LANDASAN TEORI
yamaha vixion mengatakan perbandingan roda gigi pada tiap kecepatan dapat
dihitung dengan menghitung jumlah gigi dari dua pasang roda gigi antara roda
jumlah putaran yang dihasilkan oleh gear input (drive gear) terhadap jumlah
putaran gear output (driven gear) yang berbeda ukuran, jika gear input berputar
gear rationya adalah 3:1. Jumlah putaran gear output "direduksi" sebanyak 3 kali,
sehingga putaran gear output berkurang sebanyak 3 kali putaran gear input. (Indra
Sulistyo (2015)
kondisi jalan. Namun demikian, mesin yang berfungsi sebagai penggerak utama
pada sepeda motor tidak bisa melakukan dengan baik apa yang menjadi
kebutuhan atau tuntutan kondisi jalan tersebut. Misalnya, pada saat jalanan
mendaki, sepeda motor membutuhkan momen puntir (torsi) yang besar namun
kecepatan atau laju sepeda motor yang dibutuhkan rendah. Pada saat ini walaupun
putaran mesin tinggi karena katup trotel atau katup gas dibuka penuh namun
6
7
putaran mesin tersebut harus dirubah menjadi kecepatan atau laju sepeda motor
yang rendah. Sedangkan pada saat sepeda motor berjalan pada jalan yang rata,
Pemindah tenaga pada sepeda motor terdiri dari dua sistem yang saling
behubungan yaitu sistem kopling yang berfungsi untuk memutus putaran mesin ke
transmisi, dan sistem transmisi yang berfungsi untuk merubah rasio putaran yang
dihasilkan mesin.
sistem yang mampu menjembatani antara output mesin (daya dan torsi mesin)
dengan tuntutan kondisi jalan. Sistem ini dinamakan dengan sistem pemindahan
tenaga. Prinsip kerja mesin dan pemindahan tenaga pada yamaha vixion
Ketika poros engkol (crankshaft) diputar oleh pedal kick starter atau dengan
motor starter, piston bergerak naik turun (TMA dan TMB). Pada saat piston
udara melalui karburator (bagi sistem bahan bakar konvensional). Sedangkan bagi
sistem bahan bakar tipe injeksi (tanpa karburator), proses pencampuran terjadi
dalam saluran masuk sebelum katup masuk setelah terjadi penyemprotan bahan
Ketika piston bergerak ke atas (TMA) campuran bahan bakar dan udara di
dalam silinder dikompresi. Kemudian campuran dinyalakan oleh busi dan terbakar
melalui connecting rod (batang piston), lalu memutar crankshaft. menekan piston
langkah yang sama. Gerak piston naik turun yang berulang-ulang diubah menjadi
gerak putar yang halus. Tenaga putar dari crankshaft ini akan dipindahkan ke roda
belakang melalui roda gigi reduksi, kopling, gear box (transmisi), sprocket
penggerak, rantai dan roda sprocket. Gigi reduksi berfungsi untuk mengurangi
ke transmisi (perseneling) ketika mulai atau pada saat mesin akan berhenti atau
memindahkan gigi. Umumnya kopling yang digunakan pada sepeda motor adalah
adalah kopling tipe basah dengan plat ganda, artinya kopling dan komponen
kopling lainnya terendam dalam minyak pelumas dan terdiri atas beberapa plat
9
kopling. Tipe kopling yang digunakan pada sepeda motor menurut cara kerjanya
ada dua jenis yaitu kopling mekanis dan kopling otomatis. Cara melayani kedua
sangat berbeda.
Kopling mekanis adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh handel
pada batang kemudi. Kedudukan kopling ada yang terdapat pada crankshaft
(poros engkol/kruk as) (misalnya: Honda S90Z, Vespa, Bajaj dan lain-lain)
mekanisme handel terdiri atas: handel, tali kopling (kabel kopling), tuas
7.2): gigi primer kopling (driven gear), rumah (clutch housing), plat gesek
(friction plate) plat kopling (plain plate), per (coil spring), pengikat (baut),
kopling tengah (centre clutch), plat tutup atau plat penekan (pressure plate),
shaft) yaitu poros yang menggerakkan semua roda gigi transmisi. Tetapi
rumah kopling ini bebas terhadap poros utama, artinya bila rumah kopling
berputar poros utama tidak ikut berputar. Pada bagian luar rumah kopling
terdapat roda gigi (diven gear) yang berhubungan dengan roda gigi pada
10
poros engkol sehingga bila poros engkol berputar maka rumah kopling juga
ikut berputar. Agar putaran rumah kopling dapat sampai pada poros utama
maka pada poros utama dipasang hub kopling (clutch sleeve hub).
tipe pelat, yaitu pelat tekan (clutch driven plate/plain plate) dan pelat gesek
( clutch drive plate/friction plate). Plat gesek dapat bebas bergerak terhadap
hub kopling, tetapi tidak bebas terhadap rumah kopling. Sedangkan pelat
tekan dapat bebas bergerak terhadap rumah kopling, tetapi tidak bebas pada
hub kopling.
Cara kerja kopling mekanis adalah sebagai berikut: Bila handel kopling
pada batang kemudi bebas (tidak ditarik) maka pelat tekan dan pelat gesek
dijepit oleh piring penekan (clutch pressure plate) dengan bantuan pegas
kopling sehingga tenaga putar dari poros engkol sampai pada roda belakang.
Sedangkan bila handel kopling pada batang kemudi ditarik maka kawat
Alat pembebas kopling ini akan menekan batang tekan ( pushrod ) atau
kopling. Akibatnya pelat gesek dan pelat tekan akan saling merenggang dan
putaran rumah kopling tidak diteruskan pada poros utama, atau hanya
terlihat pada gambar 2.3, 2.4 dan 2.5 berikut ini. Gambar 2.3
mengilustrasikan saat handel kopling ditekan sehingga kopling saat ini tidak
mengilustrasikan saat handel kopling mulai dilepas sehingga saat plat pada
karena antara plat kopling dan plat gesek pada kopling sudah saling
berhubungan.
12
Gambar 2.6 Pembebas Kopling Dengan Outer Push Type (Sutiman Solikin, 2005)
Pada tipe ini, jika handel kopling ditarik, plat penekan (pressure
plate) akan ditekan ke dalam dari arah sebelah luar. Dengan tertekannya
14
plat penekan tersebut, plat kopling akan merenggang dari plat penekan,
transmisi.
Pada tipe ini, jika handel kopling ditarik, plat penekan (pressure
plate) akan ditekan ke luar dari arah sebelah dalam. Dengan tertekannya
plat penekan tersebut, plat kopling akan merenggang dari plat penekan,
transmisi.
Gambar 2.7 Pembebas Kopling Dengan Inner Push Type (Sutiman Solikin, 2005)
kopling oleh cairan hidrolik. Cara kerjanya hampir sama dengan sistem rem
(release cylinder) .
Gambar 2.8 Pembebas Kopling Dengan Sistem Hidrolik (Sutiman Solikin, 2005)
pada poros utama transmisi tersebut akan menyebabkan plat penekan pada
kopling tertekan sehingga kopling akan terbebas dan putaran mesin tidak
kopling tipe mekanik yang menggunakan kabel kopling. Pegas kopling yang
Kopling otomatis adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh tinggi
secara otomatis, pada saat putaran rendah. Kedudukan kopling berada pada
berbeda dengan peralatan yang terdapat pada kopling mekanis, hanya tidak
ada perlengkapan handel sebagai gantinya terdapat alat khusus yang bekerja
dasar waktu digas, c) per kopling yang lemah; berguna untuk menetralkan
posisi masuk ke netral bila mesin hidup dari putaran tinggi menjadi rendah.
Kopling otomatis terdiri atas dua unit kopling yaitu kopling pertama dan
(primary driven gear). Ini tejadi karena rumah kopling bebas (tidak
Pada saat putaran mesin rendah (stasioner), gaya sentrifugal dan kanvas
rumah kopling dan tertarik ke arah poros engkol, akibatnya rumah kopling
poros engkol. Saat putaran mesin bertambah, gaya sentrifugal semakin besar
Selain dibedakan menurut cara kerjanya, tipe kopling juga bisa dibedakan
sebagai berikut:
Kopling tipe piringan (disc) terdiri dari berbagai plat gesek (friction
plate ) sebagai plat penggerak untuk menggerakkan kopling. Plat gesek dan
plat yang digerakkan (plain plate) pada tipe kopling manual digerakkan oleh
per/pegas, baik jenis pegas keong ( coil spring ) seperti terlihat pada gambar
Keterangan :
dari susunan sepatu atau kanvas kopling yang akan bergerak ke arah luar
karena gerakan sentripugal saat kopling berputar. Kopling tipe ini akan
arah luar berhubungan dengan rumah kopling (drum) sampai rumah kopling
sebelumnya.
Kopling "V“ belt merupakan kopling yang terdiri dari sabuk (belt) yang
berbentuk "V“ dan puli (pulley). Kopling akan bekerja meneruskan putaran
tersebut.
kondisi kerja kopling, yaitu merendam bagian dalam kopling yang terdapat
dalam crank case (bak poros engkol) dengan minyak pelumas/oli. Pelumas
(bantalan) yang terdapat pada rumah kopling dan melumasi kanvas dan gigi
kopling basah dirancang khusus agar dapat bekerja dalam rendaman oli dan
bisa membuat kerja kopling sangat lembut. Oleh karena itu, kopling basah
Gesekan yang dihasilkan pada kopling basah tidak sebanyak kopling kering,
kopling kering karena penempatan kopling berada di luar ruang oli dan
selalu terbuka dengan udara luar untuk menyalurkan panas yang dihasilkan
umumnya terbatas untuk sepeda motor balap saja. Alasan utamanya adalah
pada sepeda motor balap dibutuhkan respon kopling yang baik dan cepat
walau kerja kopling yang dihasilkan tidak selembut kopling basah. Selain
itu, dengan kopling kering, tentunya akan mengurangi berat sepeda motor.
Plat kopling tunggal atau ganda digunakan pada sepeda motor yang
permuakaan gesek yang besar karena hanya terdiri dari satu atau dua buah
plat kopling.
22
Keterangan :
2. Spring (pegas)
Kopling plat banyak adalah suatu kopling yang terdiri dari plat gesek
(friction plate ) dan plat yang digerakkan (plain plate) lebih dari satu
plate selalu kurang satu dari jumlah plat gesek karena penempatan plain
adalah kopling dapat dibuat dengan diameter yang kecil. Kopling plat
banyak juga sedikit lebih ringan dibanding kopling plat tunggal, namun
masih bisa memberikan kekuatan dan luas permukaan gesek yang lebih
besar. Kopling plat banyak yang digunakan pada sepeda motor modern pada
umumnya kopling plat banyak tipe basah (wet multi-plate type). Konstruksi
kopling plat banyak seperti terlihat pada gambar 2.2 dan gambar 2.11 pada
Keterangan :
2. Diaphragma spring
24
Hubungan langsung
pada ujung poros engkol (crankshaft) sehingga putaran kopling akan sama
25
tipe hubungan langsung harus dirancang sedemikian rupa agar daya tahan
Tipe reduksi
ujung poros utama atau poros masuk transmisi (input shaft). Jumlah gigi
kopling yang dipasang pada ujung poros utama transmisi lebih banyak
demikian putaran kopling akan lebih lambat dibanding putaran mesin. Hal
ini bisa membuat kopling lebih tahan lama. Konstruksi posisi kopling tipe
reduksi seperti terlihat pada gambar 2.1 pada pembahasan awal bab ini.
kecepatan putaran suatu poros menjadi kecepatan yang diinginkan untuk tujuan
tertentu. Gigi transmisi berfungsi untuk mengatur tingkat kecepatan dan momen
26
(tenaga putaran) mesin sesuai dengan kondisi yang dialami sepeda motor.
transmisi otomatis.
yaitu:
3. Tipe Sincronmesh
Transmisi Tipe Sliding Mesh adalah jenis Transmisi Manual yang cara kerja
dalam pemindahan gigi dengan cara menggeser langsug roda gigi input dan output
Transmisi Tipe Constanth Mesh adalah jenis transmisi manual yang cara
perpindahan tenaga dari poros input ke poros output.tetapi poros output nya tidak
jadi satu dengan poros output nya transmisi.tenaga akan di teruskan ke poros
(input) dan roda gigi yag di gerakkan (output). Kelebihan yang dimliki jenis
Komponen utama dari gigi transmisi pada sepeda motor terdiri dari susunan
gigi tersebut terpasang. Salah satu pasangan gigi tersebut berada pada poros utama
(main shaft/input shaft) dan pasangan gigi lainnya berada pada poros luar (output
tergantung kepada model dan kegunaan sepeda motor yang bersangkutan. Jika
kita memasukkan gigi atau mengunci gigi, kita harus menginjak pedal
pemindahnya. Tipe transmisi yang umum digunakan pada sepeda motor adalah
tipe constant mesh , yaitu untuk dapat bekerjanya transmisi harus menghubungkan
1. Transmisi Manual
poros pemindah (21) gigi berputar. Bersamaan dengan itu lengan pemutar
shift drum (6) akan mengait dan mendorong shift drum (10) hingga dapat
berputar. Pada shift drum dipasang garpu pemilih gigi (11,12 dan 13) yang
diberi pin (pasak). Pasak ini akan mengunci garpu pemilih pada bagian ulir
cacing. Agar shift drum dapat berhenti berputar pada titik yang dikendaki,
maka pada bagian lainnya (dekat dengan pemutar shift drum), dipasang
sebuah roda yang dilengkapi dengan pegas (16) dan bintang penghenti
putaran shift drum (6). Penghentian putaran shift drum ini berbeda untuk
Garpu pemilih gigi dihubungkan dengan gigi geser (sliding gear). Gigi
geser ini akan bergerak ke kanan atau ke kiri mengikuti gerak garpu pemilih
29
kehendaki dengan bagian poros tempat gigi itu berada. Gigi geser, baik yang
berada pada poros utama (main shaft) maupun yang berada pada poros
porosnya (lihat no 4 dan 5 gambar 2.16). Lain halnya dengan gigi kecepatan
(1, 2, 3, 4, dan seterusnya), gigi-gigi ini dapat bebas berputar pada masing-
masing porosnya. Jadi yang dimaksud gigi masuk adalah mengunci gigi
kecepatan dengan poros tempat gigi itu berada, dan sebagai alat
2. Transmisi Otomatis
Gambar 2.17 Konstruksi Transmisi Otomatis Tipe CVT (M. Suratman. 2003)
Seperti terlihat pada gambar di atas transmisi CVT terdiri dari dua buah
puli yang dihubungkan oleh sabuk (belt), sebuah kopling sentrifugal (6)
(5) berputar pada bantalan poros utama (input shaft) transmisi. Bagian
puli (5) dan ikut berputar bersama puli tersebut. Drum kopling/ clucth drum
(7) berada pada alur poros utama (input shaft) dan akan memutarkan poros
setengah bagiannya dibuat tetap dan setengah bagian lainnya bisa bergeser
mendekat atau menjauhi sesuai arah poros. Pada saat mesin tidak berputar,
celah puli penggerak (1) berada pada posisi maksimum dan celah puli yang
digerakkan (5) berada pada posisi minimum. Pada gambar 2.18 di bawah ini
dapat dilihat bahwa pergerakkan puli (2) dikontrol oleh pergerakkan roller
(nomor 7 dalam gambar 2.18). Fungsi roller hampir sama dengan plat
penekan pada kopling sentrifugal. Ketika putaran mesin naik, roller akan
31
terlempar ke arah luar dan mendorong bagian puli yang bisa bergeser
Gambar 2.18. Posisi dan Cara Kerja Puli (M. Suratman. 2003)
Keterangan :
2. Puli penggerak
4. Sabuk (belt)
7. Roller
Ketika celah puli mendekat, maka akan mendorong sabuk ke arah luar.
Hal ini akan membuat puli (2) tersebut berputar dengan diameter yang lebih
besar. Setelah sabuk tidak dapat diregangkan kembali, maka sabuk akan
meneruskan putaran dari puli (2) ke puli yang digerakkan (5). Jika gaya dari
puli (2) mendorong sabuk ke arah luar lebih besar dibandingkan dengan
32
tekanan pegas yang menahan puli yang digerakkan (5), maka puli (5) akan
yang lebih kecil. Kecepatan sepeda motor saat ini sama seperti pada gigi
tinggi untuk transmisi manual. Jika kecepatan mesin menurun, roller puli
penggerak (7) akan bergeser ke bawah lagi dan menyebabkan bagian puli
di pada puli (5) akan mendorong bagian puli yang bisa digeser dari puli
tersebut, sehingga sabuk berputar dengan diameter yang lebih besar pada
bagain belakang dan diameter yang lebih kecil pada bagain depan.
Kecepatan sepeda motor saat ini sama seperti pada gigi rendah untuk
transmisi manual.
Gambar 2.19 Final drive jenis rantai dan sproket (M. Suratman. 2003)
Final drive adalah bagian terakhir dari sistem pemindah tenaga yang
memindahkan tenaga mesin ke roda belakang. Final drive juga berfungsi sebagai
(2,5 atau 3 putaran dari transmisi akan menjadi 1 putaran pada roda).
dapat dilakukan dengan menggunakan rantai dan gigi sproket, sabuk dan puli,
atau sistem poros penggerak. Jenis rantai dan sproket adalah jenis yang paling
Final drive jenis poros penggerak (drive shaft) biasanya digunakan untuk
sepeda motor model touring. Jenis ini cukup kuat, lebih terjaga kebersihannya dan
perawatan rutinnya hanya saat penggantian oli. Namun demikian Final drive jenis
Sedangkan Final drive jenis sabuk dan puli hanya dipakai pada beberapa
sepeda motor saja, khususnya generasi awal sepeda motor, dimana power atau
tenaga yang dihasilkan masih banyak yang rendah, sehingga penggunaan jenis
Manual
Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n (rpm) pada
poros penggerak dan n2 (rpm) pada poros yang digerakkan, diameter lingkaran
jarak bagi d1 (mm) dan d2 (mm) dan jumlah gigi z1 dan z2, maka perbandingan
𝑍1
Rumus : = 𝑖 ...........................................(1)
𝑍2
34
𝑍2 𝐷𝑟𝑖𝑣𝑒𝑛
Rasio transmisi = gear ratio GR= 𝑍1 = 𝐷𝑟𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔.........................................(2)
Dengan.
I = rasio menyeluruh
Rasio primer = Perbandingan roda gigi crankshaft dengan gear
reduksi
Rasio transmisi = Perbandingan roda gigi output dengan input gear
ratio
Rasio sekunder = Perbandingan roda gigi final drive
Setelah mendapatkan rasio menyeluruh maka dapat menghitung kecepatan
60𝑥3.14𝑥𝐷𝑥𝑛
𝑣=
𝟏𝟎𝟎𝟎𝐱𝐢
Dengan
v = Kecepatan Maximum
D = Diameter Roda
n = Rpm Maximum
i = Perbandingan Rasio Putaran