Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN KONSTRUKSI

RENCANA KESELAMATAN
KONSTRUKSI
PERTEMUAN KE-12, SEMESTER VI
OLEH : ERIKSON PARSAULIAN HARIANJA (20330004)
TUJUAN PEMBELAJARAN

Memahami Keselamatan Konstruksi secara umum


1
2 Memahami Bahaya dan Kecelakaan Konstruksi

3 Memahami Penggunaan Alat-Alat Pelindung Diri (APD)

4 Mampu melakukan Komunikasi dan Koordinasi

5 Memahami 5 Elemen dan Strategi Keselamatan


Konstruksi
2
LATAR BELAKANG KECELAKAAN
KONSTRUKSI

ACCIDENT FREE
01 Keinginan untuk selamat dan terhindar dari bahaya

BUSSINESS INTERUPTION
02 Keinginan untuk terhindar dari kerugian materi akibat kecelakaan

COMPLIANCE WITH LAW


03 Memenuhi ketentuan hukum

COSTUMER SATISFACTION
04 Desakan dari pihak luar dan tuntutan masyarakat

3
SASARAN KESELAMATAN KONSTRUKSI

Melindungi para pekerja dan


orang lainnya di tempat kerja
(formal maupun informal)

Menjamin setiap material/alat


konstruksi dipakai secara aman
dan efisien
SAFETY
Menjamin proses konstruksi
FIRST berjalan lancar

4
KONSEP KESELAMATAN KONSTRUKSI

Jenis Uraian Prosedur Pelaks.


AMAN
Pekerjaan Kerja kerja pekerjaan

Identifikasi Inspeksi
Syarat K3
Hazard K3

Konsep
K3
Ref: UU, Peraturan, Standar

“Safe Project
Execution” 5
OUTCOME: TUJUAN K3
Proses produksi 01 03 Kesejahteraan
lancar meningkat

REF. UU NO 1 TH 1970
• Melindungi Para Pekerja dan
Orang Lain di Tempat Kerja
• Menjamin Setiap Sumber
Produksi Dipakai Secara Aman
dan Efisien
• Menjamin Proses Produksi
Berjalan Lancar
Produktivitas
meningkat 02

6
PENDEKATAN DAN PENGERTIAN
KESELAMATAN KONSTRUKSI
•KEILMUAN
PHILOSOPHY Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
Upaya atau pemikiran dan penerapannya
dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran,
yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan
peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja,
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah dll
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya, untuk •KEMANUSIAAN
meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja. K3 merupakan Hak Asasi Manusia (HAM).
Kecelakaan menimbulkan penderitaan bagi
HUKUM
korban dan keluarganya sehingga K3 sebagai
Peraturan Perundang-Undangan Ketenagakerjaan
pelindung bagi pekerja dan masyarakat.
antara lain:
• UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
• UU No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan • EKONOMI
• PP No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 K3 mencegah kerugian dan meningkatkan
• Permen PU No 21 Tahun 2019 tentang Pedoman SMKK
produktivitas kerja.
• Peraturan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigasi yang terkait K3

7
DEFINISI BAHAYA

• Bahaya adalah segala kondisi


yang dapat merugikan baik
cidera atau kerugian lainnya;

• Bahaya adalah sumber, situasi


atau tindakan yang berpotensi
menciderai manusia atau sakit
penyakit atau kombinasi dari
semuanya.

10
JENIS BAHAYA KONSTRUKSI

05 Psychological
Hazard
01 Physical Hazard

Biological
06 Hazard
02 Chemical Hazard

07 Ergonomic
03 Electrical Hazard
Aman yaitu bebas
bahaya,
dari bebas dari
04 Mechanical Hazard gangguan, terlindung,
tidak mengandung
risiko, tidak merasa
takut.
12
KONDISI YANG BERBAHAYA
SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan NOMOR : KEP. 84/BW/1998 • D7 : Iklim kerja yang tidak aman (suhu udara yang
TANGGAL : 8 APRIL 1998
Sebagai lampiran dari Permenaker No: 03/MEN/1998, tentang
terlalu tinggi,, kelembaban udara yang berbahaya,
Tatacara Pelaporan Kecelakaan Kerja faktor biologi, dan lainlain).
• D8 : Tekanan udara yang tidak aman (tekanan udara
• D1 Pengamanan tidak sempurna pada alat (tidak yang tinggi dll).
terdapat safety ) • D9 : Getaran yang berbahaya (getaran frekuensi
• D2 : Peralatan/bahan yang tidak sesuai peruntukan rendah, dan lain-lain).
• D3 : Kecacatan, ketidaksempurnaan (kondisi tidak • D10 : Bising (suara yang intensitasnya melebihi nilai
semestinya, misalnya: kasar, licin, tajam, timpang, aus, ambang batas).
retak, rapuh, dan lain-lain). • D11 : Pakaian, kelengkapan yang tidak aman (APD tidak
• D4 : Pengaturan prosedur yang tidak aman (misalnya: sesuai standar).
penyimpanan, peletakan yang tidak aman, di luar batas • D12 Kejadian berbahaya lainnya (bergerak atau
kemampuan, pembebanan lebih, faktor psikososial, dan berputar
: terlalu lambat, peluncuran benda, ketel/tangki
lain-lain). melendung, konstruksi retak, korosi, dan lainlain).
• D5 : Penerapan tidak sempurna (kurang cahaya, silau,
dan lain-lain).
• D6 : Ventilasi tidak sempurna (pergantian udara segar
yang kurang,).

10
TINDAKAN YANG BERBAHAYA
SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan NOMOR : KEP. 84/BW/1998 TANGGAL : 8 APRIL 1998 Sebagai lampiran dari
Permenaker
No: 03/MEN/1998, tentang Tatacara Pelaporan Kecelakaan Kerja
• E1 : Melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa mengamankan, lupa memberi
tanda/peringatan.
• E2 : Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
• E3 : Membuat alat pengaman tidak berfungsi (melepaskan, mengubah, dan lain-lain).
• E4 : Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
• E5 : Memuat, membongkar, menempatkan, mencampur, menggabungkan dan sebagainya dengan tidak aman
(proses produksi).
• E6 : Mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman (ergonomi).
• E7 : Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya ( misalnya membersihkan, mengatur,
memberi pelumas, dan lain-lain).
• E8 : Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/dakar, mengagetkan, dan lain-lain).
• E9 : Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
• E10 : Lain-lain.

11
FAKTOR-FAKTORPENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
KONSTRUKSI

Kelalaian pelaksana dan lemahnya


pengawasan.
Tidak dilibatkannya tenaga ahli/tenaga terampil
di bidang konstruksi maupun ahli K3 dalam
pelaksanaan konstruksi.

Penerapan SMKK tidak dilaksanakan secara


konsisten.

Melanggar ketentuan yang berkaitan dengan


Keselamatan Konstruksi.

01 02 03 04
12
ACCIDENT DAN INCIDENT

Accident
Kejadian yang tidak dikehendaki dan tiba-
tiba yang dapat menimbulkan korban
manusia, harta benda dan lingkungan

Incident
Suatu keadaan/kondisi apabila pada saat
itu sedikit saja ada perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya kecelakaan
(accident)

13
PENYEBAB KECELAKAAN DAN AKIBAT KERUGIANNYA

KECELAKAAN
ADALAH AKIBAT DARI RANGKAIAN SEBAB-
AKIBAT (DOMINO EFFECTS)

LACK OF BASIC IMMEDIATE


INCIDENT LOSS
CONTROL CAUSES CAUSES

LEMAH PENGENDALIAN/ SEBAB-SEBAB DASAR SEBAB LANGSUNG KONTAK DENGAN ENERGI ATAU KERUGIAN
1. FAKTOR PERSONAL 1. TINDAKAN TAK AMAN BAHAN 1. MANUSIA
PENGAWASAN
2. FAKTOR PEKERJAAN 2. KONDISI TAK AMAN 2. HARTA BENDA
1. PROGRAM TAK SESUAI
3. PROSES KERJA
2. STANDAR TAK COCOK
4. LINGKUNGAN
3. TAK PATUH STANDAR 5. MASYARAKAT

14
Induksi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ( K3 )

“ Pengertian Induksi K3 adalah

pengendalian bahaya, tanggap



darurat, dan cara-cara penyelamatan
pada kegiatan.
15
INDUKSI KESELAMATAN KONSTRUKSI

Penjelasan pengarahan tentang K3 yangbersifat umum,


dan
yang diberikan kepada karyawan baru atau karyawan yan
kembali g.
6 bulan atau lebih meninggalkan kegiatan
setelah
INDUKSI UMUM

Penjelasan dan pengarahan Penjelasan dan


tentang K3 yang bersifat pengarahan tentang K3
khusus/spesifik yang diberikan secara singkat yang
kepada karyawan baru yang diberikan khusus untuk
telah mengikuti lnduksi umum tamu atau pengunjung
dan karyawan mutasi/
pindahan dalam perusahaan
yang sama.

16
TATA CARA
INDUKSI K3
Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Daftar periksa yang telah ditandatangani


Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus
a peserta
diberikan pada karyawan dan tamu
f dan penyaji induksi diarsipkan oleh bagian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b Induksi harus dilakukan di ruangan g Hasil induksi didokumentasikan oleh
khusus. perusahaan.
Bahan/materi induksi harus tersedia dalam jumlah Jenis induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c yang sesuai dengan jumlah peserta dan jenis induksi. h adalah induksi umum, induksi lokal, induksi tamu,
dan induksi ulang.
Alat bantu untuk mempermudah dan memperjelas
d penyampaian materi induksi harus disesuaikan
dengan jenis dan kondisi yang ada di lokasi.

Setiap peserta induksi harus mengisi daftar hadir


e
dan daftar periksa.

17
INDUKSI
UMUM
a) Induksi harus diberikan kepada karyawan baru yang akan melakukan pekerjaan
di
perusahaan.
b) Induksi dilakukan oleh orang yang berkompeten yang diberi wewenang
oleh perusahaan.
c) Topik materi induksi harus dimasukkan dalam suatu daftar periksa dan akan
menjadi acuan bagi pelaksana induksi. Topik tersebut sekurang-kurangnya
mencakup:
1. Hak dan kewajiban karyawan dan pengusaha dalam hal
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja berdasarkan peraturan yang berlaku.
2. Kebijakan dan sistem manejemen K3 perusahaan.
3. Peraturan umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan.
4. Prestasi K3 dan pengalaman kegagalan sistem K3 (Kecelakaan).
5. Gambaran umum kegiatan perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.
6. Prosedur penanganan gawat darurat, nomor telepon, komunikasi saluran
radio,
7. Prosedur evakuasi dan tempat berkumpul bila ada kebakaran dan atau keadaan
darurat. 18
8. Denah lokasi proyek dan Pusat Pertolongan Pertama Kecelakaan (P3K), Induksi
INDUKSI
TAMU
a) Induksi dilakukan saat tamu akan masuk ke daerah kerja.
b) Induksi untuk tamu diberikan oleh pegawai K3 atau petugas lain yang ditunjuk,
Topik/materi induksi dimasukan dalam suatu brosur yang disediakan khusus untuk petunjuk tamu,
mencakup: 1. Gambaran umum proyek.
2. Kebijakan perusahaan dan proyek tentang K3.
3. Kewajiban tamu selama berada di lingkungan proyek.
4. Tempat berkumpul bila ada kebakaran dan fasilitas lainnya

Para tamu tersebut selalu didampingi oleh pengawas


daerah atauorang yang ditunjuknya
bila tamu tersebut hendak
ke
kerja
lapangan.
Tamu yang sudah induksi diberikan tanda pengenal
mendapat
tamulvisitor.

19
Pertemuan Kelompok
Pekerja K3
(Tool Box Meeting)

1. Mengadakan penjelasan informasi K3 L harian / mingguan


(tergantung kondisi dilapangan). Melalui Pertemuan Kelompok
Kecil Pekerja semua potensi sumber bahaya yang berada
TUJUAN: dibawah pekerjaan pekerja tersebut di identifikasi.
2. Meningkatkan pemeliharaan Kondisi K3 L yang aman, sikap
dan perilaku kerja bermutu dan effisien.
Pertemuan Kelompok Pekerja K3 (Tool Box
Meeting)

No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan

1 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L:

Pertemuan Kelompok Pekerja dapat dilaksanakan Dipimpin oleh Kepala Anggota pertemuan
kapan saja (sewaktu-waktu) dengan durasi waktu Regu (Mandor yang kelompok pekerja
pertemuan cukup pendek, berkisar 10 s/d 15 menit sudah dilatih) adalah kelompok
atau lebih, dan tempat pelaksanaannya dimana saja pekerja yang terlibat
di lokasi tempat kerja (lapangan). dalam proses
pekerjaan secara
Pertemuan Kelompok Pekerja harus dilaksanakan langsung dilapangan
minimal 1 kali dalam 1 minggu, yang lebih utama,
dapat dilaksanakan setiap hari.

Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja


dilaksanakan dengan teliti / akurat, sederhana
sejalan dengan aktifitas harian, semua peringatan K3
L harus di tekankan dalam pelaksanaan pekerjaan ke
semua tingkatan pekerja, semua masalah diatas
barus berbasis identifikasi potensi
21
Pertemuan Kelompok Pekerja K3 (Tool Box Meeting)

No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan

2 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L: Dipimpin oleh Kepala Anggota pertemuan


Regu (Mandor yang kelompok pekerja
Semua permasalahan K3 L mencakup proses kerja, sudah dilatih) adalah kelompok
metode kerja dan progress K3 L, atau hasil pekerja yang terlibat
pertemuan pagi K3 L didiskusikan atau dibicarakan di dalam proses
Pertemuan Kelompok Pekerja. pekerjaan secara
langsung dilapangan

Semua supervisor harus membantu menetapkan


topik-topik keselamatan yang berbasis identifikasi
potensi sumber bahaya dalam lingkaran kegiatannya
dan / atau terhadap kejadian / peristiwa yang
cenderung mengarah ke kondisi kecelakaan kerja
dan / atau telah terjadi kecelakaan kerja, sesuai
dengan jenis pekerjaan yang dikerjakannya

22
Pertemuan Kelompok Pekerja K3 (Tool Box
Meeting)

No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan

3 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L: Dipimpin oleh Kepala Anggota pertemuan


Regu (Mandor yang kelompok pekerja
1) Topik Pertemuan Kelompok Pekerja, dapat berupa sudah dilatih) adalah kelompok
: Penjelasan kondisi yang berbahaya dari pekerja yang terlibat
setiap pekerjaan. dalam proses
pekerjaan secara
2) Penyimpangan keadaan yang ditemukan saat langsung dilapangan
inspeksi K3 L.
3) Insiden / Kecelakaan dan dijelaskan maksud dan
tujuan pencegahannya.
4) Instruksi dan informasi dari Kepala Proyek,
Komite K3L dan Pemberi Pekerjaan).
5) Peraturan dan ketetapan perundang-undangan.

23
ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
GUNAKAN APD SESUAI
DENGAN PENGENDALIAN
BAHAYA DAN RISIKONYA
APD ADALAH HIRARKI
PENGENDALIAN PADA TINGKAT
BAHAYA PALING AKHIR SETELAH
ELIMENASI, SUBTITUSI,
REKAYASA TEKNIK DAN
ADMINISTRASI
TERIMA
KASIH

26

Anda mungkin juga menyukai