Tujuan Pembelajaran
Materi
Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran dan berat, bersifat kuantitatif (dapat
diukur) dan irreversible (tidak dapat balik). Perkembangan adalah proses kematangan fungsi
organisme, bersifat kualitatif (tidak memiliki satuan ukur).
Gb. 1.1 Perkembangan embrio dikotil Gb. 1.2 Struktur biji (a) dikotil dan (b) monokotil
Plumula
Hipokotil
Kulit biji
Radikula
Gb. 1.3 Tipe perkecambahan epigeal
b. Tipe perkecambahan hipogeal
Ditandai dengan kotiledon tetap di dalam tanah, contoh pada kacang kapri (Pisum
sativum)
Plumula
Epikotil Kotiledon
Hipokotil
Radikula
Gb. 1.4 Tipe perkecambahan hipogeal
Pertumbuhan primer
Pertumbuhan primer terjadi akibat aktivitas meristem apikal, yaitu meristem yang
terdapat pada bagian ujung akar dan ujung batang.
a) Titik tumbuh batang
Primordia daun
Tunas apikal
Tunas aksilar
Gb. 1.5 Titik tumbuh batang
Zona diferensiasi
Rambut akar
Zona
pemanjangan Meristem primer :
Zona
pembelahan
Tudung akar /
kaliptra
Pertumbuhan sekunder
Pertumbuhan sekunder mengakibatkan bertambah besarnya batang, umunya dialami
oleh Gymnospermae dan dikotil, pada monokotil hanya pada kelompok Palmae.
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas meristem lateral, meristem lateral terbagi
menjadi :
a) Kambium vaskuler
Terletak di antara xylem dan floem.
Aktivitas kambium vaskuler akan
membentuk xylem sekunder ke arah
dalam dan membentuk floem
sekunder ke arah luar. Xylem yang
dibentuk pada musim kemarau
berukuran kecil dan berwarna gelap,
sedangkan xylem yang dibentuk
pada musim penghujan akan
berukuran relatif besar dan berwarna Gb. 1.7 Pertumbuhan sekunder pada batang
terang, sehingga terbentuk formasi
melingkar yang disebut lingkaran tahun.
b) Kambium gabus / felogen
Berperan menggantikan epidermis yang pecah dan rusak karena pertambahan
diameter batang akibat aktivitas kambium vaskuler. Kambium gabus akan
membentuk felem (lapisan gabus) yang berupa sel mati ke arah luar, dan feloderm
(korteks sekunder) yang berupa sel hidup ke arah dalam. Pada beberapa tempat
terdapat celah gabus yang disebut lentisel, fungsinya untuk tempat masuknya air
dan udara. Felem dan felogen (keduanya disebut juga periderm) serta floem
sekunder merupakan komponen pembentuk kulit kayu (bark).
2. Tuliskan hipotesis, variabel bebas dan variabel terikat dari judul penelitian berikut :
1. Pengaruh lama penyinaran terhadap pertumbuhan kecambah
2. Pengaruh pemberian pupuk organik terhadap pembungaan
3. Pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis
4. Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pembungaan
5. Pengaruh IAA terhadap ukuran buah
1
4
5 2
2
6
1
3
7
No. A B
1. Merangsang pengguguran daun a.auksin
2. Mematangkan buah b.giberelin
3. Terdapat di ujung batang c.gas etilen
4. Merangsang pembelahan sel d.asam absisat
5. Berasal dari jamur Giberella e.sitokinin
Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian metabolisme
2. Siswa dapat mendeskripsikan struktur enzim
3. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
4. Siswa dapat menjelaskan cara menguji kerja enzim
5. Siswa dapat menjelaskan fungsi enzim dalam metabolisme
6. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri enzim
7. Siswa dapat menjelaskan tahapan proses respirasi sel
8. Siswa dapat menjelaskan tempat terjadinya setiap tahapan respirasi sel
9. Siswa dapat mengidentifikasi enzim-enzim yang berperan dalam respirasi sel
10. Siswa dapat menghitung jumlah energi yang diperoleh dalam respirasi aerob dan anaerob
11. Siswa dapat menjelaskan hasil yang diperoleh dari respirasi aerob dan anaerob
12. Siswa dapat menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan fotosintesis dan
hasilnya
13. Siswa dapat membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum, oksigen
14. Siswa dapat menjelaskan tahapan reaksi fotosintesis ; reaksi terang dan reaksi gelap pada
C3-C4
15. Siswa dapat menemukan tempat terjadinya reaksi terang dan reaksi gelap dan hasilnya
16. Siswa dapat menemukan bakteri yang melakukan kemosintesa karbohidrat/senyawa kimia
lain.
17. Siswa dapat menemukan hasil-hasil kegiatan kemosintesa yang dilakukan bakteri
18. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara proses metabolisme karbohidrat dengan
metabolisme lemak dan metabolisme protein
19. Siswa dapat menganalisis senyawa antara pada metabolisme karbohidrat yang dapat
disintesis menjadi komponen lemak dan asam amino
Materi
Metabolisme adalah seluruh rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup,
terbagi menjadi :
Anabolisme → penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana
Katabolisme → penguraian zat kompleks menjadi zat yang lebih sederhana
Metabolisme dapat dipercepat dengan adanya katalisator / zat perantara, katalisator dalam
tubuh makhluk hidup (biokatalisator) adalah enzim.
I. Enzim
Enzim dapat mempercepat suatu
reaksi tetapi enzim itu sendiri
tidak ikut berubah. Enzim
bekerja dengan cara menurunkan
energi aktivasi, yaitu energi yang
diperlukan untuk memulai suatu
reaksi.
Struktur enzim :
Apoenzim → komponen
protein pada enzim
Gugus prostetik → komponen Gb. 2.1 Enzim menurunkan energi aktivasi
nonprotein pada enzim
Kofaktor → komponen nonprotein yang terdiri dari ion anorganik, umumnya berupa
logam (Cu2+, Mg2+, K+, Fe2+, dll)
Koenzim → komponen nonprotein yang terdiri dari senyawa organik, seperti NAD+,
FAD+, vitamin atau bagian vitamin (vitamin B1, B2, B6, niasin dan biotin).
Haloenzim → enzim secara keseluruhan (gabungan apoenzim dan gugus prostetik)
Gb. 2.3 Grafik pengaruh suhu terhadap Gb. 2.4 Denaturasi enzim
kecepatan reaksi
II. Katabolisme
Disebut juga disimilasi, pada proses tersebut terjadi penguraian zat kompleks menjadi
bentuk sederhana dan pembebasan energi kimia yang tersimpan di dalamnya. Reaksi
pembebasan energi disebut eksoterm, salah satu contohnya adalah respirasi.
Respirasi merupakan suatu proses pembebasan energi melalui reaksi kimia dengan atau
tanpa oksigen (aerob dan anerob). Substrat pada respirasi adalah glukosa yang didapat
tubuh melalui proses pencernaan. Energi yang dihasilkan berupa ATP (adenosin tri posfat),
yang kemudian digunakan untuk berbagai proses dalam tubuh, seperti bergerak, berpikir,
pertumbuhan dan perbaikan sel, dll.
A. Respirasi aerob
Membutuhkan oksigen bebas dari udara, terjadi pada tingkat sel, sehingga disebut juga
respirasi seluler. Secara singkat respirasi aerob dapat ditulis dalam persamaan reaksi :
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 36 ATP
Glukosa Oksigen Karbon Air Energi
Dioksida
1) Glikolisis
Glikolisis terjadi di sitoplasma, terdiri atas dua langkah reaksi, langkah memerlukan
energi dan langkah melepaskan energi. Glikolisis memecah 1 molekul glukosa (terdiri
dari 6 atom karbon) menjadi 2 asam piruvat (3 atom karbon), 2 NADH (Nicotinamide
Adenine Dinucleotide H) dan 2 ATP.
3) Transpor elektron
Terjadi di membran dalam mitokondria.
Elektron berenergi pertama-tama berasal dari
NADH, kemudian ditransfer ke FADH2,
selanjutnya ke koenzim Q (ubiquinone) dan Gb. 2.10 Transpor elektron
III. Anabolisme
Disebut juga asimilasi, merupakan rangkaian reaksi penyusunan molekul besar dari
molekul yang lebih kecil, contohnya adalah fotosintesis. Fotosintesis adalah peristiwa
penggunaan energi cahaya untuk membentuk senyawa dasar karbohidrat dari karbon
dioksida dan air. Secara singkat dapat ditulis dalam persamaan reaksi :
cahaya
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
kloroplas
Mesofil
intermembran
kloroplas
Membran
luar
Grana
Cahaya diteruskan
Gb. 2.15 Klorofil memantulkan Gb. 2.16 Spektrum gelombang elektromagnetik
cahaya hijau
Tahapan fotosintesis
1) Reaksi terang
Memerlukan cahaya, terjadi pada tilakoid. Cahaya yang mengenai klorofil a pada pusat
reaksi, akan menyebabkan elektron tereksitasi sehingga mempunyai energi lebih tinggi.
Energi tersebut akan diubah menjadi ATP dan NADPH, yang akan digunakan untuk
membentuk karbohidrat pada reaksi gelap. Dan akan terjadi penguraian air oleh energi
cahaya (fotolisis) menghasilkan oksigen. Rangkaian reaksi tersebut terjadi akibat adanya
aliran elektron. Pada reaksi terang ada 2 jenis aliran elektron :
a) Aliran elektron siklik
Hanya terjadi pada fotosistem I
Elektron berenergi tinggi kembali mengalir ke pusat reaksi asalnya (fotosistem I)
Hanya menghasilkan ATP
b) Aliran elektron nonsiklik
Fotosistem II menyerap cahaya, elektron tereksitasi ke tingkat energi yang lebih
tinggi dalam klorofil pusat reaksi P680, elektron ini kemudian ditangkap oleh
penerima elektron utama.
Masuknya energi ke dalam fotosistem II memicu terjadinya fotolisis, yaitu
pemecahan molekul air menjadi oksigen dan ion hidrogen. Kekurangan elektron
pada P680 digantikan oleh elektron yang dilepaskan oleh air.
Elektron akan mengalir dari fotosistem II ke fotosistem I melalui rantai transpor
elektron, yang terdiri dari plastokinon (pQ), kompleks sitokrom dan
plastosianin (pC).
Saat elektron “menuruni” rantai transpor elektron, terjadi fotofosforilasi, yaitu
proses perubahan energi dari elektron yang tereksitasi menjadi ikatan pirofosfat
dari suatu molekul ADP, sehingga terbentuk ATP.
Elektron akan mengisi kekurangan elektron di pusat reaksi fotosistem I (P700)
yang terjadi akibat energi cahaya menggerakkan elektron dari P700 ke penerima
elektron utama fotosistem I.
2) Reaksi gelap
Tidak tergantung kepada cahaya, berlangsung di stroma. ATP dan NADPH hasil reaksi
terang digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi karbohidrat.
a. Jalur C3
Disebut juga siklus Calvin-Benson. Hasil awal fotosintesis berupa senyawa berkarbon
3.
Fase fiksasi
6 CO2 dari udara diikat oleh senyawa
berkarbon 5 yang disebut ribulosa
bifosfat (RuBP) menjadi 6 senyawa
berkarbon 6 yang tidak stabil dan akan
segera pecah menjadi 12 senyawa
berkarbon 3, yaitu asam fosfogliserat
(PGA). Pengikatan CO2 oleh RuBP
diperantarai enzim ribulosa bifosfat
karboksilase (rubisko).
Fase reduksi
Setiap PGA menerima gugus fosfat
dari ATP dan hidrogen serta elektron
dari NADPH, menghasilkan 12
fosfogliseraldehide (PGAL).
Fase kondensasi
2 PGAL kemudian berkondensasi
membentuk glukosa
Fase regenerasi
10 PGAL kembali menjadi RuBP
untuk mengikat kembali CO2 yang baru
dan melanjutkan siklus. Gb. 2.19 Siklus Calvin-Benson
b. Jalur C4
Hasil awal fotosintesis berupa senyawa berkarbon 4. Terjadi pada tumbuhan seperti
rumput, jagung dan tebu. Tempat pengikatan CO2 terjadi dalam sel-sel mesofil,
sedangkan reaksi reduksi terjadi di berkas sel seludang.
V. Kemosintesis
Kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan sumber energi dari reaksi kimia
eksergonik.
Kemosintesis pada bakteri belerang
Dilakukan oleh Thiobacillus, memperoleh energi dengan cara mengoksidasi H2S.
cahaya
2H2S + O2 2H2O + 2S + Energi
klorofil
1. Enzim
Tujuan :
1. Mengetahui dan memahami pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
katalase
2. Mengetahui dan memahami pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim katalase
Cara kerja :
A. Pengaruh konsentrasi substrat
1. Siapkan lima tabung reaksi
2. Masukkan H2O2 dan akuades ke dalam tabung reaksi tersebut dengan ketentuan :
Tabung Volume (ml)
reaksi H2O2 Akuades
1 0 6
2 1,5 4,5
3 3 3
4 4,5 1,5
5 6 0
2. Fotosintesis 1
Tujuan :
1. Membuktikan spektrum cahaya matahari yang dipakai pada proses fotosintesis
2. Membuktikan fotosintesis membutuhkan CO2
3. Membuktikan fotosintesis menghasilkan O2
Cara kerja :
A. Pengamatan spektrum cahaya matahari
1. Susun perangkat percobaan seperti pada gambar sebanyak 3 set, pastikan tabung
reaksi penuh terisi air
2. Tutup dengan menggunakan kertas minyak warna merah, kuning dan hijau
3. Diamkan di bawah sinar matahari selama ± 1 jam
4. Amati jumlah gelembung yang terbentuk di ujung tabung reaksi, bandingkan dan
catat dalam tabel pengamatan
Tabel pengamatan
Banyak gelembung yang terbentuk
Perangkat percobaan
Tidak ada Sedikit Banyak
Ditutup kertas merah
Ditutup kertas kuning
Ditutup kertas hijau
3. Fotosintesis 2
Cara kerja :
1. Siapkan beberapa helai daun seminggu sebelum praktikum dengan cara menutup
bagian tengah daun yang segar dan masih menempel pada batangnya dengan
aluminium foil
2. Petik daun yang sudah dipersiapkan sebelumnya
3. Isi gelas beker dengan air hingga setengah volume gelas
4. Isi tabung reaksi besar dengan alkohol hingga setengah volume tabung
5. Masukkan tabung reaksi berisi alkohol ke dalam gelas beker berisi air
6. Panaskan gelas beker dengan Bunsen hingga alkohol dalam tabung mendidih
7. Masukkan daun yang sudah dibuka aluminium foilnya ke dalam tabung reaksi, biarkan
sampai 10 menit
8. Angkat daun dengan menggunakan pinset dan taruh pada cawan petri
9. Tetesi daun dengan reagen Lugol pada bagian yang ditutup aluminium foil dan bagian
yang tidak ditutup aluminium foil
10. Amati perbedaan dan perubahan warna pada daun
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat membedakan gen, DNA dan kromosom.
2. Siswa dapat menjelaskan fungsi gen, DNA dan kromosom.
3. Siswa dapat mendeskripsikan struktur heliks DNA serta sifat dan fungsinya.
4. Siswa dapat mendeskripsikan struktur, sifat, dan fungsi RNA.
5. Siswa dapat membedakan DNA dan RNA
6. Siswa dapat mendeskripsikan hubungan antara DNA, gen, dan kromosom
7. Siswa dapat menjelaskan hubungan DNA-RNA-polipeptida
8. Siswa dapat menjelaskan proses replikasi dan transkripsi DNA
9. Siswa dapat mengurutkan proses tahapan sintesis protein
10. Siswa dapat menjelaskan proses penyampaian kode genetika
11. Siswa dapat menjelaskan peran dan bagian-bagian yang terlibat dalam sintesis protein
12. Siswa dapat menemukan macam-macam kode genetik (kodon)
Materi
Hereditas adalah proses pewarisan sifat makhluk hidup pada keturunannya. Ilmu yang
mempelajari tentang hereditas disebut genetika.
A. Kromosom
Berasal dari kata chromo (warna) dan soma (badan), merupakan tempat gen berada.
Kromosom hanya terlihat ketika sel aktif membelah, karena ketika itu materi kromosom
berkondensasi dan mudah menyerap warna. Ketika sel tidak dalam fase pembelahan,
materi genetik tidak terlihat, hanya berupa benang-benang halus yang disebut kromatin.
Kromosom merupakan struktur padat yang terdiri dari protein dan DNA.
Kromosom pada
tahap metafase
Satelit
Kontriksi
primer
Kromomer
Sentromer
B. Gen
Gen adalah unit instruksi untuk
menghasilkan atau mempengaruhi
suatu sifat herediter tertentu.
Letak gen dalam kromosom
disebut lokus. Alel adalah bentuk
alternatif dari gen, misalnya gen
tinggi alelnya pendek, gen lurus
alelnya keriting, dan sebagainya.
Gen resesif adalah gen yang
ekspresinya ditutupi oleh gen lain Gb. 3.4 Hubungan gen dan kromosom
(alelnya), sedangkan gen dominan
Ikatan
fosfodiester
yang
menghubungkan
molekul
mononukleotida.
Gb. 3.6 Ikatan Hidrogen pada basa nitrogen DNA Gb. 3.7 Ikatan fosfodiester menghubungkan antar
mononukleotida
Ujung 5’ Ujung 3’
Ujung 3’ Ujung 5’
Gb. 3.8 Struktur DNA double helix Gb. 3.9 Polaritas rantai polinukleotida
Fungsi DNA adalah mewariskan informasi genetik dari generasi ke generasi. Oleh karena
itu DNA mampu mereplikasi dirinya sendiri. Replikasi DNA melibatkan beberapa enzim,
diantaranya adalah :
DNA polimerase → berperan dalam proses pemanjangan DNA baru pada cabang
replikasi
Helikase → berperan membuka pita ganda DNA pada cabang replikasi
DNA ligase → berperan menggabungkan potongan-potongan DNA ke untai yang
sedang tumbuh
DNA nuklease → berperan memotong pita DNA yang rusak
DNA baru
Hipotesis semikonservatif → kedua pita DNA terbuka, kemudian masing-masing pita
tersebut mencetak pita baru yang merupakan pelengkapnya (rantai DNA
komplemennya)
DNA lama
DNA baru
5’ 3’
5’
2. Translasi
Terjadi penerjemahan urutan kodon pada RNAd menjadi urutan asam amino pada
ribosom oleh RNAt dengan cara membawa asam-asam amino dari “kolam” asam
amino di sitoplasma ke ribosom. Translasi terdiri atas :
a. Inisiasi
Merupakan proses menempelnya
ribosom unit kecil pada bagian ujung
5’ RNAd. Kemudian RNAt inisiator
yang membawa asam amino
metionin dengan antikodon UAC
melekat pada RNAd, tepat pada
kodon start yaitu AUG. Kodon start
adalah tiplet kodon yang menandai
dimulainya sintesis protein.
Selanjutnya terjadi perlekatan
ribosom unit besar pada ribosom unit
kecil. Pada ribosom unit besar
terdapat tiga posisi khusus perlekatan P
RNAt, yaitu posisi A tempat
masuknya RNAt yang membawa
asam amino, posisi P tempat RNAt
melepaskan asam amino yang
dibawanya, dan posisi E tempat E A
keluarnya RNAt dari ribosom.
Kodon
start
c. Terminasi
Elongasi berlanjut hingga mencapai kodon stop, yaitu UAA, UAG atau UGA.
Kodon stop tidak mengkode asam amino tetapi bertindak sebagai sinyal untuk
menghentikan translasi. Selanjutnya rantai polipeptida akan lepas dari ribosom.
5
3
4
3 4
Letak
Kadar
Tujuan pembelajaran
Materi
Pewarisan sifat-sifat genetik berlangsung melalui proses pewarisan kromosom, yang
terjadi pada saat pembelahan sel. Pembelahan sel bertujuan menghasilkan sel-sel baru. Oleh
karena itu sebelum sel membelah DNA melakukan replikasi, agar masing-masing anakan
menerima salinan DNA yang lengkap.
Pembelahan sel terbagi menjadi :
Pembelahan Biner / Amitosis
Merupakan tipe pembelahan sel secara langsung, tanpa tahapan tertentu. Contohnya pada
bakteri.
Pembelahan Mitosis
Terjadi pada sel somatis (sel tubuh), terdiri atas 4 tahap dengan pembelahan berlangsung
1 kali, menghasilkan 2 sel anakan yang mengandung materi genetik yang identik dengan
induknya / menghasilkan sel diploid (2n), berfungsi untuk pertumbuhan, perbaikan,
penggantian sel dan reproduksi aseksual.
Pembelahan Meiosis
Disebut juga pembelahan reduksi, terjadi pada sel gamet (sel kelamin), terdiri atas 4 tahap
dengan pembelahan berlangsung 2 kali, menghasilkan 4 sel anakan yang mengandung
materi genetik setengah dari materi genetik induknya / menghasilkan sel haploid (n),
berfungsi untuk reproduksi seksual.
Siklus sel
1) Fase pembelahan / mitotik (M)
Pembelahan inti / Kariokinesis
a) Profase
b) Metafase
c) Anafase
d) Telofase
Pembelahan sitoplasma / Sitokinesis
2) Fase interfase
Fase G1→ ukuran sel bertambah besar
Fase S → terjadi replikasi DNA
Fase G2
Pembentukan
Kromosom membran
bersaudara nukleus
Gb. 4.2 Tahapan Mitosis
Gb. 4.3 Sitokinesis pada sel hewan Gb. 4.4 Sitokinesis pada sel tumbuhan
C. Pembelahan Meiosis
1) Meiosis I
1. Profase I
a) Tahap Leptoten → kromatin berkondensasi membentuk kromosom
b) Tahap Zigoten
Sentrosom membelah menjadi dua menuju kutub yang berlawanan
Kromsom homolog saling berdekatan dan berpasangan / melakukan
sinapsis
c) Tahap Pakiten → tiap kromosom homolog mengganda tetapi masih dalam
satu ikatan sentromer, sehingga tampak seperti memiliki 4 kromatid
(berbentuk tetrad / bivalen)
d) Tahap Diploten → kromsom homolog saling menjauh, ada kalanya terjadi
perlekatan berbentuk X pada suatu tempat di kromosom yang disebut kiasma,
yaitu tempat terjadinya peristiwa pindah silang (crossing over). Peristiwa
tersebut menyebabkan terjadinya pertukaran gen sehinggga menghasilkan
rekombinasi genetika. Sel gamet yang terbentuk sama sekali tidak sama
dengan kromosom induknya, sehingga menyebabkan variasi dalam makhluk
hidup.
e) Tahap Diakinesis
Terbentuk benang-benang spindel
Nukleolus dan membran inti mulai “menghilang”
Tetrad mulai bergerak menuju ekuator
2. Metafase I
Pasangan kromosom homolog tersusun pada bidang pembelahan (ekuator).
3. Anafase I
Pasangan kromosom homolog dipisahkan menuju kutub yang berlawanan oleh
benang-benang spindel. Tujuannya adalah membagi kromosom diploid menjadi
haploid (2n menjadi n), masing-masing kromosom masih memiliki 2 lengan
kromatid.
4. Telofase I
Pada setiap kutub terdapat satu set kromosom
Membran nukleus kembali terbentuk
Gelendong pembelahan (benang spindel) menghilang diikuti dengan
sitokinesis
2) Meiosis II
1. Profase II
Tidak terjadi duplikasi kromosom
Terbentuk anak setriol dengan posisi tegak lurus dari sentriol induk
Membran nukleus lenyap
Benang spindel terbentuk
2. Metafase II
Tiap kromosom (yang terdiri dari 2 kromatid) merentan di bidang pembelahan.
3. Anafase II
Kromatid tiap kromosom bergerak menuju kutub yang berlawanan.
4. Telofase II
Hasil pembelahan adalah 4 sel anak yang haploid
Membran inti dan anak inti mulai terbentuk kembali
3. Pada tumbuhan
1 2 3 4 5
6 7 8
Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat menemukan hipotesa yang diajukan Mendel tentang pewarisan sifat.
2. Siswa dapat menerapkan hukum Mendel menentukan ratio perbandingan fenotip dan
genotip keturunan.
3. Siswa dapat menjelaskan penyebab penyimpangan-penyimpangan semu hukum Mendel.
4. Siswa dapat menjelaskan macam-macam penyimpangan semu hukum Mendel dengan
aplikasinya.
5. Siswa dapat menerapkan penyilangan secara teoritis penyimpangan semu hukum Mendel.
6. Siswa dapat menjelaskan berbagai pola-pola hereditas, seperti tautan, pindah silang, gen
letal, nondisjungsi, dll.
7. Siswa dapat membedakan pola hereditas yang satu dengan yang lainnya, seperti tautan
dengan pindah silang, tautan seks dengan gen letal
8. Siswa dapat menjelaskan bagaimana usaha mempelajari pola pewarisan sifat pada
manusia.
9. Siswa dapat mengidentifikasi cacat, penyakit, kelainan, dan pola pewarisannya pada
manusia.
10. Siswa dapat menjelaskan cara-cara menghindari terjadinya pewarisan sifat yang
merugikan.
11. Siswa dapat mengaplikasi perhitungan ratio terjadinya pewarisan sifat pada manusia.
Materi
Hereditas adalah proses penurunan sifat dari makhluk hidup kepada keturunannya. Ilmu
yang mempelajari hereditas disebut genetika. Orang pertama yang melakukan percobaan tentang
genetika adalah Gregor Johann Mendel, seorang biarawan asal Austria. Mendel melakukan
percobaan terhadap tanaman kacang ercis / kacang polong (Pisum sativum). Alasan Mendel
memilih tanaman tersebut adalah karena :
Mampu mengadakan pembuahan sendiri
Mudah dibudidayakan
Cepat berbuah dan berumur pendek
Memiliki banyak karakter yang berbeda
Dominan Resesif Dominan Resesif
Warna Bentuk
bunga polong Halus Kasar
Ungu Putih
Warna
polong Hijau Kuning
Posisi
bunga
Di ketiak Di ujung
Tinggi
Warna tanaman
biji Kuning Hijau
Tinggi Pendek
Bentuk
biji Bulat Kisut
Gb. 5.1 Tujuh karakter mencolok yang dipelajari Mendel
Dari eksperimennya tersebut, Mendel berkesimpulan bahwa sifat atau karakter diturunkan
dari orang tua kepada anaknya melalui pewarisan faktor keturunan yang dia sebut faktor X. Pada
tahun 1909 Johansen menyebut faktor pembawa sifat dalam eksperimen Mendel sebagai gen.
Tahun 1912 Thomas Morgan melalui eksperimennya terhadap lalat buah Drosophila
melanogaster menjelaskan bahwa gen terdapat dalam kromosom.
Generasi
parental
(P1) Bunga ungu Bunga putih
Generasi
filial 1
(F1) 100 % Bunga ungu
Generasi
filial 2
(F2)
75 % Bunga 25 % Bunga
ungu putih
Gamet BK bk
BbKk
♀ ♂
BK BK
bK bK
Bk Bk
bk bk
Testcross / uji silang → persilangan antara suatu individu yang tidak diketahui genotipnya
dengan induk homozigot resesif. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu individu
bergenotip homozigot (galur murni) atau heterozigot. Jika generasi F1 menampilkan karakter
dominan 100 %, maka induk yang diuji tersebut homozigot dominan. Jika generasi F1
menampilkan karakter 50 % dominan dan 50 % resesif, maka induk yang diuji tersebut adalah
heterozigot.
Backcross / silang balik → persilangan antara anakan F1 yang heterozigot dengan
induknya yang homozigot dominan. Tujuannya adalah untuk mencari genotip tetua.
Persilangan resiprok → adalah persilangan ulang dengan jenis kelamin dipertukarkan.
F1 PpKk
100 % labu putih
P2 PpKk x PpKk
♂
PK Pk pK pk
♀
PPKK PPKk PpKK PpKk
PK
putih putih putih putih
PPKk PPkk PpKk Ppkk
Pk
putih putih putih putih
PpKK PpKk ppKK ppKk
pK
putih putih kuning kuning
PpKk Ppkk ppKk ppkk
pk
putih putih kuning hijau
Rasio fenotip putih : kuning : hijau = 12 : 3 : 1
Contoh lain : pada warna sekam gandum, ada tiga warna sekam gandum yaitu
hitam, kuning dan putih. Gen H menentukan warna sekam hitam dan dominan
terhadap h. K menentukan warna sekam kuning dan dominan terhadap k. H
epistasi terhadap K, sehingga warna sekam tetap hitam meskipun ada alel K.
P1 HHkk x hhKK
Sekam hitam Sekam kuning
F1 HhKk
100 % sekam hitam
P2 HhKk x HhKk
♂
HK Hk hK hk
♀
HHKK HHKk HhKK HhKk
HK
hitam hitam hitam hitam
HHKk HHkk HhKk Hhkk
Hk
hitam hitam hitam hitam
HhKK HhKk hhKK hhKk
hK
hitam hitam kuning kuning
HhKk Hhkk hhKk hhkk
hk
hitam hitam kuning putih
Rasio fenotip hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1
b) Epistasi resesif
Jika dalam keadaan homozigot resesif, gen tersebut akan menutupi ekspresi gen
lain. Contoh : warna rambut tikus ditentukan oleh gen A yang menghasilkan
warna rambut abu-abu agouti dan dominan terhadap a yang menghasilkan warna
rambut hitam. Kerja gen tersebut dipengaruhi oleh gen yang menentukan
munculnya warna. H menghasilkan warna tetap bekerja, sedang h akan
menyebabkan tidak munculnya pigmen warna sehingga rambut menjadi putih.
SMA N 1 TALAMAU Page 44
P1 HHaa x hhAA
Tikus hitam Tikus putih
F1 HhAa
100 % tikus abu-abu agouti
P2 HhAa x HhAa
♂
HA Ha hA ha
♀
HHAA HHAa HhAA HhAa
HA
Agouti Agouti Agouti Agouti
HHAa HHaa HhAa Hhaa
Ha
Agouti hitam Agouti hitam
HhAA HhAa hhAA hhAa
hA
Agouti Agouti putih putih
HhAa Hhaa hhAa hhaa
ha
Agouti hitam putih putih
Rasio fenotip abu-abu agouti : hitam : putih = 9 : 3 : 4
5. Gen komplementer
Merupakan interaksi beberapa gen yang saling melengkapi. Disebut juga epistasi
gen resesif rangkap, karena jika salah satu gen homozigot resesif, maka pemunculan
suatu karakter oleh gen lain menjadi tidak sempurna atau terhalang. Contohnya pada
bunga Lathyrus odoratus yang diteliti oleh W. Bateson dan R.C Punnet.
Gen C → menumbuhkan zat bahan mentah pigmen
Gen c → tidak menumbuhkan zat bahan mentah pigmen
Gen P → menumbuhkan enzim pengaktif pigmen
Gen p → tidak menumbuhkan enzim pengaktif pigmen
Adanya homozigot resesif cc maupun pp akan menyebabkan bunga tidak berwarna.
Bunga putih
2. Kodominan
Dua alel suatu gen menghasilkan produk berbeda dengan alel yang satu tidak
dipengaruhi oleh alel yang lain. Contoh :
Pada sapi → sapi warna merah (RR) kodominan terhadap sapi putih (rr)
menghasilkan anak sapi roan (Rr) yang coklat kemerahan dengan sedikit
percikan putih.
Pada golongan darah manusia → A (IA) dominan terhadap O (IO), B (IB)
dominan terhadap O (IO), namun jika A dan B bersama maka akan muncul
golongan darah AB (IAIB).
Pada ayam → hitam (B) semidominan terhadap putih (b), jika dikawinkan akan
menghasilkan ayam berbulu blue andalusia, yang jika dikawinkan sesamanya
akan timbul lagi asal usul warna bulu pada anaknya, yaitu hitam dan putih.
3. Alel ganda
Merupakan fenomena adanya lebih dari satu alel dari suatu gen. Contohnya pada
kelinci. Gen warna kelinci memiliki 4 alel dengan urutan dominansi yaitu :
C > cch > ch > c
Sapi bulldog
DD → sapi Kerry (normal)
Dd → sapi Dexter (normal, tubuh pendek)
dd → sapi bulldog (letal setelah 6-8 bulan)
b) Letal dominan
Berbeda dengan letal resesif,
dalam keadaan heterozigot
menyebabkan kecacatan.
