Anda di halaman 1dari 23

110

BAB VI
SAMBUNGAN PASAK DAN POROS
(Key Joint and shaft)

A. Sambungan Pasak
Sambungan pasak dapat dibedakan menjadi sambungan pasak memanjang dan
sambungan pasak melintang. Sambungan pasak memanjang digunakan untuk mene-
ruskan gaya dengan cara berputar. Contoh sambungan pasak pada poros dengan roda gigi,
roda sabuk, atau yang lain. Sambungan pasak melintang untuk meneruskan gaya dengan
gerak utama lurus. Contoh sambungan antara seqer dengan batang seqer.

a. Sambungan Pasak Memanjang.


Beberapa contoh sambungan pasak memanjang seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 5.1.
Roda

Keping tembereng l Pasak


b

Poros

(a) (b)
Roda gigi

Pasak bintang (Splain) Poros

(c)
Gambar 5.1. Sambungan pasak memanjang.
a. sambungan pasak tembereng (woodruff)
b. sambungan pasak persegi (square)
c. sambungan pasak bintang (spline)

Dalam daftar normalisasi NEN No. 32, pasak tembereng dan pasak berpenampang segi
empat memiliki data ukuran seperti yang terdapat pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1. Ukuran Pasak Tembereng


l m
p n
t
111

d
Untuk Sumbu Penuh Untuk Sumbu Berlubang q d
L t P m n t P m n
4 6 15 16 4 2 16
6 9 21 22 5 3 22
6 15 33 35 5,5 10 37 54 20 3 32
8 19 58 70 20 15 51 70 24 4 52
8 24 74 90 25 17 60 90 32 4 72
10 24 74 90 26 17 60 90 33 4 82
12 17 60 90 34 5 105
1
G.Weetwijn 1952. (ukuran dalam mm)

Beberapa ukuran pasak memanjang menurut standar JIS, seperti dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Ukuran Pasak Berpenampang Segi Empat
h
l h 1
b h
h
2
h

Ukuran ominal Ukuran pasak prismatis mm c l t1 t2 Diameter


(b x h) mm mm mm mm mm mm
2x2 2 0,16- 6-20 1,2 1,0 6-8
3x3 3 0,25 6-36 1,8 1,4 8-10
4x4 4 8-48 2,5 1,8 10-12
5x5 5 10-56 3,0 2,3 12-17
6x6 6 14-70 3,5 2,8 17-22
7x7 7 0,25- 16- 80 4,0 3,0 20-25
8x7 7 0,40 18-90 4,0 3,3 22-30
10x 8 8 22-110 5,0 3,3 30-38
12 x 8 8 28-140 5,0 3,3 38-44
14 x 9 9 36-160 5,5 3,8 44-50
14 x 10 10 0,40- 40-180 5,0 5,0 50-55
16 x 10 10 0,60 45-180 6,0 4,3 50-58
18 x 11 11 50-200 7,0 4,4 58,65
20 x 12 12 56-220 7,5 4,9 65-75
22 x 14 14 63-250 9,0 5,4 75-85
24x16 16 0,60- 70-280 8,0 8,0 80-90
25x14 14 0,80 70-280 9,0 5,4 85-95
28x16 16 80x320 10,0 6,4 95-110
32x18 18 90x360 11,0 7,4 110-130
2
Sularso &KiyokadsuSuga,1990

b. Sambungan Pasak Melintang.


Beberapa ketentuan ukuran elemen untuk sambungan pasak melintang pada batang
tarik seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.
d

b
112

F l F

b
Dn

Gambar 5.2. Sambungan Pasak Melintang.

Ketenuan dalam gambar tersebut adalah, l/d = 1,4 ÷ 1,7; l/b =2 ÷ 3,5; Dn/d ≈ 2,5 ÷ 3,5.

1. Perhitungan Sambungan Pasak Memanjang


b l
Ft
h
R
n

Gambar 5.3. Pasak memanjang

Arti dalam Gambar 5.3,


Ft = gaya keliling atau tangensial kg,
R = jari-jari putar = d/2 cm,
P = daya yang akan dipindahkan tk, 1 tk = 75 kg-m/detik,
n = kecepatan putaran/menit.
Usaha = gaya x jalan yang ditempuh.
P tk = Ft x π.d.n
P x 75 kg-m/dt = Ft x 3,14 x 2R x n x 60 dt
3,14 x 2R x n
P x 75 kg x 100 cm = Ft x -----------------
60
75 x 100 x 60 kg-cm
atau Ft = ---------------------------
3,14 x 2Rn

P
atau Ft = 71620 ------ kg ………………………….…….....……….. (1)
nR

Torsi T = Ft.R atau T = 71620 P/n kg.cm ……………………………… (2)

Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.4, kalau k tekanan bidang, l panjang pasak
dalam mm, h1 dan h2 masing-masing ketinggian pasak di alur roda dan di bagian poros,
113

Ft
h1
a h
Ft h2
c
K
2/3b 1/3b
b
K
k

Gambar 5.4. Gaya geser dan tekanan bidang.

Ft Ft
besar tekanan bidang antara roda dengan pasak k1 = ----- dan k2 = -----, atau
l.h1 l. h2
Ft = l . h1 . k1 atau Ft = l . h2 . k2 kg …………… (3)
Pasak dan poros biasanya terbuat dari Bj. 50 atau Bj. 60, sedangkan bahan roda yang
akan dipersambungkan biasanya berasal dari Bt 18 atau Bd.t 38.
Untuk sambungan pasak yang geraknya normal tekanan bidang yang diijinkan k
seperti berikut:
Bj. 50 ……………………………… k = 6 ÷ 10 kg/mm2
Bd.t 38 ……………………………... k = 4 ÷ 8 kg/mm2
Bt. 18 ………………………………. k = 3 ÷ 6 kg/mm2
Agar sambungan pasak tetap kokoh, maka kopel dari gaya putar F t dan gaya dari K
harus seimbang, oleh karena itu
Ft . a = K . c …………………………… (a)
Dalam gambar terlihat a = h/2 dan c = b/3 …………………………. (b)
maka Ft . h/2 = K . b/3
atau Ft = 2/3 . b/h . K ……………………………………… .(c)
K adalah besar tekanan bidang di bagian atas dan di bagian bawah pasak yang besarnya
K = b . l . k/2, ………………………………………. (d)
Menggantikan K ke persamaan (c) akan diperoleh,
2 b k
Ft = ---- . ---- . b . l . ---
3 h 2
1 l .b3.k
atau Ft = -- . ------- kg ......………….……………………... (4)
3 h
Kemampuan pasak terhadap gaya geser dapat dihitung dengan persamaan,
114

Ft ≤ l . b . τg kg ……………………………………….. (5)
Contoh 1.
Sebuah sambungan pasak memanjang harus meneruskan daya 20 tk dengan
kecepatan putar 200 ptm. Diameter poros 60 mm, panjang naf roda yang disambungkan
100 mm. Bahan poros dan pasak dari Bj 50 sedangkan bahan roda dari Bt. 18. Tentukan
ukuran pasak tersebut tanpa menggunakan daftar.

Penyelesaian
Konsep yang dimaksud dalam soal dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.5.
b
h
1
F St 50
h
R=30 h
2

l = 100 mm P = 20 tk
n = 200 rpm

Bt. St.50

60

Gambar 5.5. Untuk contoh 1.


Gaya keliling Ft dihitung dengan persamaan,
P 20 tk
Ft = 71620 ---- = 71620 x ------------------- = 2390 kg
nR 200 rpm x 3 cm
Bahan yang paling lemah pada pada bagian roda yang terbuat dari Bt. 18 dengan tekanan
bidang ijin k1 = 3 kg/mm2, oleh karena itu ukuran h1 dapat diperoleh dengan persamaan,
Ft = l . h1 . k1
2390 kg = 100 mm x h1 x 3 kg/mm2
2390 kg 2390 mm
h1 = ------------------------- = ------------ ≈ 8 mm
100 mm x 3 kg/mm2 300
Ukuran h2 dihitung dengan persamaan,
Ft = l . h2 . k2
2390 kg = 100 mm x h2 x 6 kg/mm2
2390 kg
h2 = --------------------- ≈ 4 mm
600 kg .mm/mm2
Ukuran h = h1 + h2 = 8 mm + 4 mm = 12 mm
115

Ukuran lebar b dapat ditentukan dengan persamaan,


l.b2
Ft = 1/3 . ------ k1 (didasarkan bahan yang terlemah) oleh karena itu,
h
100 mm x b2
2390 kg = 1/3 x ---------------- x 3 kg/mm2 = 833 b2 kg/mm2
12 mm
2390 kg
b = -------------- = 2,7 mm2, atau b = 1,7 mm
2

833 kg/mm2
Pemeriksaan terhadap tegangan geser di hitung dengan persamaan,
Ft = l . b . τ g
2390 kg = 100 mm x 17 mm x τg
2390 kg
τg = ------------ ≈ 1,4 kg/mm2
1700 mm2
Tegangan geser untuk St 50 = 0,5 x σ t = 0,5 x 5 kg/mm 2 = 2,5 kg/mm2, karena tegangan
geser yang terjadi 1,4 kg/mm2 < dari batas tegangan geser baahan yaitu 2,5 kg/mm2, dapat
dipastikan sambungann pasak tersebut aman.
Harga tegangan geser ijin (τ g) maupun tegangan tarik ijin (σt) diperoleh dengan
membagi kekuatan patah σB dengan faktor kemanan terhadap asal bahan S f1 biasanya
diambil 6, dan adanya alur pasak pada poros Sf2 yang besarnya antara 1÷1,5 untuk beban
ringan, dan antara 2 ÷ 5 untuk beban dengan kejutan berat.
Contoh 2.
Sambungan pasak memanjang meneruskan daya 10 kW pada kecepatan putar 1450
rpm. Panjang pasak tidak boleh melebihi 1,3 x diameter porosnya. Tentukan ukuran
sambungan pasak tersebut.

Penyelesaian.
Konsep yang dimaksud dalam soal ditunjukkan pada Gambar 5.5.
Daya P = 10 kW , kecepatan putar n = 1450 rpm.
Daya bekerja secara normal, dapat diambil faktor koreksi fc = 1.
Daya rencana Pr = P x fc = 10 kW x 1 = 10 kW.
Untuk menghasilkan torsi dalam satuan kg-mm dapat diperoleh dengan rumus,
Pr
116

T = 9,74 x 105 x --- kg.mm (EM. Sularso 1990)


N
10
= 9,74 x 105 x ------- = 6717 kg.mm
1450
Dari standar JIS, dipilih bahan poros dan pasak dari S30C dengan σ B = 58 kg/mm2, faktor
keamanan berdasarkan bahan Sf1 = 6, dan faktor kerja beban karena ada alur pasak pada
poros Sf2 = 2, maka tegangan geser ijin
σB 58 kg/mm2
τg = ---------- = -------------- = 4,83 kg/mm2
Sf1 x Sf2 6x2
Faktor koreksi terhadap puntiran dipilih K1 = 2, dan faktor adanya bengkokan Cb = 2,
maka diameter poros dapat dihitung dengan rumus,
1/3
5,1
ds = ------.Kt .Cb.T (EM Sularso 1990)
τg
1/3
5,1
= ------------------ x 2 x 2 x 6717 kg-mm = 30,4 mm, dibuat 31,5 mm
4,83 kg/mm2
T 6717 kg-mm
Gaya keliling Ft = ---- = ---------------- = 426 kg
R (31,5mm) : 2
Berdasarkan ds = 31,5 mm, dalam tabel terbaca ukuran lebar pasak b = 10 mm dan tebal h
= 8 mm, kedalaman alur pasak pada poros t1 = 4,5 mm dan kedalaman alur pada naf roda
t2 = 3,5 mm. Panjang pasak maksimal 1,3ds = 1,3 x 31,5 mm = 40,95 mm

2. Perhitungan Pasak Melintang


Sambungan pasak melintang seperti dalam Gambar 5.6, beberapa ketentuan yang
b
d

F
ds l F

b
Dn

Gambar 5.6. Sambungan pasak melintang

biasa dipakai dalam membuat perhitungan sambungan pasak melintang sebagai berikut.
l/d = 1,5 ÷ 1,7 Dn/d ≈ 2,5 untuk naf dari baja, dan ≈ 3,5 untuk naf
l/b = 2 ÷ 2,5 dari besi tuang.
117

F( l + b) F.l
Mb = ----------- dalam praktek banyak digunakan Mb = ------ kg.mm…. (6)
4 8
Mb
Juga dapat Mb = Wb . σb, atau σb = ----- kg/mm2 .....…………….………………. (7)
Wb
Contoh 3.
Tentukan ukuran sambungan pasak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.7.
Sambungan harus menahan beban bertukar-tukar 5.000 kg. Batang garpu terbuat dari St.
42 dan bahan pasak lintang berpenampang bulat berasal dari St. 50, faktor keamanan
terhadap patahan Sf = 6. Gunakan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Penyelesaian.
Dipilih ketentuan-ketentuan sbb.
l/d = 1,5, l/b = 2,5, Dn/d = 2,5, τg ijin = 0,5 σt ijin, dan h = 4b,
Bahan pasak dari St. 50, Sf = 6 terhadap patahan,
σB 50 kg/mm2
maka σt ijin = ---- = -------------- = 8,33 kg/mm2
Sf 6
τg ijin = 0,5 x 8,33 kg/mm2 = 4,166 kg/mm2
Pasak mendapat geseran ganda dengan demikian,

b
d

F = 5.000 kg l F = 5.000 kg

b
Dn
I
F = 5.000 kg F = 5.000 kg

hI
Gambar 5.7. Untuk contoh 3.

F = 2 . A . τg ijin
5000 kg = 2 x 3,14 x (d)2 x 4,166 kg/mm2
1/2
5.000 kg
d = ----------------------------- = (191,12 mm2)1/2 = 13,8246 mm,
2 x 3,14 x 4,166 kg/mm2
dibuat d = 14 mm Do/d = 2,5
maka l/5 = 1,5 Do = 2,5d = 2,5 x 14 mm = 35 mm
118

l = (1,5)d = 1,5 x 14 mm = 21 mm
l/b = 2,5
b = l/2,5 = (21 mm)/2,5 = 8,4 mm
h = 4b = 4 x 8,4 mm = 33,6 mm
Tegangan tarik garpu pada penampang I-I dihitung dengan persamaan,
F 5.000 kg 5.000 kg
σt = -------------- = -------------------------------------- = --------------- = 15,2 kg/mm2
2 (h - d) . b 2 (33,6 mm – 14 mm) x 8,4 mm 329,28 mm2
42 kg/mm2
Tegangan tarik ijin garpu, σt = ------------- = 7 kg/mm2
6
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tegangan kerja > dari tegangan ijin maka garpu
dapat dipastikan akan patah lebih awal. Oleh karena itu kalau diambil
l/b = 2
b = l/2 = 21 mm /2 = 10,5 mm
l = 4b = 4 x 40,5 = 42 mm
Sehingga tegangan tarik kerja menjadi,
5.000 kg
σt = ------------------------------------- = 8,5 kg/mm2
2 ( 42 mm – 14 mm) 10,5 mm
Hasil tersebut masih berada di atas batas tegangan tarik ijin, namun kalau faktor
keamanan terhadap patahan = 5, maka tegangan tarik ijin = (42 kg/mm)/5 = 8,4 kg/mm 2,
maka tegangan kerja tersebut akan berada pada batas maksimal.

B. Poros
Poros adalah tulang punggung mesin. Fungsi poros dibedakan menjadi dua yaitu (1)
poros sebagai pemikul atau gandar. Contoh poros kereta dorong, poros roda kereta api,
poros roda sepeda dan sebagainya. Beban utama poros adalah bengkokan, sedangkan
adanya beban yang lain hal merupakan beban ikutan. (2) Poros penerus daya atau poros
transmisi. Cara penerusannya dilakukan dengan gerak utama putar, lurus atau gabungan.
Contoh poros mesin transportasi, poros mesin-mesin produksi dan sebagainya. Poros
transmisi yang relatif pendek disebut spindel. Contoh poros kepala tetap pada mesin
bubut atau yang lain. Beban utama poros transmisi adalah gabungan antara beban
bengkok dengan beban puntir atau yang lain.
119

1. Beberapa Hal Penting Untuk Poros


Hal-hal seperti kekuatan, kekakuan, putaran kritis, korosi dan masalah bahan,
merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan dalam perhitungan poros. Poros untuk
mesin umum, kebanyakan terbuat dari baja karbon konstruksi mesin, sedangkan poros-
poros mesin untuk meneruskan beban berat dengan putaran tinggi, biasanya terbuat dari
baja padu dengan pengerasan kulit.

a. Poros Pada Beban Lenkung murni


Poros dan roda dalam Gambar 5.8 disambung tetap, beban poros bengkokan
murni. Bergeraknya roda bersama poros akan menyebabkan bertambahnya tegangan pada
poros. Faktor tambahan tegangan tersebut (m) antara 1,1 ÷ 1,3. Menurut JIS E4501
diberikan rumus-rumus perencanaan seperti berikut.
M1 = F/4(l2 – l1) ……………………………………………….. (8)
M2 = αv . M1 ………………………………………………….. (9)
Fh = αh . F …………………………………………………..... (10)
Qh = F (h/l2) ………………………………………………........ (11)
Ro = Ph (h + r)/l1 …………………………………………….... (12)
M3 = Rh.r + Qo (l + l3) – Ro (l + l3) – (l2 – l1)/2 …………...... (13)

Fh

Fv
h
Fv 2 Fv 2
/ /
ds

l
l
3
r

Rh= Fh

Fv/2 Fv/2

Ro l Ro
1
l
2
Gambar 5.8. Gandar pada beban bengkok.
120

Qo = reaksi bantalan terhadap beban horisontal


Ro = reaksi telapak roda terhadap beban horisontal
Harga αv dan αh tergantung kecepatan lari seperti yang terdapat dalam Tabel 5.1.
Tegangan bengkok ijin untuk bahan gandar pada dudukan roda terhadap kelelahan
diberikan dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.1. Faktor kecepatan
Kecepatan kerja km/jam αv αh
120 atau kurang 0,4 0,3
120 – 160 0,5 0,4
160 – 190 0,6 0,4
190 – 210 0,7 0,5
1
EM Sularso 1990

Tabel 5.2. Tegangan ijin bahan gandar


Bahan gandar Tegangan σb ijin kg/mm2
Kelas 1 10,0
Kelas 2 10,5
Kelas 3 11,0
Kelas 4 15,0
2
EM Sularso 1990.

Tegangan bengkok σb dan ukuran diameter poros ds dapat dihitung dengan persamaan,
Mb Mb 10,2 Mb
σb ≥ ----- = ---------- = ---------- kg/mm2 …………………….. (14)
Wb (π/32)ds3 ds3
1/3
10,2
atau ds = ------ .Mb mm, ..…………………………… (15)
σb

Dikaitkan dengan ketentuan–ketentuan tersebut di atas, poros harus menahan tiga momen,
maka tegangan bengkok ijin pada rumus (14) dan diameter poros rumus (15) dapat
berubah menjadi,
10,2. m (M1 + M2 + M3)
σb = ------------------------------ kg/mm2 ………………………….. (16)
ds3
1/3
10,2
ds ≥ --------- . m (M1 + M2 + M3 mm, ......………………………… (17)
σb ijin
Contoh 4.
Gandar dalam Gambar 5.9, dibebani tetap 12.000 kg, bergerak dengan kecepatan
maksimum 100 km/jam. Bahan gander terbuat dai bahan standar JIS E4502 kelas 3.
Tentukan diameter ds bagian dudukan rodanya?
121

F =12.000 kg
970
Fv 2 Fv 2
/ /

ds1 ds

345 128 300


430

R =F
h h

Ro 1120 Ro
1930

Gambar 5.9. Untuk contoh 4.


Penyelesaian.
F = 12.000 kg
l1 = 1120 mm, l2 = 1930 mm, h == 970 mm, r = 430 mm dan v = 100 km/jam.
Menggunakan rumus-rumus dari JIS E4051 dapat dihitung sebagai berikut,

Dalam Tabel 5.1, pada kecepatan 100 km/jam terbaca αv = 0,3 dan αh = 0,4.
M2 = αv x M1 = 0,3 x 2.430.000 kg.mm = 729.000 kg.mm.
Pada gambar diketahui l = 345 mm, l3 = 128 mm, kalau αv = 0,3,
maka Fv = αv x F = 0,3 x 12.000 kg = 3.600 kg.
h 970 mm
Reaksi bantalan Qo = Fv x -------- = 3.600 kg x ------------------------ = 1.809 kg
r+h 430 mm + 970 mm
Reaksi telapak roda terhadap beban horizontal,
Fh (h + r) F x αh (h + r) 12.000 kg x 0,4 (970 mm + 430 mm)
Ro = ------------ = ---------------- = --------------------------------------------- = 6000 kg
l1 l1 1120 mm
Momen bengkok naf sebelah dalam akibat beban horizontal,
M3 = Fh.r + Qo (l + l3) – Ro { (l +l3) –(l2 – l1)/2 }
= 12.000 kg x 0,4 x 430 mm + 1.809 kg (345 mm + 128 mm) – 6000 kg
{(345 mm + 128mm) – (1930mm – 1120)}
= 2064000 kg.mm + 231887 kg.mm – 6000kg {(473 mm – 810 mm)/2}
= 2064 kgm + 231,887 kgm + 1011 kg.m
122

= 3098,887 kg.m
Gamdar termasuk poros pengikut, jenis bahan kelas 3, tegangan bengkok ijin bahan σb ijin
= 11 kg/mm2. sebagai poros pengikut nilai m = 1, dengan demikian ukuran diameter poros
pada dudukan roda,
1/3
10,2
ds ≥ -------- x m (M1 + M2 + M3)
σb ijin
1/3
10,2 x 1 x (243.000 kg.mm + 729.000 kg.mm + 3.098,887 kg.mm)
= -----------------------------------------------------------------------------------
11 kg/mm2
= 173 mm, dibuat 175 mm,
dengan demikian tegangan bengkok yang terjadi menjadi,
10,2 x m (M1 + M2 + M3)
σb = --------------------------------
ds3
10,2 x 1 (243.000 kg.mm +729.000 kg.mm + 2,3.098,887 kg.mm)
= -------------------------------------------------------------------------------
(175 mm)3
= 10,64 kg/mm2
σb ijin 11 kg/mm2
Faktor keamanan terhadap kelelahan, Sf = ------ = ----------------- = 1,03 > 1 (baik)
σb riil 10,64 kg/mm2

b. Poros Pada Beban Lengkung dan Puntir


Poros transmisi yang meneruskan daya melalui sabuk, rantai dan roda gigi, Gambar
5 10, biasanya beban pada poros merupakan beban gabungan antara beban lengkung dan
beban puntir. Tegangan yang terjadi akibat beban lengkung, σb = Mb/Wb dan tegangan
puntir yang merupakan tegangan geser akibat beban puntir τw = T/Ww.
l
l l
1 2 r
F/2 F/2
F
1
F F
2
Gambar 5.10. Poros pada beban lengkung dan puntir.

Dalam persamaan tersebut, Mb = momen bengkok kg.mm, Wb = tahanan bengkok,


untuk penampang bulat, Wb = π/32 ds3 ≈ 0,1 ds3, sedangkan T = torsi atau momen puntir
123

kg.mm, Ww = tahanan puntir, untuk penampang bulat Ww = π/16 ds3 ≈ 0,2 ds3. Untuk
poros yang berasal dari baja liat, tegangan geser maksimal dapat dihitung denga rumus,
( σ2 + 4τ2)1/2
τw maks. = --------------- kg/mm2 .................................... (18)
2
Pada poros bulat pejal tegangan geser maksimalnya dapat dihitung dengan rumus,
τw maks. = (5,1/ds)(M2 + T2)1/2 kg/mm2 ............................ (19)
Bila ds diameter poros mm, l panjang poros mm, T torsi atau momen puntir = (F2 – F1).r
kg.mm, G modulus geser poros kg/mm2, besar sudut puntir penampang poros dapat
dihitung dengan rumus,
T.l
θ = 584 ------- derajad .................................................... (20)
G.ds4
G baja = 8,3 x 103 kg/mm2, besar sudut puntir ijin maksimal 0,25o
Kekakuan poros perlu diperiksa, sudut lentur ijin maksimal (0,3 – 0,35)o/m. Besar
sudut lentur poros yang ditumpu pada bantalan yang mapan sendiri, dapat ditentukan
dengan persamaan,
F.l1.l2
-4
y = 3,23 x 10 -------- mm ......................................... (21)
ds4.l
sedangkan putran kritisnya dapat ditentukan dengan persamaan,
ds2 l
nk = 52700 ------ (--- )1/2 rpm ...................................... (22)
l1.l2 F
Contoh 5.
Sebuah poros dibebani seperti dalam Gambar 5.11. bahan porosdari baja konstruk-
si. Tentukan (a) diameter poros minimal, (b) tegangan geser maksimal, (c) sudut puntir
yang terjadi ?
150 400 100

120 100 F = 15 kg
4

A C D B
St. 41 F3 = 5 kg
Sf = 2
F =10 kg
1 F2 = 30 kg
Gambar 5.11. Untuk contoh 5
124

Penyelesaian.
Karena beban mengarah vertikal dan horizontal, maka dilakukan penyederhanaan
konsep satu persatu seperti berikut.
a) Penghitungan diameter poros
1). Pada beban vertikal Gambar (a) dan (b)
RAv dan RBv ditentukan dengan rumus ∑MA = 0
F x 150 mm – RBv x 650 mm = 0
40 kg x 150 mm
RBv = --------------------- = 9,23 kg Momen di titik C,
650 mm
MCv = RBv x 500 mm
Fv = 40 kg
Cv
= 9,23 kg x 500 mm
(a) 150 500

RAv RBv = 4615 kg.mm


Lukisan bidang momen Gb. (b)

MCv = 4615 Pengaruh MC di titik D, seperti


(b)
MDv
terlihat dalam gambar.
A’ C‘ D’ B’

2). Pada beban horizontal, Gambar (c) dan (d)


Fh = 20 kg ∑MAh = 0
(c) C Dh
Fh x 550 mm – RBh x 650 mm = 0
RAh 550 100 RBh
Fh x 550 mm
RBh = -----------------
650 mm
20 kg x 550 mm
MCh MDh = 1629,3
= ---------------------
(d)
A” C” D” B” 650 mm
= 16,923 kg
Momen horizontal di titik D, MDh = RBh x 100 mm = 16,923 kg x 100 mm
= 1692,3 kg.mm
Panjang lukisan MDv
Besar MDv = ------------------------- x MCv
Panjang lukisan MCv
5 mm
= --------- x 4615 kg.mm = 1048,86 kg.mm
22 mm
Panjang lukisan MCh
125

Besar MCh = -------------------------- x MDh


Panjang lukisan MDh
3 mm
= --------- x 1629,3 kg.mm = 287,52 kg.mm
17 mm
Besar MC = {(MCv)2 + (MCh)2}½ = (4615 kg.mm)2 + (287,52 kg.mm)2
= ( 21298225 kg2.mm2 + 82667,75 kg2.mm2)1/2
= 4623,94 kg.mm
Besar MD ={(MDv)2 + (MDh)2}½ = {(1048,86 kg.mm)2 + (1629,3 kg.mm)2 }½

= (1100107,3kg2.mm2 + 2654618,49 kg2.mm2)½ = 1973,71 kg.mm.


Penentuan diameter poros, bahan poros St 41, Sf = 2 berarti σb ijin = σB/Sf = 41 kg/mm2
: 2 = 20,5 kg/mm2, dan biasanya τw = 0,5 σb = 10,25 kg/mm2.
b) Perhitungan tegangan geser maksimum
Melalui rumus (19) dapat dihitung,
ds ={(5,1/τw ijin) √(Km.Mb)2 + (Kt.T)2}⅓
Km = faktor beban lentur dengan kejutan ringan, harganya antara 1,5 – 2,0 diambill 1,5,
Kt = faktor beban pada puntiran dengan sedikit kejutan harganya 1,0 – 1,5, diambil 1,0.
Momen bengkok maksimal akan terjadi di titik C, Mb = Mc = 4623,94 kg.mm
Torsi maksimal = torsi di titik C + torsi d i titik D
= (FtC x rC) + (FtD x rD)
= (30 kg – 10 kg) x 150 mm + (15 kg – 5 kg) x 100 mm
= 3000 kg.mm + 1000 kg.mm = 4000 kg.mm,
5,1 1/3
maka ds.= (-----------------) √(1,5 x 4623,94 kg.mm)2 + (1 x 4000 kg.mm)2
10,25 kg/mm2
0,4976 ⅓
= ----------- x √ 32/071.231,69 kg2.mm2 + 16.000.000 kg2.mm2
kg/mm2
0,4976 x 6933,342029 kg.mm ⅓
= ------------------------------------- = 3459,031 mm3 = 15,1234 mm
kg/mm2
dibuat ds = 15,5 mm.
c) Sudut puntir
Sudut puntir di titik C akibat beban vertikal dihitung dengan rumus (20).
T.l
126

θCv = 584 -------- derajad.


G. ds4
Untuk poros dari baja G = 8,3 x 103 kg/mm2, maka
3000 kg.mm x 650 mm 1138800000 kg.mm2
θCv = 584 -------------------------------------- = -------------------------- = 2,36o
8,3 x 103 kg/mm2 x (15,5 mm)4 479076518,8 kg.mm2
Sudut tersebut terlalu besar, yang diijinkan = 0,25o/m. Bila ds dibuat 30 mm maka,
3000 kg.mm x 650 mm 1138800000 kg.mm2
θCv = 584 ------------------------------------ = ------------------------- ≈ 0,17o.
8,3 x 103 kg/mm2 x (30 mm)4 6723000000 kg.mm2
Sudut puntir di titik D akibat beban horizontal,
1000 kg.mm x 650 mm 379600000kg.mm2
θDh = 584 ------------------------------------ = ------------------------ = 0,056o
8,3 x 103 kg/mm2 x (30 mm)4 6723000000kg.mm2
Sudut puntir total = θCv + θDh = 0,17o + 0,056o = 0,1756o
Hasil tersebut < dari batas yang diijinkan 0,25o, jadi dapat dipastikan aman.
Syaran, untuk menentukan jarak lentur y dan putaran kritis nk, penghitungannya dila-
kukan terhadap setiap beban, kemudian hasilnya dijumlah sebagai hasil akhir.

Contoh 6
Suatu poros transmisi pada Gambar 5.12 sebagai poros antara ditumpu di bantalan A
dan B. Pada bantalan A digerakkan oleh pinyon dengan daya 27 kW dengan putaran
80 rpm, di C menggerakkan roda gigi. Rencanakan konstruksi poros tersebut.

d
4 d1 = 130 mm
d2 d d2 = 520 mm
3

A B C D d3 = 180 mm
Motor
200
τw ijin poros = 23 – 34 N/mm2
500 200
d
1

Gambar 5.12. Untuk contoh 6.


Perencanaan
Beban poros tersebut selain torsi juga dibebani lengkung putar. Untuk mempermudah
dalam penghitungan komponen roda gigi arah radial diabaikan.
Gaya keliling pada roda gigi (1) FA ditentukan dari momen puntir poros pinyon de-
ngan persamaan,
3 RD
FDv
FBv
127

RB FC
2 D
1
FDh
B C 200
FA
EBh 500
C F A 200

Pinyon

Gambar 5.12a,

P 27 kW 27 x 103
Mw = ----- = ----------- = --------------------- = 322 N.m
ω 2π x n/60 3,14 x 800 put/30
Mw = FA x r1, FA = gaya keliling dan r1 = d1/2 = 130 mm = 65 mm
Mw 322 N.m 322 N x 1000 mm
maka FA = ----------- = ----------- = ---------------------- ≈ 5 kN
r1 65 mm 65 mm
Gaya keliling dari roda (1) diteruskan ke roda (2) dari roda d2 diteruskan ke roda (3)

untuk itu antara roda (2) dan roda (3) didapat,


FC : FA = r2 : r3 = 260 mm : 90 mm
260 mm x FA 260 mm x 5 kN
FC = --------------- = -------------------- ≈ 14,50 kN
90 mm 90 mm

Gaya bantalan.
Gaya FA di B akan menimbulkan reaksi FB yang besarnya dapat dihitung dengan,
FA x AD = FBh x BD
FA x AD 5 kN x 900 mm
FBh = ----------- = -------------------- ≈ 6,4 kN
BD 700 mm
Dengan cara yang sama dapat ditentukan,
FA x AB 5 kN x 200 mm
FDh = ---------- = ------------------- ≈ 1,4 kN
BD 700 mm
FC x CD 14,5 kN x 200 mm
FBv = ---------- = ----------------------- ≈ 4,15 kN
BD 700 mm
FC x BC 14,5 kN x 500 mm
FDv = ----------- = ----------------------- ≈ 10,35 kN
BD 700 mm
dengan demikian FDh = FA – FBh = 5 kN – 6,4 kN = - 1,4 kN
Gaya maksimal pada bantalan B adalah resultan,
128

RB = {(FBh)2 + (FBv)2}½ = {(6,4 nN)2 + (4,15 kN)2}½ ≈ 7,60 kN


Besar RD diperoleh secara grafis,
RD ={(1,4 kN)2 + (10,35 kN)2}½ ≈ 10,4 kN
Balam gambar terlihat poros dibebani bengkok dan puntir, besar momen puntir di A,
Mw = FA x r1 = 5 kN x 1000 x 0,26 m = 1300 N.m
Tegangan puntir izin bahan poros, τw antara 23 N/mm2 ÷ 34 N/mm2, dipilih 30 N/mm2
maka tahanan
Mw 1300 N.m x 1000
Ww ≥ ----- = ---------------------- ≈ 43.000 mm3
τw 30 N/mm2
Untuk penampang bulat Ww ≈ 0,2d3, oleh karena itu diameter poros di bagian A da-
pat dihitung,

43.000 mm3
d1 ≥ (Ww/0,2) = (----------------)⅓ ≈ 60 mm

0,2
Adanya alur pasak akan melemahkan kekuatan poros, dengan demikian dalam pelaksana-
annya d1 dibuat 65 mm. Di B poros dibebani lengkung dan puntir yang masing-masing,
Mb = 5 kN x 1000 x 0,2 m = 1.000 N.m
Mw = 5 kN x 1000 x 0,26 mm = 1.300 N.m
Resultan dari ke dua momen tersebut adalah,
Mi = {(Mb)2 + (Mw)2}½ = {(1.000 N.m)2 + (1.300 N.m)2}½ ≈ 1.500 N.m.
Tegangan lengkung ijin σb ijin antara 40 N/mm ÷ 60 N/mm2, di tetapkan saja = 50 N/mm2,
Sehubungan dengan hal tersebut momen tahanan bengkok dapat dihitung,
Mi 1.500 kN.m x 1000
Wb = ------ = ------------------------ = 30.000 mm3
σb ijin 50 N/mm2
Untuk penampang bulat Wb ≈ 0,1 d3 dengan demikian dapat diketemukan,
Wb 1.500 N.m x 1000
d2 = (------)⅓ = ---------------------- ≈ 67 mm, dibuat d2 = 70 mm
0,1d3 50 N/mm2
Di C poros juga dibebani lengkung dan puntir, besar masing-masing
Mb = 10,4 k.N x 1000 x 0,2 m = 2.080 N.m
Mw = 5 kN x 1000 x 0,26 m = 1.300 N.m
Gabungan dari momen tersebut adalah,
129

Mi = {(Mb)2 + (Mw)2}½ = {(2.080 N.m)2 + (1.300 N.m)2}½ ≈ 2.360 N.m


Tegangan l engkung yang diijinkan bahan poros di C dan di B sama yaitu = 50 N/mm2,
momen tahanan di C,
Mi 2.360 N.m x 1000
Wb = ------ = ---------------------- ≈ 47.200 mm3, dengan Wb ≈ 0,1d3 maka,
σb ijin 50 N/mm2
Wb 47.200 mm3
d3 = (------)⅓ = (---------------)⅓ ≈ 78 mm, karena ada alur pasan dibuat d3 = 85 mm.
0,1 0,1
Di D poros tidak dibebani puntir maupun lengkung, karena itu diameternya ditentukan
berdasarkan kemampuan terhadap tekanan bidang σo ijin = 2,5 N/mm2, kalau di buat l4 =
d4 maka, RD ≤ σo ijin x d42, dari sini dapat ditentukan

RD 10,4 kN x 1000
½
d4 ≥ (-------) = ------------------- ≈ 65 mm
σo ijin 2,5 N/mm2

Diameter blok dan pajang leher poros d1 akan lebih baik kalau di buat sama, oleh karena
d2 = d4, l2 = l4, sedangkan d2 = l2 maka jadinya d4 = 70 mm dan l4 = 70 mm, akhirnya te-
kanan bidangnya menjadi,
RD RD 10,4 kN. X 1000
σo = ----- = -------- = --------------------- ≈ 2,1 N/mm2
A d4 x l4 70 mm x 70 mm
Bentuk hasil perhitungan tersebut dengan merubah beberapa ukuran yang lain, ditun-
jukkan dalam Gambar 5.13, kemudian siap diproduksi.
68 70 1575 80 85 80 70
225 225
Gambar 5.13. Untuk contoh 6.
200 500 225 200

c. Poros Pada Tiga Tumpuan


Pembebanan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.14, poros ditumpu pada tiga
bantalan dengan reaksi di R1, R2, dan R3 dengan keadaan yang homogin. Untuk me-
nentukan R2, dilakukan dengan cara menghitung jarak lentur poros tanpa R2 dan jarak
lentur poros tanpa beban , akibat R2. Hasil kedua lenturan tersebut kalau dipersamakan
maka besar R2 dapat diketahui. Setelah besar R2 diperoleh, dapat dihitung ukuran dia-
meter porosnya.
130

a a
R R R
1 2 3
F F
l

Gambar 5. 14. Poros dengan tiga tumpuan.


Contoh 7.
Sebatang poros dalam Gambar 5.15 didukung oleh tiga bantalan dengan beban F =
500 N, a = 914 mm, dan l = 3048 mm, E =1199127,686 N/mm2. Tentukan besar reaksi
R2 kalau ds = 125 mm.
Penyelesaian.
Menentukan lenturan poros dengan menganggap R2 tidak ada Gambar 5.15 a, kemudi-
an menentukan lenturan poros karena R2 Gambar 5.15b.
F = 500 N F = 500 N

R R R
1 2 3
914 914
3048

Gambar 5.15. Untuk contoh 6.


500 kg 500 kg

a) y
1

R1 = 500 N R2 = 500 N
R2/2 R2/2
b) y
2

R2
F.a
y1 = ------- (3l 2 – 4a2)
24 E.I
500 N x 914 mm
= ----------------------------------------------------{3 x (3048 mm)2 – 4(914 mm)2}
24 x 1199127,686 N/mm2 x 0,1 (125 mm)4
= 0,00000000065 mm/mm2 x 24529328 mm2 = 1,59 mm
R2.l3 R2 x (3048 mm)3
y2 = -------- = --------------------------------------------------
48 E.I 48 x 1199127,686 N/mm2 x 0,1(125 mm)4
28316846590 mm3.R2
= ---------------------------------------------------- = 0,00025 mm. R2. /N
48 x 1199127,686 N/mm2 x 195312,5 mm4
y1 = y2 atau 1,59 mm = 0,00025 mm. R2/N
131

1,59 N.mm
R2 = ---------------- = 6.360 N . Jadi besar reaksi di R2 = 6.360 N
0,00025 mm

d. Soal-soal
1. Sebuah pasak meneruskan daya 100 tk pada sebuah roda gigi, pada kecepatan putar 90
rpm. Diameter poros 100 mm, panjang leher poros 150 mm, bahan poros St 50, bahan
roda gigi Bt 18. Tentukan ukuran pasak dengan tidak menggunakan daftar, gambar hasil
perhitungannya.

2. Tentukan ukuran dan gambar sebuah poros dukung suatu puli alat angkat, bila beban
yang diangkat 20.000 kg, kecepatan putarnya 40 rpm, jarak garis beban dengan
tumpuan 60 cm. Bahan poros dari St 50, bahan bantalan dari logam putih. Tegangan
lengkung ijin maksimal = 500 kg/cm2, dan tekanan bidang ijin 50 kg/cm2

3. Sebatang poros yang dibebani seperti dalam Gambar 5.16, tentukan jarak b agar
lenturan poros pada jarak tumpuan di A dan B tetap nol.
200 kg
100 kg 100 kg

b b
1500 1500

Gambar 5.16. Untuk soal 3.

4. Pembebanan vertikal dan horizontar seperti pada Gambar 5.17, tentukan bidang momen
dan letak momen minimum, bila tumpuan di sebelah kiri dan kanan puli kaku.

7000 N
350
A B 300

250 450 150 2000 N


200 N
6000 N

Gambar 5.17. Untuk soal 4


5. Sebatang poros dalam Gambar 5.18 ditumpu oleh tiga bantalan. (a). Kalau semua ban-
bantalan mendukung dengan sempurna, tentukan besar R2. (a). Bila pusat tumpuan di
tengah berada 1 mm di bawah ke dua bantalan yang lain, tentukan besar R2.
5200 N 5200 N d = 65 mm

R R R
1 2 1
132

600 500 500 600

220

Gambar 5.18. Untuk soal 5.

Anda mungkin juga menyukai