Disusun Oleh :
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJ A LAPANGAN
DI BMKG J AWA TENGAH
Waktu Pelaksanaan :
2 Juli 2018 s/d 15 Agustus 2018
Disusun oleh:
Nama : Nur Faizah
NIM : 1508046021
Prodi : Matematika
Bahwa mahasiswa tersebut telah telah melaksanakan PKL dan telah menulis
laporan
Mengetahui
Nur Faizah
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
RINGKASAN LAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
NIM : 1508046021
1
Ahmad Fadoli
Banyaknya kandungan air dalam udara dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain adalah ketesediaan air, sumber uap, suhu udara,
tekanan udara dan angin. Kelembapan udara yang cukup besr memberi
petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara
dalam keadaan basah. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk
menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya dalah kelembapan
udara relative (nisbi). (Wirjomahidjojo, 2006) mempunyai pengertian
serdiri tentang kelembapan udara nisbi yaitu sebagai nilai perbandingan
antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran (e) dengan nilai
tekanan uap air maksimum (em) yang dapat dicapai pada suhu udara dan
tekanan udara saat pengukuran. Persamaan untuk kelembapan udara
relative adalah :
e
=
em
x 100
Dengan ;
RH = kelembapan udara relative (%) ;
e = tekanan uap air pada saat pengukuran (mb) ;
em = tekanan uap ir maksimum yang dapat dicapai pada suhu udara dan
tekanan udara pada saat pengukuran (mb).
Dengan :
Y = variabel yang diduga (dependent)
A = Konstanta
B = Koefisien Regresi
X = variabel penduga ( independen).
Adapun nilai A dan B dapt dihutung dengan cara sebagai berikut :
n∑xy(∑x)(∑y)
B= 2 2
n∑x (∑x)
A= Y meanBXmean
Dengan :
X = data total hujan (mm);
Y = Data suhu minimum
n = Banyaknya data
Koefisien Korelasi
Nilai koefisien korelasi (Wikipedia) digunakan untuk menentukan
besarnya hubungan atau kedekatan antara variabel dependen dangan
variabel independen. Nilai koefisien korelasi ini paling sedikit 1 dan
paling besar 1. Jadi r = koefisien korelasi, dapat dinyatakan sebagai
berikut:
1 ≤r x,y ≤1
artinya:
1. r (x,y) = + 1, hubungan antara x dan y sempurna dan positif
(mendekati +1), berarti hubungan keduanya sangat kuat dan
bersamaan fase atau berbanding lurus.
2. r (x,y) = 1, hubungan antara x dan y sempurna dan negatif
(mendekati 1), berarti hubungan sangat kuat dan berlawanan fase
atau berbanding terbalik.
3. Apabila nilai r(x,y) = + 0,5 atau r (x,y) = 0,5 , berarti hubungan
antara x dan y dianggap cukup kuat.
4. Apabila nilai r (x,y) < +0,5 atau nilai r(x,y) > 0,5 berarti
hubungan antara x dan y dianggap lemah.
Pengumpulan data
Mendeskripsikan data
Perhitungan
Sejar ah BMKG
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan
oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun
kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil
pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan
nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium
Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun
pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi
dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada
tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di
Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun
1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan
menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan
untuk penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945,
nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi
tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang
berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus
untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan
Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil
alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch
en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan
Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia,
kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi
Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi
masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological
Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika
menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya
menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen
Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan
Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan
Udara.Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti
namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat
eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya
dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan
Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah
Departemen Perhubungan.Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI
Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan
Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan
Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009 UndangUndang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono. (unduh Penjelasan UU RI Nomor 31 Tahun 2009).
Visi
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka
mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan
nasional, dan berperan aktif di tingkat Internasional. Terminologi di dalam
visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika yang handal ialah pelayanan BMKG terhadap penyajian data,
informasi pelayanan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika yang akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat
dipertanggungjawabkan
Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan
merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.
Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan visi yang jelas
yaitu berupa langkahlangkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang telah
ditetapkan yaitu :
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika.
2. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
3. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi,
klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi,
klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
Secara lebih rinci, maksud dari pernyataan misi di atas adalah sebagai
berikut :
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika artinya BMKG melaksanakan operasional
pengamatan dan pengumpulan data secara teratur, lengkap dan akurat guna
dipakai untuk mengenali dan memahami karakteristik unsurunsur
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika guna membuat
prakiraan dan informasi yang akurat.
2. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika kepada para pengguna sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu;
3. Mengkoordinasi dan Memfasilitasi kegiatan sesuai dengan kewenangan
BMKG, maka BMKG wajib mengawasi pelaksanaan operasional,
memberi pedoman teknis, serta berwenang untuk mengkalibrasi peralatan
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan
peraturan yang berlaku
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional artinya BMKG dalam
melaksanakan kegiatan secara operasional selalu mengacu pada ketentuan
internasional mengingat bahwa fenomena meteorologi, klimatologi,
kualitas udara, dan geofisika tidak terbatas dan tidak terkait pada batas
batas wilayah suatu negara manapun.
Dengan :
Y = Suhu Minimum
b1, b2, b3, b4 = Parameter Model
x1 = Koefisien regresi curah hujan
x1 = Koefisien regresi suhu maksimum
x1 = Koefisien regresi suhu ratarata
x1 = Koefisien regresi kelembapan
Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini digunakan
untuk menyatakan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Kemudian dicari koefisien korelasi untuk mengetahui kuat lemahnya
hubungan variabel terikat dengan variabel bebas. Pada penelitian ini
penulis menggunakan bantuan aplikasi excel dan spss dalam
perhitungannya. Setelah menghasilkan prediksi di Banjarnegara,
langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mentranslasikan hasil
prediksi suhu minimum di Banjarnegara menjadi hasil prediksi suhu
minimum di Dieng. (Suhardi Purwantara, 2011) menyebutkan
bahwasanya ketinggian suatu tempat yang ada di permukaaan bumi
berpengaruh terhadap tekanan dan suhu udara. Semakin tinggi tempat di
permukaan bumi, semakin rendah suhu udaranya. Menurut Break :
h)
t= 2 6 ,3 °C- ( 0 ,6 1 °C-
100
Dengan : t = suhu udara, h = ketinggian tempat.
Formula yang lain adalah formula Mock, besarnya suhu suatu tempat
adalah selisih ketinggian tempat diklikan dengan konstanta 0,006.
▼t= 0 ,0 0 6 (z1 -z2 )
Dengan z1= tempat lokasi 1 dan z2 = tempat lokasi 2.
Artikel climate4life.info menyebutkan bahwasanya setiap 100 m
suhu udara turun 1oC berkaitan dengan sifat fisis atmosfer dan
keberadaan uap air di atmosfer. Jika kita anggap atmosfer memiliki sifat
seperti gas ideal maka akan berlaku persamaan
PV= nRT 1
Dimana :
P = tekanan;
V = volume;
n = jumlah mol;
R = tetapan gas;
T = temperatur mutlak;
Persamaan diatas menggambarkan hubungan suhu, tekanan, volume
dan kerapatan udara pada atmosfer bumi (Neiburger, et. al., 1995), yang
dijabarkan sebagai berikut :
1. Pada suhu tetap, kerapatan gas sebanding dengan tekanan, volume
berbanding terbalik dengan tekanan.
2. Pada volume tetap, tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
3. Pada tekanan tetap, volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
Jika V diganti diganti dengan volume spesifik (v=V/n) maka
persamaan (1) menjadi :
v
P = RT 2
Dimisalkan paket ini adalah udara kering yang naik vertikal dengan
jarak dz. Udara disekelilingnya diangggap diam, sehingga untuk
keadaan udara disekelililingnya berlaku persamaan hidrostatik.
dP= -g p dz, dengan g adalah gravitasi.
Dengan mensubtitusi persamaan (8) pada persamaan (7) akan
diperoleh ddz= - gp
T
C
9 .
Terlihat pada baris Asymp Sig (2tailed), dari keempat variabel nilai
signifikansi kurang dari 5% (0,000) artinya data tidak berdistribusi
nornal. Namun untuk kasus regresi linear berganda asumsi normalitas
tidak per variabel, melainkan pada residual.
Berikut adalah output Uji normalitas pada residual :
4.2.3.2Uji Hipotesis
Analisis regresi linear adalah hubungan secara linear antara satu
variabel indeoenden (X , X , …, Xk) dan variabel dependen (Y). Uji
1 2
Dalam tabel pada kolom pvalue untuk variabel curah hujan, suhu
ratarata dan kelembapan kurang dari ² ( 0 ,0 5 ) , sehingga dapat
disimpulkan bahwasanya variabelvaribel tersebut memberi pengaruh
yang signifikan terhadap variabel suhu minimum. Sedangkan variabel
suhu maksimum nilai pvalue kurang dari ² 0 ,0 5 sehingga
variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel suhu
minimum. Kita bisa mengeliminasi atau tidak mengikutsertakan suhu
maksimum kedalam persamaan regresi linear, kerena sudah jelas
bahwa variabel suhu maksimum tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen atau variabel suhu minimum.
Karena suhu maksimum tidak diikutsertakan maka didapat tabel
baru yaitu sebagai berikut :
5.2 Sar an
Setelah penulis melakukan penelitian, ada beberapa hal yang perlu
diperbaiki sehingga harapannya untuk kedepannya bisa dilakukan penelitian
yang lebih baik lagi.
Berikut adalah beberapa saran dari penulis :
1. Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan
beberapa variabel bebas yang lain yang sedikit banyak mempengaruhi
suhu minimum di daerah Banjarnegara sehingga hasil penelitian nantinya
bisa mendekati kenyataannya.
Daftar Pustaka
i
Dieng.org
ii
Replubika