Anda di halaman 1dari 76

BAB I.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran dan berat, bersifat kuantitatif (dapat
diukur) dan irreversible (tidak dapat balik). Perkembangan adalah proses kematangan fungsi
organisme, bersifat kualitatif (tidak memiliki satuan ukur).

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan


 Perkembangan embrio
Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zigot secara mitosis menghasilkan sel
basal dan sel terminal. Sel basal berkembang menjadi suspensor, yang berfungsi
sebagai penghubung antara embrio dan kulit biji, mengalirkan nutrien dari endosperm.
Sel terminal berkembang menjadi proembrio. Biji dilindungi kulit biji (testa).

Gb. 1.1 Perkembangan embrio dikotil Gb. 1.2 Struktur biji (a) dikotil dan (b) monokotil
 Perkecambahan
Dormansi merupakan masa ketika biji tidak aktif untuk tumbuh, karena kondisi
lingkungan yang kurang sesuai. Imbibisi adalah proses masuknya air kedalam biji yang
menyebabkan aktifnya enzim dan hormon pertumbuhan (berakhirnya masa dormansi).
Perkecambahan kemudian diikuti oleh diferensiasi, yaitu pertambahan sel dengan jenis
dan fungsi yang berbeda-beda. Kemudian setelah itu akan dibentuk organ-organ
melalui proses organogenesis.
Tipe perkecambahan dapat dibagi menjadi :
a. Perkecambahan epigeal
Ditandai dengan hipokotil yang melengkung dan tumbuh mengangkat kotiledon ke
atas permukaan tanah, contoh pada kacang hijau (Phaseolus radiatus)

Gb. 1.3 Tipe perkecambahan epigeal

Eman Laeli Fitri Page 1


b. Tipe perkecambahan hipogeal
Ditandai dengan kotiledon tetap di dalam tanah, contoh pada kacang kapri (Pisum
sativum)

Gb. 1.4 Tipe perkecambahan hipogeal

 Pertumbuhan primer
Pertumbuhan primer terjadi akibat aktivitas meristem apikal, yaitu meristem yang
terdapat pada bagian ujung akar dan ujung batang.
a) Titik tumbuh batang

Gb. 1.5 Titik tumbuh batang


b) Titik tumbuh akar

Gb. 1.6 Titik tumbuh akar

 Tudung akar → berfungsi melindungi daerah meristem akar


 Zona pembelahan → menghasilkan sel-sel baru dan tudung akar
 Zona pemanjangan → pemanjangan sel pada zona ini mengakibatkan ujung akar
menekan masuk ke dalam tanah, serta mulai terjadi diferensiasi pada strukturnya,
membentuk protoderm, meristem dasar dan prokambium
 Zona diferensiasi → sel-sel mulai terspesialisasi struktur dan fungsinya,
protoderm akan menjadi epidermis, meristem dasar akan membentuk jaringan
dasar (korteks dan empulur), prokambium akan membentuk stele yang berisi
berkas vaskuler (xylem dan floem)

Eman Laeli Fitri Page 2


 Pertumbuhan sekunder
Pertumbuhan sekunder mengakibatkan bertambah besarnya batang, umunya dialami
oleh Gymnospermae dan dikotil, pada monokotil hanya pada kelompok Palmae.
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas meristem lateral, meristem lateral terbagi
menjadi :
a) Kambium vaskuler
Terletak di antara xylem dan floem. Aktivitas kambium vaskuler akan membentuk
xylem sekunder ke arah dalam dan membentuk floem sekunder ke arah luar. Xylem
yang dibentuk pada musim kemarau berukuran kecil dan berwarna gelap, sedangkan
xylem yang dibentuk pada musim penghujan akan berukuran relatif besar dan
berwarna terang, sehingga terbentuk formasi melingkar yang disebut lingkaran
tahun.

Gb. 1.7 Pertumbuhan sekunder pada batang


b) Kambium gabus / felogen
Berperan menggantikan epidermis yang pecah dan rusak karena pertambahan
diameter batang akibat aktivitas kambium vaskuler. Kambium gabus akan
membentuk felem (lapisan gabus) yang berupa sel mati ke arah luar, dan feloderm
(korteks sekunder) yang berupa sel hidup ke arah dalam. Pada beberapa tempat
terdapat celah gabus yang disebut lentisel, fungsinya untuk tempat masuknya air
dan udara. Felem dan felogen (keduanya disebut juga periderm) serta floem
sekunder merupakan komponen pembentuk kulit kayu (bark).

Gb. 1.8 Struktur anatomi batang pada pertumbuhan sekunder

 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan


A. Faktor eksternal
a) Nutrisi
b) Air
c) Cahaya
Pertumbuhan yang cepat di tempat yang gelap disebut etiolasi.
Respon tumbuhan terhadap periode penyinaran cahaya matahari disebut
fotoperiodisme.
d) Suhu
e) Kelembapan

Eman Laeli Fitri Page 3


B. Faktor internal
a) Gen
Proses perkecambahan ditentukan oleh kemampuan tumbuhan dalam melakukan
metabolisme yang dikendalikan oleh gen-gen tumbuhan tersebut.
b) Hormon pertumbuhan
1) Auksin
Salah satu jenis auksin yang telah dapat diekstraksi dari tumbuhan adalah
asam indol asetat (IAA). Auksin ditemukan oleh Frits Went pada tahun 1928
dan merupakan hormon pertumbuhan yang pertama kali ditemukan. Auksin
terdapat pada ujung koleoptil kecambah dan cenderung terurai jika terkena
cahaya matahari. Auksin mempengaruhi pemanjangan, pembelahan dan
diferensiasi sel tumbuhan.

Gb. 1.9 Pengaruh auksin terhadap pemanjangan sel


Pengaruh auksin :
 Menghambat tumbuhnya tunas lateral / tunas samping, menyebabkan
dominansi apikal
 Merangsang kambium membentuk xylem dan floem
 Menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun
 Membantu proses partenokarpi (pembuahan tanpa penyerbukan)
 Merangsang pembentukan buah tanpa biji
 Merangsang pertumbuhan akar lateral / akar samping / akar liar
2) Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan oleh Eichi Kurosawa, diisolasi dari jamur
Giberella fujikuroi. Giberelin terdapat pada ujung daun, kuncup, biji dan
ujung akar tumbuhan dan berpengaruh terutama pada perkembangan dan
perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang pembentukan enzim
amilase yang akan memecah amilum pada endosperm menjadi glukosa.
Pengaruh lain giberelin :
 Merangsang pertumbuhan batang dan daun
 Merangsang pematangan serbuk sari dan pertumbuhan tangkai serbuk sari
 Merangsang perbungaan
 Merangsang pertunasan pada kuncup
 Menghentikan dormansi dan mempercepat perkecambahan
 Memperbesar ukuran buah
 Pada konsentrasi tinggi merangsang pembentukan akar
3) Sitokinin
Ditemukan oleh Johanes van Overbeek pada tahun 1940. Sitokinin pertama
kali ditemukan pada tanaman tembakau dan disebut kinetin.
Pengaruh sitokinin :
 Merangsang pembelahan sel
 Menghambat dominansi apikal, merangsang pertumbuhan tunas samping /
tunas lateral
 Mengatur pembentukan bunga dan buah
 Memperbesar daun muda
 Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk

Eman Laeli Fitri Page 4


 Menghambat proses penuaan dengan merangsang transpor garam mineral
dan asam amino ke daun
 Membantu proses pertumbuhan akar dan tunas pada pembuatan kultur
jaringan
4) Asam absisat (Abscisic Acid / ABA)
Bekerja antagonis terhadap auksin, giberelin dan sitokinin. Hormon ini
berfungsi untuk mempertahankan tumbuhan dari tekanan lingkungan yang
buruk, dengan cara mengurangi kecepatan pembelahan sel.
Pengaruh ABA :
 Menghambat pertumbuhan tanaman (inhibitor)
 Merangsang dormansi
 Merangsang gugurnya daun dengan membentuk lapisan absisi pada tangkai
daun yang menghambat transpor zat ke daun, sehingga daun menguning
dan gugur
5) Gas etilen
 Merangang pematangan buah dan gugurnya daun
 Menyebabkan batang tumbuh tebal
 Bersama auksin merangsang pembentukan bunga
 Jika konsentrasinya lebih tinggi dari auksin dan giberelin, maka dapat
menghambat proses pembentukan akar, batang dan bunga
6) Kalin
Berperan dalam organogenesis pada tumbuhan, terbagi menjadi :
 Rizokalin → pembentukan akar
 Kaulokalin → pembentukan batang
 Filokalin → pembentukan daun
 Antokalin → pembentukan bunga
7) Asam traumalin
Berperan dalam proses regenerasi sel apabila tumbuhan mengalami kerusakan
jaringan. Sel-sel pada daerah yang luka akan membelah lebih cepat dibanding
sel di sekitarnya sehingga membentuk benjolan yang disebut kalus.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan


1. Tahap embrio
Perkembangan suatu organisme diarahkan oleh program genetis yang melibatkan
tidak hanya genom dari zigot, namun juga molekul-molekul yang ditempatkan di
dalam sel telur oleh induk betina, yang terdiri atas protein dan RNA, disebut
determinan sitoplasmik. Saat zigot membelah, berbagai perbedaan timbul di antara
sel-sel embrionik awal akibat distribusi determinan sitoplasmik yang tidak merata.
Perbedaan-perbedaan ini mempersiapkan tahap bagi program-program ekspresi gen
yang berbeda, yang akan dilakukan dalam setiap sel dan keturunannya. Saat
pembelahan sel berlanjut selama perkembangan embrionik, pola ekspresi gen yang
spesifik pada sel-sel tertentu menyebabkan sel-sel tersebut menempuh jalur yang unik
menuju takdirnya dalam organisme utuh. Proses spesialisasi struktur dan fungsi sel ini
disebut diferensiasi sel. Selain pembelahan dan diferensiasi sel, perkembangan
melibatkan morfogenesis, yaitu proses ketika suatu organisme terbentuk dan sel-sel
yang terdiferensiasi menempati lokasinya yang tepat.
Tahap embrio dimulai dari proses fertilisasi (penyatuan sel telur dan sperma),
kemudian terbentuk zigot yang mengalami proses pembelahan. Tahap embrio
dikelompokkan menjadi beberapa fase, yaitu fase pembelahan (cleavage) yang
membentuk morula, fase blastula, fase gastrula, fase diferensiasi, serta organogenesis.
Morula
Pada fase ini zigot mengalami pembelahan berkali-kali. Pembelahan zigot terjadi
secara mitosis, yaitu dimulai dari satu menjadi dua, dua menjadi empat, dan
seterusnya. Pada saat pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak bersamaan.
Embrio yang terdiri dari 16-64 sel inilah yang disebut morula.

Eman Laeli Fitri Page 5


Gb. 1.10 Tahap pembelahan sel menjadi morula
Blastula
Pada fase blastula terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub yang dibentuk
pada fase morula, yaitu kutub vegetal (kutub vegetative) dan kutub animal (kutub
fungsional). Pada fase ini kutub fungsional dan kutub vegetatif telah selesai dibentuk.
Hal ini ditandai dengan dibentuknya rongga di antara kedua kutub yang berisi cairan
dan disebut blastosol / blastocoel. Sumbu animal-vegetal menentukan sumbu
anterior-posterior dari embrio. Embrio yang memiliki blastosol disebut blastula.
Proses pembentukan blastosol disebut blastulasi.

Gb. 1.11 Tahap pembelahan sel menjadi blastula


Gastrula
Kelompok-kelompok sel embrio kemudian mengalami morfogenesis yang disebut
gastrulasi, menuju lokasi-lokasi baru yang memungkinkan pembentukan jaringan dan
organ selanjutnya. Gastrulasi dimulai dari kutub vegetal, dimana sekelompok sel
melepaskan diri dari dinding blastosol dan memasuki blastosol sebagai sel-sel migrasi
yang disebut sel mesenkim. Sel-sel yang tersisa di kutub vegetal sedikit memipih dan
membentuk lempeng vegetal yang melengkung ke arah dalam, proses ini disebut
invaginasi (pelipatan). Invaginasi akan membentuk dua formasi, yaitu lapisan luar
(ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Akibat invaginasi terbentuk saluran
berujung buntu yang dalam dan sempit disebut arkenteron. Ujung arkenteron yang
terbuka, yang akan menjadi anus disebut blastofor. Pada fase ini akan terjadi lanjutan
diferensiasi sebagian endoderm menjadi bagian mesoderm. Pada akhir dan gastrula
telah terbentuk bagian endoderm, mesoderm, ektoderm.

Gb. 1.12 Tahapan invaginasi hingga terbentuk endoderm, mesoderm, dan ektoderm

Eman Laeli Fitri Page 6


Diferensiasi dan Organogenesis
Pada Chordata, organ-organ yang mulai terbentuk pertama kali adalah tabung neural
dan notochord. Notochord terbentuk dari mesoderm. Ektoderm di atas notochord
menjadi lempeng neural, yang akan mengalami pelekukan ke dalam dan menggulung
dirinya menjadi tabung neural. Tabung neural akan menjadi system saraf pusat hewan,
yaitu otak di dalam kepala dan saraf tulang belakang di sepanjang batang tubuh.
Pada embrio vertebrata, pita sel-sel yang disebut bumbungan neural (neural crest)
berkembang di sepanjang perbatasan tempat tabung neural memisah dari ectoderm.
Neural crest kemudian bermigrasi ke berbagai bagian embrio membentuk saraf tepi,
bagian-bagian gigi, tulang tengkorak, dan banyak lainnya sehingga beberapa ahli
menyatakan neural crest adalah lapisan embrional keempat selain ectoderm,
mesoderm dan endoderm.
Pada fase ini mulai terjadi diferensiasi dan organogenesis pada struktur dan fungsi sel
untuk menjadi jaringan yang spesifik. Proses ini dikendalikan oleh faktor gen yang
dibawa pada saat terjadi pembentukan kutub fungsional dan kutub vegetatif. Pada
akhirnya masing-masing bagian endoderm, mesoderm, dan ektoderm akan
mengalami diferensiasi menjadi organ-organ sebagai berikut:
Lapisan embrionik Organ-organ yang dibentuk
Ectoderm kulit, hidung, mata, rambut, kelenjar minyak, kelenjar
keringat, email gigi, sistem saraf, dan saraf reseptor
Mesoderm tulang, jaringan ikat, otot, jantung, limpa, sistem peredaran
darah, ginjal, sistem ekskresi misalnya duktus deferens,
kelenjar kelamin dan sistem reproduksi
Endoderm jaringan epitel pencernaan, sistem pernapasan, pankreas dan
hati serta kelenjar gondok

2. Tahapan Pasca Embrio


Pada tahap pasca embrio, terjadi pertumbuhan dan perkembangan menjadi individu
dewasa. Individu dewasa, artinya siap menghasilkan keturunan atau bereproduksi
Beberapa hewan invertebrata mengalami regenerasi atau metamorfosis selama
pertumbuhan dan perkembangannya Sedangkan hewan vertebrata mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dari hewan muda (anak) menjadi hewan dewasa.

Regenerasi
Regenerasi adalah proses perbaikan tubuh yang luka atau rusak. Proses ini ditentukan
oleh sel-sel batang dalam tubuh hewan yang belum mengalami diferensiasi. Pada
organisme yang berkembang biak secara aseksual, regenerasi berarti juga sebagai
proses reproduksi atau berkembang biak.

Metamorfosis
Metamorfosis adalah perubahan ukuran, bentuk, dan bagian-bagian tubuh hewan dari
suatu stadium ke stadium berikutnya. Metamorfosis merupakan proses pertumbuhan
dan perkembangan hewan khususnya serangga dan amfibi menuju dewasa. Dalam
siklus hidupnya, hewan memiliki truktur dan fungsi tubuh yang berbeda pada setiap
stadium. Metamorfosis dikendalikan oleh hormon tiroksin dan triodotironin yang
dihasilkan oleh kelenjar Thyroid, di bawah pengaruh TSH (Thyroid Stimulating
hormon)-yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis.
Metamorfosis serangga (insekta)
Berdasarkan tidak terjadinya atau terjadinya tahap metamorfosis yang dialami,
serangga dibedakan menjadi kelompok serangga ametabola, holometabola, dan
hemimetabola.
a. Ametabola
Ametabola merupakan organisme yang tidak mengalami proses metamorfosis.
Stadium yang dimiliki adalah stadium telur dan stadium imago (dewasa). Contohnya
kutu buku yang bertelur kemudian berkembang menjadi dewasa tanpa melakukan
metamorphosis.

Eman Laeli Fitri Page 7


b. Holometabola
Holometabola merupakan organisme yang mengalami metamorfosis sempurna.
Hewan ini memiliki stadium telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago
(dewasa). Contoh hewan yang mengalami metamorfosis sempurna adalah kupu-kupu.
Stadium telurnya dapat kita amati pada daun, Telur menjadi larva yang sangat aktif
mencari makan dengan cara memakan daun. Stadium larva terjadi beberapa kali
pergantian kulit yang disebut dengan ekdisis. Setelah itu larva akan berubah menjadi
pupa (kepompong). Fase pupa merupakan fase istirahat. Kemudian, pupa berkembang
menjadi kupu-kupu yang mampu terbang dan berkembang biak kembali untuk
menghasilkan telur. Contoh lain holometabola adalah kumbang, ngengat, semut, dan
lebah.
c. Hemimetabola
Hemimetabola merupakan organisme yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Stadium yang dimiliki oleh hewan ini adalah telur, larva atau nimfa, semi-imago, dan
imago (dewasa). Contoh hewan kelompok ini adalah kumbang. Stadium telur dapat
kita amati pada pasir sebagai medium peletakan telur. Setelah telur menetas,
terbentuk stadium larva. Setelah itu akan terbentuk stadium semi-imago. Stadium ini
memiliki bentuk morfologi yang sama dengan kumbang imago, tetapi belum
memiliki kemampuan untuk bereproduksi, karena organ reproduksinya belum tumbuh
sempurna. Setelah itu kumbang memasuki stadium imago yang mampu bereproduksi
atau berkembang bia menghasilkan. Contoh lain hemimetabola adalah belalang,
walang sangit, dan lipas.
Metamorfosis katak (amfibi)
Tahap metamorfosis katak pada umumnya dibagi menjadi 3 stadium, yaitu
premetamorfosis, prometamorfosis, dan metamorfosis klimaks. Selama stadium
premetamorfosis, telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi berudu (kecebong). Berudu
bertambah ukurannya dengan sedikit perubahan bentuk tubuh. Pada stadium
prometamorfosis, kaki bagian belakang muncul dan pertumbuhan tubuh terjadi secara
lambat. Selama metamorfosis klimaks, kaki bagian depan muncul dan ekor mulai
menghilang.

