Anda di halaman 1dari 55

UNDANG-UNDANG

KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)
DATA DIRI

Nama : Yan Wijayanto, SH


TTl : Amuntai, 17-02-1986
Alamat : Jl. Kenanga IV Blok C.184
Demak
Telp : 0857-4034-5677
Email : yan.wijayanto@gmail.com
ELEMEN PROGRAM
Investigasi Kebijakan Adm/prosed
Audit Identifikasi

Emergency
Projek safety

Limbah
Pembinaan
K3

Lingkungan
Safety meeting

Equipment
Inspek Safety
Promotion
Safety Inspek Ijin kerja Safework Practice
1. KEBIJAKAN
K3Pihak manajemen harus membuat kebijakan K3 yang akan menjadi
landasan keberhasilan K3 dalam kegiatan perusahaan. Isi kebijakan
merupakan komitmen dan dukungan dari manajemen puncak
terhadap pelaksanaan K3. Kebijakan K3 tersebut harus
direalisasikan kepada seluruh karyawan dan digunakan sebagai
kesadaran kebijakan secara menyeluruh.
2.
ADMINISTRASI/PROSEDU
Menetapkan sistem organisasi K3. Menetapkan prosedur dan sistem kerja
R K3 diperusahaan termasuk tugas dan wewenang semua yang terkait.
Perus. harus memiliki:
Organisasi K3 sesuai dengan kebutuhan dan lingkup kegiatan.
Akses kepada penanggung jawab.
Personal yang bertanggung jawab mengelola kegiatan K3.
Personil atau pekerja yang cakap dan kompeten serta mengetahui sistem
cara kerja aman untuk masing-masing kegiatan.
Kelengkapan dokumen kerja dalam perizinan yang berlaku.
Manual K3 : JSA, HIRADS, SOP.
3. IDENTIFIKASI
Sebelum memulai suatu pekerjaan, harus dilakukan identifikasi
bahaya, guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
No Pekerjaan Identifikas Penilaian Resiko Skala Pengendalian PJ
i Bahaya Prioritas Resiko

Kerap Parah Tingkat


resiko

1. Pengelasan Cedera Sangat Sangat Fatality Tinggi 1. APD


mata sering parah kacamata

Panas Jarang Parah Sedang Sedang 2. Sarung


tangan
Ergonomi Sangat Sedang Sangat Rendah 3. Posisi
jarang ringan kerja diatur
Listrik Sering Rendah Berat rendah 4.Sepatu
karet
4. PROJECT SAFETY
Sesuai dengan perkembangan, dilakukan kajian K3 yang mencakup
kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan
pembangunannya. Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan
bahwa pekerjaan dibangun dengan standar keselamatan yang baik
sesuai dengan persyaratan.
5. PEMBINAAN
Pembinaan dan pelatihan K3 untuk semua karyawan dari level
terendah sampai level tertinggi dan dilakukan secara berkala.
Materi pembinaan dan pelatihan antara lain:
Kebijakan K3 perusahaan.
Cara bekerja dengan aman
Cara penyelamatan dan penanggulangan dalam keadaan darurat.
Dan lain lain.
6. SAFETY MEETING
P2K3 merupakan salah satu penyangga keberhasilan K3 serta merupakan
saluran untuk membina keterlibatan dan kepedulian semua terhadap K3.
Perus harus membentuk P2K3 yang beranggotakan wakil dari masing-
masing bagian, membahas permasalahan K3 serta memberikan masukan
dan pertimbangan kepada manajemen untuk meningkatkan K3.

7. SAFETY PROMOTION
Selama kegiatan diselenggarakan program-program promosi K3 yang
bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness para
karyawan. Kegiatan promosi berupa poster, spanduk, bulletin, lomba K3
dan sebagainya yang sebanyak mungkin melibatkan tenaga kerja.
8. SAFEWORK PRACTICE
Harus disusun pedoman K3 untuk setiap pekerjaan berbahaya,
misalnya: Pekerjaan pengelasan, Pemasangan perancah/scaffolding,
Bekerja di ketinggian, Penggunaan bahan kimia berbahaya, Bekerja
di ruang terbatas (confined spaces), Bekerja di peralatan mekanik,
dan sebagainya
9. IJIN KERJA
Untuk mencegah kecelakaan dan berbagai kegiatan berbahaya,
perlu dikembangkan izin kerja. Semua pekerjaan berbahaya hanya
boleh dimulai jika telah memiliki izin kerja yang dikeluarkan oleh
fungsi berwenang (pengawas proyek atau ahli K3). Izin kerja
memuat cara melakukan pekerjaan, safety precaution, dan peralatan
keselamatan yang diperlukan.
10. SAFETY INSPECTION
Safety inspection merupakan program penting untuk meyakinkan
bahwa tidak ada “unsafe act” maupun “unsafe condition” di
lingkungan perusahaan. Inspeksi harus dilakukan secara berkala
dan dapat dilakukan oleh petugas K3 atau dibentuk joint
inspection semua unsur.
11. EQUIPMENT
INSPECTION
Semua peralatan (mesin produksi, alat berat, ketel uap, penyalur
petir, dll) harus diperiksa dan diuji oleh ahlinya sebelum diizinkan
digunakan. Setelah diriksa uji akan diterbitkan sertifikat layak/tdk
dari Disnaker setempat.
12. LINGKUNGAN
Pengelolaan lingkungan perusahaan mengacu kepada dokumen
AMDAL/UKL dan UPL. Selama perusahaan berlangsung dampak
negatif yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan harus ditekan
seminimal mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap
lingkungan.
13. LIMBAH
Kegiatan perusahaan dapat menimbulkan limbah yang
kemungkinan dalam jumlah yang lebih besar dalam berbagai
bentuk. Limbah yang dihasilkan harus dikelola dengan baik sesuai
dengan jenisnya pada waktu-waktu tertentu. Limbah harus
dikeluarkan dari pabrik dibuang ke tempat yang sudah ditentukan.
14. EMERGENCY
Apapun dapat terjadi selama kegiatan berlangsung, misalnya:
kebakaran, kecelakaan, peledakan dan sebagainya. Oleh karena itu
perlu disusun tim keadaan darurat, dibentuk SOP serta dilakukan
pelatihan/simulasi yang diikuti oleh semua karyawan.

15. INVESTIGASI
Semua kegiatan kecelakaan selama perusahaan berlangsung harus
diselidiki oleh petugas yang telah terlatih dengan tujuan untuk
mencari penyebab utama agar kejadian/kecelakaan serupa tidak
terulang kembali. Semua kejadian kecelakaan harus dicatat serta
dibuat sesuai statistik kecelakaan yang nantinya dapat digunakan
sebagai bahan rapat dan pertemuan rutin P2K3.
16. AUDIT
Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan K3 di perusahaan sebagai masukan pelaksanaan
pekerjaan berikutnya. Hasil audit juga dapat sebagai masukan
dalam memberikan penghargaan K3 yaitu SMK3.
Keselamatan (Safety)
Suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi
tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan
Kesehatan (Health)

Derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi


individu (the degree of physiological and
psychological well being of the individual)
Faktor-faktor Ancaman
Resiko Kecelakaan Kerja

TENAGA
KERJA

PROSES

BAHAN ALAT
LINGKUNGAN
SEJARAH
• Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan
• SEBELUM 1970, UNDANG-UNDANG APA YANG DIPAKAI ??
1. VEILIGHEIDS REGLEMENT (VR) 1910
2. UNDANG-UNDANG UAP 1930 (STOOM ORDONNANTIE)
3. PERATURAN UAP 1930 (STOOM VERORDENING)
• MENGAPA VR 1910 DIGANTI???
1. SUDAH TIDAK SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI DAN AZAS PERLINDUNGAN  TENAGA  KERJA
DI  INDONESIA
2. BERSIFAT  REPRESIF / PENINDASAN / TEBANG  PILIH
3. PERLINDUNGAN TENAGA KERJA TIDAK HANYA DI
INDUSTRI/ PABRIK
PENGERTIAN
Secara Etimologis :
Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga
kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien

Secara Filosofi :
Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian
tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya
dan budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera

Secara Keilmuan :
Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari
tentang cara penanggulangan kecelakaan di tempat kerja
TUJUAN
• Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja atas
keselamatan dalam pekerjaannya
• Orang lain yang berada di tempat kerja perlu
menjamin keselamatannya
• Sumber-sumber produksi dapat dipakai secara aman
dan efisien
Untuk melaksanakan tujuan dengan melalui :
1. Kampanye
2. Pemasyarakatan
3. Pembudayaan
4. Kesadaran dan kedisiplinan
HUKUM
HUKUM KETENAGAKERJAAN HUKUM
PERDATA PIDANA

Lex Specialist
Lex Generalist
• UU Uap 1930 (Stbl.No.225 Th.1930)
• UU KK No.1/1970

PERATURAN PELAKSANAAN
22
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
BAB I - ISTILAH
Pasal 1
(1) Tempat kerja Unsur tempat kerja, ada :
1. Ruangan/ lapangan (1) Pengurus
(2) Sumber bahaya
2. Tertutup/ terbuka (3) usaha
3. Bergerak/ tetap
(2) Pengurus  pimpinan langsung / bagian berdiri sendiri
(3) Pengusaha
orang/ badan hukum yg menjalankan usaha milik sendiri, bukan miliknya, dan yang
mewakili berkedudukan diluar Indonesia
(4) Direktur
pelaksana UU No. 1/1970 (Kepmen No. 79/Men/1977)
(5) Pegawai pengawas
- peg. Pengawas ketenagakerjaan dan spesialis
(6) Ahli Keselamatan Kerja
tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
BAB II - RUANG LINGKUP
Pasal 2

(1) Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I :


a. Darat, dalam tanah
b. Permukaan air, dalam air
c. Udara
Lanjutan....
(2) Rincian tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau
menimbulkan kecelakaan, kebakaran, peledakan.
b. Dibuat, diolah, dipakai, diperdagangkan, diangkut, disimpan
bahan atau barang yang meledak, mudah terbakar, menggigit,
beracun, infeksi, suhu tinggi.
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan,
pembersihan, atau pembongkaran rumah, Gedung atau
bangunan baik perairan ,saluran,terowongan bawah tanah
dsb.
d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu, peternakan, perikanan
dan lapangan kesehatan.
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan migas
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang, manusia baik darat,
terowongan, air, dalam air dan udara
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan
kapal,perahu,dermaga,dok,stasiun atau gudang
h. Dilakukan penyelaman,pengambilan benda dan pekerjaan lain didalam
air
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau
perairan.
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu tinggi/rendah
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan,terkena pelantingan benda,terjatuh atau terperosok,hanyut
atau terpelanting.
l. Dilakukan pekerjaan dalam tangka,sumur atau lobang.
Lanjutan....
m. Terdapat atau menyebar suhu,kelembapan,debu,kotoran,api,asap,gas,
hembusan angina,cuaca,sinar,radiasi,suara,getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau timah
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,televisi, atau
telepon
p. Dilakukan Pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset yang
menggunakan alat teknis
q. Dibangkitkan,dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan
listrik, gas, minyak atau air
r. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya
yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik
(3) Kemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerja
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
BAB III : Syarat-syarat K3
PASAL 3
(1) Syarat-syarat K3 :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
Lanjutan....
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
(2) Perubahan teknologi dan ilmu pengetahuan di kemudian hari diatur
tersendiri
PASAL 4
(1) Syarat K3 mulai perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
(2) Syarat memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah menjadi SOP, pemberian tanda-tanda
pengenal atas bahan, barang.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam
ayat (1) dan (2) :dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.
BAB IV : PENGAWASAN
Pasal 5
(1) Direktur sebagai pelaksana umum
(2) Wewenang dan kewajiban :
– direktur (Kepmen No. 79/Men/1977)
– Peg. Pengawas (UU No.3 Tahun 1951, UU No.21 Tahun 2003,
Permenaker No.3/MEN/1984)
– Ahli K3 (Permen No. 2/Men/1992)
Pasal 6
(1)Tidak dapat menerima mengajukan permohonan banding
(2)Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia
Banding dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar
retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan
perundangan.
PASAL 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
(2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan
dibenarkan oleh direktur. (permen No. 02/Men/1980 dan Permen No.
03/Men/1983)
(3) Norma-norma mengenai pengujian keselamatan ditetapkan dengan peraturan
perundangan.
BAB V : PEMBINAAN

PASAL 9
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru : Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya, Semua pengamanan dan alat-alat
perlindungan, Alat-alat perlindungan diri, Cara-cara dan sikap yang aman
dalam melaksanakan pekerjaannya
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat
tersebut di atas
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja
yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan
kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankannya.
BAB VI : P2K3
PASAL 10
P2K3 guna memperkembangkan kerja-sama, saling pengertian dan partisipasi
efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat
kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha
berproduksi.

BAB VII : KECELAKAAN


PASAL 11
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat
kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja.
(2) pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan diatur peraturan
BAB VIII : HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KERJA
Pasal 12
a. Memberi keterangan yang benar (peg. Pengawas dan ahli K3)
b. Memakai APD
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat K3
d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan syarat-syarat K3
e. Menyatakan keberatan kerja bila syarat-syarat K3 tidak
dipenuhi dan APD yang wajib diragukan

BAB IX : KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA


Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan
mentaati K3 dan APD
BAB X : KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
a. Menempatkan syarat-syarat K3 di tempat kerja (UU No. 1/1970 dan
peraturan pelaksananya)
b. Memasang poster K3 dan bahan pembinaan K3
c. Menyediakan APD secara cuma-cuma
BAB XI : KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
(1) Pelaksanaan ketentuan pasal-pasal di atur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan
(2) Ancaman pidana atas pelanggaran :
• Maksimum 3 bulan kurungan atau
• Denda maksimum Rp. 100.000
(3) Tindak pindana tersebut adalah pelanggaran
Pasal 16
Kewajiban pengusaha memenuhi ketentuan undang-undang ini paling
lama setahun (12 Januari 1970)
Pasal 17
Aturan peralihan untuk memenuhi keselamatan kerja  VR 1910
tetap berlaku selama tidak bertentangan
Pasal 18
Menetapkan UU No. 1/ 1970 sebagai undang-undang keselamatan
kerja dalam LNRI No. : 1918 mulai tanggal 12 Januari 1970
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01 Tahun 1976, tentang
Wajib Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01 Tahun 1978, tentang
Keselamatan dan kesehatan Kerja Dalam Penebangan dan
Pengangkutan Kayu
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01 Tahun 1979, tentang
Wajib Latihan Hiperkes bagi Paramedis Perusahaan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01 Tahun 1980, tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02 Tahun 1980, tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04 Tahun 1980,
tentang syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat
Pemadam Api Ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01 Tahun 1981,
tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.37 Tahun 2016,
tentang K3 Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02 Tahun 1982,
tentang klasifikasi juru las .
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03 Tahun 1982,
tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
PERATURAN PELAKSANA

11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No . 02 Tahun 1983


tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik.
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun 1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pemakaian
Asbes.
13. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 38 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat
Tenaga dan Produksi.
14. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 08 Tahun 2020
tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03 Tahun 1986
tentang syarat - syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di tempat kerja yang mengelola pestisida.
PERATURAN PELAKSANA

16. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 tahun 1987


tentang Tata Cara Pembentukan P2K3 dan
Pengangkatan Ahli K3.
17. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 Tahun 1988
tentang Syarat – syarat dan kualifikasi Operator
Pesawat Uap.
18. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 31 Tahun
2015 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
19. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02 Tahun 1992
tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan
Kewenangan Ahli K3
20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 Tahun 1995
tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
PERATURAN PELAKSANA

21. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1996


tentang Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
22. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/Per/1998 tentang
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
23. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/1999
tentang Syarat – syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.
24. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
11/Men/2007 tentang Pencegahaan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Di Tempat
Kerja.
PERATURAN PELAKSANA

25. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi


No. Per 01/Men/2007 tentang Pedoman Pemberian
Penghargaan K3.
26. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Kep.12/Men/2007 tentang Petunjuk Teknis
Pendaftaran Kepersertaan, Pembayaran Iuran,
Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jamsostek.
27. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Kep .15/Men/2008 tentang Pertolongan pertama
Pada Kecelakaan di tempat Kerja.
28. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per 18/Men/2008 tentang Penyelenggaraan
Audit SMK3.
PERATURAN PELAKSANA

29. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.Kep 25/Men/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan
Penilaian Cacat karena Kecelakaan dan Penyakit
Akibat kerja.

30. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.Per 08/Men/2010 tentang alat pelindung diri.

31. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.


Per 09/Men/2010 tentang Petugas dan operator
Pesawat Angkat dan Angkut.

32. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.Per 13/Men/2011 tentang NAB Faktor fisika dan
Kimia di tempat Kerja.
52
PERATURAN PELAKSANA
33. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Kep 245/Men/1990 tentang hari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional.
34. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 186/Men/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja.
35. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.05 Tahun 2018
tentang Lingkungan Kerja.
36. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun
2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di
Tempat Kerja.
37. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Kep 68/Men/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/Aids di Tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai