or Lose Game)
Posted on 24 April 2013 by riadjohani
Standar
Permainan ini dapat digunakan untuk membahas topik kerjasama kolaboratif. Kerjasama kolaboratif dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan bersama untuk mencapai kepentingan kita (mencapai nilai tinggi) dengan
memperhatikan juga kepentingan pihak lain (yang juga ingin mencapai nilai tinggi). Setelah permainan, biasanya
peserta juga bersedia mengakui bahwa mereka terjebak pada pemikiran untuk memenangkan persaingan,
sehingga terlupa untuk bekerjasama. Sebenarnya, nilai tertinggi yang bisa dicapai apabila semua kelompok
bekerjasama, bisa mencapai 613!!
Intinya kita bisa membangun masyarakat yang menggunakan nilai persaingan (win or lose) atau sebaliknya
membangun masyarakat yang memiliki nilai kolektiv untuk bekerjasama bagi kepentingan bersama (win-win)
meskipun itu tidak berarti harus sama rata tetapi tidak ada ketimpangan atau kesenjangan sosial yang terlalu
jauh. Masyarakat yang sejahtera akan memberi keuntungan bagi semua pihak dengan adanya perdamaian dan
ikatan solidaritas.
***
Waktu: 30 – 45 menit
Alat dan Bahan: Metaplan 2 warna (biru dan merah) untuk setiap kelompok, flipchart berisi aturan penilaian,
flipchart berisi tabel pencatatan nilai
Jumlah Peserta: 5 – 8 orang per kelompok
Proses:
1. Bagi peserta ke dalam 3 kelompok dan sampaikan cara bermain sbb.:
Selama permainan, kartu dipegang oleh perwakilan tim, dan hanya dia yang berhak menggunakannya
sesuai peraturan. Tetapi perwakilan tim ini harus berembuk dengan seluruh anggota tim untuk memilih
kartu.
Tujuan permainan adalah untuk mengoptimalkan pendapatan (nilai) kelompoknya masing-masing.
2. Siapkan tabel pencatatan nilai untuk setiap kelompok (lihat format tabelnya) yang dibuat di atas kertas
plano/flipchart. Ambil file Tabel Pencatatan Nilai (Win or Lose Game) ini.
3. —Berikan aba-aba untuk seluruh tim, agar perwakilannya mengangkat salah satu kartu pada saat yang
bersamaan. Bila ada kelompok yang terlambat mengacungkan kartunya atau mengacungkan dua kartu, nilai
kelompok dikurangi 2 (-2). Lakukan permainan ini hingga 13 ronde (13x aba-aba).
4. —Pada ronde ke 3, 9, 11, tawarkan kesempatan kepada perwakilan setiap tim untuk melakukan perundingan
secara tertutup selama 1 menit (ke-3 orang tersebut berunding di luar kelas atau di balik pintu).
—5. Jika sudah, setiap perwakilan tim diminta kembali ke tim masing-masing untuk menyampaikan hasil
kesepakatan. Setelah itu, barulah diberikan aba-aba untuk mengangkat kartu dan nilai setiap tim dicatat.
—6. Permainan berakhir setelah 13 ronde selesai dilaksanakan. Catatan: sebenarnya, kelompok bisa meminta
kepada fasilitator untuk berunding dengan kelompok lain bukan hanya pada ronde 3, 9, dan 11 saja. Tapi, kalau
gagasan berunding hanya muncul dari tawaran fasilitator saja, maka hanya pada 3 ronde tersebut terjadi proses
perundingan antar kelompok.
***
Pertanyaan refleksi:
Apa yang terjadi dalam permainan ini?
Apakah orang bersedia berunding dan bersepakat? Mengapa?
Apakah orang melanggar kesepakatannya? Mengapa?
Bagaimana cara mengatur masyarakat (manusia) kalau ada sifat-sifat serakah, suka melanggar, dan
mementingkan diri sendiri?
Apa hikmah dari permainan ini?
***
Catatan untuk Fasilitator:
Fasilitator dapat mengingatkan bahwa beberapa kali fasilitator mengulang tujuan permainan ini, yakni: seluruh
tim diminta untuk mengumpulkan nilai setinggi-tingginya, dan itu tidak harus mengumpulkan nilai yang lebih
tinggi dari kelompok lainnya. Keinginan untuk lebih unggul dan berkompetisi seperti itu merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya konflik kepentingan atau penghambat upaya penyelesaian konflik antar pihak.
Permainan ini dapat digunakan juga untuk membahas sikap-nilai peserta terhadap konflik akibat perebutan
sumberdaya alam (kekayaan). Di dunia ini tidak mungkin perbedaan kaya-miskin dan penggolongan lainnya
ditiadakan, tetapi perlu adanya suatu perlindungan agar hak-hak banyak orang tidak dilanggar oleh pihak yang
kuat atau kaya.
Permainan ini dapat ditarik kepada pembahasan mengenai : bagaimana caranya mengatur secara adil (dengan
adanya sanksi dan insentif secara adil). Aturan pemberian nilai bisa diubah (diganti) sehingga tidak
memungkinkan terjadinya kerjasama, malah mendorong persaingan dan ketidakpedulian sosial (misalnya: tim
yang kartunya berbeda sendiri, mendapat nilai tinggi, sedangkan 2 tim yang bersedia kerjasama justru mendapat
nilai rendah).
***
Filed under 2b-Permainan (Games), 3a-Community Development and tagged community development-based
training, Community Facilitator, permainan (games) | 2 Komentar
FEB 4
Permainan Kacang (Nuts Game)
Posted on 4 Februari 2013 by riadjohani
Standar
Permainan (games) ini menarik dan penting. Menarik karena peserta merasa “jengkel” bila dikalahkan kelompok
lain. Penting karena refleksi permainan bisa dibawa ke konsep “pembangunan berkelanjutan” yang abstrak,
tetapi bisa dipahami melalui permainan ini.
Inti dari permainan ini adalah tentang mekanisme alam untuk memulihkan dirinya sendiri dengan cara
memanfaatkan secara bijak. Kalau kita bekerja dengan masyarakat di perdesaan, permainan ini akan membantu
sekali menjelaskan arti “bekerja selaras alam”, “pembangunan yang tidak merusak sumber daya alam dan
lingkungan”, “kekayaan bersama” (common property), dan “pembangunan berkelanjutan” (sustainable
development). Permainan juga dapat digunakan untuk mendiskusikan “kearifan lokal” seperti batasan-batasan
dalam menebang kayu di hutan dan berburu binatang yang diajarkan nenek moyang untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan yang masih ada atau mungkin sudah tidak lagi dihiraukan generasi sekarang.
***
Di tingkat Kelompok
Peserta dibagi dalam kelompok @ 7-9 orang termasuk fasilitator kelompok (paling tidak dibentuk 3
kelompok untuk perbandingan).
Setiap kelompok disediakan 25 butir buah/biji-bijian/batu* di dalam sebuah mangkok/piring, dan 12 butir
lagi di dalam mangkok lain.
Setiap kelompok dipandu seorang fasilitator kelompok, dan melakukan kegiatan di tempat
berbeda/terpisah.
Tugas kelompok adalah mengoptimalkan pendapatan individu dan kelompok dalam mengambil
(‘memanen’) buah/biji.
Salah satu mangkok yang berisi 25 butir diletakkan di tengah-tengah lingkaran peserta. Tugas peserta
adalah mengambil secara serentak biji-biji yang terletak di mangkok dengan aba-aba fasilitator
kelompok (memakai hitungan 1,2,3). Pada hitungan ketiga, setiap peserta mengambil biji di mangkok
dan menggenggamnya. Jangan sampai jatuh, sebab jika jatuh akan dihitung sebagai kehilangan.
Fasilitator akan menghitung perolehan masing-masing peserta dan mencatatnya, kemudian
menjumlahkan perolehan semuanya sebagai pendapatan kelompok (lihat form Lembar Pencatatan
Hasil Per Kelompok)**.
Biji yang terjatuh dihitung sebagi kehilangan dan biji yang diambil merupakan milik masing-masing
peserta (keduanya tidak dikembalikan ke mangkok). Biji yang tersisa di mangkok akan digandakan
(dikali dua) oleh fasilitator, tapi maksimal hasil penggandaan hanyalah 12. Lalu, permainan dilanjutkan
(aba-aba dilakukan lagi), begitu seterusnya.
Satu babak permainan berakhir jika tidak ada biji yang tersisa di mangkok, atau permainan sudah
mencapai 10 ronde (10x aba-aba).
Setiap kelompok dapat melakukan permainan dalam 2 – 3 babak (setiap babak mengisi Lembar
Pencatatan Hasil Kelompok).
*Kalau bisa buah/biji-bijian lokal yang berukuran sekitar buah kemiri atau kacang tanah yang masih pakai kulit
atau duku. Bisa juga dengan batu.
Diskusi Pleno
Setelah permainan selesai, fasilitator meminta wakil kelompok (fasilitator kelompok) untuk
menjumlahkan total hasil individu dan kelompoknya.
Fasilitator kemudian menanyakan hasil setiap kelompok dan mengisikannya ke dalam tabel (lihat
Lembar Pencatatan Hasil Seluruh Kelompok) dengan melontarkan pertanyaan per aspek yang dicatat
(lihat kolom-1 dan kolom-2 tabel tersebut)***.
Setelah pengisian selesai, fasilitator memfasilitasi refleksi permainan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
Apa hikmah dari permainan ini? (setiap jawaban peserta dicatat di papan tulis)
Apa yang terjadi di setiap kelompok? Bagaimana prosesnya?
Apa sebabnya sumberdaya alam (buah/biji) habis? (kalau banyak penyebabnya, apa sebab
yang paling utama atau akar masalahnya)
Apa sebabnya sumberdaya alam bisa tidak habis meskipun dipanen berulang-ulang? Apa
kaitannya dengan konsep ‘daya dukung’ dan ‘ambang batas’ lingkungan?
Berdasarkan hasil permainan, fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan pengertian
pembangunan berkelanjutan (PB) dan menuliskannya di atas papan tulis (kertas plano).
Dari hasil pendapat di atas, fasilitator kemudian mengajak peserta mencari kata kunci dari pengertian
PB (ditulis di kartu-kartu metaplan).
***Ambil form di sini: Nut Games – Lembar Pencatatan Semua Kelompok
***
Filed under 2b-Permainan (Games) and tagged fasilitasi, permainan (games), Training games | Tinggalkan komentar
APR 8
B – Games
Posted on 8 April 2012 by riadjohani
Standar
BERBURU BARANG (Scavenger Hunt)
Waktu: 10-15 menit
Alat dan Bahan: Lembar tugas yang berisi daftar barang-barang yang harus dicari kelompok (difotokopi
sebanyak jumlah kelompok).
Jumlah Peserta:Tidak terbatas, tetapi harus ada barang yang cukup untuk setiap kelompok.
Proses:
Bagilah peserta ke dalam kelompok dan minta mereka bergabung dengan kelompoknya masing-
masing.
Bagikan selembar kertas berisi daftar barang-barang yang harus dicari oleh setiap kelompok.
Syaratnya, semua barang yang diambil harus milik anggota kelompok tersebut.
Beri aba-aba agar kelompok mulai mengumpulkan barang. Waktu untuk mengumpulkan barang adalah
3 menit.
Setelah selesai, peserta dipersilakan untuk duduk kembali.Sementara itu, kelengkapan barang dari tiap-
tiap kelompok diperiksa: barang-barang apa saja yang berhasil dan tidak berhasil dikumpulkan oleh
kelompok tersebut.
Hasil perolehan tersebut diumumkan di depan para peserta. Kelompok yang mengumpulkan terbanyak,
dinyatakan menang (unggul).
Pertanyaan refleksi:
Apa yang terjadi dalam permainan?
Mengapa ada kelompok yang menang (mengumpulkan banyak barang)?
Mengapa ada kelompok yang kalah (mengumpulkan hanya sedikit)?
Apakah ada yang memimpin kelompok? Bagaimana munculnya pemimpin
kelompok? (dipilih atau spontan) Apakah ada pembagian tugas?
Apa hikmah permainan ini?
Catatan untuk Fasilitator: Permainan ini dapat ditarik kepada pembahasan tentang kerjasama tim. Suatu
kegiatan akan berhasil apabila ada kekompakan, kerjasama, pemimpin yang mengkoordinir kegiatan, dan
pembagiantugas.Suatu kegiatan juga akan berhasil apabila semua pihak mau menyumbangkan sesuatu (mau
berkorban).
***
BERCERMIN
Waktu: 10 menit (dengan diskusi)
Proses:
Mintalah semua peserta untuk berdiri menyusun 2 sap (jajar) dan berdiri berpasangan: 1 orang
berperan menjadi seseorang yang sedang berdandan di depan cermin, dan 1 orang menjadi
bayangannya di cermin.
Bayangan harus mengikuti semua gerak-gerik orang yang berdandan.
Keduanya harus bekerja sama agar bisa bergerak secara kompak dengan kecepatan yang sama.
Pertanyaan refleksi:
Bagaimana perasaan teman yang menjadi bayangan?
Sulitkah mengikuti gerakan teman yang’bercermin’? Mengapa?
Bagaimana perasaan teman yang ‘bercermin’?
Memuaskankah ‘bayangan’ anda? Mengapa?
Apa hikmah permainan ini?
Catatan untuk Fasilitator: Sebagai ‘pemecah es’ (ice breaker) atau obat ngantuk (energizer), hasil permainan
ini tidak perlu didiskusikan. Apabila didiskusikan, dapat ditarik kepada pembahasan tentang kerjasama tim dan
kekompakan dengan pasangan (partner) kita. Tetapi, kerjasama seperti di atas (satu selalu menentukan, satu
selalu mengikuti perintah yang lainnya seperti bayangan di cermin) bukan suatu kerjasama yang setara.
Sementara dalam pengelolaan sumberdaya alam, kerjasama antara para pemangku kepentingan perlu
dikembangkan dengan prinsip kesetaraan dan saling belajar.
***
BERDIRILAH JIKA…
Waktu: 10-15 menit
Proses:
Ajaklah semua peserta untuk duduk atau berdiri membentuk lingkaran, sedangkan fasilitator berdiri di
tengah.
Jelaskan bahwa pada saat fasilitator mengucapkan kalimat nanti, para peserta harus berdiri apabila
kalimat itu sesuai dengan dirinya. Misalnya:
“Orangtua saya adalah keluarga petani….”
“Saya seorang perempuan yang berani bicara di depan publik….”
“Saya takut kucing….” dsb.
Beri kesempatan (waktu) sejenak agar semua orang bisa mengingat siapa saja yang berdiri untuk
setiap pernyataan.
Ucapkan kalimat-kalimat lain yang relevan dengan keadaan para peserta pelatihan (jangan sampai ada
peserta yang tidak pernah berdiri). Contoh-contoh kalimat misalnya:
Saya adalah pelatih (trainer)
Saya sering keluar – masuk hutan
Saya lahir di pedesaan
Saya lahir di kota
Saya bekerja di LSM
Saya pegawai negeri
Saya memiliki hobby membaca, dsb.
Setelah selesai, peserta diminta memperkenalkan nama, status, asal lembaga, dan kota atau daerah
asalnya.
Catatan untuk Fasilitator: Permainan untuk perkenalan ini cocok bagi peserta yang sebenarnya sudah saling
mengenal maupun masih belum kenal sama sekali. Bagi para peserta yang sudah saling kenal kemungkinan
akan memperoleh hal baru tentang rekan-rekan mereka. Bagi yang belum saling kenal, permainan ini akan
membantu mereka mengidentifikasi teman-teman yang ‘senasib’, sehingga ini bisa menjadi semacam entry
point dalam mengakrabkannya dengan peserta lain.
***
BERGANDENGAN TANGAN
Waktu: 10-15 menit
Jumlah Peserta: Tidak terbatas, dibagi ke dalam kelompok kecil (5 – 6 orang per kelompok)
Proses:
Mintalah kepada setiap peserta untuk mengambil barang yang dia paling sukai yang ada dalam
ruangan. Tanpa menunjukkan kepada siapapun barangnya dan tempatnya semula.
Setelah itu, bagilah peserta kedalam 2 atau 3 kelompok dan minta mereka berkumpul di dalam
kelompoknya masing-masing.
Setiap kelompok diminta berdiri berbanjar (berjajar) dan saling menautkan tangannya pada teman
disampingnya.
Kemudian mintalah kepada semua peserta untuk mengembalikan barang yang mereka ambil ke
tempatnya semula dengan cepat, tanpa boleh terlepas tautan tangan masing-masing anggota
kelompoknya.
Kelompok yang dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan cepat akan menjadi juaranya.
Pertanyaan refleksi:
Apa yang terjadi di kelompok masing-masing?
Kenapa kelompok A menjadi yang paling cepat (juara)?
(Kalau ada yang gagal) Kenapa kelompok B gagal memenuhi tugas?
Apakah terjadi kerjasama atau persaingan antara anggota kelompok sendiri?
Apa hikmah permainan ini?
Catatan untuk Fasilitator: Permainan ini bersifat obat ngantuk dan pencairan suasana. Dapat juga digunakan
untuk membahas tentang kerjasama dan kompetisi. Terdapat kecenderungan kerjasama (dalam kelompok)
ketika harus berkompetisi dengan kelompok lain. Apabila tidak ada kompetisi dengan pihak lain, maka kompetisi
akan terjadi antara anggota kelompok itu sendiri. Apakah kompetisi itu hal yang buruk dan kerjasama itu selalu
baik? Hikmah yang bisa diambil adalah setiap orang dalam kelompok memiliki kepentingannya masing-masing
sehingga kompetisi adalah wajar. Mencoba memahami dan mengakomodasi kepentingan orang lain perlu
dilakukan untuk menghindari atau menyelesaikan masalah benturan kepentingan (konflik kepentingan).
***
Filed under 2b-Permainan (Games) and tagged Energizer, Ice Breaker, pelatihan, Permainan, Training games |
Tinggalkan komentar
JAN 18
Permainan Mendengarkan (dan Mengingat)
Posted on 18 Januari 2012 by riadjohani
Standar
Berikut ini adalah salah satu permainan yang dapat digunakan untuk ice breaking karena dapat dilakukan secara
cepat dan juga merupakan lomba. Lomba selalu membuat kelompok bersemangat untuk menang.
Bisa menjadi bagian dari sesi “teknik mendengarkan” dari pelatihan untuk fasilitator.
***
Proses Permainan:
Fasilitator membacakan cerita “Keluarga Johannes” di bawah sesudah minta peserta untuk
mendengarkan dengan teliti
Fasilitator membagi peserta dalam kelompok @ 5-6 peserta per kelompok dan jelaskan aturan
permainan yang akan dilaksanakan (tahap 3-8)
Fasilitator membaca satu pertanyaan di bawah
Masing-masing kelompok menulis jawabannya pada secarik kertas
Fasilitator meminta agar kelompok memperlihatkan jawabannya secara serentak
Kelompok yang jawabannya tepat mendapat nilai 10, sedangkan yang salah dikurangi 10 (lihat kunci
jawaban untuk jawaban tepat)
Fasilitator terus membaca pertanyaan satu per satu dengan proses jawaban dan penilaian yang sama
Kelompok yang paling banyak mengumpulkan nilai, merupakan pemenangnya
Fasilitator mengajak peserta untuk membahas: Apakah sulit menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi?
Mengapa? Untuk mendengarkan baik, apa harus dilakukan? Kalau kita tidak mendengarkan dengan
teliti, apa bisa terjadi?
Lembar cerita:
akibat penyakit. Ina Joahnnes memilihara ayam dan 4 ekor kambing. Selain itu, Ina juga
menanam sayuran di kebun pekarangannya. Selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
sebagian dari sayuran itu juga dijual ke pasar, dengan kelebihan hasil panen jagung, kacang
dan telur ayam.
Begitulah Ama dan Ina Johannes bergotong royong memenuhi kebutuhan keluarganya. Ina
juga menambahkan toko atau koperasi. Sedangkan Ama Johannes terkadang bekerja
sebagai tukang bengunan. Suami istri itu harus bekerja keras karena punya anak 7 orang
yang hampir semuanya sedang membutuhkan biaya sekolah. Dua (2) orang anaknya sudah
masuk Perguruan Tinggi di Kupang. Sedangkan yang lainnya masih sekolah di SD, SMP
dan SMU di Kefa. Hanya yan paling kecil yang belum sekolah. Biaya sekolah anak-anak
tinggi, hingga Ama dan Ina Johannes harus putar otak untuk mencari biaya. Tahun yang
lalu, Ama Johannes harus jual 1 ekor sapi dan 2 ekor kambing untuk membayar uang kuliah
dan uang sekolah anak-anak. Syukurlah si sulung, Onna, mendapat beasiswa dari
Pemerintah. Kalau tidak, akan lebih banyak biaya yang diperlukan. Kalau dihitung-hitung,
sudah 5 ekor sapi dan 8 ekor kambing yang telah dijual untuk biaya sekolah.
Pertanyaannya:
1. Ada berapa ekor ayam yang sekarang dimiliki Ina Johannes?
2. Ada berapa ekor sapi yang sekarang dimiliki Ama Johannes pada tahun yang lalu?
3. Berapa jenis perkerjaan (matapencaharian) dari Ama dan Ina Johannes?
4. Berapa jenis ternak yang sekarang dimiliki oleh Ama dan Ina Johannes?
5. Ada berapa sapi muda yang sekarang dimiliki oleh Ama dan Ina Johannes?
6. Ada berapa kambing yang dimiliki sekarang ditambah dengan yang pernah dijual untuk biaya sekolah?
7. Dan seterusnya.
Kunci jawaban:
1. – (tidak disebut jumlahnya di dalam cerita)
2. 7 ekor (5 + 1 yang mati + 1 yang dijual)
3. 5 jenis (petani, peternak, pedagang sayur, penenun, tukang)
4. 3 jenis (sapi, kambing, ayam; babi baru akan dibeli)
5. 2 ekor
6. 12 ekor (4 ekor yang ada + 8 ekor yang sudah dijual)
Catatan: Ama = bapak, ina = ibu.
Filed under 2b-Permainan (Games) and tagged fasilitasi, fasilitator, permainan (games), teknik mendengarkan, Training
games |Tinggalkan komentar
NOV 23
A – Games
Posted on 23 November 2011 by riadjohani
Standar
Kumpulkan koleksi permainan Anda.
Susun berdasarkan kategori permainan. Atau berdasarkan urutan Abjad judulnya dan tandai kategori permainan
apa. Cari dan kumpulkan dari sumber-sumber pelatihan di internet karena sangat jarang menemukan buku
kumpulan permainan di Indonesia. Yang gratis maksudnya.
***
Pertanyaan refleksi:
Apa yang terjadi dalam permainan?
Benda apa yang diperhatikan setiap kelompok/orang?
Banyakkah persamaan benda yang diperhatikan setiap kelompok/orang? Jelaskan.
Benda-benda apa yang paling banyak diperhatikan setiap orang/kelompok?
Mengapa benda tersebut paling banyak diperhatikan?
Sebaliknya benda apa yang paling tidak diperhatikan dan mengapa?
Apa hikmah permainan ini?
Catatan untuk Fasilitator: Proses ini bisa digunakan untuk menggugah gagasan (ide) peserta dalam mencari
hal-hal yang perlu dinilai dalam sebuah proses evaluasi. Alasan dalam menentukan ruang lingkup penilaian,
merupakan suatu proses kesepakatan bersama tentang hal-hal penting apa yang perlu dievaluasi (diperhatikan).
Saat persiapan, fasilitator menyiapkan sejumlah benda yang ‘mengingatkan’ peserta kepada tema sumberdaya
alam.
***
ANGKA-ANGKA (NUMBERS)
Waktu: 15 – 20 menit
Alat dan Bahan: Pena, lembar tugas (5 lembar per peserta). Print dan fotokopi lembar tugasnya di
sini: NUMBERS-Games
Jumlah Peserta: Tidak dibatasi
Proses
Bagikan fotokopi lembar tugas yang berisi 80 angka (dari 1 sampai 80) kepada setiap peserta dan minta
mereka menyiapkan pensil/bolpoin.
Jelaskan bahwa tugas peserta adalah membuat garis dengan bolpoin/pensil yang menghubungkan
secara berurutan angka 1 dengan 2, dengan 3, dengan 4, dst. sampai 80. Waktu yang disediakan
adalah satu menit.
Setelah selesai, persilakan peserta untuk menuliskan “percobaan 1” di bagian belakang lembar
tersebut.
Kemudian bagikan kembali fotokopi lembar tugas tersebut dan meminta peserta melakukan hal yang
sama dalam satu menit. Lakukan hal ini sampai sekitar 5 kali.
Tugaskan peserta untuk saling membandingkan hasil tugasnya dengan peserta lainnya. Siapa peserta
yang selalu berhasil menghubungkan angka sampai angka yang lebih tinggi dari peserta lainnya.
Pertanyaan refleksi:
Apa yang terjadi dalam permainan?
Apakah angka yang terhubungkan selalu bertambah banyak, setiap pertambahan
putaran? Mengapa?
Adakah yang babak berikutnya justru berkurang? Mengapa?
Apa hikmah permainan ini?
Catatan untuk Fasilitator: Permainan ini bersifat individual atau tidak mendorong interaksi dengan peserta
lainnya. Membandingkan hasil dengan peserta lainnya sejak putaran pertama sampai keenam, akan memotivasi
peserta untuk mencapai hasil terbaik. Permainan ini menunjukkan bahwa salah satu metode belajar adalah
latihan atau mengulang-ulang suatu kegiatan sampai kita menjadi terampil dalam mengerjakan sesuatu. Dalam
program kolaboratif pengelolaan sumberdaya alam, kita perlu mengembangkan saling belajar. Dalam proses
pembelajaran itu, kita perlu menyadari bahwa suatu kemampuan baru yang diambil alih pihak lain, tidak dapat
terjadi serta merta karena memerlukan proses berulang-ulang.
***
Filed under 2b-Permainan (Games) and tagged pelatihan, permainan (games) | Tinggalkan komentar
NOV 22
Games Jadul yang Lucu
Posted on 22 November 2011 by riadjohani
Standar
Katanya, kalau masih menggunakan permainan (games) yang sudah digunakan sepuluh tahun lebih yang lalu,
waspadalah!! Anda sudah kehilangan inovasi sebagai seorang pelatih atau fasilitator….
Kalau masih mau pakai games jadul (jaman dulu), sebaiknya tanya kepada peserta apakah sudah ada yang tahu
games tersebut. Kalau tidak, Anda akan kehilangan muka. Nah, games jadul yang satu ini memang
menyenangkan.
Gak usah pakai hikmah-hikmah permainan segala…. Biar enggak ngantuk aja lah. Capek kalau mikir melulu….