Metagenesis
Beberapa jenis hewan dan tumbuhan ada yang mengalami proses metagenesis.
Metagenesis adalah proses pergiliran hidup yaitu antara fase seksual dan aseksual.
Hewan dan tumbuhan yang mengalami metagenesis akan mengalami dua fase
kehidupan, yaitu fase kehidupan yang bereproduksi secara seksual dan fase kehidupan
yang bereproduksi secara aseksual.
Metagenesis pada tumbuhan dapat diamati dengan jelas pada tumbuhan tak berbiji
(paku dan lumut). Pada tumbuhan tersebut, pembentukan gamet jantan berlangsung di
dalam antheridium dan gamet betina di dalam arkegonium. Jika gamet jantan
membuahi gamet betina, maka akan terbentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi individu
yang menghasilkan spora. Generasi ini disebut fase vegetatif (aseksual) atau sporofit.
Spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi individu baru yang
menghasilkan gamet. Karena menghasilkan gamet, maka generasi ini disebut fase
generatif (seksual) atau gametofit. Demikian seterusnya terjadi pergiliran keturunan
antara fase gametofit dan sporofit. Tumbuhan lumut yang sering kamu jumpai
merupakan fase gametofit. Sedangkan tumbuhan paku yang kamu lihat sehari-hari
merupakan fase sporofit. Pergiliran keturunan antara fase sporofit dan gametofit itulah
yang disebut metagenesis. Beberapa hewan tingkat rendah juga mengalami
metagenesis, contohnya Obelia dan Aurelia. Perhatikan metagenesis ubur-ubur
(Aurelia), dari gambar itu tampak jelas bahwa ubur-ubur (Aurelia) memiliki dua jenis
kehidupan yaitu kehidupan saat menempel (polip) dan kehidupan bergerak bebas
(medusa).

Eman Laeli Fitri Page 8


BAB II. METABOLISME

Metabolisme adalah seluruh rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup,
terbagi menjadi :
 Anabolisme → penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana
 Katabolisme → penguraian zat kompleks menjadi zat yang lebih sederhana
Metabolisme dapat dipercepat dengan adanya katalisator / zat perantara, katalisator dalam
tubuh makhluk hidup (biokatalisator) adalah enzim.
I. Enzim
Enzim dapat mempercepat suatu reaksi tetapi enzim itu sendiri tidak ikut berubah. Enzim
bekerja dengan cara menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang diperlukan untuk
memulai suatu reaksi.

Gb. 2.1 Enzim menurunkan energi aktivasi


Struktur enzim :
 Apoenzim → komponen protein pada enzim
 Gugus prostetik → komponen nonprotein pada enzim
 Kofaktor → komponen nonprotein yang terdiri dari ion anorganik, umumnya berupa
logam (Cu2+, Mg2+, K+, Fe2+, dll)
 Koenzim → komponen nonprotein yang terdiri dari senyawa organik, seperti NAD +,
FAD+, vitamin atau bagian vitamin (vitamin B1, B2, B6, niasin dan biotin).
 Haloenzim → enzim secara keseluruhan (gabungan apoenzim dan gugus prostetik)

Sifat enzim :
 Enzim adalah protein
 Bekerja secara spesifik
 Berfungsi sebagai katalisator
 Bekerja secara bolak-balik
 Dibutuhkan dalam jumlah sedikit
 Dipengaruhi oleh faktor lingkungan

Mekanisme kerja enzim

Gb. 2.2 Mekanisme kerja enzim

Teori tentang mekanisme kerja enzim :


1. Teori gembok-kunci (lock and key) oleh Emil Fischer
Menurut teori ini, sisi aktif enzim memiliki bentuk yang spesifik dan tidak fleksibel, ada
kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan sisi aktif.
2. Teori kecocokan yang terinduksi (induced fit) oleh Daniel Koshland
Sisi aktif enzim bersifat fleksibel terhadap substrat yang masuk.

Eman Laeli Fitri Page 9


Faktor yang mempengaruhi kerja enzim :
 Suhu
Karena enzim adalah protein, maka pada suhu tinggi enzim akan mengalami denaturasi,
pada suhu rendah enzim menjadi tidak aktif. Enzim akan bekerja dengan baik pada suhu
optimumnya.

Gb. 2.3 Grafik pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi Gb. 2.4 Denaturasi enzim
 Derajat keasaman (pH)
Setiap enzim memiliki pH optimum yang berbeda, perubahan pH menyebabkan enzim
mengalami denaturasi.

Gb. 2.5 Grafik pengaruh pH terhadap kecepatan reaksi


 Konsentrasi enzim
Jika faktor lain (suhu, pH, konsentrasi substrat) konstan, maka pengaruh konsentrasi
enzim berbanding lurus terhadap kecepatan reaksi. Artinya, semakin tinggi konsentrasi
enzim, semakin cepat reaksi kimia yang berlangsung.

Gb. 2.6 Grafik pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi


 Konsentrasi substrat
Peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi, jika jumlah
enzim dalam keadaan tetap. Namun jika semua sisi aktif enzim bekerja, kecepatan reaksi
akan mencapai titik jenuhnya.
 Aktivator dan inhibitor
Aktivator → molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substratnya,
contoh ion klorida yang berperan dalam aktivitas enzim amilase dalam saliva.
Inhibitor → zat yang menghambat ikatan antara enzim dan substratnya, contoh ion
sianida menutup sisi aktif enzim respirasi.
Inhibitor kompetitif → senyawa yang menyerupai substrat dan bersaing dengan substrat
sebenarnya untuk melekat pada sisi aktif enzim.
Inhibitor nonkompetitif → senyawa yang menghambat kerja enzim dengan melekat pada
bagian selain sisi aktif, yang disebut sisi alosterik.

Eman Laeli Fitri Page 10


Gb. 2.7 Grafik pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi

II. Anabolisme
Disebut juga asimilasi, merupakan rangkaian reaksi penyusunan molekul besar dari
molekul yang lebih kecil, contohnya adalah fotosintesis. Fotosintesis adalah peristiwa
penggunaan energi cahaya untuk membentuk senyawa dasar karbohidrat dari karbon
dioksida dan air. Secara singkat dapat ditulis dalam persamaan reaksi :
cahaya
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
Kloroplas

Gb. 2.14 Struktur kloroplas

Gb. 2.15 Klorofil memantulkan cahaya hijau Gb. 2.16 Spektrum gelombang elektromagnetik

Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas terdiri atas :


 Stroma → ruang kosong dalam kloroplas, merupakan tempat pembentukan glukosa
 Tilakoid → struktur cakram yang terbentuk dari pelipatan membran dalam mitokondria,
berfungsi menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energi kimia
 Grana → satu tumpuk tilakoid
Fotosintesis memerlukan cahaya matahari yang terdiri atas beberapa spektrum, dari ungu
sampai merah. Cahaya matahari diserap dalam bentuk paket-paket energi yang disebut
foton. Cahaya akan mengeksitasi elektron pada klorofil ke tingkat energi yang lebih tinggi,
energi tersebut kemudian akan digunakan untuk membentuk bahan dasar penyusun
karbohidrat, misalnya glukosa.

Eman Laeli Fitri Page 11


Selain karbohidrat, fotosintesis menghasilkan oksigen, yang didapat dari pemecahan H2O
menjadi Hidrogen dan Oksigen. Air diserap oleh akar tumbuhan dari dalam tanah dan
diangkut ke daun oleh xylem. Fotosintesis juga memerlukan karbondioksida yang masuk ke
daun lewat stomata.
Pada membran tilakoid, pigmen fotosintetik berkumpul membentuk struktur fotosistem.
Fotosistem terdiri atas :
 Kompleks penangkap cahaya / pigmen antena
 Pusat reaksi, yang terdiri atas :
a) Molekul klorofil a
b) Penerima elektron utama / akseptor elektron primer (berupa feredoksin atau quinone)
Dalam fotosistem, pigmen fotosintetik (klorofil a, klorofil b dan karotenoid) berfungsi
sebagi penangkap energi cahaya (foton). Energi tersebut kemudian dibebaskan dari satu
molekul ke molekul pigmen lainnya hingga sampai ke pusat reaksi. Penerima elektron
utama akan menangkap elektron yang tereksitasi dari molekul klorofil pusat reaksi dan
membebaskannya ke rantai transpor elektron. Sistem transpor elektron tersusun dari enzim,
koenzim dan protein yang terikat pada membran sel.
Ada dua jenis fotosistem, yaitu :
 Fotosistem I, pusat reaksinya disebut P700, karena mampu menyerap cahaya pada
panjang gelombang 700 nm
 Fotosistem II, pusat reaksinya disebut P680, karena mampu menyerap cahaya pada
panjang gelombang 680 nm.

Gb. 2.17 Mekanisme pemanfaatan energi cahaya pada fotosistem


Tahapan fotosintesis
1) Reaksi terang
Memerlukan cahaya, terjadi pada tilakoid. Cahaya yang mengenai klorofil a pada pusat
reaksi, akan menyebabkan elektron tereksitasi sehingga mempunyai energi lebih tinggi.
Energi tersebut akan diubah menjadi ATP dan NADPH, yang akan digunakan untuk
membentuk karbohidrat pada reaksi gelap. Dan akan terjadi penguraian air oleh energi
cahaya (fotolisis) menghasilkan oksigen. Rangkaian reaksi tersebut terjadi akibat adanya
aliran elektron. Pada reaksi terang ada 2 jenis aliran elektron :
a) Aliran elektron siklik
 Hanya terjadi pada fotosistem I
 Elektron berenergi tinggi kembali mengalir ke pusat reaksi asalnya (fotosistem I)
 Hanya menghasilkan ATP
b) Aliran elektron nonsiklik
 Fotosistem II menyerap cahaya, elektron tereksitasi ke tingkat energi yang lebih
tinggi dalam klorofil pusat reaksi P680, elektron ini kemudian ditangkap oleh
penerima elektron utama.
 Masuknya energi ke dalam fotosistem II memicu terjadinya fotolisis, yaitu
pemecahan molekul air menjadi oksigen dan ion hidrogen. Kekurangan elektron
pada P680 digantikan oleh elektron yang dilepaskan oleh air.

Eman Laeli Fitri Page 12


 Elektron akan mengalir dari fotosistem II ke fotosistem I melalui rantai transpor
elektron, yang terdiri dari plastokinon (pQ), kompleks sitokrom dan
plastosianin (pC).
 Saat elektron “menuruni” rantai transpor elektron, terjadi fotofosforilasi, yaitu
proses perubahan energi dari elektron yang tereksitasi menjadi ikatan pirofosfat
dari suatu molekul ADP, sehingga terbentuk ATP.
 Elektron akan mengisi kekurangan elektron di pusat reaksi fotosistem I (P700)
yang terjadi akibat energi cahaya menggerakkan elektron dari P700 ke penerima
elektron utama fotosistem I.
 Penerima elektron utama fotosistem I akan menyalurkan elekron ke feredoksin
(Fd), dan dengan bantuan enzim NADP reduktase, elektron dan hidrogen akan
diberikan kepada NADP+ hingga terbentuk NADPH.

Gb. 2.18 Aliran elektron pada reaksi terang

2) Reaksi gelap
Tidak tergantung kepada cahaya, berlangsung di stroma. ATP dan NADPH hasil reaksi
terang digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi karbohidrat.
a. Jalur C3
Disebut juga siklus Calvin-Benson. Hasil awal fotosintesis berupa senyawa berkarbon
3.
 Fase fiksasi
6 CO2 dari udara diikat oleh senyawa berkarbon 5 yang disebut ribulosa bifosfat
(RuBP) menjadi 6 senyawa berkarbon 6 yang tidak stabil dan akan segera pecah
menjadi 12 senyawa berkarbon 3, yaitu asam fosfogliserat (PGA). Pengikatan
CO2 oleh RuBP diperantarai enzim ribulosa bifosfat karboksilase (rubisko).
 Fase reduksi
Setiap PGA menerima gugus fosfat dari ATP dan hidrogen serta elektron dari
NADPH, menghasilkan 12 fosfogliseraldehide (PGAL).
 Fase kondensasi
2 PGAL kemudian berkondensasi membentuk glukosa
 Fase regenerasi
10 PGAL kembali menjadi RuBP untuk mengikat kembali CO 2 yang baru dan
melanjutkan siklus.

Eman Laeli Fitri Page 13


Gb. 2.19 Siklus Calvin-Benson
b. Jalur C4
Hasil awal fotosintesis berupa senyawa berkarbon 4. Terjadi pada tumbuhan seperti
rumput, jagung dan tebu. Tempat pengikatan CO2 terjadi dalam sel-sel mesofil,
sedangkan reaksi reduksi terjadi di berkas sel seludang.
 CO2 difiksasi oleh fosfoenolpiruvat (PEP) membentuk senyawa berkarbon 4 yaitu
oksaloasetat (OAA), reaksi ini diperantarai oleh enzim PEP karboksilase.
 OAA kemudian berubah menjadi asam malat di mesofil, kemudian malat
berdifusi ke berkas sel seludang dan membentuk asam piruvat sambil
membebaskan CO2.
 Piruvat dengan bantuan ATP dipecah menjadi PEP untuk digunakan kembali pada
jalur C4 dalam mesofil.
 CO2 masuk ke siklus Calvin membentuk glukosa. Reaksi ini terjadi pada berkas
sel seludang.

Gb. 2.20 Perbedaan jalur C3 dan C4

Gb. 2.21 Perbedaan anatomi daun tumbuhan C3 dan C4

Eman Laeli Fitri Page 14


c. Jalur CAM (Crassulacean Acid Metabolism)
Dilakukan oleh tumbuhan yang hidup di daerah kering dan tumbuhan epifit. Daunnya
berdaging atau sukulen, contohnya Crassulaceae, Agavaceae, Portulacaceae,
Orchidaceae dan Cactaceae.
Fiksator CO2 adalah PEP dan hasil awal fotosintesis adalah OAA (seperti pada
tumbuhan C4), tetapi semua reaksi terjadi di dalam mesofil (seperti pada tumbuhan
C3). Tumbuhan CAM menutup stomata pada siang hari, sehingga pengikatan CO 2
dilakukan pada malam hari.

Gb. 2.22 Jalur CAM

III. Katabolisme
Disebut juga disimilasi, pada proses tersebut terjadi penguraian zat kompleks menjadi
bentuk sederhana dan pembebasan energi kimia yang tersimpan di dalamnya. Reaksi
pembebasan energi disebut eksoterm, salah satu contohnya adalah respirasi.
Respirasi merupakan suatu proses pembebasan energi melalui reaksi kimia dengan atau
tanpa oksigen (aerob dan anerob). Substrat pada respirasi adalah glukosa yang didapat
tubuh melalui proses pencernaan. Energi yang dihasilkan berupa ATP (adenosin tri posfat),
yang kemudian digunakan untuk berbagai proses dalam tubuh, seperti bergerak, berpikir,
pertumbuhan dan perbaikan sel, dll.
A. Respirasi aerob
Membutuhkan oksigen bebas dari udara, terjadi pada tingkat sel, sehingga disebut juga
respirasi seluler. Secara singkat respirasi aerob dapat ditulis dalam persamaan reaksi :
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 36 ATP
Glukosa Oksigen Karbon Air Energi
Dioksida
Tabel 2.1 Tabel tahapan respirasi seluler
No. Tahapan Tempat terjadinya Input Output
respirasi reaksi
1. Glikolisis Sitoplasma Glukosa 2 ATP, 2 NADH,
2 Piruvat
2. Siklus Krebs Matriks Piruvat 2 ATP, 8 NADH,
mitokondria 2 FADH2
3. Transpor Membran dalam NADH, FADH2 32 ATP
elektron mitokondria
(krista)

1) Glikolisis
Glikolisis terjadi di sitoplasma, terdiri atas dua langkah reaksi, langkah memerlukan
energi dan langkah melepaskan energi. Glikolisis memecah 1 molekul glukosa (terdiri
dari 6 atom karbon) menjadi 2 asam piruvat (3 atom karbon), 2 NADH (Nicotinamide
Adenine Dinucleotide H) dan 2 ATP.
tahapan glikolisis :
1. Glukosa yang masuk ke dalam sel mengalami fosforilasi dengan bantuan enzim
heksokinase dan menghasilkan glukosa 6-fosfat. Reaksi ini memerlukan energi yang
diperoleh dari perubahan ATP menjadi ADP.

Eman Laeli Fitri Page 15


2. Glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfoglukoisomerase menjadi bentuk isomernya
berupa fruktosa 6-fosfat.
3. Dengan menggunakan energi dari hasil perubahan ATP menjadi ADP, fruktosa 6-
fosfat diubah oleh enzim fosfofruktokinase menjadi fruktosa 1,6-bifosfat.
4. Fruktosa 1,6 bifosfat (molekul berkarbon 6) dipecah menjadi 2 molekul berkarbon 3,
yaitu gliseraldehid-3-fosfat (G3P atau PGAL).
5. Masing-masing gliseraldehid-3-fosfat berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat (PGAP)
melalui bantuan enzim triosefosfat dehidrogenase. Dalam tahap ini juga terjadi
transfer elektron sehingga NAD berubah menjadi NADH+, serta pengikatan fosfat
anorganik dari sitoplasma.
6. Terjadi perubahan 1,3-bifosfogliserat menjadi 3-fosfogliserat (PGA) dengan bantuan
enzim fosfogliserokinase. Pada tahap ini juga terjadi pembentukan 2 molekul ATP
dengan menggunakan gugus fosfat yang sudah ada pada reaksi sebelumnya.
7. Terjadi perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat karena enzim
fosfogliseromutase memindahkan gugus fosfat ke atom karbon nomor 2.
8. Terjadi perubahan 2-fosfogliserat menjadi 2-fosfoenol piruvat (PEP) dengan
bantuan enzim enolase dan pembebasan 2 molekul air.
9. 2-fosfoenol piruvat berubah menjadi asam piruvat melalui bantuan enzim
piruvatkinase dan menghasilkan 2 molekul ATP.

Gb. 2.8 Rincian tahapan glikolisis

Eman Laeli Fitri Page 16


2) Siklus Krebs / siklus asam sitrat
Asam piruvat yang terbentuk pada glikolisis meninggalkan sitoplasma dan memasuki
mitokondria, siklus Krebs terjadi dalam matriks mitokondria. Selama reaksi tersebut
dilepaskan 3 molekul CO2, 4 NADH, 1 FADH2 (Flavin Adenine Dinucleotide H2)
dan 1 ATP.
Sebelum memasuki siklus Krebs, asam piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif.
Asam piruvat (molekul berkarbon 3) berubah menjadi asetil-KoA (molekul berkarbon
2) dan menghasilkan 1 molekul NADH dan 1 molekul CO2.
tahapan siklus Krebs :
a) Asam piruvat hasil glikolisis memasuki mitokondria
b) Asam piruvat melepaskan gugus karboksil dalam bentuk CO2 dan memberikan
hidrogen dan elektron kepada NAD+ sehingga terbentuk NADH. 2 atom karbon yang
tersisa dari piruvat akan dioksidasi menjadi asetat. Koenzim A akan diikat oleh asetat
dengan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif membentuk asetil-KoA.
c) Asetil-KoA menggabungkan 2 atom karbonnya dengan oksaloasetat (molekul
berkarbon 4) membentuk asam sitrat dan koenzim A dilepaskan. Supaya reaksi
oksidasi dapat berlangsung, gugus hidroksil (-OH) pada sitrat harus diatur kembali
dengan cara pengeluaran dan penambahan molekul air, menghasilkan isomer sitrat
yaitu isositrat.
d) Asam isositrat melepaskan gugus hidroksil dalam bentuk CO2 dan terbentuk asam α-
ketoglutarat. Hidrogen dan elektron ditransfer kepada NAD+ sehingga terbentuk
NADH.
e) α-ketoglutarat melepaskan gugus karboksil dalam bentuk CO2. Hidrogen dan elektron
ditransfer kepada NAD+ sehingga terbentuk NADH. Setelah CO2 terbuang, yang
tersisa adalah suksinil, yang bergabung dengan koenzim A membentuk suksinil-
KoA.
f) Ikatan antara suksinil dan KoA adalah ikatan berenergi tinggi. Ketika suksinil dan
KoA memisah, energi yang dilepaskan memicu fosforilasi (pengikatan fosfat) GDP
(guanosin difosfat) menjadi GTP (guanosin trifosfat). Fosfat organik tersebut
kemudian terikat pada ADP membentuk ATP. Suksinil berubah menjadi asam
suksinat.
g) Elektron dan hidrogen dari suksinat ditransfer ke FAD menbentuk FADH2. Suksinat
berubah menjadi fumarat.
h) Asam fumarat menggunakan H2O untuk membentuk asam malat. Malat mentransfer
hidrogen dan elektron kepada NAD+ sehingga terbentuk NADH. Malat berubah
menjadi oksaloasetat yang akan digunakan dalam siklus Krebs selanjutnya.
Siklus Krebs menghasilkan 2 molekul ATP per molekul glukosa dan juga menghasilkan
banyak elektron yang dapat diberikan ke rantai transpor elektron untuk membentuk lebih
banyak ATP.

Gb. 2.9 Siklus Krebs

Eman Laeli Fitri Page 17


3) Transpor elektron
Terjadi di membran dalam mitokondria. Elektron berenergi pertama-tama berasal dari
NADH, kemudian ditransfer ke FADH2, selanjutnya ke koenzim Q (ubiquinone) dan
ke kompleks enzim-enzim sitokrom, yaitu sitokrom b, c, dan a. Selanjutnya elektron
dari sitokrom a disampaikan ke Oksigen.

Gb. 2.10 Transpor elektron


NADH dan FADH2 yang dihasilkan dari glikolisis dan siklus Krebs memberikan
elektron dan hidrogen ke sistem transpor elektron. Pergerakan elektron menyebabkan
ion H dipompa ke luar dari membran dalam mitokondria. Konsentrasi ion H di luar
membran dalam mitokondria menimbulkan gradien elektron antara bagian luar dan
dalam, sehingga ion H dipompa kembali ke dalam membran melalui ATP sintase.
Aliran ion H akan memacu pembentukan ATP dari ADP. Setiap 1 molekul NADH
akan memacu pembentukan 3 ATP, dan setiap 1 molekul FADH2 akan memacu
pembentukan 2 ATP. Oksigen berperan sebagai penerima elektron terakhir pada
rantai transpor elektron, oksigen akan bergabung dengan H membentuk molekul air.
Jumlah total ATP yang dihasilkan pada respirasi aerob adalah :
 Glikolisis : 2 NADH = 2 x 3 ATP = 6 ATP
2 ATP
 Dekarboksilasi : 2 NADH = 2 x 3 ATP = 6 ATP
oksidatif
 Siklus Krebs : 6 NADH = 6 x 3 ATP = 18 ATP
2 FADH2 = 2 x 2 ATP = 4 ATP
2 ATP
38 ATP
Pada sel eukariotik, glikolisis berlangsung di sitoplasma, sedangkan siklus Krebs
berlangsung di dalam mitokondria. Oleh karena itu, NADH hasil glikolisis harus
melewati membran mitokondria melalui proses transpor aktif, maka dibutuhkan 2
ATP untuk memasukkan 2 molekul NADH ke dalam mitokondria. Sehingga jumlah
total ATP yang dihasilkan respirasi aerob dari pemecahan 1 molekul glukosa adalah
36 ATP.

Eman Laeli Fitri Page 18


Gb. 2.11 Rangkuman respirasi seluler (respirasi aerob)

B. Respirasi anaerob (fermentasi)


Respirasi anaerob juga menggunakan glukosa sebagai substratnya, tetapi tidak
menggunakan oksigen sebagai penerima elektron terakhir. Hasil glikolisis pada
fermentasi sama dengan respirasi aerob / respirasi seluler, tetapi fermentasi tidak secara
sempurna memecah glukosa menjadi karbondioksida dan air, sehingga ATP yang
dihasilkan jauh lebih sedikit. Pada fermentasi, untuk setiap 1 molekul glukosa hanya
akan diperoleh energi sebanyak 2 ATP.

Gb. 2.12 Fermentasi alkohol

Eman Laeli Fitri Page 19


Gb. 2.13 Fermentasi asam laktat

IV. Hubungan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein


Glukosa merupakan sumber energi utama pada kebanyakan sel. Glukosa didapatkan dari
pencernaan karbohidrat. Konsentrasi glukosa dalam darah diatur oleh hormon insulin,
glukagon dan epinefrin (adrenalin). Glukosa akan mengalami glikolisis dan menghasilkan
asam piruvat, NADH dan ATP. Selanjutnya piruvat diubah menjadi asetil-KoA sebelum
memasuki siklus Krebs.
Jika lemak digunakan sebagai sumber energi, maka gliserol akan diubah menjadi PGAL
dan masuk jalur glikolisis. Asam lemak juga akan diubah menjadi asetil-KoA dan masuk
ke dalam siklus Krebs.
Asam amino dari protein juga dapat berfungsi sebagai sumber energi. Asam amino akan
memasuki jalur respirasi seluler dengan berbagai kemungkinan sebagai berikut :
 Asam amino glisin, serin, alanin dan sistein akan diubah menjadi asam piruvat
 Asam amino fenilalanin, leusin, isoleusin, threonin, lisin, triptofan dan tirosin akan
diubah menjadi asetil-KoA
 Asam amino asparagin dan asam aspartat akan berubah menjadi asam oksaloasetat
 Asam amino fenilalanin dan tirosin dapat diubah menjadi asam fumarat
 Asam amino glutamin, asam glutamat, arginin, histidin dan prolin akan diubah menjadi
α-ketoglutarat
 Asam amino valin, isoleusin dan metionin akan diubah menjadi asam suksinat

Gb. 2.23 Hubungan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak

V. Kemosintesis
Kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan sumber energi dari reaksi kimia
eksergonik.

Eman Laeli Fitri Page 20


Eman Laeli Fitri Page 21
BAB III. SUBSTANSI GENETIKA

Hereditas adalah proses pewarisan sifat makhluk hidup pada keturunannya. Ilmu yang
mempelajari tentang hereditas disebut genetika.
A. Kromosom
Berasal dari kata chromo (warna) dan soma (badan), merupakan tempat gen berada.
Kromosom hanya terlihat ketika sel aktif membelah, karena ketika itu materi kromosom
berkondensasi dan mudah menyerap warna. Ketika sel tidak dalam fase pembelahan,
materi genetik tidak terlihat, hanya berupa benang-benang halus yang disebut kromatin.
Kromosom merupakan struktur padat yang terdiri dari protein dan DNA.

 DNA + protein histon → nukleosom


 Nukleosom + nukleosom → solenoid
 Solenoid + solenoid → kromatin
 Kromatin + kromatin → kromatid
 Kromatid + kromatid → kromosom

Gb. 3.1 Pengemasan DNA dalam kromosom

 Kromatid → salah satu lengan kromosom


 Kromonema → filamen tipis yang terlihat selama tahap profase dan merupakan tahap
awal pemintalan kromatid
 Kromomer → struktur seperti manik-manik yang merupakan akumulasi materi
kromatin yang kadang terlihat pada saat interfase
 Sentromer → kontriksi (lekukan) di sekitar pertengahan kromosom
 Kinetokor → bagian kromosom tempat perlekatan benang-benang spindel selama
proses pembelahan, biasanya terletak di sentromer
 Satelit → struktur berbentuk bulat di ujung lengan kromatid yang terbentuk akibat
kontriksi sekunder
 Telomer → bagian terujung pada kromosom

Gb. 3.2 Struktur kromosom

Eman Laeli Fitri Page 22


Berdasarkan letak sentromernya, tipe kromosom terbagi menjadi :
a. Kromosom metasentrik → letak sentromer tepat di tengah lengan kromatid
b. Kromosom submetasentrik → letak sentromer tidak tepat di tengah, sehingga lengan
kromatid tidak sama panjang
c. Kromosom akrosentrik → letak sentromer hampir di ujung lengan kromatid
d. Kromosom telosentrik → letak sentromer di ujung lengan kromatid

Gb. 3.3 Tipe kromosom


Tampilan visual kromosom setiap individu disebut kariotipe.
Kromosom diwariskan dari sepasang induk kepada keturunannya, sehingga setiap
kromosom tersusun berpasangan. Sepasang kromosom yang membawa gen yang
mengendalikan karakter tertentu disebut kromosom homolog.
Genom adalah jumlah set kromosom pada makhluk hidup, berbeda-beda pada tiap
makhluk hidup. Jumlah kromosom manusia adalah 46, terdiri dari 22 pasang autosom
(kromosom pengatur tubuh) dan sepasang gonosom (kromosom penentu jenis kelamin),
terdiri atas XX (wanita) dan XY (pria). Jumlah kromosom manusia dapat ditulis :
22AA + XX dan 22AA + XY atau 44A + XX dan 44A + XY
Dalam satu sel sperma jumlah kromosom adalah 22A + X atau 22A + Y
Dalam satu sel telur jumlah kromosom adalah 22A + X
Sel dengan satu set kromosom tunggal disebut sel haploid (n), jika terdiri dari dua set
(terdapat kromosom homolog dalam sel) disebut sel diploid (2n).

B. Gen
Gen adalah unit instruksi untuk menghasilkan atau mempengaruhi suatu sifat herediter
tertentu. Letak gen dalam kromosom disebut lokus. Alel adalah bentuk alternatif dari
gen, misalnya gen tinggi alelnya pendek, gen lurus alelnya keriting, dan sebagainya. Gen
resesif adalah gen yang ekspresinya ditutupi oleh gen lain (alelnya), sedangkan gen
dominan adalah gen yang ekspresinya selalu muncul. Gen sealel harus diberi simbol
dengan huruf yang sama. Gen resesif disimbolkan huruf kecil, gen dominan disimbolkan
huruf besar, contoh : tinggi disimbolkan T dan pendek disimbolkan t, keriting
disimbolkan K dan lurus disimbolkan k.
Homozigot → jika terdapat gen yang sama dalam sel, contoh : TT (homozigot dominan)
atau tt (homozigot resesif)
Heterozigot → jika gen resesif dan dominan terdapat dalam sel yang sama, contoh : Tt,
Kk, Bb
Genotipe → susunan gen dalam individu
Fenotipe → penampakan luar yang terlihat

Gb. 3.4 Hubungan gen dan kromosom

Eman Laeli Fitri Page 23


C. Deoxyribonucleic Acid (DNA)
DNA merupakan tempat penyimpanan informasi genetik dan komponen penyusun gen.
DNA merupakan makromolekul polinukleotida yang tersusun atas polimer nukleotida
yang berulang-ulang, tersusun rangkap membentuk rantai ganda berpilin (double helix).

Gb. 3.5 Struktur DNA


Gula pentosa + basa nitrogen → nukleosida
Nukleosida + gugus fosfat → nukleotida
Basa nitrogen terdiri atas :
 Golongan purin → Adenine / Adenin (A) dan Guanine / Guanin (G)
 Golongan pirimidin → Cytosine / Sitosin (C) dan Thymine / Timin (T)
Adenin berpasangan dengan Timin melalui dua ikatan Hidrogen, Sitosin dan Guanin
berpasangan melalui tiga ikatan Hidrogen. Antara gula pentosa dengan gugus fosfat
dihubungkan oleh ikatan fosfodiester. Ikatan antar basa nitrogen membentuk struktur
seperti “anak tangga” dan gula pentosa-fosfat sebagai “ibu tangga”.

Gb. 3.6 Ikatan Hidrogen pada basa nitrogen DNA Gb. 3.7 Ikatan fosfodiester menghubungkan antar
mononukleotida
Model struktur DNA double helix dikemukakan oleh James D. Watson dan Francis H.C
Crick. Rantai heliks ganda DNA yang panjang memiliki suatu polaritas. Salah satu ujung
rantai DNA berupa gugus fosfat dengan karbon 5’-deoksiribosa, ujung rantai yang lain
merupakan gugus hidroksil dengan karbon 3’-deoksiribosa. Polaritas tersebut
mempertahankan rantai panjang DNA agar tidak terurai.

Gb. 3.8 Struktur DNA double helix Gb. 3.9 Polaritas rantai polinukleotida

Eman Laeli Fitri Page 24


Fungsi DNA adalah mewariskan informasi genetik dari generasi ke generasi. Oleh karena
itu DNA mampu mereplikasi dirinya sendiri. Replikasi DNA melibatkan beberapa enzim,
diantaranya adalah :
 DNA polimerase → berperan dalam proses pemanjangan DNA baru pada cabang
replikasi
 Helikase → berperan membuka pita ganda DNA pada cabang replikasi
 DNA ligase → berperan menggabungkan potongan-potongan DNA ke untai yang
sedang tumbuh
 DNA nuklease → berperan memotong pita DNA yang rusak

Hipotesis replikasi DNA


 Hipotesis konservatif → pita double helix DNA membentuk pita baru dalam keadaan
utuh

 Hipotesis semikonservatif → kedua pita DNA terbuka, kemudian masing-masing pita


tersebut mencetak pita baru yang merupakan pelengkapnya (rantai DNA
komplemennya)

 Hipotesis dispersal → kedua pita terpotong-potong dan setiap potongan membentuk


pita baru

Fungsi kedua DNA berkaitan dengan sintesis protein. Rangkaian nukleotida DNA
ditranskripsi membentuk RNA duta (RNAd) / messenger RNA (mRNA). Kemudian
RNAd akan keluar dari nukleus dan memulai sintesis protein di ribosom dengan
menggunakan urutan basa nitrogen yang telah disalin dari DNA. Urutan basa nitrogen
tersebut terdiri atas tiga molekul basa nitrogen yang disebut kodon dan mengkode suatu
jenis asam amino tertentu. Asam amino-asam amino akan berikatan satu sama lain
membentuk polipeptida (protein) pada ribosom.
Keterangan:
Phe : Fenilalanin
Leu : Leusin
Ser : Serin
Tyr : Tirosin
Cys : Sistein
Trp : Triptofan
Pro : Prolin
His : Histidin
Gln : Glutamin
Arg : Arginin
Ice : Isoleusin
Met : Metionin
Thr : Treonin
Asn : Asparagin
Lys : Lisin
Ser : Serin
Val : Valin
Ala : Alanin
Asp : Asam aspartat
Glu : Asam glutamat
Gly : Glisin
Tabel 3.1 Tabel Kodon

Eman Laeli Fitri Page 25


D. Ribonucleic Acid (RNA)
Tabel 3.2 Tabel beda DNA dan RNA

Merupakan rantai tunggal, terdiri atas tiga molekul, yaitu :


 Gula Pentosa (ribosa)
 Basa Nitrogen, terdiri atas golongan Purin (Adenin dan Guanin) dan golongan Pirimidin
(Citosin dan Urasil)
 Gugus fosfat
RNA merupakan hasil transkripsi dari suatu fragmen / potongan DNA, sehingga
ukurannya jauh lebih pendek dari DNA.

Tipe RNA
a. RNAd (RNA duta)
Merupakan RNA yang urutan basanya komplemen (berpasangan) dengan salah satu
urutan basa rantai DNA. Berfungsi sebagai pola cetakan pembentuk polipeptida /
protein dengan cara membawa kodon ke ribosom.

Gb. 3.10 Rantai RNAd

b. RNAt (RNA transfer)


Berfungsi mengangkut asam amino dari sitoplasma ke ribosom dan melepaskannya di
ribosom untuk dirangkai menjadi polipeptida. Pada RNAt terdapat antikodon, yang
akan berpasangan dengan triplet kodon pada RNAd. Ujung lainnya yang merupakan
ujung 3’ RNAt merupakan tempat perlekatan asam amino.
c. RNAr (RNA ribosomal)
RNAr bersama protein lain dalam sitoplasma disusun membentuk subunit ribosom.
RNAr berfungsi membantu penempelan antara kodon dan antikodon dalam ribosom.

Gb. 3.11 Struktur RNAt

Eman Laeli Fitri Page 26


E. Sintesis protein
Ada banyak tahapan antara ekspresi genotip ke fenotip. Fenotip suatu individu ditentukan
oleh aktifitas enzim (protein fungsional). Enzim yang berbeda akan menimbulkan fenotip
yang berbeda. Perbedaan satu enzim dengan enzim lainnya ditentukan oleh jumlah, jenis
dan susunan asam amino penyusun protein enzim. Penyusunan asam amino ditentukan
oleh kodon yang merupakan salinan potongan DNA (gen).
Dogma sentral

Sintesis protein berlangsung melalui dua tahap, yaitu :


1. Transkripsi
Merupakan sintesis RNA dari salah satu rantai DNA, yaitu rantai cetakan (template),
sedangkan rantai DNA komplemennya disebut nontemplate. Rentangan DNA yang
ditranskripsi menjadi RNA disebut unit transkripsi. RNA dihasilkan dari aktifitas
enzim RNA polimerase, dengan cara membuka pilinan kedua rantai DNA hingga
terpisah dan merangkaikan nukleotida RNA dari arah 5’ → 3’. Transkripsi terdiri atas :
a. Inisiasi
Daerah DNA dimana RNA polimerase melekat dan memulai transkripsi disebut
promoter.
b. Elongasi
RNA polimerase menambahkan nukleotida ke ujung 3’ dari molekul RNA yang
sedang tumbuh di sepanjang heliks ganda DNA tersebut.
c. Terminasi
Terminator adalah urutan DNA yang berfungsi menghentikan proses transkripsi.
RNAd yang terbentuk lepas dari DNA dan keluar dari nukleus menuju ribosom
untuk memulai proses translasi.

Gb. 3.12 Tahapan Transkripsi

Eman Laeli Fitri Page 27


2. Translasi
Terjadi penerjemahan urutan kodon pada RNAd menjadi urutan asam amino pada
ribosom oleh RNAt dengan cara membawa asam-asam amino dari “kolam” asam
amino di sitoplasma ke ribosom. Translasi terdiri atas :
a. Inisiasi
Merupakan proses menempelnya ribosom unit kecil pada bagian ujung 5’ RNAd.
Kemudian RNAt inisiator yang membawa asam amino metionin dengan antikodon
UAC melekat pada RNAd, tepat pada kodon start yaitu AUG. Kodon start adalah
tiplet kodon yang menandai dimulainya sintesis protein. Selanjutnya terjadi
perlekatan ribosom unit besar pada ribosom unit kecil. Pada ribosom unit besar
terdapat tiga posisi khusus perlekatan RNAt, yaitu posisi A tempat masuknya RNAt
yang membawa asam amino, posisi P tempat RNAt melepaskan asam amino yang
dibawanya, dan posisi E tempat keluarnya RNAt dari ribosom.

Gb. 3.13 Tahap Inisiasi Translasi

b. Elongasi
Merupakan proses penyusunan asam-asam amino yang dibawa RNAt sehingga
membentuk polipeptida. RNAr dari subunit ribosom besar berfungsi sebagai enzim
yang mengkatalis pembentukan ikatan peptida yang menggabungkan asam-asam
amino.

Gb. 3.14 Tahap Elongasi Translasi

Eman Laeli Fitri Page 28


c. Terminasi
Elongasi berlanjut hingga mencapai kodon stop, yaitu UAA, UAG atau UGA.
Kodon stop tidak mengkode asam amino tetapi bertindak sebagai sinyal untuk
menghentikan translasi. Selanjutnya rantai polipeptida akan lepas dari ribosom.

Gb. 3.15 Tahap Terminasi Translasi

Eman Laeli Fitri Page 29


BAB IV. PEMBELAHAN SEL

Pewarisan sifat-sifat genetik berlangsung melalui proses pewarisan kromosom, yang


terjadi pada saat pembelahan sel. Pembelahan sel bertujuan menghasilkan sel-sel baru. Oleh
karena itu sebelum sel membelah DNA melakukan replikasi, agar masing-masing anakan
menerima salinan DNA yang lengkap.
Pembelahan sel terbagi menjadi :
 Pembelahan Biner / Amitosis
Merupakan tipe pembelahan sel secara langsung, tanpa tahapan tertentu. Contohnya pada
bakteri.
 Pembelahan Mitosis
Terjadi pada sel somatis (sel tubuh), terdiri atas 4 tahap dengan pembelahan berlangsung
1 kali, menghasilkan 2 sel anakan yang mengandung materi genetik yang identik dengan
induknya / menghasilkan sel diploid (2n), berfungsi untuk pertumbuhan, perbaikan,
penggantian sel dan reproduksi aseksual.
 Pembelahan Meiosis
Disebut juga pembelahan reduksi, terjadi pada sel gamet (sel kelamin), terdiri atas 4 tahap
dengan pembelahan berlangsung 2 kali, menghasilkan 4 sel anakan yang mengandung
materi genetik setengah dari materi genetik induknya / menghasilkan sel haploid (n),
berfungsi untuk reproduksi seksual.

Siklus sel
1) Fase pembelahan / mitotik (M)
 Pembelahan inti / Kariokinesis
a) Profase
b) Metafase
c) Anafase
d) Telofase
 Pembelahan sitoplasma / Sitokinesis
2) Fase interfase
 Fase G1→ ukuran sel bertambah besar
 Fase S → terjadi replikasi DNA
 Fase G2

Gb. 4.1 Siklus Sel

A. Pembelahan Mitosis
1. Profase
 Kromatin berkondensasi / menebal dan memendek membentuk kromosom
 Nukleolus / anak inti “menghilang”
 Membran inti “menghilang”
 Pada sel hewan sentriol membelah dan bergerak ke arah kutub yang berlawanan
 Terbentuk benang-benang spindel / gelendong pembelahan, pada tumbuhan
spindel terbentuk tanpa terikat pada sentriol
2. Metafase
 Kromosom berjajar di bidang pembelahan (ekuator)
 Masing-masing kromosom terikat oleh benang spindel di bagian kinetokor
3. Anafase
 Kromatid bergerak menuju kutub pembelahan
 Pergerakan kromatid akibat pemendekan benang spindel

Eman Laeli Fitri Page 30


4. Telofase
 Kromatid telah sampai di kutub yang berlawanan
 Kromatid kembali terurai membentuk kromatin
 Membran inti dan anak inti terbentuk kembali

Gb. 4.2 Tahapan Mitosis

B. Sitokinesis
Merupakan pembelahan sitoplasma yang diikuti pembentukan sekat sel sehingga
terbentuk 2 sel anakan. Pada sel hewan sitokinesis terjadi dengan cara pembentukan
cincin mikrofilamen yang menyempit di daerah bekas bidang ekuator yang
menyebabkan celah yang dalam hingga membagi sel menjadi 2. Pada sel tumbuhan
yang memiliki dinding sel yang keras, sitokinesis terjadi dengan cara pembentukan
sekat sel (cell plate) di sekitar bekas bidang pembelahan. Sekat ini pertama terbentuk
dari vesikel membran yang berasal dari badan golgi. Vesikel tersebut kemudian
mengalami fusi (penyatuan) membentuk membran dan dinding sel yang baru, sehingga
terbentuk 2 sel baru.

Gb. 4.3 Sitokinesis pada sel hewan Gb. 4.4 Sitokinesis pada sel tumbuhan

Eman Laeli Fitri Page 31


C. Pembelahan Meiosis
1) Meiosis I
1. Profase I
a) Tahap Leptoten → kromatin berkondensasi membentuk kromosom
b) Tahap Zigoten
 Sentrosom membelah menjadi dua menuju kutub yang berlawanan
 Kromsom homolog saling berdekatan dan berpasangan / melakukan
sinapsis
c) Tahap Pakiten → tiap kromosom homolog mengganda tetapi masih dalam
satu ikatan sentromer, sehingga tampak seperti memiliki 4 kromatid
(berbentuk tetrad / bivalen)
d) Tahap Diploten → kromsom homolog saling menjauh, ada kalanya terjadi
perlekatan berbentuk X pada suatu tempat di kromosom yang disebut kiasma,
yaitu tempat terjadinya peristiwa pindah silang (crossing over). Peristiwa
tersebut menyebabkan terjadinya pertukaran gen sehinggga menghasilkan
rekombinasi genetika. Sel gamet yang terbentuk sama sekali tidak sama
dengan kromosom induknya, sehingga menyebabkan variasi dalam makhluk
hidup.
e) Tahap Diakinesis
 Terbentuk benang-benang spindel
 Nukleolus dan membran inti mulai “menghilang”
 Tetrad mulai bergerak menuju ekuator
2. Metafase I
Pasangan kromosom homolog tersusun pada bidang pembelahan (ekuator).
3. Anafase I
Pasangan kromosom homolog dipisahkan menuju kutub yang berlawanan oleh
benang-benang spindel. Tujuannya adalah membagi kromosom diploid menjadi
haploid (2n menjadi n), masing-masing kromosom masih memiliki 2 lengan
kromatid.
4. Telofase I
 Pada setiap kutub terdapat satu set kromosom
 Membran nukleus kembali terbentuk
 Gelendong pembelahan (benang spindel) menghilang diikuti dengan
sitokinesis

Gb. 4.5 Pembelahan Meiosis I

Eman Laeli Fitri Page 32


2) Meiosis II
1. Profase II
 Tidak terjadi duplikasi kromosom
 Terbentuk anak setriol dengan posisi tegak lurus dari sentriol induk
 Membran nukleus lenyap
 Benang spindel terbentuk
2. Metafase II
Tiap kromosom (yang terdiri dari 2 kromatid) merentan di bidang pembelahan.
3. Anafase II
Kromatid tiap kromosom bergerak menuju kutub yang berlawanan.
4. Telofase II
 Hasil pembelahan adalah 4 sel anak yang haploid
 Membran inti dan anak inti mulai terbentuk kembali

Gb. 4.6 Pembelahan Meiosis II

D. Gametogenesis
1. Spermatogenesis pada hewan jantan

Gb. 4.7 Spermatogenesis

Eman Laeli Fitri Page 33


2. Oogenesis pada hewan betina

Gb. 4.8 Oogenesis

3. Pada tumbuhan

Gb. 4.9 Gametogenesis pada tumbuhan

Eman Laeli Fitri Page 34


BAB V. HEREDITAS

Hereditas adalah proses penurunan sifat dari makhluk hidup kepada keturunannya. Ilmu
yang mempelajari hereditas disebut genetika. Orang pertama yang melakukan percobaan tentang
genetika adalah Gregor Johann Mendel, seorang biarawan asal Austria. Mendel melakukan
percobaan terhadap tanaman kacang ercis / kacang polong (Pisum sativum). Alasan Mendel
memilih tanaman tersebut adalah karena :
 Mampu mengadakan pembuahan sendiri
 Mudah dibudidayakan
 Cepat berbuah dan berumur pendek
 Memiliki banyak karakter yang berbeda

Gb. 5.1 Tujuh karakter mencolok yang dipelajari Mendel

Dari eksperimennya tersebut, Mendel berkesimpulan bahwa sifat atau karakter diturunkan
dari orang tua kepada anaknya melalui pewarisan faktor keturunan yang dia sebut faktor X. Pada
tahun 1909 Johansen menyebut faktor pembawa sifat dalam eksperimen Mendel sebagai gen.
Tahun 1912 Thomas Morgan melalui eksperimennya terhadap lalat buah Drosophila
melanogaster menjelaskan bahwa gen terdapat dalam kromosom.

A. Hukum Mendel I / hukum Segregasi (pemisahan secara bebas)


“pada waktu pembentukan gamet, terjadi pemisahan alel-alel secara bebas, dari diploid
menjadi haploid”
Artinya setiap gamet hanya mengandung satu faktor untuk setiap sifat. Hukum Mendel
I dapat dibuktikan melalui persilangan monohibrid, yaitu persilangan dengan satu sifat
beda.

Gb. 5.2 Persilangan monohibrid

Eman Laeli Fitri Page 35


B. Hukum Mendel II / hukum Asortasi (pengelompokkan secara bebas)
“pada waktu pembentukan gamet, masing-masing alel mengelompok secara bebas”
Artinya terbentuknya gamet suatu sifat tidak tergantung pada sifat yang lain, dapat
dipelajari pada persilangan dihibrid (persilangan dengan dua sifat beda).
Disilangkan kacang biji bulat warna kuning galur murni (BBKK) dengan kacang biji
keriput warna hijau galur murni (bbkk), menghasilkan generasi F1 yang semuanya biji
bulat warna kuning. Jika F1 disilangkan sesamanya, maka menghasilkan F2 dengan
rasio fenotip 9 bulat kuning : 3 bulat hijau : 3 keriput kunin : 1 keriput hijau.
Hal tersebut menunjukkan bahwa alel-alel memisah secara bebas pada saat
pembentukan gamet, sifat bentuk biji tidak terikat pada warna biji.

Gb. 5.3 Persilangan dihibrid

Testcross / uji silang → persilangan antara suatu individu yang tidak diketahui genotipnya
dengan induk homozigot resesif. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah suatu individu
bergenotip homozigot (galur murni) atau heterozigot. Jika generasi F1 menampilkan karakter
dominan 100 %, maka induk yang diuji tersebut homozigot dominan. Jika generasi F1
menampilkan karakter 50 % dominan dan 50 % resesif, maka induk yang diuji tersebut adalah
heterozigot.
Backcross / silang balik → persilangan antara anakan F1 yang heterozigot dengan
induknya yang homozigot dominan. Tujuannya adalah untuk mencari genotip tetua.
Persilangan resiprok → adalah persilangan ulang dengan jenis kelamin dipertukarkan.

C. Penyimpangan semu hukum Mendel


1. Atavisme / interaksi gen
Pada ayam, terdapat 4 tipe pial :
Genotip Fenotip
rrPP
a. Pea / biji
rrPp
RRpp
b. Rose / gerigi
Rrpp
RRPP
RrPP
c. Walnut / sumpel
RRPp
RrPp
d. rrpp Single / bilah

Eman Laeli Fitri Page 36


Gb. 5.4 Pial pada ayam
Persilangan antara pea galur murni (rrPP) dengan rose galur murni (RRpp)
menghasilkan keturunan F1 100 % walnut (RrPp). Jika walnut disilangkan
sesamanya maka akan menghasilkan generasi F2 9 walnut : 3 rose : 3 pea : 1 single.
Rasio fenotip masih sesuai dengan persilangan dihibrid Mendel yaitu 9 : 3 : 3 : 1,
tetapi terjadi interaksi antar gen yang menghasilkan suatu karakter baru yang tidak
sama dengan induknya. Interaksi 2 gen dominan R dan P menghasilkan karakter
baru yaitu walnut, interaksi antar 2 gen resesif r dan p menghasilkan karakter baru
yaitu single.

Rasio fenotip walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1


2. Polimeri
Merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah).
Nilsson-Ehle menemukannya pada warna biji gandum. Gradasi warna gandum
disebabkan oleh banyaknya alel dominan.
M 4 → merah gelap
M 3 → merah
M 2 → merah sedang
M 1 → merah muda
M 0 → putih

Rasio fenotip merah : putih = 15 : 1

Eman Laeli Fitri Page 37


3. Kriptomeri
Sifat gen dominan yang tersembunyi, baru akan muncul jika bertemu gen dominan
lainnya. Contoh pada bunga Linaria maroccana yang diteliti oleh Correns.
A → ada bahan dasar pigmen antosianin
a → tidak ada bahan dasar pigmen antosianin
B → suasana plasma sel basa
b → suasana plasma sel asam
antosianin dalam asam → merah
antosianin dalam basa → ungu

Rasio fenotip ungu : merah: putih = 9 : 3 : 4

4. Epistasi-Hipostasi
Epistasi adalah gen yang menutupi ekspresi gen yang lain. Hipostasi adalah gen
yang tertutupi ekspresinya oleh gen yang lain.
a) Epistasi dominan
Pada labu, K akan menghasilkan warna kulit kuning, alelnya k akan
menghasilkan warna kulit hijau. Gen tersebut dipengaruhi oleh gen lain, yaitu
gen yang menentukan munculnya warna pada labu. Gen P akan menutupi kerja
gen K dan k sehingga menghasilkan labu berwarna putih. Warna labu baru akan
muncul jika bersama alelnya yang homozigot resesif yaitu pp.
P1 PPKK x ppkk
Labu putih Labu hijau

F1 PpKk
100 % labu putih

P2 PpKk x PpKk

PK Pk pK pk

PPKK PPKk PpKK PpKk
PK
putih putih putih putih
PPKk PPkk PpKk Ppkk
Pk
putih putih putih putih
PpKK PpKk ppKK ppKk
pK
putih putih kuning kuning
PpKk Ppkk ppKk ppkk
pk
putih putih kuning hijau
Rasio fenotip putih : kuning : hijau = 12 : 3 : 1
Contoh lain : pada warna sekam gandum, ada tiga warna sekam gandum yaitu
hitam, kuning dan putih. Gen H menentukan warna sekam hitam dan dominan
terhadap h. K menentukan warna sekam kuning dan dominan terhadap k. H
epistasi terhadap K, sehingga warna sekam tetap hitam meskipun ada alel K.

Eman Laeli Fitri Page 38


P1 HHkk x hhKK
Sekam hitam Sekam kuning

F1 HhKk
100 % sekam hitam

P2 HhKk x HhKk

HK Hk hK hk

HHKK HHKk HhKK HhKk
HK
hitam hitam hitam hitam
HHKk HHkk HhKk Hhkk
Hk
hitam hitam hitam hitam
HhKK HhKk hhKK hhKk
hK
hitam hitam kuning kuning
HhKk Hhkk hhKk hhkk
hk
hitam hitam kuning putih
Rasio fenotip hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1

b) Epistasi resesif
Jika dalam keadaan homozigot resesif, gen tersebut akan menutupi ekspresi gen
lain. Contoh : warna rambut tikus ditentukan oleh gen A yang menghasilkan
warna rambut abu-abu agouti dan dominan terhadap a yang menghasilkan warna
rambut hitam. Kerja gen tersebut dipengaruhi oleh gen yang menentukan
munculnya warna. H menghasilkan warna tetap bekerja, sedang h akan
menyebabkan tidak munculnya pigmen warna sehingga rambut menjadi putih.
P1 HHaa x hhAA
Tikus hitam Tikus putih

F1 HhAa
100 % tikus abu-abu agouti
P2 HhAa x HhAa

HA Ha hA ha

HHAA HHAa HhAA HhAa
HA
Agouti Agouti Agouti Agouti
HHAa HHaa HhAa Hhaa
Ha
Agouti hitam Agouti hitam
HhAA HhAa hhAA hhAa
hA
Agouti Agouti putih putih
HhAa Hhaa hhAa hhaa
ha
Agouti hitam putih putih
Rasio fenotip abu-abu agouti : hitam : putih = 9 : 3 : 4
5. Gen komplementer
Merupakan interaksi beberapa gen yang saling melengkapi. Disebut juga epistasi
gen resesif rangkap, karena jika salah satu gen homozigot resesif, maka pemunculan
suatu karakter oleh gen lain menjadi tidak sempurna atau terhalang. Contohnya pada
bunga Lathyrus odoratus yang diteliti oleh W. Bateson dan R.C Punnet.
Gen C → menumbuhkan zat bahan mentah pigmen
Gen c → tidak menumbuhkan zat bahan mentah pigmen
Gen P → menumbuhkan enzim pengaktif pigmen
Gen p → tidak menumbuhkan enzim pengaktif pigmen
Adanya homozigot resesif cc maupun pp akan menyebabkan bunga tidak berwarna.

Eman Laeli Fitri Page 39


Rasio fenotip ungu : putih = 9 : 7

Eman Laeli Fitri Page 40


BAB VI. POLA-POLA HEREDITAS

1. Dominansi tidak sempurna / incomplete dominance


Alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif sepenuhnya, sehingga muncul
karakter intermediet.

2. Kodominan
Dua alel suatu gen menghasilkan produk berbeda dengan alel yang satu tidak
dipengaruhi oleh alel yang lain. Contoh :
 Pada sapi → sapi warna merah (RR) kodominan terhadap sapi putih (rr)
menghasilkan anak sapi roan (Rr) yang coklat kemerahan dengan sedikit
percikan putih.
 Pada golongan darah manusia → A (IA) dominan terhadap O (IO), B (IB)
dominan terhadap O (IO), namun jika A dan B bersama maka akan muncul
golongan darah AB (IAIB).
 Pada ayam → hitam (B) semidominan terhadap putih (b), jika dikawinkan akan
menghasilkan ayam berbulu blue andalusia, yang jika dikawinkan sesamanya
akan timbul lagi asal usul warna bulu pada anaknya, yaitu hitam dan putih.
3. Alel ganda
Merupakan fenomena adanya lebih dari satu alel dari suatu gen. Contohnya pada
kelinci. Gen warna kelinci memiliki 4 alel dengan urutan dominansi yaitu :
C > cch > ch > c

Eman Laeli Fitri Page 41


Gb. 6.1 Alel ganda pada kelinci
4. Gen letal
Gen yang dalam keadaan homozigot menyebabkan kematian atau kelainan / cacat.
a) Letal resesif
Dalam keadaan homozigot dominan dan heterozigot individu akan normal.
 Tanaman
GG → ada klorofil
Gg → ada klorofil
gg → tidak ada klorofil (letal)

 Sapi bulldog
DD → sapi Kerry (normal)
Dd → sapi Dexter (normal, tubuh pendek)
dd → sapi bulldog (letal setelah 6-8 bulan)
b) Letal dominan
Berbeda dengan letal resesif, dalam keadaan heterozigot menyebabkan
kecacatan.
 Ayam redep / creeper
CrCr → letal
Crcr → ayam redep / creeper (kaki dan sayap pendek)
crcr → ayam normal

 Tikus
AA → letal
Aa → tikus rambut kuning
aa → tikus normal

5. Tautan
Merupakan keadaan dimana gen yang letaknya berdekatan saling terpaut, sehingga
tidak mengikuti hukum segregasi Mendel pada waktu pembentukan gamet.
Thomas Hunt Morgan meneliti lalat buah Drosophilla melanogaster, alasannya
karena lalat buah mudah berkembang biak, jumlah kromosomnya hanya 4 pasang

Eman Laeli Fitri Page 42


dan memiliki banyak variasi karakter mutan / karakter tidak normal. Lalat normal
berwarna tubuh kelabu (B) dan sayap lurus (V), lalat mutan berwarna tubuh hitam
(b) dan sayap vestigial / berkerut (v). Dilakukan testcross lalat buah berwarna
kelabu sayap normal homozigot (BBVV) dengan induk homozigot resesif yaitu lalat
hitam sayap vestigial (bbvv). Hasil yang diharapkan adalah empat fenotip keturunan
yang kira-kira berjumlah sama yaitu 1 kelabu normal : 1 hitam vestigial : 1 kelabu
vestigial : 1 hitam normal, namun ternyata hasil yang didapat sangat berbeda, hanya
ada dua fenotip saja, yaitu kelabu normal dan hitam vestigial (tipe parental) dan
tidak ada tipe rekombinan yang muncul. Hal ini terjadi karena B tertaut V dan b
tertaut v, sehingga gamet yang dihasilkan hanya BV dan bv.
P1 BBVV x bbvv
Kelabu normal Hitam vestigial
Gamet BV bv
F1 BbVv
Kelabu normal
F1 disilang dengan induk resesif (testcross)

Keturunan yang
diharapkan

Keturunan yang
dihasilkan dari
percobaan
Untuk mengetahui adanya tautan antar gen dapat dilakukan testcross, jika hasil
testcross kombinasi parental lebih besar dari 50 %, maka terjadi tautan gen.

6. Tautan kelamin / sex linkage


Merupakan gen autosomal yang terkait pada kromosom kelamin. Idealnya
kromosom kelamin (gonosom) tidak membawa gen autosomal.
Contohnya pada Drosophilla melanogaster, gen yang menentukan warna mata
merah dominan terhadap warna mata putih, tetapi warna mata putih hanya muncul
pada jantan.

P1 XMXM x XmY
Betina merah Jantan putih
Gamet XM Xm, Y
M m
F1 X X XMY
Betina merah Jantan merah
Jika sesama F1 disilangkan, maka hasilnya sebagai berikut :
XMXm x XMY

XM Y

XMXM XMY
XM Betina Jantan
merah merah
XMXm XmY
m
X Betina Jantan
merah putih
Hal tersebut terjadi karena antara kromosom X dan Y tidak homolog, sehingga gen
autosom yang terangkai pada kromosom X meskipun resesif sekalipun, akan selalu
terekspresi / muncul pada individu jantan.

Eman Laeli Fitri Page 43


Contoh lain adalah pada kucing calico (kucing belang tiga). Gen yang menentukan
warna rambut kucing terpaut pada kromosom X. X B menentukan warna hitam, Xb
menentukan warna kuning dan XBXb menentukan warna hitam, kuning, putih
(belang tiga). Oleh karena itu kucing jantan tidak akan pernah berambut belang tiga,
karena jantan hanya memiliki 1 kromosom X.
7. Pindah silang / crossing over
Merupakan peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid
homolognya. Pindah silang terjadi pada waktu pembentukan gamet, yaitu pada
meiosis I profase I tahap diploten. Akibat pindah silang akan terbentuk tipe
rekombinan (RK) yang berbeda dari kedua induknya / tipe parental (KP).
Rekombinan yang terbentuk frekuensinya selalu lebih kecil dari tipe parental (KP >
50 %). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pindah silang, yaitu :
 Jarak antar gen → semakin jauh jarak antar gen semakin besar kemungkinan
terjadinya pindah silang
 Usia → semakin tua usia semakin kecil terjadinya pindah silang, karena semakin
jarang terjadi pembelahan sel
 Suhu → semakin rendah atau tinggi suhu semakin besar kemungkinan terjadinya
pindah silang
 Sinar X → dapat memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang
 Jenis kelamin → pada beberapa jenis hewan seperti ulat sutra, pindah silang
hanya terjadi pada jantan, pada lalat buah hanya terjadi pada betina
Nilai pindah silang = jarak antar gen. Untuk menghitung besarnya nilai pindah
silang digunakan rumus :

Contoh :
 Lalat buah mata merah sayap panjang (MMPP) disilangkan dengan lalat mata
ungu sayap kisut (mmpp) menghasilkan lalat mata merah sayap panjang
heterozigot (MmPp). Jika F1 diuji silang (testcross) maka menghasilkan
keturunan F2 sebanyak 382 mata merah sayap panjang, 16 mata merah sayap
kisut, 22 mata ungu sayap panjang dan 353 mata ungu sayap kisut. Terbukti

Eman Laeli Fitri Page 44


bahwa telah terjadi pindah silang, karena rekombinan < 50 %. Maka nilai pindah
silangnya dapat dihitung :

Maka jarak antar gen adalah 4,9 unit Morgan.

 Gambar berikut memperlihatkan pembelahan meiosis suatu sel. Sel yang


membelah bergenotip AaBb, dengan tautan antara A dengan B dan a dengan b.
Apabila tidak terjadi pindah silang, maka gamet yang terbentuk adalah AB dan
ab dengan rasio 1 : 1. Namun jika sebagian sel mengalami pindah silang, maka
akan terbentuk rekombinan. Sebagai contoh 20 % dari sel mengalami pindah
silang, maka 80 % yang lain tidak pindah silang.

 Kelompok yang tidak mengalami pindah silang akan menghasilkan sel


dengan dua macam kombinasi yaitu AB dan ab dengan rasio 50 % : 50 %.
Jadi frekuensi gamet AB = 50 % x 80 % = 40 % dan frekuensi gamet ab =
50 % x 80 % = 40 %.
 Kelompok sel yang mengalami pindah silang akan menghasilkan empat
macam gamet yaitu AB, Ab, aB dan ab dengan rasio 1 : 1 : 1 : 1. Maka
frekuensinya adalah :
AB = 25 % x 20 % = 5 %
Ab = 25 % x 20 % = 5 %
aB = 25 % x 20 % = 5 %
ab = 25 % x 20 % = 5 %
maka frekuensi parental adalah :
AB = 40 % + 5 % = 45 %
ab = 40 % + 5 % = 45 %
totalnya 90 %, sedang rekombinan aB dan Ab hanya 10 %.

8. Determinasi seks / penentuan jenis kelamin


a) Tipe XY
Pada mamalia, betina XX dan jantan XY
Kariotipe manusia dapat ditulis :
22AA + XX dan 22AA + XY atau 44A + XX dan 44A + XY
Dalam satu sel sperma jumlah kromosom adalah 22A + X atau 22A + Y
Dalam satu sel telur jumlah kromosom adalah 22A + X
b) Tipe XO
Pada beberapa serangga contohna belalang, betina mempunyai 2 kromosom X
(XX) sedangkan jantan hanya memiliki 1 kromosom X (XO)

Eman Laeli Fitri Page 45


c) Tipe ZW
Pada kupu-kupu, ikan, reptil dan burung. Jantan berkromosom ZZ, betina ZW
d) Berdasarkan ploidi (jumlah set kromosom)
Pada lebah madu betina diploid (2n) sedangkan jantan haploid (n)

e) Berdasarkan perbandingan gonosom dan autosom


Pada lalat buah (Drosophilla), jenis kelamin ditentukan berdasarkan
perbandingan kromosom X dengan kromosom tubuh.
Tabel 6.1 Tabel penentuan jenis kelamin pada lalat buah
Jumlah Jumlah set
Perbandingan
Kariotipe kromosom kromosom Jenis kelamin
X/A
seks (X) tubuh (A)
AAXXX 3 2 1,50 Super betina
AAAXXXX 4 3 1,33 Super betina triploid
AAAAXXXX 4 4 1 Betina tetraploid
AAAXXX 3 3 1 Betina triploid
AAXX 2 2 1 Betina
AAAAXXX 3 4 0,75 Interseks tetraploid
AAAXX 2 3 0,67 Interseks triploid
AAXY 1 2 0,50 Jantan
AAAAXXY 2 4 0,50 Jantan
AAAXY 1 3 0,33 Super jantan triploid
AAAAXY 1 4 025 Super jantan tetraploid
AAX 1 2 0,5 Jantan steril

Jantan memiliki perbandingan X/A = 0,5 dan betina = 1. Kromosom Y tidak


menentukan jenis kelamin, tetapi menentukan tingkat kesuburan individu.
Individu interseks memiliki tubuh mosaik, campuran antara tubuh jantan dan
betina.

Eman Laeli Fitri Page 46


9. Sifat yang dipengaruhi seks
Genotip Pria Wanita
BB Botak Botak
Bb Botak Tidak botak
bb Tidak botak Tidak botak

10. Penggolongan darah


a) Sistem ABO
Diperkenalkan oleh Landsteiner. Didasarkan pada ada tidaknya protein
aglutinogen pada membran eritrosit.
Aglutinogen / Aglutinin /
Golongan
Genotip antigen pada antibodi dalam
darah
membran eritrosit serum
A A A O
A I I ,I I A Anti B
B IBIB, IBIO B Anti A
O O
O I I - Anti A dan B
AB IAIB AB -
b) Sistem MN
Diperkenalkan oleh Landsteiner dan Levine. Didasarkan pada ada tidaknya
aglutinogen pada membran eritrosit, tetapi tidak dikenal serum aglutinin.
Aglutinogen /
Golongan
Genotip antigen pada
darah
membran eritrosit
M IMIM M
N ININ N
M N
MN I I M dan N
c) Sistem Rhesus
Diperkenalkan oleh Landsteiner dan Wiener. Didasarkan pada antigen rhesus
yang berupa glikoprotein pada membran eritrosit.
Golongan
Genotip
darah
Rh+ RhRh, Rhrh
-
Rh rhrh

Eman Laeli Fitri Page 47


BAB VII. HEREDITAS PADA MANUSIA

1. Gen autosomal
a) Albino
Kelainan dimana tidak terbentuk pigmentasi secara normal, bersifat resesif.
AA → individu normal
Aa → individu normal carier / pembawa
aa → albino
P1 Aa x Aa
Normal carier Normal carier
Gamet A, a A, a
F1

A a

AA Aa
A (Normal) (Normal
carier)
Aa aa
a (Normal (Albino)
carier)

b) Fenilketouria (FKU)
Penderita FKU mengalami kelainan berupa hilangnya enzim yang memproses
asam amino fenilalanin sehingga terjadi penumpukan fenilalanin dalam darah
dan terdapat di urin. Dalam keadaan normal, fenilalanin diubah menjadi tirosin.
Penderita FKU juga adalah penderita gangguan mental. FKU merupakan gen
resesif.
c) Fibrosis sistik
Kelainan yang menyebabkan tubuh menyekresi lendir yang lengket dan tebal,
biasanya pada saluran pernapasan dan pencernaan. Hal tersebut terjadi akibat
kelainan gen resesif pada kromosom no 7. Kromosom tersebut bertanggungjawab
terhadap pembentukan CFTR (cyctic fibrosis transmembrane conductance
regulator) merupakan protein yang berfungsi transpor ion klorida dalam sel.
d) Galaktosemia
Terjadi pada 1 dari setiap 100.000 kelahiran. Diatur oleh gen resesif (gg),
menyebabkan tubuh tidak menghasilkan enzim yang dapat memecah laktosa.
Tingkat galaktosa yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan mata, hati dan otak.
e) Cystinuria
Terjadi karena terlalu banyak ekskresi asam amino sistein yang sukar larut
sehingga terjadi penimbunan dan membentuk batu ginjal. Penyakit ini diatur oleh
gen semidominan. Homozigot dominan (CC) adalah penderita berat, heterozigot
(Cc) mensekresi sistein tetapi tidak membentuk batu ginjal, homozigot resesif
(cc) adalah normal.
f) Akondroplasia / kerdil
Merupakan suatu karakter kekerdilan dengan kejadian satu kasus di antara
10.000 kelahiran. Diatur oleh gen dominan (KK dan Kk), individu normal
bergenotip homozigot resesif (kk).
g) Progeria
Penuaan pada usia dini, disebakan oleh gen dominan.

Eman Laeli Fitri Page 48


2. Gen letal
a) Sickle Cell Anemia / anemia sel sabit
Penderita memiliki sel darah merah berbentuk sabit, terjadi akibat mutasi gen
ketika sintesis protein pembentuk sel darah merah. Akibatnya afinitas / daya ikat
eritrosit terhadap oksigen rendah. Individu dengan genotip HbSHbS atau ss letal
sebelum dewasa. Individu heterozigot HbSHbA atau Ss merupakan carier dan
penderita. Individu normal bergenotip HbAHbA atau SS.
b) Ichtyosis congenital
Kelainan berupa kulit kering bersisik. Individu dengan genotip homozigot resesif
(ii) letal dalam kandungan. Individu heterozigot (Ii) merupakan penderita,
sedangkan individu normal bergenotip homozigot dominan (II).
c) Thalasemia
Merupakan kelainan pada eritrosit, dimana eritrosit berbentuk lonjong, kecil-
kecil, jumlahnya lebih banyak dari normal, afinitas terhadap oksigen rendah.
 Thalasemia mayor → bergenotip ThTh, bersifat letal
 Thalasemia minor → bergenotip Thth, tidak menimbulkan kematian, tetapi
membutuhkan transfusi seumur hidupnya
Individu normal bergenotip thth.
d) Brakidaktili / jari pendek
Kelainan yang dicirikan dengan jari tangan yang pendek. Penderita brakidaktili
bergenotip heterozigot (Bb). Individu dengan gen homozigot dominan (BB) letal
ketika embrio, individu normal bergenotip bb.
e) Huntington
Merupakan suatu penyakit degeneratif yang menyerang sistem saraf. Gejala
penyakit ini baru muncul di usia 35 tahun ke atas. Individu bergenotip HH
cenderung letal.
3. Gen tertaut seks / sex linkage
a) Buta warna
Merupakan kelainan pada individu yang tidak mampu membedakan seluruh atau
beberapa warna. Terbagi menjadi :
 Buta warna parsial / sebagian (dikromatisme) → tidak dapat membedakan
warna merah dan hijau atau biru dan kuning.
 Buta warna total (monokromatis) → tidak dapat membedakan semua warna
cahaya, yang terlihat hanya abu-abu.
Buta warna diatur oleh gen resesif terpaut kromosom X, maka lebih banyak
diderita oleh pria dibanding wanita.
Jenis kelamin Genotip Fenotip
cb cb
X X Buta warna
Wanita XXcb Normal Carier
XX Normal
XcbY Buta warna
Pria
XY Normal
Kemungkinan keturunan dari tipe-tipe perkawinan :
 Wanita normal dengan pria buta warna
XX x XcbY

XXcb XY XXcb XY
Semua anak perempuannya carier, semua anak laki-lakinya normal
 Wanita carier dengan pria normal
XXcb x XY

XX XY XXcb XcbY
50 % anak perempuannya normal, 50 % anak perempuannya buta warna
50 % anak laki-lakinya normal, 50 % anak laki-lakinya buta warna

Eman Laeli Fitri Page 49


Persentase anaknya yang buta warna (tanpa memandang laki-laki atau
perempuan) adalah 25 %
 Wanita buta warna dengan pria normal
XcbXcb x XY

XXcb XcbY XXcb XcbY


Semua anak perempuannya carier
Semua anak laki-lakinya buta warna
 Wanita carier dengan pria buta warna
XXcb x XcbY

XXcb XY XcbXcb XcbY


50 % anak perempuannya carier, 50 % anak perempuannya buta warna
50 % anak laki-lakinya normal, 50 % anak laki-lakinya buta warna
Persentase anaknya yang buta warna (tanpa memandang laki-laki atau
perempuan) adalah 50 %
 Wanita buta warna dengan pria buta warna
XcbXcb x XcbY

XcbXcb XcbY XcbXcb XcbY


Semua anaknya buta warna
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan :
 Ayah yang buta warna akan mewariskan kepada seluruh anak perempuannya,
dan tidak kepada anak laki-lakinya
 Seorang ibu buta warna akan mewariskan buta warna kepada semua anak laki-
lakinya
 Laki-laki buta warna mewarisi buta warna dari ibu normal (yang carier)
 Seorang perempuan buta warna terlahir dari pasangan ibu carier dan bapak
buta warna, atau kedua orang tua buta warna
b) Hemofilia
Merupakan kelainan dimana darah sukar membeku. Terbagi menjadi :
 Hemofilia A → tubuh tidak membentuk faktor antihemofilia / faktor VIII.
 Hemofilia B / penyakit Christmas → tubuh tidak memiliki komponen plasma
tromboplastin (PTC) / faktor IX.
Hemofilia menurun pada keluarga kerajaan Inggris. Dimulai dari ratu Victoria
sebagai carier.

Gb. 7.1 Pedigree pewarisan sifat hemofilia pada keluarga kerajaan Eropa

Eman Laeli Fitri Page 50


Hemofilia diatur oleh gen resesif terpaut kromosom X.
Jenis kelamin Genotip Fenotip
XhXh Hemofilia
Wanita XXh Normal Carier
XX Normal
h
XY Hemofilia
Pria
XY Normal

Kemungkinan keturunan dari tipe-tipe perkawinan :


 Wanita normal dengan pria hemofilia
XX x XhY

XXh XY XXh XY
Semua anak perempuannya carier, semua anak laki-lakinya normal
 Wanita carier dengan pria normal
XXh x XY

XX XY XXh XhY
50 % anak perempuannya normal, 50 % anak perempuannya carier
50 % anak laki-lakinya normal, 50 % anak laki-lakinya hemofilia
Persentase anaknya yang hemofilia (tanpa memandang laki-laki atau
perempuan) adalah 25 %
 Wanita hemofilia dengan pria normal
XhXh x XY

XXh XhY XXh XhY


Semua anak perempuannya carier
Semua anak laki-lakinya hemofilia
 Wanita carier dengan pria hemofilia
XXh x XhY

XXh XY XhXh XhY


50 % anak perempuannya carier, 50 % anak perempuannya hemofilia
50 % anak laki-lakinya normal, 50 % anak laki-lakinya hemofilia
Persentase anaknya yang hemofilia (tanpa memandang laki-laki atau
perempuan) adalah 50 %
 Wanita hemofilia dengan pria hemofilia
XhXh x XhY

XhXh XhY XhXh XhY


Semua anaknya hemofilia
c) Anadontia
Merupakan kelainan dimana tidak ada benih gigi di dalam tulang rahang. Diatur
oleh gen resesif terpaut kromosom X.
d) Gigi coklat
Email gigi tidak terbentuk sehingga gigi berwarna coklat dan mudah rusak.
Diatur oleh gen dominan (B) yang terpaut kromosom X.
e) Distrofi otot
Kelainan makin melemahnya otot dan hilangnya koordinasi, terjadi karena tidak
adanya protein otot yang disebut distrofin. Protein tersebut diatur oleh gen yang
terletak di kromosom X.
f) Sindrom fragile X
Kromosom X tidak normal, mengalami kontriksi / lekukan di bagian ujung.
Penderita mengalami gangguan mental.

Eman Laeli Fitri Page 51


g) Hypertrichosis dan Keratoma dissipatum
Hypertrichosis adalah tumbuhnya rambut di telinga pada pria. Keratoma
dissipatum adalah penebalan kulit pada tangan dan kaki. Keduanya diduga
disebabkan oleh gen terpaut kromosom Y.

Eman Laeli Fitri Page 52


BAB VIII. MUTASI

Istilah mutasi pertama kali dikemukakan oleh Hugo de Vries. Mutasi adalah perubahan
materi genetik (DNA) yang berakibat berubahnya fenotip suatu makhluk hidup dan diwariskan
kepada keturunannya. Agen yang menyebabkan mutasi disebut mutagen, sedangkan makhluk
hidup yang mengalami mutasi disebut mutan.
Macam-macam mutasi :
1. Berdasarkan tipe sel yang mengalami mutasi
a. Mutasi germinal → terjadi pada sel kelamin (gamet), dapat diwariskan kepada
keturunan selanjutnya (heritable).
b. Mutasi somatis → terjadi pada sel tubuh, tidak dapat diturunkan.
2. Berdasarkan faktor kejadiannya
a. Mutasi alami → terjadi secara tiba-tiba, jarang terjadi, disebut mutasi spontan, mutagen
dapat berupa radiasi sinar kosmis, radioaktif dan ultraviolet.
b. Mutasi buatan → dilakukan oleh manusia, bertujuan untuk memperoleh genotip baru.
3. Berdasarkan sifat genetiknya
a. Mutasi dominan → tampak pengaruhnya dalam keadaan heterozigot
b. Mutasi resesif → hanya akan muncul dalam keadaan homozigot
4. Berdasarkan arah mutasinya
a. Mutasi maju → mengubah fenotip normal menjadi abnormal
b. Mutasi balik → mengubah fenotip abnormal menjadi normal
5. Berdasarkan tingkatannya
a. Mutasi gen / mutasi titik / point mutation → mutasi yang terjadi pada tingkat gen, yaitu
perubahan terjadi pada nukleotida DNA.

Gb. 6.1 Mutasi titik


Tipe-tipe mutasi gen / mutasi titik :
1) Substitusi
Penggantian satu nukleotida dan pasangannya dalam DNA. Terbagi menjadi :
 Transisi → penggantian purin oleh purin dan pirimidin oleh pirimidin
 Transversi → penggantian purin oleh pirimidin atau sebaliknya
Substitusi dapat menyebabkan beberapa tipe perubahan :
 Mutasi diam / silent mutation → perubahan kode genetik tidak mempengaruhi
pengkodean protein / perubahan basa nitrogen masih mengkode asam amino
yang sama.
 Mutasi salah arti / missense mutation → kodon yang berubah akan mengkode
asam amino yang berbeda.
 Mutasi tanpa arti / nonsense mutation → perubahan kodon menghasilkan kodon
stop sehingga sintesis protein terhenti sebelum waktunya, protein yang dihasilkan
tidak fungsional.

Eman Laeli Fitri Page 53


Gb. 6.2 Mutasi diam

Gb. 6.3 Mutasi salah arti Gb. 6.4 Mutasi tanpa arti

2) Insersi
Penyisipan satu atau lebih basa nitrogen pada rantai DNA.
3) Delesi
Pengurangan satu atau lebih basa nitrogen pada rantai DNA.
4) Adisi
Penambahan satu atau lebih basa nitrogen pada ujung rantai DNA.
Insersi dan delesi menyebabkan mutasi pergeseran kerangka / frameshift mutation.
Dapat menyebabkan mutasi salah arti dan mutasi tanpa arti.

Gb. 6.5 Mutasi salah arti akibat insersi atau delesi

Gb. 6.6 Insersi menyebabkan mutasi tanpa arti Gb. 6.7 Delesi menyebabkan mutasi salah arti

b. Mutasi kromosom / aberasi kromosom


1) Perubahan susunan kromosom
a) Delesi → fragmen kromosom patah dan hilang ketika pembelahan sel
b) Duplikasi → patahan kromosom menempel pada homolognya
c) Inversi → patahan kromosom menempel kembali pada kromosom asalnya, tetapi
letaknya terbalik
d) Translokasi → patahan kromosom menempel pada kromosom lain yang bukan
homolognya
e) Translokasi resiprok → jika dua kromosom nonhomolog saling bertukar patahan
kromosom

Eman Laeli Fitri Page 54


Gb. 6.8 Perubahan susunan kromosom

2) Perubahan jumlah kromosom


a) Euploid
Perubahan pada seluruh set dasar kromosom (genom). Terjadi penggandaan
jumlah seluruh kromosom (set kromosom) atau disebut mengalami poliploidi,
dapat berupa triploid (3n), tetraploid (4n) dan sebagainya.
 Autopoliploidi → poliploidi yang terjadi akibat gagal berpisah /
nondisjunction pada semua pasangan kromosom ketika terjadi pembelahan
sel.
 Alopoliploidi → poliploidi akibat peleburan gamet yang salah satu atau
keduanya merupakan poliploidi, biasanya pada persilangan hibrid antar dua
spesies yang berbeda. Contohnya persilangan kubis Brassica oleraceae
(diploid, 18 kromosom) dengan lobak Raphanus sativum (diploid, 18
kromosom) menghasikan tanaman baru tetraploid 36 kromosom yang disebut
Raphanobrassica.
b) Aneuploid
Perubahan kromosom pada satu pasangan kromosom tertentu saja.
 Monosomi (2n-1) → jika suatu individu kehilangan 1 kromosom pada salah
satu pasangan kromosom, gamet yang dihasilkan adalah (n) dan (n-1).
 Nulisomi (2n-2) → jika suatu individu kehilangan 2 kromosom pada salah
satu pasangan kromosom tertentu atau 1 kromosom pada dua pasang
kromosom yang berbeda, gamet yang dihasilkan adalah (n-1) atau (n) dan (n-
1).
 Trisomi (2n +1) → jika suatu individu memperoleh tambahan 1 kromosom
pada salah satu pasangan kromosom tertentu, gamet yang dihasilkan adalah
(n) dan (n+1).
 Trisomi ganda (2n + 1 + 1) → jika suatu individu mempunyai dua pasang
kromosom yang masing-masingnya memperoleh tambahan 1 kromosom,
gamet yang dihasilkan adalah (n) dan (n+2).
 Tetrasomi (2n +2) → jika suatu individu memperoleh tambahan 2 kromosom
pada salah satu pasangan kromosom tertentu, gamet yang dihasilkan adalah
(n) dan (n+2).
Peristiwa aneuploid dapat terjadi melalui 2 sebab :
 Anafase lag → kromosom gagal melekat pada benang pembelahan sehingga
kromosom tersebut hancur.
 Nondisjunction / gagal pisah → kromosom gagal berpisah, terjadi pada saat
anafase I ataupun anafase II meiosis.

Eman Laeli Fitri Page 55


Gb. 6.9 Nondisjunction
Mutasi pada manusia
A. Aneuploid
1. Sindrom Turner (45, XO)
 Wanita, kariotipe 44A + X
 Steril, ovarium tidak berkembang dan memiliki uterus kecil
 Payudara tidak berkembang, kedua puting berjarak melebar
 Tubuh pendek
 Telinga agak ke bawah
 Tingkat kecerdasan di bawah normal
 Di sisi leher tumbuh embelan daging

Gb. 6.10 SindromTurner


2. Sindrom Klinefelter (47, XXY)
 Pria, kariotipe 44A + XXY
 Steril, testis dan penis kecil, saluran sperma rusak
 Payudara tumbuh besar
 Tubuh panjang dan kurus
 Suara seperti wanita
 Bidang dada sempit, pinggul lebar
 Ciri-ciri baru muncul ketika akil balig
 Tingkat kecerdasan umumnya normal

Gb. 6.11 Sindrom Klinefelter

Eman Laeli Fitri Page 56


3. Sindrom Jacobs (47, XYY)
 Pria, kariotip 44 A + XYY
 Agresif dan antisosial
 Tubuh berukuran tinggi
 Wajah menakutkan
 Suka melawan hukum
4. Sindrom Down (47, XX atau XY)
 Trisomi (penambahan) kromosom nomor 21
 Kariotip 45 A + XX atau XY
 Mongolism (mata sipit dan ada lipatan di atas kelopak mata)
 Tubuh pendek
 Muka berbentuk bulat
 Bibir tebal
 Lidah besar tidak beralur
 Gigi kecil-kecil
 Hidung lebar dan datar
 Telinga kecil dan menjorok
 Telapak tangan hanya punya satu garis horizontal
 Jari pendek dan gemuk
 Ibu jari dan jari ke dua dari kaki tidak rapat
 Memiliki kelainan jantung
 IQ di bawah normal

Gb. 6.12 Penderita Sindrom Down


5. Sindrom Edwards (47, XX atau XY)
 Trisomi kromosom nomor 16, 17 atau 18
 Kariotipe 45 A + XX atau XY
 Tengkorak lonjong
 Klitoris besar
 Dada pendek dan lebar
 Mata memiliki lipatan epikantus
 Dermatoglifi (telapak tangan hanya memiliki satu garis horizontal)
6. Sindrom Patau (47, XX atau XY)
 Trisomi kromosom nomor 13, 14 atau 15
 Kariotipe 45 A + XX atau XY
 Kepala dan mata berukuran kecil
 Telinga rendah
 Sumbing
 Tuli
 Polidaktil (jari tangan lebih dari 10)
 Memiliki kelainan jantung dan ginjal, kantung empedu besar
 IQ di bawah normal

B. Delesi
Delesi pada kromosom nomor 5 menyebabkan kelainan yang disebut sindrom Cri du
Chat (tangisan kucing). Penderita mengalami keterbelakangan mental, kepala kecil
dengan penampakan wajah yang tidak biasa, suara tangisan seperti suara kucing, pita
suara sempit, epiglotis melengkung, muka bundar, otak dan rahang kecil. Biasanya
meninggal ketika masih bayi atau anak-anak.
Eman Laeli Fitri Page 57
Gb. 6.13 Penderita Cri du Chat
C. Translokasi kromosom
Translokasi pada kromosom nomor 22 dengan nomor 9 menyebabkan penyakit
Chronic Myelogenous Leukimia (CML) yaitu kanker yang menyerang sel-sel
yang menghasilkan leukosit.

Mutagen
1. Mutagen fisika
 Radiasi sinar X → menghasilkan radikal bebas yang mengubah basa-basa nitrogen
sehingga tidak dikenali oleh DNA polimerase, radikal bebas juga memutus ikatan
antara gula pentosa dengan gugus fosfat.
 Radiasi radioaktif
 Radiasi sinar kosmis
 Radiasi sinar ultraviolet → diserap oleh timin, menyebabkan timin membentuk ikatan
kovalen dengan nukleotida di dekatnya sehingga replikasi DNA terhambat.
2. Mutagen kimia
 Asam nitrit → menyebabkan deaminasi adenin, guanin dan sitosin pada DNA.
 Benzopiren → menambah gugus kimia pada basa guanin, sehingga guanin tidak bisa
berpasangan dengan basa manapun.
 Brom-Urasil → mirip basa nitrogen timin sehingga mengacaukan replikasi DNA.
 Hidroksilamin → mampu berpasangan dengan timin atau guanin sehingga mengacauka
replikasi DNA.
 Peroksida
 Akridin → menyisip di antara pasangan basa nitrogen sehingga DNA menjadi kaku.
 Pestisida, seperti DDT dan BHC
 Agen alkilase, seperti mustard, dimetil dan dimetilsulfat → bereaksi dengan gugus
fosfat dan mengganggu replikasi.
 Kolkisin → menyebabkan gagal pisah / nondisjunction.
 Etilmetan sulfat (EMS) dan etiletan sulfonat (EES)
3. Mutagen biologi
 Virus → merubah susunan materi genetik (DNA)
 Bakteri → menghasilkan toksin yang dapat merusak DNA

Pemanfaatan mutasi
Mutasi dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pengobatan, peningkatan kualitas tanaman
dan menghasilkan spesies-spesies baru.

Eman Laeli Fitri Page 58


BAB IX. EVOLUSI

Evolusi merupakan cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang perubahan makhluk
hidup secara perlahan dalam rentang waktu yang panjang.
Evolusi terbagi menjadi :
 Evolusi progresif → evolusi yang menuju kemungkinan dapat survive
 Evolusi regresif → evolusi yang menuju kemungkinan menjadi punah

A. Beberapa teori evolusi :


1. Teori penciptaan spesies / kreasionisme
Setiap spesies telah diciptakan sesuai bentuk yang ada sekarang dalam sekali waktu
kehidupan dan tidak pernah mengalami perubahan.
2. Teori katatrofisme
Pergantian spesies disebabkan oleh serangkaian bencana besar (katastrofi).
Dikemukakan oleh George Cuvier berdasarkan pengamatannya pada sedimen
batuan.
3. Teori gradualisme
Perubahan geologis berlangsung perlahan tapi pasti. Dikemukakan oleh James
Hutton.
4. Teori uniformitarianisme
Seluruh perubahan geologis pada permukaan bumi terjadi secara lambat dan
seragam. Dikemukakan oleh Charles Lyell berdasarkan konsep pemikiran James
Hutton.
5. Teori evolusi Lamarck
Lamarck mengemukakan suatu mekanisme evolusi yaitu use or disuse, jika suatu
organ selalu digunakan maka organ tersebut akan selalu berkembang dan berfungsi
maksimal, jika tidak maka akan menyusut. Pada dasarnya Lamarck berpendapat
bahwa perubahan fenotip akibat pengaruh lingkungan dapat diwariskan secara
genetik (acquired inheritance). Hal ini kemudian dibantah oleh Weissman dengan
percobaan terhadap ekor tikus. Untuk membuktikan pendapat Lamarck, Weissman
menyilangkan tikus yang telah dipotong ekornya, hingga 20 generasi, namun
ternyata hasilnya tikus selalu berekor panjang.
Lamarck juga mengajukan kasus leher pada jerapah untuk mendukung teorinya,
menurutnya leher jerapah mula-mula pendek, karena selalu menjulurkan leher untuk
mencapai makanan yang lebih tinggi, maka leher jerapah lama kelamaan menjadi
panjang. Hal ini dibantah oleh Darwin, menurutnya evolusi terjadi karena seleksi
alam. Nenek moyang jerapah ada yang berleher panjang dan ada yang berleher
pendek, leher panjang lebih adaptif terhadap perubahan lingkungan sehingga leher
pendek menjadi punah. Weissman memperbaiki pendapat Darwin dengan
menyatakan evolusi adalah menyangkut masalah bagaimana pewarisan gen-gen
melalui sel kelamin, dengan kata lain evolusi adalah gejala seleksi alam terhadap
faktor-faktor genetika.
6. Teori evolusi Darwin
Darwin mengemukakan bahwa evolusi disebabkan oleh proses seleksi alam. Hal
tersebut didasarkan pada pengamatannya ketika berlayar dengan kapal HMS Beagle
ketika berusia 22 tahun. Darwin ikut berlayar sebagai naturalis. Sepanjang
perjalanan Darwin mengumpulkan berbagai fosil, batuan serta flora dan fauna
endemik yang ada. Ketika di kepulauan Galapagos, Darwin menemukan berbagai
variasi pada spesies burung Finch. Burung-burung tersebut mirip dengan spesies

Eman Laeli Fitri Page 59


burung yang terdapat di benua Amerika selatan, hanya saja bentuk paruhnya
bervariasi tergantung bentuk makanan yang tersedia di habitatnya.

Gb. 7.1 Variasi bentuk paruh burung Finch di kepulauan Galapagos

Darwin juga menerima surat dari Alfred Russel Wallace yang sedang meneliti
persebaran flora dan fauna di Indonesia. Sekembalinya dari pelayarannya, Darwin
membacakan tulisan Wallace pada acara Royal Society of London dan
mengemukakan teori evolusinya. Setahun kemudian Darwin menulis buku tentang
evolusi yang berjudul “On The Origin of Species By Means of Natural Selection,
or The Preservation of Favoured Races in The Stuggle for Life”.
Pokok pikiran pada teori evolusi Darwin adalah :
 Spesies mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar keturunan
 Sumber daya alam terbatas sehingga terjadi kompetisi
 Tidak ada dua individu yang sama karena dalam populasi terdapat variasi yang
besar, variasi tersebut akan diwariskan
 Makhluk hidup yang bertahan hidup dan menghasilkan keturunan adalah
makhluk hidup yang telah mewarisi sebagian sifat-sifat menguntungkan untuk
bertahan hidup pada kondisi lingkungan tertentu
 Seleksi alam terus berlangsung dari generasi ke generasi, populasi secara
bertahap memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik
7. Teori evolusi neo-Darwinisme
Dengan adanya penelitian tentang genetika oleh Gregor Mendel, kemudian mutasi
oleh Hugo de Vries, maka lahirlah teori evolusi yang disebut sintesis mutakhir /
neo-Darwinisme yang menyatakan bahwa seleksi alam merupakan kunci evolusi,
tetapi bukan satu-satunya cara.
B. Petunjuk evolusi
1. Adanya variasi makhluk hidup
2. Bukti fosil
Fosil adalah sisa makhluk hidup yang pernah hidup di zaman dahulu. Ilmu yang
mempelajari tentang fosil disebut paleontologi. Namun fosil tidak dapat secara
tepat menerangkan tentang evolusi. Karena terkadang fosil yang ditemukan tidak
lengkap, dan juga banyak fosil bentuk antara dua spesies yang diduga berkerabat
dekat tidak pernah ditemukan (missing link). Catatan fosil terlengkap ditemukan
pada sejarah kuda modern (Equus). Fosil paling awal dalam silsilah keturunan kuda
adalah Hyracotherium. Untuk mengetahui kapan makhluk hidup tersebut hidup
dapat dilakukan dengan cara menghitung umur fosil. Umur fosil dihitung dengan

Eman Laeli Fitri Page 60


cara mempelajari sedimen tempat fosil ditemukan (umur relatif) atau dengan
menghitung waktu paruh atom-atom radioaktif yang terdapat pada fosil tersebut
(umur absolut). Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan agar separuh atom-
atom radioaktif berubah menjadi isotopnya yang stabil.

Gb. 7.2 Sejarah evolusi kuda modern


3. Perbandingan anatomi
Homologi organ → struktur dasar organ sama, fungsinya berbeda-beda. Contoh
lengan atas pada burung untuk terbang, ikan paus untuk berenang, kucing untuk
berjalan, manusia untuk memegang.
Analogi organ → struktur dasar organ tidak sama, tetapi fungsinya sama. Contoh
sayap pada burung (modifikasi lengan atas yang berfungsi untuk terbang) dengan
sayap pada kupu-kupu.
4. Perbandingan embriologi
Ernest Haeckel menyatakan bahwa ontogeni merupakan rekapitulasi dari filogeni.
Ontogeni adalah proses perkembangan makhluk hidup mulai dari zigot sampai
dewasa. Filogeni adalah perkembangan makhluk hidup mulai dari tingkat rendah
sampai makhluk hidup tingkat tinggi.

