Anda di halaman 1dari 11

VIII.

PembahasanPercobaan kali ini berjudul Pengujian Efek Anti Diare memiliki


tujuan,yaitu setelah melakukan percobaan kali ini, mahasiswa diharapkan mengetahuisejauh
mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkanoleh metode transit
intestinal. Metode transit intestinal berlandaskan pada nisbah jarak usus yang ditempuh oleh
marker dalam waktu tertentu terhadap panjangusus keseluruhan hewan uji yang pada
percobaan kali ini adalah mencit.Pada pengujian efek anti diare ini hewan uji yang digunakan
adalah mencit putih yang dipuasakan 18 jam sebelum percobaan dan minum tetap
diberikan.Bahan dan obat yang digunakan pada pengujian ini adalah Loperamid HCl
dengandosis yang berbeda, tinta cina, dan suspensi PGA 2%. Dosis dari Loperamid HClyang
digunakan, yaitu 0,24 mg/mL dan 0,48 mg/mL. Alat-alat yang digunakandalam percobaan ini
adalah alat bedah, alas atau meja bedah, sonde oral mencit,dan penggaris.Langkah yang
dilakukan untuk mengawali percobaan adalah denganmenimbang mencit yang digunakan.
Berat badan mencit ini perlu diketahuisebelum dilakukan proses pengujian karena berat
badan dari mencit ini akanmempengaruhi dosis obat yang akan diberikan pada mencit.
Setelah diketahui berat badan masing-masing mencit, mencit dikelompokkan secara acak
menjadi 3kelompok, yaitu kelompok kontrol yang diberikan PGA 2%, kelompok
ujiLoperamid HCl dengan dosis rendah (24 mg/mL),dan kelompok uji LoperamidHCl dengan
dosis tinggi (48 mg/mL). Masing-masing zat dan obat diberikansecara per oral. Zat dan obat
diberikan secara per oral karena yang akan diuji

adalah mengenai anti diare yang berkaitan dengan proses pencernaan sehingga pemberian zat
dan obat diberikan secara per oral.Setelah semua mencit diberikan zat dan obat, pada saat
memasuki menitke 45, semua hewan uji diberikan tinta cina 0,1 mL/10 g mencit, secara per
oral.Pemberian tinta cina ini berfungsi sebagai marker pada usus mencit untuk mengetahui
efek dari pemberian obat anti diare. Tinta cina ini nantinya akanmewarnai usus mencit
dengan warna hitam. Pada percobaan kali ini yangdigunakan adalah tinta cina bukan norit.
Hal ini dikarenakan walaupun tinta cinadan norit memiliki warna hitam yang bisa digunakan
sebagai marker, tetapi norittermasuk obat anti diare. Norit memiliki efek anti diare seperti
bahan obat uji,yaitu Loperamid HCl. Dengan demikian kerja dari norit dan Loperamid HCl
inisinergis maka dapat saja mengganggu hasil pengujian obat anti diare LoperamidHCl. Oleh
karenanya digunakan tinta cina yang memiliki warna hitam dan tidak memiliki efek atau
kerja yang sinergis dengan Loperamid HCl sebagai marker.Setelah masuk menit ke 65,
semua mencit dikorbankan dengan caradislokasi tulang leher. Setelah didislokasi, hewan uji
dibedah di atas meja bedahdengan menggunakan peralatan bedah yang disediakan. Pertama-
tama setelahdidislokasi, setiap tangan dan kaki mencit direnggangkan agar kulit pada
bagianabdomen menegang. Selanjutnya dilakukan pembedahan yang dimulai
denganmembedah bagian bawah yang dilanjutkan ke bagian atas. Setelah berhasildibedah,
usus dari mencit yang menjadi hewan uji dikeluarkan secara hati-hati.Usus mencit yang telah
dikeluarkan diregangkan untuk diukur panjangnya.Panjang seluruh usus diukur dari pilorus
sampai rektum. Panjang usus yang dilaluitinta cina dihitung mulai dari pilorus sampai ujung
akhir yang berwarna hitam.Setelah berhasil diukur panjang usus keseluruhan dan panjang
usus yang dilaluitinta cina, dilanjutkan dengan menghitung rasio normal jarak yang
ditempuhmarker terhadap panjang usus seluruhnya.Hasil-hasil dari pengamatan yang tadi
diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dibuat dalam grafik. Setelah itu, untuk
evaluasi hasil pengamatan pada ketiga kelompok hewan untuk waktu muncul diare, jangka

waktu berlangsung diare, bobot feses dapat dievaluasi masing-masing secarastatistik dengan
metode anava dan
Student’s test
.Dari hasil pengukuran menggunakan penggaris, diperoleh data bahwa panjang usus mencit
kontrol negatif dari pilorus sampai rektum atau panjang ususseluruhnya adalah 38cm dan
panjang usus termarker yang ditandai dengan warnahitam dari tinta cina adalah 11cm,
sehingga diperoleh rasio antara panjang usustermarker dan usus seluruhnya adalah 0,289.
Pada mencit uji I yaitu mencitdengan loperamid dosis rendah, panjang usus seluruhnya 39cm,
panjang usustermarker 12cm, sehingga rasionya adalah 0,308. Terakhir, pada mencit uji
II,yaitu mencit dengan loperamid dosis tinggi, diperoleh data panjang ususseluruhnya 39cm,
panjang usus termarker 7cm, sehingga rasionya adalah 0,179.Data ini selanjutnya digunakan
untuk menghitung presentase inhibisi peristaltik usus dari obat antidiare yaitu loperamid.
Loperamid merupakan obat antidiareyang memiliki khasiat obstipasi kuat dengan
mengurangi peristaltik usus.Presentase inhibisi peristaltik usus merupakan kemampuan suatu
obatdalam menghambat gerak peristaltik usus. Rumus untuk menghitung presentaseinhibis
Dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh daya inhibisi pada mencituji I adalah
106,57% sedangkan daya inhibisi pada mencit uji II adalah 61,94%.Hasil ini tidak sesuai
dengan teori karena seharusnya hubungan antara dosis dandaya inhibisi adalah berbanding
lurus, semakin tinggi dosis obat maka semakin besar daya inhibisinya dan begitu pun
sebaliknya. Sedangkan dalam praktikumkali ini diperoleh hasil bahwa loperamid dosis
rendah memiliki daya inhibisi lebihtinggi daripada loperamid dosis tinggi.Hal ini disebabkan
kesalahan pada saat pengukuran panjang usus mencit.Seharusnya pengukuran panjang usus
dilakukan dari pilorus sampai rektum. Namun, pada praktikum kali ini pengukuran hanya
dilakukan dari pilorus sampaiusus buntu. Kesalahan ini mengakibatkan kesalahan pada
penghitungan rasio dan berdampak pula pada penghitungan daya inhibisinya

Pada pengujian efek antidiare, berdasarkan grafik, dimana sumbu xadalah jenis obat yang
diberikan, dan sumbu y adalah rata-rata rasio panjang ususyang dilalui tinta cina dan panjang
usus seluruhnya, diketahui bahwa LoperamideI (dosis rendah )memberikan jumlah rata-rata
rasio paling tinggi yakni rasio rata-rata 0.3097 dengan kelompok kontrol negatif pada posisi
kedua yakni rasio rata-rata 0.289 dan loperamide II (dosis tinggi) dengan jumlah rasio
panjang tinta cinaterhadap panjang seluruh usus mencit yang paling sedikit yakni 0.245. Hal
ini bertentangan dengan teori karena pada percobaan efek antidiare, Loperamideadalah obat
antidiare yang menghambat peristaltik usus . Mencit yang diberi obatLoperamide secara
peroral pada dosis I seharusnya memiliki rasio lebih kecildibandingkan mencit dengan
control negative PGA 2%. Sehingga dapat dikatakansemakin besar dosis loperamide yang
diberikan, semakin sedikit tinta cina yangmelalui usus mencit, sehingga seharusnya rasionya
semakin kecil. Lalu, padagrafik persentase inhibisi antara loperamide I dan Loperamide II
dimana sumbu xadalah jenisobat uji dan sumbu y adalah persentase inhibisi, tidak sesuai
denganseharusnya. Karena seharusnya loperamide II yang memiliki dosis lebih
besar seharusnya lebih besar pula persentase inhibisinya yang ditandai dengan panjangtinta
cina yang lebih sedikit dibanding dengan pemberian obat loperamide I. Padahasil percobaan,
persentase inhibisi loperamide I adalah 106.57% dan Persentaseinhibisi loperamide II adalah
61.93%. Persentase inhibisi ini menunjukankemampuan Loperamide dalam menginhibisi
tinta cina yang diberikan secara peroral.IX. Kesimpulan1. Efektivitas obat antidiare dalam
menghambat penyakit diare dengan metodeintestinal dapat diketahui.2. Dosis obat loperamid
mempengaruhi penghambatan tinta cina dalam ususmencit.3. Efek setiap obat antidiare dalam
percobaan yaitu loperamid I dan Loperamid IImemberikan efek yang sama

DAFTAR PUSTAKAAlfan. 2010. Obat Antidiare. Available online


athttp://panmedical.com/2010/04/09/0bat-anti-diare/ [accessed on April 6, 2013].Ansel,
Howard C. 2005.
Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat
.Jakarta: University of Indonesia Press.Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik 2
Edisi VIII. Jakarta :Penerbit Salemba Medika.Muhtaram, Al. 2013. Penyebab Diare.
Available online at http://www.metris-community.com/penyebabdiare/ [accessed on April 6,
2013].Muscthler, E. 1991. Dinamika Obat terjemahan M. B. Widianto dan A. S.
Ranti.Bandung: ITB.Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.2007.Obat-Obat Penting:
Khasiat,Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex MediaKomputindo
PEMBAHASAN
Pada pratikum kali ini dilakukan uji diuretik. Diuretik sendiri berfungsi sebagai obat yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urien. Dengan kata lain adalah berfungsi membuat pruduksi urine
meningkat. Hal ini dilakukan dengan maksud mencuci atau membilas ginjal dari dari zat zat berbahaya.
Pada pratikum kali ini hewan percobaan yang digunakan adalah 2 ekor tikus putih. Sebelum disuntikan
dengan obat diuretik tikus - tikus tersebut di timbang terlebih dahulu guna menentukan jumlah obat yang
akan digunakan. Setelah didapatkan jumlah dosis barulah diambil obat yang akan digunakan. Pada bab diuretik
ini digunakan obat furosemid injeksi dengan [] 10 mg/1 ml. Setelah itu tikus - tikus disuntik dengan
konsentrasi dosis yang berbeda. Untuk tikus kelompok a digunakan dosis dengan konsentrasi 40mg/1ml.
Sedangkan untuk tikus kelompok b digunakan dosis dengan kontrasi 80mg/1ml. Obat di suntikan ke tikus
secara intraperitonial.
Setelah masing- masing tikus disuntikkan, tikus lansung dimasukkan ke sebuah tempat yaitu kandang
metabolisme. Masing – masing tikus diletakkan pada kandang yang berbeda. Kemudian setelah 10 menit tikus
berada didalam kandang masing – masing tikus mulai mengeluarkan urine. Kemudian urine tersebut di
tampung menggunakan gelas ukur. Setelah itu urin yang telah ditambung menggunakan gelas ukur
tersebut diukur dan dicatat berapa banyak keluarnya. Masing – masing urin tikus diukur dengan selang waktu
antara 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan 60 menit.
Pada tikus A diperoleh data sebagai berikut pada menit ke 10 urine berjumlah 0 ml , pada menit ke
20 bertambah 4 ml , pada menit ke 30 bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 bertambah 2,5 ml, pada menit ke
50 bertambah 2 ml, dan pada menit 60 bertambah 2 ml. setelah di jumlahkan maka di peroleh jumlah hasil
urine dari tikus kelompok A adalah 13 ml.
Sedangkan pada tikus B diperoleh data sebagai berikut menit ke 10 urine tikus berjumlah 2 ml , pada
menit ke 20 urine tikus bertambah 2 ml , menit ke 30 urine tikus bertambah 2,5 ml, pada menit ke 40 urine
tikus bertambah 1,50 ml, pada menit ke 50 urine tikus bertambah 1,25 ml, dan pada menit ke 60 urin tikus
bertambah 1,25 ml. Setelah di jumlahkan maka diperoleh hasil urine dari tikus kelompok B adalah 10,5 ml.
Dari hasil data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan
urine dari pada tikus kelompok B. Tetapi berdasarkan jumlah konsentrasi dosis obat seharusnya tikus
kelompok B lebih banyak mengeluarkan urine dari pada. Konsentrasi dosis obat untuk tikus kelompak B lebih
tinggi di bandingkan tikus kelompok A. karene dosis yang lebih besar berpengaruh terhadap kerja obat didalam
tubuh.
Setelah dilihat dari prosedur kerjanya pada tikus kelompok B ditemukan bahwa pada saat
penyuntikkan obat kepada tikus, tikus tersebut terus bergerak saat dipegang oleh salah satu pratikan sehingga
mengakibatkan pratikan yang bertugas menyuntikan obat merasa takut dan pada waktu obat disuntikan ke
tikus obat hanya dapat masuk setengahnya saja. Karena obat hanya masuk setengah dari jumlah obat yang
seharusnya disuntikkan maka efek dari obat tersebut tidak efektif, dan mengakibatnkan tikus kelompok B
mengeluarkan urien lebih sedikit dari tikus kelompok A.
obat furosemid sendiri sebenarnya mulai menunjukkan efek pada menit ke 72, tetapi pengamatan
yang di lakukan hanya pada menit ke 60. Urine yang dikeluarkan oleh masing masing tikus bukan akibat efek
dari obat ferusemid melaikan efek dari stressnya tikus karena penyuntikkan yang sebelumnya di lakukuan. Ini
bisa dilihat dari tikangkah laku tikus yang hanya diam di sudut kandang sambil menahan sakit akibat
penyuntikan. Sehingga pada pada pratikum ini urine yang didapat hanya sedikit sekali.
Urine yang sedikit ini juga bisa disebabkan karena masing – masing tikus sebelum pratikum ini hanya
meminum sedikit air. Sehingga kadar air didalam tubuhnya hanya sedikit dan membuat urine yang dihasilkan
sedikit.

VII. KESIMPULAN

1. Diuretik berfungsi sebagai obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.
2. tikus kelompak A lebih banyak mengeluarkan urine dari pada tikus kelompok B.
3. obat furosemid Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Mulai menunjukkan
efek pada menit ke 72.

4. Adanya kesalahan dalam penyuntikan, sehingga hasil yang didapat tidak sesuai. Diharuskan pratikan
lebih ahli dalam penyuntikan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat,.Bandung: ITB
Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting Edisi 6 . Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
http://gooddic.wordpress.com/2009/12/24/epilepsi-dan-terapi-antiepilepsi/ (diakses pada 23 April 2011)
http://repository.ui.ac.id (diakses pada 23 April 2011)
Pembahasan

Pada percobaan ini ditimbang untuk penentuan berat badan mencit tujuannya

yaitu untuk menghitung volume pemerian obat dan dosis yang diberikan untuk

mencit setelah dikonversikan dari dosis manusia ke dosis mencit, kemudian obat

dimasukkan kedalam spoit 40 unit dengan tekanan sesuai dengan subkutan yang
disuntikkan pada bagan bawah kulit perut tidak sampai mengenai bagian-bagian

saluran pencernaan maupun alat-alat respirasi pada mencit, kemudian setelah

disuntikkan ,diamati efek farmakodinamik dari obat yang diberikan.

Efek pilokarpin yatu bekerja secara langsung terhadap organ-organ dengan

kerja utama yang mirip kerja subkutan. Semuanya adalah zat-zat amoniumkoratoner

yang berrsifat hidrofil dan sukar memasuki SSP kecuali arekolin. Sedangkan secara

umum efek dari adrenalin yaitu kebanyakan kerjanya bekerja secara langsung

terhaadap reseptor dari organ tujuan.

Mekanisme kerja pilokarpin hingga menimbulkan efek ,yaitu berdasarkan

simulasi penerusan impuls digunakan simpatis dan stimulasi anak ginjal dengan

sekresi non adrenalin .Pada adrenalin mekanisme kerjanya yaitu khatokalamin

bekerja sebagai transmioto dan mengikat diri pada reseptor yang berubah dibanding

membran sel.

Dari percobaan mencit yang telah diberi adrenalin secara subkutan

menimbulkan berbagai efek :

1. Untuk mencit betina

Pada menit ke 5, menimbulkan efek vasodilatasi, grooming, straub,

eksoftalamus. Pada menit ke 10, menimbulkan efek midriasis, vasodilatasi, tremor,

straub, eksoftalamus. Pada menit ke 15,menimbulkan efek miosis, bronkodilatasi,

tremor, grooming, straub. Pada menit ke 20, menimbulkan efek vasodilatasi,

bronkontriksi, straub, eksoftalamus.

2. Untuk mencit jantan

Pada menit ke 5, menimbulkan efek bronkontriksi, straub, eksoftalamus,

grooming.Pada menit ke 10, menimbulkan efek vasodilatasi, tremor, straub,

eksoftalamus. Pada menit ke 15, menimbulkan efek miosis, vasodilatasi, straub,


grooming. Pada menit ke 20, menimbulkan efek vasodilatasi, bronkontriksi, straub,

eksoftalamus.

Sedangkan pada pemberian pilokarpin hanya diberikan pada mencit jantan

secara subkutan, dimana menimbulkan efek yaitu:

3. Untuk mencit jantan

Pada menit ke 5, menimbulkan efek vasodilatasi, tremor, diare, dan diuresis.

Pada menit ke 10, menimbulkan efek tremor, straub, grooming. Pada menit ke 15,

menimbulkan efek straub, diare, dan diuresis. Pada menit ke 20, menimbulkan efek

diare dan diuresis.

Pada pengamatan ini, efek farmakodinamik yang diperoleh dari pemberian

adrenalin dan pilokarpin yaitu masing-masing memberikan efek pada sistem saraf

simpatis dan parasimpatis. Dimana seharusnya adrenalin hanya memeberikan efek

pada sistem saraf simpatis dan pilokarpin hanya memeberikan efek pada sistem

parasimpatis.

Jika dibandingkan dengan literatur yang ada maka hasil pengamatan yang

diperoleh sudah jelas tidak sesuai, karena pada literatur dikatakan bahwa,

pemberian obat adrenalin 1mg/ml pada hewan uji mencit (Mus muscullus)

menimbulkan efek midriasis, vasokontriksi, bronkodilatasi, grooming, eksoftalmus,

straub. Dimana hal tersebut menandakan bahwa obat adrenalin 1mg/ml memberikan

efek farmakodinamik pada sistem saraf simpatis. Sedangkan pemberian obat

pilokarpin 2% pada hewan uji mencit (Mus muscullus) menimbulkan efek miosis,

vasodilatasi, bronkokontriksi, diare, tremor, muntah dan peningkatan saliva. Dimana

hal tersebut menandakan bahwa obat pilokarpin 2% memberikan efek

farmakodinamik pada sistem saraf parasimpatis.


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil yang diperoleh

pada percobaan dengan yang ada pada literatur yaitu sebagai berikut :

1. Praktikan tidak terlalu memperhatikan efek farmakodinamik yang terjadi pada hewan

uji mencit (Mus muscullus).

2. Mencit (Mus muscullus) telah digunakan sudah berulang-ulang.

3. Perhitungan dosis obat yang tidak sesuai, sehingga konsentrasi obat yang dihasilkan

tidak tepat lagi.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

Pemberian obat adrenalin 1 mg/ml pada hewan uji mencit (Mus musculus)

menimbulkan efek miosis, midriasis, vasodilatasi, bronkontriksi, bronkodilatasi,

grooming, eksoftalmus, straub. Sedangkan, pada pemberian obat pilokarpin 2%

pada hewan uji mencit (Mus musculus) menimbulkan efek vasodilatasi, straub,

grooming, tremor, diare dan diuresis. Kedua pemberian obat tersebut masing-

masing memberikan efek farmakodinamik pada sistem saraf simpatis dan

parasimpatis. Dimana hal tersebut tidak sesuai dengan literatur.

B. Saran

Diharapkan bimbingan dari para asisten ditingkatkan lagi agar praktikan dapat

lebih memahami percobaan yang dilakukan di laboratorium. Dan kiranya alat-alat

yang digunakan dalam praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia dapat

dimaksimalkan fungsinya agar hasil yang diperoleh dalam percobaan bisa lebih

akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Mencit. (online). (http://id.wikipedia.org/wiki/mencit. Diakses tanggal 18


desember 2012 )

Anonim, 2011. Saraf. (online). (http://id.wikipedia.org/wiki/saraf/. Diakses tanggal 18


desember 2012 )
Anonim, 2012. Sistem Saraf (online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem-saraf. Diakses
tanggal 18 desember 2012 )

Anonim, 2012. Pengujian Obat Pada Sistem Saraf (online). (http://sweet-coffe-


cream.blogspot.com/2012/01/pengujian-obat-pada-sistem-saraf.html. Diakses
tanggal 18 desember 2013 )

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.

Irianto kus, 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Warma widya :
Bandung

Tim Dosen. 2012. Penuntun Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Universitas
Indonesia Timur : Makassar.

Anda mungkin juga menyukai