Anda di halaman 1dari 15

SUMBER DANA DAN PENGGUNAAN DANA SERTA ANALISIS

EVA & MVA

Oleh :

Koming Ayu Triana Dewi (09)

Putu Nindya Parista Yanti (10)

Ni Kadek Ayu Semitayani (11)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
A. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana
Analisis sumber dan penggunaan dana, atau sering juga disebut dengan analisa
aliran dana, merupakan alat analisa financial yang digunakan untuk mengetahui dari mana
dana didapatkan dan untuk apa dana itu digunakan. Laporan yang menggambarkan dari
mana dana didapatkan dan untuk apa dana itu digunakan disebut dengan Laporan Sumber
dan Penggunaan Dana.
Pengertian dana yang digunakan dalam analisis sumber dan penggunaan dana
dalam artian sempit diartikan sebagai Kas. Sedangkan dalam artian luas diartikan sebagai
Modal Kerja. Untuk menyusun laporan sumber dan penggunaan dana, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah membuat Laporan Perubahan Neraca yang disusun dari
neraca dari dua tahun berurutan. Laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-
masing elemen neraca dari neraca awal menjadi neraca akhir. Perubahan masing-masing
elemen tersebut perlu dilakukan analisis, yaitu elemen-elemen mana saja yang akan
memperbesar dana dan elemen-elemen mana saja yang akan memperkecial dana. Elemen
yang memperbesar dana kan menjadi sumber dana, dan elemen yang memperkecil dana
akan menjadi penggunaan dana.
Laporan Sumber dan Penggunaan Kas
Langkah-langkah penyusunan laporan sumber dan penggunaan dana :
1. Membandingkan dua neraca untuk menyusun perubahan pada masing-masing neraca
2. Mengelompokkan perubahan-perubahan tersebut dalam golongan yang memperbesar
kas dan memperkecil jumlah kas.
3. Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan laba/rugi atau laporan laba yang
ditahan ke dalam golongan yang memperbesar jumlah kas atau memperkecil jumlah
kas.
4. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam laporan sumber
sumber dan penggunaan dana.
Sumber-sumber dana dalam artian kas
1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas
Berkurangnya aktiva lancar selain kas adalah merupakan sumber dana yang
menambah kas. Misalnya, berkurangnya piutang karena adanya pelunasan, akan
masuk ke dalam kas.
2. Berkurangnya aktiva tetap
Berkurangnya aktiva tetap dapat derjadi karena adanya transaksi penjualan aktiva tetap
dan hasil penjualannya akan menambah kas. Disamping itu, berkurangnya aktiva tetap
karena depresiasi juga merupakan sumber dana yang menambah kas.
3. Bertambahnya hutang-hutang
Bertambahnya hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang merupakan
sumber dana yang menambah kas.
4. Bertambahnya modal
Penambahan modal ke dalam perusahaan oleh pemiliknya, misalnya melalui
penjualan saham baru, akan menambah kas dan merupakan sumber dana.
5. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan.
Adanya laba yang ditahan, akan merupakan sumber dana dan memperbesar kas.
Laba ditahan merupakan bagian laba yang tidak dibagi kepada pemiliknya (dividen),
yang dipegang perusahaan dalam bentuk tunai, laba ditahan menjadi alternatif sumber
dana yang berasal dari interval perusahaan.
Penggunaan dana dalam artian kas
1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas
Bertambahnya aktiva lancar selain kas ini dapat disebabkan karena adanya
transaksi pembelian, yang merupakan aliran kas keluar perusahaan.
2. Bertambahnya aktiva tetap
Bertambahnya aktiva tetap dapat terjadi karena pembelian, ini berarti telah terjadi
penggunaan dana untuk pembelian tersebut.
3. Berkurangnya hutang
Berkurangnya hutang berarti telah terjadi pembayaran sehingga jumlah kas akan
berkurang.
4. Berkurangnya modal
Hal ini dapat terjadi karena perusahaan mengambil kembali saham-saham yang
tertanam dan ini berarti berkurangnya dana yang merupakan penggunaan dana.
5. Pembayaran dividen tunai
Dividen tunai dibayarkan dari laba netto sesudah pajak pembayaran ini jelas
merupakan penggunaan dana.
6. Adanya kerugian
Terjadinya kerugian berarti perusahaan harus menutup kerugian tersebut dengan
mengurangi dana yang ada.
Berikut adalah ilustrasi penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Kas :
Neraca PT PERMANA
Pada akhir tahun 2011 dan 2012 (dalam jutaan rupiah)
Pos-pos 2011 2012
AKTIVA
Kas 32,000 30,000
Surat-surat berharga 75,000 70,000
Piutang 250,000 200,000
Persediaan 650,000 400,000
Jumlah aktiva lancar 1.007.000 700,000
Aktiva Tetap
Pabrik dan Perlengkapannya 2,000,000 2,300,000
Akumulasi penyusutan (400,000) (500,000)
Jumlah Aktiva Tetap Bersih 1.600.000 1.800.000
Total Aktiva 2.607.000 2.500.000
PASIVA
Hutang dagang 97,000 40,000
Hutang wesel 210,000 150,000
Hutang bank 400,000 425,000
Hutang lainnya 25,000 25,000
Hutang pajak 125,000 120,000
Jumlah hutang lancar 857,000 760,000
Hutang jangka panjang 600,000 540,000
Saham biasa 700,000 700,000
Laba yang ditahan 460,000 500,000
Total Pasiva 2.617.000 2.500.000

Laporan Laba Rugi PT PERMANA


Pada akhir tahun 2011 dan 2012 (dalam jutaan rupiah)
Keterangan 2011 2012
Penjualan 3,500,000 3,600,000
Harga pokok penjualan 2,600,000 2,700,000
Laba kotor 900,000 900,000
Biaya operasi (penjualan, administrasi, umum) 180,000 200,000
Laba sebelum bunga dan pajak 720,000 700,000
Bunga 160,000 150,000
Laba sebelum pajak 560,000 550,000
Pajak (40%) 224,000 220,000
Laba bersih setelah pajak 336,000 330,000
Berdasarkan Neraca dan Laporan Laba/Rugi tersebut maka selanjutnya dapat
dimulai langkah-langkah penyusunan laporan sumber dan penggunaan dana. Sumber
dan penggunaan dana yang dianalisis adalah sumber dan penggunaan tahun 2012.
Langkah pertama adalah menyusun laporan perubahan neraca dan
mengklasikasikan perubahan elemen-elemen ke dalam perubahan yang meningkatkan
kas (sumber dana) dan perubahan yang menurunkan kas (penggunaan dana).
Dari laporan perubahan neraca dapat diketahui elemen-elemen yang
merupakan sumber kas dan elemen-elemen penggunaan kas.
PT PERMANA
LAPORAN PERUBAHAN NERACA
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan 2011 2012 Sumber Penggunaan
Kas 32,000 30,000 2,000
Surat –surat berharga 75,000 70,000 5,000
Piutang 250,000 200,000 50,000
Persediaan 650,000 400,000 250,000
Aktiva tetap 2,000,000 2,300,000 300,000
Akum. penyusutan (400,000) (500,000) 100,000
Total aktiva tetap 2,607,000 2,500,000
Hutang dagang 87,000 40,000 47,000
Hutang wesel 210,000 150,000 60,000
Hutang bank 400,000 425,000 25,000
Hutang pajak 125,000 120,000 5,000
Hutang lainnya 25,000 25,000
Hutang Jk. panjang 600,000 540,000 60,000
Saham biasa 700,000 700,000
Laba yang ditahan 460,000 500,000 40,000
Total pasiva 2,607,000 2,500,000
Jumlah 472,000 472,000
Langkah berikutnya perlu menghitung dana yang bersumber dari operasi.
Dana dari operasi bersumber dari laba bersih tahun 2011 sebesar Rp. 330.000 juta dan
penyusutan Rp. 100.000 juta. Dana tersebut sebagian digunakan untuk membayar
dividen yang dapat dibuktikan dari laporan laba ditahan 2012 yang dapat dirinci
seperti berikut ini dalam jutaan.

Laba ditahan awal 2012 (akhir 2011) Rp 460.000


Laba bersih 2012 Rp 330.000
Laba ditahan yang tersedia 2012 Rp 790.000
Laba ditahan 2012 Rp (500.000)
Dividen tunai 2012 Rp 290.000
Langkah terakhir dapat disusun laporan sumber dan penggunaan dana.
PT PERMANA
LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
PERIODE 2012 (Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber Penggunaan
Dana diperoleh dari operasi
Laba bersih 330,000 Dividen 290,000
Penyusutan 100,000 Tambahan aktiva tetap 300,000
Berkurangnya surat berharga 5,000 Berkurangnya hutang dagang 47,000
Berkurangnya piutang 50,000 Berkurangnya hutang wesel 60,000
Berkurangnya persediaan 250,000 Berkurangnya hutang pajak 5,000
Berkurangnya hutang jangka
Kenaikan hutang bank 25,000 60,000
panjang
Penurunan Kas 2,000
Jumlah 762,000 Jumlah 762,000
Berdasarkan Laporan Sumber dan Penggunaan Kas tersebut dapat diperoleh
beberapa catatan. Penggunaan kas yang utama adalah untuk menambah aktiva tetap,
membayar dividen dan membayar hutang (hutang dagang, hutang wesel dan hutang
jangka panjang). Penggunaan kas ini terutama dibelanjai dari operasi (laba bersih dan
penyusutan), terjualnya persediaan dan tertagihnya piutang. Ternyata penggunaan kas
lebih besar Rp. 2.000 juta sehingga kas berkurang sebesar Rp 2.000 juta pula.

Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja


Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tidak tercantum di dalamnya
sumber-sumber dari penggunaan dana yang berasal dari unsur-unsur modal kerja
sendiri, karena perubahan-perubahan yang hanya menyangkut unsur-unsur aktiva
lancar dan utang lancar saja – kedua accounts tersebut disebut current accounts –
tidak akan mengkibatkan perubahan modal kerja (netto).
Dengan demikian maka jumlah modal kerja hanya akan berubah jika ada
perubahan unsur-unsur Non-Current Account (aktiva tetap, utang jangka panjang
dan modal sendiri). Yang mempunya efek memperbesar modal disebut sebagai
sumber modal kerja. Sedangkan yang mempunyai efek mengurangi modal kerja
disebut sebagai penggunaan modal kerja.
Apabila Sumber > Penggunaan, berarti mempunyai efek positif terhadap
modal kerja yaitu akan menambah modal kerja, sebaliknya jika penggunaan >
sumber, maka efeknya adalah memperkecil modal kerja. Dan jika sumber =
penggunaan, maka tidak ada efek terhadap modal kerja, artinya modal kerja tidak
berubah. Sumber-sumber dana dalam artian modal kerja:
1. Berkurangnya aktiva tetap
2. Bertambahnya utang jangka panjang
3. Bertambahnya modal
4. Adanya keuntungan dari operasional perusahaan
5. Penyusutan
Penggunaan dana dalam artian modal kerja
1. Bertambahnya aktiva tetap
2. Berkurangnya utang jangka panjang
3. Berkurangnya modal
4. Pembayaran cash deviden
5. Adanya kerugian dari operasional perusahaan
Langkah-langkah penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja :
1. Menyusun laporan perubahan modal kerja
2. Mengelompokkan perubahan unusr-unsur non current account yang dapat
memperbesar kas dan memperkecil modal kerja.
3. Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan laba/rugi atau laporan laba
yang ditahan ke dalam kelompok perubahan yang memperbesar atau
memperkecil modal kerja.
4. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam laporan
sumber sumber dan penggunaan modal kerja.

Dengan kembali melihat laporan keuangan PT PERMANA maka pertama


dapat dihitung perubahan modal kerja sebagai berikut:
Modal kerja 2011 sebesar Rp 160.000 juta (Rp 1.007.000 juta – Rp 847.000
juta). Modal kerja 2012 negatif Rp 60.000 juta (Rp 700.000 juta – Rp 760.000 juta).
Berikut adalah penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja PT PERMANA:

PT PERMANA
Laporan Perubahan Modal Kerja
(Dalam Jutaan Rupiah)
Keterangan 2011 2012 Bertambah (Berkurang)
Aktiva Lancar
Kas 32,000 30,000 2,000
Surat –surat berharga 75,000 70,000 5,000
Piutang 250,000 200,000 50,000
Persediaan 650,000 400,000 250,000
Total aktiva Lancar 1,007,000 700,000 307,000
Hutang Lancar
Hutang dagang 87,000 40,000 (47,000)
Hutang wesel 210,000 150,000 (60,000)
Hutang bank 400,000 425,000 25,000
Hutang pajak 125,000 120,000 (5,000)
Hutang lainnya 25,000 25,000 -
Total Hutang Lancar 847,000 760,000 (87,000)
Perubahan Modal Kerja (220,000)
Dengan demikian, selama 2011 – 2012 terjadi penurunan modal kerja sebesar
Rp 220.000 juta. Ini menunjukkan bahwa penggunaan modal kerja lebih besar dari
pada sumbernya. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja dapat disusun dengan
melihat kembali laporan perubahan neraca dan perhitungan dana dari operasi dan cash
dividend.
PT PERMANA
Laporan Perubahan Non-Current Account
(Dalam Jutaan Rupiah)
Keterangan 2011 2012 Sumber Penggunaan
Aktiva tetap 2.000.000 2.300.000 300,000

Akum. penyusutan (400,000) (500,000) 100,000


Total aktiva tetap 1.600.000 1.800.000

Hutang Jk. panjang 600,000 540,000 60,000


Saham biasa 700,000 700,000
Laba yang ditahan 460,000 500,000 330,000 290,000
Total pasiva 1.760.000 1.740.000
Menghitung dana yang digunakan untuk membayar dividen :
Laba ditahan awal 2012 ( akhir 2011) Rp. 460.000.000
Laba bersih 2012 Rp 330.000.000
Laba ditahan yang tersedia 2012 Rp. 790.000.000
Laba ditahan 2012 Rp. 500.000.000
Dividen tunai 2012 Rp 290.000.000

PT PERMANA
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Periode 2011-2012
(Dalam Jutaan Rupiah)
Sumber Penggunaan
Dana dari operasi

Laba bersih 330,000 Dividen 290,00

Penyusutan 100,000 Penambahan aktiva tetap 300,000

Penurunan modal kerja 220,000 Penurunan hutang jangka panjang 60,000

Jumlah 650,000 Jumlah 650,000


Dari laporan tersebut dapat dilihat bahwa penurunan modal kerja sebesar Rp
220 juta diantaranya adalah untuk menambah aktiva tetap.
B. Market Value Added (MVA)
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
yang dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of equity dan
jumlah yang ditanamkan investor ke dalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai
Market Value Added (MVA). MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh
kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan
oleh kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan. (Mirza
& Imbuh, 1999).
MVA diperoleh dengan melalui selisih antara nilai pasar ekuitas dengan modal
ekuitas yang disetor pemegang saham. Nilai pasar ekuitas diperoleh dengan
mengalikan jumlah saham beredar dengan harga saham, sedangkan modal ekuitas yang
disetor pemegang saham sama dengan total ekuitas perusahaan atau nilai buku ekuitas.
Berdasarkan hal tersebut maka formula MVA dapat ditulis sebaagi berikut:
MVA = Nilai Pasar Ekuitas – Ekuitas yang Disetor Pemegang Saham
= (Jumlah Saham Beredar) (Harga Saham) – Total Nilai Ekuitas
Contoh:
PT Wisatawan memiliki market value of equity yaitu Rp 150 juta dan nilai modal
yang disetor adalah Rp 10 juta.
Maka MVA PT Wisatawan adalah:
Rp 150 juta – Rp 10 juta = Rp 140 juta
Contoh lain perhitungan MVA adalah sebagai berikut:
PT WISATAWAN
MARKET VALUE ADDED (MVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungan MVA
Harga per Lembar Saham 23 26
Jumlah Saham Beredar (juta) 50 50
Market Value of Equity 1.150 1.300
Book Value of Equity 896 840
MVA (Market Value – Book Value) 254 460
MVA PT WISATAWAN tahun 2011 adalah Rp 254 juta dan tahun 2012 adalah Rp
460 juta. Hal tersebut menunjukkan perusahaan berdiri meningkat pada tahun 2011 dan
2012 masing-masing sebesar Rp 254 juta dan Rp 460 juta.
Kelebihan dan Kekurangan Market Value Added (MVA)
Kelebihan Market Value Added (MVA) menurut Zaky dan Ary (2002:139), MVA
merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis
trend maupun norma industry sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan
lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Sedangakan kelemahan MVA adalah,
MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.

C. Economic Value Added (EVA)


Stewart (Utomo, 1999:36) menyatakan:”Economic Value Added (EVA) is a
residual income measure that substract the cost of capital from the operating profits
generated in the business”. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan
perusahaan dari kegiatan atau strateginya pada periode tertentu.
Pengertian EVA menurut S.David Young & Stephen F. O’Byrne adalah tolak ukur
kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal
perusahaan dengan biaya modal (S.David Young & Stephen F. O’Byrne, 2001:831).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Economic Value
Added (EVA) merupakan jumlah uang yang diciptakan oleh perusahaan dengan
mengurangkan beban modal dari Net Operating After Tax (NOPAT) yang
menggambarkan pengembalian atas modal yang dikeluarkan untuk investasi oleh
perusahaan. EVA dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah
Pajak
yang Diperlukan untuk Mendukung Operasi
= EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (Biaya Operasi) (Biaya Modal Setelah
Pajak)
Konsep EVA/Nilai Tambah Ekonomis merupakan pendekatan baru dalam menilai
kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi para penyandang
dana. Tidak seperti ukuran kinerja konvensional, konsep EVA dapat berdiri sendiri
tanpa perlu dianalisa perbandingan dengan perusahaan sejenis ataupun membuat
analisa kecenderungan/trend. Nilai Tambah Ekonomis positif jika pengembalian
yang dihasilkan lebih tinggi daripada tingkat pengembalian yang diinginkan investor.
Sedangkan Nilai Tambah Ekonomis negatif menandakan bahwa nilai perusahaan
berkurang sehingga tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada
tingkat pengembalian yang dituntut oleh investor, yang berarti perusahaan tidak
berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal.

Keunggulan Economic Value Added (EVA)


EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau
aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran
yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar
sebuah perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk
menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemenn
melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Stewart 1991) :
1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal
2) Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih
besar daripada biaya modal yang ada.
3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Govindarajan, penerjemah Kurniawan (2002), mengungkapkan kunggulan EVA
sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi :
1) Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan
investasi yang sama. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan
menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para
manajernya untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
2) Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang
berbeda pula.
3) EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar
perusahaan.
Keunggulan EVA menurut Teuku Mirza (1997) yaitu EVA memfokuskan
penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai
konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui
apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah
dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding.

Kelemahan Economic Value Added (EVA)


Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA
hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai
perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu
perusahaan mempunyai nilai EVA pada priode tertentu positif tetapi nilai perusahaan
tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negatif.
Selain EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :
1) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak
strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
2) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga manajemen
cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan
penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. Hal ini bisa
mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan.
3) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan
kinerja keuangan.
4) Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu.
5) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi.
6) Memerlukan tambahan biaya.
Contoh perhitungan EVA adalah sebagai berikut :
PT WISTAWAN
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungan EVA
EBIT 283 263
Pajak (t) 40% 40%
NOPAT = EBIT (1-t) 169,80 157,80
Total Investor Supplied Operating Working 1.800 1.455
Capital 11% 10,8%
Biaya Modal Setelah Pajak 198 157,10
Biaya Modal (Rp)
EVA = NOPAT –Biaya Modal (28,20) 0,70
EVA tahun 2012 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2011 negatif Rp 28,20
juta. NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah
biaya modal 26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA
meningkat.
Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat dinyatakan
dua pengamatan yaitu :
1) Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT Wistawan tahun 2011 dan 2012,
terlihat terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 23 ke Rp 26 juta, dan
kenaikan nilai buku modal dari Rp 1.150 menjadi Rp 1.300, sehingga
menyebabkan peningkatan MVA, sehingga terjadi peningkatan nilai kemakmuran
pemegang saham sebesar Rp 460 – Rp 254 = Rp 206 juta.
Ada hubungan antara MVA dan EVA namun sifatnya tidak selalu searah. Jika
suatu perusahaan memiliki EVA negative, maka MVA mungkin saja akan bernilai
negatif atau sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki EVA positif, maka MVA
akan bernilai positif. Harga saham sebagai salah satu komponen MVA akan lebih
banyak ditentukan oleh kinerja masa depan dan bukan kinerja masa lalunya.
Sehingga perusahaan dengan EVA negatif dapat saja memiliki MVA positif jika
investor memiliki harapan akan perubahan yang lebih baik pada perusahaan di
masa depan.
2) EVA secara umum lebih bermanfaat disbanding MVA untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dengan alasan :
1. EVA menunjukan value added yang terjadi pada tahun tertentu.
2. EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar
secara individual, sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan
secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka waktu yang panjang.

Hubungan EVA dan MVA


EVA dan MVA memiliki hubungan tetapi hubungan antara EVA dan MVA
merupakan hubungan yang tidak langsung. Jika pada perusahaan memiliki sejarah EVA
yang bagus maka secara tidak langsung juga memiliki MVA yang bagus juga. Harga
saham yang merupakan unsur utama MVA, lebih tergantung pada ekspektasi kinerja di
masa mendatang dari pada suatu kinerja historis, oleh sebab itu, sebuah perusahaan dengan
sejarah nilai EVA negatif dapat saja memiliki MVA yang positif, asalkan para
investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan arah di masa mendatang.
Ketika EVA atau MVA digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial sebagai
bagian dari program kompensasi intensif, EVA adalah ukuran yang umum digunakan.
Alasan pertama, EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama suatu tahun tertentu,
sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya, bahkan mungkin
termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan. Kedua, EVA dapat
diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit yang lain dari sebuah perusahaan
besar, sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan
(Brigham&Weston, 2006:70).
Menurut Warsono (2003:49), MVA perusahaan selama periode tertentu, secara
teoritis dapat didefinisikan sebagai nilai sekarang dari seluruh EVA dimasa mendatang
yang diharapkan (expected fulure EVA). Ini berarti MVA merupakan jumlah nilai
sekarang dari keseluruhan EVA dimasa yang akan datang yang diharapkan. Berdasarkan
definisi ini, jika investor mengharapkan EVA nol pada satu tahun yang akan datang, maka
mereka mengharapkan tidak ada nilai yang diciptakan, sehingga saham akan dijual pada
nilai bukunya. Saham akan dijual di atas nilai bukunya. Jika investor mengharapkan EVA
positif dan sebaliknya saham akan dijual di bawah nilai bukunya jika EVA yang
diharapkan negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Husnan, Suad. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM


Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE
Wiagustini, Ni luh Putu. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Denpasar.
Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai