03 - Jurnal Juliver Lumban Tobing
03 - Jurnal Juliver Lumban Tobing
ABSTRACT:
Psychology had been using in Christian Education. The starting point of
Psychology is different from Christian Education. According to the writer’s
observation as a lecture of Christian Education it is imposible to use Psychology in
Christian Education unusefully so the purpose of Christian Education was not gained.
Thus the writer will try to set up solutions to this problem. Basically the writer
examined how the teacher of Christian Education use Psychology in the Christian
Education and how far Psychology could give support for the Christian Education. So,
the writer will explain what is Psychology, and then what is Christian Education, and
then the writer tries to formulate the misson of the Church’s Tasks, and then the
writer explain how to use Psychology in Chistian Education, while finally the writer
formulates conclusions that is no problems to use Psychology in Christian Educaion
and suggestions to the Church and the teacher tu use Psychology wisely.
Key Word: Psikologi, P.A.K.
pelengkap identitas tetapi merupakan Eavey, 1966:9, “from the cradle to the
agama yang begitu taat kepada Kristus grave”). Kegiatan P.A.K. tidak hanya di
(kristen adalah suatu sebutan yang sekolah, dengan demikian objek (sasaran
diberikan pertama sekali oleh Pliny – P.A.K) adalah berasal dari berbagai
salah seorang pejabat Romawi – bagi lapisan usia, maka berdasarkan objeknya
orang-orang yang begitu taat kepada P.A.K. dapat dibedakan dengan: P.A.K.
Kristus), maka P.A.K. tidak hanya Anak, P.A.K. Remaja/ Pemuda, P.A.K.
sekedar bertujuan untuk mengajarkan Dewasa, P.A.K. Keluarga,dan P.A.K.
tentang nilai-nilai kristiani atau butir- Lansia. Oleh sebab sifat objek yang
butir pengetahuan agama Kristen; tetapi berbeda, maka methode P.A.K. harus
lebih dalam dari hal tersebut adalah untuk dibedakan sesuai dengan sifat dari
membentuk kepribadian Kristen dalam objeknya.
diri seseorang sehingga ia menjadi taat Dalam Kamus Besar Bahasa
dan setia kepada Kristus, yang Indonesia (1988: 580-581), istilah metode
dinyatakannya dalam kehidupannya berarti: cara yang teratur dan terpikir
sehari-hari. Oleh sebab itu P.A.K dapat baik-baik untuk mencapai maksud (dalam
didefinisikan sebagai: segala kegiatan ilmu pengetahuan, dsb.), atau cara kerja
(disengaja) yang merupakan usaha yang bersistem untuk memudahkan
pengembangan diri (potensi-potensi diri), pelaksanaan suatu kegiatan guna
kepada ketaatan dan pengabdian bagi mencapai tujuan yang ditentukan. Bila
Kristus Yesus. ditinjau dari akar katanya, metode berasal
Kegiatan P.A.K begitu luas, tidak dari bahasa Yunani Kuno: meth =
hanya di dalam sekolah. Oleh sebab itu bersama + hodos = jalan; maka metode
P.A.K. dapat berlangsung di luar sekolah: mengandung pengertian berjalan bersama
di Gereja, di tengah-tengah Keluarga, di (Schmidt, 1983:50). Dengan demikian
tempat bekerja, di lingkungan masyarakat metode dapat diartikan dengan: cara kerja
yang bersifat kristiani. Dapat dikatakan yang sistematis untuk mencapai suatu
bahwa kegiatan P.A.K berlangsung tujuan, yang mana unsur-unsur yang
seumur hidup: sejak dari kandungan terlibat dalam proses pencapaian tujuan
sampai akhir hidup seseorang (bd. Miller, dimaksud diharapkan akan berjalan
1961:vii, “from the womb to tomb”, atau bersama-sama. Dalam kegiatan belajar-
mengajar P.A.K.: murid dan guru Akan tetapi, sebagai salah satu
berjalan berbimbingan tangan untuk cabang Ilmu Pendidikan, P.A.K. juga
mencapai tujuan (Homrighausen, harus berlangsung sesuai dengan kaidah-
1985:93). kaidah yang berlaku dalam bidang
P.A.K. bertujuan untuk membentuk pendidikan. P.A.K tidak hanya berjalan
kepribadian yang kristiani dalam diri dengan berorientasi pada Alkitab saja,
seseorang sehingga ia selalu taat dan setia P.A.K. juga harus mengikuti kaidah-
kepada Kristus dalam kehidupannya kaidah yang dituntut oleh ilmu
sehari. Oleh sebab itu dapat dikatakan pendidikan. Dalam hal inilah diperlukan
bahwa titik berangkat dari ajaran P.A.K. kreatifitas dari para pekerja P.A.K.
adalah Kristus. Segala proses kegiatan bagaimana secara kreatif dapat
P.A.K harus tunduk kepada ajaran-ajaran mensinergikan ajaran Alkitab dengan
Kristus, Kristus merupakan dasar pijakan teori keilmuan pendidikan, atau
dari setiap pemikiran, pertimbangan yang melangsungkan kegiatan P.A.K sesuai
terdapat dalam P.A.K. Kristus yang dengan sifat kelimuannya tanpa
dipercayai oleh jemaat Kristen mula- bertentangan dengan ajaran-ajaran
mula atau Kristus yang dipercaya oleh Alkitab.
umat Kristen pada saat ini adalah sama, Gereja adalah tubuh Kristus (1
yaitu Kristus yang diberitakan di dalam Korintus 12:12-31//). Hal ini berarti
Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian bahwa Gereja diwakili di dalam Kristus,
Baru). Oleh sebab itu, untuk maksud di atau di dalam eksistensi Kristus sebagai
atas maka P.A.K harus mendasarkan manusia yang bertubuh (Hadiwijono,
teori-teorinya pada Alkitab, Alkitab op.cit” 273). Oleh sebab itu Gereja harus
merupakan sumber pengetahuan utama tunduk kepada Kristus sebagai kepalanya.
dari P.A.K., P.A.K. harus tunduk kepada Gereja dituntut untuk menyatakan karya
Alkitab, yang dipercaya orang Kristen Kristus di dunia, sebagaimana yang
sebagai Firman Allah (bd. Hadiwijono, dilakukanNya bagi manusia. Gereja
1988:100) . Segala bentuk kegiatan mempunyai kewajiban untuk membagi
P.A.K. tidak boleh bertentangan dengan pelayanan Kristus kepada segenap umat
ajaran Alkitab. di dunia ini (ibid), termasuk di dalamnya
kegiatan pendidikan, maka P.A.K.
merupakan salah satu gereja yang hakiki Psikologi menjadi salah satu cabang ilmu
(bd. Homrighausen, op.cit: 32).. pengetahuan, sedang mengalami
Walaupun P.A.K.merupakan salah perkembangan yang begitu pesat hingga
cabang ilmu pendidikan, oleh sebab menjadi piskologi modern. Gereja
P.A.K. merupakan salah satu tugas/ menunjukkan sikap yang bermusuhan
tanggung jawab gereja yang hakiki, dan dan meragukan Psikologi (Collins,
P.A.K. berlangsung di tengah-tengah 1971:16-18). Gereja tidak dapat
Gereja, maka P.A.K. tidak terpisahkan menerima para psikolog sebagai mitra
dari Gereja, P.A.K. tidak terlepas dari kerjanya, apalagi menggunakan/
hakekat dan misi Gereja (bd. Shinn, memanfaatkan hasil-hasil penelitian/
1962:15-26). Oleh sebab itu, walaupun penemuan mereka.
sebagai salah satu cabang ilmu Sikap Gereja demikian terjadi karena
pendidikan yang harus mengikuti kaidah- : pada waktu itu tedapat sikap di kalangan
kaidah ilmu pendidikan; dalam para psikolog yang tidak mau tahu
melangsungkan setiap kegiatannya, dengan agama, mereka mencoba
P.A.K. juga harus selalu menyesuaikan mengabaikan pengaruh agama pada
setiap kegiatnnya dengan misi Gereja. kepribadian dan sejarah manusia.
Dengan demikian, pada hakekatnya Beberapa psikolog telah membua
P.A.K harus diselenggarakan sesuai keputusan untuk mengeluarkan hal-hal
dengan Alkitab, misi Gereja dan kaidah- bersifat keagamaan dari bidang Psikologi.
kaidah yang terdapat dalam ilmu Ada beberapa kaum psikolog yang tidak
pendidikan. tertarik dengan persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan agama.
3. Penggunaan Psikologi dalam
Seperti yang diungkapkan oleh
Tugas-Tugas Gereja
Collins (ibid): 1) Kelompok
3.1. Sejarah Penggunaan Psikologi
Behaviorisme oleh J.B. Watson (1913).
dalam Tugas-tugas Gerejani
Kelompok ini mencoba mempopulerkan
Dari catatan sejarah dapat dilihat
metode psikologi eksperimental, yaitu
adanya suatu zaman pada waktu mana
metode penelitian psikologi yang benar-
penggunaan Psikologi dalam tugas-tugas
benar dapat dipertanggung-jawabkan
gerejani tidak diperbolehkan. Pada sekitar
secara ilmiah, yang dapat dibuktikan
awal abad yang ke-20, pada waktu mana
secara laboratories seperti bidang Fisika Setelah beberapa decade berlalu, terjadi
atau Kimia. Karena pengalamanagama perubahan sikap di kalangan para
tidak dapat diobservasi atau diteliti secara psikolog terhadap agama. Di antara
ilmiah, maka nereka memutuskan bahwa mereka ada yang telah menyadari bahwa
segala sesuatu yang terkait dengan untukmengerti tentang tingkah laku
keagamaan harus dikeluarkan dari manusia, pengaruh-pengaruh spiritual
Psikologi; 2) Ada juga kelompok pada kehidupan seseorang tidak dapat
Psikologi Klinis yang dipengaruhi oleh diabaikan. Maka mereka pun mulai
Sigmund Freud (1927). Freud memperlihatkan suatu sikap yang
sebenarnya juga tertarik dengan masalah- bersimpati terhadap agama. (ibid).
masalah agama. Akan tetapi ia Karena perubahan sikap para psikolog
mengatakan: “agama merupakan suatu terhadap agama di atas, maka gereja juga
penyakit jiwa yang universal, sesuatu mulai menunjukkan sikap yang terbuka
yang mirip dengan narkotika, yang terhadap mereka. Gereja mulai tertarik
menolong orang-orang yang tidak untuk mempelajari Psikologi. Gereja
mempunyai kestabilan jiwa untuk dapat mulai menyadari bahwa betapa banyak
bertahan dalam menghadapi kesulitan penemuan dan pemahaman atau
hidupnya”. Freud percaya bahwa ajaran pengertian psikologis yang dapat
agama ialah suatu ilusi yang akan hilang, digunakan dan yang berkaitan dengan
sejalan dengan pendewasaan masyarakat tugas-tugas gerejani. Maka Gereja mulai
dan perkembangan ilmu pengetahuan. menggunakan Psikologi untuk
Oleh pendapat Freud ini, banyak psikolog mendukung pelaksanaan tugas-tugasnya.
klinis yang menolak agama sebagai Maka sejak tahun 1925, Anton Boisen
suatu topik bagi penelitian Psikologi dan beberapa mahasiswanya telah
secara serius. berhasil memperkenalkan suatu cabang
Dengan adanya sikap beberapa psikologi dengan sebutan Psikologi
psikolog seperti di atas, maka tidaklah Pastoral (ibid).
mengherankan bahwa Gereja menjadi Berdasarkan uraian di atas dapat
enggan untuk bersimpati kepada disebut bahwa kemungkinan penggunaan
Psikologi. Akan tetapi, keadaan Psikologi dalam tugas-tugas gerejani
demikian tidak berlangsung selamanya. tidak lagi peril dipermasalahkan. Akan
Hadiwijono, H., (1988), Iman Kristen, Moeliono, A.M., dkk., (1988), Kamus
Jakarta, BPK Gunung Mulia. Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Holt, J., (1964) How Children Fail, New Balai Pustak,.
York, Pitmann Publishing Price, J.M., (1944), A Survey of
Coorporation. Religious Education, The Ronald
-----------(1967), How Children Learn, Press Company, New York.
New York, Pitmann Publishing Schmidt, A., (1983), Kawan Sekerja
Coorporation. Allah, Jakarta, BPK Gunung Mulia.
Homrighausen E.G., Enklaar, I.H., Shinn, R.L., (1962), The Educational
(1985), Pendidikan Agama Kristen, Mission of Our Church, Philadelpia,
Jakarta, BPK Gunung Mulia. United Church Press.
Kartono K., (1979), Psikologi Umum, Verkuyl, J., (1979), Etika Kristen
Bandung, Yayasan Penerbitan Kebudayaan, Jakarta, BPK Gunung
Kasgoro. Mulia.
Kung, H., (1977), On Being a Christian, Wahono S. W., (1986), Di Sini
London, Collins. Kutemukan, Jakarta, BPK Gunung
Miller, R.C., (1961) Christian Nurture Mulia.
and The Church, New York, Charles Westerhoff , J.H. III., (1976), Will Our
Scribner’s Sons. Children Have Faith:, Australia, Dove
Communicatons, East Malvern.