Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan sumber daya manusia di seluruh aspek dan sektor kehidupan dari

tahun ke tahun semakin meningkat baik secara kuantitasmaupun kualitas, terutama

sektor industri. Mahasiswa sebagai salah satu sumber daya manusia dituntut untuk

dapat membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan

disiplin ilmu masing-masing.Namun, Indonesia memiliki kendala pada sumber daya

manusianya yang sangat banyak akan tetapi belum memiliki keterampilan dan

kemampuan untuk mengolah dan mengelola sumber daya alam yang melimpah di

negeri ini. Selain itu, jumlah sumber daya manusia yang lebih banyak daripada

lapangan pekerjaan yang tersedia menyebabkan banyaknya pengangguran.

Dikarenakan oleh kendala tersebut di atas maka didirikanlah Politeknik

Negeri Ujung Pandang. Politeknik Negeri Ujung Pandang adalah salah satu

perguruan tinggi yang membekali mahasiswanya dengan berbagai kompetensi dan

menyiapkan lulusan yang siap kerja. Dengan adanya perguruan tinggi Politeknik

Negeri Ujung Pandang diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia

yang ada di Indonesia.

Selain pembelajaran teori dan praktek di bangku kuliah, Politeknik Negeri

Ujung Pandang menyelenggarakan kurikulum berupa praktek kerja industri. Hal ini

dilakukan agar mahasiswa-mahasiswinya lebih memantapkan dan mengembangkan

1
wawasan dan keterampilan di bidang atau jurusannya, sehingga dapat mencetak jiwa-

jiwa yang bermental baja yang siap menghadapi dunia industri, baik di masa sekarang

maupun di masa yang akan datang.

B. Tujuan Laporan Kerja Praktek Lapangan

1. Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir terutama dalam

menganalisa data.

2. Studi perbandingan dari praktek yang diperoleh dari bangku kuliah dengan

pelaksanaanya di dunia kerja.

3. Sebagai bahan pertanggungjawaban atas praktek kerja lapangan yang telah

dilakukan.

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan ini, penyusun membahas analisa air sungai

yang terdiri dari beberapa parameter, seperti analisis BOD, analisis NH3, dan

analisis NO3.

2
BAB II

TINJAUAN INSTANSI

A. Profil Singkat Balai Besar K3

Balai Besar K3 Makassar merupakan salah satu Unit Pelaksanaan Teknis

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Didirikan pada tahun 1976 oleh dr.

Suma’mur, dengan nama “Lembaga Daerah Hiperkes dan Keselamatan Kerja”

dengan kepala kantor dr. Mahmud Muhammad.

Pada tahun 1982, Lembaga Daerah Hiperkes dan Keselamatan Kerja berubah

menjadi “Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja”. Pada tahun 2006, sesuai

PERMENAKERTRANS RI No. per 16/MEN/II/2007, kantor ini mengalami

perubahan struktur menjadi “Balai Besar Keselamatan dan Kesehatan Kerja”, dengan

wilayah kerja meliputi 10 provinsi meliputi :

a. Balai Hiperkes dan KK Sulawesi Utara.

b. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Sulawesi Tenggara.

c. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Sulawesi Tengah.

d. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Sulawesi Barat.

e. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Sulawesi Selatan.

f. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Gorontalo.

g. Balai Hiperkes dan KK Maluku.

h. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Maluku Utara.

3
i. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Papua Barat.

j. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Papua.

B. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Tugas Pokok

Balai Besar Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tugas pokok

melaksanakan, pelayanan teknis, pengujian dan pengukuran, perekayasaan dan

penerapan teknologi, pengembangan sumber daya manusia, promosi dan kerjasama

serta pelayanan konsultasi dan koordinasi di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam tugas pokok diatas,

menyelenggarakan fungsi yaitu :

1. Penyusunan rencana, program dan anggaran di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja.

2. Pelayanan teknis, pengujian dan pengukuran di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja.

3. Perekayasaan dan penerapan teknologi di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja.

4. Pelaksanaan analisis dan pengkajian terapan di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja.

4
5. Pelaksanaan pelatihan dan fasilitas tempat uji kompetensi (TUK) di bidang

keselamatan dan kesehatan kerja.

6. Pengelolaan data sertifikasi profesi di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

7. Pelayanan konsultasi, promosi dan pemasaran di bidang keselamatan dan

kesehatan kerja.

8. Koordinasi dan kerjasama kelembagaan di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja.

9. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar.

5
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-dasar K3

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu bidang yang terkait

dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah

institusi maupun lokasi proyek. Terdapat beberapa pengertian dan definisi K3 yang

dapat diambil dari beberapa sumber. Menurut filosofi (Mangkunegara), K3

merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

jasmani maupun rohani ternaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta

hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan menurut

keilmuan K3 merupakan semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran

lingkungan. Menurut Ohsas18001:2007, K3 merupakan semua kondisi dan faktor

yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun

orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung, dan tamu) di tempat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan

finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja

dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.

Praktek kerja K3 meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga

penyembuhan luka dan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu

6
kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri kimia, fisika kesehatan, psikologi

organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

Penerapan K3 memiliki beberapa tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan

UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Di dalamnya terdapat tiga tujuan

utama dalam penerapan K3 berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja yaitu :

a. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di

tempat kerja.

b. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

c. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

Penerapan K3 memiliki beberapa dasar hukum pelaksanaan. Diantaranya ialah

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Permenaker No. 5

Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan

Permenaker No. 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (P2K3). Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut antara lain :

a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :

1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.

2. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana.

3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

b. Permenaker No. 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja :

7
Setiap perusahaan yang mempekerjakan serratus tenaga kerja atau lebih dan

atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses

atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,

kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).

c. Permenaker No. 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3) :

1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau

lebih.

2. Tempat kerja dimana pengusaha mempekerjakan kurang dari seratus orang tetapi

menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan

terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radioaktif.

Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan

kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :

a. Hazard (sumber bahaya), suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat

menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan

pekerja yang ada.

b. Danger (tingkat bahaya), peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah

ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan preventif.

c. Risk, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.

d. Incident, munculnya kejadian bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat

atau telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas

badan atau struktur.

8
e. Accident, kejadian bahaya yang disertai adanya korban dana atau kerugian

(manusia/benda).

Untuk menghindari bahaya yang sering dijumpai di lingkungan kerja, tenaga

kerja harus menggunakan alat pelindung diri dan mengetahui simbol-simbol bahan

berbahaya dan beracun yang ada di sekitar lingkungan kerjanya.

a. Alat pelindung diri (APD)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh

pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya

pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat

kerja. Berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi dari kontak dengan potensi bahaya,

terdapat beberapa macam alat pelindung diri :

1. Alat pelindung kepala

Pemakaian alat pelindung ini bertujuan untuk melindungi kepala dari benturan

dan pukulan yang dapat menyebabkan luka, juga melindungi kepala dari panas,

radiasi, api dan bahan-bahan kimia berbahaya serta melindungi agar rambut tidak

terjerat dalam mesin yang berputar. Jenis alat pelindung kepala antara lain :

Gambar 1. Pelindung Kepala

9
a) Topi Pelindung (safety helmets) berfungi untuk melindungi kepala dari benda

keras yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. Topi

pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap

perubahan iklim dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat

terbuat dari plastik (bakelite), serat gelas (fiberglass) maupun metal. Topi

pelindung dari bahan plastik enak dipakai karena ringan, tahan terhadap benturan

dan benda keras serta tidak menyalurakn alur listrik, sedangkan topi pelindung

dari serat gelas tahan terhadap asam dan basa kuat. Bagian dalam dari topi

pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang berfungsi untuk

menyerap keringat dan mengatur pertukaran udara.

b) Tutup kepala digunakan untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu

panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api,

kulit dan kain tahan air.

c) Topi (hats/cap) berfungi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran, debu,

mesin yang berputar.

2. Alat pelindung mata

Gambar 2. Pelindung mata

10
Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan

kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu, gas, uap, cairan korosif,

partikel melayang, atau terkena raidasi gelombang elektromagnetik.Terdapat dua

bentuk alat pelindung diri mata:

a) Kacamata (spectacles) berfungi untuk melindungi mata dari partikel kecil, debu

dan radiasi gelombang elektromagnetik.

b) Goggles berfungi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap dan percikan larutan

bahan kimia. Goggles ini biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa

berlapis kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elektromagnetik

mengion.

3. Alat pelindung telinga

Gambar 3. Pelindung telinga

Selain berguna untuk melindungi pemakainya dari bahaya percikan api atau logam

panas, alat ini juga bekerja untuk mengurangi intensitas suara yang masuk dalam

telinga.Ada dua macam alat pelindung telinga:

a) Sumbat Telinga (ear plug), Ukuran dan bentuk telinga setiap individu atau

bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama berbeda, untuk itu ear plug ini

harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran

11
telinga pemakainya. Pada umumnya diameter 5-11 mm dan liang telinga pada

umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. Ear plugdapat terbuat dari kapas,

plastik, karet alami dan bahan sintetis, untuk ear plug yang terbuat dari kapas,

spon dan malam (wax) hanya dapat digunakan sekali pakai (disposable),

sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak (molded

rubber/plastic) dapat digunakan beberapa kali (non disposable). Alat ini dapat

mengurangi intensitas suara sampai 20 dB(A).

b) Tutup Telinga (ear muff), Alat pelindung telinga ini terdiri dari dua buah tutup

telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa

yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian waktu

yang cukup lama, efektifitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi

mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan

keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai

30 dB(A) dan dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras dan

percikan bahan kimia.

4. Alat pelindung pernafasan

Gambar 4. Pelindung pernafasan

12
Alat yang berfungsi untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu,

atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat racun, korosi maupun

rangsangan. Beberapa jenis alat pelindung pernafasan:

a) Alat Pelindung Pernafasan berupa Masker, Alat pelindung ini berguna untuk

mengurangi debu atau partikel yang lebih besar yang masuk ke dalam pernafasan.

Masker ini biasanya terbuat dari kain.

b) Alat Pelindung Pernafasan berupa Respirator, Alat pelindung ini berguna untuk

melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas. Respirator ini

dapat dibedakan atas:

c) Chemical Respirator merupakan catridge respirator ynag digunakan untuk

melindungi pernafasan dari gas dan uap dengan toksisitas rendah. catridge ini

berisi adsorban dan karbon aktif, arang dan silica gel, sedangkan canister

digunakan untuk mengadsorbsi khlor dan gas atau uap zat organik.

d) Mechanical Respirator, Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel zat

padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi

dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar

kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel tidak terlalu kecil. Filter pada

respirator ini terbuat dari fiberglass atau woll dan serat sintesis yang dilapisi

dengan resin untuk memberi muatan pada partikel.

13
5. Alat pelindung tangan

Gambar 5. Pelindung tangan

Alat pelindung ini berguna untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam,

bahan-bahan kimia, benda panas atau dingin dan kontak arus listrik. Alat pelindung

ini berupa sarung tangan yang terbuat dari berbagai bahan, sarung tangan terbuat dari

karet untuk melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus listrik, sarung

tangan dari kulit untuk melindungi dari benda tajam dan goresan, sarung tangan dari

kain katun untuk melindungi dari kontak dengan panas dan dingin.

6. Alat pelindung kaki

Gambar 6. Pelindung kaki

Alat pelindung ini berguna untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam,

larutan kimia, benda panas dan kontak listrik. Menurut pekerjaan yang

dilakukan.Sepatu keselamatan dapat dibedakan sebagai berikut:

14
a) Sepatu Pengaman pada Pengecoran Baja (foundry leggings), sepatu ini terbuat

dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tingginya 35 cm, pada

pemakaian sepatu ini celana dimasukkan ke dalam sepatu lalu dikencangkan

dengan tali pengikat sepatu.

b) Sepatu pengaman pada pekerjaan yang mengandung Bahaya Peledakan. Sepatu

ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat menimbulkan percikan bunga api;

c) Sepatu pengaman pada pekerjaan yang berhubungan dengan Listrik. Sepatu ini

terbuat dari karet anti elektrostatik, tahan terhadap tegangan listrik sebesar 10.000

volt selama tiga menit.

d) Sepatu pengaman pada pekerjaan Bangunan Konstruksi, sepatu ini terbuat dari

bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung depannya (steel box toe).

7. Pakaian pelindung

Gambar 7. Pakaian pelindung

Alat pelindung ini berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari

percikan api, panas, dingin, cairan kimia dan oli. Pakaian pelindung ini dapat

berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai dari daerah

dada sampai lutut, atau overall yaitu menutupi seluruh tubuh. Apron dapat terbuat

15
dari kain drill, kulit, plastik PVC/Polyethyline, karet, asbes atau kain yang dilapisi

aluminium. Apron tidak boleh digunakan di tempat kerja dimana terdapat mesin yang

berputar.

8. Sabuk pengaman keselamatan

Gambar 8. Pengaman keselamatan

Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan

terjatuh dari ketinggian, seperti pekerjaan mendaki, memanjat dan pada pekerjaan

konstruksi bangunan.

b. Simbol bahan berbahaya dan beracun (B3)

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah

bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan

hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan

hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan B3 yang mencakup kegiatan menghasilkan,mengangkut,

mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan ataumembuang B3 harus dilakukan

secara baik dan benar, sehinggapenggunaan dan penanganan B3 tersebut akan aman

16
bagi penggunadan tidak mencemari lingkungan dan membahayakan makhlukhidup

lainya.

Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberiansimbol dan

label. Pemberian simbol dan label sangat penting untukmengidentifikasi sekaligus

mengklasifikasikan B3, yang nantinyaakan sangat berguna sebagai informasi penting

dalampengelolaannya. Identifikasi yang digunakan untuk penandaan B3terdiri dari 2

(dua) jenis yaitu simbol dan label.Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan

klasifikasi B3yang terdiri darisepuluh jenis simbol yang dipergunakanyaitu:

1. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive)

Gambar 9. Simbol B3 klasifikasi mudah meledak

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa

gambar bom meledak (explosive/exploded bomb) berwarna hitam. Simbol ini

menunjukkan suatu bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25ºC, 760 mmHg)

dapat meledak dan menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika

dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat

merusak lingkungan di sekitarnya.

17
2. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing)

Gambar 10. Simbol B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol

berupa bola api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini menunjukkan suatu bahan

yang dapat melepaskan banyak panas atau menimbulkan api ketika bereaksi dengan

bahan kimia lainnya, terutama bahan-bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun

dalam keadaan hampa udara.

3. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat bersifat mudah menyala (flammable)

Gambar 11. Simbol B3 klasifikasi bersifat mudah terbakar

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol

berupa gambar nyala api berwarna putih dan hitam. Simbol ini menunjukkan suatu

bahan yangmemiliki karakteristik sebagai berikut:

18
a) Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak dengan

udara pada temperatur ambien.

b) Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api.

c) Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal.

d) Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya,

jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab.

e) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0ºC dan titik didih lebih

rendah atau sama dengan 35ºC.

f) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0ºC-21ºC.

g) Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik

nyala (flash point) tidak lebih dari 60ºC (140ºF) akan menyala apabila terjadi

kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760

mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode “Closed-Up Test”.

h) Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25ºC dan 760 mmHg) dengan

mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air

atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan

kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujian “Seta

Closed Cup Flash Point Test”-nya menunjukkan titik nyala kurang dari 40ºC.

19
i) Aerosol yang mudah menyala.

j) Padatan atau cairan piroforik dan peroksida organik.

4. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic)

Gambar 12. Simbol B3 klasifikasi bersifat racun

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa

gambar tengkorak dan tulang bersilang. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang

cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.

Penentuan tingkat sifat racun ini didasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun,

sangat beracun dan beracun).

b) Sifat bahaya toksisitas akut.

5. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful)

Simbol berupa gambar silang berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan

suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau

20
melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai

tingkat tertentu.

Gambar 13. Simbol B3 klasifikasi bersifat berbahaya

6. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant)

Gambar 14. Simbol B3 klasifikasi bersifat iritasi

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa

gambar tanda seru berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus

menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau

peradangan.

b) Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat

menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing.

c) Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.

21
d) Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada

mata.

7. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive)

Gambar 15. Simbol B3 klasifikasi bersifat korosif

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol terdiri dari

2 gambar yang tertetesi cairan korosif. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

b) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju

korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55˚C.

c) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau

lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.

8. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous for

environment)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa

gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta ikan berwarna putih.

Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya

22
terhadap lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian

pada ikan atau organisme aquatik lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan,

seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di

lingkungan (misalnya PCBs = Polychlorinated Biphenyls).

Gambar 16. Simbol B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi lingkungan

9. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik

(carcinogenic, tetragenic,mutagenic)

Gambar 17. Simbol B3 klasifikasi bersifat karsinogenik

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa

gambar kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan gambar menyerupai bintang

segi enam berwarna putih pada dada. Simbol ini menunjukkan paparan jangka

23
pendek, jangka panjang atau berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek

kesehatan sebagai berikut :

a) karsinogenik yaitu penyebab sel kanker.

b) teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan

pertumbuhan embrio.

c) mutagenik yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang

berarti dapat merubah genetika.

d) toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik.

e) toksisitas terhadap sistem reproduksi dan gangguan saluran pernafasan.

10. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure

gas)

Gambar 18. Simbol B3 klasifikasi bersifat bahaya berupa gas bertekanan

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa

gambar tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan bahaya

gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung

dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.

24
B. Uraian Umum Air

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalamkehidupan

manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatansehari-hari, termasuk

kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri,pertambangan, rekreasi, olahraga

dan sebagainya. Dewasa ini, masalahutama sumber daya air meliputi kuantitas air

yang sudah tidak mampumemenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan

kualitas airuntuk keperluan domestik terus menurun khususnya untuk air

minum.Sebagai sumber air minum masyarakat, maka harus memenuhi beberapaaspek

yang meliputi kuantitas, kualitas dan kontinuitas (Susanto, 2009).

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalahadanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi (Amsyari,

1996) :

a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran airberdasarkan tingkat

kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu,dan adanya perubahan warna, bau dan

rasa.

b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran airberdasarkan zat

kimia yang terlarut, dan perubahan pH.

c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran airberdasarkan

mikroorganisme yang ada dalam air, terutama adatidaknya bakteri pathogen.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus

25
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahluk

hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

hemat, dengan memperhitungkan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harusditanamkan pada segenap

pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat

dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun, kegiatan industri,

domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air penyebab

turunnya kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan

bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena

itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama

(Othman, dkk., 2006).Pemantauan kualitas air memiliki tiga tujuan utama sebagai

berikut (Effendi, 2003) :

a. Enviromental Surveilance, yakni tujuan mendeteksi dan mengukurpengaruh yang

ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitaslingkungan dan mengetahui

perbaikan kualitas lingkungan setelahpencemar tersebut dihilangkan.

b. Establishing Water-Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahuihubungan

sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologiperairan dengan

parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan bakumutu kualitas air.

c. Appraisal of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitasair

pada suatu tempat secara umum.

26
C. Sungai dan Fungsinya

Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem aquatik yang mempunyai peran

penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment

area) bagi daerah sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya (Suwondo dkk, 2004).

Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas

air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas

air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik,

dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain

menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan,

kerusakan dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya

air.Oleh karena itu diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara

seksama.

Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan

masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan

nasional. Di dalam peraturan Pemerintah Nomor : 35 Tahun 1991, telah tersurat

pengertian sungai yaitu tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air

mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang

pengalirannya oleh garis sempadan. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar

pengamanan sungai.Garis sempadan ini dalam bentuk bertanggul dengan ketentuan

27
batas lebar sekurang-kurangnya 5 meter yang terletak disebelah luar sepanjang kaki

tanggul.

Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam

berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan makhluk hidup. Air merupakan

segalanya dalam kehidupan ini yang fungsinya tidak dapat digantikan dengan zat atau

benda lainnya, namun dapat pula sebaliknya, apabila air tidak dijaga nilainya akan

sangat membahayakan dalam kehidupan ini. Sungai sebagaimana dimaksudkan harus

selalu berada pada kondisi dengan cara :

a. Dilindungi dan dijaga kelestariannya.

b. Ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya.

c. Dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.

Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka apabila tidak dijaga,

baik dari segi manfaatnya maupun pengamanannya.Misalnya dengan tercemarnya air

oleh zat-zat kimia selain mematikan kehidupan yang ada di sekitarnya juga merusak

lingkungan.

D. Parameter Uji Kualitas Air Sungai

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001

tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menerapkan

kriteria kualitas air yang dapat diterima untuk serangkaian kategori penggunaan

adalah :

28
a. Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

b. Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan

air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain

yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas III : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan pertanian.

d. Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

Pengukuran kualitas atau pencemaran air sungai menggunakan komposisi

parameter fisik (bau, warna, jumlah zat padat terlarut, kekeruhan, rasa) kimia (bahan

anorganik : besi, seng, aluminium, kesadahan, klorida, mangan, pH, sulfat, serta

tembaga) dan bakteriologis (jumah kuman dan total coli) dinyatakan dalam bentuk

Water Quality Index atau Indeks Kualitas Air (IKA). Dalam praktek kerja lapangan

ini, kami melakukan beberapa parameter analisa uji kualitas air sungai diantaranya

analisa BOD, analisis NH3, dan analisis NO3.

a. Biologycal Oxygen Demand

BOD atau Biologycal Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis

merupakan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk

mendegradasi bahan-bahan organik dalam air. Dengan kata lain, BOD menunjukkan

29
kebutuhan oksigen oleh organisme untukmendegradasi bahan-bahan yang terlarut

dalam air.

Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk

menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik

yang tersuspensi dalam air.

BOD penting untuk mengetahui banyaknya zat anorganik yang terkandung

dalam air limbah.Makin banyak zat organik, makin tinggi BOD-nya. Nilai BOD

dipengaruhi oleh suhu, cahaya, matahari, pertumbuhan biologik, gerakan air dan

kadar oksigen.

Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan

organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan oleh bakteri aerob untuk

mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan

air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat. Akibatnya hewan-

hewan seperti ikan, udang, dan kerang akan mati. Penyebab bau busuk dari air yang

tercemar berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil penguraian bahan

organik lanjutan oleh bakteri anaerob.

Pada air sungai yang dianggap bersih, harga BOD berkisar sampai 10 ppm.

Lebih dari 10 ppm dianggap telah terkontaminasi. Baku mutu BOD untuk limbah cair

dari industri penyamakan kulit adalah 100 mg/L, industri pulp dan kertas 150 mg/L,

industri karet 150 mg/L, industri gula 100 mg/L, industri tapioka 200 mg/L, industri

tekstil 85 mg/L, industri pupuk 100 mg/L, industri monosodium glutamate (MSG)100

mg/L, dan industri kayu lapis 100 mg/L.

30
Penentuan BOD dapat dianggap prosedur oksidasi basah, dimana

mikroorganisme yang terdapat di dalam contoh air dipakai sebagai pengoksidasi zat

organik menjadi CO2 dan NH3. Untuk penetapan kuantitatif contoh harus dilindungi

dari udara bebas. Hal ini bertujuan untuk mencegah aerasi yang dapat menurunkan

daya larutan oksigen dalam contoh yang diperiksa. Karena terbatasnya kelarutan

oksigen didalam air maka untuk air limbah yang pencemarannya cukup tinggi,

diperlukan pengenceran terlebih dahulu dari contoh tersebut. Hal ini bertujuan untuk

menjamin agar kebutuhan oksigen mencukupi selama proses penetapan berlangsung.

Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen

didalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagian

hasil oksidasi akan terbentuk karbondioksida, air, dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat

dituliskan sebagai berikut :

𝑎 𝑏 3𝑐 𝑎 3𝑐
CnHaObNc + ( n + 4 . 2 . ) O2 nCO2 + ( 2 . ) H2O + c NH3
4 2

Atas dasar reaksi tersebut yang memerlukan kira-kira dua hari dimana 50% reaksi

telah tercapai, lima hari agar 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai, maka analisis

BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organik.

Reaksi tersebut juga dapat berlangsung pada badan air sungai, air danau,

maupun di instalasi pengolahan air buangan yang menerima air buangan yang

mengandung zat organik tersebut. Dengan kata lain, tes BOD berlaku sebagai

simulasi suatu proses biologis secara alamiah. Reaksi biologis pada tes BOD

dilakukan pada temperatur inkubasi 20˚C dan dilakukan selama 5 hari, namun di

31
beberapa literatur terdapat lama inkubasi 6 jam atau 2 hari atau 20 hari. Demikian,

jumlah zat organik yang ada dalam air diukur melalui jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk mengoksidasi zat tersebut. Karena reaksi BOD

dilakukan didalam botolyang tertutup, maka jumlah oksigen yang telah dipakai

adalah perbedaan antara kadar oksigen didalam larutan pada t = 0 (biasanya baru

ditambah oksigen dengan aerasi, hingga 9 mg O2/L, yaitu konsentrasi kejenuhan).

b. Analisis NH3 dalam air sungai

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini

didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun

amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri

adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Keberadaannya dalam air

dapat mempengaruhi perubahan sifat fisik air dan kesehatan manusia yang

mengkonsumsi air tersebut.

Amonia dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja maupun oksidasi

senyawa organik oleh mikroba. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan

pada areal persawahan turut berkontribusi pada peningkatan kadar amonia pada aliran

sungai. Pupuk yang mengandung nitrogen seperti urea (CO(NH2)2) dan ZA (NH4SO4)

apabila terurai dapat menyebabkan excess yang kemudian terurai di alam membentuk

nitrogen amonia. Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air sungai dapat

menyebabkan kematian pada biota kecil misalnyaikan. Bahkan pada pH tinggi,

amonia dengan konsentrasi kecil sudah bersifat racun (Jenie, 1993). Karena sifat

32
toksisitas tersebut, kandungan amoniak pada air minum harus nol dan pada air sungai

di bawah 0,5 mg/L.

Terdapat dua hal prinsip mengapa amonia berbahaya apabila terkandung

dalam air. Pertama, semakin tinggi konsentrasi amonia dalam air, oksigen terlarut

semakin menurun karena digunakan untuk mendisosiasi amonia. Kedua, amonia yang

terdisosiasi dalam bentuk ion NH4+ dikategorikan sebagai radikal bebas yang dapat

menyebabkan kanker (karsinogen). Bahaya lain dari kandungan nitrogen dalam

senyawa amonia adalah adanya sindromblue baby yang dapat menyebabkan

kematian. Dinamakan blue baby karena bayi yang terkena sindrom ini kulitnya

berwarna biru. Sindrom ini disebabkan karena air yang dikonsumsi bayi

terkontaminasi nitrogen dan nitrat. Nitrogen yang tertelan akan mengubah

hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi

methamoglobin.Methamoglobin tidak dapat mengikat oksigen dan

mentransportasikan ke tubuh, sehingga tubuh kekurangan oksigen (Knobeloch, et al.,

2000).

Ketika massa bahan kimia dibuang ke sungai, pusat massa dari bahan kimia

tersebut akan mengalir dengan kecepatan rata-rata aliran sungai. Bahan kimia yang

mengalir akan tersebar dalam badan sungai, akibat difusi turbulen dan kecepatan

yang tidak seragam sepanjang sungai. Kecepatan aliran air pada sungai biasanya

bernilai maksimum di dekat pusat sungai dan di bawah permukaan, sedangkan air di

dekat dasar dan di tepi sungai diperlambat oleh adanya friksi sehingga pencampuran

akan semakin besar (Nugroho, dkk., 2004).

33
Keadaan yang tidak setimbang (non equilibrium) dari suatu bahan kimia,

antar fase maupun dalam satu fase, dapat menyebabkan terjadinya gerakan difusi

bahan kimia. Amonia dalam air sebagian terlarut sebagai gas dan sebagian terionisasi

(dissosiasi) dalam air. Namun hanya amoniak dalam bentuk gas yangdapat

terdesorbsi. Bahan kimia volatil bebas yang berada dalam air berupa larutan gas, oleh

karena itu terdapat tekanan uap ke udara di sekelilingnya (Jenie, 1993).

c. Analisis NO3 dalam air sungai

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan

nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam

air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa

nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi

nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung

pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri

Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri

Nitrobacter. Kedua jenis bakteri tersebut merupakan bakteri kemofilik, yaitu bakteri

yang mendapatkan energy dari proses kimiawi. Oksidasi nitrit menjadi ammonia

ditunjukkan dalam persamaan berikut.

Nitrosomonas

NH3+ oksigen ---------------------------------> NO2- + energy

Nitrobakter

NO2- + oksigen -----------------------------------> NO3- + energy

34
Selain NH3, senyawa NH4+ dapat pula dioksidasi menghasilkan nitrat. Adapun

reaksinya juga terjadi dalam dua tahap, yaitu :

Nitrosomonas

2 NH4+ + 3 O2---------------------------> 2 NO2- + 4 H+ + 2 H2O

Nitrobakter

2 NO2- + O2 --------------------------> 2 NO3-

Masuknya nitrat kedalam badan sungai disebabkan oleh manusia yang

membuang kotoran dalam air sungai yang banyak mengandung amoniak.

Kemungkinan lain penyebab konsentrasi nitrat tinggi ialah pembusukan sisatanaman

dan hewan, pembuangan industri, dan kotoran hewan. Pengotoran 1000 ternak sama

dengan kotoran kota berpenduduk 5000 jiwa.

Tingginya kadar nitrat dalam sumber air atau perairan dapat membahayakan

kehidupan manusia, hewan, dan ikan. Kadar nitrat yang tinggi di dalam air minum

dapat menyebabkan terganggunya sistem pencernaan manusia.Apabila kadarnya

melebihi 1,0 mg/L di dalam makanan bayi maka hal ini dapat menyebabkan gejala

blue baby yang dapat menyebabkan kematian. Untuk keperluan konsumsi sehari-hari

kadar nitrat dalam air tidak boleh lebih dari 10 mg/L. Sumber air untuk perikanan

akan turun kualitasnya apabila kadar nitrat lebih dari 0,5 mg/L (Adams, et al., 1999).

Nitrat dalam perairan mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton dan tanaman.

Jika kadarnya terlalu tinggi, maka akan menyebabkan bloming fitoplankton. Nitrat

dan unsur-unsur lainnya seperti fosfor hingga batas tertentu tampaknya terbatas

jumlahnya hampir pada semua ekosistem air tawar. Dalam air danau, dan aliran air

35
dengan kesadahan rendah, kalsium dan garam-garam juga tampaknyan terbatas,

kecuali pada beberapa mata air mineral bahkan pada air dengan kesadahan tertinggi

hanya mempunyai kadar garam dengan salinitas kurang dari 0,5% dibandingkan

dengan 30- 37% dalam air laut (Fajar, 2010).

Pengambilan sampel untuk analisis kadar nitrat biasanya dilakukan dengan

cara memasukkanya ke dalam botol plastik atau botol kaca gelap untuk mencegah

masuknya sinar matahari ke dalam botol karena dapat mengurangi kadar nitrat.

Sampel yang di dalam botol diletakkan pada suhu 40˚C atau lebih rendah dan

dianalisa dalam jangka waktu 24-28 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari

terjadinya nitrifikasi yang terjadi pada suhu optimum 20-25˚C. Nilai pH optimum

untuk proses nitrifikasi adalah 8-9. Pada pH <6, proses nitrfikasi akan terhenti,

bakteri yang melakukan nitrifikasi cenderung menempel pada sedimen dan bahan

padatan lain (Effendi, 2003).

36
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Neraca digital 10. Buret

2. Kaca arloji 11. Gelas piala 100 mL

3. Pengaduk 12. Eksikator

4. Labu ukur 500 mL 13. Kuvet

5. Erlenmeyer 250 mL 14. Botol sampel 25 mL

6. Botol winkler 15. Labu semprot

7. Pipet skala 16. Spektrofotometer

8. Hot plate 17. Waterbath

9. Pipet tetes

b. Bahan

1. Aquadest 8. Larutan natrium tiosulfat

2. Sampel air sungai 9. Larutan NH4Cl

3. Larutan MnSO4 10. Larutan ZnSO4 10%

4. Alkali iodida 11. NaOH 6 N

5. H2SO4 pekat 12. NaCl

6. Indikator kanji 13. Larutan Nessler

7. Larutan EDTA 14. Larutan brusin sulfat

37
B. Prosedur Kerja

Pada analisa air sungai beberapa parameter yang dilakukan guna menentukan

kualitas air sungai, yaitu:

a. Penetapan BOD

1. Dipipet 1 ml sampel kedalam gelas ukur 1000 ml, kemudian diencerkan dengan

aquadest hingga volume 1000 ml.

2. Sampel kemudian dimasukkan kedalam botol winkler.

3. Ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iodide azida. Didiamkan hingga

terbentuk endapan. Dipisahkan larutan jernih dari endapan yang telah terbentuk.

4. Endapan yang terbentuk ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat sehingga endapan larut.

5. Ditambahkan 3-4 tetes indikator kanji dan kemudian dititrasi dengan Na2 S2 O3 .

b. Analisis NH3

1. Dipipet 100 ml sampel kedalam Erlenmeyer 250 ml.

2. Ditambahkan 1 ml ZnSO4 dan 1 tetes NaOH 6 N, diaduk hingga larutan dan

endapan terpisah.

3. Larutan diambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan kedalam tabung nesler.

4. Ditambahkan 1 tetes larutan EDTA kedalam tabung nesler.

5. Dibaca absorbansi dengan panjang gelombang 460 nm pada alat

Spektrofotometer.

38
c. Parameter NO3

1. Dipipet 10 ml sampel kedalam gelas piala 100 ml, kemudian ditambahkan 2 ml

larutan NaCl, 0,5 ml larutan brusin sulfat dan 5 ml larutan H2SO4 pekat.

2. Dipanaskan dengan waterbath pada suhu 100oC selama 20 menit kemudian

didinginkan.

3. Dibaca absorbansi dengan panjang gelombang 420nm pada alat Spektrofotometer.

39
BAB V

DATA PENGAMATAN

A. Analisis BOD

No. Kode Sampel mL tiosulfat untuk DO0 mL tiosulfat untuk DO5

1. 94/AS 2,8 mL 1,7 mL

2. 95/AS 2,9 mL 2,6 mL

3. 96/AS 3,8 mL 3,6 mL

4. 97/AS 4,2 mL 3,7 mL

5. N. 217/AS 4,9 mL 2,8 mL

B. Analisis NH3

No. Konsentrasi Standar ABS


1. 0 0

2. 0,2 0,09
3. 0,4 0,224

4. 0,6 0,338
5. 1 0,581

6. 1,2 0,686
7. 1,4 0,815

8. 1,6 0,912

40
No. Konsentrasi Standar ABS

9. 1,8 1,025

10. 2 1,113

No. Kode Sampel ABS

1. 94/AS 0,036

2. 95/AS 0,225

3. 96/AS 0,823

4. 97/AS 0,417

5. N. 217/AS 0,315

C. AnalisisNO3

No. Konsentrasi Standar ABS

1. 0 0

2. 1 0,043

3. 3 0,102

4. 6 0,176

5. 10 0,287

6. 15 0,412

7. 20 0,551

41
No. Kode Sampel ABS

1. 94/AS 0,054

2. 95/AS 0,187

3. 96/AS 0,352

4. 97/AS 0,541

5. N. 217/AS 0,228

42
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis BOD

No. Kode Sampel DO0 DO5 BOD

1. 94/AS 2,19 mg/L 1,34 mg/L 0,85 mg/L

2. 95/AS 2,28 mg/L 2,03 mg/L 0,25 mg/L

3. 96/AS 2,98 mg/L 2,86 mg/L 0,12 mg/L

4. 97/AS 3,30 mg/L 2,91 mg/L 0,39 mg/L

5. N. 217/AS 3,84 mg/L 2,21 mg/L 1,63 mg/L

Untuk menghitung kadar BOD dalam beberapa sampel air sungai, digunakan

rumus sebagai berikut :

1000 x VtiosulfatxNtiosulfatxBeO2
DO mg/L =
Vsampel−4

BOD = DO 0 − DO5

Analisis BOD bertujuan untuk mengetahui jumlah oksigen yang dibutuhkan

oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik

yang terdapat dalam sampel air sungai. Langkah pertama yakni dilakukan penetapan

oksigen terlarut. Penetapan oksigen terlarut ini dilakukan dengan metode winkler

43
dimana pada prakteknya digunakan botol-botol winkler dengan volume tertentu

sehingga jumlah sampel dan pengencer yang perlu ditambahkan pada tiap botol

berbeda-beda dimana perlu dilakukan perhitungan dengan teliti. Botol-botol ini

memiliki tutup khusus dengan menghilangkan kelebihan air dan tidak menimbulkan

gelembung udara.

Penetapan oksigen terlarut ini berdasarkan prinsip iodometri. Sebelum

dititrasi, sampel ditambahkan larutan MnSO4 dan pereaksi alkali iodide azida.

Seluruh Mn2+ akan teroksidasi menjadi MnO2 (endapan berwarna cokelat) dengan

reaksi sebagai berikut :


1
Mn2+ + 2 OH- + 2O → MnO2 +H2O

Kemudian larutan dibiarkan selama 10 menit agar MnO2 mengendap

sempurna. Kemudian larutan dibagi dua dan ditambahkan H2SO4 pekat agar endapan

larut dan warna menjadi lebih bening. Pada reaksi tersebut terjadi pembebasan I2

yang merupakan hasil oksidasi I- oleh MnO2 yang ekivalen dengan jumlah oksigen.

MnO2 + 2 I- + 4 H+ → Mn2+ + I2 + 2 H2O

Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Titrasi

dilakukan hingga warna larutan menjadi kuning jerami, kemudian ditambahkan

amilumatau larutan kanji yang berfungsi sebagai indikator. Amilum akan bereaksi

dengan I2 membentuk kompleks Ho-amilum (I2-amilum) yang memiliki warna biru.

Titik akhir titrasi terjadi saat warna berubah menjadi bening. Reaksi yang terjadi

adalah :

44
I2 + 2 Na2S2O3→ 2 NaI (tidak berwarna) + Na2S4O6

Dari hasil praktikum, didapatkan nilai DO0 tertinggi terdapat pada sampel N

217/AS yaitu sebesar 3,68 mg/L dan DO5 tertinggi pada sampel 96/AS yaitu sebesar

2,86mg/L dan untuk nilai BOD tertinggi terdapat pada sampel N 217/AS yaitu

sebesar 1,63 mg/L. Tingginya konsentrasi BOD air sungai disebabkan karena

pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen

terlarut digunakan oleh bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam

bahan organik menjadi karbondioksida dan air sehingga kadar oksigen terlarut akan

berkurang dengan cepat. Sampel yang kami analisis memiliki nilai BOD yang berada

dibawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh pemerintah (PP No. 82 Tahun

2001) pada standar baku mutu air kelas I, II, III, dan IV. Hal ini berarti bahwa pada

sampel tersebut memenuhi standar baku mutu air kelas I, II, III, dan IV.

B. Analisis NH3

Grafik hubungan antara konsentrasi vs absorbansi


1200
y = 1111x - 1109
1000
R² = 1
800
ABS

600

400

200

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Konsentrasi (ppm)

45
Menghitung konsentrasi Sampel (x)

y = m.x + c
𝑦
x=𝑚+ 𝑐

Untuk perhitungan konsentrasisampel hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. Kode Sampel ABS Konsentrasi sampel

1. 94/AS 0,036 0.9982

2. 95/AS 0,225 0.9984

3. 96/AS 0,823 0.9989

4. 97/AS 0,417 0.9985

5. N. 217/AS 0,315 0.9984

Penentuan kadar amonia pada air sungai dilakukan dengan metode

Spektofotometer UV-Vis dengan menggunakan reagen Nessler. Prinsip metode

Nessler bila bereaksi dalam larutan basa akan membentuk dispersi koloid yang

berwarna kuning–coklat. Pada penentuan kadar ammonia dalam sampel terlebih

dahulu di buat deret standar dengan variasi konsentrasi 0, 1,3,6,10,15 dan 20 ppm

laludibuat kurva kalibrasi diukur pada panjang gelombang 460 nm dan diperoleh

persamaan garis y= 1111x-1109 dengan nilai 𝑅 2 = 1. Nilai koefisien yang diperoleh

46
menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kadar konsentrasi

tiap-tiap sampel yaitu 0.9982, 0.9984, 0.9989, 0.9985 dan 0.9984 hasil yang diperoleh

dari tiap sampel konsentrasinya cukup besar melebihi ambang batas kandungan amoniak

yang ada pada air sungai yaitu harus di bawah 0,5 mg/L.Menurut teori yang telah di

jelaskan sebelumnya mengenai bahaya amonia apabila terkandung dalam air, terdapat

dua hal yang perlu diketahui. Pertama,semakin tinggi konsentrasi amonia dalam air

maka semakin menurun oksigen terlarut karena digunakan untuk mendisosiasi

amonia. Kedua, amonia yang terdisosiasi dalam bentuk ion NH4+ dikategorikan

sebagai radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker (karsinogen).

C. Analisis NO3

grafik hubungan antara konsentrasi


dengan absorbansi
25

20 y = 3.3929x - 5.7143
R² = 0.9512
15
ABS

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-5
Konsentrasi (ppm)

47
Menghitung konsentrasi Sampel (x)

y = m.x + c
𝑦
x=𝑚+ 𝑐

Untuk perhitungan konsentrasi sampel hasilnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

No. Kode Sampel ABS Konsentrasi sampel


1. 94/AS 0,054 1.700

2. 95/AS 0,187 1.739


3. 96/AS 0,352 1.629
4. 97/AS 0,541 1.844
5. N. 217/AS 0,228 1.751
Nitrat merupakan senyawa anorganik yang di bentuk dari asam nitrit yang

berasal dari ammonia melalui proses katalitik. Nitrat berasal dari ammonium yang

masuk ke dalam badan sungai terutama melalui limbah domestik konsentrasinya

dalam sungai akan berkurang bila semakin jauh, bila jauh dari titik pembuangan yang

disebabkan adanya aktifitas mikroorganisme didalam air contohnya

nitrosurmonas.Mikroorganisme tersebut akan mengkoksidasiammonium menjadi

nitrit dan menjadi nitrat oleh bakteri.

Pengukuran nitrat pada air sungai dilakukan dengan menggunakan metode

brusin yaitu reaksi antara nitrat dan brusin menghasilkan warna kuning yang

digunakan untuk menentukan kadar nitrat secara spektrofotometri. Intensitas warna

dapat diketahui dengan pada panjang gelombang 410 nm. Metode ini hanya sesuai

48
untuk contoh air yang kadar nitrat nitrogennya 0,3 sampai 2 ppm (Pance, 1992).

Sampel yang membentuk warna kuning pekat menunjukkan konsentrasi nitrat

yang terkandung pada sampel sangat besar dan jika sampel yang di uji memiliki

konsentrasi yang berada di luar kurva kalibrasi maka perlu dilakukan pengenceran

terlebih dahulu.

Kurva kalibrasi pada gambar diatas memilki persamaan garis regresi linear y

= 3.392x - 5.714 dan memiliki nilai 𝑅 2 sebesar 0.951. Kemudian kadar nitrat dapat

dihitung dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan

garis tersebut. Hasil analisis kandungan nitrat pada masing-masing sampel air sungai

diperoleh kadar nitrat dengan konsentrasi yang masih tergolong rendah berada

dibawah ambang batas untuk keperluan konsumsi yaitu di bawah kadar yang di

perbolehkan dalam air bersih sebesar 10 mg/L. Namun pada sumber air untuk

perikanan konsentrasi tersebut tergolong tinggi karena konsentrasinya melebihi 0.5

mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air tersebut menurun.Menurut teori

tingginya kadar nitrat dalam sumber air atau perairan dapat membahayakan

kehidupan manusia hewan dan ikan. Kadar nitrat yang tinggi dalam air minum dapat

menyebabkan terganggunya sistem percernaan manusia apabila kadarnya melebihi

1.0 mg/L. Didalam makanan bayi maka hal ini dapat menyebabkan blue baby yang

dapat menyebabkan kematian.

49
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa pada sampel air sungai dengan kode 94/AS, 95/AS, 96/AS, 97/AS, dan N.

217/AS :

a. Mempunyai nilai BOD yang berada dibawah ambang batas yang telah ditetapkan

oleh pemerintah (PP No. 82 Tahun 2001) pada standar baku mutu air kelas I, II,

III, dan IV. Hal ini berarti bahwa pada sampel tersebut memenuhi standar baku

mutu air kelas I, II, III, dan IV.

b. Mempunyai kadar NH3yang berada diatas ambang batas yang telah ditetapkan.

Hal ini berarti bahwa sampel air sungai tidak memenuhi standar baku mutu air

sungai dan air minum.

c. Mempunyai kadar NO3 yang berada dibawah ambang batas yang telah ditetapkan

oleh pada standar baku mutu air kelas I, II, III, dan IV. Hal ini berarti bahwa pada

sampel tersebut memenuhi standar baku mutu air kelas I, II, III, dan IV.

B. Saran

a. Meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja demi terciptanya tenaga kerja

yang sehat sehingga kinerjanya lebih maksimal.

b. Meningkatkan maintenance peralatan dan ketersediaan bahan di laboratorium.

50
DAFTAR PUSTAKA

Adams, et al. 1999. Nitrates in Cattle Feeding. Oregon State University.

Afriana, 2012. Analisis Nitrat, Nitrit, Amonia Pada Air Sungai Mamasa Secara
Spektrofotometri Uv/Visible. Makassar : Universitas Hasanuddin.

Amsyari, 1996. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.

Al-nuri, 2010. Analisa Kadar Amonia dan Nitrogen Total Pada Air Sungai Buangan
Limbah Pabrik Karet Secara Nessler Menggunakan Spektrofotometer. Medan
: Universitas Sumatera Utara.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.

Fadhillah, dkk. 2015. Analisis BOD (Biologycal Oxygen Demand). Bandung :


Politeknik Negeri Bandung.

Jenie., B, S, L,. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta : Kanisius.

Knobeloch, L., et al. 2000. “Blue Babies and Nitrate Contaimed Well Water”, Dalam
Journal Enviromental Health Perspective, 108(7), hal. 675-678.

Mirwan, dkk. 2010. Penurunan Kadar BOD, COD, TSS, dan CO3 Air Sungai
Martapura Menggunakan Tangki Aerasi Bertingkat. Banjarbaru : Universitas
Lambung Mangkurat.

Mulyani, 1999. Pencemaran Nitrit, Nitrat, dan Zat Organik Di Sungai dan Sumurgali
Pada Aliran Sungai Ciliwung. Bandung : Direktorat Geologi Tata
Lingkungan.

Nugroho, dkk. 2004. Desporsi Amoniak Pada Model Sungai. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret.

51
Othman, dkk. 2006. “Kesan Aktiviti Penanaman Padi Terhadap Kualiti Air” Dalam
The Malaysian Journal Of Analytical Sciences, 10(2), hal. 233-242.

Santika, dkk. 1980. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.

Susanto, dkk. “Kajian Kualitas Air Sungai Yang Melewati Kecamatan Gambut Dan
Aluh-Aluh Kalimantan Selatan” Dalam Jurnal Bioscientiae, 6(1), hal. 40-50.

Suwondo, dkk. 2004. Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan, Sago, dan Sail di
Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton dan Bentos. Pekanbaru :
Universitas Riau.

Widayat, dkk. 2010. Penyisihan Amoniak dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Air
Baku PDAM-IPA Bojong Renged dengan Proses Biofiltrasi Menggunakan
Media Plastik Tipe Barang Tawon.

52

Anda mungkin juga menyukai