Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KESELAMATAN KERJA DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

DI PT.

Disusun Oleh Kelompok 3B :

1. Ns.Rosmala Dewi,S.Kep.,M.Kep
2. Sandy Nur Hidayat, S.Kep.,Ners
3. Salsabillah A.Md.Kep
4. Sherliana Intan Choirunisa A.Md.Keb
5. Shania Desi Pangestu, S.Kep.,Ners
6. Siska Nur Apriyani, S.Kep.,Ners
7. Siska Oktavia A.Md.Kep
8. Siti Fatimah Amd.Keb
9. Tri Suryani Wiwik Nur Rahayu, Amd.Kep
10. Tri Utami Jayanti,A.Md.Keb
11. Tri Windiarti, S.Kep.,Ners
12. Tuta Mimby Alkholifah,Amd.Kep
13. Ulfa Khusnul Hanufah A.Md.Kep
14. Wahyuningtyas Pamintasih Putri, S.Kep.,Ners
15. Wahyu Romadhan, S.Kep.,Ners
16. Wanda Alma’Idah Tirani, S.Kep.,Ners
17. Yayan Kurnaedi, Amd.,Kep
18. Yenli Ardina, S.Kep.,Ners
19. Yudhi Wisnu Wardhani, AMK
20. Yuly Pratiwi Ms, Amd.Keb
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja harus ada di perusahaan atau institusi pemerintahan,
karena salah satu aspek perlindungan tenaga kerja. Hal ini dituangkan dalam UU Nomor
1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, adanya jaminan keselamatan kerja pada pasal
3 ayat 1 berbunyi “Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran” dan pasal 9
ayat 3 yang berbunyi ”Menyelengarakan latihan penanggulangan kebakaran”.
Kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak
terkendali dan dapat mengancam keselamatan jiwa maupun harta benda. Selain itu
kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu
membawa kerugian. Kebakaran disebabkan oleh tiga factor antara lain : factor manusia
seperti rendahnya keselamatan kerja, factor teknis salah satunya bahaya listrik, dan factor
alam atau bencana alam.
Kebakaran perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan. Bagi
tenaga kerja, kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka
khususnya terhadap mereka yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat kehilangan
pekerjaan, sekalipun mereka tidak menderita cidera. Dengan kebakaran, juga hasil usaha
dan upaya yang sekian lama atau dengan susah payah diekrjakan dapat menjadi hialng.
Jerih payah berbulan-bulan atau bertahun-tahun dapat musnah hanya dalam waktu
beberapa jam atau kadang beberapa menit.
Usaha untuk menanggulangi kebakaran ditempat kerja, diperlukan adanya deteksi dini
dengan peralatan proteksi kebakaran yang memadai, petugas penanggulangan kebakaran
yang ditunjuk khusus untuk menanggulangi bencana kebakaran, serta dilaksanakannya
prosedur penanggulangan kebakaran darurat. Hal ini seperti dalam Kepmenaker No.
186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran ditempat kerja. Dan dalam
rangka kesiapsiagaan pemberantasan pada mula terjadinya kebakaran maka setiap
instalasi alarm kebakaran otomatik harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kesehatan
kerja, sesuai dengan Permenaker No.Per/02/MEN/1983 tentang instalasi Alarm
Kebakaran Otomatik.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan keselamatan kerja dan
alat pemadam api ringan (APAR) dan system penyelamatan jiwa sebagai upaya
penanggulangan kebakaran di PT.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan menganalisis
penerapan alat pemadam api ringan (APAR) dan system penyelamatan jiwa sebagai
upaya penanggulangan kebakaran PT.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penerapan di PT.
b. Untuk mengetahui perilaku pekerja terhadap penggunaan APD di PT.
c. Menganalisis input meliputi alat pemadam api ringan (APAR) dan sistem
penyelamatan jiwa (Pintu darurat, tangga darurat, petunjuk arah, dan tempat
berhimpun) dalam penerapan alat pemadam api ringan (APAR) dan sistem
penyelamatan jiwa sebagai upaya penanggulangan kebakaran di PT.
d. Menganalisis proses meliputi unit penanggulangan kebakaran, SOP,
pelaksanaan, pengawasan pelatihan dalam penerapan alat pemadam api ringan
(APAR) dan sistem penyelamatan jiwa sebagai upaya penanggulangan
kebakaran PT.
e. Menganalisis output yaitu terselenggaranya penerapan alat pemadam api
ringan (APAR) dan sistem penyelamatan jiwa sebagai upaya penanggulangan
kebakaran di PT. sesuai dengan peraturan
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam laporan makalah ini adalah penerapan perilaku keselamatan dan
kesehatan kerja (Safety Behavior) pada pekerja. Penerapan perilaku keselamatan dan
kesehatan kerja yang dilakukan khususnya pada penggunaan alat pelindung diri (APD).
Serta penerapan penanggulangan kebakaran di PT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hiperkes dan K3
Komisi Gabungan WHO dan ILO (1995) menjelaskan bahwa kesehatan kerja adalah
suatu layanan/upaya untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,
mental & kesejahteraan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan
dan pencegahan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, serta
perlindungan pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja sebagai adaptasi
antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan pekerjaannya.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan Cabang atau bagian dari ilmu
kesehatan masyarakat yang mempelajari metode/cara-cara pengawasan serta
pemeliharaan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan dan segala
kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan (penyakit dan kecelakaan) akibat
proses produksi yang berlangsung di perusahaan/industri/tempat kerja.
Hiperkes dan Keselamatan Kerja mengandung pengertian tentang aspek Higiene
perusahan (Industrial Hygiene), Ergonomi (Ergonomic), Kesehatan kerja
(Occupational Health) dan Keselamatan Kerja (Safety), yang dalam penerapannya
saling berkaitan erat (Dharmawangsa, 2019)
1. Hygiene Perusahaan
Hygiene perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya
yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit
kualitati dan kuantitati dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kegiatan higiene perusahaan
atau hygiene Industri bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai resiko
akibat lingkungan kerja, melalui upaya identifikasi pengenalan, pengujian
evaluasi, dan pengendalian serta menerapkannya dalam bentuk pemantauan dan
tindakan korektif perbaikan lingkungan kerja, melalui metoda teknik yang bersifat
spesifik (Dharmawangsa, 2019).
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012, pengertian keselamatan
dan kesehatan kerja atau K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Higiene industri merupakan ilmu dan seni beserta penerapannya dalam pengenalan
dan penilaian potensipotensi bahaya lingkungan kerjayang selanjutnya digunakan
untuk implementasi teknologi pengendalian agar tenagakerja memperoleh
kenyamanan serta kemudahan dalam pelaksanaan aktivitasnya,sehingga masyarakat
tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari faktor-faktor bahaya sebagai efek
samping kemajuan teknologi (Soedirman,2012)

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, alat kerja, bahan
dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan menurut Ridley (2004, dikutip oleh Kani, 2013).

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan
adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja menurut Armanda
(2006, dikutip oleh Kani, 2013).

Menurut Suma’mur (1981, dikutip oleh Susihono, 2013), tujuan keselamatan kerja
adalah:

1. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja,


2. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya.
3. Semua hasil produksi terpelihara keamanannya.
4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai.
5. Dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja
6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
7. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Susihono (2013) menyatakan bahwa keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan
kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah
kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan sebagai
suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses yang telah diatur dari suatu aktivitas.

B. Dasar Hukum
Telah disadari bahwa pelaksanaan norma Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja
merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, pengusaha dan pekerja
serta masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja,
keselamatan aset produksi, kelangsungan bekerja dan berusaha.
Pemerintah dalam hal ini Depnakertrans secara fungsional mempunyai tanggung
jawab dalam penerapan Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja di tempat
kerja.Untuk itu upaya yang dilakukan oleh pemerintah perlu mendapat respon dari
perusahaan dengan mematuhi peraturan perundangan di bidang Higiene Perusahaan
Dan Kesehatan Kerja dan melaksanakannya. Berikut merupakan Undang-Undang
yang menjelaskan tentang K3 :
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1951 dan Undang Undang No. 12 Tahun 1948
Tentang Waktu Bekerja
3. Undang-Undang No. 3 Tahun1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
4. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
5. Peraturan Pemerintahan No.50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3)
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja N0.5 Tahun 2018 Tentang Syarat-Syarat K3
Lingkungan Kerja
7. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7Tahun 1964 Tentang Persyaratan Kebersihan
dan Kesehatan di Tempat Kerja
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi No. Per. 03/Men/1982 Tentang
Pelayan Kesehatan Kerja
C. Kebakaran
Kebakaran adalah terjadinya api yang tidak dikehendaki dan menimbulkan kerugian.
Untuk memulai suatu proses terjadinya api diperlukan tiga unsur yaitu benda/bahan
bakar, oksigen dan panas.
Bahan bakar terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1. Gas, terdiri atas natural, gas, propane, acetylene, dan hidrogen.
2. Cair, terdiri atas alkohol, gasoline, terpenting, dan karosene.
3. Padat, terdiri atas plastik, kayu, kain, dan kertas.

Berdasarkan tipe benda yang menjadi penyebab kebakaran, kebakaran terbagi atas 6
(enam) jenis, yaitu:

1. Kebakaran kelas A, yaitu kebakaran disebabkan oleh terbakarnya benda padat,


seperti plastik, kayu, dan kertas. Kebakaran kelas A ini me-ninggalkan sisa abu
(ash).
2. Kebakaran kelas B, yaitu kebakaran disebabkan terbakarnya benda cair/gas yang
menimbulkan pendidihan (boil), misalnya tabung gas, bensin, alkohol, dan solar.
3. Kebakaran kelas C, yaitu kebakaran yang di-sebabkan oleh komponen listrik,
seperti instalasi listrik dan korsleting.
4. Kebakaran kelas D, yaitu kebakaran benda logam atau metal, misalnya
aluminium, magnesium, dan potassium.
5. Kebakaran kelas E, yaitu kebakaran disebabkan oleh alat elektronik, seperti
televisi dan mesin dinamo.
6. Kebakaran kelas K, yaitu kebakaran yang di-sebabkan oleh kotoran minyak
goreng di kompor.
D. Program Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran merupakan tindakan- tindakan yang dilakukan dalam
mengatasi kejadian kebakaran agar korban atau kerugian dapat ditekan seminimal
mungkin. Penanggulangan kebakaran di Perusahaan antara lain meliputi:
1. Penyelamatan manusia dan harta benda
2. Penanganan bahan bahan berbahaya
3. Hubungan dengan instasi terkait
4. Analisa bahaya kebakaran dan evaluasi biaya
DAFTAR PUSTAKA

Dharmawangsa, A. (2019, 10 18). Hiperkes. Academia.edu. Retrieved November 22,


2023, from
https://www.academia.edu/11190283/200687807_Makalah_Hiperkes_Dini
S, Ikhram Hardi, dkk. (2021). Higiene Industri Pajanan Benzena.Yogyakarta: Deepublish
Balai Kesehatan dan Keselamatan Kerja. (2021). Modul Pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Bagi Paramedis Perusahaan.
Lathifah. (2021). Paduan Keselamatan Saat Kebakaran. Yogyakarta:Diva Press
Kani BR. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek Kontruksi
(Studi Kasus : Proyek PT. Trakindo Utama). [Jurnal Sipil Statik ] Vol.1 No.6, Mei
2013 (430-433) ISSN: 2337-6732.
Soedirman. Higiene perusahaan. El mussa Pres. Bogor. 2012
Susihono,Wahyu dan Akbar Rini, Feni 2013. “Penerapan Sistem Manajemen K3 Dan
Indentifikasi Potensi Bahaya”. Jurnal Ilmiah pengetahuan & penerapan teknik
industri. Vol. 2. No. 2.

Anda mungkin juga menyukai