Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep
pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaanya.
Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem model asuhan
keperawatan professional (MAKP) mulia dari ketenagaan atau pasien,
penetapan sistem MAKP, dan perbaikan dokumentasi keperawatan dengan
menerapkan prinsip SME (sesuai standar, mudah dilaksanakan, efisien, dan
efektif).
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
keempat unsur : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan
menjadi 4, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model maka keempat hal tersebut
harus menjadi bahan pertimbangan, karena merupakan sebagai suatu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai seorang perawat professional kita harus
bisa menetukan model mana yang harus dipilih dalam menyelesaikan suatu
masalah keperawatan agar meningkatkan kepuasan pasien dan meningkatkan
kinerja perawat.
Berdasarkan uraian diatas kelompok tertarik untuk membuat makalah
dengan judul “ Model Asuhan Keperawatan Profesional dengan Metode Kasus
dan Metode Fungsional”.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
gambaran umum tentang sistem model asuhan keperawatan profesional
dengan metode fungsional dan metode kasus

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan model
asuhan keperawatan profesional dengan metode fungsional.
b. Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan model
asuhan keperawatan profesional dengan metode kasus.
c. Mahasiswa mampu menerapkan motode fungsional dalam memecahkan
kasus keperawatan.
d. Mahasiswa mampu menerapkan motode kasus dalam memecahkan
kasus keperawatan.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Sistem MAKP


Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan
keempat unsur : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Definisi tersebut berdasrkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi atau jasa layanan
keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai
sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan atau keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan
dapat terwujud (Nursalam, 2002).

B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP


1. Kualitas pelayanan keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawtan, kita selalu
berbicara mengenai kualitas. Kualitas diperlukan untuk :
a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien atau konsumen
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan institusi)
c. Memepertahankan eksistensi institusi
d. Meningkatkan kepuasan kerja
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen atau pelanggan
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar

2. Standar praktik keperawatan


Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes
RI (1995) yang terdiri dari beberapa standar.
Menurut JCHO: Joint Commmission on Accreditationof Health
care Organisation (1999:1 ; 4: 249-54) terdapat 8 standar tentang
asuhan keperawatan yang meliputi (Novuluri, 1999; 1; 4: 249-54):
a. Menghargai hak-hak pasien

3
b. Penerimaan pasien sewaktu pasien MRS
c. Observasi keadaan pasien
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
e. Asuhan pada tindakan non-operative dan administrative
f. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasive
g. Pendidikan pada pasien dan keluarga
h. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan
Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup
tindakan keperawatan dalam pemenuhan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasara manusia (14 KDM dari Henderson)
a. Oksigen
b. Cairan dan elektrolit
c. Eliminasi
d. Keamanan
e. Kebersihan dan kenyamanan fisik
f. Istirahat dan tidur
g. Gerak dan jasmani\
h. Spiritual
i. Emosional
j. Komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi risiko psikologis
l. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m. Penyuluhan
n. Rehabilitasi
3. Metode pengelolaan sistem pemberian asuhan keperawatan profesional
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan
pada pasien. Dari beberapa metode yang ada, maka institusi pelayanan
perlu mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk
diterapkan. Sehingga perlu di antasipasi “ jangan merubah suatu sistem
justru menambah permasalahan” ( Marquis dan Husto 1998 dalam

4
Kurt Lewin, 1951 ). Dasar pertimbangan penerapan metode sistem
pemberian asuhan keperawatan adalah :
a. Filosofi ( Visi Misi institusi )
b. Ekonomi ( cost effektife )
c. Menambah kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
d. Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan
perannya dengan baik.
e. Dapat diterapkannya proses keperawatan
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP )
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK,
maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan
efisien.
5. Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatn
Malaughin, Thomas, dan Bartem (1995), mangidentifikasi 8
model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
digunakan di Rumah Sakit adalah asuhan keperawatan total,
keperawatan tim, keperawatan primer, tetapi setiap unit keperawatan
mempunyai riwayat dalam menyeleksi model dalam pengelolaan
asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana
dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Karena setiap perubahan
akan berdampak terhadap suatu stres, maka perlu mempertimbangkan
6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan ( Marquis dan Huston, 1998).
6. Model praktik
a. Praktik Keperawatan Rumah Sakit

5
Perawat professional (ners) mempunyai wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan
sikap dan kemampuannya. Untuk itu perlu dikembangkan
pengertian praktek keperawatan rumah sakit dan dan lingkup
cakupannya sebagai bentuk keperawatn professional serta proses
dan prosedur registrasi dan legislasi keperawatan.
b. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk praktik keperawatan di rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatansebagai kelanjutan dari pelayanan
rumah sakit. Dilakukan oleh perawat professional rumah sakit, atau
melalui pengikutsertaan perawat professional yang melakukan
praktik keperawatan berkelompok.
c. Praktik Keperawatan Berkelompok
Dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan
praktik keperawatn rumah sakit dan rumah, beberapa perawat
professional membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada
masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan untuk
mengatasi berbagai bentuk masalah keperawatan yang dihadapi
oleh masyarakat. Bentuk praktik keperawatan ini dipandang perlu
dimasa depan, karena adanya pendapat rawat rumah sakit perlu
dipersingkat mengingat biaya perawatan di rumah sakit
diperkirakan akan terus meningkat.
d. Praktik Keperawatan Individual
Dengan pola dan pendekatan yang sama seperti yang diuraikan
untuk keperawatan ruamah sakit. Perawat profesional senior dan
berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktik
keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk member asuhan
keperawatan khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi
masyarakat yang memerlukan. Banyak praktik keperawatan ini
sangat diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang

6
tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya
yang dikembangkan pemerintah.

7. Managerial grid
Fokus metode manajemen ini menekankan pada perilaku manajer yang
menekankan pada produksi dan manusia. Anggota kelompok adanya
komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi; kompetisi
antar anggota kelompok dapat dikurangi; dan komunikasi dan adanya
kebersamaan dapat ditingkatkan, sehingga akan dapat dicapai tujuan
organisasi yang optimal yang optimal Blake & Mouton, 1964 Dikutip
Oleh Grant, A.B. & Massey, V.H. (1999).

C. Metode Pengelolaan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan


Profesional
Ada beberapa metode sistim pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Dari beberapa metode yang ada, maka institusi pelayanan perlu
mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan.
Sehingga perlu diantisipasi “ jangan merubah suatu system justru merubah
permasahannya” (Kurt Lewin, 1951 dikutip oleh Marquis & Huston,
1998). Dasar pertimbangan penerapan metode system pemberian asuhan
keperawatan adalah:
1. Filosofi Institusi (Visi dan Misi Institusi).
2. Ekononis (cost effective).
3. Menambah kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
4. Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan
perannya dengan baik.
5. Dapat diterapkannya proses keprawatan.
6. Terlaksannya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.

7
D. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem
pemeberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan (Makp)
Mclaughin, Thomas, dan Barterm (1995), mengidentifikasi 8 model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di
Rumah Sakit adalah: Asuhan Keperawatan Total; Keperawatan Tim;
Keperawatan Primer. Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai
riwayat dlam menseleksi model dalam pengelolaan asuhan
keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ktenagaan, sarana dan
prasarana, dan policy rumah sakit. Karena setiap perubahan akan
berdampak terhadap suatu stress, maka perlu dipertimbangkan 6 unsur
utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuahan
keperawatan (Marquis & Huston, 1998: 143).
a. Sesuai Visi dan Misi Institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan
harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan
dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan
proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun

8
baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka
tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau
pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena
itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat
menunjang terhadap kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditenyukan oleh
motivasi dan motivasi perawat. Oleh karena itu model yang dipilih
harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru
menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
Komunikasi secara professional sesuai lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangna menentukan model. Model asuhan
keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan
interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.

2. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998), jenis
model pemberian asuhan keperawatan dapat dibedakan menjadi 5
metode, yaitu keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan
primer, manajemen kasus, dan modifikasi tim primer.
a. Metode Fungsional
Metode ini diterapkan berdasarkan orientasi tugas dari filosofi
keperawatan. Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode fungsional
dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu

9
karena masih terbatas jumlah dan kemampuan perawat maka
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat
luka) keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Penanggung
jawab dalam model asuhan keperawatan ini adalah perawat yang
bertugas pada tindakan tertentu.
Kelebihan :
 Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
 Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat yunior
dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
 Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
 Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan.
 Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
 dengan keterampilan kerja.

Bagan Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

Kepala ruang

Perawat: Perawat: Perawat: Perawat:


pengobatan merawat luka merawat luka merawat luka

Pasien/klien

b. Manajemen Kasus

10
Metode ini diterapkan berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan dan observasi pada pasien tertentu. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shif
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti: isolasi, intensive care. Penanggung jawab dalam metode
ini adalah manajer keperawatan.
Kelebihan:
 Perawat lebih memahami kasus per kasus.
 Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangan:
 Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab.
 Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

Bagan Sistem Asuhan Keperawatan Manajemen Kasus

Kepala ruang

Staf perawat Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kasus
1. Ruang perinatologi, di salah satu rumah sakit, memiliki jumlah tempat
tidur bayi sebanyak : 24 TT, yang terdiri dari :
 Ruangan untuk bayi dengan tindakan : 11 TT
 Ruangan untuk bayi berat badan lahir rendah sebanyak : 8 TT
 Ruang untuk bayi-bayi infeksi : 5 TT
Rata-rata jumlah pasien tiap harinya ada sekitar 80% atau 20 bayi :
 Bayi lahir denga tindakan : 9 bayi
 Bayi berat badan lahir rendah : 7 bayi
 Bayi infeksi : 4 bayi
Jumlah tenaga yang ada :
 Ners : 1 orang
 Perawat dengan dasar pendidikan D III : 8 orang
 Perawat dengan dasar pendidikan SPK : 6 orang
 Pembantu perawat : 4 orang
 Jumlah : 19 orang
Terapkan metode kasus untuk ruangan tersebut !

2. Sebuah RS memiliki ruang perawatan bedah kelas III, dengan


kapasitas 30 TT. Jumlah pasien rata-rata perhari sekitar 75% atau 27
orang. Jumlah tenaga yang ada :
 Perawat dengan dasar pendidikan D III : 4 orang
 Perawat dengan dasar pendidikan SPK : 8 orang
 Pembantu perawat : 4 orang
 Jumlah : 16 orang
Untuk pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut, terapkan metode
fungsional !

12
B. Analisa Kasus
1. Metode Kasus
a. Menentukan kepala ruang
Perawat Ners sebagai kepala ruang
1) Dibandingkan perawat lain, jenjang pendidikan perawat Ners
lebih tinggi serta memenuhi syarat sebagai perawat profesional.

b. Jumlah tenaga perawat yang aktif melakukan asuhan keperawatan


berjumlah 14 orang (6 perawat D III dan 8 perawat SPK).
1) Kepala ruang tidak secara langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, tetapi bertugas mengarahkan
perawat lain.
2) Pembantu perawat juga tidak secara langsung memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien, tetapi hanya membantu
perawat di ruangan.

c. Pembagian shif
1) Pagi
14 X 47% = 6,58 =6
 Rincian : 3 perawat D III, 3 perawat SPK
 Pembantu perawat : 2 orang
2) Sore
14 X 35% = 4,90 =5
 Rincian : 3 perawat D III, 2 perawat SPK
 Pembantu perawat : 2 orang
3) Malam
14 X 18% = 2,52 =3
 Rincian : 2 perawat D III, 1 perawat SPK

13
Tabel pembagian tenaga perawat tiap shif
Shif Kasus bayi Kasus bayi Kasus bayi Jumlah
dg tindakan dg BBLR dg infeksi
Pagi 1 DIII 1 DIII 1 DIII 6
1 SPK 1 SPK 1 SPK
Sore 1 DIII 1 DIII 1 DIII 5
1 SPK 1 SPK
Malam 1 SPK 1 DIII 1 DIII 3

d. Pembagian jumlah tenaga perawat berdasarkan kebutuhan kasus di


ruangan.
Di dalam ruang perinatologi terdapat 3 macam kasus yang
dikelompokkan menjadi 3 ruang, yaitu bayi dengan tindakan, bayi
berat badan lahir rendah, dan bayi-bayi infeksi. Oleh karena itu
pembagian setiap shif diusahakan untuk selalu menyediakan 1
orang perawat D III yang bertanggung jawab pada masing-msing
ruang. Sedangkan pembagian tenaga pembantu perawat
berdasarkan rutinitas di ruangan yang biasanya akan banyak
membutuhkan tenaga pada pagi dan sore hari.

e. Bagan sistem asuhan keperawatan manajemen model kasus

Kepala ruang

Kasus bayi dengan Kasus bayi berat Kasus bayi


tindakan badan lahir rendah infeksi

Pasien Pasien Pasien

14
2. Metode Fungsional
a. Menentukan kepala ruang
Salah satu perawat D III sebagai kepala ruang
1) Jenjang pendidikan perawat D III lebih tinggi dibandingkan
pendidikan SPK. Perawat yang menjadi kepala ruang harus
memenuhi beberapa kriteria, yang diantaranya adalah :
 Memiliki pengalaman kerja yang lebih lama
 Keterampilan klinik yang baik
 Disiplin
 Mengetahui tentang manajemen keperawatan
 Bertanggung jawab, dll.

b. Jumlah tenaga perawat yang aktif melakukan asuhan keperawatan


berjumlah 11 orang (3 perawat D III dan 8 perawat SPK)
1) Kepala ruang tidak secara langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, tetapi bertugas mengarahkan
perawat lain dan mengatur jadwal kegiatan.
2) Pembantu perawat juga tidak secara langsung memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien, tetapi hanya membantu
perawat di ruangan.

c. Pembagian shif
1) Pagi
11 X 47% = 5,17 =5
 Rincian : 2 perawat D III, 3 perawat SPK
 Pembantu perawat : 2 orang
2) Sore
11 X 35% = 3,85 =4
 Rincian : 1 perawat D III, 3 perawat SPK
 Pembantu perawat : 2 orang

15
3) Malam
11 X 18% = 1,98 =2
 Rincian : 2 perawat SPK

d. Pembagian jumlah tenaga perawat berdasarkan pembagian


kegiatan di ruangan sesuai dengan wewenang masing-masing.
Pembagian tugas :
1) Perawat D III
 Melakukan tindakan invasive (misalnya : memasang infus,
memasang kateter, NGT, mengambil spesimen darah)
 Melakukan perawatan luka
 Menyusun rencana asuhan keperawatan
 Pemberian obat tertentu, misalnya obat yang diberikan
lewat IV
2) Perawat SPK
 Mengukur TTV
 Memberi obat
 Memandikan pasien
 Membantu perawatan luka
 Melakukan perawatan infus
3) Pembantu perawat
 Mengganti linen
 Membersihkan ruangan
 Mengantar jemput pasien
 Mengantar spesimen untuk pemeriksaan lab
 Mengantar makanan
 Mengambil obat

16
e. Bagan sistem asuhan keperawatan manajemen model fungsional

Kepala ruang

Perawat D III Perawat SPK Pembantu perawat

Pasien

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa kasus diatas diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Metode Kasus
Jumlah tenaga keperawatan pada shif pagi sebanyak 6 orang perawat
(3 perawat D III, 3 perawat SPK) dibantu 2 orang pembantu perawat,
shif sore 5 orang perawat (3 perawat D III, 2 perawat SPK) dibantu 2
orang pembantu perawat, dan shif malam 3 perawat D III.
b. Metode Fungsional
Jumlah tenaga keperawatan pada shif pagi sebanyak 5 orang perawat
(2 perawat D III, 3 perawat SPK) dibantu 2 orang pembantu perawat,
shif sore 4 orang perawat (1 perawat D III, 3 perawat SPK) dibantu 2
orang pembantu perawat, dan shif malam 2 perawat SPK.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan
dari berbagai referensi tentang teori model asuhan keperawatan
profesional dalam penerapannya di manajemen keperawatan.
2. Bagi perawat diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, khususnya dengan cara meningkatkan pengetahuan
tentang model asuhan keperawatan professional yang nantinya dapat
dipraktikkan di klinik.
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan
kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi
perawat untuk memperoleh ilmu pengetauan yang sesuai dengan
perkembangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Penerbit Salemba Medika: Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai