Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PKL

PREDIKSI SUHU MINIMUM DI DIENG UNTUK KASUS BUN UPAS


MENGGUNAKAN DATA SUHU RATA­RATA SUHU MAKSIMUM
CURAH HUJ AN DAN KELEMBAPAN DI BANJ ARNEGARA
BMKG J AWA TENGAH

Disusun Oleh :

Nur Faizah 1508046008

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJ A LAPANGAN
DI BMKG J AWA TENGAH

Waktu Pelaksanaan :
2 Juli 2018 s/d 15 Agustus 2018

Disusun oleh:
Nama : Nur Faizah

NIM : 1508046021

Prodi : Matematika

Fakultas :Sains da Teknologi

Bahwa mahasiswa tersebut telah telah melaksanakan PKL dan telah menulis
laporan

Mengetahui

Dosen Pembimbing Lapangan Pembimbing Lapangan

Siti Maslihah, M.SI. Restu Tresnawati, S.Si


NIP. 19770611 201101 2 004 NIP. 198111205 200664 2002

Ketua Prodi Matematika

Emy Siswanah, M.Sc


NIP. 19870202 201101 2 014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia­Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Shalawat dan salam penulis
sanjungkan ke pangkuan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat
beliau yang telah memberikan pencerahan bagi kita hingga dapat merasakan
nikmatnya iman dalam Islam, serta nikmat kemuliaan dalam ilmu pengetahuan.
Penulisan Laporan Kerja Praktik ini yang berjudul “ Prediksi Suhu
Minimum di Dieng untuk Kasus Bun Upas Menggunakan Data Suhu Rata­
r ata, Suhu Maximum, Cur ah Hujan dan Kelembapan di Banjar negar a”
bertujuan untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk kelulusan mata kuliah
praktek kerja lapangan di mana merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Matematika Program Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo.
Dalam proses penyelesaian Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis
banyak menemui hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan, dorongan,
dan semangat dari berbagai pihak, sehingga penulisan laporan ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar­besarnya terutama kepada:
1. Teristimewa untuk Ayah dan Ibu yang senantiasa mendidik, memberi dukungan
dan doa kepada penulis. Serta untuk Kakak dan adik­adik tersayang yang selalu
memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan laporan ini.
2. Bapak Dr. Ruswan, MA selaku Dekan Fakultas Sains dan teknologi UIN
Walisongo Semarang
3. Ibu Emy Siswanah, M.Sc selaku Ketua Prodi Matematika.
4. Ibu Siti Maslihah, M.Si selaku Sekretaris Prodi Matematika.
5. Ibu Siti Maslihah, M.Si selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah
memberikan bimbingan selama penulis melakukan PKL di Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang.
6. Ir. Tuban Wiyoso, M.Si selaku Pimpinan Badan Metereologi
Klimatologi dan Geofisika Smarang yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan PKL
7. Bapak Iis Widya Harmoko, M.Kom selaku Kepala Seksi Data dan
Informasi Stasiun Klimatologi Semarang yang telah memberikan
banyak arahan selama penulis melakukan PKL
8. Ibu Restu Tresnawati, S.Si. selaku Pembimbing Lapangan yang telah
memberikan bimbingan selama penulis melakukan PKL di Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang
9. Seluruh karyawan dan karyawati Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Semarang yang telah memberi kesempatan dan
bantuan selama penulis melaksanakan praktik kerja lapangan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri, atas jerih payah
dan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat berharap dan mendo’akan semoga
Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal. Amin ya Rabbal’Alamin.

Semarang, 1 Oktober 2018


Penulis

Nur Faizah
LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

RINGKASAN LAPORAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Makalah

1.3 Tujuan PKL

1.4 Manfaat PKL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PKL

BAB IV HASIL PKL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Daftar Gambar
Daftar Lampir an
RINGKASAN

Nama : Nur Faizah

NIM : 1508046021

Fakultas : Sains dan Teknologi

Program Studi : Matematika

Judul Laporan : Prediksi Suhu Minimum di Dieng untuk


Kasus Bun Upas Menggunakan Data Suhu
Rata­rata, Suhu Maximum, Curah Hujan
dan Kelembapan

Dosen Pembimbing Lapangan : Siti Maslihah, M.Si

Pembimbing Lapangan : Restu Tresnawati, S.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi suhu minimum di


dataran tinggi Dieng, harapannya dengan diketahui suhu minimumnya
fenomena bun upas juga bisa diketahui kapan datangnya. Dewasa ini
kedatangan bun upas tidak bisa diprediksi sehingga dari sektor pariwisata
tidak bisa dikembangkan, pernah para wisatawan sudah menginap tapi
paginya tidak muncul bun upas. Kemunculan bun upas diawali dengan
kabut yang tebal dan suhu dingin yang ekstrem, itulah mengapa pada
penlitian ini suhu minimum yang akan dicari atau diprediksi. Dalam
penelitian ini terdapat beberapa variabel yang kemudian dibagi menjadi dua
bagian, pertama variabel terikat yaitu variabel suhu minimum, yang kedua
adalah variabel bebas yang terdiri dari suhu maksimum, suhu rata­rata,
curah hujan dan kelembapan. Penelitian ini menggunakan metode analisis
linear berganda, dari metode tersebut akan diperoleh suatu persamaan yang
mana dari persamaan tersebut akan didapatkan hasil prediksinya. Namun
karena data yang digunakan data dari banjarnegara maka perlu adanya
koncversi suhu dari banjaregara menjadi suhu di Dieng. Dari hasil penelitian
analisis regresi linear diperoleh bahwasanya dari keempat variabel bebas
terdapat saru variabel yang tidak signifikan yaitu variabel suhu maksimum
sehingga variabel tersebut dihilangkan. Variabel terikat dengan variabel
bebas pada penelitian ini memiliki korelasi sebesar 40%, itu artinya
korelasinya atau hubungannya lemah. Kemudian dari hasil prediksi tidak
terdapat penurunan suhu secara signifikan beberapa suhu hasil prediksi
menurun namun tidak signfikan. Hasil prediksi diperoleh suhu minimum di
Banjarnegara sebesar 19,4 pada tanggal 1 Agustus.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tempo.co, Yogyakarta memberitakan bahwasanya sejak Jumat 6 Juli
2018 Kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara Jawa
Tengah mulai diselimuti embun beku berwarna putih seperti salju. Embun
tersebut dikenal sebagai fenomena bun upas yang memang terjadi setiap
tahun di dataran tinggi. Fenomena tersebut biasanya berlangsung saat
memasuki puncak kemarau periode Juli­Agustus. Salah satu tokoh
masyarakat, Sabar Alfarisdi yang juga merupakan Sekretaris Desa Dieng
Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara saat dihubungi Tempo pada Sabtu
7 Juli 2018 mengatakan bahwasanya saat bun upas mulai mucul kemarin
(Jumat) suhu terendah yang tercatat adalah sekitar 2 derajat celcius, dan itu
hitungannya masih standar. Sabar juga menuturkan bahwasanya suhu
paling ekstrem ditahun­tahun sebelumnya mencapai minus 5.
Dikutip TribunJambi.com dari TribunJateng.com kemunculan embun
beku terlihat mulai subuh. Kemunculan bun upas diawali dengan kabut
yang tebal dan suhu dingin yang sangat ekstrem.
Kemunculan embun beku memberikan dampak positif dan negatif,
dalam sektor pertanian fenomena bun upas memberikan dampak negatif,
pasalnya tanaman khususnya tanaman kentang yang terkena bun upas akan
basah, mengeras, kemudian kering lalu mati. Hal ini tentunya sangat
membuat takut para petani kentang, karena kemunculan bun upas puluhan
hektar tanaman kentang di dataran tinggi Dieng yang diselimuti embun es
berkali­kali akan rusak dan terancam layu, sehingga produksinya
dipastikan akan menurun.
Herry Kartika yang merupakan Camat Batur, Banjarnegara ketika
ditemui di gedung DPRD mengatakan bahwasanya para petani sudah
dianjurkan untuk mengatur masa tanam, sehingga ketika muncul bun upas
tanaman sudah bisa dipanen. Namun lantaran harga kentang saat musim
kemarau cenderung lebih mahal juga kualitas panen juga lebih bagus
dibanding musim hujan akhirnya petani nekat menanam kentang.
Sebaliknya, dalam sektor pariwisata kemunculan bun upas
memberikan dampak positif, pasalnya fenomena Bun Upas menarik para
wisatawan lokal maupun luar untuk mengunjunginya. Namun dari sektor
pariwisata sendiri sulit untuk memanfaatkan, sebab munculnya embun
yang membeku sangat sulit diprediksi. Bapak Herry juga menuturkan
bahwasanya, bisa jadi wisatawan sudah menginap di Dieng tapi besoknya
embun beku tidak muncul. Hal ini yang menjadi kendala untuk
dikembangkan.
Dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Prediksi Suhu Minimum di Dieng untuk Kasus Bun Upas. Adapun
penelitian ini menggunakan Data Suhu Rata­rata, Suhu Maximum, Curah
Hujan dan Kelembapan di Banjarnegara.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang yang telah ditulis, kami memberikan identifikasi
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:
1. Prediksi suhu minimum di Banjarnegara menggunakan Regresi Linear
Berganda.
2. Pengaruh beberapa variabel cuaca terhadap suhu minimum di
Banjarnegara.

1.3 Pembatasan Masalah


Agar Praktik Kerja Lapangan di dunia usaha/sebuah instansi lebih
terarah, maka kami melaksanakan PKL berkaitan dengan bidang
matematika (pengolahan data) pada instansi Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tegah. Adapun batasan­batasa
masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Hanya berfokus pada prediksi harian suhu minimum di Banjarnegara
menggunakan metode regresi linear berganda dengan bantuan aplikasi
microsoft excel dalam perhitungannya
2. Data yang diperoleh hanya dari Stasiun Iklim BMKG.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang timbul
sebagai berikut :
1.5 Bagaimana pengaruh beberapa variabel terhadap suhu minimum di
Banjarnegara?
1.6 Bagaimana hasil prediksi suhu minimum di banjar Negara
menggunakan metode regresi linear berganda?

1.5 Tujuan PKL


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini bermaksud untuk
memberikan gambaran serta pengalaman bagi mahasiswa dalam
mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah
dengan melakukan praktik secara langsung. Selain itu kegiatan ini juga
bertujuan sebagai berikut:
1. Memenuhi satuan kredit semester (SKS) yang wajib ditempuh sebagai
persyaratan akademis Program S1 Jurusan Matematika Universitas
Islam Negri Walisongo Semarang.
2. Memperluas wawasan berpikir mahasiswa terhadap permasalahan
yang dihadapi dunia.
3. Mengenal secara umum kondisi badan instansi baik sejarah, lay out
maupun organisasi di BMKG Jawa Tengah.
4. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi dengan
keadaan yang sesungguhnya di dunia kerja.
5. Meningkatkan proses pembelajaran dan ilmu yang diperoleh pada
perkuliahan dengan tambahan latihan praktik kerja yang berkualitas
serta profesional pada kondisi di lingkungan kerja yang sesungguhnya
sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
6. Menumbuhkan perkembangan karakter keahlian kerja serta
membentuk kepribadian yang terampil, mandiri dan percaya diri.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh beberapa variabel terhadap suhu
minimum di Banjarnegara.
2. Mengetahui hasil prediksi suhu minimum di banjar Negara
menggunakan metode regresi linear berganda
.
1.6 Manfaat PKL
1. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Melatih berfikir kritis dan memecahkan masalah yang terkait
dengan bidang keahlian.
b. Melatih mahasiswa dalam menerapkan dan mengembangkan hasil­
hasil penelitian di BMKG Jawa Tengah.
c. Melatih dan membuka wawasan mahasiswa dalam memahami dan
menyelesaikan permasalahan­permasalahan di instansi yang
berkaitan dengan bidang keahlianya.
2. Manfaat Bagi Instansi
a. Merupakan saran penghubung antara instansi dan lembaga
pendidikan tinggi.
b. Sebagai sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk pelaksanakan tugas
dan tanggung jawab operasional.
c. Memberi masukan kompetensi yang sesuai sehingga akan
membantu meningkatkan kemampuan lulusan yang dibutuhkan
dunia kerja/instansi yang terkait.
3. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
a. Sebagai sarana promosi mengenai keberadaan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Walisongo Semarang sebagai lembaga
penyelenggara pendidikan.
b. Sebagai sarana pengenalan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi UIN Walisongo Semarang.
c. Memperoleh masukan kompetensi yang diperlakukan Instansi
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa
Tengah terhadap tenaga Strata Satu (S1) khususnya program studi
Matematika.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Profil Dieng dan Bun Upas
Dieng merupakan dataran tinggi (2000 mpdl) terluas didunia
setelah nepal, letaknya disebelah barat kompleks Guung Sindoro dan
Gunung Sumbing sekitar 26 km dari pusat Wonosobo, secara
administratif berada di daerah perbatasan Kabupaten Banjarnegara dan
wonosobo, Jawa Tengah i . Suhu udara di Dieng berkisar 12­21 oC
disiang hari dan 5­9 oC dimalam hari. Pada musim kemarau (bulan Juli­
September), suhu udara dapat mencapai ­4 oC dipagi hari. Menurut
kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie Kawasan
Dieng pada musim kemarau peluang terjadinya hujan sangat kecil,
karena tidak banyak tutupan awan yang berpotensi hujan, dan energi
panas matahari yang terpantul bumi langsung hilang ke atmosfer,
sehingga tidak ada pantulan balik ke bumi yang menyebabkan udara
relatif hangat seperti yang terjadi pada musim hujan. Dia mengatakan
jikalau kondisi tersebut terjadi terus menerus menyebabkan udara
makin dingin dan dapat menyebabkan embun beku atau yang dikenal
sebagai Bun Upasii.
Mengenai embun upas, embun ini merupakan embun salju nan
dingin yang menyelimuti gdataran tinggi dieng. Embun ini berlangsung
pada musim kemrau memasuki puncaknya antara juli­agustus. Tanda­
tanda akan adanya muncul Bun Upas adalah kabut yang tebal dan suhu
dingin yang sangat ekstrem.
Bun upas menurut penduduk Dieng adalah embun racun karena
menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Kawasan Dieng
merupakan penghasil sayuran di dataran tinggi untuk untuk wilayah
Jawa Tengah. Kentang merupakan komoditas utama. Selain itu, wortel,
kubis, rica­rica dan bawang­bawangan.
Kentang yang terkena bun upas akan basah, mengeras, keriong dan
mati. Meskipun es akan mencair setelah terkena matahari, tetap saja ia
meninggalkan dampak, daun kentang tiada lagi biru tapi sudah coklat
karena kering. Pada umumnya keringnya daun akan diikuti dengan
keringnya batang. Kalau tanaman kentang yang terkena bun upas masih
berumur dibawah 60 hari dipastikan bakal puso, namun jika lebih dari
60 hari makan tanaman akan kuat namun produksi akan menurun.

2.1.2 Suhu Udar a


Untuk keperluan operasional Klimatologi di Indonesia, khususnya
bagi stasiun yang beroprasi kurang dari 24 jam, maka suhu udara
permukaan rata­rata harian dapat dihitung dengan persmaan sebagai
berikut :
°
2 T7 + T1 3 + T8
n= 4

Dengan Tmean = suhu udara permukaan rata­rata harian (°)


T7 = Suhu udara pada pengamatan jam 07.00 LT;
T13 = Suhu udara pada pengamatan jam 13.00 LT;
T18 = Suhu udara pada pengamatan jam 18.00 LT;
Keadaan suhu udara pada suatu tempat dipermukaan bumi dapat
ditetukan oleh beberapa faktor (Tanudidjaja, 1993) antara lain lamanya
penyinaran matahari, kemiringan sinar matahari, keadaan awan, dan
keadaan permukaan bumi.

2.1.3 Cur ah Hujan


Curah hujan adalah butir­butir air atau kristal es yang jatuh dari
awan atau sekelompok awan. Jika curahan dimaksud dapat mencapai
permukaan bumi disebut sebagai hujan (Tjasyono, 1999). Jika setelah
keluar dari dasa awan tetapi tidak jatuh sampai kepermukaan bumi
disebut dengan virga (Soepangkat, 1994). Butir awan yang keluar dari
awan dam mapu mencapai permukaan bumi harus memiliki garis
tengah paling tidak sebesar 200 mikrometer ( 1 Mikrometer = 0,001
cm). apabila krang dari ukuran tersebut maka butir­butir air yang
dimaksud akan habis menguap diatmosfer sebelum mencapai
permukaan bumi. Banyaknya curah hujan yang mencapai permukaan
bumi atau tanah selama selang waktu tertentu dapat diukur dengan cara
mengukur tinggi air hujan dengan cara tertentu. Adapun hasil dari
pengukuran tersebut dinamakan curah hujan, yaitu tanpa mengingat
macam atau bentuknya pada saat mencapai permukaan bumi dan tidak
memperhitungkan endapan yang meresap kedalam tanah, hilang karena
penguapan ataupun mengalir.
Dari bentuk dan sifatnya, hujan ada yang disebut dengan shower
atau hujan tiba­tiba. Hujan tersebut ditandai dengan permulaan dan
akhir yang mendadak dengan variasi intensitas yang umumnya cepat,
dengan titik­ttik air atau partikel­partikel yang lebih besar dari hujan
dan jatuhnya dari awan­awan Cumulus (Cu) taupun Comulonimbus
(Cb) yang pertumbuhannya bersifan konvektif. Hujan kontinyu adalah
yang permulaan dan akhirannya tidak mendadak dan tidak tampak
terjadi pengurangan perawanan sejak sejak permulaan sampai pada
akhiran aktifitas tersebut. Hujan ini jatuhnya dari dari awan­awan yang
pada umumnya berbentuk merata seperti awan­awan Stratus (St),
Altostratus (As), maupun (Nimbustratus).

2.1.4 Kelembapan Udar a


Kelembapan udara adalah konsentrasi uap di udara (Wikipedi.org).
Atau banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau atmosfer 1 .
Besarnya tergantung dari masuknya uap air kedalam kedalam atmosfer
karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau dan sungai
maupun dari air tanah. Selain dari proses penguapan tersebut terjadi
pula dari proses transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuh­tumbuhan.

1
Ahmad Fadoli
Banyaknya kandungan air dalam udara dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain adalah ketesediaan air, sumber uap, suhu udara,
tekanan udara dan angin. Kelembapan udara yang cukup besr memberi
petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap air atau udara
dalam keadaan basah. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk
menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya dalah kelembapan
udara relative (nisbi). (Wirjomahidjojo, 2006) mempunyai pengertian
serdiri tentang kelembapan udara nisbi yaitu sebagai nilai perbandingan
antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran (e) dengan nilai
tekanan uap air maksimum (em) yang dapat dicapai pada suhu udara dan
tekanan udara saat pengukuran. Persamaan untuk kelembapan udara
relative adalah :
e
=
em
x 100

Dengan ;
RH = kelembapan udara relative (%) ;
e = tekanan uap air pada saat pengukuran (mb) ;
em = tekanan uap ir maksimum yang dapat dicapai pada suhu udara dan
tekanan udara pada saat pengukuran (mb).

2.1.5 Regresi Linear


Regresi Linear Seder hana
Metode prediksi regresi linear sederhana dilakukan dengan cara
membentuk persamaan regresi agar dapat melakukan simulasi
memprediksi suhu minimum harian di Banjarnegara. Adapun
persamaan yang digunakan ( Nazir, 2003) adalah :
Y= A+ BX

Dengan :
Y = variabel yang diduga (dependent)
A = Konstanta
B = Koefisien Regresi
X = variabel penduga ( independen).
Adapun nilai A dan B dapt dihutung dengan cara sebagai berikut :
n∑xy­(∑x)(∑y)
B= 2 2
n∑x ­(∑x)

A= Y mean­BXmean
Dengan :
X = data total hujan (mm);
Y = Data suhu minimum
n = Banyaknya data

Regresi Linear Ber ganda


Metode prediksi regresi linear berganda ini dilakukan dengan cara
membentuk persamaan regresi yang digunakan untuk melakukan
simulasi prediksi suhu minimum menggunakan lebih dari satu variabel
independen. Hasil prediksi menggunakan metode ini dibandingkan
dengan prediksi menggunakan regresi linear sederhana dapat terlihat
hasil prediksi yang lebih baik setelah dicopcokkan dengan hasil
obervasi. Adapun persamaan umum metode ini adalah :
Y= Bo+ B1 X1 + B2 X2 + …+ BkXk
Dengan :
Bo = Konstanta ;
B1, 2, … k = koefisien variabel X1, X2, …, Xk
Y = Variabel yang diduga ( variabel dependen)
Xi = Variabel penduga ( variabel independen )
Untuk analisis menggunakan metode regresi dibedakan dua jenis
variabel ialah variabel bebas (independen) dan variabel terikat
(variabel dependen) atau varibel respon. Variabel bebas merupakan
variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikatatau variabel yang
dapat meprediksi harga variabel tak beba. Variabel ini dinyatakan
dengan X1, X2, … , Xk.
Sedangkan variabel tak bebas adalah variabel yang terjadi karena
variabel bebas atau variabel yang mencerminkan respon dari variabel
bebas. Dinyatakan dengan Y (sudjana, 1995). Dalam penelitian ini
variabel bebas atau prediktor adalah suhu udara rata­rata, suhu udara
maksimum, curah hujan dan kelembapan udara, sedangkan variabel
terikatnya ( dependen) adalah suhu minimum. Proses pembuatan
perkiraan ini ada dua tahap, pertama membuat persamaan yang kedua
adalah memprediksi.

Koefisien Korelasi
Nilai koefisien korelasi (Wikipedia) digunakan untuk menentukan
besarnya hubungan atau kedekatan antara variabel dependen dangan
variabel independen. Nilai koefisien korelasi ini paling sedikit ­1 dan
paling besar 1. Jadi r = koefisien korelasi, dapat dinyatakan sebagai
berikut:
­1 ≤r x,y ≤1
artinya:
1. r (x,y) = + 1, hubungan antara x dan y sempurna dan positif
(mendekati +1), berarti hubungan keduanya sangat kuat dan
bersamaan fase atau berbanding lurus.
2. r (x,y) = ­ 1, hubungan antara x dan y sempurna dan negatif
(mendekati ­1), berarti hubungan sangat kuat dan berlawanan fase
atau berbanding terbalik.
3. Apabila nilai r(x,y) = + 0,5 atau r (x,y) = ­ 0,5 , berarti hubungan
antara x dan y dianggap cukup kuat.
4. Apabila nilai r (x,y) < +0,5 atau nilai r(x,y) > ­ 0,5 berarti
hubungan antara x dan y dianggap lemah.

Untuk Validasi hasil prakiraan dengan menggunakan koefisien


korelasi, semakin kuat korelasi maka semakin baik hasil validasi
berarti semakin tinggi tingkat akurasi prakiraan.
2.2 Ker angka Ber fikir
Prediksi suhu minimum di Banjarnegara digunakan untuk mengetahui
kapan akan terjadi lagi fenomena alam Bun upas di dataran tinggi Dieng.
Metode yang digunakan adah metode regresi linear berganda dengan variabel
Y adalah suhu minimum di Banjarnegara, variabel X adalah suhu maksimum,
suhu rata­rata, curah hujan dan kelembapan udara. . Berikut merupakan alur
kerangka berfikir dari teori yang ditetapkan oelh peneliti:

Pengumpulan data

Mendeskripsikan data

Curah hujan Kelembapan Udara


Suhu maksimum dan
rata-rata

Perhitungan

Didapat prediksi suhu minimum


di Banjarnegara

Konversi suhu minimum di Dieng


BAB III
METODE PKL
3.1 Lokasi PKL
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (disingkat BMKG),
sebelumnya bernama Badan Meteorologi dan Geofisika (disingkaat BMG)
adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). BMKG dipimpin
oleh seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang meteorology, klimtologi dan geofisika.
Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari masalah atmosfer, misalnya
suhu, udara, cuaca angina dan berbagai sifat fisika dan kimia atmosfer lainya
yang digunakan untuk keperluan prakiraan cuaca. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, meteorologi didefinisikan sebagai cabang ilmu geografi yang
mempelajari tentang ciri­ciri fisik dan kimia atmosfer untuk eramalkan
keadaan cuaca di suatu tempat secara khusus dan di seluruh dunia secara
umum. Pengertian meteorologi yang lain adalah bahwa meteorologi adalah
ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di dalam
atmosfer terutama pada lapian bawah yaitu troposfer.
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Klima dan Logos yang
masing­masing berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat,
sedangkan Logos sendiri berarti ilmu. Jadi definisi klimatologi adalah ilmu
yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai
tempat di bumi berbeda dan bagaimana kaitan antara iklim dengan aktivitas
manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data­data yang
banyak sehingga memerlukan statistic dalam pengerjaannya, orang­orang
sering mengatakan klimatologi sebagai meteorology statistic (Tjasyono,
2004).
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari penggunaan
kaidah atau prinsip­prinsip fisika. Penelitian geofisika untuk mengetahui
kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan
bumi dari parameter­parameter fisika yang dimiliki oleh bantuan di dalam
bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat­sifat dan kondisi
di bawah permukaan bumi baik itu secara vertical maupun horizontal.

Sejar ah BMKG
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan
oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun
kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil
pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan
nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium
Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun
pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi
dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada
tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di
Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun
1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan
menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan
untuk penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945,
nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi
tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang
berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus
untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan
Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan
Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil
alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch
en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan
Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia,
kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik
Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi
Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi
masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological
Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika
menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya
menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen
Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan
Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan
Udara.Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti
namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat
eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya
dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan
Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di bawah
Departemen Perhubungan.Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI
Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan
Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan
Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga
Pemerintah Non Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang­Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono. (unduh Penjelasan UU RI Nomor 31 Tahun 2009).

Visi dan Misi


Dalam rangka mendukung dan mengemban tugas pokok dan fungsi serta
memperhatikan kewenangan BMKG agar lebih efektif dan efisien, maka
diperlukan aparatur yang profesional, bertanggung jawab dan berwibawa
serta bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), disamping itu harus
dapat menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran dan kebenaran guna ikut
serta memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Oleh
karena itu kebijakan yang akan dilakukan BMKG Tahun 2010­2014 adalah
mengacu pada Visi, Misi, dan Tujuan BMKG yang telah ditetapkan.

Visi
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka
mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan
nasional, dan berperan aktif di tingkat Internasional. Terminologi di dalam
visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika yang handal ialah pelayanan BMKG terhadap penyajian data,
informasi pelayanan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika yang akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat
dipertanggungjawabkan
Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan
merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa.
Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan visi yang jelas
yaitu berupa langkah­langkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang telah
ditetapkan yaitu :
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika.
2. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
3. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi,
klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi,
klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
Secara lebih rinci, maksud dari pernyataan misi di atas adalah sebagai
berikut :
1. Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika artinya BMKG melaksanakan operasional
pengamatan dan pengumpulan data secara teratur, lengkap dan akurat guna
dipakai untuk mengenali dan memahami karakteristik unsur­unsur
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika guna membuat
prakiraan dan informasi yang akurat.
2. Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika kepada para pengguna sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu;
3. Mengkoordinasi dan Memfasilitasi kegiatan sesuai dengan kewenangan
BMKG, maka BMKG wajib mengawasi pelaksanaan operasional,
memberi pedoman teknis, serta berwenang untuk mengkalibrasi peralatan
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika sesuai dengan
peraturan yang berlaku
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional artinya BMKG dalam
melaksanakan kegiatan secara operasional selalu mengacu pada ketentuan
internasional mengingat bahwa fenomena meteorologi, klimatologi,
kualitas udara, dan geofisika tidak terbatas dan tidak terkait pada batas
batas wilayah suatu negara manapun.

Tugas dan Fungsi BMKG J awa Tengah


BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan.
BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang­undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
3. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika;
4. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data
dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
5. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
6. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan perubahan iklim;
7. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
8. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
9. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
10. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
11. Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
12. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
13. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
14. Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
15. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG;
16. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG;
17. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
18. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan
oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan.

Str uktur Or ganisasi BMKG J awa Tengah


Kepala Stasiun : Ir. Tuban Wiyoso, M.Si
Kasie Datin : Iis Widya Harmoko, M.Kom
Staf Satin :Tris Adi Sukoco, S.Hut
Septi Ermawati, M.Si
Sulistiyowati, SP
Zauyik Nana Ruslan, ST
Edy Susanto, SP
Rosyidah, S.Kom
Nursamsiah, M.Si
Umaroh, M.Si
Restu Tresnawati, S.Si
Stefani Putri S.Kom
Nurfitrianto

3.2 Desain/Rancangan PKL


Desain/ Rancangan PKL yang dipilih adalah meneliti tentang prediksi
suhu minimum di Dieng. karena waktu PKL tepat pada musim kemarau dan
terdapat fenomena Embun Upas (embun beku) sehingga peneliti ingin
memprediksi suhu minimum menggunakan metode Regresi Linear. Penelitian
ini menggunakan beberapa variabel diantaranya : suhu makssimum, suhu
rata­rata, curah hujab dan kelembapan.

3.3 Objek PKL


Objek PKL di BMKG Jawa Tengah adalah pengolahan data yang
disediakan di BMKG Jawa Tengah

3.4 Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang didapatkan
tidak secara langsung dari objek atau subjek penelitian. Jenis data yaitu data
kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka.

3.5 Instr umen PKL


Instrumen atau alat yang digunakan saat Praktik Kerja Lapangan yaitu:
1. Alat Observasi
2. Alat Pengolahan data

3.6 Teknik Analisis Data


Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear.
Peneliti menggunakan teknik analisis tersebut karena data penelitian yang
digunakan adalah data­data input yang sudah tetep atau data pasti. (Sutrisno,
2011) mengatakan bahwasanya jika data­data input dan output sudah tetap
maka untuk melakukan peramalan menggunakan analisis regresi.
BAB IV
HASIL PKL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kegiatan PKL

Tanggal Uraian Kegiatan


7/2/2018 Penyerahan Mahasiswa ke tempat PKL oleh DPL
Pengenalan aplikasi dan program dari satelit untuk memntau
adanya awan, petir, gempa dan data dari observasi.
7/3/2018
Memasukkan data suhu udara, suhu rata­rata, suhu minimum,
kelembapan dan curah hujan.
7/4/2018 Meneliti kembali hasil inputan
Input data format excel kedalam aplikasi yang tersedia di
7/5/2018 BMKG
7/6/2018 Input data Curah hujan di Jawa Tengah
7/7/2018 Libur Sabtu
7/8/2018 Libur Minggu
7/9/2018 Input data curah hujan di Jawa Tengah
Input data suhu rata­rata, curah hujan, lama penyinaran
7/10/2018
matahari, kelembapan di Adisucipto Boyolali
7/11/2018 Mengumpulkan data iklim di Banjarnegara
7/12/2018 Mengumpulkan data iklim di Banjarnegara
Memprediksi Suhu Minimum di Banjarnegara menggunakan
7/13/2018 Regresi Linear
7/14/2018 Libur Sabtu
7/15/2018 Libur Minggu
7/16/2018 Input Data Klimat di Adisumarmo
7/17/2018 Input data Klimat di Adisumarmo
7/18/2018 Persiapan SLI ( Sekolah lapangan Iklim)
7/19/2018 Input data Curah hijan
7/20/2018 Pengumpulan data Penelitian
7/21/2018 Libur Sabtu
7/22/2018 Libur Minggu
7/23/2018 Identifikasi database curah hujan Magelang Jawa Tengah
7/24/2018 Identifikasi data curah hujan Kudus Jawa Tengah
7/25/2018 Identifikasi database curah hujan Pekalongan Jawa Tengah
Identifikasi database curah hujan di Klaten dan Perbalingga
7/26/2018
Jawa Tengah
7/27/2018 Identifikasi data curah hujan du Jepara Jawa Tengah
7/28/2018 Libur Sabtu
7/29/2018 Libur Minggu
7/30/2018 Identifikasi database curah hujan di Pati Jawa Tengah
7/31/2018 Identifikasi database curah hujan di Pemalang Jawa Tengah
8/1/2018 Pengolahan data Penelitian
8/2/2018 Pengolahan data penelitian
Observasi lapangan dalam pengukuran iklim menggunakan
8/3/2018 alat­alat lapangan
8/4/2018 Libur Sabtu
8/5/2018 Libur Minggu
8/6/2018 Pengolahan Data penelitian
8/7/2018 Pengolahan Data Penelitian
8/8/2018 Membuat Time Series untuk Data Iklim Daerah Sempur
8/9/2018 Membuat Time Series untuk Data Iklim Daerah Sempur
8/10/2018 Izin Acara Keluarga
8/11/2018 Libur Sabtu
8/12/2018 Libur Minggu
8/13/2018 Pengolahan data penelitian
8/14/2018 Presentasi Hasil Penelitian
8/15/2018 Pencabutan Mahasiswa PKL Oleh DPL
4.2 Pembahasan
4.2.1 Deskr ipsi Data
Dalam penelitian ini diambil data dari Kota Banjarnegara, karena yang
terdekat dari Dieng adalah Banjarnegara.
Terdapat beberapa macam data dalam penelitian ini, kemudian
tersebut dibagi menjadi dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel suhu
minimum, sedangkan variabel dependen ada variabel curah hujan, suhu
rata­rata, suhu maksimum dan kelembapan udara. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data harian, dari januari 2012 hingga juni
2018. Sedangkan data Juli dan Agustus 2018 digunakan untuk
membandingkan hasil prediksi dengan kenyataan yang terjadi.
Adapun dibawah ini adalah scatter plot dari data­data yang digunakan:
4.2.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode regresi regresi linear berganda. Data yang digunakan berupa
data sekunder yang diperoleh dari Badan meterologi Klimatologi dan
Geofisika, dengan data pengamatan selama 6 tahun yaitu 2012 s.juni
2018. Kemudian data diolah menggunakan persamaan regresi linear
berganda dengan menggunakan 4 variabel bebas dan satu variabel
terikat.
Y= b
0
+ bx
1 1
+ bx
2 2
+ bx
3 3
+ bx
4 4

Dengan :
Y = Suhu Minimum
b1, b2, b3, b4 = Parameter Model
x1 = Koefisien regresi curah hujan
x1 = Koefisien regresi suhu maksimum
x1 = Koefisien regresi suhu rata­rata
x1 = Koefisien regresi kelembapan
Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini digunakan
untuk menyatakan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Kemudian dicari koefisien korelasi untuk mengetahui kuat lemahnya
hubungan variabel terikat dengan variabel bebas. Pada penelitian ini
penulis menggunakan bantuan aplikasi excel dan spss dalam
perhitungannya. Setelah menghasilkan prediksi di Banjarnegara,
langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mentranslasikan hasil
prediksi suhu minimum di Banjarnegara menjadi hasil prediksi suhu
minimum di Dieng. (Suhardi Purwantara, 2011) menyebutkan
bahwasanya ketinggian suatu tempat yang ada di permukaaan bumi
berpengaruh terhadap tekanan dan suhu udara. Semakin tinggi tempat di
permukaan bumi, semakin rendah suhu udaranya. Menurut Break :
h)
t= 2 6 ,3 °C- ( 0 ,6 1 °C-

100
Dengan : t = suhu udara, h = ketinggian tempat.
Formula yang lain adalah formula Mock, besarnya suhu suatu tempat
adalah selisih ketinggian tempat diklikan dengan konstanta 0,006.
▼t= 0 ,0 0 6 (z1 -z2 )
Dengan z1= tempat lokasi 1 dan z2 = tempat lokasi 2.
Artikel climate4life.info menyebutkan bahwasanya setiap 100 m
suhu udara turun 1oC berkaitan dengan sifat fisis atmosfer dan
keberadaan uap air di atmosfer. Jika kita anggap atmosfer memiliki sifat
seperti gas ideal maka akan berlaku persamaan
PV= nRT 1

Dimana :
P = tekanan;
V = volume;
n = jumlah mol;
R = tetapan gas;
T = temperatur mutlak;
Persamaan diatas menggambarkan hubungan suhu, tekanan, volume
dan kerapatan udara pada atmosfer bumi (Neiburger, et. al., 1995), yang
dijabarkan sebagai berikut :
1. Pada suhu tetap, kerapatan gas sebanding dengan tekanan, volume
berbanding terbalik dengan tekanan.
2. Pada volume tetap, tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
3. Pada tekanan tetap, volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
Jika V diganti diganti dengan volume spesifik (v=V/n) maka
persamaan (1) menjadi :
v
P = RT 2

Persamaan (2) dapat dituliskan dalam bentuk differensial :


d
R T= v.dP+ P.dv (3 )
Dengan mempertimbangkan :
Kapasitas panas pada tekanan tetap :
ĈdQ = Cp dT
Kapasitas panas pada volume tetap :
ĈdQ = Cv dT
Sehingga akan diperoleh konsep pertukaran panas di atmosfer yaitu :
dQ = Cv dT + P.dv (4 ) atau dQ = Cp dT @ v dP (5 )
Dengan menggunakan persamaan (5), jika tidak ada pertukaran
panas antara sistem dan lingkungan maka dQ = 0, sehingga persamaan
(5) menjadi Cp dT= v dP 6 atau Cp dT= Â dP 1
7

Dimisalkan paket ini adalah udara kering yang naik vertikal dengan
jarak dz. Udara disekelilingnya diangggap diam, sehingga untuk
keadaan udara disekelililingnya berlaku persamaan hidrostatik.
dP= -g p dz, dengan g adalah gravitasi.
Dengan mensubtitusi persamaan (8) pada persamaan (7) akan
diperoleh ddz= - gp
T

C
9 .

Persamaan (9) menyatakan besarnya laju penurunan temperatur


terhadap ketinggian­ketinggian dimana :
1. Jika paket bergerak keatas, dz positif dan dT akan negatif
2. Jika paket bergerak kebawah, dz negatif dan dT akan positif
Pada persamaan (9) jika nilai :
o
Ĉ
-2 -1 -1
g= 9 ,8 ms p
, C = 0 ,2 4 cal.gram . C

Jika dimasukkan pada persamaan (9) maka akan diperoleh :


o
dT 0 ,9 8 1 C
=- =-
dz 100 100m

Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya :


1. Paket udara kering yang naik keatas mengalami pendinginan
1oC setiap kenaikan 100 m.
2. Paket udara kering yang turun mengalami pemanasan 1oC
setiap penurunan 100 m.
4.2.3 Pembahasan
4.2.3.1 Uji Nor malitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas digunakan dalam
penelitian ini adalah Kormogolov­smirnov dengan menggunakan
taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika
signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05.
Untuk mengetahui kenormalan data, penulis menggunakan
bantuan aplikasi SPSS. Berikut adalah gambar hasil dari perhitungan
SPSS :

(Gambar 1.1 Output SPSS Uji Normalitas per variabel)

Terlihat pada baris Asymp Sig (2­tailed), dari keempat variabel nilai
signifikansi kurang dari 5% (0,000) artinya data tidak berdistribusi
nornal. Namun untuk kasus regresi linear berganda asumsi normalitas
tidak per variabel, melainkan pada residual.
Berikut adalah output Uji normalitas pada residual :

(Gambar 1.2 Output SPSS Uji Normalitas pada Residual)

Pada output diatas terlihat plot­plot mengikuti alur garis lurus,


sehingga asumsi normalitas terpenuhi. Jadi dari keterangan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwasanya data berdistribusi normal.

4.2.3.2Uji Hipotesis
Analisis regresi linear adalah hubungan secara linear antara satu
variabel indeoenden (X , X , …, Xk) dan variabel dependen (Y). Uji
1 2

hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh antara


variabel dependen dengan setiap variabel­variabel independen.
Dimana uji hipotesisnya adalah
H0 = Variabel tidak berpengaruh signifikan, bila P> ²
H1 = Variabel berpengaruh signifikan, bila P< ²
Dengan ² = 0 ,0 5
Dibawah ini akan disajikan hasil pengolahan data menggunakan
bantuan aplikasi excel.

(Gambar 1.3 Output excel analisis regresi dengan 4 variabel bebas)

Dalam tabel pada kolom p­value untuk variabel curah hujan, suhu
rata­rata dan kelembapan kurang dari ² ( 0 ,0 5 ) , sehingga dapat
disimpulkan bahwasanya variabel­varibel tersebut memberi pengaruh
yang signifikan terhadap variabel suhu minimum. Sedangkan variabel
suhu maksimum nilai p­value kurang dari ² 0 ,0 5 sehingga
variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel suhu
minimum. Kita bisa mengeliminasi atau tidak mengikutsertakan suhu
maksimum kedalam persamaan regresi linear, kerena sudah jelas
bahwa variabel suhu maksimum tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen atau variabel suhu minimum.
Karena suhu maksimum tidak diikutsertakan maka didapat tabel
baru yaitu sebagai berikut :

(Gambar 1.4 Output excel analisis regresi dengan 3 variabel bebas)

4.2.3.3 Koefisien Korelasi


Pada bagian ini akan membahas seberapa besar pengaruh
variabel­variabel independen dengan variabel dependen. Pada tabel
diatas pada baris Adjusted R Square terlihat nilainya adalah
0.403842758, sehingga dapat disimpulkan bahwasanya secara
bersamaan variabel­variabel independen dimana pada penelitian ini
adalah curah hujan, suru rata­rata dan kelembapan udara mempunyai
hubungan dengan variabel dependen (suhu minimum) sebesar 40%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwasanya hubungan variabel dependen
dengan variabel independen lemah.
4.2.2.4Hasil Prediksi di Banjar negar a
Selisih ahsil
Hasil Aktual
Tanggal Prediksi dan Aktual
Prediksi Tmin
Tmin
7/1/2018 20.18 18.2 1.98
7/2/2018 20.35 19.0 1.35
7/3/2018 20.45 19.2 1.25
7/4/2018 20.79 19.0 1.79
7/5/2018 20.33 19.6 0.73
7/6/2018 20.16 16.0 4.16
7/7/2018 20.40 16.4 4.00
7/8/2018 20.05 18.0 2.05
7/9/2018 20.00 18.8 1.20
7/10/2018 20.40 18.8 1.60
7/11/2018 20.41 18.4 2.01
7/12/2018 20.44 15.6 4.84
7/13/2018 20.49 17.8 2.69
7/14/2018 20.51 18.2 2.31
7/15/2018 20.40 17.8 2.60
7/16/2018 20.37 17.4 2.97
7/17/2018 19.84 17.4 2.44
7/18/2018 20.09 18.2 1.89
7/19/2018 20.23 18.2 2.03
7/20/2018 20.44 18.2 2.24
7/21/2018 20.58 18.2 2.38
7/22/2018 20.38 18.2 2.18
7/23/2018 20.22 20.2 0.02
7/24/2018 20.32 20.0 0.32
7/25/2018 19.97 18.2 1.77
7/26/2018 19.79 18.0 1.79
7/27/2018 20.10 14.8 5.30
7/28/2018 20.28 16.6 3.68
7/29/2018 20.04 17.2 2.84
7/30/2018 19.85 16.6 3.25
7/31/2018 19.67 18.8 0.87
8/1/2018 19.51 19.03
8/2/2018 19.62 19.03
8/3/2018 19.89 18.90
8/4/2018 20.12 19.40
8/5/2018 19.99 19.30
8/6/2018 20.37 19.40
8/7/2018 20.29 20.05
8/8/2018 20.03 19.50
8/9/2018 20.13 19.30
8/10/2018 20.53 19.73
8/11/2018 20.25 20.27
8/12/2018 19.92 19.47
8/13/2018 19.72 19.33
8/14/2018 20.08 19.40
8/15/2018 19.97 19.73
8/16/2018 19.80 19.20
8/17/2018 20.05 19.87
8/18/2018 19.87 19.40
8/19/2018 20.08 20.07
8/20/2018 19.42 18.93
8/21/2018 19.77 18.80
8/22/2018 20.10 19.77
8/23/2018 20.00 19.27
8/24/2018 19.88 19.13
8/25/2018 19.53 18.73
8/26/2018 19.77 18.90
8/27/2018 20.08 18.47
8/28/2018 20.44 19.83
8/29/2018 20.29 20.10
8/30/2018 20.21 19.97
8/31/2018 20.44 20.03

Dari hasil perhitunngan tidak terdapat penurunan suhu minimum


secara signifikan, hasil dari prediksi hanya memperoleh penurunan
pada hari itu dengan hari sebelumnya tidak lebih dari 0,4. Adapun
suhu paling minimum dari prediksi dperoleh 19,4 yang terjadi pada
tanggal 20 Agustus. Selain itu ada juga 19,51 dan 19, 62 yaitu pada
tanggan 2 dan 3 Agustus 2018. Adapun selisih prediksi suhu
minimum dengan aktualnya cukup besar, hingga 5oC.
4.2.2.5 Hasil Prediksi di Dieng
Prediksi
Tanggal Suhu di Dieng
Di Banjarnegara
7/1/2018 20.18 6.26
7/2/2018 20.35 6.43
7/3/2018 20.45 6.53
7/4/2018 20.79 6.87
7/5/2018 20.33 6.41
7/6/2018 20.16 6.24
7/7/2018 20.40 6.48
7/8/2018 20.05 6.13
7/9/2018 20.00 6.08
7/10/2018 20.40 6.48
7/11/2018 20.41 6.49
7/12/2018 20.44 6.52
7/13/2018 20.49 6.57
7/14/2018 20.51 6.59
7/15/2018 20.40 6.48
7/16/2018 20.37 6.45
7/17/2018 19.84 5.92
7/18/2018 20.09 6.17
7/19/2018 20.23 6.31
7/20/2018 20.44 6.52
7/21/2018 20.58 6.66
7/22/2018 20.38 6.46
7/23/2018 20.22 6.30
7/24/2018 20.32 6.40
7/25/2018 19.97 6.05
7/26/2018 19.79 5.87
7/27/2018 20.10 6.18
7/28/2018 20.28 6.36
7/29/2018 20.04 6.12
7/30/2018 19.85 5.93
7/31/2018 19.67 5.75
8/1/2018 19.51 5.59
8/2/2018 19.62 5.70
8/3/2018 19.89 5.97
8/4/2018 20.12 6.20
8/5/2018 19.99 6.07
8/6/2018 20.37 6.45
8/7/2018 20.29 6.37
8/8/2018 20.03 6.11
8/9/2018 20.13 6.21
8/10/2018 20.53 6.61
8/11/2018 20.25 6.33
8/12/2018 19.92 6.00
8/13/2018 19.72 5.80
8/14/2018 20.08 6.16
8/15/2018 19.97 6.05
8/16/2018 19.80 5.88
8/17/2018 20.05 6.13
8/18/2018 19.87 5.95
8/19/2018 20.08 6.16
8/20/2018 19.42 5.50
8/21/2018 19.77 5.85
8/22/2018 20.10 6.18
8/23/2018 20.00 6.08
8/24/2018 19.88 5.96
8/25/2018 19.53 5.61
8/26/2018 19.77 5.85
8/27/2018 20.08 6.16
8/28/2018 20.44 6.52
8/29/2018 20.29 6.37
8/30/2018 20.21 6.29
8/31/2018 20.44 6.52

Setelah didapatkan hasil prediksi di Banjarnegara, langkah


selanjutnya adalah mengkonversi suhu menurut ketinggian suatu
tempat. Pada metode penelitian telah dijelaskan langkah­langkah
mengukur suhu suatu tempat dengan sesuai ketinggiannya. Pada
penelitian ini digunakan teori “ setiap naik 100 m turun 1oC”. Dari
beberapa sumber yang ada Dataran Tinggi Dieng berada pada 2000
mpdl sedangkan Banjarnegara dari sumber data variaber yang diambil
tertera bahwa data­data variabel tersebut diambil pada tempat
diketinggian 608 m. Dari kedua ketinggian dicari selisihnya kemudian
dibagi dengan 100 dan didapatkan 13,92. Hasil tersebut kemudian
digunakan untuk mengurangi hasil prediksi suhu minimum di
Banjarnegara. Didapatkan besaran suhu seperti tabel diatas. Dilihat
dari tabel diatas suhu didaerah dieng berkisar 5 s/d 6, tidak terdapat
suhu minus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Setalah dilakukan Uji T, p­value variabel suhu maksimum adalah 0,18,
karena p­value dari variabel suhu maksimum lebih dari α (0,05) maka
variabel suhu maksimum tidak memiliki pengaruh yang signifikan,
sehingga dalam penelitian ini suhu maksimum dihilangkan.
2. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai korelasi atau hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat adalah 40% itu artinya hubungnnya
atau korelasinya lemah
3. Dari hasil perhitungan analisis didapatkan suhu paling minimum 19,4 yang
terjadi pada tanggal 20 Agustus 2018, sehingga dari hal itu penulis
menyimpulkan bahwasanya ada kemungkinan bun upas terjadi pada
tanggal tersebut.
4. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis diatas, prediksi
suhu minimum di Banjarnegara dengan menggunakan prediktor suhu rata­
rata, curah hujan dan kelembapan menunjukkan nilai prediksi yang kurang
baik karena terjadi penyimpangan antara suhu minimum prediksi dengan
suhu minimum aktual yang cukup besar,

5.2 Sar an
Setelah penulis melakukan penelitian, ada beberapa hal yang perlu
diperbaiki sehingga harapannya untuk kedepannya bisa dilakukan penelitian
yang lebih baik lagi.
Berikut adalah beberapa saran dari penulis :
1. Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan
beberapa variabel bebas yang lain yang sedikit banyak mempengaruhi
suhu minimum di daerah Banjarnegara sehingga hasil penelitian nantinya
bisa mendekati kenyataannya.

Daftar Pustaka

i
Dieng.org
ii
Replubika

Anda mungkin juga menyukai