,2%
2 PERIKANAN 27,1 33,1 0,4 0,5 1,3%
3 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -1,3 -9,9 0,2 0,2 0,6%
4 INDUSTRI PENGOLAHAN 4 11,5 2,1 2,2 6,2%
5 LISTRIK, GAS, DAN AIR -4,5 -1,6 0,1 0,1 0,3%
6 KONSTRUKSI -10,2 -9,3 1,7 1,7 4,8%
7 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 7,2 8,1 20,7 21,0 58,3%
8 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 27,8 29,6 1,7 1,7 4,8%
9 TRANSPORTASI, PERGUDANGAN, DAN KOMUNIKASI -11,1 -17,8 1,3 1,2 3,2%
10 PERANTARA KEUANGAN -16,2 -26 0,5 0,5 1,4%
11 REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 2,7 12,3 1,2 1,3 3,6%
12 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 18 -15,3 0,0 0,0 0,0%
13 JASA PENDIDIKAN 4,7 9,4 0,1 0,1 0,4%
14 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 97 26,7 0,3 0,3 0,9%
2,0 2,0
15 JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAIN 23 17,7 5,5%
16 JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 1,2 4,9 0,1 0,1 0,4%
17 BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERASIONAL LAINNYA -65,02 -66,1 - - 0,0%
18 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA -17,3 -14,3 0,0 0,0 0,1%
TOTAL KREDIT 8,1 8,3 35,6 36,0 100,0%

Tabel 4.1 Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi

Eksistensi UMKM terus didorong oleh Bank Indonesia melalui kebijakan persentase kredit yang harus disalurkan
perbankan kepada UMKM. Porsi tersebut di tahun 2018 akan ditingkatkan menjadi 20% dati total kredit. Bank Indonesia
menilai kebijakan ini akan mampu mendorong pertumbuhan yang berkualitas. Akan tetapi NPL UMKM yang cenderung
lebih tinggi dibandingkan non UMKM, perlu mendapat perhatian khususnya pada seleksi debitur yang mengajukan
kredit.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
52 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
RUPIAH

Bab 5
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan
Pengelolaan Uang Rupiah

Nilai dan jumlah transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank
Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan. Hal tersebut sejalan dengan
pola pengeluaran pemerintah yang meningkat menjelang akhir tahun,
peningkatan belanja infrastruktur, dan aktivitas masyarakat menjelang
Natal/tahun baru.
Sejalan dengan itu, tren perkembangan transaksi tunai yang melalui Bank
Indonesia masih net inflow, disebabkan Sulawesi Selatan merupakan hub
perdagangan Kawasan Timur Indonesia, sehingga uang kartal dari daerah
sekitar cenderung masuk ke Sulsel.
Di sisi lain, untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar,
Bank Indonesia senantiasa terus mendorong clean money policy melalui
kegiatan penukaran uang melalui perbankan, kas keliling dalam kota dan
luar kota, dan kas titipan.
Pengawasan terhadap transaksi KUPVA BB, menunjukkan transaksi
pembelian maupun penjualan valas selama triwulan IV 2017 lebih rendah,
ditengarai karena berakhirnya musim haji dan libur panjang sekolah.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 53
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran


Lebih separuh transaksi non tunai di pulau Sulawesi terjadi di Sulawesi Selatan pada triwulan IV 2017. Pangsa nilai RTGS
dari (from) Sulawesi Selatan mencapai 58,1% (Rp11,54 triliun). Sementara proporsi nilai kliring (kliring kredit dan kliring
penyerahan) Sulawesi Selatan triwulan IV 2017 mencapai 58,3% (Rp13,35 triliun).

Gorontalo Sulawesi Gorontalo Sulawesi


Sulawesi 4.4% Tenggara 3.7%
Sulawesi Utara
Tenggara 8.9%
Utara 16.8%
4.6%
21.5%

Sulawesi
Tengah
Sulawesi 12.3%
Tengah
11.4%

Sulawesi
Selatan Sulawesi
58.1% Selatan
58.3%

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 5.1. Proporsi Nilai RTGS se-Sulawesi Grafik 5.2. Proporsi Nilai Kliring se-Sulawesi

5.1.1 Perkembangan Transaksi Non Tunai


Transaksi non tunai yang dilakukan melalui Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan. Jumlah
warkat yang dikliringkan pada triwulan IV 2017 tercatat sebanyak 313 ribu lembar dengan nominal mencapai Rp13,35 triliun
meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 300 ribu lembar dengan nominal mencapai Rp12,85 triliun.
Nilai transaksi kliring pada triwulan IV 2017 tersebut tumbuh -15,2% (yoy), membaik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya -17,6%(yoy). Membaiknya perputaran transaksi pembayaran di Sulsel juga terlihat dari rata-rata perputaran
harian transaksi kliring yang mencapai Rp0,22 triliun per hari atau tumbuh terkontraksi -13,9% (yoy) dibandingkan pada
triwulan III 2017 yang tumbuh -14,8% (yoy). Membaiknya transaksi kliring pada triwulan IV sejalan dengan pengeluaran
pemerintah yang meningkat menjelang akhir tahun antara lain untuk belanja infrastruktur dan meningkatnya aktivitas
masyarakat menjelang Natal/tahun baru.
Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
2015 2016 2017
URAIAN
I II III IV I II III IV I II III IV
Total Perputaran Kliring Kredit dan Kliring Debet Penyerahan
- Nominal (triliun rupiah) 9.76 10.49 11.36 13.95 18.23 19.31 15.60 15.75 14.47 11.36 12.85 13.35
- Lembar (ribuan) 262 285 297 314 347 361 328 336 318 279 300 313
Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring Kredit dan Debet Penyerahan
- Nominal (triliun rupiah) 0.16 0.17 0.19 0.22 0.30 0.31 0.26 0.25 0.23 0.21 0.22 0.22
- Lembar (ribuan) 4.3 4.7 4.9 5.0 5.7 5.7 5.5 5.3 5.1 5.3 5.2 5.1
Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.2. Pengelolaan Uang Rupiah


5.2.1 Perbandingan Transaksi Tunai Antar Daerah
Pada triwulan IV 2017, proporsi transaksi tunai (inflow-outflow) di Sulawesi Selatan merupakan yang terbesar se-
Sulawesi, dengan porsi uang masuk (inflow) cenderung lebih tinggi karena posisi Sulawesi Selatan sebagai kutub
pertumbuhan Sulawesi. Pangsa nilai inflow Sulawesi Selatan mencapai 65,3% (Rp 3,97 triliun), sementara proporsi nilai
outflow Sulawesi Selatan triwulan IV 2017 mencapai 33,5% (Rp 4,17 triliun). Proporsi inflow Sulsel yang lebih besar
dibandingkan outflow, menunjukkan bahwa aliran uang dari beberapa daerah di luar Sulawesi Selatan ke Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
54 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

lebih banyak. Hal ini sejalan dengan porsi Sulsel sebagai hub perdagangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan
perekonomian Sulsel yang mencapai separuh dari ekonomi Sulawesi. Selain itu, Sulsel juga sebagai kutub pertumbuhan di
Sulawesi.

Sulawesi
Sulawesi Sulawesi
Barat Sulawesi
Tenggara Barat
1.9% Utara
7.3% 7.6% Sulawesi
19.3% Sulawesi Utara
Tenggara 26.9%
16.0%
Sulawesi
Tengah
6.2%

Sulawesi
Tengah
Sulawesi Sulawesi 16.0%
Selatan Selatan
65.3% 33.5%

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 5.3. Proporsi Inflow se-Sulawesi Grafik 5.4. Proporsi Outflow se-Sulawesi

5.2.2 Perkembangan Aliran Uang Kartal18


Meskipun jumlah inflow melambat, namun nilainya tetap lebih tinggi dibandingkan outflow. Aliran uang masuk (inflow)
tercatat sebesar Rp4,32 triliun, secara nominal lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar Rp6,43 triliun. Namun
demikian, pertumbuhan inflow tersebut sebesar -2,23% (yoy) (Grafik 5.1) tumbuh membaik dibandingkan dengan periode
triwulan sebelumnya (-6,46%; yoy). Sementara itu, aliran uang keluar (outflow) dari Bank Indonesia secara nominal
mengalami kenaikan dari Rp3,60 triliun pada triwulan III 2017 menjadi Rp4,30 triliun pada triwulan IV 2017. Demikian pula
pertumbuhan outflow tersebut meningkat sebesar 12,01% (yoy) (Grafik 5.2) dibandingkan dengan periode triwulan
sebelumnya (3,46%; yoy).

Rp Triliun Inflow Growth - sisi kanan %, yoy Rp Triliun Outflow Growth - sisi kanan %, yoy

8 50 7 80
7 40 6 60
6 30 5 40
5 20
4 20
4 10
3 0
3 0
2 -10 2 -20

1 -20 1 -40
0 -30 0 -60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2015 2016 2017
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Inflow Grafik 5.6. Aliran Uang Kartal Outflow

Dengan perkembangan inflow outflow tersebut, aliran uang kartal di Sulsel pada triwulan IV 2017 menunjukkan net
inflow. Tren perkembangan di Sulsel cenderung net inflow. Hal ini diperkirakan terjadi karena provinsi Sulawesi Selatan
merupakan hub perdagangan Kawasan Timur Indonesia, sehingga uang kartal dari daerah sekitar cenderung masuk ke
Sulsel. Pada triwulan IV 2017, Bank Indonesia mencatat net inflow sebesar Rp0,02 triliun (Grafik 5.7), sehingga keseluruhan

18
Termasuk data distribusi uang kartal melalui layanan kas titipan. Terdapat 4 (empat) kas titipan BI di Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Bulukumba
dengan plafon sebesar Rp150 miliar per hari, Kota Parepare dengan plafon sebesar Rp 200 miliar per hari, Kota Palopo dengan plafon sebesar Rp200 miliar
per hari dan Kabupaten Bone dengan plafon sebesar Rp150 miliar per hari.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 55
BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

tahun 2017 tercatat net inflow sebesar Rp4,55 triliun. Transaksi tunai yang melalui Bank Indonesia dengan kecenderungan
net inflow terjadi selama enam triwulan berturut-turut. Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar, Bank
Indonesia senantiasa terus mendorong clean money policy melalui kegiatan penukaran uang melalui perbankan, kas keliling
dalam kota dan luar kota, dan kas titipan.

6
Rp Triliun
5 Net Inflow

4
3
2
1
0
-1 Net Outflow
-2
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.7. Selisih Inflow dan Outflow

5.3. Perkembangan Transaksi Jual-Beli Valuta Asing


Pada triwulan IV 2017, nilai penjualan valuta asing (valas) lebih tinggi dibandingkan pembelian. Dari data/informasi
pedagang valuta asing yang diawasi Bank Indonesia, penjualan valas di Sulsel mencapai Rp 770,23 miliar dibandingkan
pembelian valas Rp 764,89 miliar. Nilai transaksi penjualan dan pembelian tersebut masing-masing tumbuh menurun
sebesar -10,7% dan -8,8% (qtq). Dari sisi jenis mata uang, penjualan dan pembelian valas didominasi oleh mata uang US
dollar, Singapura Dollar, Yuan, Euro, Riyal, dan Yen. Lebih tingginya penjualan dibanding pembelian karena berakhirnya
musim haji dan normalnya permintaan pasca libur panjang anak sekolah.

Lainnya, Lainnya,
12.5% 12.3%

Yuan, USD, Yuan, USD,


12.6% 36.8% 12.5% 36.9%

Riyal, Riyal,
3.0% 3.6%
JPY, 2.6%
JPY, 2.5%

EUR, EUR,
SGD, 4.2% SGD, 4.2%
28.3% 28.1%

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah


Grafik 5.8. Pembelian Valas oleh KUPVA Grafik 5.9. Penjualan Valas oleh KUPVA

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
56 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 6
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel per Agustus 2017 tercatat


5,61%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
4,80%.
Sejalan dengan itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel pada 2017 mengalami
peningkatan dibandingkan 2016. Persentase penduduk miskin di Sulsel (9,5%)
masih rendah jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Sulawesi. Namun
demikian, kenaikan penduduk miskin yang tinggi di perkotaan menyebabkan
indikator ketimpangan mengalami peningkatan. Rasio gini pada 2017 menjadi
0,43 dibanding 2016 (0,40%).
Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai Tukar Petani
(NTP) hingga triwulan IV 2017 masih cukup baik meskipun menurun secara
tahunan dibandingkan triwulan III 2017, karena terkendalinya inflasi volatile
food.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 57
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.1 Tenaga Kerja


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama
meningkatsejalan dengan perlambatan ekonomi pada KEGIATAN UTAMA Agustus Agustus
triwulan III 2017. Per Agustus 201719 TPT mencapai 2016 2017
5,61%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama Angkatan Kerja 3,881,003 3,812,358
tahun sebelumnya 4,80%. Secara absolut jumlah a. Bekerja 3,694,712 3,598,663
pengangguran terbuka Sulsel naik dari 186.291 orang b. Pengangguran 186,291 213,695
per Agustus 2016 menjadi 213.695 orang per Agustus Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.92% 60.98%
2017. Peningkatan pengangguran mengindikasikan Tingkat Pengangguran Terbuka 4.80% 5.61%
perlambatan ekonomi pada triwulan III 2017 yang Sumber : BPS, diolah
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Di sisi
lain, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2017 turun
sebanyak 68.645 orang atau turun -1,77%
dibandingkan periode yang sama tahun 2016.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel tercatat menurun. TPAK turun dari 62,9% pada Agustus 2016 menjadi
61,0% pada Agustus 2017. Penurunan ini terjadi karena penurunan penyerapan tenaga kerja pada hampir semua lapangan
usaha. Pada periode Agustus 2017, sektor pertanian menyerap 1,39 juta orang atau 38,67% dari total tenaga kerja. Angka
ini tumbuh -5,20% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Penurunan ini disebabkan siklus pertanian dalam masa
tanam sehingga kebutuhan pekerja pertanian turun. Selain itu, dari sisi base effect, TPAK pada Agustus 2016 cenderung
lebih tinggi dari pola historisnya, didorong oleh pertumbuhan sektor industri dan perdagangan yang juga tinggi saat triwulan
III 2016. Selanjutnya penurunan penyerapan tenaga kerja pada Agustus 2017, juga terjadi pada Lapangan Usaha Industri,
Perdagangan, dan Lainnya masing-masing -7,01%; -0,39%; dan -2,85% (yoy). Peningkatan penyerapan tenaga kerja hanya
terjadi pada Lapangan Usaha Jasa yang meningkat 2,92% (yoy).
Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Agustus 2016 Agustus 2017
KEGIATAN UTAMA
Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan
Pertanian 1,467,989 39.73% 0.93% 1,391,639 38.67% -5.20%
Industri 282,754 7.65% 22.67% 262,936 7.31% -7.01%
Perdagangan 769,767 20.83% 11.83% 766,755 21.31% -0.39%
Jasa 634,378 17.17% 2.92% 652,899 18.14% 2.92%
Lainnya 539,824 14.61% 8.87% 524,434 14.57% -2.85%
Total 3,694,712 100.00% 6.00% 3,598,663 100.00% -2.60%
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI

65%
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
65% 64.6%
64.3%
64%
64% 63.6%

63% 62.9%
62.8%
63%
62.2%
62% 62.0% 62.0%
61.6%
62%
61% 60.9% 61.0%

61% 60.5%

60%
Feb-12 Agt-12Feb-13 Agt-13Feb-14 Agt-14Feb-15 Agt-15 Feb-16 Agt-16Feb-17 Agt-17

Sumber: BPS, diolah BI


Grafik 6.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

19
BPS mengeluarkan perhitungan tenaga kerja 2 kali dalam setahun, yaitu Februari (yang rilis pada bulan Mei) dan Agustus (yang rilis pada November)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
58 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.2 Penduduk Miskin20


Sejalan dengan peningkatan pengangguran, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami kenaikan dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Pada September 201721 jumlah penduduk miskin mencapai 826 ribu orang atau
9,5% dari total penduduk Sulsel. Angka kemiskinan tersebut naik dibandingkan posisi September 2016 sebesar 9,2%.
Kenaikan penduduk miskin disebabkan oleh bertambahnya penduduk miskin di kota sebesar 10,6%, sementara kemiskinan
di desa naik 2,1% (Grafik 6.2). Kenaikan angka kemiskinan di kota antara lain dipengaruhi oleh tingkat inflasi di kota yang
lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
ribu orang %
1000 10.2% 100% 18
10.1% 17.1
900 90% 16
10.0%
800 80% 14.2 14
700 9.8% 70%
12.0 12
600 60% 11.2
9.6% 10
500 9.5
9.5% 50%
9.4% 9.4% 9.4% 7.9 8
400 9.4% 40%
9.2% 6
300 9.2% 30%
200 930.3 880.9 657.9 646.21 659.51 659.47 20% 4
9.0%
100 10% 2
152.8 150.8 149.13 150.6 153.56 166.5
0 8.8% 0% 0
Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar
Desa Kota % Total Penduduk Miskin - kanan Desa Kota % Total Penddk Miskin - kanan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI
Grafik 6.2. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan Grafik 6.3. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi
Menurut Provinsi Maret 2017

Secara spasial, persentase jumlah penduduk miskin di Sulsel relatif cukup rendah dibandingkan provinsi lain se-Sulawesi.
Jumlah penduduk miskin Sulsel berada pada urutan kedua terendah (9,5%) setelah Sulawesi Utara (7,9%) (Grafik 6.3).
Sedangkan persentase jumlah penduduk miskin tertinggi di wilayah Sulawesi tercatat 17,1% terdapat di Provinsi Gorontalo.

6.3 Rasio Gini22


Gini ratio Provinsi Sulsel meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Nilai gini ratio
Sulsel 2017 sebesar 0,43, naik dibandingkan 2016 yang mencapai 0,40. Secara tren, selama 3 tahun terakhir angka gini ratio
Sulsel cenderung fluktuatif. Dibandingkan dengan nasional, nilai gini ratio Sulsel cenderung lebih tinggi meski pada tahun
2011 dan 2012 gini ratio Sulsel sempat bernilai sama dengan nasional yakni 0,41. Dibandingkan provinsi lain di Sulawesi,
nilai gini ratio Sulsel tahun 2017 tersebut berada pada peringkat tertinggi di Sulawesi.
Tabel 6.3. Nilai Gini Ratio di Pulau Sulawesi
Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sulawesi Selatan 0.41 0.41 0.43 0.42 0.42 0.40 0.43
Gorontalo 0.46 0.44 0.44 0.41 0.42 0.41 0.41
Sulawesi Tenggara 0.41 0.40 0.43 0.41 0.40 0.39 0.40
Sulawesi Utara 0.39 0.43 0.42 0.42 0.37 0.38 0.39
Sulawesi Tengah 0.38 0.40 0.41 0.37 0.37 0.35 0.35
Sulawesi Barat 0.34 0.31 0.35 0.35 0.36 0.37 0.34
Indonesia 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.39 0.39
Sumber: BPS

20 BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. BPS mengeluarkan perhitungan
kemiskinan 2 kali dalam setahun, yaitu Maret (yang rilis pada bulan September) dan September (yang rilis pada Januari).
21 BPS mengeluarkan perhitungan kemiskinan 2 kali dalam setahun, yaitu Maret (yang rilis pada bulan Juli) dan September (yang rilis pada Januari).
22
Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol)
dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 59
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.4 Nilai Tukar Petani23


Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2017 membaik terutama dipengaruhi oleh terkendalinya inflasi volatile food.
NTP Sulsel pada triwulan IV 2017 membaik menjadi sebesar 101,71, dibandingkan triwulan sebelumnya 100,02. Perbaikan
NTP tersebut dikarenakan oleh kenaikan rata-rata indeks yang diterima petani atas hasil produksi petani. Rata-rata indeks
yang diterima petani naik dari 129,03 pada triwulan III 2017 menjadi 131,.47 pada triwulan IV 2017 (Grafik 6.6). Sementara
disisi lain, Indeks yang Dibayar Petani mengalami peningkatan dari 129,01 pada triwulan III 2017 menjadi 129,26 pada
triwulan IV 2017 (Grafik 6.5). Membaiknya indeks NTP didukung oleh terkendalinya inflasi bahan pangan (volatile food)
yang terealisasi 0,6% (yoy) pada triwulan IV 2017 lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 (2,8%; yoy).

110 Indeks Nilai Tukar Petani yoy 5% 135 Indeks 12%


Indeks yang Dibayar Petani yoy
g.indeks - sisi kanan 130 10%
g.indeks - sisi kanan
105 3% 125 8%
120
6%
100 1% 115
4%
110
95 -1% 2%
105
100 0%
90 -3%
95 -2%

85 -5% 90 -4%
I II III IV I II III IV I II III IV
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
2015 2016 2017
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 6.4. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Grafik 6.5. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani

Namun secara tahunan, pertumbuhan NTP pada triwulan IV 2017 melambat terutama karena kenaikan harga produk
sektor pertanian yang diterima oleh petani tumbuh lebih lambat dibandingkan kenaikan harga barang yang
dikonsumsi/dibayar oleh petani. Oleh karena itu, untuk menekan laju kemiskinan penduduk di sektor pertanian yang
umumnya berada di wilayah pedesaan, perlu upaya untuk menekan laju inflasi khususnya volatile food. Hal ini dapat
dilakukan diantaranya dengan cara mengurangi asymmetric information harga komoditi pertanian, membangun, atau
memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan ke pedesaan agar barang-barang yang diperlukan lebih mudah
didistribusikan kepada masyarakat, serta untuk memperpendek rantai distribusi dari produsen kepada konsumen.
Indeks yang Diterima Petani yoy
135 Indeks 12%
g.indeks - sisi kanan
130 10%
125 8%
120
6%
115
4%
110
2%
105
100 0%

95 -2%
90 -4%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah BI


Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani

23NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
60 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Bab 7
Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Sulsel pada triwulan II dan keseluruhan tahun 2018


diperkirakan akan tumbuh masing-masing pada kisaran 7,3-7,7% (yoy) dan
7,0 – 7,4% (yoy). Terus berlanjutnya hilirisasi industri menjadi pondasi terus
membaiknya ekonomi Sulsel secara keseluruhan.
Sumber pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2018 diperkirakan
akan berasal dari naiknya seluruh komponen konsumsi (Rumah Tangga (RT),
Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) dan pemerintah), terutama
didorong oleh perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yaitu
bulan Ramadhan dan lebaran, serta kembali adanya pencairan gaji ke-13
dan 14 terkait dengan THR dan tunjangan pendidikan.
Dari sisi produksi, LU Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan
Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan
Komunikasi diperkirakan akan tumbuh signifikan karena tingginya aktivitas
masyarakat disertai dengan hari libur.
Untuk keseluruhan tahun 2018, perekonomian akan didorong oleh tetap
kuatnya konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor yang
membaik. Sementara dari sisi lapangan usaha, LU Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan; Pertambangan dan Penggalian; dan Industri Pengolahan
menjadi buffer utama penopang perekonomian.
Dari sisi inflasi, tekanan inflasi pada triwulan II 2018 dan keseluruhan 2018
diperkirakan akan cenderung stabil pada kisaran 3,5±1%. Penguatan
koordinasi melalui optimalisasi peran TPID Provinsi/Kabupaten/Kota akan
terus ditingkatkan untuk memastikan inflasi berada pada rentang sasaran
Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 61
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II 2018 diperkirakan berada dalam kisaran 7,3 – 7,7% (yoy). Perkiraan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2018 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi
pada triwulan I 2018 yang berada pada kisaran 6,8-7,2% (yoy), seiring dengan HBKN (masuknya bulan ramadhan) dan idul
fitri yang jatuh pada bulan Mei – Juni. Adapun faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2018 antara lain
adalah LU Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan
makan minum, Informasi dan komunikasi, Administrasi pemerintahan, Jasa Pedidikan. Peningkatan pada LU industri
pengolahan karena industri mendorong produksi saat HBKN disaat permintaan tinggi, serta untuk memenuhi stoknya. Dari
sisi permintaan, konsumsi Rumah Tangga tumbuh kuat karena kembali terdapat pemberian gaji ke-13 dan 14 disertai
potongan harga jelang lebaran. Selain itu, konsumsi pemerintah didorong oleh penyaluran gaji ke-13 dan 14.

7,4-7,8
7.78
8.87
7,0-7,4 7.52 7,3-7,7
7.62 7.54 7.41
7.17 6,7-7,1 7,3-7,7
6,8-7,2
6,7-7,1 6.63 6.70 7,0-7,4

2012 2013 2014 2015 2016 2017P 2018P TW I I II


TW II III
TW III IV TW IVP
IP IIP
2017** 2018
Sumber: BPS,diolah. Ket.: Proyeksi oleh BI
Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya

Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan membaik dalam kisaran 7,0 – 7,4% (yoy). Bank Indonesia
memperkirakan ekonomi Sulsel akan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2017 yang tumbuh 7,23% (yoy).
Pertumbuhan yang meningkat tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan Bank Indonesia
berada dalam kisaran 5,1% - 5,5% di tahun 2018, meningkat dari tahun 2017 yang mencapai 5,07% 24. Peningkatan
pertumbuhan tersebut didorong oleh stimulus fiskal pemerintah dalam realisasi belanja infrastruktur dan upaya
pemangkasan perizinan sehingga menggiatkan dunia usaha. Dalam jangka pendek, investasi swasta akan terdorong oleh
realisasi belanja modal pemerintah yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin membaik di tahun 2018
dengan target 3,7% dari target tahun 2017 yang mencapai 3,6% 25, juga turut mendorong kinerja ekspor yang diperkirakan
tetap dalam kondisi surplus neraca perdagangan. Selain itu, pertumbuhan konsumsi RT yang terus meningkat sejalan
dengan pertumbuhan kelas menengah akan menjadi faktor pendorong investasi swasta. Upaya pemerintah dan Bank
Indonesia yang akan mengoptimasi kapasitas Sulsel dalam industri agribisnis diharapkan mampu meningkatkan daya saing
sehingga ekspor ke luar negeri dapat terus ditingkatkan.

7.1.1 Prospek Sisi Pengeluaran


Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2018 akan bertumpu pada pengeluaran konsumsi RT dan LNPRT jelang pilkada
yang tetap kuat dan konsumsi pemerintah. Memasuki pilkada 2018, geliat belanja LNPRT akan lebih intens sehingga
mampu menjaga konsumsi RT dan LNPRT pada kisaran angka pertumbuhan 6,4-6,8%. Konsumsi pemerintah yang
meningkat juga menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi lainnya. Belanja pegawai yang terealisasi pada triwulan
II 2017 diperkirakan menggerek pertumbuhan ekonomi Sulsel lebih tinggi.

Investasi diperkirakan mengalami perlambatan di triwulan II 2018. Jelang pilkada, investasi pemerintah dan swasta
diperkirakan sedikit tertahan. Investor juga cenderung wait and see untuk penanaman modal saat Pilkada. Namun
demikian, investasi juga masih tetap tumbuh positif karena terdapat beberapa infrastruktur yang sudah berjalan di awal
tahun 2018.

24
Berdasarkan perkiraan IMF pada November 2017
25
World Economy Outlook October 2017. www.imf.org

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
62 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Sementara itu, keseluruhan tahun 2018 diperkirakan didorong oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga yang tetap
terjaga, konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor luar negeri. Konsumsi RT yang terjaga dipengaruhi oleh peningkatan
Upah Minimum Provinsi, pemberian gaji ke-13 dan 14, dan pemilu yang mendorong dan menjaga ekspektasi penghasilan
RT. Konsumsi pemerintah yang meningkat didorong oleh optimalisasi pendapatan negara melalui peningkatan rasio pajak
serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan aset negara, kualitas belanja modal yang produktif dan kebijakan
keberlanjutan serta efisiensi pembiayaan. Pemerintah pusat menyatakan bahwa konsumsi pemerintah meningkat terkait
dengan kinerja pemerintaan dan reformasi pajak (APBN). Pemda akan mendorong optimalisasi pendapatan daerah serta
pengelolaan kualitas belanja modal yang produktif. Ekspor luar negeri yang membaik dipengaruhi oleh kinerja nikel yang
cenderung stabil dan negara mitra dagang yang membaik, serta nilai tukar yang diperkirakan cenderung stabil.

Harga internasional komoditas pertanian dan pertambangan pada triwulan I 2018 diperkirakan sedikit menurun, meski
secara keseluruhan tahun 2018 diperkirakan membaik. Tren perbaikan harga internasional komoditas olahan tambang
telah mulai membaik sejak triwulan III 2016, yang diperkirakan akan berimbas positif pada peningkatan ekspor. Harga nikel
pada triwulan I 2018 diperkirakan terkontraksi -9,6% (yoy), dan pada triwulan II 2018 tumbuh pada 1,1%, sementara
keseluruhan tahun 2018 diperkirakan tumbuh 4,5% atau berada pada 10.559 USD/metrik ton26.
Nikel 140.0 ($/dmtu) 100
$/mt
20,000.0 %, yoy 40 %, yoy
gHarga - Skala Kanan Iron Ore
120.0 80
18,000.0 30 gHarga - Skala Kanan
16,000.0 60
20 100.0
14,000.0 40
10
80.0
12,000.0
0 20
10,000.0 60.0
(10) 0
8,000.0
(20) 40.0
6,000.0 -20

4,000.0 (30) 20.0 -40


2,000.0 (40)
0.0 -60
0.0 (50) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2014 2015 2016 2017 2018 P 2018 P
2014 2015 2016 2017 2018 P2018 P

Sumber: World Bank; Proyeksi: Knoema Sumber: World Bank; Proyeksi: Quarterly Global Output, UOB
Grafik 7.2. Perkembangan Harga Internasional Nikel Grafik 7.3. Perkembangan Harga Internasional Bijih Besi

7.1.2 Prospek Sisi Lapangan Usaha


Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan pada triwulan II 2018 akan ditopang oleh LU Perdagangan Besar dan Eceran; serta
Akomodasi Makan minum. Naiknya aktivitas masyarakat di triwulan laporan saat HBKN (Ramadhan dan lebaran) turut
mendorong naiknya kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran, serta Akomodasi makan minum. Selain itu, libur tengah
tahun pada tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) juga turut menstimulus perekonomian tidak
hanya di LU Perdagangan Besar dan Eceran, serta Akomodasi Makan minum, tapi juga turut mendorong Transportasi dan
Pergudangan, dan Informasi dan komunikasi. Secara keseluruhan tahun 2018, LU Perdagangan besar dan eceran cenderung
stabil yang terjaga karena terdapat peningkatan UMP sebesar 8,7% serta kembali tersalurnya gaji ke – 13 dan 14 di tahun
2018. Sementara LU Akomodasi Makan Minum melambat diperkirakan karena terdapat pergeseran dari konsumsi barang
menjadi leisure27.

26 Sumber: Commodity Markets Outlook


27
Pidato Presiden Jokowi saat membuka Indonesia Business & Development Expo, (20/9/2017).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 63
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

$/kg
Kakao gHarga - Skala Kanan
%, yoy Februari 2018 Maret 2018 April 2018
3.5 40.0

3.0 30.0

20.0
2.5
10.0
2.0
0.0
1.5
(10.0)
1.0
(20.0)
0.5 (30.0)

0.0 (40.0)
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018 P 2018
P

Sumber: World Bank ; Proyeksi: Marketwatch Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Grafik 7.4. Perkembangan Harga Internasional Coklat Grafik 7.5. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan

Lapangan Usaha administrasi pemerintah diperkirakan tumbuh signifikan. Faktor utama yang mendorong LU administrasi
pemerintah karena terdapat pemberian gaji ke-13 dan 14 pada PNS di triwulan II 2018. Pemberian gaji ke-13 PNS
diperuntukkan bagi PNS dalam memenuhi kebutuhan terkait dengan tahun ajaran baru sekolah, sementara untuk gaji ke-
14 diperuntukkan untuk Tunjangan Hari Raya. Untuk keseluruhan tahun 2018, LU administrasi pemerintah akan
menunjukkan sedikit perlambatan karena terdapat pemilu sehingga pengeluaran pemerintah mengalami pergeseran.

Industri pengolahan juga turut menyumbang pertumbuhan ekonomi yang naik di triwulan II 2018. Musim panen
khususnya pada barang komoditas perkebunan menjadi bahan baku pada industri makanan. Selain itu, dalam rangka
memenuhi stok saat HBKN dan triwulan III 2018, perusahaan mendapatkan timing yang tepat untuk mengisi persediaannya.
Secara keseluruhan tahun 2018, LU Industri pengolahan cenderung stabil karena permintaan yang relatif stabil ditengah
kondisi over supply pada dua industri besar Sulsel khususnya industri makanan di Industri Mikro Kecil (IMK) dan industri
barang galian bukan loga di kategori Industri Besar Sedang (IBS), serta giat pemerintah daerah yang tengah mendorong
industri potensial, berteknologi rendah, dan mampu menyerap tenaga kerja, seperti di industri kopi, kakao, udang, ikan,
rumput laut dan tekstil.
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan (Tahun Dasar 2010)
Pertumbuhan Ekonomi Realisasi Proyeksi
2015 2016 2017** 2018P
Provinsi Sulsel
Total I II III IV Total I II III IV Total IP IIP TotalP
Pertumbuhan Ekonomi 7.15 7.27 8.02 6.78 7.60 7.41 7.75 6.77 6.70 7.78 7.23 6,8-7,2 7,3-7,7 7,0-7,4
Sisi Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga 5.3 5.3 5.6 5.7 5.3 5.5 5.5 5.5 6.5 6.2 6.4 4,8-5,2 6,2-6,6 5,9-6,3
Konsumsi LNPRT 1.1 4.7 5.6 5.5 0.2 3.3 6.6 6.6 7.3 5.8 7.6 9,0-9,4 16,1-16,5 9,8-10,2
Konsumsi Pemerintah 8.2 2.1 7.4 (3.5) (7.4) (1.3) 3.7 3.8 (1.2) 4.3 2.4 1,4-1,8 6,9-7,3 5,5-5,9
Pembentukan Modal Tetap Bruto 8.3 9.5 9.6 6.6 3.0 7.0 7.4 7.4 8.3 8.5 8.6 4,9-5,3 1,9-2,3 7,2-7,6
Ekspor Luar Negeri (10.1) (32.3) (12.4) (15.3) (4.2) (19.1) 14.1 26.6 (4.2) (12.6) (6.1) 24,1-24,5 4,9-5,3 2,3-2,7
Impor Luar Negeri 19.2 (15.7) 26.0 (46.6) 41.3 (8.8) 72.8 74.7 12.3 45.4 (15.5) 57,0-57,4 (45,1)-(45,5) (12,1)-(12,5)
Net Ekspor Antardaerah 9.1 28.4 60.2 58.9 35.1 40.4 (80.9) (82.6) (70.1) (68.3) (19.2) (97,6)-(98,0) (38,3)-(38,7) (13,6)-(14,0)
Sisi Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.66 0.88 4.26 5.44 25.65 8.08 14.37 4.77 3.35 (0.11) 5.34 11,0-11,4 4,9-5,3 7,0-7,4
Pertambangan dan Penggalian 2.40 2.04 4.50 1.58 (3.63) 0.97 8.39 6.16 1.67 2.53 4.52 5,9-6,3 3,5-3,9 4,9-5,3
Industri Pengolahan 7.09 13.16 9.03 10.72 0.89 8.15 4.89 4.18 4.94 6.03 5.03 3,8-4,2 5,7-6,1 4,8-5,2
Pengadaan Listrik, Gas 5.75 10.11 17.35 17.33 2.82 11.52 9.84 3.50 4.64 6.65 6.10 7,1-7,5 5,7-6,1 9,4-9,8
Pengadaan Air 0.58 3.46 4.72 6.93 6.65 5.44 5.56 7.30 10.84 7.81 7.89 1,6-2,0 0,0-0,4 1,1-1,5
Konstruksi 7.20 9.32 9.74 6.13 2.48 6.75 6.99 8.93 8.35 10.22 8.66 6,0-6,4 5,8-6,2 8,3-8,7
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.62 8.86 11.00 9.65 9.93 9.87 7.31 10.25 9.60 15.66 10.74 8,1-8,5 11,8-12,2 10,1-10,5
Transportasi dan Pergudangan 3.34 13.57 8.99 9.21 0.24 7.84 1.26 6.15 8.61 17.57 8.37 2,2-2,6 7,6-8,0 4,3-4,7
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.60 9.79 8.93 8.72 6.60 8.47 6.80 11.04 13.69 14.84 11.66 4,0-4,4 10,6-11,0 8,4-8,8
Informasi dan Komunikasi 7.34 8.18 8.05 7.92 8.35 8.13 9.48 11.25 9.84 11.47 10.52 8,8-9,2 10,4-10,8 9,2-9,6
Jasa Keuangan 9.96 9.65 17.38 12.10 15.44 13.63 4.27 5.29 4.71 3.34 4.39 9,8-10,2 9,8-10,2 8,3-8,7
Real Estate 8.88 7.04 6.93 5.40 6.16 6.37 4.15 4.35 4.74 4.69 4.48 5,1-5,5 5,5-5,9 6,2-6,6
Jasa Perusahaan 4.77 7.89 7.73 8.07 7.81 7.88 6.81 8.73 8.64 9.49 8.44 5,4-5,8 7,9-8,3 5,4-5,8
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.19 5.48 6.23 (7.66) (6.99) (1.06) 0.20 (0.13) 12.19 9.29 5.20 0,7-1,1 11,8-12,2 4,4-4,8
Jasa Pendidikan 8.90 7.69 9.19 8.00 2.99 6.86 7.13 9.46 10.13 11.92 9.72 2,8-3,2 7,0-7,4 5,8-6,2
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.41 9.55 8.38 7.53 8.43 8.45 7.42 9.54 9.88 8.34 8.80 6,4-6,8 7,1-7,5 5,8-6,2
Jasa lainnya 9.42 9.71 9.97 9.98 9.58 9.81 6.84 9.60 11.65 10.07 9.58 9,9-10,3 9,5-9,9 7,0-7,4
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
p
proyeksi Bank Indonesia
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS,diolah Keterangan : p) Proyeksi BI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
64 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

7.2 Prospek Inflasi


Inflasi di triwulan II 2018 dan keseluruhan tahun 2018 diperkirakan masih dalam rentang target inflasi nasional walau
terdapat beberapa potensi tekanan inflasi. Harga komoditas minyak dunia diperkirakan akan terkoreksi ke atas pada tahun
2018. Memperhatikan berbagai hal tersebut, maka target inflasi Sulsel pada tahun 2018 ditetapkan sesuai dengan target
inflasi nasional di kisaran 3,5+1%. Adapun faktor-faktor yang mendukung terkendalinya inflasi adalah distribusi pangan yang
diperkirakan terjaga, tidak ada kebijakan dari pemerintah yang meningkatkan tekanan inflasi secara simultan serta
kerjasama TPID dan seluruh stakeholders dalam upaya mengendalikan harga yang berjalan secara optimal.

Tekanan inflasi volatile food diperkirakan terjaga melalui fungsi TPID di seluruh Kabupaten/Kota. Tekanan inflasi volatile
food diperkirakan sedikit meningkat walaupun masih dalam level yang terjaga akibat meningkatnya kebutuhan masyarakat
saat HBKN (bulan Ramadhan dan idul fitri ditengah telah berlalunya musim panen di triwulan II 2018. Selain itu, Bank
Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Sulsel juga terus meningkatkan koordinasi melalui
pemanfaatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang lebih optimal, rapat teknis dan kebijakan high level
meeting untuk memantau dan menjaga ketersediaan pangan, inspeksi mendadak (sidak) pada kebutuhan pangan strategis,
dan penyediaan pangan dengan harga terjangkau melalui pasar murah. Sementara itu, inflasi administered price
diperkirakan juga sedikit meningkat meski masih terjaga dalam level aman. Dorongan harga terjadi pada jenis angkutan
baik angkutan udara maupun antar kota. Meski demikian, karena tidak terdapat kebijakan pemerintah yang akan
menaikkan tarif listrik, BBM dan LPG 28 diperkirakan menjadi salah satu faktor downside risk pada kelompok administered
price. Selain itu, tren kenaikan harga minyak dunia juga menjadi faktor yang patut diwaspadai terhadap peningkatan laju
inflasi. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan akan tetap terkendali seiring terkoreksinya harga emas internasional sesuai
proyeksi Commodity Price Outlook bulan Oktober 2017 dan analisis pasar seiring dengan investasi Tiongkok yang menurun
khususnya pada investasi safe haven.

%, yoy Sulsel YoY Nasional (yoy)


10
9
8
7
6
5
4
3 Sasaran Inflasi 2012: 4,5%±1 Sasaran Inflasi 2014: 4,5%±1
2 Sulsel 2012: 4,41% Sasaran Inflasi 2013: 4,5%±1 Sulsel 2014: 8,61% Sasaran Inflasi 2015: 4%±1
Sasaran Inflasi 2016: 4%±1
Sasaran Inflasi 2017: 4%±1
Sasaran Inflasi
Nasional 2012: 4,30% Sulsel 2013: 6,22% Nasional 2014: 8,36% Sulsel 2016: 2,94% 2018: 3,5%±1
1 Sulsel 2015: 4,48% Sulsel 2017: 4,44%
Nasional 2013: 8,38% Nasional 2016: 3,02%
Nasional 2015: 3,35% Nasional 2017: 3,61%
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 …12
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: BPS, diolah. Ket: angka proyeksi oleh BI


Grafik 7.6. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Sulsel

Untuk menjaga ketersediaan dan kelancaran distribusi barang, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi/Kabupaten/Kota di Sulsel terus meningkatkan koordinasi. Koordinasi menjadi sangat penting mengingat
peningkatan tekanan inflasi dipicu oleh permasalahan harga dan distribusi pasokan bahan pangan. Pada permasalahan
harga, TPID Provinsi tengah mengembangkan SOP Pengendalian Harga dengan tujuan agar (1) TPID lebih mudah untuk
mengawasi kenaikan harga, khususnya harga pangan; dan (2) bagi konsumen, dapat meningkatkan akses harga pangan
yang terpadu sehingga ekspektasi masyarakat lebih terjaga.

7.3 Rekomendasi Kebijakan


Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan
kawasan, berikut ini beberapa kebijakan yang dapat disarankan kepada pemerintah daerah di Sulsel maupun pelaku
usaha sebagai berikut:

28
Sesuai dengan pernyataan dari Menteri Keuangan pada https://bisnis.tempo.co/read/901772/sri-mulyani-tarif-listrik-dan-bbm-di-2018-tak-akan-
dinaikan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 65
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

a. Menjaga proses pembangunan dan penyelesaian infrastruktur tepat waktu sesuai dengan target yang telah
ditentukan sehingga dapat digunakan secara operasional sesuai target.
b. Mendorong adanya paket kebijakan untuk mengeliminir hambatan investasi.
c. Strategi diversifikasi ekspor yang mengarah pada negara non mitra dagang utama. Hal ini diperlukan untuk
memitigasi risiko perbaikan ekonomi global yang tidak seperti perkiraan semula. Strategi tersebut dapat diarahkan
pada ekspor ke negera yang selama ini bukan pangsa utama Sulsel seperti Timur Tengah dan Amerika Latin.
Peluang ekspor ke Timur Tengah dapat dioptimalkan melalui strategi mitra dagang “halal food.” Indonesia yang
merupakan mayoritas muslim memiliki pengetahuan mumpuni mengenai manajemen produk halal yang dapat
dijadikan kekuatan dari branding produk ekspor Indonesia.
d. Konsistensi reformasi struktural melalui penguatan agro industri. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel
menjadi lebih bernilai tambah serta terus menekan angka kemiskinan maka pemerintah perlu mengubah struktur
ekonomi dari agrikultur (berbasis pertanian) menjadi industri. Peningkatan nilai tambah hendaknya diarahkan
pada komoditas unggulan Sulsel seperti kakao, rumput laut, kopi, ikan, dan udang.
e. Mendorong munculnya sumber pertumbuhan baru melalui hilirisasi komoditi unggulan (berbasis sumber daya
alam), serta sumber pertumbuhan baru dari jasa kesehatan, pendidikan, dan pariwisata.
f. Pemerintah mendorong penelitian, pengembangan, dan kemitraan di sektor hulu untuk meningkatkan produksi
dan produktivitas komoditi unggulan.
g. Pemerintah Daerah mendorong soft infrastructur untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melalui
pelatihan dan pendidikan.
h. Mengingat sektor hulu perkebunan dan perikanan cenderung kepada budidaya rakyat (bukan inti), maka perlu
dilakukan pendampingan kepada pelaku perkebunan dan perikanan untuk meningkatkan produktivitas dalam
rangka mengimbangi permintaan pasar lokal maupun global.

Selain menjaga pertumbuhan ekonomi untuk tetap tinggi, mitigasi inflasi Sulsel dapat dilakukan melalui beberapa hal:
a. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Sulsel perlu menyusun program kerja yang lebih fokus pada pengendalian
komoditas volatile food sebagaimana yang sudah dicantumkan dalam Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Sulsel,
antara lain yaitu:
i. Mengantisipasi kenaikan tarif listrik terhadap kelompok inflasi volatile food, terutama terhadap rencana PLN yang
akan rencana menyederhanakan golongan pelanggan listrik rumah tangga nonsubsidi.
ii. Mengembangkan komoditas/produk unggulan di sektor pertanian dari masing-masing Kabupaten/Kota, dalam
rangka mengendalikan tekanan inflasi kelompok volatile food.
iii. Beberapa komoditas utama yang berkontribusi besar terhadap inflasi Sulsel yang perlu menjadi perhatian TPID
adalah beras, daging sapi, ikan layang, ikan teri, bawang merah, cabai merah, ikan cakalang, ikan bandeng, dan
daging ayam ras.
b. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar lembaga, dalam rangka respons saat terjadi kenaikan harga secara
lebih cepat dan akurat.
c. Pemanfaatan data/informasi pada Sistem Informasi Harga Pangan (SIGAP) maupun data cuaca untuk perencanaan
produksi pangan yang lebih baik.
d. Mendorong peran PD Pasar dalam menjaga ketersediaan pasokan melalui kerjasama dalam jaringan pasar.
e. Mendorong adanya pasar penyeimbang untuk komoditi tertentu dalm rangka menjaga ketersediaan pasokan dan
stabilitas harga.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
66 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di Sulawesi Selatan29


Boks 7.A.

Pembentuk ekonomi Sulsel terutama berasal dari lapangan usaha Pertanian, sementara secara lokasi Makassar
berkontribusi terbesar dalam ekonomi Sulsel. Tiga kontributor utama berasal dari Lapangan Usaha (LU) Pertanian (22,9%),
diikuti dengan LU Perdagangan (13,9%), dan Industri Pengolahan (13,7%) (Tabel 7.A.1). Sementara dari sisi lokasi,
kontributor utama adalah kota Makassar (35,4%), diikuti dengan 3 kota/kabupaten terbesar lainnya seperti Kab. Bone
(6,5%), Luwu Timur (5,5%), dan Pinrang (5,4%) (Tabel 7.A.2).
Tabel 7.A.1 Pangsa Lapangan Usaha Sulawesi Selatan Grafik 7.A.2 Pangsa Kabupaten/Kota
Kategori/Lapangan Usaha Pangsa Kabupaten/Kota Pangsa
1 Selayar 1.1%
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 22.9%
2 Bulukumba 2.7%
2 Pertambangan dan Penggalian 5.4% 3 Bantaeng 1.6%
3 Industri Pengolahan 13.7% 4 Jeneponto 2.0%
5 Takalar 2.0%
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0.1%
6 Gowa 4.1%
5 Pengadaan Air 0.1% 7 Sinjai 2.1%
6 Konstruksi 12.7% 8 Maros 4.4%
9 Pangkep 5.4%
7 Perdagangan Besar dan Eceran 13.9%
10 Barru 1.4%
8 Transportasi dan Pergudangan 4.2% 11 Bone 6.5%
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.4% 12 Soppeng 2.1%
13 Wajo 4.3%
10 Informasi dan Komunikasi 4.8%
14 Sidrap 2.7%
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3.8% 15 Pinrang 3.8%
12 Real Estate 3.9% 16 Enrekang 1.4%
13 Jasa Perusahaan 0.4%
17 Luwu 3.0%
18 Tator 1.4%
14 Administrasi Pemerintahan 4.3% 19 Luwu Utara 2.4%
15 Jasa Pendidikan 5.2% 20 Luwu Timur 5.5%
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.0% 21 Torut 1.5%
22 Makassar 35.4%
17 Jasa lainnya 1.3% 23 Parepare 1.5%
PDRB 100.0% 24 Palopo 1.6%
Sumber : BPS, diolah Sulsel 100.0%
Sumber : BPS, diolah

Masing-masing kabupaten/kota memiliki kontribusi lapangan usaha terbesar yang bervariasi (Grafik 7.A.1). Hampir
semua kabupaten/kota lebih dari 50% ekonominya hanya disumbang oleh 3 lapangan usaha. Bahkan terdapat 6 kabupaten
yang lebih dari 50% ekonominya hanya disumbang oleh 1 lapangan usaha. Kab. Jeneponto pangsa LU Pertanian mencapai
51,7%; Kab. Takalar pangsa LU Pertanian mencapai 50,3%; Kab. Pangkep pangsa LU Industri mencapai 53,4%; Kab. Luwu
pangsa LU Pertanian mencapai 54,2%; Kab. Luwu Utara pangsa LU Pertanian mencapai 51,8%; sementara Kab. Luwu Timur
pangsa LU Pertambangan mencapai 53,5%.
Terdapat lag (jeda) periode publikasi data realisasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulsel dan PDRB
Kabupaten/Kota. Periode publikasi PDRB Provinsi Sulsel yaitu setiap triwulanan, dengan jeda publikasi PDRB Sulsel lebih
pendek, hanya berkisar 35 hari setelah triwulan berakhir. Sebagai contoh data PDRB Sulsel triwulan IV 2017 dipublikasikan
oleh BPS pada tanggal 5 Februari 2018. Sementara periode PDRB Kabupaten/Kota yaitu tahunan, dengan jeda yang lebih
panjang, yaitu hampir tiga triwulan setelah tahun berakhir. Sebagai contoh data PDRB Sulsel tahun 2016 baru dipublikasikan
pada bulan Agustus 2017. Oleh karena data provinsi lebih up date, proyeksi pertumbuhan ekonomi menggunakan asumsi
data PDRB LU Provinsi Sulsel dibandingkan dengan kontribusi LU terbesar oleh Kabupaten/Kota.

29
Pertumbuhan ekonomi dihitung dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK).

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 67
BAB 7PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

0% 20% 40% 60% 80% 100% Kab/Kota 2016 2017-p 2018-p


Kepulauan Selayar 7.4 8.2 - 8.6 8.3 - 8.7
Selayar 46.5% 20.4% 7.6%
Bulukumba 6.9 6.8 - 7.2 7.0 - 7.4
Bulukumba 41.1% 15.8% 9.5%
Bantaeng 32.6% 17.1% 13.6% Bantaeng 7.4 7.4 - 7.8 7.4 - 7.8
Jeneponto 51.7% 11.7% 9.2% Jeneponto 8.4 8.0 - 8.4 8.2 - 8.6
Takalar 50.3% 11.5% 7.1% Takalar 9.6 7.6 - 8.0 7.6 - 8.0
Gowa 31.0% 11.8% 10.4% Gowa 7.6 7.2 - 7.6 7.2 - 7.6
Sinjai 46.3% 12.4% 11.6% Sinjai 7.2 6.8 - 7.2 6.8 - 7.2
Maros 41.8% 18.1% 15.3% Maros 9.5 8.8 - 9.2 7.8 - 8.2
Pangkep 53.4% 15.6% 9.4% Pangkep 8.2 4.9 - 5.3 4.9 - 5.3
Barru 37.1% 16.9% 8.7% Barru 6.1 5.7 - 6.1 6.2 - 6.6
Bone 49.7% 11.5% 9.7% Bone 9.1 7.9 - 8.3 8.6 - 9.0
Soppeng 30.2% 12.6% 12.1%
Soppeng 8.2 4.6 - 5.0 4.6 - 5.0
Wajo 34.6% 17.3% 14.8%
Wajo 5.0 5.9 - 6.3 5.9 - 6.3
Sidrap 34.8% 14.4% 14.3%
Sidrap 9.0 8.8 - 9.2 8.8 - 9.2
Pinrang 48.7% 13.0% 9.6%
Enrekkang 43.2% 12.2% 11.3% Pinrang 7.5 7.1 - 7.5 7.1 - 7.5
Luwu 54.2% 9.9% 8.0% Enrekang 7.6 7.2 - 7.6 7.2 - 7.6
Tana Toraja 26.3% 16.8% 12.5% Luwu 8.0 7.7 - 8.1 7.7 - 8.1
Luwu Utara 51.8% 11.1% 8.6% Tana Toraja 7.4 6.8 - 7.2 6.8 - 7.2
Luwu Timur 53.5% 21.8% 7.9% Luwu Utara 7.5 7.8 - 8.2 8.0 - 8.4
Toraja Utara 21.8% 18.5% 16.4% Luwu Timur 1.6 4.0 - 4.4 5.6 - 6.0
Makassar 20.2% 19.0% 17.1% Toraja Utara 8.2 6.2 - 6.6 6.2 - 6.6
Parepare 15.6% 15.4% 11.1% 10,0% Makassar 8.0 7.6 - 8.0 7.6 - 8.0
Palopo 24.3% 17.1% 14.7% Administrasi Pare Pare 6.9 6.7 - 7.1 6.7 - 7.1
Industri Perdagangan Pemerintah
Pertanian Palopo 7.0 6.6 - 7.0 6.6 - 7.0
Tambang Konstruksi Transportasi Real Estate SULSEL 7.4 7.23 7.0 - 7.4
Grafik 7.A.1 Pangsa Lapangan Usaha Utama di Kabupaten/Kota Tabel 7.A.3 Proyeksi Kabupaten/Kota di Sulsel
Sulsel Keterangan: P = Proyeksi Bank Indonesia
Sumber : BPS, diolah

Pertumbuhan LU di provinsi didukung oleh Kabupaten/Kota yang menjadi sentra LU tersebut. Pertumbuhan yang tinggi
di LU tertentu di provinsi akan didorong oleh pertumbuhan ekonomi LU di Kabupaten/Kota sentra. Sebagai contoh Kota
Makassar yang memiliki LU kontributor utama adalah Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Perdagangan, memengaruhi
tingkat pertumbuhan LU Provinsi Sulsel tahun 2017 masing-masing 5,0%; 8,7%; 10,7%. Oleh karena itu, realisasi ketiga LU
di tingkat Provinsi tersebut pada tahun 2017, dapat sebagai penuntun untuk memperkirakan pertumbuhan Kota Makassar
pada tahun 2017. Secara lebih lengkap, proyeksi per Kabupaten/Kota ada dalam Tabel 7.A.3.
Penghitungan proyeksi kabupatan/kota menggunakan model ordinary least square menggunakan alat bantu E-Views.
Secara garis besar, asumsi yang digunakan untuk proyeksi Prov. Sulsel 2018 akan memengaruhi kabupaten/kota sebagai
berikut :
1. Peningkatan harga komoditas global akan memengaruhi kab/kota sentra Tambang dan Perkebunan.
2. Kenaikan jumlah kelas menengah baru akan memengaruhi kab/kota sentra Perdagangan.
3. Beroperasinya infrastruktur listrik baru akan memengaruhi Kab. Sidrap dan Kab. Jeneponto.
4. Kenaikan konsumsi RT didorong pemilu akan memengaruhi 13 kab/kota yang melakukan Pilkada.
5. Perkembangan hilirisasi komoditas unggulan akan memengaruhi kab/kota sentra Industri.
6. Penyelesaian pembangunan bendungan akan memengaruhi kab/kota sentra Pertanian Bahan Pangan.
7. Porsi dana desa yang semakin meningkat disertai dengan efektivitas serapan dana desa akan memengaruhi semua
kab/kota.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
68 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Lampiran

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Tabel A.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)
2015 2016* 2017**
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010 2013 2014
I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV** TOTAL
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 46.45 51.10 12.74 14.55 16.00 10.81 54.10 12.84 15.16 16.86 13.49 58.35 14.68 15.89 17.42 13.48 61.47
B Pertambangan dan Penggalian 13.24 14.71 3.53 3.76 4.23 4.28 15.80 3.61 3.95 4.30 4.14 16.00 3.91 4.20 4.37 4.24 16.72
C Industri Pengolahan 30.55 33.29 8.19 8.73 8.82 9.81 35.55 9.21 9.43 9.81 10.02 38.47 9.66 9.83 10.29 10.63 40.41
D Pengadaan Listrik, Gas 0.20 0.23 0.05 0.05 0.06 0.07 0.23 0.06 0.06 0.07 0.07 0.26 0.07 0.07 0.07 0.07 0.27
E Pengadaan Air 0.30 0.30 0.08 0.08 0.07 0.08 0.30 0.08 0.08 0.08 0.08 0.32 0.08 0.09 0.09 0.09 0.34
F Konstruksi 26.03 27.67 6.96 7.19 7.69 8.13 29.97 7.61 7.89 8.16 8.33 31.99 8.14 8.59 8.84 9.18 34.76
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 30.19 32.36 8.21 8.62 9.41 8.68 34.92 8.94 9.57 10.31 9.54 38.36 9.59 10.55 11.30 11.03 42.48
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 8.45 8.56 2.13 2.24 2.39 2.38 9.14 2.42 2.44 2.61 2.38 9.85 2.45 2.59 2.84 2.80 10.68
H Transportasi dan Pergudangan 2.95 3.19 0.81 0.83 0.85 0.88 3.37 0.89 0.90 0.92 0.94 3.66 0.95 1.00 1.05 1.08 4.08
J Informasi dan Komunikasi 13.77 14.56 3.75 3.86 4.04 4.07 15.71 4.06 4.17 4.36 4.41 16.99 4.44 4.64 4.78 4.91 18.78
K Jasa Keuangan 7.63 8.07 2.14 2.08 2.19 2.25 8.66 2.35 2.44 2.46 2.59 9.84 2.45 2.57 2.58 2.68 10.28
L Real Estate 7.93 8.56 2.25 2.28 2.32 2.34 9.20 2.41 2.44 2.45 2.49 9.78 2.51 2.55 2.56 2.60 10.22
M,N Jasa Perusahaan 0.94 1.00 0.26 0.26 0.27 0.27 1.06 0.28 0.28 0.29 0.29 1.14 0.30 0.31 0.32 0.32 1.24
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.29 10.53 2.65 2.76 2.94 3.01 11.36 2.86 3.00 2.70 2.78 11.34 2.87 3.00 3.03 3.04 11.93
P Jasa Pendidikan 11.92 12.47 3.18 3.19 3.40 3.61 13.38 3.42 3.49 3.67 3.71 14.30 3.66 3.82 4.05 4.16 15.69
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.02 4.43 1.14 1.18 1.23 1.29 4.85 1.25 1.28 1.33 1.40 5.25 1.35 1.40 1.46 1.52 5.72
R,S,T,U Jasa lainnya 2.74 2.94 0.77 0.79 0.81 0.84 3.21 0.85 0.87 0.89 0.92 3.52 0.91 0.95 0.99 1.01 3.86
PRDB 217.59 233.99 58.85 62.45 66.72 62.78 250.80 63.12 67.46 71.26 67.59 269.42 68.00 72.02 76.03 72.85 288.91

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010(Rp Triliun)
2015 2016* 2017**
Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010 2013 2014
I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV** TOTAL
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 57.37 68.47 18.22 20.87 23.52 16.16 19.46 22.70 25.46 20.71 88.33 22.80 24.54 27.07 21.49 95.90 95.90
B Pertambangan dan Penggalian 17.88 21.18 5.10 5.31 5.65 5.46 4.61 5.11 5.80 5.71 21.23 5.37 5.49 5.73 5.88 22.47 22.47
C Industri Pengolahan 35.49 41.65 10.74 11.55 11.77 13.19 12.57 12.95 13.51 13.99 53.02 13.67 13.92 14.63 15.23 57.45 57.45
D Pengadaan Listrik, Gas 0.18 0.20 0.04 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.06 0.06 0.22 0.06 0.07 0.07 0.07 0.27 0.27
E Pengadaan Air 0.35 0.35 0.09 0.09 0.09 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10 0.39 0.10 0.11 0.11 0.11 0.43 0.43
F Konstruksi 31.52 36.02 9.47 9.86 11.01 11.84 11.19 11.68 12.18 12.45 47.50 12.29 13.14 13.62 14.33 53.39 53.39
G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 33.63 37.62 9.94 10.65 11.98 11.22 11.66 12.61 13.74 12.83 50.84 13.00 14.42 15.52 15.45 58.38 58.38
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10.43 11.83 3.23 3.44 3.78 3.79 3.86 3.92 4.43 3.97 16.17 3.96 4.26 4.69 4.61 17.51 17.51
H Transportasi dan Pergudangan 3.56 4.11 1.08 1.12 1.15 1.20 1.21 1.23 1.26 1.29 4.99 1.32 1.40 1.47 1.51 5.70 5.70
J Informasi dan Komunikasi 13.79 14.59 3.70 3.81 4.07 4.14 4.15 4.27 4.54 4.62 17.57 4.70 4.91 5.09 5.23 19.93 19.93
K Jasa Keuangan 9.60 10.82 2.99 2.93 3.12 3.22 3.38 3.53 3.60 3.85 14.36 3.68 3.93 3.99 4.19 15.80 15.80
L Real Estate 9.90 11.52 3.22 3.37 3.45 3.55 3.70 3.76 3.78 3.86 15.09 3.92 4.01 4.06 4.15 16.15 16.15
M,N Jasa Perusahaan 1.15 1.30 0.35 0.36 0.38 0.39 0.40 0.40 0.42 0.43 1.65 0.43 0.45 0.47 0.49 1.85 1.85
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 12.24 13.63 3.72 3.91 4.26 4.40 4.19 4.42 4.03 4.19 16.84 4.33 4.55 4.63 4.69 18.19 18.19
P Jasa Pendidikan 13.89 15.50 4.00 4.07 4.48 4.76 4.54 4.64 4.95 5.00 19.13 4.94 5.22 5.72 5.88 21.76 21.76
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.68 5.51 1.51 1.56 1.68 1.77 1.73 1.77 1.86 1.97 7.33 1.90 1.99 2.09 2.20 8.19 8.19
R,S,T,U Jasa lainnya 3.18 3.72 1.03 1.06 1.11 1.16 1.18 1.21 1.26 1.30 4.96 1.29 1.37 1.44 1.47 5.57 5.57
PRDB 258.84 298.03 78.44 84.01 91.55 86.40 340.39 87.96 94.36 100.98 96.33 379.63 97.79 103.78 110.39 106.97 418.93

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.3. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)
2014 2015* 2016** 2017**
No Komponen 2013 2014
I II III IV I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV** TOTAL
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 120.56 31.16 31.54 32.36 32.64 127.67 32.81 33.26 33.97 34.38 134.42 34.54 35.13 35.92 36.19 141.79 36.45 37.41 38.13 38.51 150.51
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.62 0.73 0.74 0.72 0.73 2.92 0.71 0.72 0.74 0.78 2.95 0.74 0.75 0.77 0.78 3.05 0.79 0.81 0.82 0.84 3.25
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23.06 3.36 5.56 5.81 8.76 23.51 3.63 5.74 6.32 9.73 25.41 3.75 6.22 6.09 9.01 25.07 3.89 6.14 6.36 9.22 25.61
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 82.98 21.33 22.09 22.83 24.04 89.71 22.28 23.27 24.96 26.45 96.96 24.36 25.56 26.61 27.23 103.77 26.15 27.67 28.86 29.57 112.26
5 Perubahan Inventori 3.97 (0.66) 1.06 0.52 (1.88) (0.97) 0.62 1.87 1.56 0.62 4.66 1.01 0.85 0.78 0.68 3.33 0.69 0.31 1.74 (0.59) 2.15
6 Ekspor 52.36 14.95 14.40 16.00 14.40 60.31 14.26 14.03 14.92 10.84 54.05 8.50 10.04 10.09 7.76 36.38 11.14 10.88 11.11 9.78 42.91
7 Impor 67.96 15.31 17.51 16.07 20.30 69.16 15.45 16.44 15.75 20.02 67.65 9.78 11.10 9.02 14.06 43.97 11.11 11.20 10.99 14.48 47.79
PDRB 217.59 55.56 57.88 62.16 58.39 233.99 58.85 62.45 66.72 62.78 250.80 63.12 67.46 71.26 67.59 269.42 68.00 72.02 76.03 72.85 288.91

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.4. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Triliun)
2014 2015 2016** 2017**
No Komponen 2013 2014
I II III IV I II III IV TOTAL I II III IV** TOTAL I II III IV** TOTAL
1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 146.64 39.40 40.15 42.04 43.60 165.19 44.41 45.50 47.24 48.44 185.59 49.37 50.27 51.91 52.82 204.37 53.97 55.92 57.22 58.29 225.40
2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3.08 0.91 0.95 0.99 1.01 3.86 1.00 1.03 1.09 1.15 4.27 1.11 1.14 1.18 1.20 4.63 1.23 1.27 1.29 1.32 5.11
3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 28.72 4.25 7.46 8.35 11.64 31.70 4.96 8.00 9.21 14.23 36.40 5.50 9.30 9.17 13.43 37.37 5.83 9.36 9.75 14.27 39.21
4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 94.88 25.98 27.48 28.76 30.94 113.16 28.20 29.98 32.66 35.14 125.99 32.74 34.66 36.40 37.50 141.29 36.24 38.67 40.44 41.73 157.07
5 Perubahan Inventori 4.42 (1.02) 2.00 0.85 (3.39) (1.55) 0.90 2.01 1.84 0.90 5.64 1.56 1.29 1.15 0.85 4.85 0.97 0.47 2.53 (1.04) 2.94
6 Ekspor 59.93 18.36 18.40 20.76 20.49 78.01 19.54 19.26 20.46 14.15 73.41 12.53 14.35 14.46 10.95 52.05 16.66 15.53 16.61 15.10 63.89
7 Impor 78.84 18.90 23.38 21.76 26.68 90.73 20.58 21.76 20.95 27.61 90.90 14.85 16.65 13.29 20.40 64.86 17.11 17.44 17.44 22.70 74.69
PDRB 258.84 68.97 73.05 79.98 77.62 299.63 78.44 84.01 91.55 86.40 340.39 87.96 94.36 100.98 96.33 379.70 97.79 103.78 110.39 106.97 418.93

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 69
LAMPIRAN

Tabel A.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Juta)

Kategori 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016P


Penduduk (Jiwa) 8,034,776 8,115,638 8,190,222 8,342,047 8,432,163 8,520,304 8,610,856
PDRB per Kapita (Juta Rp) 21.31 24.31 27.67 31.01 35.34 39.94 44.06
Sumber : Badan Pusat Statistik

B. Indeks Harga Konsumen (IHK)


Tabel B.1. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran
Bahan Makanan
Tahun Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Umum
Makanan Jadi
I 8.01 4.57 3.43 6.03 2.28 3.54 0.89 4.61
II 6.22 4.63 3.60 2.61 1.99 3.33 3.96 4.36
2013
III 10.76 4.70 4.76 2.77 3.23 3.66 12.01 7.24
IV 6.97 4.47 6.06 2.36 3.71 1.39 11.58 6.22
I 4.76 5.39 6.25 3.73 3.79 1.33 10.31 5.88
II 6.15 5.38 5.96 5.65 5.22 1.38 7.91 5.92
2014
III 1.97 5.80 6.32 4.12 5.28 1.97 0.87 3.72
IV 16.02 6.21 6.87 3.24 5.08 1.85 10.15 8.61
I 12.87 6.34 7.33 4.51 5.75 2.18 4.35 7.13
II 15.01 6.54 7.84 4.86 5.52 2.35 6.00 8.06
2015
III 16.11 6.23 6.48 6.95 5.28 2.63 7.20 8.36
IV 8.78 5.48 4.13 6.01 5.02 2.57 -0.99 4.48
I 12.46 4.82 3.40 5.89 3.87 2.25 2.80 5.70
II 9.46 5.26 2.75 6.36 3.14 2.10 -0.76 4.30
2016
III 6.51 4.01 2.63 3.13 2.51 0.78 -0.48 3.07
IV 6.36 3.63 2.76 2.97 2.65 0.83 -0.87 2.94
I 3.94 4.28 3.52 1.89 2.74 0.81 3.61 3.42
II 5.19 3.72 5.85 2.05 2.36 0.82 5.47 4.49
2017
III 3.55 3.77 5.55 2.60 3.00 4.23 4.46 4.17
IV 3.29 3.70 6.07 4.66 3.36 4.26 4.85 4.44
2018 I* 4.47 2.62 4.50 4.16 2.47 4.13 2.29 4.11
Sumber: BPS, diolah

Tabel B.2. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Tabel B.3. Angka Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK
2015 2016 2017
Kota Inflasi 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV
Makassar 0.38 8.61 8.95 5.18 5.18 6.38 4.63 3.36 3.18 3.18 3.45 4.53 4.07 4.48 4.48
Pare-Pare -2.00 6.98 7.02 1.58 1.58 3.82 3.05 1.56 2.11 2.11 2.56 3.38 4.08 3.43 3.43
Palopo -0.12 6.89 7.19 3.38 3.38 4.47 4.05 3.07 2.74 2.74 3.26 3.88 3.63 3.95 3.95
Watampone -1.13 4.27 4.33 0.97 0.97 1.94 2.67 2.02 1.50 1.50 3.84 5.52 5.54 5.54 5.54
Bulukumba -0.89 6.12 6.63 2.17 2.17 2.16 2.12 0.84 1.48 1.48 4.06 5.18 5.65 4.66 4.66
sumber: BPS

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
70 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

C. Perbankan
Tabel C.1. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Bank Pelapor) dan Kredit (Lokasi Bank) Bank Umum (Rp Miliar)
DPK KREDIT
Periode LDR
Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah
2011 6,275 26,446 13,085 45,807 20,074 9,626 23,198 52,898 115.48%
2012
Triwulan I 7,471 25,004 13,259 45,734 20,516 10,025 24,044 54,585 119.35%
Triwulan II 7,282 27,206 13,536 48,024 22,850 10,588 25,597 59,035 122.93%
Triwulan III 7,257 28,545 14,115 49,917 22,385 10,997 27,707 61,090 122.38%
Triwulan IV 7,345 31,466 14,907 53,717 25,506 11,380 29,335 66,221 123.28%
2013
Triwulan I 7,770 29,321 15,211 52,302 25,980 12,232 30,158 68,371 130.72%
Triwulan II 8,092 30,068 15,297 53,457 26,659 14,486 31,793 72,937 136.44%
Triwulan III 9,221 32,076 16,062 57,359 26,160 15,769 33,085 75,014 130.78%
Triwulan IV 7,845 35,007 17,592 60,444 27,231 14,494 33,663 75,388 124.72%
2014
Triwulan I 7,990 32,446 17,726 58,162 27,257 14,642 33,974 75,874 130.45%
Triwulan II 9,730 33,168 18,504 61,402 29,062 15,467 34,807 79,336 129.21%
Triwulan III 9,693 34,828 19,819 64,339 29,847 15,457 35,159 80,463 125.06%
Triwulan IV 7,995 37,428 20,690 66,112 31,442 16,241 35,877 83,560 126.39%
2015
Triwulan I 10,154 34,147 22,118 66,420 32,776 16,482 36,045 85,304 128.43%
Triwulan II 11,820 34,881 22,166 68,867 34,627 16,500 36,436 87,563 127.15%
Triwulan III 12,471 37,491 22,472 72,433 34,876 17,476 37,558 89,911 124.13%
Triwulan IV 13,165 42,211 23,091 78,467 36,730 20,538 37,713 94,982 121.05%
2016
Triwulan I 12,894 38,589 26,859 78,342 37,510 20,041 38,759 96,310 122.94%
Triwulan II 12,203 42,611 27,283 82,097 39,518 20,796 41,303 101,617 123.78%
Triwulan III 11,802 41,800 28,423 82,025 39,653 20,204 42,917 102,774 125.30%
Triwulan IV 10,388 44,994 27,014 82,396 39,952 20,221 43,718 103,890 126.09%
2017
Triwulan I 12,434 41,400 28,057 81,891 40,620 19,830 44,347 104,798 127.97%
Triwulan II 12,532 43,973 28,726 85,232 42,311 19,946 45,898 108,154 126.89%
Triwulan III 11,995 44,899 28,138 85,032 42,853 19,358 47,047 109,258 128.49%
Triwulan IV 10,726 50,161 26,434 87,322 44,569 19,842 48,717 113,129 129.55%

Tabel C.2. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Proyek Pelapor) dan Kredit (Lokasi Proyek) Bank Umum (Rp Miliar)
DPK KREDIT
Periode LDR
Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah
2012
Triwulan I 7,461 24,900 13,219 45,580 22,500 11,728 24,527 58,755 128.90%
Triwulan II 7,269 27,097 13,505 47,871 25,045 12,256 25,965 63,265 132.16%
Triwulan III 7,246 28,434 14,089 49,770 24,656 12,635 28,121 65,412 131.43%
Triwulan IV 7,333 31,338 14,875 53,546 28,250 11,911 29,794 69,956 130.64%
2013
Triwulan I 7,759 29,206 15,182 52,147 28,671 12,725 30,622 72,019 138.11%
Triwulan II 8,086 29,942 15,271 53,299 27,484 17,402 32,197 77,083 144.62%
Triwulan III 9,211 31,943 16,050 57,204 27,822 18,289 33,503 79,613 139.17%
Triwulan IV 7,836 34,840 17,563 60,239 29,217 17,089 34,203 80,509 133.65%
2014
Triwulan I 7,984 32,314 17,705 58,003 28,996 17,088 34,752 80,836 139.37%
Triwulan II 9,714 33,024 18,489 61,226 31,057 17,232 35,865 84,154 137.45%
Triwulan III 9,681 34,652 19,797 64,131 31,697 18,030 36,523 86,250 134.49%
Triwulan IV 7,975 37,212 20,661 65,849 33,125 18,632 37,195 88,952 126.39%
2015
Triwulan I 10,125 33,960 22,093 66,178 34,244 19,119 37,404 90,768 128.43%
Triwulan II 11,807 34,683 22,145 68,635 37,014 19,431 37,954 94,399 137.54%
Triwulan III 12,454 37,256 22,416 72,126 37,017 19,865 39,137 96,019 133.13%
Triwulan IV 13,150 41,907 23,019 78,076 38,556 22,774 39,933 101,263 129.70%
2016
Triwulan I 12,881 38,342 26,778 78,002 38,920 22,507 40,853 102,280 131.13%
Triwulan II 12,178 42,311 27,185 81,674 40,809 23,420 43,398 107,627 131.78%
Triwulan III 11,788 41,544 28,309 81,640 40,590 22,771 45,040 108,401 132.78%
Triwulan IV 10,376 44,678 26,917 81,971 40,842 23,079 45,802 109,723 133.86%
2017
Triwulan I 12,420 41,157 27,959 81,536 41,856 23,597 46,327 111,780 137.09%
Triwulan II 12,519 43,702 28,632 84,852 43,281 23,931 47,945 115,158 135.72%
Triwulan III 11,981 44,658 28,037 84,675 43,853 24,455 49,125 117,433 138.69%
Triwulan IV 10,649 49,842 26,318 86,809 45,317 23,660 50,795 119,771 137.97%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 71
LAMPIRAN

Tabel C.3. Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)
Kredit (Lokasi Bank)
Periode Industri Listrik, Gas, Jasa Dunia Jasa Sosial Total
Pertanian Tambang Konstruksi Perdagangan Angkutan Lain-lain
Pengolahan dan Air Usaha Masyarakat

2011 869 309 3,460 144 2,155 15,072 1,629 2,770 1,555 24,935 52,898
2012
Triwulan I 906 312 3,468 137 2,065 15,459 1,744 2,917 1,570 26,007 54,585
Triwulan II 1,128 363 3,904 124 2,448 17,631 1,730 3,178 1,485 27,045 59,035
Triwulan III 1,171 375 4,008 135 2,582 17,741 1,794 3,131 1,372 28,781 61,090
Triwulan IV 1,215 399 5,250 141 2,674 19,027 2,321 3,105 1,404 30,684 66,221
2013
Triwulan I 1,403 447 5,335 133 2,565 19,933 2,631 3,240 1,619 31,065 68,371
Triwulan II 1,396 449 5,579 116 2,780 22,957 2,763 3,433 1,650 31,814 72,937
Triwulan III 1,385 444 5,631 121 2,966 23,360 2,864 3,414 1,733 33,096 75,014
Triwulan IV 1,400 397 4,186 191 3,034 24,132 2,923 3,550 1,780 33,794 75,388
2014
Triwulan I 1,405 377 3,918 218 3,043 24,334 2,960 3,747 1,828 34,043 75,874
Triwulan II 1,499 560 4,210 245 3,666 25,587 2,950 3,598 1,968 35,053 79,336
Triwulan III 1,435 537 4,283 232 4,173 25,748 2,951 3,581 2,115 35,408 80,463
Triwulan IV 1,506 509 4,747 350 4,366 27,033 2,820 3,662 2,340 36,226 83,560
2015
Triwulan I 1,630 427 5,035 382 4,746 27,920 2,782 3,733 2,473 36,174 85,304
Triwulan II 1,788 390 5,109 413 4,902 29,003 2,693 4,037 2,681 36,547 87,563
Triwulan III 2,303 383 5,304 398 5,417 29,373 2,672 4,024 2,388 37,648 89,911
Triwulan IV 2,461 410 7,487 379 5,491 31,424 2,781 4,221 2,549 37,777 94,982
2016
Triwulan I 2,681 430 7,239 306 5,483 31,959 2,824 4,117 2,462 38,809 96,310
Triwulan II 2,933 399 7,993 277 5,977 33,268 2,738 4,085 2,587 41,359 101,617
Triwulan III 2,998 372 8,104 267 6,305 32,431 2,730 4,234 2,392 42,941 102,774
Triwulan IV 3,280 336 7,582 248 6,698 32,555 2,627 4,278 2,518 43,767 103,890
2017
Triwulan I 3,279 340 7,494 255 6,305 32,970 2,420 4,715 2,640 44,378 104,798
Triwulan II 3,514 333 7,555 222 6,602 33,787 2,508 4,889 2,819 45,926 108,154
Triwulan III 3,748 326 6,830 160 6,810 33,836 2,525 5,056 2,891 47,076 109,258
Triwulan IV 4,386 303 7,015 159 6,805 34,343 2,698 5,659 3,014 48,747 113,128

Tabel C.4. Penyaluran Kredit (Lokasi Proyek) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)
Kredit (Lokasi Proyek)
Periode Industri Listrik, Gas, Jasa Dunia Jasa Sosial Total
Pertanian Tambang Konstruksi Perdagangan Angkutan Lain-lain
Pengolahan dan Air Usaha Masyarakat

2012
Triwulan I 883 568 4,842 379 3,148 15,854 1,828 3,171 1,583 26,497 58,755
Triwulan II 1,101 608 5,216 420 3,503 18,288 1,809 3,438 1,465 27,417 63,265
Triwulan III 1,146 626 5,381 663 3,708 18,100 1,737 3,474 1,376 29,202 65,412
Triwulan IV 1,187 564 6,013 782 3,848 19,531 2,138 3,371 1,386 31,135 69,956
2013
Triwulan I 1,373 590 6,116 996 3,835 20,344 2,317 3,446 1,479 31,523 72,019
Triwulan II 1,356 584 5,570 1,357 4,043 23,549 2,379 4,511 1,515 32,219 77,083
Triwulan III 1,354 599 5,720 1,484 4,405 24,050 2,459 4,289 1,740 33,513 79,613
Triwulan IV 1,374 611 4,314 1,579 4,231 25,010 2,600 4,656 1,800 34,334 80,509
2014
Triwulan I 1,388 586 4,063 1,554 4,175 25,246 2,522 4,613 1,867 34,821 80,836
Triwulan II 1,510 555 4,592 1,031 4,564 26,941 2,584 4,374 1,890 36,112 84,154
Triwulan III 1,454 543 5,153 1,886 4,968 26,883 2,517 4,043 2,031 36,772 86,250
Triwulan IV 1,530 470 5,501 2,022 5,169 28,161 2,420 3,976 2,160 37,544 88,952
2015
Triwulan I 1,675 401 5,830 2,093 5,596 28,761 2,407 4,046 2,425 37,532 90,768
Triwulan II 1,779 411 6,487 2,340 5,761 30,356 2,343 4,249 2,610 38,063 94,399
Triwulan III 1,837 376 6,226 2,436 6,259 30,678 2,381 4,187 2,409 39,228 96,019
Triwulan IV 2,173 400 8,460 2,572 6,346 31,985 2,442 4,409 2,480 39,996 101,263
2016
Triwulan I 2,368 407 7,984 2,290 6,262 32,480 2,501 4,637 2,449 40,902 102,280
Triwulan II 2,616 431 8,674 2,149 6,363 34,128 2,433 4,804 2,574 43,456 107,627
Triwulan III 2,592 402 8,398 2,203 6,496 33,399 2,414 5,022 2,412 45,064 108,401
Triwulan IV 2,852 390 8,039 2,239 6,522 33,784 2,314 5,165 2,567 45,851 109,723
2017
Triwulan I 2,858 397 7,844 2,835 6,629 34,449 2,152 5,570 2,690 46,358 111,780
Triwulan II 3,110 381 8,145 2,823 6,812 35,080 2,224 5,725 2,882 47,976 115,158
Triwulan III 3,415 374 7,472 4,373 6,625 35,244 2,269 5,550 2,957 49,155 117,433
Triwulan IV 3,604 343 7,357 3,142 7,098 35,670 2,535 6,127 3,069 50,824 119,771

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
72 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Tabel C.5. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank (Lokasi Bank)
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran Bank Umum
Periode Modal Modal Modal Modal
Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi
Kerja Kerja Kerja Kerja
2011 13.55 11.83 12.83 13.34 13.61 14.09 10.62 6.81 28.61 13.45 12.84 13.32
2012
Triwulan I 13.49 11.69 12.79 13.16 13.60 14.56 8.50 7.29 27.35 13.30 12.77 13.46
Triwulan II 13.24 11.34 12.70 12.74 13.62 14.36 9.32 7.91 27.67 13.00 12.60 13.35
Triwulan III 13.21 11.11 12.54 12.55 13.36 14.31 9.53 8.36 26.16 12.90 12.39 13.19
Triwulan IV 12.63 10.92 12.23 12.28 13.09 14.01 8.85 8.07 23.83 12.47 12.19 12.88
2013
Triwulan I 12.56 10.74 12.20 12.31 12.89 14.04 7.21 8.21 23.67 12.40 12.05 12.85
Triwulan II 12.77 10.57 12.12 12.01 12.71 13.89 8.12 8.37 20.92 12.38 11.65 12.74
Triwulan III 12.94 10.79 12.11 12.72 12.99 13.83 9.14 9.16 21.14 12.80 12.02 12.72
Triwulan IV 13.00 11.08 12.18 13.04 13.53 13.91 10.20 10.06 20.92 12.99 12.57 12.78
2014
Triwulan I 13.10 11.15 12.24 13.23 13.67 14.06 10.49 10.68 22.14 13.13 12.71 12.86
Triwulan II 13.26 11.44 12.41 13.51 13.53 14.05 10.08 10.72 22.94 13.33 12.75 12.97
Triwulan III 13.48 11.61 12.44 13.62 13.53 14.10 10.26 10.81 23.49 13.50 12.81 13.00
Triwulan IV 13.46 11.57 12.61 13.48 13.78 14.17 10.77 11.14 23.13 13.44 12.93 13.13
2015
Triwulan I 13.81 12.12 11.45 14.04 15.29 14.74 10.03 11.38 23.11 13.25 13.13 13.59
Triwulan II 13.42 10.40 13.00 12.91 13.75 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.14 13.61
Triwulan III 13.28 10.26 13.22 13.01 13.69 14.62 8.84 11.46 28.73 13.09 12.00 13.76
Triwulan IV 12.95 9.53 13.31 12.86 13.34 14.72 9.52 11.89 28.40 12.86 11.30 13.82
2016
Triwulan I 12.36 10.15 13.22 13.13 13.70 14.41 8.74 10.63 22.34 12.67 12.00 13.57
Triwulan II 11.91 10.01 12.90 12.85 13.54 14.28 8.47 11.44 23.74 12.29 11.77 13.28
Triwulan III 11.58 9.65 12.51 12.73 13.29 14.19 8.55 11.73 21.90 12.07 11.55 13.18
Triwulan IV 11.33 9.36 12.44 12.66 13.20 14.05 8.50 11.71 10.30 11.89 11.36 13.08
2017
Triwulan I 11.09 9.08 12.34 12.14 12.76 13.79 8.64 11.61 9.91 11.56 10.99 12.93
Triwulan II 11.10 9.45 12.23 12.02 12.49 13.51 8.52 11.59 12.38 11.50 11.04 12.73
Triwulan III 10.99 9.28 12.02 11.75 12.07 13.29 8.82 11.18 12.44 11.31 10.77 12.53
Triwulan IV 11.00 9.43 11.96 11.37 11.88 13.13 8.03 11.01 10.89 11.13 10.51 12.26

Tabel C.6. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank (Lokasi Proyek)
Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran Bank Umum
Periode Modal Modal Modal Modal
Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi Investasi Konsumsi
Kerja Kerja Kerja Kerja
2012
Triwulan I 13.04 9.94 13.01 12.92 13.14 14.34 8.28 10.28 22.85 12.93 11.76 13.57
Triwulan II 12.86 9.78 12.93 12.45 13.21 13.87 8.10 9.89 23.69 12.63 11.65 13.36
Triwulan III 12.71 9.62 12.55 12.40 13.01 14.02 8.56 9.57 23.59 12.54 11.47 13.15
Triwulan IV 12.24 10.88 12.44 11.99 12.97 13.84 8.11 8.42 23.30 12.11 12.09 13.00
2013
Triwulan I 12.16 10.65 12.38 12.07 12.80 14.13 6.71 8.40 22.74 12.05 11.94 13.03
Triwulan II 12.66 10.25 12.25 11.74 12.58 13.93 6.76 8.47 21.41 12.16 11.32 12.86
Triwulan III 12.81 10.32 12.26 12.54 12.85 13.81 7.29 9.24 20.90 12.56 11.55 12.83
Triwulan IV 12.93 10.45 12.35 12.92 13.43 13.80 6.79 10.11 20.93 12.77 12.00 12.88
2014
Triwulan I 13.03 10.53 12.42 13.11 13.59 13.97 9.30 10.71 21.87 13.03 12.19 12.99
Triwulan II 13.15 10.76 12.63 13.34 13.68 14.11 7.68 10.73 22.62 13.13 12.31 13.17
Triwulan III 13.36 10.50 12.70 13.50 13.72 14.19 6.50 10.81 26.08 13.23 12.15 13.28
Triwulan IV 13.37 10.37 12.90 13.15 13.76 14.29 7.20 11.14 26.76 13.13 12.13 13.45
2015
Triwulan I 13.39 10.34 12.86 13.17 13.74 14.44 7.13 11.10 27.50 13.13 12.11 13.46
Triwulan II 13.43 10.39 13.00 12.91 13.76 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.15 13.61
Triwulan III 13.29 10.25 13.22 13.01 13.70 14.62 8.84 11.46 28.73 13.09 12.00 13.76
Triwulan IV 12.96 9.51 13.31 12.86 13.35 14.72 9.52 11.89 28.40 12.86 11.29 13.82
2016
Triwulan I 12.30 9.54 13.46 12.94 13.51 14.65 8.76 10.63 28.18 12.56 11.37 13.89
Triwulan II 11.88 9.46 13.13 12.63 13.21 14.56 6.08 11.44 28.48 12.16 11.16 13.60
Triwulan III 11.54 9.15 12.83 12.56 13.04 14.39 5.74 11.73 26.35 11.95 11.03 13.47
Triwulan IV 11.31 8.96 12.77 12.63 12.80 14.30 7.27 11.71 24.08 11.88 10.81 13.38
2017
Triwulan I 11.08 8.75 12.68 12.09 12.33 14.07 8.75 11.61 22.50 11.54 10.44 13.25
Triwulan II 11.08 8.81 12.50 11.90 12.01 13.79 6.03 11.59 20.23 11.40 10.36 13.00
Triwulan III 10.96 8.29 12.29 11.66 11.68 13.36 4.73 10.20 19.56 11.20 9.91 12.73
Triwulan IV 10.98 8.77 12.16 11.34 11.50 13.13 7.88 9.58 17.67 11.11 9.94 12.44

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 73
LAMPIRAN

D. Sistem Pembayaran

Tabel D.1. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Kertas di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Triliun)
Jumlah yoy
Periode
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow
I 4.41 1.71 2.69 13.90% -7.82% 33.98%
II 3.24 2.88 0.36 17.50% -9.25% 184.83%
2013
III 4.87 5.31 (0.44) 24.12% 48.62% 225.76%
IV 4.07 4.16 (0.09) 27.33% 29.50% -536.97%
2013 16.59 14.07 2.52 20.66% 19.01% 30.82%
I 5.30 2.34 2.96 20.17% 36.45% 9.82%
II 4.07 3.83 0.24 25.76% 32.95% -32.43%
2014
III 5.56 5.64 (0.08) 14.16% 6.18% -81.98%
IV 4.30 4.10 0.21 5.64% -1.52% -336.57%
2014 19.24 15.90 3.34 15.93% 13.01% 32.20%
I 6.18 2.25 3.94 16.70% -3.91% 33.01%
II 3.78 3.70 0.07 -7.20% -3.29% -69.42%
2015
III 4.82 4.93 (0.11) -13.42% -12.67% 40.51%
IV 3.79 3.20 0.59 -11.93% -21.92% 186.71%
2015 18.57 14.07 4.50 -3.47% -11.51% 34.84%
I 6.23 1.49 4.74 0.74% -33.73% 20.43%
II 3.34 4.73 (1.39) -11.46% 27.86% -1991.09%
2016
III 6.50 2.52 3.99 35.03% -48.91% -3670.36%
IV 4.29 2.08 2.21 -76.89% -85.21% -50.87%
2016 26.87 13.34 13.53 44.71% -5.20% 200.84%
I 4.61 1.29 3.32 -25.97% -13.47% -29.90%
2107
II 3.33 3.18 0.16 -0.33% -32.90% -111.18%

Tabel D.2. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Logam di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Miliar)
Jumlah yoy
Periode
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow
I 0.03 0.28 (0.25) -80.04% -84.46% 84.86%
II 0.08 0.78 (0.70) -39.81% -69.23% 70.77%
2013
III 0.08 2.51 (2.43) 335.68% 192.39% -189.28%
IV 0.10 2.63 (2.53) 95.78% 670.88% -772.95%
2013 0.29 6.20 (5.91) -16.80% 12.07% -13.98%
I 0.14 2.20 (2.05) 388.70% 685.69% 720.65%
II 0.04 3.22 (3.18) -47.69% 314.31% 353.25%
2014
III 0.23 3.93 (3.70) 186.11% 56.42% 52.18%
IV 0.13 2.07 (1.94) 29.30% -21.19% -23.20%
2014 0.54 11.42 (10.88) 89.84% 84.31% 84.05%
I 0.00 1.74 (1.73) -97.54% -20.95% -15.58%
II 0.01 5.66 (5.65) -87.34% 75.61% 77.63%
2015
III 0.03 3.59 (3.56) -84.91% -8.54% -3.84%
IV 0.00 5.84 (5.84) -97.69% 182.13% 200.88%
2015 0.05 16.83 (16.78) -91.52% 47.38% 54.29%
I 0.00 4.45 (4.45) -43.63% 156.01% 156.41%
II 0.00 6.43 (6.43) -40.00% 13.71% 13.76%
2016
III 0.00 3.54 (3.54) -99.84% -1.42% -0.46%
IV 0.00 5.24 (5.24) -99.86% -68.84% -68.76%
2016 0.01 19.67 (19.67) -88.73% 16.90% 17.18%
I 0.00 3.46 (3.46) -94.40% -22.18% -22.15%
2017
II 0.01 0.00 0.01 260.00% -99.94% -100.11%

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
74 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Tabel D.3. Perkembangan Transaksi Nontunai Melalui Real Time Gross Settlement (Rp Triliun)

Jumlah yoy
Periode
From To From-To From To From-To
I 11.50 29.15 4.58 3.26% 24.82% -1.96%
II 15.47 37.79 4.35 27.09% 45.01% -18.06%
2012
III 15.42 34.63 4.42 17.91% 1.86% -17.49%
IV 19.88 40.65 5.05 25.54% 18.28% -17.24%
2012 62.28 142.21 18.41 19.24% 20.75% -14.18%
I 14.45 32.77 4.25 25.59% 12.42% -7.28%
II 17.40 36.12 4.92 12.46% -4.41% 13.00%
2013
III 18.77 37.61 6.75 21.72% 8.61% 52.66%
IV 20.54 41.48 7.30 3.32% 2.05% 44.57%
2013 71.16 147.98 23.22 14.26% 4.06% 26.15%
I 15.66 27.89 4.75 8.39% -14.89% 11.85%
II 21.37 33.67 9.76 22.83% -6.79% 98.44%
2014
III 22.72 38.10 10.97 21.04% 1.28% 62.41%
III 25.66 41.37 11.87 24.93% -0.27% 62.68%
2014 85.41 141.02 37.36 20.03% -4.70% 60.89%
I 14.45 32.77 4.29 -7.73% 17.51% -9.65%
2015 II 26.71 31.93 4.27 24.96% -5.15% -56.25%
III 19.34 40.38 3.48 -14.88% 5.99% -68.29%

E. Ekspor dan Impor

Tabel E.1. Perkembangan Komoditas Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Ribu)
2015 2016 2017
Komoditas Ekspor Utama
Pangsa Pangsa
(dalam juta USD) 2015 Q1 Q2 Q3 Q4 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 2017
Pasar Pasar
1 Nikel 789.75 54.78% 108.72 138.12 158.62 178.68 767.53 143.94 147.94 156.82 180.63 777.28 53.61%
2 Biji Coklat dan Coklat Olahan 199.17 13.82% 24.67 33.24 54.50 45.23 206.18 24.83 22.25 36.51 30.06 135.91 9.37%
3 Ikan dan Udang 112.56 7.81% 27.73 35.96 32.72 34.60 176.03 28.76 32.00 32.81 34.54 160.11 11.04%
4 Daging dan Ikan Olahan 22.46 1.56% 3.32 4.46 9.64 8.36 32.18 4.85 5.74 14.83 10.54 41.71 2.88%
5 Biji-bijian berminyak dan Obat 107.10 7.43% 18.39 21.34 22.40 18.24 107.30 13.80 13.06 16.06 26.46 82.44 5.69%
6 Buah-Buahan 42.89 2.98% 16.84 12.74 12.12 15.90 73.78 16.32 12.43 12.11 17.62 70.92 4.89%
7 Garam, belerang, kapur 15.03 1.04% 3.97 3.67 4.83 5.06 22.25 5.08 8.84 9.73 9.05 41.54 2.87%
8 Kayu, Barang dari Kayu 43.98 3.05% 8.82 6.30 5.09 5.95 34.88 11.01 11.66 8.84 16.77 59.93 4.13%
9 Sisa Industri Makanan 17.24 1.20% 3.38 4.71 6.33 4.85 26.93 4.72 3.66 3.88 3.80 19.72 1.36%
10 Kopi,teh, rempah-rempah 22.30 1.55% 1.83 2.16 7.95 7.66 23.20 2.24 2.13 4.28 7.28 18.06 1.25%
11 Lainnya 69.10 4.79% 11.72 13.61 11.19 14.12 68.17 5.58 7.59 11.42 10.05 42.24 2.91%
Nilai Ekspor Sulsel 1,441.58 100.00% 229.37 276.31 325.41 338.66 1,538.43 261.13 267.31 307.30 346.80 1,449.85 100.00%
Sumber : Cognos, diolah
Sumber: Bea Cukai
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Ket: 10 besar komoditas ekspor sepanjang 2016

Tabel E.2. Perkembangan Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Tujuan (US$ Juta)
NEGARA TUJUAN 2016 2017
EKSPOR Pangsa Pangsa
Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total
(dalam juta USD) Pasar Pasar
1 Jepang 117.90 147.25 172.45 192.53 925.51 53.59% 154.28 160.31 172.78 198.25 685.62 57.98%
2 Amerika Serikat 25.54 28.20 30.15 36.40 177.63 10.29% 31.36 29.58 34.64 36.87 132.45 11.20%

3 Tiongkok 18.75 26.40 31.86 26.91 155.79 9.02% 16.42 16.67 29.14 33.75 95.98 8.12%
4 Malaysia 16.03 22.61 32.79 28.03 150.40 8.71% 16.40 18.99 15.41 17.04 67.83 5.74%

5 Taiwan 1.77 1.92 3.05 1.72 12.07 0.70% 1.57 2.71 4.02 2.22 10.51 0.89%
6 Vietnam 6.39 8.17 7.32 7.86 46.86 2.71% 7.62 5.57 6.87 12.12 32.17 2.72%

7 Australia 2.33 1.74 1.54 4.19 13.18 0.76% 3.10 3.69 7.56 3.14 17.49 1.48%
8 Korea Selatan 4.01 4.80 4.50 6.76 28.08 1.63% 2.83 2.02 7.04 6.72 18.61 1.57%
9 Bangladesh 0.08 0.04 1.22 1.54 2.95 0.17% - 0.03 1.54 0.04 1.61 0.14%
10 Belanda 5.15 8.08 7.38 3.48 39.64 2.30% 3.88 2.46 3.01 3.66 13.00 1.10%
11 Lainnya 31.41 27.10 33.16 27.24 174.79 10.12% 23.67 25.30 25.29 32.99 107.25 9.07%
Nilai Ekspor Sulsel 229.37 276.31 325.41 336.67 1,726.90 100.00% 261.13 267.31 307.30 346.80 1,182.54 100.00%
Sumber: Bea Cukai
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Ket: 10 besar negara tujuan ekspor sepanjang 2016

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 75
LAMPIRAN

Tabel E.3. Perkembangan Komoditas Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ ribu)
2016 2017
Komoditas Impor Utama
Pangsa Pangsa
(dalam juta USD) Q1 Q2 Q3 Q4 2016 Q1 April Mei Juni Q2 Q3 Q4 2017
Pasar Pasar
1 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 35.07 51.66 41.10 75.79 258.45 26.26% 60.89 15.82 22.52 4.56 42.91 21.54 14.17 139.51 16.82%
2 Gula dan Kembang Gula 0.19 0.26 0.54 0.70 2.04 0.21% 0.83 0.29 12.46 17.95 30.70 39.70 33.02 104.25 12.57%
3 Sisa Industri Makanan 13.57 15.38 23.50 15.69 88.28 8.97% 13.00 12.06 6.64 2.95 21.65 17.28 23.38 75.30 9.08%
4 Gandum 35.84 37.99 31.65 38.25 187.60 19.06% 38.27 2.41 10.09 14.47 26.97 40.34 38.67 144.24 17.39%
5 Bahan Kimia anorganik 3.35 2.13 0.07 2.39 10.07 1.02% 0.14 0.02 2.47 0.04 2.53 3.15 4.08 9.90 1.19%

6 Biji Coklat dan Coklat Olahan 1.80 2.02 6.25 4.18 17.46 1.77% 3.36 0.49 2.32 1.08 3.90 5.09 0.70 13.04 1.57%
7 Mesin dan Peralatan Listrik 1.62 1.14 5.84 53.19 63.18 6.42% 37.86 6.21 8.44 1.78 16.43 43.84 35.69 133.82 16.13%
8 Besi dan Baja 3.17 1.52 4.62 2.99 15.02 1.53% 0.97 0.10 2.60 0.39 3.09 2.25 2.17 8.47 1.02%
9 Produk Keramik 4.06 3.08 2.17 3.61 16.54 1.68% 4.15 0.97 1.62 1.32 3.91 5.77 4.71 18.54 2.24%
10 Kertas/Karbon 1.68 1.29 1.27 2.02 7.55 0.77% 1.98 0.70 0.74 0.00 1.44 2.34 0.07 5.84 0.70%
11 Lainnya 22.32 94.10 33.12 71.83 318.11 32.32% 39.50 7.79 36.18 12.66 56.63 48.31 32.21 176.65 21.29%
Nilai Impor Sulsel 122.68 210.55 150.13 270.62 984.30 100.00% 200.95 46.87 106.09 57.20 210.17 229.61 188.86 829.58 100.00%
Sumber: Bea Cukai
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Ket: 10 komoditas impor sepanjang 2016

Tabel E.4. Perkembangan Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Asal (US$ Ribu)
2016 2017
NEGARA ASAL IMPOR
Pangsa Pangsa
(dalam juta USD) Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 Q4 Total
Pasar Pasar

1 Tiongkok 42.69 69.11 63.99 125.77 373.40 37.94% 126.89 74.32 34.05 49.78 285.05 34.36%

2 Thailand 4.66 2.33 3.76 5.25 20.42 2.07% 3.51 2.82 16.35 2.49 25.17 3.03%
3 Argentina 18.43 14.89 21.84 13.15 87.79 8.92% 10.87 17.93 15.49 20.54 64.83 7.81%
4 Australia 25.41 7.26 7.41 6.18 53.60 5.45% 12.48 16.27 18.06 7.62 54.43 6.56%
5 Amerika Serikat 2.37 6.65 2.79 3.52 24.26 2.46% 10.08 5.87 13.08 2.84 31.88 3.84%
6 Ukraina 0.11 8.43 17.90 39.41 80.18 8.15% 9.26 - 7.76 8.31 25.33 3.05%
7 Republik Dominika - - - 0.34 0.34 0.03% 0.72 1.13 1.91 0.24 4.01 0.48%
8 Pantai Gading - - - - - 0.00% - 1.68 0.67 - 2.35 0.28%
9 Malaysia 1.15 3.26 6.30 4.50 19.66 2.00% 2.95 2.69 3.80 0.92 10.36 1.25%

10 Singapura 0.64 4.59 0.76 0.87 11.54 1.17% 1.06 31.07 14.65 37.80 84.57 10.19%
11 Lainnya 27.21 94.02 25.39 71.63 313.09 31.81% 23.11 56.38 103.78 58.33 241.61 29.12%
Nilai Impor Sulsel 122.68 210.55 150.13 270.62 984.30 100.00% 200.95 210.17 229.61 188.86 829.60 100.00%
Sumber: Bea Cukai
*) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Ket: 10 besar negara importir sepanjang 2016

F. Inklusi Keuangan
Tabel F.1. Perkembangan Rasio Jumlah Rekening terhadap Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan

Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Jumlah Penduduk


Jumlah Rekening DPK Lokasi KC/KCP (Ribu Rekening) Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*
(%)
2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016**
4,079 4,806 5,182 5,540 5,700 8,207 8,309 8,408 8,520 8,796 49.70 57.84 61.64 65.02 64.81

Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Jumlah


Jumlah Rekening Kredit Lokasi Bank (Ribu Rekening) Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*
Penduduk (%)
2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016**
894 872 870 916 945 8,207 8,309 8,408 8,520 8,796 10.89 10.49 10.34 10.75 10.75

*) Jumlah penduduk merupakan proyeksi dari proporsi jumlah penduduk miskin berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS
**) Data terkini perbankan dan jumlah penduduk miskin

Sumber: BPS, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
76 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

G. Indikator Makro Per Kabupaten/Kota


Tabel G.1.PDRB menurut kabupaten/kota atas dasar harga berlaku dan konstan (Rp Milyar)
ATAS DASAR HARGA BERLAKU ATAS DASAR HARGA KONSTAN
NO KABUPATEN/KOTA
2013* 2014* 2015** 2012 2013* 2014* 2015** 2016**
1 Kep Selayar 2,880.86 3,494.21 4,149.34 2,122.81 2,296.37 2,503.22 2,723.81 2,924.26
2 Bulukumba 7,187.33 8,385.78 9,584.32 5,483.24 5,909.29 6,414.14 6,777.43 7,241.16
3 Bantaeng 4,350.32 4,964.12 5,604.99 3,234.46 3,525.61 3,819.61 4,073.15 4,373.65
4 Jeneponto 5,269.41 6,157.05 6,999.85 4,147.46 4,422.90 4,773.92 5,085.88 5,513.69
5 Takalar 5,004.18 5,882.26 6,809.96 3,809.14 4,144.29 4,549.03 4,931.57 5,404.58
6 Gowa 10,713.90 12,044.91 13,734.06 8,289.11 9,070.00 9,720.52 10,381.04 11,172.27
7 Sinjai 5,601.47 6,484.77 7,511.14 4,366.71 4,706.67 5,035.70 5,415.55 5,802.60
8 Maros 11,966.92 13,662.54 15,767.63 9,044.51 9,612.26 10,067.22 10,931.05 11,970.40
9 Pangkep 13,759.00 15,970.74 18,481.48 10,288.64 11,248.48 12,420.26 13,411.01 14,513.11
10 Barru 3,833.30 4,434.06 4,918.37 3,000.72 3,237.00 3,475.20 3,694.86 3,919.04
11 Bone 16,734.21 19,879.98 23,149.37 12,730.12 13,531.85 14,882.65 16,052.41 17,504.82
12 Soppeng 5,401.35 6,174.25 6,828.42 4,259.55 4,567.54 4,882.65 5,131.82 5,554.05
13 Wajo 11,629.14 13,656.16 15,095.71 8,819.11 9,428.97 10,341.51 11,070.41 11,620.82
14 Sidrap 6,936.04 8,048.15 9,284.22 5,297.54 5,664.56 6,110.56 6,594.25 7,191.28
15 Pinrang 9,892.58 11,365.83 13,142.36 7,708.90 8,269.61 8,939.91 9,676.97 10,404.18
16 Enrekang 4,119.56 4,628.10 5,239.60 3,021.20 3,197.50 3,389.50 3,623.38 3,899.61
17 Luwu 7,681.02 9,018.94 10,363.70 5,915.10 6,372.70 6,934.34 7,437.79 8,031.64
18 Tana Toraja 3,683.75 4,277.60 4,901.49 2,793.72 2,994.47 3,198.55 3,417.60 3,670.27
19 Luwu Utara 6,338.05 7,590.83 8,681.53 4,911.00 5,274.16 5,739.78 6,122.48 6,580.62
20 Luwu Timur 16,662.67 20,497.07 21,022.95 11,963.26 12,717.28 13,748.26 14,690.56 14,868.56
21 Toraja Utara 4,230.78 5,028.50 5,840.95 2,971.71 3,259.91 3,508.98 3,778.90 4,089.33
22 Makassar 88,363.46 100,398.53 114,171.73 70,851.04 76,851.04 82,596.79 88,740.21 95,836.98
23 Pare-pare 3,940.54 4,434.69 5,059.51 3,150.26 3,400.55 3,615.72 3,842.61 4,106.87
24 Palopo 4,181.23 4,765.33 5,318.66 3,363.25 3,633.01 3,889.66 4,141.82 4,429.43
Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Tabel G.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Harga Konstan (Rp Milyar)

PERTUMBUHAN PERTAHUN
NO KABUPATEN/KOTA
2013 2014 2015 2016
1 Kep. Selayar 8.18 9.01 8.81 7.35
2 Bulukumba 7.77 8.54 6.51 6.90
3 Bantaeng 9.00 8.33 6.63 7.39
4 Jeneponto 6.64 7.93 6.53 8.43
5 Takalar 8.80 9.76 8.40 9.61
6 Gowa 9.42 7.17 6.79 7.63
7 Sinjai 7.79 6.98 7.54 7.16
8 Maros 6.28 4.73 8.58 9.52
9 Pangkep 9.33 10.41 7.96 8.24
10 Barru 7.87 7.35 6.31 6.09
11 Bone 6.30 9.53 8.29 9.06
12 Soppeng 7.23 6.89 5.10 8.24
13 Wajo 6.92 9.67 7.05 4.98
14 Sidrap 6.93 7.87 7.98 9.00
15 Pinrang 7.27 8.11 8.24 7.51
16 Enrekang 5.84 5.99 6.89 7.64
17 Luwu 7.74 8.81 7.26 7.99
18 Tana Toraja 7.19 6.80 6.84 7.42
19 Luwu Utara 7.39 8.82 6.66 7.49
20 Luwu Timur 6.30 8.10 6.43 1.62
21 Toraja Utara 9.74 7.64 7.65 8.21
22 Makassar 8.55 7.39 7.46 7.99
23 Pare-pare 7.95 6.33 6.28 6.87
24 Palopo 8.02 7.05 6.45 6.98
Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 77
LAMPIRAN

Tabel G.3.PDRB Perkapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku (Rp juta rupiah)

PDRB perkapita
No Kabupaten/Kota
2010 2011 2012* 2013* 2014* 2015**
1 Kep. Selayar 9.25 11.17 16.90 18.05 19.44 20.92
2 Bulukumba 9.51 10.74 13.64 14.59 15.73 16.51
3 Bantaeng 10.33 12.21 17.99 19.48 20.95 22.21
4 Jeneponto 6.61 7.73 11.89 12.60 13.51 14.30
5 Takalar 7.60 8.65 13.74 14.77 16.03 17.19
6 Gowa 7.76 8.87 12.14 13.03 13.70 14.36
7 Sinjai 12.26 13.98 18.73 20.04 21.29 22.74
8 Maros 8.12 9.38 27.57 28.97 30.00 32.22
9 Pangkep 17.54 20.67 32.80 35.47 38.78 41.44
10 Barru 10.00 11.37 17.82 19.12 20.40 21.58
11 Bone 10.46 12.19 17.45 18.43 20.15 21.61
12 Soppeng 12.15 14.28 18.92 20.25 21.63 22.70
13 Wajo 14.00 17.16 22.65 24.14 26.38 28.15
14 Sidrap 12.34 15.26 18.93 19.99 21.32 22.76
15 Pinrang 15.02 17.50 21.51 22.89 24.55 26.38
16 Enrekang 10.06 11.89 15.52 16.28 17.10 18.12
17 Luwu 11.15 12.91 17.37 18.54 19.98 21.24
18 Tana Toraja 6.64 8.04 12.43 13.24 14.05 14.93
19 Luwu Utara 10.64 12.25 16.68 17.74 19.13 22.22
20 Luwu Timur 34.02 38.65 46.60 48.35 51.03 65.14
21 Toraja Utara 6.89 8.31 13.46 14.66 15.66 12.48
22 Makassar 27.56 31.82 51.08 54.58 57.79 61.23
23 Pare-pare 13.85 15.77 23.62 25.15 26.41 27.70
24 Palopo 13.12 14.98 21.48 22.59 23.59 24.52
*) Data Sementara **) Data Sangat Sementara
Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Tabel G.4. Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2016

1 Kep. Selayar 127,220 128,744 130,199 131,605


2 Bulukumba 404,896 407,775 410,485 413,229
3 Bantaeng 181,006 182,283 183,386 184,517
4 Jeneponto 351,111 353,287 355,599 357,807
5 Takalar 280,590 283,762 286,906 289,978
6 Gowa 696,096 709,386 722,702 735,493
7 Sinjai 234,886 236,497 238,099 239,689
8 Maros 331,796 335,596 339,300 342,890
9 Pangkep 317,110 320,293 323,597 326,700
10 Barru 169,302 170,316 171,217 171,906
11 Bone 734,119 738,515 742,912 746,973
12 Soppeng 225,512 225,709 226,116 226,305
13 Wajo 390,603 391,980 393,218 394,495
14 Sidrap 283,307 286,610 289,787 292,985
15 Pinrang 361,293 364,087 366,789 369,595
16 Enrekang 196,394 198,194 199,998 201,614
17 Luwu 343,793 347,096 350,218 353,277
18 Tana Toraja 226,212 227,588 228,984 230,195
19 Luwu Utara 297,313 299,989 302,687 305,372
20 Luwu Timur 263,012 269,405 275,595 281,822
21 Toraja Utara 222,393 224,003 225,516 226,988
22 Makassar 1,408,072 1,429,242 1,449,401 1,469,601
23 Pare-pare 135,192 136,903 138,699 140,423
24 Palopo 160,819 164,903 168,894 172,916
Sulawesi Selatan 8,342,047 8,432,163 8,520,304 8,606,375
Sumber: BPS, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
78 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Tabel G.5.Tingkat Partisipasi Angkatan Lerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Selatan Menurut
Kabupaten/Kota (%)
TPAK TPT
No Kabupaten / Kota
2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014
1 Kep. Selayar 65.1 62.7 61.11 60.6 4.68 3.25 4.62 2.1
2 Bulukumba 64.2 68.4 62.25 65 5.46 2.71 4.16 2.8
3 Bantaeng 65.5 72.2 68.74 71.9 5.54 7.02 6.44 2.4
4 Jeneponto 64.5 67.0 61.96 61.7 5.06 4.35 2.77 2.7
5 Takalar 64.5 62.3 57.69 62.9 5.54 6.21 2.73 2.7
6 Gowa 65.6 62.1 64.17 66.3 7.05 4.01 2.63 2.3
7 Sinjai 65.1 73.1 70.34 68.8 5.59 2.84 0.43 0.9
8 Maros 64.9 64.3 60.98 63.0 6.94 6.43 5.71 4.6
9 Pangkep 65.0 57.6 54.41 57.6 6.09 8.03 5.7 9.9
10 Barru 64.2 56.8 53.43 50.4 5.75 4.78 4.51 2.3
11 Bone 64.0 64.8 63.3 63.9 5.98 3.51 3.8 5
12 Soppeng 63.4 62.1 57.22 57.6 5.16 6.15 6.65 2.4
13 Wajo 67.0 59.9 58.16 55.6 7.45 3.13 3.72 4.9
14 Sidrap 64.6 57.2 52.25 54.0 4.78 6.99 7.62 6.2
15 Pinrang 64.5 55.0 52.07 60.1 6.55 5.35 1.96 2.8
16 Enrekang 66.6 74.5 70.27 68.2 6.66 3.05 1.61 1.4
17 Luwu 65.3 59.7 58.69 62.5 7.41 10.55 7.14 5.1
18 Tana Toraja 67.1 76.3 70.55 80.3 5.56 4.63 3.26 3.3
19 Luwu Utara 65.9 65.6 62.02 66.7 4.47 5.03 4.48 1.8
20 Luwu Timur 68.3 67.3 65.01 67.2 7.16 8.12 6.28 8.1
21 Toraja Utara 63.5 68.3 65.25 69.8 6.05 5.08 2.82 3.7
22 Makassar 61.0 57.9 57.8 56.9 8.41 9.97 9.53 10.9
23 Pare-pare 62.0 60.4 57.72 60.6 7.97 4.21 4.86 7.1
24 Palopo 63.1 59.6 58.13 58.0 9.47 8.43 9.03 8.1
Sulawesi Selatan 64.3 62.8 60.49 62.0 6.56 5.87 5.1 5.1
Sumber: BPS, diolah

Tabel G.6.Indikator Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan


2012 2013
NO Kabupaten/Kota Jumlah Jumlah
% P1 P2 % P1 P2
(ribu) (ribu)
1 Kep. Selayar 16.2 12.87 2.34 0.61 18.2 14.23 2.32 0.54
2 Bulukumba 31.5 7.83 0.93 0.18 36.7 9.04 1.01 0.17
3 Bantaeng 16.00 8.90 1.64 0.45 18.9 10.45 1.68 0.49
4 Jeneponto 58.0 16.59 2.64 0.68 58.1 16.52 2.42 0.61
5 Takalar 26.7 9.60 1.57 0.48 29.3 10.42 1.48 0.35
6 Gowa 55.3 8.06 1.66 0.64 61.0 8.73 1.19 0.25
7 Sinjai 21.7 9.29 1.26 0.26 24.3 10.32 1.41 0.33
8 Maros 41.3 12.56 2.36 0.60 43.1 12.94 2.24 0.63
9 Pangkep 52.3 16.63 2.76 0.77 56.4 17.75 3.15 0.85
10 Barru 15.7 9.28 1.50 0.37 17.5 10.32 1.33 0.26
11 Bone 89.5 12.25 1.90 0.51 87.7 11.92 1.75 0.47
12 Soppeng 20.6 9.12 1.08 0.21 21.3 9.43 0.93 0.15
13 Wajo 30.5 7.83 0.87 0.16 31.9 8.17 1.27 0.35
14 Sidrap 16.9 6.00 0.77 0.14 17.9 6.3 1.00 0.23
15 Pinrang 28.1 7.83 1.37 0.40 32.1 8.86 1.16 0.22
16 Enrekang 28.2 14.45 1.79 0.38 29.7 15.11 2.02 0.44
17 Luwu 45.5 13.34 1.97 0.47 52.0 15.10 2.25 0.52
18 Tana Toraja 28.7 12.73 1.98 0.46 31.3 13.81 1.81 0.38
19 Luwu Utara 41.4 14.03 2.68 0.75 46.2 15.52 2.06 0.43
20 Luwu Timur 19.9 7.72 1.13 0.29 2.2 8.38 1.37 0.32
21 Toraja Utara 36.0 16.28 2.44 0.52 36.8 16.53 3.03 0.86
22 Makassar 69.9 5.02 0.76 0.17 66.4 4.7 0.84 0.24
23 Pare-pare 7.5 5.58 0.88 0.21 8.6 6.38 0.83 0.18
23 Palopo 14.9 9.47 1.61 0.44 15.5 9.57 1.42 0.3
Sulawesi Selatan 812.3 9.82 1.68 0.42 863.2 10.32 1.65 0.40
Sumber: BPS, diolah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 79
LAMPIRAN

H. Daftar Istilah
Istilah Keterangan

Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari
resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk
meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing,
dan risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan
2013-2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat
menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan
protocol tanggung jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan
nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,
atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang
pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
80 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Istilah Keterangan

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,
dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar
keuangan dan industrialisasi

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-
through negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau
untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiskal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap
sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang
tanpa risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah
pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate Tata kelola yang baik


governance

Growth-supporting Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi


funding facility

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin
kemiskinan

Indeks keparahan Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin


kemiskinan

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,
inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 81
LAMPIRAN

Istilah Keterangan

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan
kelangsungan usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, atau
bulan) terhadap satu bulan sebelumnya

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan
secara simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka
pengendalian moneter

Pagu hutang / debt Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu
ceiling

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan
pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu,
bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan
pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang
selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi
syariah

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-
bank ritel

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Periode Februari 2018
82 Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan
LAMPIRAN

Istilah Keterangan

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,
atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional

Yield Imbal hasil

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,
triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukur
pertumbuhan secara akumulatif.

Yuan Mata uang Tiongkok

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Periode Februari 2018
Kunci Sukses Ekonomi Sulawesi Selatan 83

Anda mungkin juga menyukai