Anda di halaman 1dari 17

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. KARSA SURYA INDONUSA

KAMIS, 07 SEPTEMBER 2017

KELOMPOK 3 : KESELAMATAN KERJA

Anggota :

1. dr. Adi Surya Pratama 11. dr. Metta Yulianti


2. dr. Annisa Rahmawati 12. dr. Muhammad Raditya Fadhil
3. dr. Christian Reza Wibowo 13. dr. Mutiara Khalida
4. dr. Cut Warnaini, MPH 14. dr. Ni Luh Putu Dewi Widiantari
5. dr. Desy Aryani Harahap 15. dr. Nur Cahyaningsih
6. dr. Dwi Juanita Putri 16. dr. Nurbaiti Oktavia Amini
7. dr. Febriyansyah Adi Sastra 17. dr. Rino Iswandi
8. dr. Fhaiqotul Vizky Amalia S 18. dr. Sabrina
9. dr. Luthfi Aditya Indrajati 19. dr. Stefani Soraya Y
10. dr. Meina Ridha 20. dr. Yohana Endrasari

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE PELATIHAN HIPERKES 04 - 09 SEPTEMBER 2017
JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) standar kerja yang harus dipenuhi
oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif dengan mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.
Ruang lingkup K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana
perusahaan. Sistem manajemen K3 (SMK3) wajib diterapkan oleh perusahaan di
Indonesia dan memiliki landasan hukum yang diatur dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2,
Undang-undang No.1 tahun 1970, Undang-undang No.13 tahun 2003 dan Permenaker
No. 05/Men/1996.
Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama
di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain
kurangnya perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih
tingginya angka kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola
usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat
bersaing secara global.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat
K3 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke
perusahaan PT. Karsa Surya Indonusa pada tanggal 07 September 2017 yang memiliki
jenis usaha dalam bidang jasa hiburan transportasi gondola yang berlokasi di kawasan
Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Melalui laporan ini kami menyampaikan hasil
inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Karsa Surya Indonusa beserta hasil
analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di
perusahaan tersebut.
Tujuan dilakukan kunjungan atau Walk Through Survey adalah untuk mengetahui
implementasi dan efektifitas prosedur Keselamatan Kerja pada perusahaan yang
dikunjungi dengan memfokuskan pada sistem penanggulangan kebakaran, sistem
listrik, konstruksi bangunan atau alat; bahan dan proses kerja; landasan kerja (SOP);
kecelakaan kerja; Alat Pelindung Diri (APD) yang disiapkan; serta tanggap darurat dan
jalur evakuasi.

1.2 DASAR HUKUM


Keselamatan kerja yang diterapkan di Indonesia tertuang dalam undang-undang
no. 1 tahun 1970 yang menyatakan bahwa:
1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional
2. Setiap orang lainnya yang berbeda di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien

Tujuan dari penerapan keselamatan kerja pada akhirnya untuk tercapainya


angka kecelakaan yang mendekati nihil sehingga kerugian secara manusia dan
finansial dapat dihindarkan.

1.3 PROFIL PERUSAHAAN


Wahana hiburan “GONDOLA” ANCOL PT. Karsa Surya Indonusa mulai
beroperasi sejak 20 Desember 2003 dengan profil perusahaan sebagai berikut:
a. Struktur organisasi PT. Karsa Surya Indonusa:

b. Gondola operasional proses maintenance


c. Gondola operasional manual proses maintenance
d. Jumlah pekerja adalah 40 orang (tidak termasuk security dan cleaning
service), terdiri dari:
- Passengger service 14 orang (termasuk kepala PS 1 orang)
- Ticket sales 5 orang
- Maintenance 12 orang
- Office dan Marketing 9 orang
e. Total karyawan outsource 21 orang, terdiri dari:
- Security 10 orang (termasuk koordinator 1 orang)
- Cleaning service 11 orang (termasuk koordinator 1 orang)
f. Sistem kerja satu shift dari jam 09:30 s.d 18:30
g. Jam operasional:
- Senin-jumat pukul 11.00-18.00 WIB
- Sabtu pukul 10.00-18.00 WIB
- Minggu dan hari libur pukul 09.00-18.00 WIB
h. HTM (Harga Tiket Masuk), yaitu
- Senin – Jum’at Rp.50.000,-
- Sabtu – Minggu & Hari Libur Nasional Rp. 60.000,.

1.4 ALUR OPERASIONAL


ALUR OPERASIONAL GONDOLA

STASIUN A STASIUN B Office

600 m
Naik-turun 600 m
penumpang

Naik-turun
STASIUN C penumpang

1.5 LANDASAN TEORI KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja perlu untuk diterapkan sehingga langkah promotif dan


prevensi kecelakaan dapat tercapai. Adapun beberapa ruang lingkup yang harus
dicapai dalam keselamatan kerja dan tiga langkah yang perlu dilakukan yakni :
pencegahan, pelaksanaan, dan pemantauan.

Langkah pencegahan dapat dicapai dengan adanya komunikasi atau pengajaran


tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh tenaga kerja sehingga tenaga kerja dapat
bekerja dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat terjadi kepada mereka untuk
menciptakan tenaga kerja yang dapat bekerja sekaligus memperhatikan potensi-
potensi. Adapun beberapa hal yang dapat diajarkan seperti: pencegahan kecelakaan,
pencegahan kebakaran, pencegahan ledakan, dan lain-lain.
Langkah berikutnya setelah pencegahan dan komunikasi adalah pelaksanaan.
Pelaksanaan sangat penting untuk diterapkan oleh tenaga kerja sehingga para tenaga
kerja dapat bekerja dengan aman dan terhindar dari kecelakaan kerja. Dalam
pelaksanaannya, ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan seperti: Pelaksanaan
P3K, Penggunaan P3K, Pemasangan jalur evakuasi, Pemasangan ventilasi,
Pelaksanaan sanitasi perusahaan dengan baik, dan lain-lainnya.

Ketika semua tindakan yang berhubungan dengan keselamatan kerja telah


dilakukan, maka perlunya untuk melakukan pemantauan lingkungan kerja,
memperhatikan kelengkapan alat pelindung diri, pemantauan iklim, dan pemantauan
penerangan tempat kerja.

Pada saat dilakukan penerapan keselamatan kerja, perlunya untuk


memerhatikan beberapa aspek penting sebelum seorang tenaga kerja memulai
pekerjaannya yakni:

1. Memiliki surat kompetensi atau sesuai dengan landasan kerja yang digunakan.
2. Memiliki ijin operasi atau bekerja
3. Memiliki persiapan alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai dengan bidang
yang akan dikerjakan.
4. Mematuhi standar operasi yang telah ditetapkan oleh landasan kerja yang
digunakan oleh perusahaan.
5. Memiliki regu penolong yang siap untuk melakukan tugas bila terjadi suatu
kecelakaan.

Penerapan keselamatan kerja harus diperhatikan sesuai dengan bidang yang


akan dilakukan oleh pekerja itu sendiri. Adanya Permenaker dan undang-undang
sebagai persyaratan yang harus dipatuhi oleh perusahaan dan tenaga kerja untuk
tercapainya keselamatan kerja. Beberapa Permenaker dan undang-undang
keselamatan kerja yang dibuat sesuai dengan bidang yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:

1. Kepmenaker R.I. No. Kep-186/MEN/1999 sebagai persyaratan dalam


pencegahan kebakaran
2. Permenaker Per-01/MEN/1982, Undang-undang uap tahun 1930, dan Peraturan
uap tahun 1930 sebagai persyaratan dalam pencegahan peledakan.
3. Permenaker No. Per-05/MEN/1985 dan No. Per-04/MEN/1985 sebagai
persyaratan keselamatan kerja di Bidang Mekanik
4. Pemenakertrans No. Per-01/MEN/1980 sebagai persyaratan keselamatan kerja
di bidang konstruksi bangunan.
5. Permenaker No. Per-02/MEN/1989 dan Kepmenaker No. Kep-75/MEN/2002
sebagai persyaratan keselamatan kerja di bidang listrik.

Peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan keselamatan


kerja mutlak untuk digunakan sebagai persyaratan keselamatan kerja oleh perusahaan
yang akan bekerja sesuai dengan bidangnya.

BAB II

PELAKSANAAN

2.1 TANGGAL DAN WAKTU PENGAMATAN

Kunjungan pada GONDOLA ANCOL PT. Karsa Surya Indonusa dilakukan pada
tanggal 07 September 2017 pukul 12:00 s.d 16:00 WIB.

2.2 LOKASI PENGAMATAN

Kunjungan dilakukan pada lokasi Stasiun A, Stasiun B, Stasiun C dan Kantor


GONDOLA ANCOL PT. Karsa Surya Indonusa di Jakarta Utara.

2.3 DOKUMEN PENGAMATAN


2.3.1 Ruang Kabin 2.3.2 APAR pada terminal C

2.3.3 Berbagai Macam Petunjuk Keselamatan


2.3.4 Ruang Mesin 2.3.5 Ruang Panel

2.3.6 Ruang Penyimpanan APD 2.3.7 Ruang Genset


BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 MESIN DAN ALAT KERJA

Pada pengamatan keselamatan kerja yang dilakukan per tanggal 07 September


2017 ditemukan adanya beberapa mesin yang menggerakkan gondola seperti:

o Dinamo Motorbox adalah alat utama pada mesin gondola yang bekerja
untuk memutarkan kabel besi sehingga gondola dapat bergerak dan
mengelilingi sesuai dengan jalur yang telah dibuat.
o Mesin pengatur oli adalah alat yang digunakan untuk mengatur distribusi
oli pada mesin sehingga mesin tetap lancar dalam bekerja dan tetap
dingin.
o Generator emergensi juga disiapkan bila suplai listrik pada kotak motor
dinamo sewaktu-waktu mati

3.2 BAHAN DAN PROSES KERJA TERKAIT K3

Gondola di Taman Impian Jaya Ancol merupakan gondola buatan Swiss tahun
2003. Berat maksimum yang dapat ditampung gondola ini adalah 480 Kg atau setara
dengan 6 orang dewasa. Gondola dapat bergerak karena dikaitkan ke kawat baja,
dimana kawat tersebut dijalankan dengan roda-roda besar sehingga gondola dapat
bergerak mengelilingi rute yang telah dibuat. Pada pagi hari sebelum gondola
beroperasi, mesin gondola akan dipanaskan dulu sebelum kemudian gondola mulai diisi
oleh penumpang. Sepanjang rute perjalanan gondola maupun di dalam ruangan
gondola, tidak terdapat CCTV, sehingga tidak diketahui manakah gondola yang sedang
ada penumpang dan yang tidak ada.
3.3 LANDASAN KERJA DAN STANDAR OPERASI KERJA

Pada pemantauan kelompok, ditemukan adanya beberapa standar operasi dan


alur kerja bagi tenaga kerja dalam melakukan perawatan gondola dan pemantauan
berkala sehingga gondola tetap aman. Pemantaun dilakukan dalam tiga tahap yakni
fase awal, kedua, dan ketiga.

Gambar 1: Alur pemeriksaan fase awal


Gambar 2 : Alur pemeriksaan fase kedua

Gambar 3: Alur pemeriksaan fase ketiga

Gambar 4: Alur pemeriksaan bila ditemukan adanya gangguan

Pihak manajemen juga memiliki alur pemeriksaan yang dibuat bila terjadi gangguan
pada gondola
3.4 INSTALASI LISTRIK DAN PRASARANA LAINNYA

Instalasi listrik yang diamati pada tempat kerja adalah sebagai berikut:
a. Sumber listrik:
- PLN 500 kVa dengan kekuatan 200 kVa (200.000 watt)
- Terdapat tiga penggerak
- Sistem terkomputerisasi
b. Mesin Genset :
- berjumlah satu dengan kekuatan 300 kVa (300.000 watt)
Prasarana kerja lainnya yang dapat diamati di area perusahaan antara lain:

a. Gondola
- Beban maksimal per kabin 480 kg (6 orang dewasa)
- Jumlah total kabin 37 buah akan digunakan sesuai kebutuhan pengunjung
- Total jarak tempuh 2.416,82 meter (± 2,4 Km)
- Jumlah Tower 11 unit. Tower tertinggi 21 m, Tower terrendah 11 m. Jarak
antar kabin 25,2 detik..
- Kecepatan 0,5-4 m/s.
- Penggerak seling : motor listrik DC 380 V.
- Sensor tanda bahaya kecepatan angin :
Siaga 1 : 36 knot (18m/s)
Siaga 2 : 26 Knot (13m/s)

3.5 KONSTRUKSI TEMPAT KERJA

Bangunan tempat kerja PT Gondola Astra Internasional terdiri dari 3 tower yang
terdiri yakni:

 Stasiun A
 Stasiun B sekaligus kantor PT Gondola Astra Internasional
 Stasiun C

3.6 SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Kebakaran merupakan salah satu kejadian yang sering terjadi ditempat kerja.
Oleh karena itu setiap tempat kerja harus memiliki sistem pengendalian kebakaran.
APAR merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menanggulangi
kebakaran. Tempat rekreasi Gondola telah menerapkan sistem pengendalian
kebakaran, terbukti dengan adanya APAR di tempat kerja. Gondola memiliki 3 stasiun
yaitu A, B dan C yang telah dilengkapi dengan fasilitas APAR dengan jumlah kurang
lebih 5 – 7 APAR pada setiap stasiun. Sesuai dengan PERMENAKERTRANS nomer 04
tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR bahwa setiap
APAR harus di periksa 2 kali dalam setahun. APAR pada tempat rekreasi Gondola
hanya rutin di cek satu kali tiap tahun, terbukti dengan label tanggal kadaluarsa pada
setiap tabung APAR. Hal ini belum sesuai dengan PERMENAKERTRANS nomer 04
tahun 1980. Ketika ditanyakan kepada pekerja, tidak semua pekerja mengetahui cara
pemakaian APAR yang benar. Selain itu,ditemukan 2 tabung APAR di stasiun B telah
kadaluarsa. Di semua stasiun tidak ditemukan adanya detektor asap untuk mendeteksi
kebakaran yang terjadi.

3.7 ALAT PELINDUNG DIRI

Alat pelindung diri merupakan alternatif terakhir untuk pengendalian kecelakaan


kerja, jadi sebelum APD di rekomendasikan harus dilakukan pengendalian secara
teknis dan administratif terlebuh dahulu. PT. Karsa Surya Indonusa yang merupakan
pengelola rekreasi Gondola secara umum belum menerapkan APD dengan benar.
Secara keseluruhan belum semua karyawan menggunakan APD, terbukti dari karyawan
bagian operasional maupun maintenance. Pada bagian operasional hanya ada 1-2
orang yang menggunakan APD walaupun hanya safety shoes. Pada bagian
maintenance semua pekerja menggunakan APD berupa safety shoes, safety helm,
sarung tangan dan harnest. APD seharusnya disesuaikan dengan hazard yang dihadapi
oleh pekerja. Pada saat wawancara salah satu pekerja mengakui adanya kebisingan di
tempat kerja namun pekerja enggan menggunakan ear plugs sebagai APD, walaupun
ear plugs sudah disediakan oleh pihak manajemen gondola. Belum dibuatnya SOP
tentang penggunaan APD pada masing-masing bagian pekerjaan, menjadikan pekerja
tidak menggunaan APD sesuai dengan hazard masing-masing pekerja. Penggunaan
APD telah diatur dalam PERMENAKERTRANS nomer 08 tahun 2010 tentang Alat
Pelindung Diri.

3.8 TANGGAP DARURAT DAN JALUR EVAKUASI


Berdasarkan wawancara pada pihak narasumber, perusahaan telah membuat
jalur evakuasi serta menentukan titik pertemuan bagi para personil yang diketahui aman
dari tempat kejadian. Namun, di stasiun B belum ada rambu-rambu petunjuk jalur
evakuasi. Menurut narasumber yang kami waancara hal ini dikarenakan stasiun B
dihuni oleh pekerja saja sehingga sudah tahu kemana harus evakuasi.

Bila terjadi mati listrik, korban yang berada di gondola akan ditolong oleh tim
personil keselamatan yang telah diberikan latihan kesehatan dan keselamatan kerja.

3.9 KEJADIAN KECELAKAAN KERJA

Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak narasumber, selama ini tidak


ditemukan adanya kecelakaan kerja pada saat bekerja. Namun pernah terjadi
kebakaran pada outdoor fan air conditioner di ruang panel stasiun A pada awal tahun
2011. Meski kejadian tersebut terjadi pada sore hari di luar jam kerja, namun dapat di
tanggulangi dengan cepat karena kebetulan salah satu karyawan kembali ke temat
kerja dan melihat adanya tanda-tanda kebakaran tersebut sehingga tidak menjalar lebih
luas.

3.10 PERSONIL KESELAMATAN KERJA

Berdasarkan hasil wawancara narasumber diketahui bahwa perusahaan telah


membentuk tim keselamatan kerja. Jumlah personil tim keselamatan kerja sebanyak 11
personil. Tim personil keselamatan kerja harus menjalani pelatihan sebelum bertugas di
tempat kerja. Tim personil keselamatan kerja mendapatkan pelatihan P3K setiap 3
tahun sekali dan pelatihan respon darurat setiap 1 tahun sekali.

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami di kantor Gondola Ancol (PT. Karsa Surya
Indonusa). Kami mengidentifikasi adanya beberapa risiko yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan
kerja. Maka dari itu, kami menyusun perencanaan yang bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
kerja, sebagai berikut:

Kantor yang Permasalahan Dampak/ Pemecahan

diamati yang ditemui konsekuensi Masalah


Stasiun A Tidak ditemukan alat Tidak dapat Memasang alat
sensor asap/kebakaran. mengidentifikasi sensor
potensi terjadinya asap/kebakaran
kebakaran

Jatuh dan terbentur


Mewajibkan petugas
Petugas tidak saat naik dan turun
untuk mengenakan
mengenakan APD saat dari ruang mesin
helmet dan safety
memasuki ruang mesin.
shoes.
Stasiun B APAR yang tersedia APAR tidak dapat Mengganti APAR
telah melebihi expired dipergunakan. yang telah expired
date. dengan yang baru.

Mengecek APAR
secara berkala

Memasang alat
Tidak ditemukan alat
Tidak dapat sensor
sensor asap/kebakaran.
mengidentifikasi asap/kebakaran
potensi terjadinya
kebakaran
Membuat jalur
Tidak dapat
Tidak ditemukan adanya evakuasi
mengevakuasi
jalur evakuasi.
dengan cepat saat
dalam keadaan
gawat darurat.
Stasiun C Tidak ditemukan alat Tidak dapat Memasang alat
sensor asap/kebakaran. mengidentifikasi sensor
potensi terjadinya asap/kebakaran
kebakaran

Jatuh dan terbentur


Mewajibkan petugas
Petugas tidak saat naik dan turun
untuk mengenakan
mengenakan APD saat dari ruang mesin
helmet dan safety
memasuki ruang mesin.
shoes.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN DAN SARAN

 Perlunya untuk penyediaan alat pelindung diri pada kantor perusahaan.


 Perlunya untuk membentuk rantai komando bila terjadi suatu kejadian kebakaran
dan evakuasi sehingga pada saat kejadian terjadi, tugas dan peran dalam
melakukan evakuasi dan pemadam kebakaran jelas.
 Perlunya untuk membuat data terperinci tentang inventaris alat pelindung diri dan
data kecelakaan bila terjadi.
 Perlunya pemeriksaan APAR yang lebih teliti.
 Karyawan sudah bekerja dengan baik dalam menjaga keamanan diri mereka,
namun sayang belum tampak penggunaan APD.
 Belum tersedianya SOP penggunaan APD
 Belum ada jadwal latihan ERP
 Tidak adanya briefing rutin setiap sebelum kerja guna menyegarkan ingatan
mengenai kecelakaan bahaya kerja di lokasi perusahaan
 Alat ukur tingkat kebisingan dan kelelahan pekerja belum ada
 Tidak ada jalur evakuasi khusus ( kurang lebih sama dengan jalan keluar biasa)
 Belum adanya penjelasan kepada penumpang bila terjadi kecelakaan.
 Perlunya penjelasan tentang keselamatan kepada pengunjung

DAFTAR PUSTAKA

 Harrington & F.S Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Edisi 3. Penerbit EGC.
Jakarta.
 Republik Indonesia. 1970. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja. Lembaran Negara RI Tahun 1970. Sekretariat Negara.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai