Anda di halaman 1dari 19

PERCOBAAN I

PENAPISAN FITOKIMIAWI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan cara penapisan fitokimia
2. Menganalisis golongan kimia tumbuhan
3. Memahami beberapa aspek dasar dalam menentukan kandungan metabolit sekunder
dalam objek tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Fitokimia
Cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai pertumbuhan dan metabolisme
tanaman, misalnya pengubahan unsur anorganik seperti nitrogen, kalium, air dan
karbon dioksida menjadi pati, gula, protein dan sebagainya yang dibutuhkan oleh
tanaman.Ilmu fitokimia secara analisis merupakan penambahan secara sistematis
tentang berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang
terdapat dalam tumbuhan, proses biosintesis, metabolisme dan perubahan-perubahan
lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya.
(Rahway, 1960)
2.2. Penapisan Fitokimia (skrining fitokimia)
Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui informasi awal
golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain itu juga
bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut potensial untuk
dimanfaatkan. Metode-metode dasar penapisan fitokimia harus memenuhi syarat-
syarat sederhana, cepat, limit deteksi rendah dan tegas.
(Harbone, 1977)
2.3. Metode Identifikasi
Identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah kandungannya diisolasi dan
dimurnikan pertama-tama harus ditentukan dulu golongannya kemudian baru
ditentukan jenis senyawanya. Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan dengan uji
warna, penentuan kelarutan, dan ciri spektrum UV. Identifikasi dengan X-ray dapat
menentukan struktur kimia dan stereokimianya.
(Harbone, 1977)
2.4. Alkaloid
2.4.1. Pengertian Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa organik yang mengandung nitrogen dari tumbuhan
murni, berupa senyawa heterolitik yang kopleks struktur dan hampir semuanya
mempunyai kereaktifan farmakologi yang hebat. Setelah diekstraksi alkaloid bebas
dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan dengan basa dalam air.Berapi cincin
lima/enam yang mempunyai atom IV.
H2O
Ekstraksi : R3N + HCl R3N+ + Cl-

Regenerasi : R3NH+ + Cl- + OH- R3N + H3O+ + Cl-


(Fessenden, 1999)
2.4.2. Sifat Alkaloid
Umumnya kristal padat (ada juga yang cair), memutar bidang polarisasi clevo, larut
air tetapi ada juga yang tidak larut, bersifat basa N, pahit, membentuk endapan bila
ditambahkan dengan asam tamat dan fosfomolibdat yang merupakan cara
pemisahan dan pemurnian serta sebagai antidetum.
(Leswara, 2005)
2.4.3. Identifikasi Alkaloid
Identifikasi biasanya dilakukan dengan menggunakan larutan-larutan pereaksi yang
khas yang pada umumnya merupakan pereaksi-pereaksi yang dapat membentuk
endapan dengan alkaloid, misaknya pereaksi Mayer dan pereaksi Dragendorff.
(Rahway, 1960)
2.5. Flavonoid
Flavonoid terdapat secara univesal pada tanaman sebagai kelompok tunggal
senyawa cincin oksigen yang terbesar. Terdapat dalam berbagai warna pada jaringan
tanaman dan retenoid misalnya, memiliki sifat insektisidal, kerangka dasarnya terdapat
pada flavon.
OH

OH O

A B

OH
Flavon

(Herbert, 1995)
2.5.1. Senyawa-senyawa flavonoid
Senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom kabon, terdiri dari 2 cincin
benzena yang dihubungkan menjadi 1 rantai oleh rantai linier yang tediri dari 3
atom karbon.
3'
2' 4'
3
2 C
5'
4
6'
5 C
C
6

Kerangka ini dapat ditulis sebagai cincin C6-C3-C6, jadi senyawa flavonoid adalah
senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa isoflavonoid adalah senyawa 1,2 biarilpropana,
sedang senyawa neoflavonoid adalah 1,1 diarilpropana.
(Manitto, 1981)
2.5.2. Flavon
Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi yang
paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok
senyawa-senyawa ini.
3'
2' OH
4'
8 B
O 5' OH O
7 OH
2 6' A B
A C
6 3
5 4
OH

Flavon Luteolin

(Manitto, 1981)
2.5.3. Sifat kelarutan Flavonoid
Sifat fisika dan kimia senyawa flavonoid antara lain adalah larut dalam air
sedangkan dalam bentuk glikosida yang termetilasi larut dalam eter. Sebagai
glikosida ataupun aglikan senyawa flavonoid tidak dapat larut dalam petroleum
eter. Dari tumbuhan gllikosida dapat ditarik dengan pelarut organik yang bersifat
polar, misal : metanol dan etanol.
(Rahway, 1960)
2.5.4. Identifikasi Flavonoid
Identifikasi dapat dilakukan dengan reaksi sianidin-wistater dimana freaksi ini
terutama akan diberikan oleh senyawa flavon, merah sampai merah tua oleh
flavanol atau flavonon dan warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon dan
glikosida.
Uji warna flavanon dan dihidroflavonol : uji shinoda (Mg/HCl). Larutkan sedikit
hablur flavonoid dalam ½ tetes EtOH, tambahkan serbuk Mg dan 1 tetes HCl
5M.Flavonon menjadi warna merah lembayung.
(Markham, 1988)
2.6. Saponin
Merupakan golongan senyawa glikosida. Sifat khas dari saporin adalah bahwa apabila
dikocok maka saponin menimbulkan busa. Saponin dapat menimbulkan terjadinya
hemolisis terhadap butir darah merah binatang berdarah dingin.Saponin pada
umumnya berasa pahit, larut dalam pelarut organik seperti kloroform karena senyawa
ini merupakan senyawa glikosida maka hidrolisisnya menghasilkan aglikon dan bagian
senyaa gula.
(Rahway, 1960)
2.7. Tanin
2.7.1. Pengertian Tanin
Tanin adalah satu kelas substansi polisiklik yang terutama banyak teradapat dalam
daun teh, bayam yang dapat diekstrak dengan air dan larutan alkalin. Warnanya
kuning cokelat. Secara tradisional digunakan dalam menyamak kulit. Tingginya
zat-zat tersebut menghambat penyerapan Fe.
Struktur :
OH

OH COO

OH Tanin

(Asterik akan menjadi gelap bila Fe3+ ditambahkan)


(Linder, 1985)
2.7.2. Sifat Tanin
Tanin berbentuk amorf dan tidak dapat dikristalkan, dalam larutan air membentuk
larutan koloiadal, bereaksi dengan asam, dapat membentuk ikatan silangyang stabil
dengan protein dan binpolimer,
(Manitto, 1981)
2.7.3. Identifikasi Tanin
Dapat dilakukan dengan menggunakan larutan gelatin 1%, dikenali dengan
terbentuknya endapan.
(Rahway, 1960)
2.8. Kuinon
2.8.1. Pengertian Kuinon
Merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor
pada benzokuinon yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonjugasi dengan R
ikatan rangkap karbon.
(Manitto, 1981)
2.8.2. Sifat fisik dan kimia kuinon
Senyawa yang berbentuk kristal, berwarna kuning, mudah terbakar, berbau tajam,
beracun, dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sedikit larut dalam air dan larut
dalam alkali, eter dan alkohol.
(Basri, 1996)
Sifat kimia kuinon adalah kecendrungannya untuk menambah nukleofil, kuinon
yang terbentuk dalam jumlah besar oleh mikroorganisme tanah.
(Manitto, 1981)
2.9. Terpen
2.9.1. Isopren
Isopren mulai diidentifikasi sebagai suatu produk dekomposisi termal asal karet dan
senyawa alam lainnya yang berbau harum, yang berat molekulnya rendah.

Kepala

Ekor
(Herbert, 1995)
2.9.2. Pengertian Terpen
Terpena mempunyai defini awal sebagai hasil alam lain dengan rasio karbon
hidrogen 5-8. Kemudian diketahui terpen ini tersusun dari senyawa-senyawa yang
mengandung suatu gabungan kepala danekor dari satuan isopren. Untuk
menekankan hubungan ini terpen disebut isoprenoid. Terpen dapat mengandung
lebih dari satu satuan isoprena. Molekulnya dapat berupa rantai terbukaatau siklik.
Mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil atau gugus yang lain.
CH2 OH
atau
OH

suatu terpenoid terpena

(Fessenden, 1999)
2.9.3. Steroid / Triterpenoid
Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai
dalam hampir semua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat antara yang
diperlukan dalam biosintesis hormon steroid.
H CH 3

OH
H
Kolesterol

(5-kolesten-3 β-ol)
(Fessenden, 1999)
2.9.4. Identifikasi steroid dan triteparnoid
Suatu zat yang mengandung steroid akan meberikan hasil positif berupa larutan
berwarna hijau bila ditambah dengan CH3COOH dan akan berwarna merah saat
penambahan asam sulfat pekat.
(Linder, 1985)
2.10. Uji Identifikasi Saponin
Salah satu cara untuk mengidentifikasi saponin adalah dengan mengocoknya kuat-
kuat. Bila mengandung saponin maka akan menimbulkan gelembung atau busa.
(Linder, 1985)
2.11. Uji Identifikasi Kuinon
Suatu zat yang mengandung kuinon akan memberikan hasil positif berupa larutan
berwarna kuning bila ditambah dengan NaOH.
(Linder, 1985)
2.12. Tapak dara
adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar ke
berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus (L.) Don. Di
Indonesia tumbuhan hias pekarangan ini dikenal dengan bermacam-macam nama,
seperti di disebut sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa Sunda), dan
kembang tapak dårå (bahasa Jawa). Orang Malaysia mengenalnya pula sebagai
kemunting cina, pokok rumput jalang, pokok kembang sari cina, atau pokok ros
pantai. Di Filipina ia dikenal sebagai tsitsirika, di Vietnam sebagai hoa hai dang, di
Cina dikenal sebagai chang chun hua, di Inggris sebagai rose periwinkle, dan di
Belanda sebagai soldaten bloem. Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak
bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar,
berwarna putih, biru, merah jambu atau ungu tergantung kultivarnya. Buahnya
berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan
memiliki banyak biji.
(Surasa, 1993)
2.13 Taksonomi Tapak Dara
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Catharanthus
Spesies : C. roseus
(Surasa, 1993)
2.14 Laos
Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang
bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Umumnya masyarakat
memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan pengobatan tradisional.
Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara mememarkan rimpang kemudian
dicelupkan begitu saja ke dalam campuran masakan, sedangkan untuk pengobatan
tradisional yang banyak digunakan adalah lengkuas merah Alpinia purpurata K
Schum. Lengkuas adalah terna tegak yang tingginya 2 m atau lebih. Batangnya yang
muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi
pelepah daun. Batangnya ini bertipe batang semu. Daunnya tunggal, bertangkai
pendek, berbentuk daun lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul, dan
tepinya rata. Ukurannya daunnya adalah: 25-50 cm × 7-15 cm. Pelepah daunnya
berukuran 15-30 cm, beralur, dan berwarna hijau. Perbungaannya majemuk dalam
tandan yang bertangkai panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai. Jumlah bunga
di bagian bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan berbentuk piramida
memanjang. Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih kehijauan.
Mahkota bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung warnanya putih, dan
bawahnya berwarna hijau. Buahnya termasuk buah buni, bulat, keras, dan hijau
sewaktu muda, dan coklat, apabila sudah tua. Umbinyaberbau harum, ada yang putih,
juga ada yang merah. Menurut ukurannya, ada yang besar juga ada yang kecil.
Karenanya, dikenal 3 kultivar yang dibedakan berdasarkan warna dan ukuran
rimpangnya. Rimpangnya ini merayap, berdaging, kulitnya mengkilap, beraroma khas,
ia berserat kasar, dan pedas jika tua. Untuk mendapatkan rimpang muda yang belum
banyak seratnya, panen dilakukan pada saat tanaman berusia 2,5-4 bulan.
(Surasa, 1993)
2.15 Taksonomi Laos
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Upfamili : Alpinioideae
Bangsa : Alpinieae
Genus : Alpinia
Spesies : A. galangal
(Surasa, 1993)
2.16 Mahoni
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter
mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar
berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang
berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur
dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota
bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari
putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya
cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar
di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi
jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat
tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.
(Surasa, 1993)
2.17 Taksonomi Mahoni
Kingdom : Plantae
Ordo : Sapindales
Family : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : S. macrophylla
(Surasa, 1993)
2.18 Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer)
adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan
sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini
dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika. Berdasarkan hasil
penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam
amino, mineral, vitamin,polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin,
sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinonyang mengaktivasi jenjang
sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3
kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase
kinase 3beta sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.
(Rahway, 1960)
2.19 Taksonomi Lidah Buaya
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordi : Asparagales
Famili : Asphodelaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.
(Rahway, 1960)
2.20 Analisa Bahan
2.20.1 Amonia (NH3)
Sifat fisik : Bau yang khas dan menusuk hidung, berupa larutan tak
berwarna, BM=39,05 g/mol
Sifat kimia : Larut dalam air, alcohol, dan eter
(Daintith, 1994)
2.20.2 Kloroform
Sifat fisik : BM = 119,3 g/mol, densitas 1,484, C=18,05%, H=0,84%,
Cl=89,10%.
Sifat kimia : Diperoleh dengan mereaksikan Cl2 dengan aseton/alkohol,
bersifat volatil
(Rahway, 1960)
2.20.3 HCl
Sifat fisik : Larutan tak berwarna, memiliki bau yang khas, titik leleh :-14
dan titik didih : -850C
Sifat kimia : Senyawa hidrogen dan khlorin, bersifat korosif, dapat
mengiritasi kulit, reaktif, dan merupakan asam kuat.
(Daintih, 1994)
2.20.4 Akuades (H2O)
Sifat fisik : Densitas 1 g/mol, BM : 18 g/mol, BP : 1000C, MP : 00C, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Sifat kimia : Merupakan basa lemah, larut dalam alcohol dan eter,
merupakan pelarut universal.
(Daintih, 1994)