Ayam redep / creeper
CrCr → letal
Crcr → ayam redep / creeper
(kaki dan sayap pendek)
crcr → ayam normal
Tikus
AA → letal
Aa → tikus rambut kuning
aa → tikus normal
5. Tautan
Merupakan keadaan dimana gen yang letaknya berdekatan saling terpaut, sehingga
tidak mengikuti hukum segregasi Mendel pada waktu pembentukan gamet.
Thomas Hunt Morgan meneliti lalat buah Drosophilla melanogaster, alasannya
karena lalat buah mudah berkembang biak, jumlah kromosomnya hanya 4 pasang
dan memiliki banyak variasi karakter mutan / karakter tidak normal. Lalat normal
berwarna tubuh kelabu (B) dan sayap lurus (V), lalat mutan berwarna tubuh hitam
(b) dan sayap vestigial / berkerut (v). Dilakukan testcross lalat buah berwarna
kelabu sayap normal homozigot (BBVV) dengan induk homozigot resesif yaitu lalat
hitam sayap vestigial (bbvv). Hasil yang diharapkan adalah empat fenotip keturunan
yang kira-kira berjumlah sama yaitu 1 kelabu normal : 1 hitam vestigial : 1 kelabu
vestigial : 1 hitam normal, namun ternyata hasil yang didapat sangat berbeda, hanya
ada dua fenotip saja, yaitu kelabu normal dan hitam vestigial (tipe parental) dan
tidak ada tipe rekombinan yang muncul. Hal ini terjadi karena B tertaut V dan b
tertaut v, sehingga gamet yang dihasilkan hanya BV dan bv.
P1 BBVV x bbvv
Kelabu normal Hitam vestigial
Gamet BV bv
F1 BbVv
Kelabu normal
F1 disilang dengan induk resesif (testcross)
BbVv x bbvv
♂ bv
BV Bv bV Keturunan yang
♀
BbVv Bbvv bbVv bbvv diharapkan
bv Kelabu Kelabu hitam hitam
normal vestigial normal vestigial
c) Tipe ZW
Pada kupu-kupu, ikan, reptil dan burung. Jantan berkromosom ZZ, betina ZW
d) Berdasarkan ploidi (jumlah set kromosom)
Pada lebah madu betina diploid (2n) sedangkan jantan haploid (n)
2. Gen letal
a) Sickle Cell Anemia / anemia sel sabit
Penderita memiliki sel darah merah berbentuk sabit, terjadi akibat mutasi gen
ketika sintesis protein pembentuk sel darah merah. Akibatnya afinitas / daya ikat
eritrosit terhadap oksigen rendah. Individu dengan genotip HbSHbS atau ss letal
sebelum dewasa. Individu heterozigot HbSHbA atau Ss merupakan carier dan
penderita. Individu normal bergenotip HbAHbA atau SS.
b) Ichtyosis congenital
XXcb XY XXcb XY
Semua anak perempuannya carier, semua anak laki-lakinya normal
Wanita carier dengan pria normal
XXcb x XY
XX XY XXcb XcbY
50 % anak perempuannya normal, 50 % anak perempuannya buta warna
50 % anak laki-lakinya normal, 50 % anak laki-lakinya buta warna
Persentase anaknya yang buta warna (tanpa memandang laki-laki atau
perempuan) adalah 25 %
Wanita buta warna dengan pria normal
XcbXcb x XY
Gb. 5.6 Pedigree pewarisan sifat hemofilia pada keluarga kerajaan Eropa
XXh XY XXh XY
Semua anak perempuannya carier, semua anak laki-lakinya normal
Wanita carier dengan pria normal
XXh x XY
XX XY XXh XhY
50 % anak perempuannya normal, 50 % anak perempuannya carier
50 % anak laki-lakinya normal, 50 % anak laki-lakinya hemofilia
Persentase anaknya yang hemofilia (tanpa memandang laki-laki atau
perempuan) adalah 25 %
Wanita hemofilia dengan pria normal
XhXh x XY
1. Ayam pial walnut (RRPP) disilangkan dengan ayam pial bilah (rrpp), maka jika F1 disilangkan
sesamanya akan menghasilkan keturunan…
a.9 walnut : 7 bilah
b.7 walnut : 3 ros : 4 bilah : 2 bilah
c.9 walnut : 3 ros : 3 biji : 1 bilah
d.15 walnut : 1 bilah
e.100% walnut
2. Pada peristiwa polimeri, persilangan dua gandum menghasilkan keturunan merah sedang, merah muda
dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1, maka genotip parentalnya adalah…
a. M1M1M2M2 x M1M1m2m2
b. M1M1M2M2 x M1m1m2m2
c. M1M1m2m2 x M1m1M2m2
d.. M1m1m2m2 x m1m1M2m2
e.. M1M1m2m2 x M1m1m2m2
3. Persilangan bunga merah AAbb dengan bunga putih aaBB akan menghasilkan bunga ungu, jika F1
disilangkan sesamanya maka rasio fenotipe ungu : merah : putih adalah…
a.12 : 3 : 1 d.9 : 6 : 1
b.9 : 4 : 3 e.6 : 9 : 1
c.9 : 3 : 4
4. Jika H (hitam) epistasi terhadap K (kuning), maka persilangan antara kacang berkulit hitam HhKK
dengan kacang berkulit kuning hhKk akan menghasilkan keturunan…
a.hitam : kuning = 1 : 1
b.hitam : kuning = 3 : 1
c.hitam : kuning : putih = 4 : 3 : 1
d.hitam : kuning : putih = 4 : 2 : 1
e.hitam : kuning : putih = 9 : 3 : 4
5. Pada bunga Lathyrus odoratus gen C membentuk pigmen warna, alelnya c tidak membentuk pigmen
warna, gen P ada enzim pengaktif dan p tidak ada enzim pengaktif, jika disilangkan bunga ungu
heterozigot (CcPp) dengan sesamanya maka akan menghasilkan rasio fenotipe…
a.9 ungu : 3 merah : 3 putih
b.13 ungu : 3 putih
c.13 putih : 3 ungu
d.9 ungu : 7 putih
e.7 ungu : 9 putih
6. Suatu individu bergenotipe AABbCcDdEeFf, jumlah macam gamet yang terbentuk adalah…
a.2 d.16
b.4 e.32
c.8
7. Pada Mangga gen B untuk buah bulat dan alelnya b untuk buah lonjong, gen M untuk rasa manis dan
alelnya m untuk rasa asam, jika dilakukan test cross terhadap mangga buah bulat rasa manis
homozigot, maka akan menghasilkan keturunan F2 dengan kemungkinan buah lonjong rasa manis…
a.1/16 d.4/16
b.2/16 e.9/16
c.3/16
8. Mata merah pada Drosophila melanogaster terpaut pada kromosom x dan bersifat dominan, maka hasil
persilangan betina mata putih dengan jantan mata merah akan menghasilkan keturunan…
a.betina putih dan jantan putih = 1 : 3
b.betina merah dan jantan putih = 1 : 3
c.betina putih dan jantan merah = 1 : 1
d.betina merah dan jantan merah = 1 : 1
e.betina merah dan jantan putih = 1 : 1
9. Pada lalat buah Drosophila melanogaster warna tubuh abu-abu dominan terhadap tubuh hitam, sayap
panjang dominan terhadap sayap kisut, disilangkan lalat buah tubuh abu-abu sayap panjang dengan
hitam sayap kisut dihasilkan keturunan 258 abu-abu panjang, 52 abu-abu kisut, 48 hitam panjang dan
263 hitam kisut, maka dapat disimpulkan bahwa…
No. A B
1. Jari banyak a.albino
2. Darah tidak membeku b.brakidaktili
3. Penuaan dini c.hemofili
4. Tidak berpigmen d.polidaktil
5. Jari pendek e.progeria
Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan macam mutasi dan penyebabnya.
2. Siswa dapat mengidentifikasi ragam mutasi pada kromosom dan gen.
3. Siswa dapat menjelaskan berbagai mutasi yang dihasilkan manusia, dengan teknologi yang
digunakan.
4. Siswa dapat menjelaskan keuntungan dan kerugian dan berbagai peristiwa mutasi
Materi
Istilah mutasi pertama kali dikemukakan oleh Hugo de Vries. Mutasi adalah perubahan
materi genetik (DNA) yang berakibat berubahnya fenotip suatu makhluk hidup dan diwariskan
kepada keturunannya. Agen yang menyebabkan mutasi disebut mutagen, sedangkan makhluk
hidup yang mengalami mutasi disebut mutan.
Macam-macam mutasi :
1. Berdasarkan tipe sel yang mengalami mutasi
a. Mutasi germinal → terjadi pada sel kelamin (gamet), dapat diwariskan kepada
keturunan selanjutnya (heritable).
b. Mutasi somatis → terjadi pada sel tubuh, tidak dapat diturunkan.
2. Berdasarkan faktor kejadiannya
a. Mutasi alami → terjadi secara tiba-tiba, jarang terjadi, disebut mutasi spontan, mutagen
dapat berupa radiasi sinar kosmis, radioaktif dan ultraviolet.
b. Mutasi buatan → dilakukan oleh manusia, bertujuan untuk memperoleh genotip baru.
3. Berdasarkan sifat genetiknya
a. Mutasi dominan → tampak pengaruhnya dalam keadaan heterozigot
b. Mutasi resesif → hanya akan muncul dalam keadaan homozigot
4. Berdasarkan arah mutasinya
a. Mutasi maju → mengubah fenotip normal menjadi abnormal
b. Mutasi balik → mengubah fenotip abnormal menjadi normal
5. Berdasarkan tingkatannya
a. Mutasi gen / mutasi titik / point mutation → mutasi yang terjadi pada tingkat gen, yaitu
perubahan terjadi pada nukleotida DNA.
Gb. 6.3 Mutasi salah arti Gb. 6.4 Mutasi tanpa arti
2) Insersi
Penyisipan satu atau lebih basa nitrogen pada rantai DNA.
3) Delesi
Pengurangan satu atau lebih basa nitrogen pada rantai DNA.
4) Adisi
Penambahan satu atau lebih basa nitrogen pada ujung rantai DNA.
Insersi dan delesi menyebabkan mutasi pergeseran kerangka / frameshift mutation.
Dapat menyebabkan mutasi salah arti dan mutasi tanpa arti.
Gb. 6.6 Insersi menyebabkan mutasi tanpa arti Gb. 6.7 Delesi menyebabkan mutasi salah arti
B. Delesi
Delesi pada kromosom nomor 5 menyebabkan kelainan
yang disebut sindrom Cri du Chat (tangisan kucing).
Penderita mengalami keterbelakangan mental, kepala
kecil dengan penampakan wajah yang tidak biasa, suara
tangisan seperti suara kucing, pita suara sempit,
epiglotis melengkung, muka bundar, otak dan rahang
kecil. Biasanya meninggal ketika masih bayi atau anak-
anak.
C. Translokasi kromosom
Translokasi pada kromosom nomor 22 dengan nomor 9
menyebabkan penyakit Chronic Myelogenous
Leukimia (CML) yaitu kanker yang menyerang sel-sel Gb. 6.13 Penderita Cri du Chat
yang menghasilkan leukosit.
Mutagen
1. Mutagen fisika
Radiasi sinar X → menghasilkan radikal bebas yang mengubah basa-basa nitrogen
sehingga tidak dikenali oleh DNA polimerase, radikal bebas juga memutus ikatan
antara gula pentosa dengan gugus fosfat.
Radiasi radioaktif
Radiasi sinar kosmis
Radiasi sinar ultraviolet → diserap oleh timin, menyebabkan timin membentuk ikatan
kovalen dengan nukleotida di dekatnya sehingga replikasi DNA terhambat.
2. Mutagen kimia
Asam nitrit → menyebabkan deaminasi adenin, guanin dan sitosin pada DNA.
Benzopiren → menambah gugus kimia pada basa guanin, sehingga guanin tidak bisa
berpasangan dengan basa manapun.
Brom-Urasil → mirip basa nitrogen timin sehingga mengacaukan replikasi DNA.
Hidroksilamin → mampu berpasangan dengan timin atau guanin sehingga mengacauka
replikasi DNA.
Peroksida
Akridin → menyisip di antara pasangan basa nitrogen sehingga DNA menjadi kaku.
Pestisida, seperti DDT dan BHC
Agen alkilase, seperti mustard, dimetil dan dimetilsulfat → bereaksi dengan gugus
fosfat dan mengganggu replikasi.
Kolkisin → menyebabkan gagal pisah / nondisjunction.
Etilmetan sulfat (EMS) dan etiletan sulfonat (EES)
3. Mutagen biologi
Virus → merubah susunan materi genetik (DNA)
Bakteri → menghasilkan toksin yang dapat merusak DNA
Pemanfaatan mutasi
Mutasi dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengobatan, peningkatan kualitas tanaman
dan menghasilkan spesies-spesies baru.
1 3
2 5
3 4
Mendatar Menurun
1. Kurang satu kromosom 1. Ploidi karena peleburan 2 spesies berbeda
2. Hilang lengan kromosom 2. Penambahan basa
3. Penggantian basa 3. Penyisipan basa
4. Penyebab mutasi 4. Patahan kromosom menempel pada bukan
5. Perubahan jumlah pada seluruh pasangan homolognya
kromosom 5. Penderita mutasi
Tujuan Pembelajaran
Materi
Evolusi merupakan cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang perubahan makhluk
hidup secara perlahan dalam rentang waktu yang panjang.
Evolusi terbagi menjadi :
Evolusi progresif → evolusi yang menuju kemungkinan dapat survive
Evolusi regresif → evolusi yang menuju kemungkinan menjadi punah
Darwin juga menerima surat dari Alfred Russel Wallace yang sedang meneliti
persebaran flora dan fauna di Indonesia. Sekembalinya dari pelayarannya, Darwin
membacakan tulisan Wallace pada acara Royal Society of London dan
mengemukakan teori evolusinya. Setahun kemudian Darwin menulis buku tentang
evolusi yang berjudul “On The Origin of Species By Means of Natural Selection,
or The Preservation of Favoured Races in The Stuggle for Life”.
Pokok pikiran pada teori evolusi Darwin adalah :
Spesies mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar keturunan
Sumber daya alam terbatas sehingga terjadi kompetisi
C. Prinsip evolusi
Pada teori sintetik / neo-Darwinisme dikenal istilah mikroevolusi dan makroevolusi.
Mikroevolusi adalah perubahan pada skala kecil di tingkat alel yang menimbulkan
spesiasi. Biasanya mikroevolusi menghasilkan spesies dengan sedikit perbedaan
struktur, fisiologi dan perilaku tetapi terisolasi secara reproduksi. Makroevolusi adalah
perubahan skala besar di atas spesies yang membedakan kelas taksonomi. Proses
makroevolusi dapat digambarkan dengan pohon evolusi, yaitu diagram yang meringkas
informasi tentang urutan kekerabatan di antara spesies. Arah jalannya makroevolusi
ada 2, yaitu :
D. Mekanisme evolusi
Darwin menyatakan bahwa anggota suatu
populasi dapat berubah menghasilkan
variasi. Tetapi Darwin tidak dapat
menerangkan bagaimana terjadinya variasi
dan bagaimana hal tersebut diturunkan.
Genetika populasi adalah cabang ilmu
Biologi yang mempelajari mekanisme
evolusi secara genetika. Genetika populasi
mengamati perubahan frekuensi gen pada
suatu populasi sepanjang waktu.
Gene pool / kolam gen / anggun gen adalah
jumlah seluruh gen dalam suatu populasi.
Frekuensi gen dalam populasi bersifat
konstan dan tidak berubah sepanjang
waktu. Jika terjadi perubahan, maka
dikatakan telah terjadi evolusi. Evolusi
tersebut terjadi pada tingkatan gen,
sehingga disebut mikroevolusi. Salah satu
contoh mikroevolusi adalah ngengat
Biston betularia di Inggris. Sebelum
revolusi industri populasi Biston betularia
putih lebih banyak daripada yang hitam.
Biston betularia putih lebih survive dari
pemangsaan predator karena dapat
berkamuflase dengan kulit pohon yang
berwarna putih (akibat adanya likenes).
Sesudah revolusi industri Biston betularia
hitam populasinya meningkat, hal ini
disebabkan jelaga asap industri menutupi
kulit pohon menjadi hitam sehingga Biston
betularia putih tidak lagi adaptif terhadap
lingkungannya. Gb. 7.5 Mikroevolusi pada Biston betularia
Faktor yang mempengaruhi mikroevolusi :
1. Variasi genetik dalam populasi
Variasi genetik dapat terjadi karena :
Mutasi gen
Mutasi gen dapat menyebabkan perubahan struktur DNA yang pada akhirnya
dapat mengubah fenotip makhluk hidup. Jika perubahan tersebut lebih adaptif,
maka akan diwariskan kepada keturunan selanjutnya. Meskipun jarang terjadi
dan umumnya tidak menguntungkan. Angka laju mutasi adalah angka yang
menunjukkan jumlah gen yang bermutasi dari seluruh gamet yang dihasilkan
oleh suatu individu dari suatu spesies. Contoh :
Angka laju mutasi per gen adalah 1 : 100.000
Jumlah gen dalam individu yang mampu bermutasi adalah 1.000
SMA N 1 TALAMAU Page 70
Perbandingan antara mutasi yang menguntungkan dengan mutasi yang terjadi
adalah 1: 1.000
Jumlah populasi spesies pada saat itu adalah 300.000.000
Jumlah generasi selama spesies itu ada adalah 6.000
E. Hukum Hardy-Weinberg
Godfrey H. Hardy dan Wilhem Weinberg menyatakan bahwa : keseimbangan
frekuensi alel dalam gene pool (pusat gen) akan selalu tetap, dengan syarat :
Tidak ada mutasi
Tidak ada migrasi (aliran gen)
Ukuran populasi besar
Perkawinan terjadi secara acak
Tidak ada seleksi alam
SMA N 1 TALAMAU Page 71
Keseimbangan frekuensi alel dalam pusat gen dapat dihitung dengan rumus :
Misalkan p mewakili frekuensi dari suatu alel dan q mewakili frekuensi alel lainnya, maka
p+q=1
2 2
p + 2pq + q = 1
frekuensi AA frekuensi Aa frekuensi aa
Contoh :
Pada tahun 1930 Synder menguji sejumlah orang di Amerika yang memiliki
kemampuan merasakan rasa pahit PTC (feniltiokarbonat) yang terkandung dalam kertas.
Alel untuk perasa PTC adalah dominan (T) terhadap yang bukan perasa PTC (t).
ditemukan 64 % kelompok perasa PTC, tentukan frekuensi alel dan genotip populasi
orang PTC dan non PTC!
Jawab :
Jumlah PTC dan non PTC = 100 %
Orang PTC (genotip TT dan Tt) = 64 %
Frekuensi non PTC (tt) = q2 = 100 % - 64 % = 36 %
q2 =
maka frekuensi alel t = q = √ = 0,6
T+t=1
Maka frekuensi alel T = 1 – 0,6 = 0,4
Frekuensi alel Tt = 2pq = 2 x 0,6 x 0,4 = 0,48
Frekuensi genotip TT : Tt : tt = (0,4)2 + 2(0,6 x 0,4) + (0,6)2
= 0,16 + 0,48 + 0,36
Jadi frekuensi genotip TT : Tt : tt = 16 : 48 : 36 = 4 : 12 : 9
Untuk mencari frekuensi alel hendaklah dicari terlebih dahulu frekuensi genotip
individu homozigot resesif (q2), karena faktor dominan memiliki dua bentuk
genotip yaitu p2 dan 2pq.
Diketahui frekuensi orang albino dalam masyarakat adalah 1 dari setiap 10.000 orang.
a. Tentukan frekuensi alel normal dan alel albino
b. Tentukan frekuensi genotip alel normal dan albino
c. Berapa orang yang normal heterozigot
Jawab :
p = normal
q = albino
a. q2 = 1 / 10.000 = 0,0001
q =√ = 0,01
p+q=1
p = 1 – 0,01
= 0,99
Jadi frekuensi alel p (normal) : q (albino) = 0,99 : 0,01 = 99 : 1
b. frekuensi genotip
= (0,99)2 + 2(0,99 x 0,01) + (0,01)2
= 0,9801 + 0,0198 + 0,0001
Jadi p2 + 2pq + q2 = 9801 : 198 : 1
c. persentase orang normal heterozigot (2pq) adalah 0,0198 x 100 % = 1,98 %
F. Spesiasi
Merupakan proses pembentukan spesies baru. Isolasi merupakan kunci terjadinya
spesiasi. Karena isolasi mencegah terciptanya kembali keseragaman antar spesies
akibat terjadinya hibridisasi (perkawinan) dengan spesies asalnya. Sehingga dua
spesies akan tetap berkembang menjadi spesies yang berbeda.
1. Isolasi geografi
Terjadi akibat adanya barier / penghalang geografis, seperti laut, gurun, gunung,
danau atau jurang. Terbagi menjadi :
Gb. 7.7 Percobaan Lazzaro Spallanzani Gb. 7.8 Percobaan Louis Pasteur
H. Evolusi biologi
Menyatakan bahwa makhluk hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul
anorganik (evolusi kimia) yang kemudian berkembang menjadi struktur kehidupan
(sel). Molekul yang dihasilkan secara abiotik disebut protobion. Protobion tidak dapat
melakukan reproduksi namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya
dari pengaruh lingkungan luar. Protobion menunjukkan gejala hidup yaitu mengalami
metabolisme. Beberapa tipe protobion diantaranya adalah :
Koaservat → tetesan stabil yang cenderung terbentuk pada suspensi makromolekul
(polimer) seperti polipeptida, asam nukleat dan polisakarida yang dikocok.
Koaservat merupakan agregat makromolekul yang sangat hidrofobik (tidak suka
air), dikelilingi dan distabilkan oleh molekul air. Jika pada koaservat ditambahkan
enzim, maka enzim tersebut akan diserap, kemudian koaservat dapat menyerap
substrat dari sekelilingnya dan membebaskan produk dari hasil katalis oleh enzim.
Mikrosfir → protobion yang terbentuk dengan sendirinya menjadi tetes-tetes kecil
saat didinginkan. Mikrosfir tersusun dari beberapa proteinoid, dikelilingi membran
dua lapis dan mengalami peristiwa osmotik saat ditempatkan dalam larutan garam
dengan konsentrasi berbeda.
Liposom → protobion yang langsung terbentuk dengan sendirinya menjadi tetes-
tetes kecil apabila komposisi organiknya mengandung lipid tertentu.
RNA berfungsi sebagai cetakan untuk mekanisme replikasi RNA sendiri dan pengarah
serta pengikat asam amino yang membentuk polipeptida. Hipotesis yang berkembang
adalah RNA meningkatkan replikasinya sendiri dengan mensintesis polipeptida yang
kemudian berfungsi sebagai enzim yang membantu replikasi RNA. Unit protobion
H2O
CH4 Monomer Polimer Progenot Sel
NH3 organik organik Protobion (sel purba) prokariot
H2 (proteinoid) purba
K. Evolusi tumbuhan
Tumbuhan Tumbuhan Tumbuhan
Alga
lumut paku berpembuluh
L. Evolusi hewan
F A R F I A H K T L P E V M N W
O M D S W T A P O L I P L O I D
S I M P A T R I K S A I N G S M
I O I M F U L L A S N W E K P L
L V K R G L E I T L A D O L T E
F A R T A M S E V O L U S I O M
I N O R N E D W O M O O I M P O
T G E I P V A V U K G F N U S N
R O V S O W R K R D I I L T B W
I K O U R O W R I T O M Z A X I
S E L E K S I A L A M A R S I H
E C U T G E N E T I C D R I F T
D E S O H O R S F M R T B C V O
M H I Q O R Y G H I F A T H I A
U E H F S I L A T X M U R A H G
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian bioteknologi
2. Siswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip dasar bioteknologi
3. Siswa dapat menjelaskan nilai tambah yang diperoleh atas pengembangan bioteknologi
4. Siswa dapat membedakan bioteknologi konvensional dan modern
5. Siswa dapat mengkategorikan produk bioteknologi konvensional dan modern
6. Siswa dapat menjelaskan perbedaan prinsip dasar pengembangan bioteknologi
konvensional dan modern
7. Siswa dapat menjelaskan prinsip rekayasa genetika
8. Siswa dapat mengidentifikasi urutan proses rekayasa genetika
9. Siswa dapat memberikan contoh produk hasil rekayasa genetika yang dimanfaatkan dalam
kehidupan
10. Siswa dapat membuat produk bioteknologi tradisional
11. Siswa dapat mengidentifikasi sumber-sumber agen bioteknologi dan produk yang
dihasilkan
12. Siswa dapat menjelaskan keuntungan dan kerugian diperolehnya produk bioteknologi
13. Siswa dapat menjelaskan dampak pemanfaatan produk hasil bioteknologi di berbagai
bidang
Materi
Bioteknologi → pemanfaatan makhluk hidup atau bagiannya untuk menghasilkan barang
dan jasa untuk kepentingan manusia. Disiplin ilmu yang diterapkan dalam bioteknologi
diantaranya adalah biologi sel, mikrobiologi, biokimia dan genetika.
Terbagi :
1. Bioteknologi konvensional / tradisional → praktik bioteknologi dengan peralatan sederhana
dan tanpa ada rekayasa terhadap materi genetik organisme yang digunakan.
2. Bioteknologi modern → praktik bioteknologi dengan melakukan pengubahan materi genetik
terhadap organisme yang digunakan.
A. Penerapan bioteknologi tradisional
1) Bidang pangan
Produk Mikroorganisme Bahan baku
Tempe Jamur Rhizopus oligosporus Kedelai
Oncom Jamur Neurospora crassa Ampas kedelai
Kecap Jamur Aspergilus oryzae Kedelai
Tapai Jamur Saccharomyces cerevisiae Ketan, ubi
Cuka Bakteri Acetobacter Etanol
Roti Jamur Saccharomyces cerevisiae Tepung
Tuak Jamur Saccharomyces tuac Air nira
Yoghurt Bakteri Lactobacillus bulgaricus Susu
Bakteri Streptococcus thermopillus
Nata de Coco Bakteri Acetobacter xylinum Air kelapa
Bir Jamur Saccharomyces cerevisiae Malt (biji padi2an)
Wiski, rum, Jamur Saccharomyces cerevisiae Karbohidrat dari biji
vodka padi2an, kentang, tetes
gula
Wine Jamur Saccharomyces cerevisiae Anggur
Keju Bakteri Lactobacillus casei Susu
Bakteri Streptococcus lactis
Bakteri Penicillium camemberti
Bakteri Penicillium roqueforti
Mentega Bakteri Streptococcus lactis Susu
Bakteri Streptococcus cremoris
Protein sel Jamur Fusarium
tunggal / Ganggang Chlorella
2) Bidang pertanian
Hidroponik → bercocok tanam menggunakan media tanam air
Seleksi bibit unggul dengan persilangan
Penggunaan biopestisida seperti : burung hantu untuk mengendalikan hama tikus,
penyemprotan endotoksin (racun) dari Bacillus thuringiensis untuk mengendalikan
hama ulat
Seleksi tanaman jenis mustard menghasilkan brokoli, kembang kol dan kubis
3) Bidang peternakan
Domba ankon
Sapi jersey (sapi yang menghasilkan susu dengan kandungan krim yang tinggi)
Seleksi bibit unggul dengan persilangan
5) Bidang pertambangan
Bakteri Thiobacillus ferooxidans dapat mengekstraksi logam dari bijihnya.
6) Bidang energi
Pemakaian kotoran sapi untuk menghasilkan biogas.
1) Bidang pangan
Tomat flavor savor → tomat tahan lama dan tidak cepat busuk
Kentang dengan kandungan pati 20 % lebih banyak
Buah berukuran besar, buah tanpa biji
2) Bidang sandang
Dihasilkannya serat kapas berwarna dan bersifat lebih kuat.
3) Bidang pertanian
Tanaman tahan hawa dingin
Gen tanaman kentang peru dipadukan dengan gen ikan flounder. Ikan flounder
adalah sejenis ikan laut pipih yang memiliki gen antibeku.
Tanaman tahan penyakit
Tanaman disisipi gen bakteri Bacillus thuringiensis yang dapat menghasilkan
senyawa endotoksin berupa kristal yang dapat melarutkan dinding saluran
pencernaan ulat. Sehingga penyemprotan pestisida tidak diperlukan lagi.
Tanaman penambat Nitrogen
Dengan memanfaatkan bakteri Agrobacterium tumefaciens. Bakteri tersebut
memiliki plasmid Ti (tumor inducing) yang menyebabkan tumbuhnya tumor pada
jaringan tumbuhan yang luka. Plasmid Ti digabungkan dengan gen bakteri
Rhizobium yang dapat memfiksasi Nitrogen, kemudian sengaja diinfeksikan pada
tanaman. Tumor yang terbentuk kemudian disebut crown gal, yang kemudian
diambil untuk dikultur. Maka tumbuhlah tanaman baru dengan gen yang dapat
menambat Nitrogen, sehingga tidak perlu dipupuk lagi.
4) Bidang peternakan
Klon embrio
Tujuannya untuk menghasilkan lebih banyak anakan, misalnya pada sapi.
Pembuahan dilakukan dalam cawan petri (disebut fertilisasi in vitro), kemudian
embrio yang dihasilkan dipisahkan / spliting menjadi beberapa bagian.
Kloning
Tujuannya adalah menghasilkan organisme baru yang identik. Kloning bermanfaat
untuk menghasilkan obat-obatan, menghasilkan organ manusia untuk keperluan
transplantasi, dan menyelamatkan spesies yang terancam punah.
Kloning dilakukan dengan teknik fusi protoplasma / transfer inti yaitu dengan
memasukkan DNA dari hewan yang karakternya diinginkan ke dalam sel telur
hewan yang intinya (DNAnya) sudah dihilangkan. Karena DNA yang dimasukkan
merupakan sel somatis (bersifat diploid), maka tidak perlu dilakukan pembuahan
lagi. Embrio kemudian ditanamkan ke dalam rahim induk
Terapi genetik
Untuk mengatasi penyakit yang disebabkan kelainan genetik yang diturunkan
seperti ADD (Adenosine Deaminase Deficiency) yaitu suatu penyakit dimana
penderita tidak memiliki kekebalan tubuh sama sekali. Dilakukan dengan cara
mencangkokkan gen sehat ke dalam sumsum tulang belakang, salah satunya dengan
cara memanfaatkan virus sebagai vektor, contohnya pada pengobatan penyakit
emfisema.
Enzim PCR (Polymerase Chain Reaction)
Digunakan untuk mendiagnosis beberapa penyakit kelainan genetik, didasarkan
pada kemampuan enzim DNA polimerase untuk membuat salinan rantai DNA,
sehingga penanganan dan identifikasi penyakit lebih cepat dan tepat.
Produksi interferon
Interferon adalah protein yang dibuat oleh sel manusia sebagai respon terhadap
infeksi virus. Dilakukan dengan teknik fusi sel.
Produksi interleukin, eritropoietin dan faktor VIII
Untuk pengobatan kanker, anemia dan hemofili.
Produksi somatostatin dan somatotropin
Dilakukan dengan teknik kloning menggunakan bakteri Escherichia coli, bertujuan
untuk mengobati gangguan pertumbuhan, pengobatan patah tulang, luka bakar dan
pendarahan lambung.
Pengembangan efektivitas vaksin
Imunisasi menggunakan protein yang berasal dari virus atau bakteri yang
dihasilkan oleh mikroorganisme transgenik
Menyisipkan antigen suatu virus pada virus lain, misalnya melakukan imunisasi
menggunakan virus Vaccinia (virus cacar) yang berisi antigen virus HIV
Bayi tabung
C. Dampak bioteknologi
Berkurangnya tingkat keanekaragaman hayati / penurunan plasma nutfah
Terganggunya keseimbangan alam
Berpotensi menimbulkan penyakit pada manusia
Berpotensi menimbulkan wabah di seluruh dunia
Menimbulkan isu etis
2 3
3 5
Mendatar Menurun
6. Kemampuan seluruh bagian tanaman untuk 6. DNA campuran
tumbuh 7. Peleburan sel limpa dengan myeloma
7. DNA cincin pada bakteri 8. Enzim perekat DNA
8. Makanan dari jamur Fusarium 9. Bovine Somato Tropin
9. Hormon pengatur kadar gula 10. Pembentukan makhluk hidup tanpa proses
10. Makhluk hidup dengan DNA yang dimodifikasi seksual
Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati. Sains BIOLOGI 3. 2007. Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjadi, Bagod dan Siti Laila. Biologi, Sains dalam Kehidupan 3B. 2007. Jakarta : Yudhistira