Gb. 7.3 Perbandingan anatomi Gb. 7.4 Perbandingan embrio

Eman Laeli Fitri Page 61


5. Perbandingan biokimia
Hampir semua makhluk hidup menggunakan molekul biokima dasar yang sama,
yaitu DNA, ATP dan berbagai enzim yang kurang lebih sama.
6. Organ vestigial / organ sisa
Merupakan alat tubuh yang sudah tidak berfungsi lagi, contohnya pada manusia
adalah adanya umbai cacing, tulang ekor, rambut di dada, otot penggerak telinga,
selaput mata pada sudut mata bagian dalam, buah dada pada laki-laki dan gigi
taring.
7. Bukti biogeografi
Persebaran makhluk hidup akan terhenti ketika bertemu barrier / penghalang.
Hewan yang terisolasi secara geografis akan mengembangkan adaptasi terhadap
lingkungan barunya.
8. Domestikasi
Domestikasi adalah usaha manusia dalam mengembangbiakan hewan peliharaan
seperti kucing, anjing dan ayam. Sebagai hasilnya muncul variasi-variasi baru.

C. Prinsip evolusi
Pada teori sintetik / neo-Darwinisme dikenal istilah mikroevolusi dan makroevolusi.
Mikroevolusi adalah perubahan pada skala kecil di tingkat alel yang menimbulkan
spesiasi. Biasanya mikroevolusi menghasilkan spesies dengan sedikit perbedaan
struktur, fisiologi dan perilaku tetapi terisolasi secara reproduksi. Makroevolusi adalah
perubahan skala besar di atas spesies yang membedakan kelas taksonomi. Proses
makroevolusi dapat digambarkan dengan pohon evolusi, yaitu diagram yang meringkas
informasi tentang urutan kekerabatan di antara spesies. Arah jalannya makroevolusi
ada 2, yaitu :
 Evolusi divergen → proses evolusi pada suatu spesies yang berkembang menjadi
spesies-spesies yang berbeda.
 Evolusi konvergen → proses evolusi spesies-spesies yang tidak berkerabat
mengembangkan sifat-sifat yang sama.

D. Mekanisme evolusi
Darwin menyatakan bahwa anggota suatu populasi dapat berubah menghasilkan
variasi. Tetapi Darwin tidak dapat menerangkan bagaimana terjadinya variasi dan
bagaimana hal tersebut diturunkan. Genetika populasi adalah cabang ilmu Biologi yang
mempelajari mekanisme evolusi secara genetika. Genetika populasi mengamati
perubahan frekuensi gen pada suatu populasi sepanjang waktu.
Gene pool / kolam gen / anggun gen adalah jumlah seluruh gen dalam suatu populasi.
Frekuensi gen dalam populasi bersifat konstan dan tidak berubah sepanjang waktu. Jika
terjadi perubahan, maka dikatakan telah terjadi evolusi. Evolusi tersebut terjadi pada
tingkatan gen, sehingga disebut mikroevolusi. Salah satu contoh mikroevolusi adalah
ngengat Biston betularia di Inggris. Sebelum revolusi industri populasi Biston
betularia putih lebih banyak daripada yang hitam. Biston betularia putih lebih survive
dari pemangsaan predator karena dapat berkamuflase dengan kulit pohon yang
berwarna putih (akibat adanya likenes). Sesudah revolusi industri Biston betularia
hitam populasinya meningkat, hal ini disebabkan jelaga asap industri menutupi kulit
pohon menjadi hitam sehingga Biston betularia putih tidak lagi adaptif terhadap
lingkungannya.

Eman Laeli Fitri Page 62


Gb. 7.5 Mikroevolusi pada Biston betularia
Faktor yang mempengaruhi mikroevolusi :
1. Variasi genetik dalam populasi
Variasi genetik dapat terjadi karena :
 Mutasi gen
Mutasi gen dapat menyebabkan perubahan struktur DNA yang pada akhirnya
dapat mengubah fenotip makhluk hidup. Jika perubahan tersebut lebih adaptif,
maka akan diwariskan kepada keturunan selanjutnya. Meskipun jarang terjadi
dan umumnya tidak menguntungkan. Angka laju mutasi adalah angka yang
menunjukkan jumlah gen yang bermutasi dari seluruh gamet yang dihasilkan
oleh suatu individu dari suatu spesies. Contoh :
 Angka laju mutasi per gen adalah 1 : 100.000
 Jumlah gen dalam individu yang mampu bermutasi adalah 1.000
 Perbandingan antara mutasi yang menguntungkan dengan mutasi yang terjadi
adalah 1: 1.000
 Jumlah populasi spesies pada saat itu adalah 300.000.000
 Jumlah generasi selama spesies itu ada adalah 6.000

Jumlah mutasi yang menguntungkan selama periode evolusi tertentu cukup


besar, sehingga memungkinkan dihasilkannya spesies yang lebih adaptif.
 Reproduksi seksual dan rekombinasi
Variasi genetik yang terbentuk selama reproduksi seksual disebut rekombinasi
gen. Variasi terbentuk ketika pembentukan sel gamet, yaitu hasil dari peristiwa
pindah silang pada saat pembelahan meiosis.
 Aliran gen / migrasi gen
Merupakan pergerakan alel di antara populasi melalui perkawinan antar anggota
populasi, atau keluar dan masuknya individu dalam populasi.
 Ukuran populasi yang kecil
Pada populasi yang berukuran kecil, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dapat
berpengaruh besar terhadap susunan genetika populasi. Perubahan dapat terjadi
akibat migrasi, mutasi atau kematian. Proses perubahan alel pada kolam gen pada
populasi kecil disebut hanyutan genetika (genetic drift). Contoh peristiwa
hanyutan genetik diantaranya adalah :

Eman Laeli Fitri Page 63


 Founder effect → sekelompok individu yang keluar dari suatu populasi untuk
membentuk koloni baru.
 Bottleneck effect → berkurangnya anggota dari suatu populasi akibat suatu
bencana atau penyakit, hingga tinggal beberapa saja yang bertahan dan
melanjutkan keturunan.
2. Seleksi alam
 Seleksi direksional → tipe seleksi yang memilih satu bentuk ekstrem dari
beberapa fenotip dalam suatu populasi. Contoh : pada evolusi kuda, Equus yang
berukuran tubuh paling besar yang sanggup bertahan dan berkembang
populasinya hingga saat ini, sedang jenis lain yang berukuran kecil punah akibat
predator.
 Seleksi penstabilan → tipe seleksi yang memilih bentuk fenotip pertengahan
dalam populasi. Contoh : bayi manusia yang lebih mampu bertahan hidup adalah
yang berbobot 2,8 – 3,2 kg. Bayi dengan bobot lebih kecil atau lebih besar
cenderung mengalami komplikasi kesehatan.
 Seleksi disruptif → tipe seleksi yang memilih dua bentuk fenotip ekstrem
sehingga bentuk pertengahan dihilangkan. Contoh : pada burung Finch pemakan
biji, hanya ada 2 jenis yaitu yang berparuh keras dan yang berparuh lunak, tidak
ada yang berparuh sedang.

E. Hukum Hardy-Weinberg
Godfrey H. Hardy dan Wilhem Weinberg menyatakan bahwa : keseimbangan
frekuensi alel dalam gene pool (pusat gen) akan selalu tetap, dengan syarat :
 Tidak ada mutasi
 Tidak ada migrasi (aliran gen)
 Ukuran populasi besar
 Perkawinan terjadi secara acak
 Tidak ada seleksi alam
Misalkan p mewakili frekuensi dari suatu alel dan q mewakili frekuensi alel lainnya, maka
p+q=1
Keseimbangan frekuensi alel dalam pusat gen dapat dihitung dengan rumus :
2 2
p + 2pq + q = 1
frekuensi AA frekuensi Aa frekuensi aa
Contoh :
 Pada tahun 1930 Synder menguji sejumlah orang di Amerika yang memiliki
kemampuan merasakan rasa pahit PTC (feniltiokarbonat) yang terkandung dalam kertas.
Alel untuk perasa PTC adalah dominan (T) terhadap yang bukan perasa PTC (t).
ditemukan 64 % kelompok perasa PTC, tentukan frekuensi alel dan genotip populasi
orang PTC dan non PTC!
Jawab :
Jumlah PTC dan non PTC = 100 %
Orang PTC (genotip TT dan Tt) = 64 %
Frekuensi non PTC (tt) = q2 = 100 % - 64 % = 36 %
q2 =
maka frekuensi alel t = q = √ = 0,6
T+t=1
Maka frekuensi alel T = 1 – 0,6 = 0,4
Frekuensi alel Tt = 2pq = 2 x 0,6 x 0,4 = 0,48

Eman Laeli Fitri Page 64


Frekuensi genotip TT : Tt : tt = (0,4)2 + 2(0,6 x 0,4) + (0,6)2
= 0,16 + 0,48 + 0,36
Jadi frekuensi genotip TT : Tt : tt = 16 : 48 : 36 = 4 : 12 : 9
Untuk mencari frekuensi alel hendaklah dicari terlebih dahulu frekuensi genotip
individu homozigot resesif (q2), karena faktor dominan memiliki dua bentuk
genotip yaitu p2 dan 2pq.
 Diketahui frekuensi orang albino dalam masyarakat adalah 1 dari setiap 10.000 orang.
a. Tentukan frekuensi alel normal dan alel albino
b. Tentukan frekuensi genotip alel normal dan albino
c. Berapa orang yang normal heterozigot
Jawab :
p = normal
q = albino
a. q2 = 1 / 10.000 = 0,0001
q =√ = 0,01
p+q=1
p = 1 – 0,01
= 0,99
Jadi frekuensi alel p (normal) : q (albino) = 0,99 : 0,01 = 99 : 1
b. frekuensi genotip
= (0,99)2 + 2(0,99 x 0,01) + (0,01)2
= 0,9801 + 0,0198 + 0,0001
Jadi p2 + 2pq + q2 = 9801 : 198 : 1
c. persentase orang normal heterozigot (2pq) adalah 0,0198 x 100 % = 1,98 %
Menghitung frekuensi alel ganda
1000 orang siswa di salah satu SMA diperiksa golongan darahnya menurut sistem ABO
dan diperoleh 320 siswa bergolongan darah A, 150 golongan darah B, 40 golongan
darah AB dan 490 golongan darah O;
a. berapa frekuensi alel IA, IB dan Io
b. berapa jumlah siswa bergolongan darah A homozigot
c. berapa jumlah siswa bergolongan darah B heterozigot
Jawab :
p = frekuensi alel IA
q = frekuensi alel IB
r = frekuensi alel Io
2 A A A 2 B B B A B 2
p I I + 2prI Io + q I I + 2qrI Io + 2pqI I + r IoIo
Frekuensi golongan darah A = 320 orang
Frekuensi golongan darah B = 150 orang
Frekuensi golongan darah AB = 40 orang
Frekuensi golongan darah O = 490 orang
a. r2 = frekuensi golongan darah O = 490/1000 = 0,49  r = √ = 0,7
(p + r)2 = frekuensi golongan darah A + O = (320 + 490)/1000 = 0,81
(p + r) = √ = 0,9  p = 0,9  0,7 = 0,2
(p + q + r) = 1 maka q = 1  (p + r) = 1  (0,2 + 0,7) = 0,1
Jadi frekuensi alel IA = p = 0,2; frekuensi alel IB = q = 0,1; frekuensi alel Io i = r =0,7
b. Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2 = 0,04
Golongan darah A (IAIA) = 0,04  1000 = 40 orang
c. Frekuensi genotip IBIo = 2qr = 2(0,1  0,7) = 0,14
Golongan darah B heterozogpt (IBIo) = 0,14  1000 = 140 orang

Eman Laeli Fitri Page 65


Menghitung frekuensi gen terangkai kromosom X
Untuk laki-laki = p + q , karena genotipnya XAY dan XaY
Untuk perempuan p2 + 2pq + q2, karena genotipnya XAXA, XAXa dan XaXa
Contoh :
Diketahui 8 % laki-laki di suatu daerah menderita buta warna. Berapa frekuensi dari
perempuan di daerah itu yang diduga buta warna? Dan berapa frekuensi perempuan
yang diduga normal?
Jumlah laki-laki penderita buta warna (c) = 8%
Frekuensi alel c = q = 8/100 = 0,08
Frekuensi alel C = p = 1  q = 1  0,08 = 0,92
Frekuensi perempuan yang diperkirakan buta warna (cc) = q2 = (0,08)2 = 0,064
Frekuensi perempuan yang diperkirakan normal (CC dan Cc) = p2 + 2pq = (0,92)2 +
2(0,92)(0,08) = 0,9936

F. Spesiasi
Merupakan proses pembentukan spesies baru. Isolasi merupakan kunci terjadinya
spesiasi. Karena isolasi mencegah terciptanya kembali keseragaman antar spesies
akibat terjadinya hibridisasi (perkawinan) dengan spesies asalnya. Sehingga dua
spesies akan tetap berkembang menjadi spesies yang berbeda.
1. Isolasi geografi
Terjadi akibat adanya barier / penghalang geografis, seperti laut, gurun, gunung,
danau atau jurang. Terbagi menjadi :

 Spesiasi simpatrik
Terbentuknya spesies dalam satu wilayah tanpa adanya penghalan fisik. Terjadi
karena ada isolasi genetika, tingkah laku dan ekologi yang mencegah aliran gen
antar 2 populasi yang berdekatan. Contohnya ikan Cichlid di kawah danau
Kamerun, terdapat 9 jenis ikan pada danau yang sama, terjadi karena perbedaan
jenis makanan, ada yang di permukaan air, ada yang di dalam air.
 Spesiasi alopatrik
Terbentuknya spesies baru akibat adanya penghalang geografis yang mencegah
aliran gen antar populasi. Contohnya dua jenis tupai yang hidup di sisi Grand
Canyon yang berbeda di Amerika, Macaca yang hidup di pulau Buton dan
Macaca yang hidup di pulau Sulawesi.
 Spesiasi parapatrik
Terbentuknya spesies baru / subspesies karena adanya kontak antar dua populasi
yang berdekatan di daerah perbatasan.
 Spesiasi peripatrik
Proses spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu spesies yang
paling dekat hubungan kekerabatannya.
2. Isolasi reproduksi
a. Tipe prakawin / premating
 Isolasi habitat
 Isolasi temporal / musim → terjadi perbedaan waktu pembentukan dan
pematangan gamet / sel kelamin.
 Isolasi tingkah laku → adanya perbedaan perilaku kawin antar spesies yang
mencegah terjadinya perkawinan secara alami.
 Isolasi mekanik → adanya perbedaan morfologi alat reproduksi antar dua
spesies.

Eman Laeli Fitri Page 66


b. Tipe paska kawin / postmating
 Isolasi gamet → gamet jantan tidak mempunyai daya hidup dalam alat
kelamin betina
 Isolasi perkembangan → zigot hasil fertilisasi tidak dapat berkembang
 Bastar mati bujang → jika dua spesies yang berbeda dapat mengatasi semua
penghalang dan melakukan perkawinan secara alami, tetapi keturunannya
tidak mampu bertahan hidup
 Hibrid steril → jika keturunan yang dihasilkan dari perkawinan dua spesies
yang berbeda tersebut mencapai usia dewasa, maka keturunan tersebut
biasanya steril / mandul dan tidak dapat melakukan reproduksi secara alami

G. Asal usul kehidupan


1. Teori abiogenesis klasik / generatio spontanea
Menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati. Teori ini dianut oleh
ilmuwan terdahulu seperti Aristoteles.
2. Teori biogenesis
 Percobaan Fransisco Redi
Bertujuan untuk membuktikan belatung tidak tumbuh dari daging. Redi
menempatkan daging segar pada tiga buah toples. Yang pertama ditutup rapat,
yang kedua dibiarkan terbuka, dan yang ketiga ditutup kain kasa yang jarang.
Setelah beberapa saat, toples yang tertutp dagingnya tetap segar tanpa belatung,
toples yang terbuka terdapat banyak belatung pada permukaan daging, sedangkan
toples dengan kain kasa terdapat sedikit belatung pada daging dan ada belatung
di atas permukaan kasa penutupnya. Dengan demikian Redi berkesimpulan
bahwa belatung tidak tumbuh dari daging, tetapi dari lalat yang bertelur di atas
daging.

Gb. 7.6 Percobaan Fransisco Redi


 Percobaan Lazzaro Spallanzani
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa kuman tidak tumbuh dari kaldu
yang steril. Spallanzani merebus air kaldu dalam labu agar mematikan bibit
mikroorganisme yang mungkin ada dalam kaldu tersebut, kemudian satu labu
dibiarkan terbuka dan labu yang lain ditutup. Setelah beberapa hari mikroba
tumbuh pada labu yang terbuka, sedangkan labu yang tertutup tetap bening. Hal
ini membuktikan bahwa mikroba berasal dari udara.
 Percobaan Louis Pasteur
Pada dasarnya Pasteur menyempurnakan percobaan Spallanzani. Bedanya adalah
Pasteur menggunakan labu dengan leher berbentuk leher angsa. Setelah kaldu
direbus, salah satu labu dimiringkan hingga airnya menyentuh udara luar.
Sedangkan labu yang lainya dibiarkan saja. Setelah beberapa hari air kaldu pada
labu yang dimiringkan menjadi keruh akibat banyaknya mikroorganisme yang
tumbuh, sedangkan labu yang lain tetap bening. Hal ini membuktikan bahwa
mikroorganisme yang tumbuh berasal dari udara ketika labu dimiringkan hingga
air kaldu kontak dengan udara luar. Terbukti pada labu yang lain tidak ada
mikroorganisme meskipun leher angsa pada labu tersebut tidak ditutup, karena

Eman Laeli Fitri Page 67


mikroorganisme dari luar terjebak dalam leher angsa yang sempit sehingga tidak
menyentuh air kaldu. Pasteur menegaskan teori ini dengan melahirkan semboyan
Omne vivum ex ovo (semua makhluk hidup berasal dari telur)
Omne ovum ex vivo (semua telur berasal dari makhluk hidup)
Omne vivum ex vivo (semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya)

Gb. 7.7 Percobaan Lazzaro Spallanzani Gb. 7.8 Percobaan Louis Pasteur

3. Teori abiogenesis modern / teori evolusi kimia


Evolusi kimia diperkirakan terjadi melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a) Pembentukan senyawa kimia organik sederhana dari zat-zat anorganik dengan
bantuan energi kosmis di atmosfer purba
H2O + H2 + NH3 + CH4 → urea, formaldehid, asetat dan sebagainya
b) Pembentukan senyawa kimia yang lebih kompleks :
Urea, formaldehid, asetat dan sebagainya → asam amino, glukosa, asam lemak,
nukleotida.
c) Pembentukan senyawa kompleks dengan cara polimerisasi senyawa monomer
organik :
 Asam amino → polimer protein
 Glukosa → polimer amilum, selulosa
 Asam lemak + gliserol → lemak
 Nukleotida → RNA
d) Beberapa molekul sederhana dan molekul polimer berinteraksi menjadi agregat
seluler. Beberapa molekul berfungsi secara struktural dan menjadi substrat reaksi
untuk menghasilkan energi bagi reaksi-reaksi sintesis.
e) Beberapa nukleotida mengalami polimerasi menjadi RNA yang mampu
bertindak sebagai enzim untuk sintesis sekaligus mengarahkan jalannya reaksi.
f) RNA menjadi cukup stabil untuk bertindak sebagai moleku pembawa informasi
genetis.
g) Reaksi-reaksi kimia agregat cikal bakal seluler tersebut tersekat atau terjebak
dalam sekat hidrofobik (lemak) dan menjadi cikal bakal sel.
Pada tahun 1920-an Oparin (Rusia) dan Haldane (Inggris) membuat postulat
(hipotesis yang tidak didukung oleh bukti-bukti) bahwa atmosfer bumi pada zaman
purba memiliki kecenderungan menyintesis senyawa organik dari molekul
anorganik purba seperti metana (CH4), ammonia (NH3), Hidrogen (H2) dan air
(H2O). 25 tahun kemudian postulat tersebut dibuktikan kebenarannya oleh Stanley
Miller dan Harold Urey dengan membuat perangkat percobaan yang meniru

Eman Laeli Fitri Page 68


kondisi atmosfer purba. Mereka membuktikan bahwa asam amino dan molekul
organik lain dapat terbentuk dari metana, amonia, hidrogen dan air.

Gb. 7.9 Perangkat percobaan Miler-Urey

Produk dalam tabung reaksi hanya berupa molekul sederhana. Pembentukan


molekul organik kompleks terjadi dengan peristiwa yang masih belum jelas
dimengerti. Protein adalah rangkaian asam amino yang diikat olek ikatan peptida
dengan bantuan enzim. Di atmosfer purba, polimerisasi tanpa enzim. Namun jika
larutan asam amino diteteskan pada pasir yang panas, tanah liat atau batu, akan
membentuk proteinoid. Diperkirakan tanah liat dapat memekatkan asam amino dan
senyawa monomer organik lain, memfasilitasi katalis reaksi dehidrasi yang
menyambungkan ikatan monomer sesamanya.
4. Teori abiotik panspermia
Terbentuknya senyawa organik berasal dari meteorit dan komet ang masuk ke
atmosfer bumi sambil membawa zat-zat organik yang diperlukan bagi evolusi
makhluk hidup. Beberapa material organik (termasuk asam amino) memang telah
ditemukan pada meteorit yang masuk ke bumi.

H. Evolusi biologi
Menyatakan bahwa makhluk hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul
anorganik (evolusi kimia) yang kemudian berkembang menjadi struktur kehidupan
(sel). Molekul yang dihasilkan secara abiotik disebut protobion. Protobion tidak dapat
melakukan reproduksi namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya
dari pengaruh lingkungan luar. Protobion menunjukkan gejala hidup yaitu mengalami
metabolisme. Beberapa tipe protobion diantaranya adalah :
 Koaservat → tetesan stabil yang cenderung terbentuk pada suspensi makromolekul
(polimer) seperti polipeptida, asam nukleat dan polisakarida yang dikocok.
Eman Laeli Fitri Page 69
Koaservat merupakan agregat makromolekul yang sangat hidrofobik (tidak suka
air), dikelilingi dan distabilkan oleh molekul air. Jika pada koaservat ditambahkan
enzim, maka enzim tersebut akan diserap, kemudian koaservat dapat menyerap
substrat dari sekelilingnya dan membebaskan produk dari hasil katalis oleh enzim.
 Mikrosfir → protobion yang terbentuk dengan sendirinya menjadi tetes-tetes kecil
saat didinginkan. Mikrosfir tersusun dari beberapa proteinoid, dikelilingi membran
dua lapis dan mengalami peristiwa osmotik saat ditempatkan dalam larutan garam
dengan konsentrasi berbeda.
 Liposom → protobion yang langsung terbentuk dengan sendirinya menjadi tetes-
tetes kecil apabila komposisi organiknya mengandung lipid tertentu.
RNA berfungsi sebagai cetakan untuk mekanisme replikasi RNA sendiri dan pengarah
serta pengikat asam amino yang membentuk polipeptida. Hipotesis yang berkembang
adalah RNA meningkatkan replikasinya sendiri dengan mensintesis polipeptida yang
kemudian berfungsi sebagai enzim yang membantu replikasi RNA. Unit protobion
yang mengandung informasi genetik akan menggunakan enzim yang melakukan reaksi
kimia lainnya. Kemudian protobion tumbuh dan membelah diri untuk membagikan
salinan gen-gennya pada anakannya. Selanjutnya protobion akan menjadi progenot (sel
purba) yang merupakan cikal bakal sel.

I. Asal usul sel prokariotik

J. Asal usul sel eukariotik


Fosil membuktikan bahwa sel prokariotik sudah ada sebelum sel eukariotik. Lynn
Margulis membuktikan bahwa organel-organel tertentu pada sel eukariotik, terutama
mitokondria dan kloroplas, berasal dari sel prokariotik yang berukuran kecil. Teori ini
disebut endosimbiosis, menyatakan bahwa sel tunggal yang kompleks berevolusi dari
dua atau lebih sel yang lebih sederhana, yang hidup simbiotik dengan sel inangnya. Sel
prokariot yang lebih besar “menelan” sel prokariot yang lebih kecil, namun kemudian
tidak dapat mencerna sel tersebut. Sel prokariot yang lebih kecil tersebut kemudian
menetap dalam sel inangnya dan setelah beberapa generasi kehilangan sifat-sifat yang
tidak dibutuhkannya lagi dan berevolusi menjadi organel sel.

K. Evolusi tumbuhan

L. Evolusi hewan

Eman Laeli Fitri Page 70


BAB X. BIOTEKNOLOGI

Bioteknologi → pemanfaatan makhluk hidup atau bagiannya untuk menghasilkan barang


dan jasa untuk kepentingan manusia. Disiplin ilmu yang diterapkan dalam bioteknologi
diantaranya adalah biologi sel, mikrobiologi, biokimia dan genetika.
Terbagi :
1. Bioteknologi konvensional / tradisional → praktik bioteknologi dengan peralatan sederhana
dan tanpa ada rekayasa terhadap materi genetik organisme yang digunakan.
2. Bioteknologi modern → praktik bioteknologi dengan melakukan pengubahan materi genetik
terhadap organisme yang digunakan.
A. Penerapan bioteknologi tradisional
1) Bidang pangan
Produk Mikroorganisme Bahan baku
Tempe Jamur Rhizopus oligosporus Kedelai
Oncom Jamur Neurospora crassa Ampas kedelai
Kecap Jamur Aspergilus oryzae Kedelai
Tapai Jamur Saccharomyces cerevisiae Ketan, ubi
Cuka Bakteri Acetobacter Etanol
Roti Jamur Saccharomyces cerevisiae Tepung
Tuak Jamur Saccharomyces tuac Air nira
Yoghurt  Bakteri Lactobacillus bulgaricus Susu
 Bakteri Streptococcus thermopillus
Nata de Coco Bakteri Acetobacter xylinum Air kelapa
Bir Jamur Saccharomyces cerevisiae Malt (biji padi2an)
Wiski, rum, Jamur Saccharomyces cerevisiae Karbohidrat dari biji
vodka padi2an, kentang, tetes
gula
Wine Jamur Saccharomyces cerevisiae Anggur
Keju  Bakteri Lactobacillus casei Susu
 Bakteri Streptococcus lactis
 Bakteri Penicillium camemberti
 Bakteri Penicillium roqueforti
Mentega  Bakteri Streptococcus lactis Susu
 Bakteri Streptococcus cremoris
Protein sel  Jamur Fusarium
tunggal /  Ganggang Chlorella
single cell  Ganggang Spirullina
protein
Sauerkraut / Bakteri asam laktat Sayuran
sayur asam
Asam amino, Berbagai jamur dan bakteri
vitamin dan
enzim

2) Bidang pertanian
 Hidroponik → bercocok tanam menggunakan media tanam air
 Seleksi bibit unggul dengan persilangan
 Penggunaan biopestisida seperti : burung hantu untuk mengendalikan hama tikus,
penyemprotan endotoksin (racun) dari Bacillus thuringiensis untuk mengendalikan
hama ulat
 Seleksi tanaman jenis mustard menghasilkan brokoli, kembang kol dan kubis

3) Bidang peternakan
 Domba ankon
 Sapi jersey (sapi yang menghasilkan susu dengan kandungan krim yang tinggi)

Eman Laeli Fitri Page 71


 Seleksi bibit unggul dengan persilangan

4) Bidang medis / kedokteran


 Antibiotik
 Penisilin dihasilkan oleh Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum
 Griseofulvin dihasilkan oleh Penicillium griseofulvum
 Fumagalin dihasilkan oleh Aspergillus fumigatus
 Streptomisin dihasilkan oleh Streptomyces griseus
 Sifalosporin dihasilkan oleh Cephalosporium
 Tetrasiklin dihasilkan oleh Streptomycin aureofaciens
 Eritromisin
 Vaksin → merupakan virus yang sudah dilemahkan, bagian tubuh virus atau toksin
virus yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuh manusia untuk merangsang
pembentukan antibodi secara alami.

5) Bidang pertambangan
Bakteri Thiobacillus ferooxidans dapat mengekstraksi logam dari bijihnya.

6) Bidang energi
Pemakaian kotoran sapi untuk menghasilkan biogas.

7) Bidang pengolahan limbah


Dilakukan oleh bakteri, protista dan jamur, secara aerob dan anaerob. Menguraikan
materi organik limbah menjadi mineral, gas dan air.

Gb. 8.1 Proses penguraian limbah

Pemrosesan limbah secara aerob :


 Pengolahan dengan lumpur aktif
Yang berperan adalah bakteri heterotrof, sumber energi berasal dari oksidasi
senyawa organik karbon, menghasilkan karbon dioksida, amonia dan lumpur.
 Pengolahan dengan saringan tetes
Pengolahan limbah cair dengan memanfaatkan teknologi biofilm, yaitu lapisan
mikroorganisme yang menutupi hamparan saringan pada dasar tangki limbah.
Pemrosesan secara anaerob
Dengan penguraian lumpur, yaitu proses penguraian bahan padat yang terakumulasi
dari pemrosesan aerob atau dari endapan perlakuan sebelumnya. Penguraian lumpur
terjadi secara anaerob, misalnya Methanobacterium yang mengubah materi organik
menjadi gas metan, karbon dioksida, hidrogen, termasuk air dan mineral.

B. Penerapan bioteknologi modern


Dilakukan dengan rekayasa genetika, yaitu teknik mentransfer gen dari suatu organisme
ke organisme lain. Rekayasa genetika dapat terjadi karena adanya :
 Plasmid → molekul DNA rangkap berbentuk cincin yang terdapat pada bakteri.
Plasmid dapat berbiak secara bebas, lepas dari kromosom induk, sehingga dapat
dijadikan vektor (kendaraan) untuk mentransfer gen.
 Enzim restriksi endonuklease → untuk memotong rantai DNA
 Enzim ligase → untuk merekatkan fragmen-fragmen DNA
Eman Laeli Fitri Page 72
DNA yang telah digabung dengan DNA asing disebut DNA rekombinan. Organisme
yang diubah materi genetiknya disebut organisme transgenik.

1) Bidang pangan
 Tomat flavor savor → tomat tahan lama dan tidak cepat busuk
 Kentang dengan kandungan pati 20 % lebih banyak
 Buah berukuran besar, buah tanpa biji

2) Bidang sandang
Dihasilkannya serat kapas berwarna dan bersifat lebih kuat.

3) Bidang pertanian
 Tanaman tahan hawa dingin
Gen tanaman kentang peru dipadukan dengan gen ikan flounder. Ikan flounder
adalah sejenis ikan laut pipih yang memiliki gen antibeku.
 Tanaman tahan penyakit
Tanaman disisipi gen bakteri Bacillus thuringiensis yang dapat menghasilkan
senyawa endotoksin berupa kristal yang dapat melarutkan dinding saluran
pencernaan ulat. Sehingga penyemprotan pestisida tidak diperlukan lagi.
 Tanaman penambat Nitrogen
Dengan memanfaatkan bakteri Agrobacterium tumefaciens. Bakteri tersebut
memiliki plasmid Ti (tumor inducing) yang menyebabkan tumbuhnya tumor pada
jaringan tumbuhan yang luka. Plasmid Ti digabungkan dengan gen bakteri
Rhizobium yang dapat memfiksasi Nitrogen, kemudian sengaja diinfeksikan pada
tanaman. Tumor yang terbentuk kemudian disebut crown gal, yang kemudian
diambil untuk dikultur. Maka tumbuhlah tanaman baru dengan gen yang dapat
menambat Nitrogen, sehingga tidak perlu dipupuk lagi.

Gb. 8.2 Proses rekayasa genetik menggunakan Agrobacterium

 Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan (mikropropagasi)

Gb. 8.3 Proses perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan

Eman Laeli Fitri Page 73


4) Bidang peternakan
 Klon embrio
Tujuannya untuk menghasilkan lebih banyak anakan, misalnya pada sapi.
Pembuahan dilakukan dalam cawan petri (disebut fertilisasi in vitro), kemudian
embrio yang dihasilkan dipisahkan / spliting menjadi beberapa bagian.
 Kloning
Tujuannya adalah menghasilkan organisme baru yang identik. Kloning bermanfaat
untuk menghasilkan obat-obatan, menghasilkan organ manusia untuk keperluan
transplantasi, dan menyelamatkan spesies yang terancam punah.
Kloning dilakukan dengan teknik fusi protoplasma / transfer inti yaitu dengan
memasukkan DNA dari hewan yang karakternya diinginkan ke dalam sel telur
hewan yang intinya (DNAnya) sudah dihilangkan. Karena DNA yang dimasukkan
merupakan sel somatis (bersifat diploid), maka tidak perlu dilakukan pembuahan
lagi. Embrio kemudian ditanamkan ke dalam rahim induk

Gb. 8.4 Tahapan kloning domba Dolly


 Hormon BST (Bovine Somatotropin) pada sapi
Hormon pertumbuhan sapi disisipkan pada plasmid bakteri Escherichia coli.
Hormon yang dihasilkan kemudian diinjeksikan ke dalam tubuh sapi sehingga dapat
mendorong pertumbuhan (sapi potong) dan meningkatkan produksi susu (sapi
perah) hingga 20 %.
 Transfer gen pada domba Tracey
Domba Tracey disisipi gen manusia yang mengkode protein α-1-antitripsin (ATT).
Gen ATT diinjeksikan pada sel telur domba yang sudah dibuahi kemudian embrio
ditanamkan pada induknya. Setelah dewasa domba Tracey mensekresikan ATT
melalui air susunya. ATT bermanfaat untuk mengobati penyakit fibrosis sistik dan
emfisema pada manusia.

5) Bidang medis / kedokteran


 Pembuatan insulin
Insulin manusia terdiri atas dua rantai protein, yaitu rantai A dan rantai B. Urutan
basa dalam DNA yang mengkode masing-masing rantai dibuat dalam tabung reaksi,
kemudian digabungkan dengan gen bakteri Escherichia coli yang mengkode enzim
β-galaktosidase.

Eman Laeli Fitri Page 74


Gb. 8.5 Pembuatan insulin manusia dengan teknik pencangkokan gen
 Antibodi monoklonal
Prinsipnya adalah mengembangbiakkan suatu klon sel-sel Limfosit B yang
mensekresikan satu jenis antibodi. Dilakukan dengan teknik hibridoma, yaitu
dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh tikus hingga terbentuk antibodi.
Kemudian limpa tikus dilebur (fusi sel) dengan sel mieloma (sel kanker)
menghasilkan hibridoma. Hibridoma dapat menghasilkan satu jenis antibodi
sehingga disebut antibodi monoklonal (antibodi yang dihasilkan oleh satu tipe sel).
Kegunaan antibodi monoklonal diantaranya adalah :
 Untuk mendeteksi kandungan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropic)
pada urin wanita hamil / mendeteksi awal kehamilan
 Mengikat racun dan menonaktifkannya, contohnya racun tetanus dan kelebihan
obat digoxin (obat jantung)
 Mencegah penolakan jaringan terhadap transplantasi organ

Gb. 8.6 Pembuatan antibodi monoklonal dengan teknik hibridoma

 Terapi genetik
Untuk mengatasi penyakit yang disebabkan kelainan genetik yang diturunkan
seperti ADD (Adenosine Deaminase Deficiency) yaitu suatu penyakit dimana
penderita tidak memiliki kekebalan tubuh sama sekali. Dilakukan dengan cara
mencangkokkan gen sehat ke dalam sumsum tulang belakang, salah satunya dengan
cara memanfaatkan virus sebagai vektor, contohnya pada pengobatan penyakit
emfisema.

Eman Laeli Fitri Page 75


 Enzim PCR (Polymerase Chain Reaction)
Digunakan untuk mendiagnosis beberapa penyakit kelainan genetik, didasarkan
pada kemampuan enzim DNA polimerase untuk membuat salinan rantai DNA,
sehingga penanganan dan identifikasi penyakit lebih cepat dan tepat.
 Produksi interferon
Interferon adalah protein yang dibuat oleh sel manusia sebagai respon terhadap
infeksi virus. Dilakukan dengan teknik fusi sel.
 Produksi interleukin, eritropoietin dan faktor VIII
Untuk pengobatan kanker, anemia dan hemofili.
 Produksi somatostatin dan somatotropin
Dilakukan dengan teknik kloning menggunakan bakteri Escherichia coli, bertujuan
untuk mengobati gangguan pertumbuhan, pengobatan patah tulang, luka bakar dan
pendarahan lambung.
 Pengembangan efektivitas vaksin
 Imunisasi menggunakan protein yang berasal dari virus atau bakteri yang
dihasilkan oleh mikroorganisme transgenik
 Menyisipkan antigen suatu virus pada virus lain, misalnya melakukan imunisasi
menggunakan virus Vaccinia (virus cacar) yang berisi antigen virus HIV
 Bayi tabung

6) Bidang penanganan limbah


Penggunaan mikroba untuk membersihkan lingkungan dari bahan polutan disebut
bioremediasi.
 Bakteri Pseudomonas putida → mendegradasi oktan, xilen dan kamper
 Tanaman Arabidopsis thaliana → untuk mendetoksifikasi logam merkuri
 Bakteri Clostridium butyrium → menguraikan limbah gula dan menghasilkan
hidrogen
 Jamur Cladosporium resinae → mendegradasi plastik dan parafin
 Bakteri Acinetobacter calcoaceticus → menghasilkan emulsan yang dapat
mengemulsikan lemak agar bercampur dengan air sehingga dapat dipecah oleh
mikroba
 Bakteri Axaligenes eutrophus dan Aureobasidium pululans → menghasilkan
bioplastik, suatu jenis polimer yang bisa terurai secara alami.

C. Dampak bioteknologi
 Berkurangnya tingkat keanekaragaman hayati / penurunan plasma nutfah
 Terganggunya keseimbangan alam
 Berpotensi menimbulkan penyakit pada manusia
 Berpotensi menimbulkan wabah di seluruh dunia
 Menimbulkan isu etis

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah dkk. BIOLOGI 3. 2007. Jakarta : Esis.

Pratiwi, D.A dkk. BIOLOGI. 2007. Jakarta : Erlangga.

Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati. Sains BIOLOGI 3. 2007. Jakarta : Bumi Aksara.

Priadi, Arif. BIOLOGI. 2009. Jakarta : Yudhistira.

Sudjadi, Bagod dan Siti Laila. Biologi, Sains dalam Kehidupan 3B. 2007. Jakarta : Yudhistira

Eman Laeli Fitri Page 76

Anda mungkin juga menyukai