2.20.5 NaOH
Sifat fisik : Kristal berwarna putih, titik didih: 19390C dan titik leleh :
3180C.
Sifat kimia : Menyerap air dan CO2 dari udara, larut dalam air, alkohol
(Daintith,1994)
2.20.6 Pereaksi dragendorff
Sifat fisik : Berupa larutan
Sifat kimia : Dibuat dengan 2,54 g iodium dan 2 g KI dilarutkan dalam 10
ml H2O dan diencerkan sampai 100 ml lalu ditimbang.
(Rahway, 1960)
2.20.7 Pereaksi Mayer
Sifat fisik : Berupa larutan
Sifat kimia : Mengandung 1,3 g K2(HgI4), dibuat dengan melarutkan KI
dalam larutan raksa (III) klorida dalam 100 ml air, dengan basa
nitrogen membentuk endapan putih sampai kuning
(Rahway, 1960)
2.20.8 Mg
Sifat fisik : Berupa padatan logam putih silver, BA = 24,32 g/mol,
valensi=2, td = 1100C, tl = 6150C, densitas = 1,738 g/mol
Sifat kimia : Oksidasi berjalan lambat diudara
(Rahway, 1960)
2.20.9 H2SO4
Sifat fisik : Berupa cairan kental dan tidak berwarna
Sifat kimia : Merupakan asam kuat,asam organik, Bersifat sebagai
oksidator.
(Daintith, 1994)
2.20.10 Asam asetat anhidrat
Sifat fisik : Zat cair tanpa warna dan berbau sngit, membeku pada 290 K,
BM = 60 g/mol
Sifat kimia : Merupakan asam organik lemah, disebut juga asam cuka,
digunakan untuk membuat selulosa asetat.
(Daintith, 1994)
2.20.11 Amiloalkohol
Sifat fisik : Berbentuk cairan, jernih, dan tidak mudah menguap, larut
dalam air
Sifat kimia : Bersifat tidak korosif
(Daintith, 1994)
2.20.12 FeCl3
Sifat fisik : BM = 162,2 g/mol, higroskopis, berbentuk heksadentat,
Sifat kimia : Larut dalam air, alkohol dan eter.
(Daintith, 1994)
2.20.13 Larutan gelatin
Sifat fisik : Larutan tidak berwarna
Sifat kimia : Transparan, bersifat rapuh, larut dalam air panas, gliserol dan
asam asetat, tidak larut dalam pelarut organik.
(Rahway, 1960)
2.20.14 Pereaksi steasny
Sifat fisik : Berupa larutan
Sifat kimia : Merupakan campuran formaldehyde 30% : HCl pekat = 2 : 1
(Daintith, 1994)
2.21.15 Daun Tapak Dara
Sifat fisik : Berupa daun, berukuran kecil, Bunganya aksial (muncul dari
ketiak daun), Kelopak bunga kecil, berbentuk paku, Mahkota
bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwarna putih,
biru, merah jambu atau ungu tergantung kultivarnya, Buahnya
berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, berambut, panjang
sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak biji
Sifat kimia : Mengandung bahan kimia vincristine, vinblastine, reserpine,
ajmalicine, dan serpentine. Kandungan lainnya
adalah catharanthine, leurosine, norharman, lochnerine,
tetrahydroalstonine, vindoline, vindolinine, akuammine,
vincamine, vinleurosin, dan vinrosidin
(Surasa, 1993)
2.21.16 Mahoni
Sifat fisik : Tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125
cm, batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir, kulit
luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik,
sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika
masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan
mengelupas setelah tua, buahnya buah kotak, bulat telur,
berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam
atau cokelat
Sifat kimia : Mengandung saponin dan flavonoida
(Surasa, 1993)
2.21.17 Laos
Sifat fisik : Tingginya 2 m atau lebih, batangnya yang muda keluar
sebagai tunas dari pangkal batang tua, seluruh batangnya
ditutupi pelepah daun, batangnya ini bertipe batang semu,
daunnya tunggal, bertangkai pendek, berbentuk daun lanset
memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul, dan tepinya
rata, ukurannya daunnya adalah: 25-50 cm × 7-15 cm, pelepah
daunnya berukuran 15-30 cm, beralur, dan berwarna hijau,
perbungaannya majemuk dalam tandan yang bertangkai
panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai
Sifat kimia : Mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna kuning
kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol
20%-30%, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen,
galangin, dan lain-lain. Selain itu rimpang juga mengandung
resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang
disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen
hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid
(Surasa, 1993)
2.21.18 Lidah buaya
Sifat fisik : Memiliki duri pada bagian pinggir tanaman
Sifat kimia : Mengandung zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin,
polisakarida, dan aloe emodin
(Rahway, 1960)
III. METODE PERCOBAAN
3.1. Alat
1. Kurs porselin 6. Gelas bekker
2. Corong gelas 7. Plat tetes
3. Pipet tetes 8. Bunsen
4. Gelas ukur 9. Kapas
5. Tabung reaksi 10. Corong pisah
3.2. Bahan
1. Amonia 10. Serbuk Mg
2. Kloroform 11. Amiloalkohol
3. HCl 12. FeCl3
4. Pereaksi Dragendorff 13. Larutan gelatin
5. Pereaksi mayer 14. Pereaksi steasny
6. H2SO4 15. NaOH
7. Asam asetat anhidrat 16. Aquades
8. Daun Tapak Dara 17. Rimpang laos
9. Biji mahoni 18. Lidah buaya
3.3. Cara kerja
3.3.1. Uji alkaloid
2,5 g rimpang laos
Kurs porselin
Penggerusan
Penambahan 5 mL kloroform+20 mL HCl
Penyaringan

Residu 10 ml Filtrat
Corong pisah

Pengekstrasian dengan HCl sebanyak 2 kali

Lapisan HCl Lapisan kloroform

5 ml lapisan HCl 5 ml lapisan HCl


Tabung reaksi Tabung reaksi

Penambahan reagen Penambahan pereaksi Mayer


dragendroff
Hasil Hasil

3.3.2. Uji steroid atau terpenoid


1 g rimpang laos
Gelas bekker
Proses maserasi dengan 20 ml eter
Penyaringan

5 ml Filtrat Residu

Penguapan hingga kering


Residu
Penambahan 2 tetes asam asetat anhidrat
Penambahan 1 tetes H2SO4
Pengamatan warna

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil Ket
1 Uji Alkaloid
- 2,5 g rimpang laos
- Penggerusan
- Penambahan 5 mL kloroform+20 mL HCl
- penyaringan
- 10 ml larutan organik diekstraksi dengan
HCl
Filtrat I + pereaksi mayer
Filtrat II + pereaksi diagendorff
2 Uji Saponin
- 5 g rimpang laos + 100 ml H2O
- Pemanasan
- Penyaringan
- Filtrat dikocok vertikal, pendinginan
- Penambahan HCl 2 N, pengamatan
3 Uji flavonoid
- 5 ml filtrat dari saponin + Mg
- Penambahan 1 ml HCl pekat
- Penambahan 2 ml amilalkohol
- Pengocokan, pendiaman
- Pengamatan
4 Uji tannin
- 5 g rimpang laos + 10 ml H2O,
pendidihan
- Pendinginan
- Penyaringan
Filtrat I + FeCl31% + Na-asetat
5 Uji kuinon
- 5 g rimpang laos + 10 ml H2O,
pendidihan
- Pendinginan
- Penyaringan
- Filtrat + NaOH 1N
6 Uji steroid
- 5 g serbuk + eter 20 ml, pendiaman
- Penyaringan
- Penguapan filtrat dalam cawan penguapan
- Residu + 2 tetes asam asetat anhidrat
- Penambahan H2SO4 pekat 1 tetes

V. HIPOTESA
Pada percobaan penapisan fitokimiawi bertujuan untuk menentukan cara penapisan
fitokimiawi dan menganalisis golongan kimia tumbuhan. Prinsip yang digunakan adalah
analisis golongan kimia tumbuhan dengan uji-uji spesifik dengan cara menambahkan
reagen yang memberikan reaksi positif terhadap golongan kimia dari tanaman Laos.
Metode yang digunakan adalah dengan cara penambahan reagen yang memberikan reaksi
positif terhadap golongan kimia dari tanaman Laos. Jika mengandung alkaloid jika
ditambah pereaksi dragendorff menghasilkan warna merah bata dan dengan pereaksi mayer
menghasilkan endapan putih. Mengandung saponin akan menghasilkan gelembung atau
buih yang stabil. Jika mengandung flavonoid akan mengandung 2 lapisan larutan jenuh
bewarna merah lembayung. Jika mengandung tanin menghasilkan endapan. Jika
mengandung steroid / triterpenoid menghasilkan larutan hijau saat penambahan CH3COOH
anhidrat dan larutan merah saat penambahan H2SO4 pekat.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 21 Mei 2014


Praktikan
Daftar Pustaka

Basri, 1996, Kamus Kimia, PT Rineka Cipta, Jakarta


Herbert, 1995, The Merck Index, Thr Merck Index Co, USA
Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Fessenden, 1999, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta
Harbone, 1977, Progress in Photochemistry, Pergamon Press, Oxford
Herbert, 1995, The Biosynthesis of Secondary Metabolites, Chapman and Hall, London
Leswara, 2005, Buku ajar Kimia Organik, Ari Cipta, Jakarta
Linder, 1985, Nutritional Biochemistry and Metabolism, Elsevier Science Publishing
Company Inc, New York
Manitto, 1981, Biosintesis Produk alami, IKIP Semarang Press, Semarang
Markham, 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Press, Bandung
Rahway, 1960, The Merk Index : An Encyclopedia of Chemical Drugs and Biologicals,
Merk Index Co Ink, New Jersey
Surasa,1993, Pharmaceutical Metabolite Research, School of Pharmacy Second Military
Medical University,Shanghai, China

Anda mungkin juga menyukai