Mekanisme Kerja EDTA

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Darah

Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan

tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

(sistem imun), keseimbangan cairan, pengaturan suhu, tekanan osmotik dan

pengaturan tekanan darah.

Volume darah secara keseluruhan sekitar 55% cairan dan 45% sel darah,

angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang

dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47% (Evelyn C, 2002) .

Darah merupakan bagian penting dari sistem sirkulasi yaitu dalam

transport oksigen. Sirkulasi darah adalah sistem transport yang mengantarkan O2

dan berbagai zat yang diarbsorsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan,

serta mengembalikan CO2 ke paru-paru dan hasil metabolisme lainnya menuju ke

ginjal. Sistem sirkulasi berperan dalam pengaturan suhu tubuh dan mendistribusi

hormon serta berbagai zat lain yang mengatur fungsi sel darah merupakan

pembawa berbagai zat, dipompakan oleh jantung melalui sistem pembuluh darah

yang tertutup. Pada mamalia mekanisme pompa tersebut terdiri atas dua sistem

pompa yaitu dari ventrikal kiri darah dipompa melalui arteri dan arteriola menuju

kapiler dan kapiler darah dikembalikan melalui venula dan vena ke dalam atrium

kanan (sirkulasi utama), dari atrium kanan darah mengalir ke ventrikal kanan yang

akan memompa darah melalui pembuluh darah paru-paru ini temasuk sirkulasi

kecil (mikro sirkulasi) (Wiliam,1998).

5
6

Darah terdiri atas 2 (dua) bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang

disebut plasma didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume

darah kira-kira merupakan satu per dua belas berat badan atau kira-kira 5 (lima)

liter. Sekitar 55 % adalah cairan, sedangkan 45 % sisanya terdiri atas sel darah

merah (Evelyn, 2002).

B. Plasma

Definisi plasma adalah suatu unsur larutan yang berwarna kuning jernih

yang diperoleh dengan membiarkan pengumpulan spontan dari unsur figuratif

selain itu juga bisa dengan cara pemusingan (Sodikin, 2002).

Plasma merupakan bagian penyusun darah di mana komposisinya terdiri

atas : air 91%, protein 3% (albumin globulin protombin dan fibrinogen), mineral

0,9% (Na Clorida, Na bikarbonat, garam dari kalsium, fosfat, magnesium, besi

dan sebagainya). Sisanya diisi oleh bahan organik seperti glukosa, lemak, urea,

asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino (Evelyn, 2002).

Peranan plasma adalah sebagai penyangga darah. Pada saat posisi

seseorang duduk suplai oksigen dalam darah lebih tinggi dan terjadi vaso

kontraksi (kerja jantung dalam memompa darah lebih kuat), sehingga

memungkinkan volume plasma dalam darah meningkat. Pada saat posisi

berbaring suplai O2 dalam darah rendah dan terjadi vaso dilatasi (kerja jantung

dalam memompa darah dalam keadaan rileks, sehingga memungkinkan volume

plasma dalam darah tidak mengalami peningkatan. Plasma diperoleh dengan

mencegah proses penggumpalan darah. Senyawa tersebut adalah fibrinogen

(Sodikin, 2002).
7

C. Sel darah (Korpuskuli)

1. Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu :

a. Eritrosit atau sel darah merah

b. Lekosit atau sel darah putih

c. Trombosit atau butir pembeku (Evelyn P, 2002).

2. Eritrosit

a. Definisi

Sel-sel bulat, tidak berinti dan berwarna merah kebiruan homogen,

jumlahnya sangat banyak di seluruh lapang pandang. Sel-sel ini yang

memberi warna merah pada darah, sehingga dinamai sel darah merah

(SDM) atau eritrosit (Sodikin, 2002).

b. Fungsi

1. Sel-sel darah merah mentranspor oksigen ke seluruh jaringan melalui

pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.

2. Hemoglobin sel darah merah berikatan dengan karbondioksida untuk

ditranspor ke paru-paru.

3. Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH darah karena

ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam basa (Sloane,

2004).
8

3. Lekosit

a. Definisi

Sel-sel yang berinti, dengan bentuk inti dan sitoplasma bermacam-macam,

yang dapat dijumpai di sana-sini dalam lapang pandang. sel-sel ini tidak

memberi warna merah pada darah, dinamai sel darah putih atau lekosit

(Sodikin, 2002).

b. Fungsi

Lekosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing,

termasuk bakteri dan virus (Sloane, 2004).

4. Trombosit

a. Definisi

kepingan – kepingan yang berasal dari sitoplasma megakariosit, yaitu

suatu sel besar berinti banyak yang terdapat dalam sumsum tulang yang

berfungsi melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat

trauma – trauma kecil yang terjadi sehari – hari dan mengawali

penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. (Evelyn P, 2002)

b. Fungsi

Trombosit berfungsi dalam hemostatis (penghentian perdarahan) dan

memperbaiki pembuluh darah yang robek (Sloane, 2004).


9

D . Hematokrit

1. Definisi

Hematokrit terdiri dari 2 perkatan yaitu :Haem yang berarti darah,

Krinein yang berarti memisahkan. Nilai hematokrit ialah volume eritrosit dalam

100 ml darah yang dinyatakan dalam % volume darah . Biasanya nilai

hematokrit ditentukan dengan darah kapiler atau darah vena (Gandasoebrata,

2008).

Hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti dan simpel

dalam deteksi dan mengukur derajat anemia atau polisitemia. Nilai hematokrit

juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata (Wirawan, 1996).

2. Prinsip dan Pengukuran Hematokrit

Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara mikro atau cara

makro. Cara makro digunakan tabung wintrobe yang mempunyai diameter

dalam 2,5 – 3 mm, panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100

mm. Volume tabung adalah 1 ml. Cara mikro digunakan pipet kapiler yang

panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1 mm. Pipet hematokrit ada 2 jenis, ada

yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau heparin dibagian dalamnya dan ada

tanpa antikoagulan. Pipet yang mengandung antikoagulan heparin mempunyai

tanda garis melingkar warna merah, sedangkan pipet kapiler tanpa antikoagulan

mempunyai tanda garis melingkar warna biru. Pipet kapiler dengan atikoagulan

dipakai apabila menggunakan darah kapiler. Pipet kapiler tanpa antikoagulan

dipakai bila menggunakan darah vena (Wirawan, 1996).


10

Metode makro, menggunakan centrifuge yang cukup besar, untuk

memadatkan sel-sel darah merah dengan memakai centrifuge diperlukan rata-

rata 30 menit. Pada metode mikro menggunakan centrifuge mikro hematokrit

yang mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi, maka dari itu lamanya

pemusingan dapat diperpendek Harga normal nilai hematokrit untuk laki-laki

40-48 volume% dan untuk wanita 37-43 volume% (Gandasoebrata, 2008).

3. Standar baku pemeriksaan Hematokrit

Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam

tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup

dengan dempul (clay) lalu di centrifuge selama 5 – 10 menit (Adang, 2009),

sedangkan menurut (Gandasoebrata, 2008) waktu centrifuge 3 – 5 dengan

kecepatan 13.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca

hematokrit, nilainya dinyatakan dalam volume%.

4. Lapisan Buffy Coat

Lapisan ini terdiri dari lekosit dan trombosit yang berwarna kelabu

kemerahan atau keputih-putihan. Dalam keadaan normal tingginya lapisan buffy

coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm. Tinggi 0,1 mm kira-kira sesuai dengan 1000

lekosit per mm3. Tinggi buffy coat yang masih dalam range normal belum

berarti benar, misalnya kalau ada limfosit yang pada umumnya lebih kecil dari

granulosit. Tingginya lapisan buffy coat merupakan perkiraan saja terhadap ada

tidaknya lekositosis (Gandasoebrata, 2008).


11

4. Antikoagulan yang sering dipakai untuk pemeriksaan hematokrit

Pemeriksaan laboratorium hematologi, sering dipergunakan antikoagulan

yaitu zat untuk mencegah pembekuan darah

a. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetat)

EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering digunakan dalam

pemeriksaan laboratorium hematologi. Cara kerja EDTA yaitu mengikat ion

kalsium sehingga terbentuk garam kalsium yang tidak larut. (Gandasoebrata,

2008).

Kalsium adalah salah satu faktor pembekuan darah sehingga tanpa

kalsium tidak terjadi pembekuan darah. Takaran pemakaiannya 1 - 1,5 mg

EDTA untuk setiap 1 ml darah. Bila takaran berlebihan akan menyebabkan

eritrosit mengkerut, yang akan mempengaruhi hasil pemeriksaan terutama

pemeriksaan mikro hematokrit (Wirawan, 1996).

b. Heparin

Heparin adalah antikoagulan yang terpilih untuk pemeriksaan

Osmotic Fragility Test (OFT). Heparin tidak dipergunakan untuk membuat

apusan darah tepi karena hasil pewarnaan (cara wright) akan menghasilkan

preparat yang terlalu biru (gelap)

Heparin berfungsi seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap

bentuk eritrosit dan lekosit. Heparin kurang banyak dipakai karena mahal

harganya. Tiap 1 mg heparin menjaga membekunya 10 ml darah. Heparin

boleh dipakai sebagai larutan atau bentuk kering (Gandasoebrata, 2008).


12

5. Faktor- Faktor yang mempengaruhi hematokrit secara invivo

a. Eritrosit

Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena eritrosit

merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan tersebut. Hematokrit dapat

meningkat pada polisitemia yaitu peningkatan jumlah sel darah merah dan

nilai hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas sel-sel

darah merah dalam sirkulasi. (M Wintrobe, 1974)

b. Viskositas Darah

Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar

prosentase sel darah maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak

pergeseran diantara lapisan-lapisan darah, pergeseran ini yang menentukan

viskositas. viskositas darah meningkat secara drastis ketika hematokrit

meningkat (Guyton, 1995).

c. Plasma

Pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati terhadap adanya

ikterus atau hemolisis. Keadaan fisiologis atau patofisiologis pada plasma

dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit (Widmann, 1992).

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi hematokrit secara invitro

a. Pemusingan / sentrifugasi

Penempatan tabung kapiler pada lubang jari-jari centrifuge yang

kurang tepat dan penutup yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil

pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar centrifuge dan

pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal.


13

Waktu harus diatur secara tepat. Pemakaian microcentrifuge dalam waktu

yang lama mengakibatkan alat menjadi panas sehingga dapat mengakibatkan

hemolisis dan nilai hematokrit menjadi rendah palsu (Wirawan, 1996).

b. Antikoagulan

Penggunaan antikoagulan Na2EDTA/ K2EDTA lebih dari kadar 1,5

mg/ ml darah mengakibatkan eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit

akan rendah (Wirawan, 1996).

c. Pembacaan yang tidak tepat

d. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan

dilakukan

e. Tabung hematokrit tidak bersih dan kering (Wirawan, 1996).

f. Suhu dan waktu penyimpanan sampel

Sebaiknya sampel disimpan pada 40C selama 24 jam memberikan nilai

hematokrit yang lebih tinggi (Gandasoebrata, 2008).

7. Manfaat pemeriksaan hematokrit dalam klinik

Warna plasma yang diperoleh dari pemusingan yang berwarna kuning atau

kuning tua baik dalam keadaan fisiologis atau patofisiologis, merupakan

indikasi naiknya bilirubin dalam darah misal pada infeksi hepatitis. Plasma yang

berwarna merah merupakan indikasi adanya hemolisis dari eritrosit (Sacker dan

Richard, 2003).

Peningkatan hematokrit bisa didapat pada diagnosa kelainan darah, seperti

polisitemia. Penurunan hematokrit bisa didapatkan pada penyakit anemia,

ditandai dengan penurunan jumlah eritrosit dan kuantitas hemoglobin, nilai


14

hematokrit juga digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata (Wirawan,

1996).

E. Hipotesis

Ha : ada perbedaan hasil pemeriksaan hematokrit mikro metode dengan waktu

centrifuge yang berbeda

Ho : tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan hematokrit mikro metode dengan

waktu centrifuge yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai