Kasus Alergi
Kasus Alergi
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. TB
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : petani
Alamat : Gunung Tunggal 2/4 Sukoharjo
Tanggal masuk RS : 27 Juni 2009
II. ANAMNESA
Keluhan Utama : pilek kambuh-kambuhan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik THT BRSD Wonosobo pada tanggal 27 Juni 2009 dengan
keluhan pilek kambuh-kambuhan kurang lebih 10 tahun, memberat 1 bulan ini. Pasien sering
bersin-bersin apabila menghirup serbuk bunga salak (mata pencaharian pasien sebagai petani
salak), tetapi dirasakan 1 tahun ini lebih sering dari sebelum-sebelumnya dan membuat
pasien berhenti bekerja. Hidung dirasakan tersumbat, dan keluar ingus cair. Pasien juga
mengeluh di tenggorokan terasa gatal. Mata kadang sampai nrocos. Bila pagi hari dan udara
dingin pilek dirasakan bertambah, bersin-bersin juga dikeluhkan bertambah. Pasien tidak
demam saat datang ke poliklinik, tetapi dalam 1 bulan ini kadang-kadang muncul demam.
Pasien bolak-balik berobat ke puskesmas, tetapi tidak mereda.
Resume Anamnesis :
Pasien ♀ 36 tahun, dengan keluhan pilek kambuh-kambuhan kurang lebih 10 tahun,
memberat 1 bulan ini. Pasien juga sering bersin-bersin terutama apabila menghirup serbuk
bunga salak. Hidung dirasakan tersumbat, dan keluar ingus cair. Tenggorokan terasa gatal,
mata kadang sampai nrocos. Bila pagi hari dan udara dingin pilek dirasakan bertambah,
bersin-bersin juga dikeluhkan bertambah. Pasien tidak demam saat datang ke poliklinik,.
Pasien bolak-balik berobat ke puskesmas, tetapi tidak mereda. Pasien belum pernah
melakukan tes alergi, menyangkal mempunyai penyakit asma dan tidak ada keluarga yang
menderita penyakit serupa dengan pasien.
DIFFERENSIAL DIAGNOSA
Rhinitis alergi
Rhinitis vasomotor
Sinusitis
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : pasien tampak pilek keluar ingus dari hidung
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign :
Tekanan Darah : tidak dilakukan
Nadi : 80x/mnt
RR : 20x/mnt
T : suhu raba afebris
Status lokalis
A. Telinga
Inspeksi
Bentuk dan ukuran : (N/N)
Benjolan : (-/-)
Laserasi canalis auditoris : (-/-)
Serumen : (-/-)
Otore : (-/-)
Edema : (-/-)
Hiperemi : (-/-)
Palpasi
Tragus pain : (-/-)
Nyeri tarik auricular : (-/-)
Nyeri pre aurikula & retroaurikula : (-/-)
Pembesaran kelenjar limfe pre aurikula & retro aurikula : (-/-)
Otoskopi
Auricula dx Auricula sin
Membrane tymphani intake + +
Serumen - -
Hiperemis - -
Perforasi - -
Cone of light + +
Otore - -
B. Hidung
Inspeksi
Tidak terdapat kelainan congenital pada hidung
Tidak terdapat jaringan parut dalam hidung
Tidak terdapat deviasi septum
Tampak pembengkakan & hiperemis pada konka hidung
Tidak tampak oedem mukosa
Mukosa hidung hiperemis
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada krepitasi
Rhinoskopi anterior :
Kolumela Dextra Kolumela Sinistra
Mukosa hidung hiperemis + +
Mukosa hidung oedem - -
Konka (warna) Merah Merah
Konka oedem + +
Permukaan konka Licin Licin
Discharge +(serous) jernih +(serous) jernih
Massa - -
Rhinoskopi posterior : tidak dilakukan
C. Tenggorokan
Inspeksi
Mukosa lidah : dalam batas normal, tidak terdapat gambaran peta
Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+)
Uvula : di tengah, tidak ada kelainan
Tonsil : tidak membesar, T1-T1, tidak hiperemis
Detritus : (-)
Palpasi
Pembesaran lnn submandibula (-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan tanda-tanda khas rhinitis alergi:
Allergic shiner : (+)
Allergic salute : (-)
Allergic crease : (-)
Facies adenoid : (-)
Cobblestone appearance : (+)
Geographic tongue : (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• Test allergi : tidak dilakukan
• Garputala : tidak dilakukan
• Audiometric : tidak dilakukan
• Transluminasi : tidak dilakukan
• Nasal swab : tidak dilakukan
• Laboratorium : tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS KERJA
Rhinitis Alergi
VII. TERAPI
1. Control lingkungan dengan mengusahakan penghindaran terhadap allergen penyebab
(disini pollen bunga salak)
2. Simptomatis
a. Medikamentosa
Antihistamin : Cerini (cetirizine 10mg) 1x1
Dekongestan : Pseudoefedrin 3x60 mg
Kortikosteroid : dexamethasone 2x0,5 mg
b. Operatif
Diperlukan apabila terjadi komplikasi seperti sinusitis, hipertrofi konka atau polip nasi.
Tindakan konkotomi (pemotongan kedua konka inferior) perlu dipikirkan bila konka inferior
hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25%
atau triklor asetat
X. MASALAH
Pasien tinggal di dekat kebun salak sehingga factor pencetus tetap ada