Bab VII Pasak Dan Poros
Bab VII Pasak Dan Poros
BAB VI
SAMBUNGAN PASAK DAN POROS
(Key Joint and shaft)
A. Sambungan Pasak
Sambungan pasak dapat dibedakan menjadi sambungan pasak memanjang dan
sambungan pasak melintang. Sambungan pasak memanjang digunakan untuk mene-
ruskan gaya dengan cara berputar. Contoh sambungan pasak pada poros dengan roda gigi,
roda sabuk, atau yang lain. Sambungan pasak melintang untuk meneruskan gaya dengan
gerak utama lurus. Contoh sambungan antara seqer dengan batang seqer.
Poros
(a) (b)
Roda gigi
(c)
Gambar 5.1. Sambungan pasak memanjang.
a. sambungan pasak tembereng (woodruff)
b. sambungan pasak persegi (square)
c. sambungan pasak bintang (spline)
Dalam daftar normalisasi NEN No. 32, pasak tembereng dan pasak berpenampang segi
empat memiliki data ukuran seperti yang terdapat pada Tabel 5.1 berikut.
d
Untuk Sumbu Penuh Untuk Sumbu Berlubang q d
L t P m n t P m n
4 6 15 16 4 2 16
6 9 21 22 5 3 22
6 15 33 35 5,5 10 37 54 20 3 32
8 19 58 70 20 15 51 70 24 4 52
8 24 74 90 25 17 60 90 32 4 72
10 24 74 90 26 17 60 90 33 4 82
12 17 60 90 34 5 105
1
G.Weetwijn 1952. (ukuran dalam mm)
Beberapa ukuran pasak memanjang menurut standar JIS, seperti dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Ukuran Pasak Berpenampang Segi Empat
h
l h 1
b h
h
2
h
b
112
F l F
b
Dn
Ketenuan dalam gambar tersebut adalah, l/d = 1,4 ÷ 1,7; l/b =2 ÷ 3,5; Dn/d ≈ 2,5 ÷ 3,5.
P
atau Ft = 71620 ------ kg ………………………….…….....……….. (1)
nR
Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.4, kalau k tekanan bidang, l panjang pasak
dalam mm, h1 dan h2 masing-masing ketinggian pasak di alur roda dan di bagian poros,
113
Ft
h1
a h
Ft h2
c
K
2/3b 1/3b
b
K
k
Ft Ft
besar tekanan bidang antara roda dengan pasak k1 = ----- dan k2 = -----, atau
l.h1 l. h2
Ft = l . h1 . k1 atau Ft = l . h2 . k2 kg …………… (3)
Pasak dan poros biasanya terbuat dari Bj. 50 atau Bj. 60, sedangkan bahan roda yang
akan dipersambungkan biasanya berasal dari Bt 18 atau Bd.t 38.
Untuk sambungan pasak yang geraknya normal tekanan bidang yang diijinkan k
seperti berikut:
Bj. 50 ……………………………… k = 6 ÷ 10 kg/mm2
Bd.t 38 ……………………………... k = 4 ÷ 8 kg/mm2
Bt. 18 ………………………………. k = 3 ÷ 6 kg/mm2
Agar sambungan pasak tetap kokoh, maka kopel dari gaya putar F t dan gaya dari K
harus seimbang, oleh karena itu
Ft . a = K . c …………………………… (a)
Dalam gambar terlihat a = h/2 dan c = b/3 …………………………. (b)
maka Ft . h/2 = K . b/3
atau Ft = 2/3 . b/h . K ……………………………………… .(c)
K adalah besar tekanan bidang di bagian atas dan di bagian bawah pasak yang besarnya
K = b . l . k/2, ………………………………………. (d)
Menggantikan K ke persamaan (c) akan diperoleh,
2 b k
Ft = ---- . ---- . b . l . ---
3 h 2
1 l .b3.k
atau Ft = -- . ------- kg ......………….……………………... (4)
3 h
Kemampuan pasak terhadap gaya geser dapat dihitung dengan persamaan,
114
Ft ≤ l . b . τg kg ……………………………………….. (5)
Contoh 1.
