Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

ACARA: CUTTING ANALYSIS

A. Maksud dan Tujuan


Maksud dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
deskripsi terhadap sampel cutting yang diperoleh dalam suatu aktivitas pemboran tertentu.
Sedangkan tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menghasilkan suatu
interpretasi tertentu mengenai keadaan bawah permukaan, karakteristik dari suatu batuan
dan juga potensi berupa keberadaan hidrokarbon didalam suatu batuan.

B. Dasar Teori
Cutting adalah suatu material tertentu yang didapatkan melalui aktivitas pemboran.
Material ini merupakan material hasil hancuran batuan yang terkena mata bor atau bit yang
terbawa oleh lumpur pemboran ke permukaan. Cutting merupakan salah satu media yang
dapat digunakan untuk dapat menghasilkan suatu interpretasi mengenai kondisi bawah
permukaan. Cutting dapat dideskripsi melalui dua cara, yaitu secara langsung atau dengan
menggunakan bantuan mikroskop binokuler. Deskripsi cutting secara langsung sebaiknya
berisi komponen-komponen seperti (Anonim, 1990, Mud Logging Pretraining Guide, Geo
service training department ):
1. nama batuan
2. warna
3. kekerasan
4. kandungan mineral
5. tekstur, yang melingkupi ukuran butir, roundness, dan sortasi
6. mineral asessoris
7. kandungan fosil
8. porositas
9. indikasi keberadaan hidrokarbon
a. visual (strains, bleeding)
b. direct fluorescence (tingkat, intensitas warna)
c. Cut fluoroscence (tingkat, intensitas, warna)
10. Kenampakan lainnya
Leroy et all (1977), menggolongkan batuan umum yang diterobos oleh mata bor menjadi 4
kelompok, yaitu :
a. Batuan klastik berukuran kasar
b. Batuan klastik berukuran halus
c. Batuan karbonat
d. Batuan evaporit
EVALUASI HIDROKARBON DI DALAM CUTTING
Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan hidrokarbon didalam suatu batuan, ada
beberapa jenis hal yang harus dilakukan, yaitu :
1. Analisa odor / ignition test (pengujian bakar)
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan minyak di dalam suatu batuan tertentu dengan menganalisa bau yang
dihasilkan oleh kepingan batuan tersebut setelah melalui proses pembakaran.
Cutting yang mengindikasikan keberadaan hidrokarbon akan memiliki bau
tertentu, berikut ini adalah klasifikasinya :
 none : tidak berbau
 poor : agak berbau
 fair : berbau
 good : berbau kuat

2. Analisa staining
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan minyak didalam
batuan dengan cara mengidentifikasi noda yang ditinggalkan oleh kepingan
batuan yang dicampurkan dengan larutan tertentu, seperti etanol. Kepingan batuan
yang mengandung minyak akan meninggalkan noda yang terlihat cukup jelas.
Berikut ini adalah tabel klasifikasi stainning

%Stain Show Number


0 0 (Tidak Bernoda)
0 – 40 1 (Sedikit Bernoda
40 – 85 2 (Bernoda)
85 - 100 3 (Bernoda Banyak )

3. Analisa fluorescence
Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan hidrokarbon didalam batuan dengan mengidentifikasi cahaya yang
terbentuk akibat sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh minyak. Warna yang
dihasilkan tergantung berat jenis yang dimiliki oleh minyak didalamnya. Berikut
ini adalah tabel klasifikasi warna fluorescence

Warna Fluoresence Berat Jenis (Gravity ) API


Coklat < 15
Orange 15 -25
Kuning – Cream 25 – 35
Putih 35 – 45
Biru – putih sampai violet > 45
4. Analisa oil cut
Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
keberadaan minyak didalam suatu batuan dengan cara mengidentifikasi kecepatan
melarutkan yang dimiliki oleh batuan tersebut. Kepingan batuan yang ada
dicampurkan oleh larutan tertentu, contohnya seperti ethanol, hingga kemudian
dilihat, seberapa cepat proses pelarutan yang berlangsung. Kecepatan melarutkan
yang terjadi kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu :
 Sangat cepat (Instaneous)
 Cepat
 Lambat
 Perlahan-lahan

C. Cara Kerja

1. Setiap sampel cutting dengan kedalaman tertentu dipisahkan dalam suatu wadah
tertentu, lalu kemudian dideskripsi secara detail dengan elemen deskripsi seperti yang
telah disebutkan pada halaman sebelumnya, kemudian hasil deskripsi tersebut ditulis
dalam suatu tabel pengamatan tertentu.

Foto 1. Sampel cutting (dokumentasi pribadi)

2. Analisa Odor / Ignition test ( Pengujian Bakar)


Setelah deskripsi selesai, ada beberapa jenis metode analisis yang harus dilakukan
untuk menganalisa keberadaan minyak pada batuan tersebut, metode analisis pertama
yang digunakan adalah analisa odor/ignition test (pengujian bakar), untuk melakukan
metode ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, diantaranya :
- Sampel diletakkan pada suatu wadah tertentu, seperti cawan
- Setelah itu, wadah sampel (cawan) tersebut dijepit dengan menggunakan penjepit
kayu hingga kemudian diletakkan diatas api yang menyala
- Setelah terkena api tersebut, maka bau yang dihasilkan oleh setiap sampel cutting
tersebut diidentifikasi

Foto 2. Pembakaran sebagian sampel cutting untuk selanjutnya dilakukan analisa odor
(dokumentasi pribadi)

3. Analisa Fluoresence
Kemudian metode selanjutnya yang dilakukan setelah analisis odor adalah,
analisis fluorescence, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode ini merupakan
metode analisis yang digunakan untuk mengetahui jenis warna yang dihasilkan oleh
sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh kepingan-kepingan batuan. Hal-hal yang harus
dilakukan dalam metode analisis ini adalah :
- Sampel cutting dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Lalu larutan tertentu seperti ethanol dicampurkan kedalam tabung reaksi tersebut
- Setelah terjadi percampuran antara sampel cutting dengan ethanol, maka tabung
reaksi dimasukkan kedalam tabung fluoroscence
- Sampel Cutting yang mengandung minyak, akan memendarkan sinar ultraviolet
tertentu
Foto 3. Sampel yang dilarutkan dengan etanol (dokumentasi pribadi)

Foto 4. Contoh warna sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sampel cutting pada
tabung fluoeresence (dokumentasi pribadi).

4. Analisa Stainning
Setelah analisis fluoroscence, metode selanjutnya yang harus dilakukan adalah
analisa Staining, hal-hal yang harus dilakukan dalam metode ini adalah :
- Sampel cutting dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Larutan ethanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Setelah terjadi percampuran antara kepingan batuan dan larutan ethanol, kemudian
sedikit dari campuran tersebut dituangkan ke sebuah tisu kering
- Noda yang dihasilkan kemudian diidentifikasi, dimana kepingan batuan yang
mengindikasikan keberadaan minyak akan meninggalkan noda yang cukup jelas
terlihat

Foto 5. Stain (noda) yang terlihat pada kertas tisu (dokumentasi pribadi).

5. Analisa Oil Cut


Metode analisis terakhir yang harus dilakukan adalah metode oil cut, didalam
pelaksanaan analisis ini ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya :
- Sampel cutting diletakkan pada suatu cawan dalam suat ukuran tertentu
- Kemudian cawan tersebut diletakkan ke dalam tabung fluorescence
- Setelah itu, pelarut tertentu dituangkan kedalam kepingan kepingan batuan
tersebut (sampel cutting)
- Kecepatan pelarutan yang terjadi akan mengindikasikan apakah sampel cutting
tersebut mengandung minyak atau tidak
D. Tabel Data

E. Analisa dan Pembahasan


Setelah melakukan deskripsi dan semua metode analisis, didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Sampel cutting 1 (5195-5200 ft)
Sampel ini merupakan hancuran batuan yang berasal dari kedalaman 5195-5200
ft (data ini diperoleh melalui data lag time yang merupakan fungsi dari kedalaman,
volume lumpur, dan kecepatan pemboran). Dari hasil dekripsi didapatkan bahwa
sampel batuan ini merupakan sampel yang berasal dari Batupasir halus, dengan
deskripsi berupa warna abu-abu dan berukuran pasir halus, sortasinya baik, bnetuk
butirnya rounded, dengan porositas dan permeabilitas yang baik, dan tersusun oleh
mineral mineral seperti kuarsa, feldspar, serta litik. Setelah dilakuan setiap metode
analisis untuk mengetahui keberadaan minyak didalam suatu jenis batuan, maka
didapatkan hasil sebagai berikut :
 Berdasarkan analisis odor yang telah dilakukan, secara jelas dapat diketahui
bahwa sampel ini tidak memiliki bau, sehingga dalam analisis ini, sampel 5195-
5200 ft dikategorikan sebagai sampel yang tidak berbau (none)
 Kemudian analisis fluorescence pada sampel ini menunjukkan bahwa didalam
tabung fluorescence, campuran antara kepingan batuan dan larutan ethanol
menghasilkan warna ultraviolet biru muda
 Lalu pada analisis staining, sampel yang telah dicampur dengan larutan ethanol
kemudian dituangkan pada sebuah kertas tisu, tidak meninggalkan noda yang
jelas, sehingga dalam analisis ini, sampel ini dikategorikan kedalam jenis yang
tidak bernoda

Kemudian dikarenakan setiap hasil analisis yang dilakukan menunjukkan


kesimpulan yang seragam, bahwa sampel cutting ini tidak mengandung hidrokarbon,
maka analisis oil cut pun tidak dilakukan.

2. Sampel cutting 2 (5190-5195 ft)


Sampel cutting 2 merupakan sampel yang diambil dari kedalaman 5190-5195 ft.
hasi deskripsi menunjukkan bahwa sampel ini merupakan sampel yang berasal dari
litologi Batupasir sedang, dengan deskripsi yang menunjukkan bahwa sampel ini
berwarna coklat, ukuran butirnya pasir sedang sortasi baik, bentuk butir subrounded,
dan memiliki porositas dan permeabilitas yang baik, dan komposisi dari batuan ini
adalah mineral kuarsa, feldspar dan litik. Kemudian setelah melakukan analisis untuk
mengetahui kandungan minyak di dalam batuan ini, maka didapatkan hasil sebagai
berikut :
 Berdasarkan analisis odor, setelah mengalami proses pembakaran, sampel
cutting 2 tidak menghasilkan bau apapun, kecuali bau yang dihasilkan oleh
cawan yang ikut terpanaskan. Sehingga sampel cutiing 2 ini dikategorikan
kedalam sampel yang tidak berbau (none)
 Kemudian pada tahapan analisis yang selanjutnya, yaitu analisis
fluorescence, ketika dimasukkan kedalam tabung fluorescence, sampel
cutting 2 yang sebelumnya sudah tercampur dengan ethanol ini terlihat
memancarkan warna biru muda
 Kemudian pada analisis staining, sampel cutting yang juga sebelumnya
telah tercampur dengan ethanol, pada saat dituangkan pada suatu kertas
tisu, tidak terlihat adanya noda yang ditinggalkan, sehingga pada analisis
ini, sampel cutting 2 dikategorikan kedalam kelompok tidak bernoda

Kemudian karena kasus pada sampel cutting 2 ini menunjukkan gejala yang sama
seperti pada sampel cutting 1, maka tidak dilakukan analisis oil cut, karena melalui
analisis-analisis yang telah dilakukan sebelumnya, telah diketahui bahwa sampel ini
tidak memiliki potensi minyak.

3. Sampel cutting 3 (5185-5190 ft)


Sampel cutting 3 merupakan sampel kepingan batuan yang diambil dari
kedalaman 5185-5190 ft. berdasarkan deskripsi yang telah dilakukan terhadap sampel,
maka dapat diketahui bahwa batuan ini merupakan batuserpih (shale). Batuan ini
memiliki warna hitam dengan ukuran butir lanau. sortasinya baik dengan bentuk butir
yang rounded, memiliki porositas baik dan permeabilitas yang buruk. Batuan ini
tersusun oleh material sedimen berukuran halus (lempung-lanau). Berdasarkan analisis-
analisi yang telah dilakukan untuk mengetahui potensi keberadaan minyak idalam
sampel ini, maka didapatkan hasil-hasil sebagai berikut :
 Analisis odor yang dilakukan pada sampel cutting ini menunjukkan bahwa
setelah mengalami pembakaran, sampel cutting 3 ini menghasilkan bau
yang jelas bukan berasal dari cawan yang ikut terpanaskan, sehingga pada
tahapan ini, sampel cutting 3 dikategorikan kedalam jenis yang berbau
(fair)
 Kemudian tahapan selanjutnya, yaitu analisis fluorescence. Pada saat
sampel yang telah tercampur dengan ethanol dimasukkan kedalam tabung
fluorescence, dapat terlihat bahwa pada tahap ini sampel cutting 3
memancarkan warna yang cukup berbeda dengan 2 sampel lainnya, warna
yang dihasilkan oleh sampel ini adalah warna biru tua
 Setelah analisis fluorescence dilakukan, tahapan analisis selanjutnya
adalah analisis staining. Pada tahapan ini, campuran sampel cutting 3 dan
ethanol yang dituangkan ke kertas tisu meninggalkan sedikit noda yang
dapat terlihat, sehingga pada analisis ini, sampel cutting 3 dikategorikan
kedalam kelompok sedikit noda
 Karena ketiga analisis sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat indikasi
keberadaan minyak di dalam sampel cutting 3, maka untuk mendapatkan
hasil yang lebih valid dilakukan analisis oil cut. Setelah dilakukan analisis
oil cut, dapat diketahui bahwa sampel cutting 3 termasuk kedalam
kelompok yang bereaksi dengan cepat.

F. Interpretasi
Setelah melakukan berbagai jenis analisis dan juga deskripsi, maka dapat diketahui
bahwa salah satu diantara ketiga sampel cutting yang dianalisa memiliki kandungan
hidrokarbon, sehingga sampel tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu source rock.
Sedangkan dua sampel lainnya dapat dikategorikan sebagai reservoar yang mampu
menampumg hidrokarbon pada saat lepas dari source rock. Dan berikut ini adalah
penjelasannya :
1. Batuan Induk (Source Rock)
Sampel cutting yang diduga dapat berperan sebagai source rock adalah sampel
cutting 3 yaitu sampel yang berada pada kedalaman paling dangkal atau bisa dikatakan
berumur paling muda. Hal ini dapat diketahui berdasarkan analisis analisis yang teah
dilakukan sebelumnya, dan setiap analisis-analisis tersebut mengindikasikan bahwa
sampel cutting 3 ini memiliki kandungan hidrokarbon. Sebenarnya tanpa harus
melakukan analisis-analisis tersebut, sudah dapat dilihat bahwa sampel cutting 3 ini
memang memiliki kandungan hidrokarbon, hal ini dapat dilihat dari kondisi petrofisik
yang dimilikinya. Selain ukurannya yang halus, warnanya pun cenderung gelap, yang
secara tidak langsung mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki kandungan material
organik yang cukup melimpah, sehingga dapat diperkirakan bahwa sampel ini dapat
menjadi suatu source rock pada sistem hidrokarbon tertentu.
Hanya saja untuk menghasilkan suatu sistem hidrokarbon yang memadahi,
keberadaan source rock saja tidak cukup, source rock tidak akan dapat menghasilkan
hidrokarbon yang matang tanpa adanya kondisi kondisi tertentu yang dapat mendukung
batuan tersebut untuk menghasilkan hidrokarbon, dibutuhkan kondisi suhu dan tekanan
yang cukup dan sesuai, sehingga hidrokarbon yang matang pun dapat terbentuk. Oleh
karena itu untuk melakukan eksploitasi hidrokarbon yang ada, perlu dilakukan studi-
studi selanjutnya untuk mengetahui apakah dugaan hidrokarbon pada sampel cutting 3
ini termasuk kedalam kategori yang matang atau belum. Kemudian jika telah terbentuk
suatu hidrokarbon yang matang, itu saja tidak cukup, untuk dapat dilaksanakan suatu
kegiatan eksploitasi, diperlukan adanya komponen komponen lain yang mendukung,
seperti keberadaan reservoar, trap, seal rock, waktu migrasi yang sesuai, dan
sebagainya. Dalam analisis ini, akibat kondisi data yang tidak lengkap, sehingga
komponen sistem hidrokarbon yang dapat ditemukan hanyalah, source rock dan
reservoar yang diperkirakan dapat diperankan oleh sampel cutting 1 dan 2.

2. Reservoar
Reservoar merupakan suatu komponen yang cukup penting didalam suatu sistem
hidrokarbon, dan dalam analisis ini, yang diduga berperan sebagai suatu reservoar
adalah sampel 1 dan sampel 2. Kedua sampel ini dapat dikategorikan sebagai suatu
reservoar karena kedua sampel tersebut memiliki ciri-ciri yang sangat sesuai jika
berperan sebagai reservoar dari suatu sistem hidrokarbon. Keduanya merupakan
batupasir, dengan porositas dan permeabilitas yang baik, sehingga pada dasarnya
hidrokarbon dapat tersimpan pada litologi ini sampai aktivitas pemboran dilakukan.
Hanya saja suatu masalah yang tidak lazim pun ditemukan, kedua batuan ini
terletak lebih dalam daripada posisi source rock, sedangkan umumnya, posisi reservoar
terletak diatas dari posisi source rock. Namun secara teoritis dapat dijelaskan bahwa hal
ini dapat saja terjadi, mengingat sifat air akan terus mengisi bagian-bagian kosong yang
disediakan pada rongga suatu batuan, jika jalan yang ditemukan mengarah ke area yang
lebih dalam, maka reseroar bisa saja berada dibawah source rock, sehingga kondisi
demikian bisa saja terjadi.

G. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dari ketiga sampel cutting yang di analisa,
hanya ada satu sampel cutting yang berpotensi mengandung hidrokarbon yaitu sampel
cutting 3 (5185-5190 ft)
2. Kedua sampel lainnya yaitu sampel cutting 1 (5195-5200 ft) dan sampel cutting 2
(5190-5195 ft) tidak memiliki potensi hidrokarbon, hanya saja berdasarkan
karakteristik petrofisiknya, batuan yang direpresentasikan oleh sampel cutting 1 dan 2
dapat berperan sebagai reservoar.

H. Daftar Pustaka
Dosen dan Asisten Laboratorium Sedimentografi. 2014. Buku Panduan Praktikum Geologi
Minyak dan Gas Bumi 2013/2014. Yogyakarta : Laboratorium Sedimentografi
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai