Anda di halaman 1dari 26

BABII

PEMBAHASAN

2.1. Perencanaan Laba dan anggaran

Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk


mencapai sasaran dan tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana yang
diharapkan adalah laba yang memuaskan. Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang
di curahkan kedalam keuangan dan istilah kuantitaf lain. Perencanaan laba perusahaan
terdiri dari suatu anggaran operasi rinci dan anggaran laporan keuangan . Anggaran
berbeda dengan prakiraan (forecasat). Suatu perencanaan laba atau anggaran menunjukan
tingkat atau target yang diusahakan manajemen untuk diraih. Perkiraan (forecast) dipihak
lain adalah apa yang diprediksikan oleh organisasi akan terjadi. Contohnya jika permintaan
untuk suatu produk tertentu adalah suatu prakiraan, suatu anggaran penjualan akan merinci
pendapatan dan biaya yang disiapkan dengan dasar prakiraan dari permintaan suatu
produk.

Kedengarannya perencanaan laba cukup sulit, karena kekuatan luar mempengaruhi bisnis.
Kekuatan ini meliputi perubahan dalam teknologi, tindakan kompetitor dan ekonomi.,
demograpi selera konsumen, sikap sosial, dan faktor politik. Faktor-faktor ini umumnya tidak
dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan, dan arah dan besarnya perubahan seringkali
sulit untuk diprediksikan.

Secara fundamental tiga pendekatan dapat di pilih dalam menata sasaran laba.
 Dalam metode priori, sasaran laba mendominasi perencanaan. Pada permulaan
manajemen menentukan spesifikasi suatu tingkat pengembalian yang diharapkan dan
kemudaian menuangkan realisasi dari sasaran tersebut melalui perencanaan.
 Dalam metode posteriori, sasaran laba adalah merupakan sub ordinasi dari
perencanaan dan dinyatakan sebagai siuatu hasil dari perencanaan.
 Dalam metode pragmatic, manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah
di uji dan di setejui oleh pengalaman

Harapan publik dan tanggung jawab sosial harus disadari merupakan konsekuensi dari
sasaran laba disamping tujuan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi
tindakan pada kontek sosial yang mempengaruhi ekonomi. Pengaruh sosial yang potensial

1
meliputi “polusi lingkungan, dan kosumsi dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui,
dan faktor ekologi lainnya.; hak kelompok dan individu; perawatan dari jasa publik,
keselamatan publik, kesehatan; dan pendidikan; dan banyak permasalahan sosial lainnya.

Long-Range Profit Planing dan Short-Range Budget.


Perencanaan jangka panjang didifinisikan sebagai “proses berkelanjutan dalam membuat
keputusan sekarang secara sistematis dan, dengan kemungkinan pengetahuan terhadap
masa depannya, mengorganisasi usaha yang dibutuhkan untuk menentukan keputusan dan
mengukur hasil dari keputusan ini dibandingkan dengan pengharapan melalui organisiasi,
umpanbalik sistematik.

Rencana jangka panjang harus dijabarkan kedalam anggaran jangka pendek untuk
perencanaan dan pengendalian tindakan yang telah dipilih. Meskipun satu tahun adalah
jangka waktu yang biasa digunakan, anggaran jangka pendek dapat meliputi periode 3, 6,
atau 12 bulan, terganatunga pada sifat dan keadaan bisnis.

Agar efektif anggaran harus dikoordinasikan dengan baik antara manajemen dan sistem
akuntansi. Contohnya harus di usahakan adanya bagan organisasi dan bagan rekening.
Bagan organisasi menunujukan tanggung jawab untuk tiap eksekutif yang kemudian
anggaran disesuiakan berdasarkan keadaan tersebut. Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah sistem harga pokok standar yang akan mengakumulasi biaya dan menyediakan data
sebagai laporan dan berdasarkan tanggungjawab. Eksekutif bertanggung jawab untuk
menyiapkan dan memanaje anggaran segmennya sendiri. Untuk lebih efektif staf
perusahaan bisa saja diikutkan dan merencanakan anggaran tetapi yang menjadi keharusan
adalah bahwa mereka harus mengerti agar anggaran dapat berfungsi dengan baik.
Master Budget

2
Berikut adalah gambar komponen dasar master budget
ANGGARAN OPERASIONAL
Penjualan
Produksi
Biaya bahan
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead paberik
Harga pokok produk dijual
ANGGARAN BIAYA KOMERSIAL
ANGGARAN BIAYA ADMINISTRASI DAN KEUANGAN
ANGARAN KAS
Angaran penerimaan kas
Anggaran pengeluaran kas
ANGGARAN PENGELUARAN MODAL (NERACA
DIANGGARKAN)

2.2.Perencanaan Laba Jangka Pendek


Berhasil atau tidaknya perusahaan adalah dapat melihat kemungkinan dan
kesempatan dimasa yang akan datang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karena
itu tugas manajemen untuk membuat perencanaan yang pada dasarnya kegiatan
membentuk masa depan, yang pada intinya memutuskan berbagai macam alternatif &
perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang.
Ukuran yang dipakai untuk melihat berhasil tidaknya manajemen perusahaan adalah
laba yang diperoleh oleh perusahaan. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor :
a. volume produk yang dijual yang langsung mempengaruhi volume produksi, volume
produksi mempengaruhi laba
b. Harga jual produk yang mempengaruhi volyme penjualan
c. Biaya yang menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki
Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses
penyusunana anggaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen
selalu menghadapi pertanyaan “what if’ yaitu pertanyaan apa yang akan terjadi jika sesuatu
dipilih oleh manajemen. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan
mudah jika didasarkan pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode
variable costing.

3
Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek, Hubungan antara biaya,
volume & laba memegang peranan penting karena merupakan teknik untuk menghitung
dampak perubahan harga jual, volume penjualan & biaya terhadap laba untuk membantu
manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Manajemen mempertimbangkan berbagai
usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume penjualan, biaya
variabel dan atau biaya tetap yang akhirnya akan berdampak terhadap laba bersih. Dampak
terhadap laba bersih ini yang menjadi salah satu pertimbangan penting manajemen dalam
memutuskan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.

Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses
penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba
jangka pendek yaitu:
a. Impas
Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama dengan
nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen, dari jumlah target
pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan penjualan minimum yang
harus dicapai agar usaha perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Margin of safety
Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi.
c. Shut – down point
Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis
sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tunai saja.

d. Degree of operating leverage


Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan
penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih.
e. Laba kontribusi perunit (Contribution margin)
Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya
yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan
laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel)

Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen


dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran
perusahaan.

4
Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi
akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga
jual & biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-volume-laba
merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.

Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini
diberikan

Contoh 1 .
Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected Income
Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:

PT. X
Laporan Laba Rugi Projeksian
Tahun Anggaran 20X2
Jumlah %
Pendapatan Rp. 500.000.000 100
penjualan %
Biaya Variabel 300.000.000 60%
Laba kontribusi Rp. 200.000.000 40%
Biaya tetap 150.000.000 30%
Rp.
Laba bersih 10%
50.000.000

Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun
dengan metode variable costing yang membantu manajemen puncak dalam
mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah. Keputusan
jangka pendek umumnya menyangkut penambahan / pengurangan volume kegiatan.
Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen dapat
memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu :

1. Impas
Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp.
500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan
minimum yang harus dicapai perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang agar

5
tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp.
500.000.000 / 40 % ). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan
penjualan (revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan
harus dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi.
Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan
baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar
kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba.

2. Margin Of Safety
Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa
jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan
tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran
laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1. karena
impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum penurunan target
pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah
Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 – Rp. 375.000.000 ) atau 25% (Rp.
125.000.000/Rp.500.000.000).
- Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh
laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan
target pendapatan penjualan.
- Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan
pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan
sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.

3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point )


Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan
penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui bahwa
biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan
biaya tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000 (
100.000.000/40%). Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000,
usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan
penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu
membayar biaya tunainya.

6
4. Degree of Operating Leverage
Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak terjadinya
sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL dihitung adalah
4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan
penjualan akan mengakibatkan 4% (4X1%) kenaikan laba bersih.
Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5%
maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan
20% (4X5%).

5. Laba kontribusi perunit


- Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel
- Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap &
menghasilkan laba.
- Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh
perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba.
Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume
penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan
sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen akan memperoleh informasi
kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan
landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba tertinggi.
Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:

A B C Total
Volume penjualan 500 300 200 1000
Pendapatan penjualan Rp.700.000 Rp.500.000 Rp.1.000.000 Rp. 2.500.000
Biaya Variabel 300.000 500.000 600.000 1.400.000
Laba kontribusi Rp.400.000 Rp.300.000 Rp.400.000 Rp.1.100.000
Biaya tetap 800.000
Laba bersih Rp. 300.000
Laba kontribusi perunit Rp. 800 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 1.100

7
Produk Konsumsi Jumlah Contribition Contribition Peringkat
Jam mesin produk yang margin margin Per kemampuan
perunit dihasilkan perunit jam mesin produk
Produk perjam produk dalam
mesin 1: (1) (2) X (3) memanfaatk
an
sumberdaya
yang langka
(1) (2) (3) (4) (5)
A 5 0,20 Rp. 800 160 1
B 10 0,10 1000 100 2
C 25 0,04 2000 80 3

Gbr. 9.1. Laba kontribusi perunit sumber daya yang langka

Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi perunit sebesar
Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan kontribusi dalam
menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan produk dalam menutup
biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas dasar informasi laba kontribusi
perunit, namun diukur dari laba kontribusi perunit yang dihubungkan dengan
pemanfaatan sumber daya yang langka.Contoh dapat dilihat pada gbr. 9.1
Dari gambar tersebut ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam
kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya
tetap & menghasilkan laba. Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi
produk A mampu menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin.

2.3.Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek

1. Impas
Impas (break-even) adalah:
a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya
c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja.
d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
menderita rugi dan laba sama dengan 0
Ada 2 cara untuk menentukan impas :

8
a. Pendekatan teknik persamaan
b. Pendekatan grafis

a. Pendekatan teknik persamaan


Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada
persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.Atau laba adalah sama
dengan pendapatan penjualan dikurangi biaya. Dapat dinyatakan dalam persamaan
sbb:
Y=cx-bx-a
Keterangan :
y=laba
c=harga jual persatuan
x=jumlah produk yang dijual
b=biaya variabel persatuan
a=biaya tetap

Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode variable costing,
persamaan tersebut sbb:
Pendapatan penjualan cx
Biaya variabel bx __
Laba kontribusi cx-bx
Biaya Tetap a __
Laba bersih y

Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan
jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb:
0 = cx - bx
cx = bx + a

Persamaan tersebut diselesaikan sbb:


cx – bx = a
x(c-b) = a
x’ = a / (c-b)
Keterangan :
cx = bx + a Pendapatan penjualan = biaya
cx – bx = a Laba kontribusi = biaya tetap

9
x’ = a / (c-b) Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih
antara harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan
X’ adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas

Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :

Impas dlm (Q) = Biaya tetap _


Harga jual persatuan – Biaya variabel persatuan

Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus
impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan produk.

Jadi rumus perhitungan impas dalam rupiah penjualan adalah sbb:


Biaya Tetap
Impas dalam (Rp) 
Biaya variabel per satuan
1-
Harga jual per satuan

Catatan : 1 - b/c disebut marginal income ratio atau contribution margin ratio. Yaitu
hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.

Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb:
Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contribution margin ratio

Biaya Tetap
Impas dalam (Rp) 
Biaya variabel
1-
Pendapatan penjualan

Contoh 2:
Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia
menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tersebut permalam
Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan dua orang, dengan upah
Rp. 1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif sebesar Rp. 2,50 perorang
untuk setiap sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan yang dibebankan kepada

10
pemakai jasa adalah sebesar Rp 25 persepeda semalam. Perhitungan proyeksi laba
permalam apabila 500 sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda pak Amat
disajikan sbb:
JUMLAH %
Pendapatan penjualan jasa 500 X Rp.25 Rp. 12.500 100
titipan sepeda
Biaya variabel:
Upah insentif untuk dua 500 X 2 X Rp. 2.500 _
karyawan 2.50 20
Laba kontribusi Rp. 10.000 _
80
Biaya tetap:
Sewa tempat titipan Rp. 1.500
Upah dua orang karyawan 2.000 +
Rp. 3.500 28
Laba bersih Rp. 6.500 52

Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus
masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan tersebut tidak
mengalami kerugian. Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar
usaha pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :

Impas ( dlm kuantitas ) = Biaya tetap _


Harga jual persatuan – By Variabel persatuan

= 3.500 _ = 175
25-5
Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka usaha
pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam, sehingga
usaha tersebut tidak mengalami kerugian.
Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha titipan
sepeda sbb:

Impas (Rp) = Biaya tetap _

11
Contribution Margin ratio

= 3.500 _ = Rp.4.375
80%

Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan
sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari pendapatan
penjualan jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya yang dikeluarkan
malam ini. Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah mendatangkan laba 80%
(contribution margin ratio) dari uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda yang
diterimanya.
Bukti bahwa pada pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan
sebanyak Rp.4.375 usahanya belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat
diikuti dalam perhitungan sbb:

Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda 175 x Rp.25 = Rp. 4.375


Biaya variabel 175 x Rp. 5 = Rp. 875
Laba kontribusi Rp. 3.500
Biaya tetap :
Sewa tempat titipan Rp. 1.500
Upah dua orang karyawan Rp. 2.000 Rp. 3.500
0

Contoh 3:
PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1
adalah sbb:
Kg
Sediaan awal 100
Rencana produksi 1.100
1.200
Rencana penjualan 1.000
Sediaan akhir 200

12
Laporan Biaya Produksi Projeksian Thn 20x1

Biaya variabel standar per kg


produk :
Biaya bahan baku Rp. 10.000
Biaya tenaga kerja variabel 7.000
Biaya overhead variabel 8.000
Jumlah biaya produksi variabel Rp. 25.000
Biaya administrasi & umum 10.000
variabel
Biaya pemasaran variabel 8.000
Jumlah biaya variabel Rp.43.000
Biaya tetap pertahun terdiri dari :
Biaya overhead pabrik tetap Rp.37.400.000
Biaya pemasaran tetap 15.000.000
Biaya administrasi & umum 25.000.000
Jumlah biaya tetap setahun Rp.
77.400.000

Harga jual produk Rp. 172.000 per


kg

13
PT. ELIONA
Laporan Laba-Rugi Tahun 20x1 Projeksian

Jumlah %
Pendapatan penjualan 1000 X Rp Rp. 100
Biaya variabel: 172.000 Rp. 2.500.000 172.000.000 %
Sediaan awal Rp.27.500.000
Biaya produksi variabel 100 X Rp. 25.000 Rp.30.000.000
1.100 X Rp. 5.000.000
Sediaan akhir 25.000 Rp. 25.000.000

Biaya non produksi variabel: 200 X Rp. 25.000


By. pemasaran variabel 8.000.000
By. administrasi & umum 10.000.000
variabel 1.000 X Rp.8.000
Jumlah biaya variabel 1.000 X Rp.10.000 Rp. 25%
Laba kontribusi 43.000.000 75%
Rp.
Biaya tetap: Rp. 37.400.000 129.000.000
Biaya overhead pabrik tetap 15.000.000
Biaya pemasaran tetap
Biaya administrasi & umum 25.000.000
tetap
Jumlah biaya tetap
Laba bersih Rp.
77.400.000
Rp.
51.600.000

14
Dari informasi diatas diperoleh perhitungan :

Impas (Rp) = Rp. 77.400.000 = Rp.103.200.000


75 %

Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn 20X1,minimum


PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar Rp.103.200.000 agar
perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk minimum yang harus dijual
agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka :

Impas (kg) = Rp.77.400.000 = 600 kg


Rp.172.000 – Rp. 43.000

Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan memperoleh


laba sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap seluruhnya telah
tertutup dari penjualan 600 kg tersebut.
Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada volume
penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun anggaran 20X1
untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000. Maka Perencanaan
volume penjualan dihitung sbb:

Volume penjualan = Biaya tetap + Laba yang diinginkan

Contribution Margin ratio

Berdasarkan data dalam contoh 2 diatas , volume penjualan yang dapat


menghasilkan laba bersih Rp.90.000.000 dihitung sbb:

Volume penjualan (Q) = 77.400.000 + 90.000.000 = 1,297 kg


127.000 – 43.000

Volume penjualan (Rp) = 77.400.000 + 90.000.000 = Rp. 223.200.000


75 %

15
Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297 kg
atau dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp. 90.000.000
b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis
Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan
titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu
datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya
dan pendapatan.

Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar
X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk volume
penjualan sebesar X maka :
Pendapatan penjualan = cx
Biaya variabel = bx
Biaya tetap =a

Contoh 4
Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa :
Harga jual produk persatuan (c) = Rp. 172.000
Biaya variabel persatuan (b) = Rp. 43.000
Biaya tetap pertahun (a) = Rp. 77.400.000
Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya
variabel,biaya tetap dan total biaya disajikan berikut ini:

Angka Rupiah Dalam Ribuan


Volume Pendapata
Biaya Laba
Penjuala n Biaya tetap Total Biaya
Variabel (Rugi)
n Penjualan
x cx bx a a+bx cx-(a+bx)
Rp.172.00 Rp.120.40
1.000 Rp. 43.000 Rp. 77.400 Rp. 51.600
0 0
800 137.600 34.400 77.400 111.800 25.800
600 103.200 25.800 77.400 103.200 0
400 68.800 17.200 77.400 94.600 (25.800)
200 34.400 8.600 77.400 86.000 (51.600)

16
Apabila data diatas disajikan dalam bentuk grafik, maka akan tampak pada gambar
9.2

172.000.000
Pendapatan &
Biaya (juta rupiah)

Garis pendapatan
penjualan
Laba 120.400.000
Titik
Impas
Garis total biaya
100

Garis biaya tetap


80
Rugi

600
Volume Penjualan

Gambar 9.2. Grafik Impas

Impas Dalam Lingkungan Manufaktur Maju

Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai dengan


berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi biaya
overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan peusahaan melakukan
diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin besarnya proporsi biaya
overhead yang tidak berkaitan dengan unit produk yang diproduksi (non unit related
overhead costs). Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju digambarkan
pada gambar 9.3.

17
Facility-sustaining
activity cost

Product-sustaining Non-unit related


activity costs costs

Batch-related
activity costs

Unit-level activity Non-unit related


costs costs

Gambar 9.3. Unsur Unit-Related dan Non-Unit-Related


Costs dalam Biaya Produk

Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead costs) dengan
proporsi yang berbeda-beda.
Beda perhitungan impas konvensional dengan activity based costing terletak pada unsur
biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hibungannya dengan unit level activities
saja.
Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
K = a + bx
Keterangan :
K = total biaya
a = total biaya tetap
b = biaya variabel perunit
x = unit level activities

Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya terdiri dari biaya
tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3
Keterangan :
k = Total biaya
a = facility sustaining activity cost
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity

18
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities

Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba berdasarkan
activity based costing adalah :
Y = cx1 - a – b1x1 – b2x2 – b3x3
Keterangan :
Y = laba
cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual yang
ditunjukkan oleh unit level activities)
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities

Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan activity based
costing :

X’ = a + b2x2 + b3x3
c-b1

Keterangan :
x’= volume penjualan pada kondisi impas
a = facility sustaining activity costs
b1 = biaya variabel persatuan unit level activity
b2 = biaya variabel persatuan batch related activity
b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
x1 = unit level activities
x2 = batch related activities
x3 = product sustaining activities

19
Contoh 5
PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut :
Biaya variabel perunit Rp. 12.000
Biaya tetap setahun Rp. 100.000.000
Harga jual produk perunit Rp. 20.000

Impas dengan pendekatan konvensional :


Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional yaitu :

Impas = Biaya tetap


= Harga jual perunit – biaya variabel perunit
= 100.000.000 _
20.000 - 12.000
= 12.500 unit

Impas dengan pendekatan activity based costing


Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih lanjut seperti
disajikan berikut:

Jenis biaya Jumlah cost driver Cost driver Biaya/unit


Unit level activity costs
Biaya bahan baku Rp. 6.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 5.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 500
Biaya pemasaran variabel Rp. 500
Unit yg dijual Rp. 12.000

Batch related activity costs 20 jam setup Rp. 1.000.000


Product sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp. 30.000
Facility sustaining activity costs Rp. 50.000.000

Dari data diatas dapat dihitung biaya tetap sbb :

Batch related activity costs 20 x Rp. 1.000.000 Rp. 20.000.000

20
Product sustaining activity costs 1.000 x Rp. 30.000 30.000.000
Facility sustaining activity costs 50.000.000
Biaya tetap dgn pendekatan activity based costing Rp.100.000.000

Impas = Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch
related activity costs
Harga jual/unit – Unit level activity cost

= Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000)


Rp. 20.000 – Rp. 12.000
= 12.500 unit

2. Margin Of Safety

Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan


minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan
dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan
tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau
pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih
antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan
angka margin of safety.
Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran
20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada
volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin Of Safety adalah sebesar
Rp. 68.800.000 (Rp. 172.000.000 – Rp. 103.200.000). Atau jika dinyatakan dalam
persentase dari angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp.
68.800.000 / Rp.172.000.000).
Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan
yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi atau
dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum
penurunan volume penjualan yang direncanakan,yang tidak mengakibatkan kerugian.
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun 20X1
yang dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh
terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan tidak menderita
kerugian.

21
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan
dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )

Laba = Profit volume ratio x Margin of safety ratio

Laba = Laba kontribusi x Margin of safety _


Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan

Dengan memakai data dalam contoh 3 dapat diketahui bahwa :

Laba = 75 % x 40 % = 30 %

Margin of safety ( M/S ratio ) dapat pula dihitung dengan rumus :

M/S ratio = Profit ratio _


Profit-volume ratio

Dari contoh di atas M/S ratio = 30% = 40%


75%

3. Titik Penutupan Usaha ( Shut Down Point )

Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha
dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash
cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah
biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam
pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya
keluar dari saku (out –of pocket cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu
pengeluaran yang dilakukan pada masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati
samapai sekarang). Contoh biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan
deplesi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutup
biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus
dihentikan dapat dilakukan dengan mencari perpotongan antara garis pendapatan
penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas.

22
Contoh 8
Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut terdiri dari biaya
keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam ( sunk cost ) sebesar Rp.
12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi (accounting profit ,
yaitu pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya –biaya, baik terbenam maupun biaya
keluar dari saku ).

Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _
Contribution margin ratio

Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb:
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000
75%

Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb:


Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg
172000 – 43.000

Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus dihentikan jika
penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp. 86.000.000 atau 500
kg.

4. Degree Of Operating Leverage (DOL)

Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan


penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini,
manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang
menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan.
Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :

DOL = Laba kontribusi


Laba bersih

23
Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan
demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui dengan cepat dampak
perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan degree of operating leverage .

PT. Eliona
Laporan Laba rugi projeksian

Pendapatan penjualan Rp. 172.000.000


Biaya variabel 43.000.000
Laba kontribusi Rp. 129.000.000
Biaya tetap 77.400.000
Laba bersih Rp. 51.600.000

Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp. 172.000.000, DOL
perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp. 129.000.000 / Rp. 51.600.000).
Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran mengusulkan
promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan
volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan
kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X 5 %)

DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan impas.
Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan
laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:

Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000


Biaya variabel 27.090.000
Laba kontribusi Rp. 81.270.000
Biaya tetap 77,400.000
Laba bersih Rp. 3.870.000

Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada tingkat penjualan


Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami penurunan sebesar 42 %
(21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba rugi berikut:

24
Pendapatan penjualan Perubahan
turun 2%

Pendapatan penjualan Rp. 108.360.000 Rp. 106.192.800 -2 %


Biaya variabel 27.090.000 26.548.200
Laba kontribusi Rp. 81.270.000 Rp. 79.644.600
Biaya tetap 77.400.000 77.400.000

Laba bersih Rp. 3.870.000 Rp. 2.244.600 -42%

Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp. 1.625.000 atau
sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000).

25
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
 Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk
mencapai sasaran dan tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana
yang diharapkan adalah laba yang memuaskan
 Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang di curahkan kedalam keuangan
dan istilah kuantitaf lain.
 Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan mudah jika didasarkan
pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode variable
costing.

3.2. SARAN
Kami menyarankan untuk menghitung laba jangka pendek diperlukan kehatia-hatian
dalam mengerjakan soal, yang harus kita lakukan adalah penuh ketelitian dan keuleutan
agar nilai yang diperoleh benar sesuai dengan yang kita perhitungkan.

26

Anda mungkin juga menyukai