Sebuah sambungan pasak memanjang harus meneruskan daya 20 tk dengan
kecepatan putar 200 ptm. Diameter poros 60 mm, panjang naf roda yang disambungkan
100 mm. Bahan poros dan pasak dari Bj 50 sedangkan bahan roda dari Bt. 18. Tentukan
ukuran pasak tersebut tanpa menggunakan daftar.
Penyelesaian
Konsep yang dimaksud dalam soal dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.5.
b
h
1
F St 50
h
R=30 h
2
l = 100 mm P = 20 tk
n = 200 rpm
Bt. St.50
60
833 kg/mm2
Pemeriksaan terhadap tegangan geser di hitung dengan persamaan,
Ft = l . b . τ g
2390 kg = 100 mm x 17 mm x τg
2390 kg
τg = ------------ ≈ 1,4 kg/mm2
1700 mm2
Tegangan geser untuk St 50 = 0,5 x σ t = 0,5 x 5 kg/mm 2 = 2,5 kg/mm2, karena tegangan
geser yang terjadi 1,4 kg/mm2 < dari batas tegangan geser baahan yaitu 2,5 kg/mm2, dapat
dipastikan sambungann pasak tersebut aman.
Harga tegangan geser ijin (τ g) maupun tegangan tarik ijin (σt) diperoleh dengan
membagi kekuatan patah σB dengan faktor kemanan terhadap asal bahan S f1 biasanya
diambil 6, dan adanya alur pasak pada poros Sf2 yang besarnya antara 1÷1,5 untuk beban
ringan, dan antara 2 ÷ 5 untuk beban dengan kejutan berat.
Contoh 2.
Sambungan pasak memanjang meneruskan daya 10 kW pada kecepatan putar 1450
rpm. Panjang pasak tidak boleh melebihi 1,3 x diameter porosnya. Tentukan ukuran
sambungan pasak tersebut.
Penyelesaian.
Konsep yang dimaksud dalam soal ditunjukkan pada Gambar 5.5.
Daya P = 10 kW , kecepatan putar n = 1450 rpm.
Daya bekerja secara normal, dapat diambil faktor koreksi fc = 1.
Daya rencana Pr = P x fc = 10 kW x 1 = 10 kW.
Untuk menghasilkan torsi dalam satuan kg-mm dapat diperoleh dengan rumus,
Pr
116
F
ds l F
b
Dn
biasa dipakai dalam membuat perhitungan sambungan pasak melintang sebagai berikut.
l/d = 1,5 ÷ 1,7 Dn/d ≈ 2,5 untuk naf dari baja, dan ≈ 3,5 untuk naf
l/b = 2 ÷ 2,5 dari besi tuang.
117
F( l + b) F.l
Mb = ----------- dalam praktek banyak digunakan Mb = ------ kg.mm…. (6)
4 8
Mb
Juga dapat Mb = Wb . σb, atau σb = ----- kg/mm2 .....…………….………………. (7)
Wb
Contoh 3.
Tentukan ukuran sambungan pasak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.7.
Sambungan harus menahan beban bertukar-tukar 5.000 kg. Batang garpu terbuat dari St.
42 dan bahan pasak lintang berpenampang bulat berasal dari St. 50, faktor keamanan
terhadap patahan Sf = 6. Gunakan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Penyelesaian.
Dipilih ketentuan-ketentuan sbb.
l/d = 1,5, l/b = 2,5, Dn/d = 2,5, τg ijin = 0,5 σt ijin, dan h = 4b,
Bahan pasak dari St. 50, Sf = 6 terhadap patahan,
σB 50 kg/mm2
maka σt ijin = ---- = -------------- = 8,33 kg/mm2
Sf 6
τg ijin = 0,5 x 8,33 kg/mm2 = 4,166 kg/mm2
Pasak mendapat geseran ganda dengan demikian,
b
d
F = 5.000 kg l F = 5.000 kg
b
Dn
I
F = 5.000 kg F = 5.000 kg
hI
Gambar 5.7. Untuk contoh 3.
F = 2 . A . τg ijin
5000 kg = 2 x 3,14 x (d)2 x 4,166 kg/mm2
1/2
5.000 kg
d = ----------------------------- = (191,12 mm2)1/2 = 13,8246 mm,
2 x 3,14 x 4,166 kg/mm2
dibuat d = 14 mm Do/d = 2,5
maka l/5 = 1,5 Do = 2,5d = 2,5 x 14 mm = 35 mm
118
l = (1,5)d = 1,5 x 14 mm = 21 mm
l/b = 2,5
b = l/2,5 = (21 mm)/2,5 = 8,4 mm
h = 4b = 4 x 8,4 mm = 33,6 mm
Tegangan tarik garpu pada penampang I-I dihitung dengan persamaan,
F 5.000 kg 5.000 kg
σt = -------------- = -------------------------------------- = --------------- = 15,2 kg/mm2
2 (h - d) . b 2 (33,6 mm – 14 mm) x 8,4 mm 329,28 mm2
42 kg/mm2
Tegangan tarik ijin garpu, σt = ------------- = 7 kg/mm2
6
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tegangan kerja > dari tegangan ijin maka garpu
dapat dipastikan akan patah lebih awal. Oleh karena itu kalau diambil
l/b = 2
b = l/2 = 21 mm /2 = 10,5 mm
l = 4b = 4 x 40,5 = 42 mm
Sehingga tegangan tarik kerja menjadi,
5.000 kg
σt = ------------------------------------- = 8,5 kg/mm2
2 ( 42 mm – 14 mm) 10,5 mm
Hasil tersebut masih berada di atas batas tegangan tarik ijin, namun kalau faktor
keamanan terhadap patahan = 5, maka tegangan tarik ijin = (42 kg/mm)/5 = 8,4 kg/mm 2,
maka tegangan kerja tersebut akan berada pada batas maksimal.
B. Poros
Poros adalah tulang punggung mesin. Fungsi poros dibedakan menjadi dua yaitu (1)
poros sebagai pemikul atau gandar. Contoh poros kereta dorong, poros roda kereta api,
poros roda sepeda dan sebagainya. Beban utama poros adalah bengkokan, sedangkan
adanya beban yang lain hal merupakan beban ikutan. (2) Poros penerus daya atau poros
transmisi. Cara penerusannya dilakukan dengan gerak utama putar, lurus atau gabungan.
Contoh poros mesin transportasi, poros mesin-mesin produksi dan sebagainya. Poros
transmisi yang relatif pendek disebut spindel. Contoh poros kepala tetap pada mesin
bubut atau yang lain. Beban utama poros transmisi adalah gabungan antara beban
bengkok dengan beban puntir atau yang lain.
119
Fh
Fv
h
Fv 2 Fv 2
/ /
ds
l
l
3
r
Rh= Fh
Fv/2 Fv/2
Ro l Ro
1
l
2
Gambar 5.8. Gandar pada beban bengkok.
120
Tegangan bengkok σb dan ukuran diameter poros ds dapat dihitung dengan persamaan,
Mb Mb 10,2 Mb
σb ≥ ----- = ---------- = ---------- kg/mm2 …………………….. (14)
Wb (π/32)ds3 ds3
1/3
10,2
atau ds = ------ .Mb mm, ..…………………………… (15)
σb
Dikaitkan dengan ketentuan–ketentuan tersebut di atas, poros harus menahan tiga momen,
maka tegangan bengkok ijin pada rumus (14) dan diameter poros rumus (15) dapat
berubah menjadi,
10,2. m (M1 + M2 + M3)
σb = ------------------------------ kg/mm2 ………………………….. (16)
ds3
1/3
10,2
ds ≥ --------- . m (M1 + M2 + M3 mm, ......………………………… (17)
σb ijin
Contoh 4.
Gandar dalam Gambar 5.9, dibebani tetap 12.000 kg, bergerak dengan kecepatan
maksimum 100 km/jam. Bahan gander terbuat dai bahan standar JIS E4502 kelas 3.
Tentukan diameter ds bagian dudukan rodanya?
121
F =12.000 kg
970
Fv 2 Fv 2
/ /
ds1 ds
R =F
h h
Ro 1120 Ro
1930
Dalam Tabel 5.1, pada kecepatan 100 km/jam terbaca αv = 0,3 dan αh = 0,4.
M2 = αv x M1 = 0,3 x 2.430.000 kg.mm = 729.000 kg.mm.
Pada gambar diketahui l = 345 mm, l3 = 128 mm, kalau αv = 0,3,
maka Fv = αv x F = 0,3 x 12.000 kg = 3.600 kg.
h 970 mm
Reaksi bantalan Qo = Fv x -------- = 3.600 kg x ------------------------ = 1.809 kg
r+h 430 mm + 970 mm
Reaksi telapak roda terhadap beban horizontal,
Fh (h + r) F x αh (h + r) 12.000 kg x 0,4 (970 mm + 430 mm)
Ro = ------------ = ---------------- = --------------------------------------------- = 6000 kg
l1 l1 1120 mm
Momen bengkok naf sebelah dalam akibat beban horizontal,
M3 = Fh.r + Qo (l + l3) – Ro { (l +l3) –(l2 – l1)/2 }
= 12.000 kg x 0,4 x 430 mm + 1.809 kg (345 mm + 128 mm) – 6000 kg
{(345 mm + 128mm) – (1930mm – 1120)}
= 2064000 kg.mm + 231887 kg.mm – 6000kg {(473 mm – 810 mm)/2}
= 2064 kgm + 231,887 kgm + 1011 kg.m
122
= 3098,887 kg.m
Gamdar termasuk poros pengikut, jenis bahan kelas 3, tegangan bengkok ijin bahan σb ijin
= 11 kg/mm2. sebagai poros pengikut nilai m = 1, dengan demikian ukuran diameter poros
pada dudukan roda,
1/3
10,2
ds ≥ -------- x m (M1 + M2 + M3)
σb ijin
1/3
10,2 x 1 x (243.000 kg.mm + 729.000 kg.mm + 3.098,887 kg.mm)
= -----------------------------------------------------------------------------------
11 kg/mm2
= 173 mm, dibuat 175 mm,
dengan demikian tegangan bengkok yang terjadi menjadi,
10,2 x m (M1 + M2 + M3)
σb = --------------------------------
ds3
10,2 x 1 (243.000 kg.mm +729.000 kg.mm + 2,3.098,887 kg.mm)
= -------------------------------------------------------------------------------
(175 mm)3
= 10,64 kg/mm2
σb ijin 11 kg/mm2
Faktor keamanan terhadap kelelahan, Sf = ------ = ----------------- = 1,03 > 1 (baik)
σb riil 10,64 kg/mm2
kg.mm, Ww = tahanan puntir, untuk penampang bulat Ww = π/16 ds3 ≈ 0,2 ds3. Untuk
poros yang berasal dari baja liat, tegangan geser maksimal dapat dihitung denga rumus,
( σ2 + 4τ2)1/2
τw maks. = --------------- kg/mm2 .................................... (18)
2
Pada poros bulat pejal tegangan geser maksimalnya dapat dihitung dengan rumus,
τw maks. = (5,1/ds)(M2 + T2)1/2 kg/mm2 ............................ (19)
Bila ds diameter poros mm, l panjang poros mm, T torsi atau momen puntir = (F2 – F1).r
kg.mm, G modulus geser poros kg/mm2, besar sudut puntir penampang poros dapat
dihitung dengan rumus,
T.l
θ = 584 ------- derajad .................................................... (20)
G.ds4
G baja = 8,3 x 103 kg/mm2, besar sudut puntir ijin maksimal 0,25o
Kekakuan poros perlu diperiksa, sudut lentur ijin maksimal (0,3 – 0,35)o/m. Besar
sudut lentur poros yang ditumpu pada bantalan yang mapan sendiri, dapat ditentukan
dengan persamaan,
F.l1.l2
-4
y = 3,23 x 10 -------- mm ......................................... (21)
ds4.l
sedangkan putran kritisnya dapat ditentukan dengan persamaan,
ds2 l
nk = 52700 ------ (--- )1/2 rpm ...................................... (22)
l1.l2 F
Contoh 5.
Sebuah poros dibebani seperti dalam Gambar 5.11. bahan porosdari baja konstruk-
si. Tentukan (a) diameter poros minimal, (b) tegangan geser maksimal, (c) sudut puntir
yang terjadi ?
150 400 100
120 100 F = 15 kg
4
A C D B
St. 41 F3 = 5 kg
Sf = 2
F =10 kg
1 F2 = 30 kg
Gambar 5.11. Untuk contoh 5
124
Penyelesaian.
Karena beban mengarah vertikal dan horizontal, maka dilakukan penyederhanaan
konsep satu persatu seperti berikut.
a) Penghitungan diameter poros
1). Pada beban vertikal Gambar (a) dan (b)
RAv dan RBv ditentukan dengan rumus ∑MA = 0
F x 150 mm – RBv x 650 mm = 0
40 kg x 150 mm
RBv = --------------------- = 9,23 kg Momen di titik C,
650 mm
MCv = RBv x 500 mm
Fv = 40 kg
Cv
= 9,23 kg x 500 mm
(a) 150 500
Contoh 6
Suatu poros transmisi pada Gambar 5.12 sebagai poros antara ditumpu di bantalan A
dan B. Pada bantalan A digerakkan oleh pinyon dengan daya 27 kW dengan putaran
80 rpm, di C menggerakkan roda gigi. Rencanakan konstruksi poros tersebut.
d
4 d1 = 130 mm
d2 d d2 = 520 mm
3
A B C D d3 = 180 mm
Motor
200
τw ijin poros = 23 – 34 N/mm2
500 200
d
1
RB FC
2 D
1
FDh
B C 200
FA
EBh 500
C F A 200
Pinyon
Gambar 5.12a,
P 27 kW 27 x 103
Mw = ----- = ----------- = --------------------- = 322 N.m
ω 2π x n/60 3,14 x 800 put/30
Mw = FA x r1, FA = gaya keliling dan r1 = d1/2 = 130 mm = 65 mm
Mw 322 N.m 322 N x 1000 mm
maka FA = ----------- = ----------- = ---------------------- ≈ 5 kN
r1 65 mm 65 mm
Gaya keliling dari roda (1) diteruskan ke roda (2) dari roda d2 diteruskan ke roda (3)
Gaya bantalan.
Gaya FA di B akan menimbulkan reaksi FB yang besarnya dapat dihitung dengan,
FA x AD = FBh x BD
FA x AD 5 kN x 900 mm
FBh = ----------- = -------------------- ≈ 6,4 kN
BD 700 mm
Dengan cara yang sama dapat ditentukan,
FA x AB 5 kN x 200 mm
FDh = ---------- = ------------------- ≈ 1,4 kN
BD 700 mm
FC x CD 14,5 kN x 200 mm
FBv = ---------- = ----------------------- ≈ 4,15 kN
BD 700 mm
FC x BC 14,5 kN x 500 mm
FDv = ----------- = ----------------------- ≈ 10,35 kN
BD 700 mm
dengan demikian FDh = FA – FBh = 5 kN – 6,4 kN = - 1,4 kN
Gaya maksimal pada bantalan B adalah resultan,
128
43.000 mm3
d1 ≥ (Ww/0,2) = (----------------)⅓ ≈ 60 mm
⅓
0,2
Adanya alur pasak akan melemahkan kekuatan poros, dengan demikian dalam pelaksana-
annya d1 dibuat 65 mm. Di B poros dibebani lengkung dan puntir yang masing-masing,
Mb = 5 kN x 1000 x 0,2 m = 1.000 N.m
Mw = 5 kN x 1000 x 0,26 mm = 1.300 N.m
Resultan dari ke dua momen tersebut adalah,
Mi = {(Mb)2 + (Mw)2}½ = {(1.000 N.m)2 + (1.300 N.m)2}½ ≈ 1.500 N.m.
Tegangan lengkung ijin σb ijin antara 40 N/mm ÷ 60 N/mm2, di tetapkan saja = 50 N/mm2,
Sehubungan dengan hal tersebut momen tahanan bengkok dapat dihitung,
Mi 1.500 kN.m x 1000
Wb = ------ = ------------------------ = 30.000 mm3
σb ijin 50 N/mm2
Untuk penampang bulat Wb ≈ 0,1 d3 dengan demikian dapat diketemukan,
Wb 1.500 N.m x 1000
d2 = (------)⅓ = ---------------------- ≈ 67 mm, dibuat d2 = 70 mm
0,1d3 50 N/mm2
Di C poros juga dibebani lengkung dan puntir, besar masing-masing
Mb = 10,4 k.N x 1000 x 0,2 m = 2.080 N.m
Mw = 5 kN x 1000 x 0,26 m = 1.300 N.m
Gabungan dari momen tersebut adalah,
129
RD 10,4 kN x 1000
½
d4 ≥ (-------) = ------------------- ≈ 65 mm
σo ijin 2,5 N/mm2
Diameter blok dan pajang leher poros d1 akan lebih baik kalau di buat sama, oleh karena
d2 = d4, l2 = l4, sedangkan d2 = l2 maka jadinya d4 = 70 mm dan l4 = 70 mm, akhirnya te-
kanan bidangnya menjadi,
RD RD 10,4 kN. X 1000
σo = ----- = -------- = --------------------- ≈ 2,1 N/mm2
A d4 x l4 70 mm x 70 mm
Bentuk hasil perhitungan tersebut dengan merubah beberapa ukuran yang lain, ditun-
jukkan dalam Gambar 5.13, kemudian siap diproduksi.
68 70 1575 80 85 80 70
225 225
Gambar 5.13. Untuk contoh 6.
200 500 225 200
a a
R R R
1 2 3
F F
l
R R R
1 2 3
914 914
3048
a) y
1
R1 = 500 N R2 = 500 N
R2/2 R2/2
b) y
2
R2
F.a
y1 = ------- (3l 2 – 4a2)
24 E.I
500 N x 914 mm
= ----------------------------------------------------{3 x (3048 mm)2 – 4(914 mm)2}
24 x 1199127,686 N/mm2 x 0,1 (125 mm)4
= 0,00000000065 mm/mm2 x 24529328 mm2 = 1,59 mm
R2.l3 R2 x (3048 mm)3
y2 = -------- = --------------------------------------------------
48 E.I 48 x 1199127,686 N/mm2 x 0,1(125 mm)4
28316846590 mm3.R2
= ---------------------------------------------------- = 0,00025 mm. R2. /N
48 x 1199127,686 N/mm2 x 195312,5 mm4
y1 = y2 atau 1,59 mm = 0,00025 mm. R2/N
131
1,59 N.mm
R2 = ---------------- = 6.360 N . Jadi besar reaksi di R2 = 6.360 N
0,00025 mm
d. Soal-soal
1. Sebuah pasak meneruskan daya 100 tk pada sebuah roda gigi, pada kecepatan putar 90
rpm. Diameter poros 100 mm, panjang leher poros 150 mm, bahan poros St 50, bahan
roda gigi Bt 18. Tentukan ukuran pasak dengan tidak menggunakan daftar, gambar hasil
perhitungannya.
2. Tentukan ukuran dan gambar sebuah poros dukung suatu puli alat angkat, bila beban
yang diangkat 20.000 kg, kecepatan putarnya 40 rpm, jarak garis beban dengan
tumpuan 60 cm. Bahan poros dari St 50, bahan bantalan dari logam putih. Tegangan
lengkung ijin maksimal = 500 kg/cm2, dan tekanan bidang ijin 50 kg/cm2
3. Sebatang poros yang dibebani seperti dalam Gambar 5.16, tentukan jarak b agar
lenturan poros pada jarak tumpuan di A dan B tetap nol.
200 kg
100 kg 100 kg
b b
1500 1500
4. Pembebanan vertikal dan horizontar seperti pada Gambar 5.17, tentukan bidang momen
dan letak momen minimum, bila tumpuan di sebelah kiri dan kanan puli kaku.
7000 N
350
A B 300
R R R
1 2 1
132
220