Anda di halaman 1dari 78

UNIVERSITAS JAYABAYA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


Jalan Raya Bogor km 28, Jakarta Timur

MATERI KULIAH
JALAN RAYA-1
(GEOMETRIK JALAN)

CL

ELEV.
IR. DARMADI, MMSTA.
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
1. URAIAN MATERI
1.1. DIAGRAM ALIR PEMILIHAN BENTUK LENGKUNG HORIZONTAL
FLOW CHART PERENCANAAN LENGKUNG HORIZONTAL

INPUT
 Klasifikasi Fungsi Jalan
 Klasifikasi Klas Jalan
 Klasifikasi Medan Jalan

DATA PERENCANAAN

 KEC. RENCANA (Vr)


 en = 2% - 3%
 emaks = 8% - 10%
 fmaks
 lebar jalan dari VJP

HITUNG

ܸܴ²
ܴ݉ ݅݊ =
127 (݁݉ + ݂݉ )

PILIH NILAI R =rencana


Tabel 4.7 Untuk emax = 10% atau
Tabel 4.9 Untuk emax = 8%
Dari tabel tersebut didapat :
 Superelevasi
 LS standar (Ls’)

JIKA TIDAK
e ≤ 3%
SCS
YA
ATAU
FULL
SS
CIRCLE (C)

A B
Geometrik Jalan 1
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan

A. Flow Chart Full Circle (C)


A

FULL CIRCLE (C)

HITUNG Ls
 Cara Short (LS1)
 Cara Mod.Short (LS2)
 Cara bina marga/ASSHTO (Lr)

JIKA
TIDAK Ls’ > Ls1
Ls’ > Ls2
Ls’ > Lr

Pilih LS

Paling besar antara


YA
Ls1, Ls2, atau Lr Ls’

HITUNG

 Ec
 Lc
 Tc = Tt

DATA LENGKUNG

 STA
 ࢤ
 En
 Superelevasi (e)
 Ec, Lc, dan Tt

Geometrik Jalan 2
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
B. Flow Chart Pilihan SCS dan SS

INPUT

 Ls , ࢤ

HITUNG

 ߠ‫ݏ‬
 ߠܿ=ࢤ– 2 ߠ‫ݏ‬
 Lc

TIDAK JIKA

Lc > 20 M

Lc = 0 YA

SCS
SS

HITUNG Ls
Ls  Cara Short (LS1)
 Cara Mod.Short (LS2)
 Cara bina marga (LS3) = Lr

JIKA
TIDAK
Ls > LS1

Pilih LS Ls > LS2

Paling besar LS1, Ls > Lr


LS2, atau LR YA
LS Standar

Hitung

Geometrik Jalan 3
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik
Hitung Jalan

SS SCS

HITUNG HITUNG

 P  P
 K  K
 Lt = 2 Ls  Lt = LC + 2 Ls
 Es, Ts  Es, Ts

YA
JIKA FULL

p > 0.25 CIRCLE (C)


M

DATA LENGKUNG

 STA
 ࢤ
 en, superelevasi (e)
 p, k, Ls, dan Lc
 ec , Lt, dan Tt

Geometrik Jalan 4
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
1.2. CONTOH PERHITUNGAN PEMILIHAN BENTUK LENGKUNG HORIZONTAL
DAN DIAGRAM SUPERELEVASI

Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi dari lereng


normal ke superelevasi penuh, sehingga dapat ditentukan bentuk penampang
melintang pada setiap titik di suatu lengkung horizontal yang direncanakan.

1.2.1 Contoh perhitungan: Full Circle


Diketahui :
Klasifikasi Fungsi Jalan = Arteri
Klasifikasi Medan = Bukit
Kecepatan rencana = 60 km/jam
e maksimum = 10%
β = 20º
Lebar jalan = 2 x 3,75 m (tanpa median)
Keniringan melintang total = 2%
Ditanya: Rencanakan Alinyemen Horizontal trase di atas dan Belok Kanan!
Jawab:
Tahap I
௏ோ మ
ܴ݉ ݅݊ ൌ ଵଶ଻ሺ௘௠ ା௙௠ ሻ

60ଶ
ܴ݉ ݅݊ ൌ ൌ ͳͳʹǡͲͶ݉
127(0,1 + 0,153)
Geometrik Jalan 5
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
Tahap II
Jadi R yang direncanakan harus lebih besar dari 112,04 m
Direncanakan R= 716 m.

Tahap III
Metode AASHTO
Dari tebel metode AASHTO diperoleh e = 0,029 dan Ls’ = 40 m.
Karena e = 2,9% ≤ 3% , maka bentuk lengkung yang digunakan adalah Full Circle

Tahap IV
୚య ଺଴య
Ls1= 0,022 ୖ.େ = 0, 022 ଷଵ଼.ଶ = 7,47

Rumus Mod. SHORTT


୚య ௏ .௘ ଺଴య ଺଴ .଴,଴ଶଽ
Ls2= 0,022 ୖ.େ – 2,727 = 0, 022 ଷଵ଼.ଶ − 2,727 = 5,1
஼ ଶ

Rumus SHORTT
௏.௧ ଺଴ .ଶ
LR = ଷ,଺ = = 33,3
ଷ,଺

Tahap V
Ls’ = 40 > Ls1 = 7,47
Ls’ = 40 > Ls2 = 5,1
Ls’ = 40 > LR = 33,3
Jadi Ls yang digunakan adalah Ls’

Tahap VI

Tc = R tg½β = 716 tg10º = 126,25 m.

Ec = Tc tg¼β = 126,25 tg5º = 11,05 m.


Lc = 0,01745.β.R = 0,01745 . 20 . 716 = 249,88 m.

Tahap VII
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana tersebut diatas:
V = 60 km/jam Lc = 249,88 m
β = 20º e = 2,9%
R = 716 m Ec = 11,05 m
Tc = 126,25 m Ls’ = 40 m

Geometrik Jalan 6
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan

Tahap VIII
Diagram Superelevasi bentuk lengkung Horizontal Full Circle

1.2.2. Contoh perhitungan: Spiral-Circle-Spiral


Diketahui :
Kecepatan rencana = 60 km/jam
e maksimum = 10%
ࢤ = 20º
Lebar jalan = 2 x 3,75 m (tanpa median)
Kemiringan melintang total = 2%
Ditanya: Rencanakan Alinyemen Horizontal trase di atas!
Jawab:
Tahap I
௏ோ మ
ܴ݉ ݅݊ ൌ ଵଶ଻ሺ௘௠ ା௙௠ ሻ

60ଶ
ܴ݉ ݅݊ ൌ ൌ ͳͳʹǡͲͶ݉
127(0,1 + 0,153)
Tahap II
Jadi R yang direncanakan harus lebih besar dari 112,04 m
Direncanakan R= 318 m.

Geometrik Jalan 7
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
Tahap III
Metode Bina Marga
Dari tabel metode Bina Marga diperoleh e = 0,059 dan Ls’ = 50 m.
Karena e = 0,059 ≤ 3% , maka bentuk lengkung yang digunakan adalah Spiral-
Circle-Spiral atau Spiral-Spiral
Dari tabel 4.6 diperoleh e = 0,059 dan Ls’ = 50 m.

Tahap IV
୚య ଺଴య
Ls1 = 0,022. ୖ.େ = 0, 022. ଷଵ଼.ଶ = 7,47

Rumus Mod. SHORTT


୚య ௏ .௘ ଺଴య ଺଴ .଴,଴ହଽ
Ls2= 0,022. ୖ.େ − 2,727. = 0, 022. ଷଵ଼.ଶ − 2,727. = 2,6
஼ ଶ

Rumus SHORTT
௏.௧ ଺଴ .ଷ
LR = ଷ,଺ = = 50
ଷ,଺

Tahap V
Ls’ = 50 > Ls1 = 7,47
Ls’ = 50 > Ls2 = 2,6
Ls’ = 50 > LR = 50
Jadi Ls yang digunakan adalah Ls’

Tahap VI
maka diperoleh:
‫ݏܮ‬. 90 50 . 90
θs = = = 4,504°
π .R π . 318
θc = β − 2 θs = 20 − 2 . 4,504 = 10,99°
θc 10,99
Lc = x 2 π Rc = x 2 π 318 = 60,996 m (> 20 m)
360 360
Karena Lc yang di dapat > 20 m, maka digunakan bentuk lengkung horizontal
Spiral-Circle-Spiral
L = Lc + 2 Ls= 60,996 + 100 = 160,996 m.
‫ݏܮ‬ଶ
p= − Rc (1 − cosߠ‫)ݏ‬
6 Rc
50ଶ
p= − 318 (1 − cos 4,504)
6 . 318
p = 0,328 m
Jika mempergunakan table 4.10 diperoleh p* = 0,0065934

Geometrik Jalan 8
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
p = p* x Ls = 0,0065934. 50 = 0,328 m
‫ݏܮ‬ଷ
k = ‫ݏܮ‬− − Rc sinߠ‫ݏ‬
40 Rc ଶ
50ଷ
k = 50 − − 318 sin4,504
40 . 318ଶ
k = 24,99 ݉
Jika mempergunakan tabel 4.10 diperoleh k* = 0,4998970
k = k* x Ls = 0,4998970. 50 = 24,99 m
Es = (Rc + p) sec ½ - Rc
= (318 + 0,328) sec 10 - 318
= 5,239 m
Ts = (Rc + p) tg ½ +k
= (318 + 0,328) tg 10 + 24,99
= 81,12 m

Tahap VII
Data lengkung untuk lengkung spiral-lingkaran-spiral tersebut di atas adalah
V = 60 km/jam L = 160,996 m = 20° e = 5,9%
= 4,504° Ls = 50 m Rc = 318 m Lc = 60,996 m
Es = 5,239 m p = 0,328 m Ts = 81,12m k = 24,99 m

Tahap VIII
Diagram Superelevasi bentuk lengkung Horizontal Spiral-Circle-Spiral

Geometrik Jalan 9
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
1.2.3. Contoh perhitungan: Spiral-Spiral
Diketahui :
Kecepatan rencana = 60 km/jam
e maksimum = 10%
 ࢤ = 20º
Lebar jalan = 2 x 3,75 m (tanpa median)
Kemiringan melintang total = 2%
Ditanya: Rencanakan Alinyemen Horizontal trase di atas!
Jawab:
Tahap I
௏ோ మ
ܴ݉ ݅݊ = ଵଶ଻(௘௠ ା௙௠ )

60ଶ
ܴ݉ ݅݊ = = 112,04 ݉
127(0,1 + 0,153)
Tahap II
Jadi R yang direncanakan harus lebih besar dari 112,04 m
Direncanakan R= 318 m, Ls = 50 m. Ambil Lc = 0, maka bentuk lengkung yang
digunakan spiral-spiral.

Tahap III
Jika R = 318, maka e = 0,059 sesuai tabel 4.7 buku “Dasar-Dasar Perancanaan
Geometrik Jalan”, maka e > 3%.

Tahap IV
 θs = ½ ࢤ= 10o

Ls = = = 111,00 m (>50m)

Jadi Ls yang digunakan = 111 m

Tahap V
θs = 10o , p*= 0,01474 dan k*=0,4994880
Jadi p = p* x Ls = 0,0065934. 111 = 0,732 m
k = k* x Ls = 0,4998970. 111 = 55,49 m
L = 2 Ls = 222 m
TS = ( Rc + p ) tg ½β + k = (318 + 0,732 ) tg 10 + 55,49 = 111,69 m
Es = ( Rc + p ) sec ½β – Rc = ( 318 + 55,49 ) sec 10 – 318 = 61,25 m
Geometrik Jalan 10
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan

Tahap VI
Data lengkung dari lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah sebagai berikut:
V = 60 km/jam L = 222,0 m
 ࢤ = 20o e = 9,1 %
Ls = 111 m
Rc = 318 m Lc = 0 m
Es = 61,25 m p = 0,732 m
Ts = 111,69 k = 55,49 m

Tahap VII
Diagram Superelevasi bentuk lengkung Horizontal Spiral-Spiral

Geometrik Jalan 11
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
LAMPIRAN

Geometrik Jalan 12
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan

Geometrik Jalan 13
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan

Geometrik Jalan 14
Laporan Proses Pembelajaran Geometrik Jalan
2. Bagaimana seharusnya nilai fm, harus dihitung ??????
Nilai Fm pada rumus R minimum di semua contoh perhitungan yang ada di pembahasan
kurang tepat. Seharusnya nilai Fm yang dipakai diambil grafik fm vs kecepatan. Jadi nilai
Fm yang digunakan ialah 0,153 sehingga R minimum di peroleh 112,04 meter.
3. HASIL DISKUSI (PERTANYAAN dan JAWABAN)
a. Pertanyaan:
- Apa perbedaan Metode Bina Marga dan AASHTO
Jawaban:
Perbedaan Metode Bina Marga dan AASTHO ialah hanya perbedaan nilai pada tabel
untuk menentukan Ls’ dan e berdasarkan R yang sudah di rencanakan.
Komentar Dosen:
Untuk Metode AASTHO tabelnya jarang digunakan di Indonesia, karena kecepatannya
masih di bawah 100 km/jam. Dan kalau menggunakan Metode Bina Marga untuk
merencanakan suatu bentuk lengkung harus konsisten dengan tabel Bina Marga yg dipakai,
b. Pertanyaan:
Bagaimana anda tahu kalau pada bentuk lengkung SS nilai Lc pasti 0 ?
Jawaban:
Nilai Lc pasti nol pada bentuk lengkung SS itu memang sudah ketentuan bentuk
lengkung SS yaitu Spiral-Spiral. Jadi antara garis Spiral dan Spiral langsung bertemu tanpa
dihubungkan oleh lingkaran atau Circle (Lc).
c. Pertanyaan:
Mengapa pada contoh perhitungan bentuk lengkung Full Circle mengambil angka 716
meter? Apakah boleh mengambil angka yang lain?
Jawaban:
Pengambilan angka 716 meter pada perhitungan Full Circle itu berdasarkan R
minimum yang telah didapat yaitu 112 meter. Jadi R yang direncanakan minimum 112
meter, karena pada contoh perhitungan akan merencanakan bentuk lengkung Full Circle,
maka diambil R yang berada di atas garis batas e pada tabel 4.7 Buku “Dasar-Dasar
Perencanaan Geometrik Jalan”.
d. Pertanyaan:
Pertanyaan:
Apa sebenarnya Ls’ (Ls Fiktif) tersebut , apakah manipestasi Ls fiktif di lapangan
sebenarnya?
Jawaban:
Ls fiktif berarti pada lapangan Ls fiktif tersebut tidak terlihat secara langsung.
Komentar Dosen:
Ls Fiktif dikatakan fiktif karena seolah-olah tidak ada tapi sebenarnya ada di lapangan.
e. Pertanyaan:
Pertanyaan:
Apakah perhitungan yang didapatkan pada saat merencanakan lengkung harus sesuai
pengaplikasiannya di lapangan atau ada toleransi tertentu?
Jawaban:
Jika perhitungan sudah sesuai tabel-tabel Metode yang digunakan untuk merencanakan
lengkung maka tidak dilakukan koreksi, namun jika tidak menggunakan tabel mungkin
akan menggunakan koreksi tertentu. Dan nilai Data Bentuk Lengkung yang bernilai
desimal akan dibulatkan.
Komentar Dosen:
Implementasi di lapangan di lakukan dengan menggunakan koordinat X dan Y.
Sehingga bisa terjadi toleransi, yaitu toleransi satuan ukuran. Menggunakan koordinat
bertujuan untuk tercapainya nilai data lengkung yang telah dihitung secara tepat di
lapangan.

Geometrik Jalan 15
07/08/2014

Klasifikasi Jalan
 Sesuai Peruntukannya
– Jalan Umum
– Jalan Khusus

 Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5)


– Sistem: Jaringan Jalan Primer; Jaringan Jalan Sekunder
– Status: Nasional; Provinsi; Kabupaten/kota; Jalan desa
– Fungsi: Arteri; Kolektor; Lokal; Lingkungan
– Kelas : (sesuai bidang lalu lintas dan angkutan jalan) :
: I; II; IIIA; IIIB; IIIC; IV
– Spesifikasi penyediaan prasarana:
 1) jalan bebas hambatan;
 2) jalan raya;
 3) jalan sedang;
 4) jalan kecil.

Klasifikasi & Spesifikasi Jalan


berdasarkan Penyediaan Prasaran Jalan
Sumber: PP 34/2006 tentang Jalan

1
07/08/2014

Klasifikasi penggunaan jalan

Klasifikasi Penggunaan Jalan

2
07/08/2014

Persyaratan teknis jalan (PP34/2006)

Matrik Klasifikasi Jalan (Proposed)

3
7

Tugas Besar Perencanaan Geometrik

a. Jalan Arteri ( Utama ) adalah jalan raya utama adalah jalan yang melayani
angkutan utama, dengan ciri- ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata
tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Dalam komposisi lalu
lintasnya tidak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya
dalam kelas ini merupakan jalan- jalan raya berjalur banyak dengan konstruksi
perkerasan dari jenis yang terbaik.
b. Jalan Kolektor ( Sekunder ) adalah jalan kolektor adalah jalan raya yang melayani
angkutan pengumpulan/ pembagian dengan ciri- ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata- rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
Berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya dibagi dalam tiga kelas jalan,
yaitu :
1. Kelas II A
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi
permukaan jalan dari lapisan aspal beton atau yang setara.
2. Kelas II B
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan
dari penetrasi berganda atau yang setara dimana dalam komposisi lalu lintasnya
terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor.
3. Kelas II C
Merupakan jalan raya sekunder dua jalur denan konstruksi permukaan jalan dari
penetrasi tunggal, dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan
bermotor lambat dan kendaraan tak bermotor.
c. Jalan Lokal ( Penghubung )adalah jalan penghubung adalah jalan yang melayani
angkutan setempat dengan cirri- cirri perjalanan yang dekat, kecepatan rata- rata
rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Adapun tabel klasifikasi jalan raya adalah srbagai berikut :
JALAN RAYA JALAN
JALAN RAYA SEKUNDER
KLASIFIKASI UTAMA PENGHUBUNG
JALAN

I (A1) II A (A2) II B (B1) II C (B2) III

KLASSIFIKASI MEDAN D B G D B G D B G D B G D B G

Lalu lintas harian rata- rata (smp) > 20. 000 6.000 - 20.000 1500 - 8000 < 20.000 -
Kecepatan Rencana (km/jam) 120 100 80 100 80 60 80 60 40 60 40 30 60 40 30
Lebar Daerah Penguasaan min.(m) 60 60 60 40 40 40 30 30 30 30 30 30 20 20 20
Lebar Perkerasan (m) Minimum 2 (2x3,75) 2x3.50 atau 2(2x3.50) 2x 3.50 2 x 3.00 3.50 - 6.00
Lebar Median minimum (m) 2 1.5 - - -
Lebar Bahu (m) 3.50 3.00 3.00 3.00 2.50 2.50 3.00 2.50 2.50 2.50 1.50 1.00 3.50 - 6.00
Lereng Melintang Perkerasan 2% 2% 2% 3% 4%
Lereng Melintang Bahu 4% 4% 6% 6% 6%
Aspal beton Penetrasi Berganda/ Paling tinggi penetrasi Paling tinggi pelebaran
Jenis Lapisan Permukaan Jalan Aspal Beton
( hot mix ) setaraf tunggal jalan

Miring tikungan maksimum 10% 10% 10% 10% 10%


Jari- jari lengkung minimum (m) 560 350 210 350 210 115 210 115 50 210 115 50 115 50 30
Landai Maksimum 3% 5% 6% 4% 6% 7% 5% 7% 8% 6% 8% 10 % 6% 8% 10 %

Jurusan Teknik Sipil UGM


07/08/2014

Tipikal Ruang Jalan


Sumber: Penjelasan PP 34/2006

Ruang Jalan
Sumber: UU 38/2004 & PP 34/2006, tentang Jalan

4
07/08/2014

Klasifikasi Medan Jalan

Kemiringan
No Jenis Medan Notasi
Medan

2 Datar D < 3%

3 Perbukitan B 3%-25%

4 Pegunungan G > 25%

Kendaraan Rencana
 Dimensi & Radius putar sbg dasar penyediaan ruang
jalan

 Ada 3 Kategori:
– Kendaraan Kecil : mobil penumpang
– Kendaraan Sedang: Truk 3As tandem atau Bus Besar 2 As
– Kendaraan Besar : Truk Tempelan (Trailer)

 Ruang manuver kendaraan saat membelok di


tikungan atau persimpangan sbg dasar penyediaan
ruang

5
11 TTrraannssiittiioonn ccuurrvveess iinn R
Rooaadd D
Deessiiggnn

The purpose of this document is to provide details of various spirals, their characteristics
and in what kind of situations they are typically used. Typical spirals (or transition curves)
used in horizontal alignments are
a. clothoids (also called as ideal transitions),
b. cubic parabola,
c. sinusoidal and
d. cosinusoidal.

1.1 Clothoid
1. 1. 1 Clot hoi d g eo met r y

Details of an S-C-S fitting are presented in the following figure. Spiral before curve (points TCD) is of
length 175 meters and spiral after the curve is of 125 meters.
Following are the key parameters that explain this geometry.
LDT terms In the figure Description
L1 TCD Length of the spiral – from TS to SC
PI V Point of horizontal intersection point (HIP)
TS T Point where spiral starts
SC D Point where spiral ends and circular curve begins
i1 s1 Spiral angle (or) Deflection angle between tangent TV tangential
direction at the end of spiral.
T1 TV Total (extended) tangent length from TS to PI
X1 Total X=TD2 Tangent distance at SC from TS
Y1 Total Y= D2D Offset distance at SC from (tangent at) TS
P1 AB The offset of initial tangent in to the PC of shifted curve (shift of
the circular curve)
K1 TA Abscissa of the shifted curve PC referred to TS (or tangent
distance at shifted PC from TS)
B Sifted curve’s PC
LT1 TD1 Long tangent of spiral in
ST1 DD1 Short tangent of spiral in
RP O Center point of circular curve
c c Angle subtended by circular curve in radians
  Total deflection angle between the two tangents
R R Radius of the circular curve
1. 1. 2 E xp re s sio ns f o r v a ri ous s pi r al pa r am et e r s

Two most commonly used parameters by engineers in designing and setting out a spiral are L (spiral
length) and R (radius of circular curve). Following are spiral parameters expressed in terms of these two.

Flatness of spiral = A  LR
l2
Spiral deflection angle(from initial tangent) at a length l (along spira)l =
2 RL
L
s  = Spiral angle (subtended by full length)
2R
 =  s1+  c+  s2 (where  c is the angle subtended by the circular arc).
l4 l8
x  l *[1    ...]
40 R 2 L2 3456 R 4 L4

At l = L (full length of transition)


L2 L4
TotalX  L *[1    ...]
40 R 2 3456 R 4
l3 l4 l8
y [1    ...]
6 RL 56 R 2 L2 7040 R 4 L4

At l = L (full length of transition)

L2 L2 L4
TotalY  [1    ...]
6R 56 R 2 7040 R 4
y 
  tan 1 ( )  = Polar deflection angle
x 3
P = shift of the curve = AE – BE
 P  TotalY  R (1  cos  s )
K = Total X – R*SIN  s (= TA. This is also called as spiral extension)

Total (extended) tangent = TV = TA + AV



Tangent (extended) length = TV = ( R  P) tan K
2
In the above equation we used total deflection angle 

P* TAN  /2 is also called as shift increment;

Long Tangent = TD1 = (Total X) – (Total Y)*COT  s


Short Tangent = DD1 = (Total Y) *(COSEC  s)

Some cool stuff:- At shifted curve PC point length of spiral gets bisected. This curve length
TC = curve length CD.
1.2 Cub i c Spi ra l s
This is first order approximation to the clothoid.

If we assume that sin  =  , then dy/dl = sin  =  = l**2/2RL


On integrating and applying boundary conditions we get,
l3
y
6 RL
 l2
 
3 6R
1. 2. 1 Re lat ion sh ip s bet w e e n v a ri ou s p a ra m et e r s
Most of the parameters (Like A, P, K Etc…) for cubic spiral are similar to clothoid. Those which are
different from clothoid are:

There is no difference in x and Total X values, as we haven’t assumed anything about cos  .
L
l2
x   cos( )dl
0
2 L2 R 2

l4 l8
x  l *[1    ...]
40 R 2 L2 3456 R 4 L4

At l = L (full length of transition)

L2 L4
TotalX  L *[1    ...]
40 R 2 3456 R 4

l3
y
6 RL

At l = L (full length of transition)

L2
TotalY 
6R
y
tan  
x
= Polar deflection angle

  
3

Up to 15 degrees of deflection - Length along Curve or along chord (10 equal chords)?
1.3 Cubic Parabola
If we assume that cos = 1, then x = l.
Further if we assume that sin = , then

x = l and TotalX  L

x3 L2
y and TotalY 
6 RL 6R

Cosine series is less rapidly converging than sine series. This leads to the conclusion that
Cubic parabola is inferior to cubic spiral.

However, cubic parabolas are more popular due to the fact that they are easy to set out in
the field as it is expressed in Cartesian coordinates.

Rest all other parameters are same as clothoid. Despite these are less accurate than cubic spirals, these
curves are preferred by highway and railway engineers, because they are very easy to set.

1. 3. 1 M inimum R ad ius of C ubi c P a rab ol a

RL
Radius at any point on cubic parabola is r 
2 sin  cos 5 
1
A cubic parabola attains minimum r at tan  
5
So, rmin  1.39 RL

So cubic parabola radius decreases from infinity to rmin  1.39 RL at 24 degrees, 5 min, 41
sec and from there onwards it starts increasing again. This makes cubic parabola
useless for deflections greater than 24 degrees.

1.4 Sinusoidal Curves


These curves represent a consistent course of curvature and are applicable to transition between 0 to 90
degrees of tangent deflections. However these are not popular as they are difficult to tabulate and stake
out. The curve is steeper than the true spiral.

Following is the equation for the sinusoidal curve

l2  L    2l  
   2  cos  1
2 RL  4 R    L  

Differentiating with l we get equation for 1/r, where r is the radius of curvature at any given point.
2LR
r 
 2l 
2l  L * SIN  
 L 

X and Y values are calculated dl*cos  , and dl*sin  .

1. 4. 1 Ke y P a ra m et e r s
Radius equation is derived from the fact that
 2l 
2l  L * sin  
d 1  L 
 
dl r 2LR

If we further differentiate this curvature again w.r.t length of curve we get

d 2  1 1  2 
Rate of change of curvature =   cos 
 L 
2
dl  LR LR

Unlike clothoid spirals, this “rate of change of curvature” is not constant in Sinusoidal
curves. Thus these “transition curves” are NOT true spirals – Chakri 01/20/04

Two most commonly used parameters by engineers in designing and setting out a “transition curve are L
(spiral length) and R (radius of circular curve). Following are spiral parameters expressed in terms of these
two.

l2  L    2l  
   2  cos  1
2 RL  4 R    L  
Spiral angle at a length l along the spiral =

L
s  = Spiral angle [subtended by full length (or) l = L]
2R
 = s1+ c+ s2 (where c is the angle subtended by the circular arc).

1. 4. 2 T ot al X D e riv a t io n

 dx  dl cos

l2  L    2l  
x   dl cos  , where     2  cos  1
2 RL  4 R    L  

To simplify the problem let us make following sub-functions:

2 * l
If  
L
 L2 
 x  l 1  4 2

L3
  
3 5  20 3  30  240  60 2 sin  30 cos sin  120 * cos 
 32 R  3840 R
5 2

At l = L (full length of transition); x=X and  = . Substituting these in above equation we get:

 96 4  160 2  420 L2 


TotalX  X  L 1  * 2
 3840 4 R 
L3
X  L  0.02190112582400869 2
R

i. T ot al Y D e riv a t io n

dy  dl sin 

l2  L    2l  
y   dl sin  , where     2  cos  1
2 RL  4 R    L  

 1 1  L  1 1 5 209  L3 
TotalY  Y  L    *      * 
 6 4  R  336 160 128 4 3072 6  R 3 
2 2

 L L3 
X  L 0.1413363707560822  0.0026731818162654 3 
 R R 

ii. O t he r Im po rt a nt P a ra met e rs

At l = L (full length of transition);  becomes spiral angle = s. Substituting l=L in equation 20 we get:

L
s  (deflection between tangent before and tangent after, of the transition curve)
2R
y
 l  arctan( ) = Polar deflection angle (at a distance l along the transition)
x
TotalY
 L  arctan( ) = Angle subtended by the spiral’s chord to the tangent before
TotalX
P = shift of the curve = AE – BE
 P  TotalY  R (1  cos  s )
K  TotalX  R sin  s (= TA. This is also called as spiral/transition extension)

Total (extended) tangent = TV = TA + AV



Tangent (extended) length = TV = ( R  P) tan K
2
In the above equation we used total deflection angle 

P* TAN  /2 is also called as shift increment;

Long Tangent = TD1 = TotalX - TotalY * cot s


Short Tangent = DD1 = TotalY * cos ec s

Some cool stuff: - What is the length of spiral by shifted curve PC point. Is curve length TC
= curve length CD.

1.5 Cosinusoidal Curves

Following is the equation for the Cosinusoidal curve

1  L  l 
 l  * sin  
2R    L 

Differentiating with l we get equation for 1/r, where r is the radius of curvature at any given point.
2R
r 
 l 
1  cos 
L

1. 5. 1 Ke y P a ra m et e r s

Previous equation is derived from the fact that


 l 
1  cos 
d 1 L
 
dl r 2R

If we further differentiate this curvature again w.r.t length of curve we get

d 2   l 
Rate of change of curvature =  sin 
dl 2
2 RL  L 

Unlike clothoid spirals, this “rate of change of curvature” is not constant in Cosinusoidal
curves. Thus these “transition curves” are NOT true spirals

Two most commonly used parameters by engineers in designing and setting out a “transition curve are L
(spiral length) and R (radius of circular curve). Following are spiral parameters expressed in terms of these
two.
1  L  l 
Spiral angle at a length l along the spiral =  l  * sin  
2R    L 
L
s  = Spiral angle [subtended by full length (or) l = L]
2R
 =  s1+  c+  s2 (where  c is the angle subtended by the circular arc).

1. 5. 2 T ot al X D e riv a t io n

 dx  dl cos

x   cos dl

To simplify the problem let us make following sub-functions:

L  l  l 
From eqn. 43 we get ->    sin  
2R  L  L 

 *l
If  
L
L2 L   3    sin * cos  
x  l  2 2 *        2sin  cos 
8 R   3   2 2  

At l = L (full length of transition); x=X and  = . Substituting these in above equation we get:

 2 2  9  L3
TotalX  X  L   2 
* 2
 48  R
L3
X  L  0.0226689447 2
R

1. 5. 3 T ot al Y D e riv a t io n

dy  dl sin 
L  l  l 
From eqn. 43 we have    sin  
2R  L  L 
 *l
If  
L

 L 2 L3  4 sin 2  * cos  16 cos  3 2 3 sin 2 3 cos 2 137 


 y  L* 2 (  cos   1)      3 2 cos   6 sin      
 2 R 2 48 4 R 3  4 3 3 4 4 8 24 
At l = L (full length of transition); x=X and  = . Substituting these in above equation we get:

 1 1  L  6 4  54 2  256  L3 
TotalY  Y  L   2  *    * 3 
 4   R  1152 4  R 
 L3 
Y  L * 0.1486788163576622  0.0027402322400286 * 3 
L
 R R 

1. 5. 4 O t he r Im po rt a nt P a ra met e rs

At l = L (full length of transition);  becomes spiral angle = s. Substituting l=L in equation 20 we get:

L
s  (deflection between tangent before and tangent after, of the transition curve)
2R
y
 l  arctan( ) = Polar deflection angle (at a distance l along the transition)
x
TotalY
 L  arctan( ) = Angle subtended by the spiral’s chord to the tangent before
TotalX
P = shift of the curve = AE – BE
 P  TotalY  R (1  cos  s )
K  TotalX  R sin  s (= TA. This is also called as spiral/transition extension)
Total (extended) tangent = TV = TA + AV

Tangent (extended) length = TV = ( R  P) tan K
2
In the above equation we used total deflection angle 

P* TAN  /2 is also called as shift increment;

Long Tangent = TD1 = TotalX - TotalY * cot s


Short Tangent = DD1 = TotalY * cos ec s

Some cool stuff: - What is the length of spiral by shifted curve PC point. Is curve length TC
= curve length CD.
29/03/2014

Anda mungkin juga menyukai