Anda di halaman 1dari 110

JURNAL ILMIAH KEBIDANAN

ISSN 2338-669X
Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 Halaman 100 - 205

DUKUNGAN KELUARGA MENINGKATKAN KEPATUHAN PASIEN KANKER


SERVIKS MENJALANI KEMOTERAPI
(Studi dilakukan di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar)
Ni Putu Ayu Citrawati, Ni Wayan Armini, Ni Nyoman Suindri 100 - 107
STIMULASI ORANG TUA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAYI UMUR
BULAN DI PUSKESMAS PEMBANTU DAUH PURI DENPASAR TAHUN 2012
Luh Putu Tarsih Rukmayanti, Gusti Ayu Marhaeni, Ni Nyoman Suindri 108 - 114
PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF UNTUK ANAK
BALITA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DAN SUMBER INFORMASI
Studi Dilakukan di Desa Dauh Puri Kauh Denpasar Tahun 2012
Ni Putu Hennyka Putri, Ni Nyoman Budiani, Ni Wayan Armini 115 - 124
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN
AIR SUSU IBU PADA BAYI UMUR SATU HARI SAMPAI TIGA BULAN
Studi Dilakukan di Pos Praktik Terpadu Poltekkes Denpasar dan Puskesmas Pembantu
Dauh Puri Tahun 2012
Ni Luh Wyn. Aris Kardiantini, Ni Nyoman Suindri, Juliana Mauliku 125 - 132
PERMASALAHAN REMAJA DAN PENANGGULANGANNYA
Ni Gusti Kompiang Sriasih 133 - 143
HERPES GENETALIS PADA MASA KEHAMILAN
Ni Ketut Somoyani, Luh Kadek Alit Arsani 144 - 154
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG INFEKSI
MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN
BEROBAT DI KLINIK TUNJUNG BIRU TAHUN 2012
Kadek Anggie Wisandewi Mayun, Ni Nyoman Suindri, Ni Wayan Armini 155 - 162
PROGRAM ANTENATAL CLASS MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
IBU HAMIL DALAM MENYUKSESKAN INISIASI MENYUSU DINI
Ni Nyoman Sumiasih 163 - 175
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN HIV DAN AIDS TENTANG
PENYAKITNYA SETELAH MENERIMA KONSELING DI KLINIK
PREVENTION MOTHER TO CHILD TRANSMISSION
Studi Dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2012
Ni Luh Wiwin Wirantari, Ni Ketut Somoyani, I Gusti Ayu Surati 176 - 183
KAJIAN PERILAKU SISWA SMP TERKAIT PENCEGAHAN HIV/AIDS DI KOTA
DENPASAR
Made Widhi Gunapria Darmapatni 184 - 190
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN BIDAN DENGAN PRAKTIK
KEWASPADAAN UMUM DALAM ASUHAN PERSALINAN NORMALDI RUANG
BERSALIN BLUD RSU KABUPATEN BADUNG
Ni Ketut Rai Sarini, Ni Luh Putu Sri Erawati, Ni Nyoman Sumiasih 191 - 198
KAJIAN GAWAT JANIN PADA PROSES PERSALINAN KALA I FASE LATEN
Dewa Ayu Eka purwanti, Ni Wayan Ariyani, IGAA. Novya Dewi 199 - 205


ii
Editorial
Permasalahan remaja merupakan masalah sentral yang hangat dibicarakan saat
ini. Remaja mengalami perkembangan dan pertumbuhan dalam mencari identitas
dan jati diri dan memiliki keinginan yang besar untuk mencoba hal-hal yang baru.
Permasalahan remaja muncul ketika perubahan yang terjadi secara alamiah tidak
diikuti kesiapan remaja dalam menghadapi perubahan dalam dirinya dan diperberat
dengan adanya perubahan sosial yang cepat. Terinspirasi dari hal tersebut maka Jurnal
Ilmiah Bidan edisi kali ini mengangkat tema ini melalui artikel NGK Sriasih dalam
Permasalahan remaja dan penanggulangannya, begitu pula Md Widhi Gunapria
D pada artikel Kajian Perilaku Siswa SMP terkait Pencegahan HIV/AIDS di Kota
Denpasar. Kehidupan remaja menjadi begitu penting karena nantinya mereka akan
menjadi ibu yang melahirkan generasi penerus bangsa, sehingga tema-tema kehamilan
tetap menjadi pembicaraan seperti pada artikel Ni Ketut Somoyani, dkk mengenai
Herpes Genetalis Pada Masa Kehamilan. Dalam masa kehamilan seorang ibu harus
dibekali pengetahuan terkait kehamilannya sehingga proses ini akan berjalan normal
begitu pula pada tahap lanjut. Artikel Ni Nyoman Sumiasih, memaparkan hal tersebut
dengan cermat pada Program Antenatal Class Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap
Ibu Hamil Dalam Menyukseskan Inisiasi Menyusui Dini. Disamping itu Ni Luh
Wayan Aris Kardiantini, dkk juga menampilkan Hubungan Inisiasi Menyusui Dini
dengan Keberhasilan Pemberian ASI Pada Bayi Umur 1 Hari sampai 3 Bulan. Artikel
GA Marhaeni, dkk membahas Stimulus Orangtua Meningkatkan Perkembangan
Bayi Umur 3-6 Bulan di Puskesmas Pembantu Dauh Puri Denpasar tahun 2012. Selain
itu, Ni Putu Hennyka Putri, dkk pula membahas pertumbuhan dan perkembangan
anak melalui Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif untuk Anak Balita
Berdasarkan Karakteristik dan Sumber Informasi.
Peningkatan kejadian HIV/AIDS di Bali tentunya menjadi permasalahan yang
patut diwaspadai. Layaknya gunung es, penularannya semakin memperihatinkan.
Kadek Anggie Wisandewi, dkk dengan Hubungan Pengetahuan ibu RT Tentang
Infeksi Menular Seksual IMS dan Dukungan Suami dengan Kepatuhan Berobat di
Klinik Tunjung Biru tahun 2012. Disamping itu, Ni luh Wiwin Wirantari, dkk
mengangkat hal ini melalui Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan HIV dan AIDS
Tentang Penyakitnya Setelah Menerima Konseling di Klinik PMTCT. Terkait dengan
hal tersebut Ni Wayan Armini, dkk juga membahas tentang Dukungan Keluarga
Meningkatkan Kepatuhan Pasien Kanker Servik Menjalani Kemoterapi, yang kita tahu
bersama penyebab kanker servik adalah perilaku yang berkaitan dengan seksualitas
dan PMS. Semoga di edisi mendatang akan banyak muncul beragam visi penelitian
yang pada akhirnya akan menambah khasanah pengembangan ilmu pengetahuan bagi
segenap keluarga besar Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar.

iii
DUKUNGAN KELUARGA MENINGKATKAN
KEPATUHAN PASIEN KANKER SERVIKS
MENJALANI KEMOTERAPI
(Studi dilakukan di Ruang Cempaka Timur RSUP Sanglah Denpasar)

Ni Putu Ayu Citrawati1, Ni Wayan Armini2, Ni Nyoman Suindri3

Abstract. Efficacy of chemotherapy treatment depends on patient adherence to


therapy. Family support affects the patient compliance. The purpose of this study
was to identify family support, identifying compliance cervical cancer patients
undergoing chemotherapy and analyzing compliance support families with
cervical cancer patients undergoing chemotherapy.
This research is correlative with the analytic cross sectional approach on the
subject. Data collection method used the interview guide. Data were analyzed
by the Spearman rank correlation test.
The results showed that the median value of family support 44.5 (31-46),
treatment compliance with the median value of 11 (8-12). Results of analysis
of family support with treatment compliance p value < 0.001 with a correlation
coefficient r = 0.702.
Conclusions of research results is a strong positive relationship exists between
family support treatment compliance in patients with cervical cancer. Midwives
are expected to provide education for cervical cancer patients’ families about
the benefits of family support, especially before providing therapy to assist in
patient care.

Keywords : chemoteraphy, cervical cancer, family support, patients

Abstrak. Keberhasilan pengobatan kemoterapi sangat tergantung pada kepatuhan


pasien untuk menjalani terapi. Dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan
pasien tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
dukungan keluarga, mengidentifikasi kepatuhan pasien kanker serviks menjalani
kemoterapi dan menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
pasien kanker serviks menjalani kemoterapi.
Jenis penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan subjek secara
cross sectional. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
menggunakan pedoman wawancara. Data dianalisa dengan menggunakan uji
korelasi Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan nilai median dukungan keluarga yaitu 44,5 (31-
46), kepatuhan berobat dengan nilai median 11 (8-12). Hasil analisis dukungan
keluarga dengan kepatuhan berobat p value < 0,001 dengan koefisien korelasi r
= 0,702.

1 Alumni Poltekes Denpasar Jurusan Kebidanan, 2,3 Dosen Poltekes Denpasar Jurusan Kebidanan

100
NPA Citrawati, NW Armini, NN Suindri (Dukungan
������������������������������������
keluarga meningkatkan...)

Simpulan hasil penelitian yaitu terdapat hubungan positif kuat antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien kanker serviks. Bidan diharapkan
memberikan pendidikan bagi keluarga pasien kanker serviks tentang manfaat
dukungan keluarga terutama sebelum memberikan terapi sehingga membantu
dalam perawatan pasien.

Kata Kunci : dukungan keluarga, kanker serviks, kemoterapi, pasien

Pendahuluan jumlah pasien yang dirawat di Ruang


Salah satu metode pengobatan Cempaka Timur pada tahun 2012 adalah
pada pasien kanker serviks stadium 399 orang dimana sebesar 74 % atau
lanjut adalah kemoterapi. Kemoterapi 295 orang pasien kembali lagi untuk
menggunakan obat sitostatika yang menjalani terapi sesuai jadwal, sebesar
bersifat adjuvant artinya memperkecil 26 % atau 104 orang tidak kembali lagi
atau menghambat pertumbuhan sel untuk menjalani terapi. Dari 295 orang
yang aktif membelah dan bekerja pada pasien yang datang untuk menjalani
salah satu atau beberapa fase dari siklus terapi sebesar 95 % atau 280 orang
sel sehingga perlu diberikan berulang/ pulang dalam keadaan membaik dan
berseri.1 Waktu/lama terapi tergantung sebesar 3,05 % atau 9 orang pasien
dari stadium penyakit, semakin besar pulang paksa atau dalam kondisi belum
stadium, semakin lama pula waktu terapi. membaik dan 1,95 % atau 6 orang
Faktor lain yaitu usia, status kesehatan meninggal dunia, kesimpulan dari data
umum dan pertimbangan pribadi.2 yang didapatkan yaitu hampir sebagian
Minimal frekuensi kemoterapi yang pasien tidak kembali lagi atau tidak
harus patuh dijalani oleh pasien kanker patuh untuk menjalani terapi.
serviks stadium lanjut. Berdasarkan Ketidakpatuhan seseorang dapat
protap RSUP Sanglah, kemoterapi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
diberikan berbasis Cisplatin dengan pemahaman terhadap instruksi, kualitas
atau tanpa radioterapi. Terapi ini terdiri interaksi, isolasi sosial dan keluarga
dari lima seri, tiap seri membutuhkan serta keyakinan, sikap dan kepribadian
waktu selama dua hari dan interval seseorang.4 Keberhasilan atau efektivitas
antar seri yaitu tiga minggu. Prognosis pengobatan yang besar serta kepatuhan
kanker serviks tergantung dari stadium berobat jangka panjang pada pasien yang
penyakit. Five years survival rate atau diterapi sebagian besar sangat ditentukan
potensi sembuh jika menjalani terapi oleh dukungan keluarganya. Dukungan
untuk stadium I lebih dari 90%, untuk keluarga dapat diberikan dengan
stadium II 60-80%, stadium III kira-kira berbagai macam jenis dukungan seperti
50%, dan untuk stadium IV kurang dari dukungan instrumental, informatif,
30%.3 penilaian/penghargaan dan emosional.5
Studi pendahuluan di Ruang Hasil penelitian dari Nurwasiah (2012)
Ginekologi Cempaka Timur RSUP memperkuat hasil penelitian ini dimana
Sanglah Denpasar mendapatkan data hubungan dukungan sosial dengan

101
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 100 - 107

kepatuhan pasien kanker menjalankan kanker serviks menjalani kemoterapi.


program kemoterapi didapatkan p value Manfaat dilakukan penelitian ini
= 0,005 dengan α = 0,05 sehingga p < adalah upaya meningkatkan kualitas
0,05. Pasien dengan dukungan sosial pelayanan kesehatan reproduksi dengan
yang tinggi cenderung mematuhi jadwal melibatkan peran serta aktif keluarga
kemoterapi yang notabene terdiri lebih dalam mendukung pelaksanaan terapi
dari 1 seri/ lebih dari 1 kali terapi.6 kanker.
Faktor lain yang mempengaruhi
ketidakpatuhan pasien kanker serviks Metode
dalam menjalani terapi juga diungkapkan Subjek penelitian ini adalah pasien
oleh Sari (2008) dalam penelitiannya kanker serviks di Ruang Cempaka Timur
mengenai faktor yang mempengaruhi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
keterlambatan pasien kanker serviks Denpasar pada bulan Januari sampai
dalam menjalani pengobatan bahwa Pebruari tahun 2013 yang sesuai dengan
selain dukungan keluarga ada faktor lain kriteria inklusi dengan besar sampel 30
yang mempengaruhi ketidakpatuhan orang. Subjek penelitian diambil secara
pasien yaitu pengetahuan yang kurang accidental sampling dengan rancangan
tentang kanker serviks, adanya rasa penelitian analitik korelatif dan
takut, malu dan rasa nyeri yang pendekatan cross sectional. Instrumen
menimbulkan kecemasan tersendiri bagi pengumpulan data pengetahuan berupa
penderita sebagai faktor internal. Faktor pedoman wawancara. Statistik yang
eksternalnya yaitu sosial ekonomi yang digunakan untuk menguji hipotesis
rendah, jangkauan terhadap pelayanan korelatif digunakan analisis korelasi
kesehatan, gangguan dalam kehidupan Rank Spearman.8
sosial dan pekerjaan, adanya kebutuhan
lain dan pengetahuan keluarga sebagai HASIL PENELITIAN
pendukung pengobatan kurang. Pada tabel 1 tampak bahwa
Faktor-faktor seperti yang terungkap dukungan keluarga terhadap pasien
tersebut mempengaruhi kepatuhan kanker serviks dengan nilai median
pasien dengan kekuatan yang berbeda- yang didapatkan 44,5
beda.7 Berdasarkan uraian di atas
maka dapat dibuat rumusan masalah Tabel 1. Dukungan Keluarga
sebagai berikut: Bagaimana dukungan terhadap Pasien Kanker Serviks
keluarga terhadap kepatuhan pasien
kanker serviks menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga
Adapun tujuan penelitian ini adalah a)
Mengidentifikasi dukungan keluarga Median 44,5
terhadap pasien kanker serviks, b) Rentang 31 – 46
Mengidentifikasi kepatuhan pasien
kanker serviks menjalani kemoterapi, Nilai Maksimum 46
c) Menganalisis hubungan dukungan
Nilai Minimum 31
keluarga terhadap kepatuhan pasien

102
NPA Citrawati, NW Armini, NN Suindri (Dukungan
������������������������������������
keluarga meningkatkan...)

Berdasarkan tabel 2 tampak nilai berdasarkan median tersebut


bahwa kepatuhan pasien kanker serviks adalah dalam jumlah yang seimbang.
menjalani kemoterapi dengan nilai Hasil wawancara menunjukkan pada
median 11. responden yang memiliki nilai lebih
kecil atau sama dengan 44,5 adalah
responden kurang merasakan adanya
Tabel 2 Kepatuhan Pasien Kanker
dukungan yang dari keluarga mereka.
Serviks Menjalani Kemoterapi
Friedman, dkk (2008) menyatakan jenis
Kepatuhan Menjalani Kemoterapi dukungan yang diterima tergantung
pada seberapa besar masalah yang
Median 11 membutuhkan dukungan tersebut
Rentang 8 – 12 serta ketersediaan dukungan seperti
Nilai Maksimum 12 adanya rasa kepedulian dari pihak lain
nilai Minimum 8 selain keluarga seperti orang lain di
sekitarnya.9

Hasil wawancara mendapatkan
Berdasarkan tabel 3, hasil analisis
hasil tidak semua pasien kanker serviks
hubungan dukungan keluarga terhadap
yang menjalani pengobatan beberapa
kepatuhan pasien kanker serviks
kali dan telah memperlihatkan efek
menjalani kemoterapi mendapatkan p
samping terapi ditangani keluarganya
value ≤ 0,001 dengan koefsien korelasi
dengan penanganan secara psikis.
r = 0,702.
Selama wawancara hal yang paling
dirasakan pasien adalah bahwa keluarga
Tabel 3. Hubungan Dukungan Keluarga
mereka menyiasati mual itu dengan
Terhadap Kepatuhan Pasien Kanker
memberikan hal-hal yang diinginkan
Serviks Menjalani Kemoterapi
pasien misalnya makan banyak buah,
Kepatuhan Berobat dan lain-lain.
Dukungan
Keluarga
n > 11 < 11 r p value Hal lain yang dirasakan oleh pasien
f % f % adalah kurang adanya penghargaan
> 44,5 15 13 86,67 2 13,33 jika pasien telah berhasil melewati
0,702 < 0,001
< 44,5 15 0 0 15 100 masa-masa sulit mengatasi rasa minder
Keterangan : r = Koefisien Korelasi Rank Spearman akibat dampak terapi yang timbul
ataupun pujian yang terungkap saat
Pembahasan pasien berhasil membujuk diri sendiri
Penelitian terhadap responden untuk berobat, karena hampir seluruh
di Ruang Cempaka Timur RSUP pasien mengatakan bahwa pengobatan
Sanglah Denpasar selama rentang kanker serviks adalah sebuah momok
waktu Januari sampai Pebruari 2013 yang menakutkan. Pernyataan ini
menunjukkan hasil bahwa nilai median sesuai dengan pendapat Anonim
untuk dukungan keluarga adalah 44,5. (2008) bahwa pujian, ungkapan kata
Nilai maksimum diperoleh 46 dan nilai yang memberikan rasa bangga adalah
minimum 31. Responden yang memiliki menyatakan sesuatu yang positif tentang

103
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 100 - 107

seseorang, dengan tulus dan sejujurnya. saraf pusat).11 Faktor-faktor ini saling
Pujian itu adalah sesuatu ucapan yang terkait dan mempengaruhi satu sama
membuat orang yang mendengarnya lain., begitu pula dengan hasil penelitian
merasa tersanjung, sehingga dapat ini dimana ada karakteristik responden
juga memberikan motivasi kepada yang mempengaruhi hasil sehingga
orang yang dipuji dan membuat orang sebagian besar responden memiliki nilai
merasa labih baik. Katherine Fullertone kepatuhan berobat lebih kecil atau sama
dalam Anonim (2008) menyatakan dengan 11. Karakteristik itu adalah
bahwa orang akan merasa lebih senang umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas
bila di beritahu kalau ia adalah orang responden.
yang menyenangkan.10 Jadi, dukungan Hasil penelitian menunjukkan
keluarga juga sangat penting diberikan responden yang memiliki nilai kepatuhan
apabila bisa berdampak pada psikis berobat lebih kecil atau sama dengan
pasien. 11 berada pada golongan umur 46 – 55
Hasil penelitian tentang kepatu- tahun. Saat pengamatan dilakukan
han berobat menunjukkan variabel pasien yang berada pada golongan usia
kepatuhan berobat memiliki nilai tersebut memiliki pengetahuan yang
median 11, nilai maksimum diperoleh kurang tentang pengobatan yang sedang
12 dan nilai minimum delapan dimana dijalaninya. Hal ini sesuai dengan
terlihat bahwa jumlah responden lebih pernyataan yang dibuat oleh Dizon
banyak memiliki nilai kepatuhan (2011) bahwa seseorang yang telah
kurang dari nilai median. Berdasarkan dalam tahap lanjut usia atau pengobatan
hasil wawancara nilai ini diperoleh telah sampai dalam tahap manajemen
dari pengetahuan pasien serta keluarga akhir hidup (paliatif) akan cenderung
yang kurang tentang penanganan pasrah baik pada penyakit maupun
kanker serviks. Adanya pengetahuan hidupnya sehingga pada usia ini sering
bisa membangkitkan motivasi dalam ditemukan ketidakpatuhan berobat.2
diri seseorang sementara pengetahuan Pengamatan berdasarkan ka-
keluarga diperlukan sebagai fasilitator rakteristik pendidikan menunjukkan
pasien dalam menjalani terapi, baik itu bahwa responden dengan pendidikan
sebagai pemberi informasi, pendamping, SD memiliki nilai kepatuhan berobat
dan lain-lain. lebih kecil atau sama dengan 11
Ada beberapa faktor yang Pendidikan seseorang mempengaruhi
mempengaruhi kepatuhan seseorang pengetahuannya, semakin tinggi
terutama dalam hal kesehatan yaitu tingkat pendidikan semakin tinggi pula
faktor endogen (genetik) dan eksogen. pengetahuannya tentang sesuatu.12
Faktor endogen meliputi umur, ras, jenis Seorang pasien dengan pengetahuan
kelamin, fisik, kepribadian, bakat dan yang kurang tentang apa yang sedang
intelegensi, sedangkan faktor eksogen dijalaninya berpengaruh pada kepatuhan
meliputi lingkungan, pendidikan, agama, berobat dimana karena ketidaktahuan
sosial ekonomi (pekerjaan), kebudayaan maka tujuan dan manfaat pengobatan
dan lainnya (emosi, persepsi dan susunan tidak diketahui dengan baik.

104
NPA Citrawati, NW Armini, NN Suindri (Dukungan
������������������������������������
keluarga meningkatkan...)

Pengamatan berdasarkan ka- dukungan keluarga dengan kepatuhan


akteristik pekerjaan menunjukkan berobat pada pasien kanker serviks. Arah
bahwa responden yang tidak bekerja korelasi positif yaitu semakin besar nilai
memiliki nilai kepatuhan berobat lebih dukungan keluarga semakin besar pula
kecil atau sama dengan 11. Hal ini kepatuhan berobat pasien. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa dengan bekerja juga berarti terdapat korelasi yang
maka pergaulan akan semakin luas, kuat antara dukungan keluarga dengan
informasi yang didapat dari berbagai kepatuhan berobat pada pasien kanker
media semakin banyak yang sekaligus serviks.
menambah pengetahuan.12 Semakin Keberadaan dukungan keluarga
banyak informasi yang didapat tentang sangat mempengaruhi kepatuhan
manfaat pengobatan kanker serviks, berobat seperti pernyataan dari Niven
maka akan semakin patuh menjalani (2002) dukungan keluarga merupakan
pengobatan . faktor penting dalam kepatuhan
Pengamatan berdasarkan ka- terhadap program-program medis.
rakteristik paritas menunjukkan bahwa Ada banyak faktor yang menyebabkan
responden multipara yang memiliki nilai ketidakpatuhan seperti faktor eksternal
kepatuhan berobat lebih kecil atau sama dan internal pasien. Faktor eksternal
dengan 11. Hasil penelitian Dewi (2008) adalah termasuk juga dukungan
menyebutkan salah satu faktor eksternal keluarga itu sendiri, sementara faktor
yang mempengaruhi keterlambatan internal adalah kondisi dalam diri
penderita dalam pengobatan adalah pasien tersebut. Faktor dukungan
adanya gangguan sosial, disebutkan keluarga tidak hanya mutlak sebagai
bahwa gangguan sosial ini bersumber faktor yang berpengaruh tetapi sebagai
pada adanya kesibukan dalam faktor pendukung pasien kanker serviks
keluarga sehingga mempengaruhi akan patuh berobat.4 Faktor lain yang
ketidakpatuhan.13 Duvall dalam berpengaruh adalah motivasi diri. Hal
Sunaryo (2004) menyebutkan gangguan ini sejalan dengan penelitian Sari (2008)
sosial dalam keluarga salah satunya di Poli Onkologi RS Dr.Soetomo yaitu
karena masalah dalam manajemen faktor internal seperti pengetahuan yang
pengasuhan anak yang dapat berdampak kurang tentang kanker serviks, adanya
pada ketersediaan waktu luang untuk rasa takut, malu dan rasa nyeri yang
melakukan perawatan terhadap diri. menimbulkan kecemasan tersendiri bagi
Status ibu dengan banyak anak yang penderita. Faktor eksternalnya yaitu
seharinya sibuk merawat anak-anaknya sosial ekonomi yang rendah, jangkauan
menyebabkan waktu untuk melakukan terhadap pelayanan kesehatan, gangguan
perawatan tidak sesuai jadwal.11 dalam kehidupan sosial dan pekerjaan,
Hasil penelitian menunjukkan p adanya kebutuhan lain dan pengetahuan
value untuk dukungan keluarga dengan keluarga sebagai pendukung pengobatan
kepatuhan berobat adalah < 0,001 dimana kurang.7
Ho ditolak jika p value < 0,05 yang Hasil penelitian dari Nurwasiah
artinya ada hubungan bermakna antara (2012) memperkuat hasil penelitian

105
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 100 - 107

ini dimana hubungan dukungan sosial kepatuhan berobat yang lebih besar dari
dengan kepatuhan pasien kanker nilai median, terdapat hubungan positif
menjalankan program kemoterapi kuat antara dukungan keluarga dengan
didapatkan p value = 0,005 dengan kepatuhan berobat pada pasien kanker
α = 0,05 sehingga p < 0,05 maka H0 serviks.
ditolak, jadi ada hubungan antara Penelitian lebih lanjut perlu
dukungan sosial dengan kepatuhan dilakukan untuk meneliti faktor-
pasien menjalani kemoterapi.6 Teori faktor lain yang mendorong pasien
Green menyatakan bahwa dukungan kanker serviks untuk patuh menjalani
keluarga termasuk dalam faktor penguat kemoterapi, serta dibuat dengan desain
(reinforcing factors) yaitu faktor yang penelitian kualitatif.
membuat seseorang bersemangat untuk
melakukan perubahan perilaku dalam Daftar Pustaka
hal ini menjadi lebih memperhatikan 1. Sukaca,E.B. Cara Menghadapi
hal-hal yang sedang dijalankan.12 Kanker Serviks. Yogyakarta : Genius
Adanya dukungan keluarga dapat Printika ; 2009.
memberikan efek positif dan negatif. 2. Dizon, dkk. 100 Tanya Jawab
Efek positifnya yaitu membantu individu mengenai Kanker Serviks. Jakarta :
merasa lebih baik terhadap dirinya sendiri Indeks ; 2011.
dan hubungannya dengan orang lain, 3. Gracia, A., Cervical Cancer. 2006.
misalnya dukungan itu dapat berbentuk (online), available : www.emedicine.
menolong individu dalam situasi sulit com, (30 Agustus 2012).
dengan menambahkan sikap positif. 4. Niven, Neil. Psikologi Kesehatan:
Efek negatif dari dukungan ini yaitu Pengantar untuk Perawat dan
dukungan yang tersedia tidak dianggap Profesional Kesehatan Lain. Jakarta
sebagai suatu yang membantu karena : EGC ; 2002.
dukungan yang diberikan tidak cukup, 5. Setiadi. Konsep dan Proses
dukungan yang diberikan tidak sesuai Keperawatan Keluarga. Yogyakarta
dengan kebutuhan individu, sumber : Graha Ilmu ; 2008.
dukungan memberikan contoh yang 6. Nurwasiah. Faktor-Faktor yang
buruk, tidak mendukung individu dalam Berhubungan dengan Kepatuhan
melakukan sesuatu yang diinginkan, Pasien Kanker Menjalankan Program
terlalu menjaga sehingga diperlukan Kemoterapi di Gedung A, Rumah
pengetahuan tentang pentingnya Sakit Cipto Mangunkusumo. 2012.
dukungan keluarga pada keluarga yang (online) , available: http://psik-umj.
membutuhkan. ac.id/library/index.php?p=show_
detail&id=497,(16 Pebruari 2013)
Kesimpulan Dan Saran 7. Sari,Ratna. Faktor yang
Setengah dari responden men- Mempengaruhi Keterlambatan
dapatkan dukungan keluarga yang Pasien Kanker Serviks dalam
lebih besar dari nilai median, hampir Memeriksakan Diri. 2008. (online),
setengah responden mendapatkan nilai available: http://isjd.pdii.lipi.go.id/

106
NPA Citrawati, NW Armini, NN Suindri (Dukungan
������������������������������������
keluarga meningkatkan...)

admin/jurnal/1030897105.pdf,(14 11. Sunaryo. Psikologi untuk


Pebruari 2013) Keperawatan. Jakarta: EGC ; 2004.
8. Dahlan M.S. Statistik untuk 12. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi teori dan aplikasi. Cetakan pertama.
ke-3. Jakarta. Salemba Medika ; Jakarta: Rineka Cipta ; 2005
2008. 13. Dewi, Irmalia. Hubungan Ferekuensi
9. Friedman, M. Keperawatan Keluarga Kemoterapi denganKualitas Hidup
: Teori dan Praktik. Jakarta : EGC ; pada Pasien Kanker Serviks di
2007. Ruang Cempaka Timur RSUP
10. Anonim. Pujian. 2008. (online), Sanglah Denpasar,(skripsi). Program
available : http://id.wikipedia.org/ Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
wiki/Pujian, (19 Pebruari 2013) Kedokteran Universitas Udayana ;
2012.

107
STIMULASI ORANG TUA MENINGKATKAN
PERKEMBANGAN BAYI UMUR 3-6 BULAN DI
PUSKESMAS PEMBANTU DAUH PURI DENPASAR
TAHUN 2012

Luh Putu Tarsih Rukmayanti1, Gusti Ayu Marhaeni2, Ni Nyoman Suindri3,

Abstract. Optimal child development that would be achieved if the right


stimulation provided by parents for each stage of development. The purpose of
this study was to determine the effectiveness of the stimulation provided by the
parents of the baby’s development. Studies using cross-sectional design. Sample
was composed of fifty couples parents and babies aged three to six months.
Samples were collected with accidental sampling techniques and selected
based on the inclusion criteria. Data were collected through questionnaires and
KPSP sheet. Correlational analysis used Fisher’s Exact Test. Analysis of the
data showed 70% of parents provide good stimulation to their infants, while
30% of parents provide enough stimulation. Evaluation of infant development
KPSP sheet shows 88% of infants had stage development according to age,
while 12% in dubious development. Correlational analysis showed 97.14% of
the infants with both stimulation and the development of appropriate and 2.85%
which stimulated his development quite dubious (p = 0.007, 95% CI), while
66.66% of infants with significant progress has development good and 33.33%
of them doubts development (p = 0.007, 95% CI). The results showed that the
development of the baby would be better if the stimulation was provided. This
suggests that shareholders should play a role in the health center program to
promote the importance of stimulation for the baby’s development.

Keywords : Stimulation; Parents; Children developments

Abstrak. Perkembangan anak yang optimal akan tercapai bila stimulasi yang
tepat diberikan oleh orang tua untuk setiap tahap perkembangan . Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas stimulasi yang diberikan oleh
orang tua terhadap perkembangan bayi. Penelitian menggunakan rancangan cross
sectional. Sampel adalah lima puluh pasangan terdiri dari orang tua dan bayinya
yang berumur tiga sampai enam bulan. Sampel dikumpulkan dengan teknik
accidental sampling dan dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Data dikumpulkan
melalui kuesioner dan lembar KPSP. Analisis korelasional digunakan Fisher
Exact Test . Analisis data menunjukkan 70 % orang tua memberikan stimulasi
yang baik pada bayi mereka, sementara 30 % orang tua memberikan stimulasi
yang cukup. Evaluasi perkembangan bayi dari lembaran KPSP menunjukkan

1 Asisten pada Dokter Kebidanan dan Penyakit Kandungan I Made Ariyana, 2,3 Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar,

108
LP Tarsih Rukmayanti, GA Marhaeni, NN Suindri �������������������������
(Stimulasi orang tua...)

88 % bayi memiliki tahap pengembangan sesuai usia, sedangkan 12 % dalam


perkembangan meragukan. Analisis korelasional menunjukkan 97,14 % bayi
dengan stimulasi baik dan perkembangan yang sesuai dan 2,85 % yang mendapat
stimulasi cukup perkembangan nya meragukan ( p = 0,007 , 95 % CI ) , sedangkan
66,66 % bayi dengan perkembangan yang cukup memiliki perkembangan yang
baik dan 33,33 % dari mereka perkembangannya meragukan (p = 0,007 , 95 %
CI) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan bayi akan lebih baik
jika stimulasi yang baik diberikan. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
bahwa pemegang program di Puskesmas harus berperan untuk mensosialisasikan
pentingnya stimulasi bagi perkembangan bayi .

Kata kunci: Stimulasi; Orang tua; Perkembangan bayi

Perkembangan adalah ber- baik. Semakin banyak stimulasi yang


tambahnya struktur dan fungsi tubuh diberikan maka perkembangan anak
yang lebih kompleks dalam kemampuan semakin optimal. Stimulasi yang
gerak kasar, gerak halus, bicara dan diberikan sejak dini akan mempengaruhi
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. perkembangan otak. Otak akan semakin
Perkembangan merupakan suatu berkembang apabila stimulasi yang
perubahan, dan perubahan ini tidak diberikan semakin banyak. Selain itu,
bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. penanganan kelainan atau stimulasi yang
Perkembangan tidak ditekankan sesuai sejak dini dapat meminimalisasi
pada segi material, melainkan segi disfungsi tumbuh kembang anak
fungsional.1 sehingga mencegah terjadinya disfungsi
Tumbuh kembang bayi perlu permanen. Kurangnya stimulasi dapat
dirangsang oleh orang tua agar dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
tumbuh dan berkembang secara optimal. kembang anak bahkan gangguan yang
Peran aktif orang tua untuk memantau menetap.1,2,3
perkembangan bayi sangat diperlukan Hasil studi pendahuluan yang
terutama saat anak masih berada dilakukan di Puskesmas Pembantu
dibawah usia lima tahun. Setiap anak Dauh Puri pada bulan Oktober 2012
perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini dari 10 orang ibu hanya empat (40 %)
mungkin dan terus menerus pada setiap ibu yang mengetahui tentang stimulasi
kesempatan. Saat ini masih banyak yang dilakukan pada anak dan 60 % ibu
orang tua yang kurang memperhatikan belum mengetahui tentang stimulasi
pentingnya stimulasi pada anak karena pada anak, dan 20 % dari bayi ibu
masih banyak anggapan bahwa anak tersebut mengalami keterlambatan
akan tumbuh dan berkembang secara perkembangan. Selain itu di Puskesmas
alami. Stimulasi merupakan hal yang Pembantu Dauh Puri belum pernah
penting dalam tumbuh kembang anak. diadakan penyuluhan secara langsung
Semakin dini stimulasi yang diberikan, mengenai manfaat stimulasi pada
maka perkembangan anak akan semakin perkembangan anak.
109
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 108 - 114

Stimulasi orang tua adalah suatu Data yang dikumpulkan dalam


upaya orang tua untuk merangsang penelitian ini adalah data primer yang
perkembangan anak yang dilakukan berupa data yang diperoleh dengan
sejak lahir dengan mengajak anak memberikan kuisioner kepada orang tua
bermain dalam suasana penuh gembira yang menjadi responden dan melakukan
dan kasih sayang. Stimulasi tumbuh pengamatan pada anak dengan lembar
kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, KPSP.
ayah maupun pengganti/pengasuh anak Proses penelitan dimulai dari
sedini mungkin secara terus menerus penyusunan instrumen penelitian berupa
pada setiap kesempatan. Stimulasi atau kuisioner, dilanjutkan dengan pengajuan
rangsangan yang diberikan dapat berupa ijin, kemudian pelaksanaan penelitian.
kesempatan bermain, fasilitas belajar, Kuisioner telah dilakukan uji pakar
atau materi (misalnya cerita atau bacaan), dan uji coba kuisioner di Puskesmas II
yang dapat memicu anak untuk belajar Denpasar Barat.
atau mengolah pelajaran. Rangsangan Analisa data dimulai
juga bisa berbentuk sentuhan yang Analisis univariate untuk
dengan ���������
abstrak, misalnya dukungan dan
menggambarkan distribusi frekuensi dan
keterlibatan orang tua dalam belajar anak
proporsi dari masing-masing variabel
sangat besar peranannya serta memiliki
yang disajikan dalam bentuk tabel dan
kontribusi yang akan dimaknai sebagai
narasi. Pengujian hipotesis dilakukan
motivasi oleh anak.4,5,6
dengan Uji mutlak fisher digunakan
Tujuan dari penelitian ini adalah
karena hasil penelitian tidak memenuhi
untuk menemukan manfaat stimulasi
syarat uji chi square. Nilai kemaknaan
orang tua dalam meningkatkan
perkembangan bayi umur 3-6 bulan dalam penelitian ini adalah p < 0,05.
di Puskesmas Pembantu Dauh Puri Penarikan kesimpulan setelah analisis
Denpasar Tahun 2012. data dilihat dari p value, yaitu nilai p
< 0,05 maka Ho ditolak yang berarti
Metode Ha diterima, yaitu akan menunjukkan
Penelitian ini menggunakan bahwa stimulasi orang tua���������������
efektif untuk
rancangan�������������������������������
analitik observasional dengan meningkatkan perkembangan bayi umur
pendekatan Cross Sectiona. Penelitian 3-6 bulan di Puskesmas Pembantu Dauh
ini dilakukan di Puskesmas Pembantu Puri tahun 2012.
Dauh Puri wilayah kerja Puskesmas
II Denpasar Barat. Pengambilan data Hasil Penelitian dan Pembahasan
dilaksanakan pada tanggal 27 Desember Responden dalam penelitian ini
2012 sampai 24 Januari 2013. Sampel adalah seluruh pasangan orangtua dan
dalam penelitian ini adalah pasangan bayinya yang berumur 3-6 bulan yang
orang tua dan bayinya yang berumur akan mendapatkan pelayanan imunisasi
3-6 bulan yang diambil sesuai dengan di Puskesmas Pembantu Dauh Puri
kriteria inklusi dalam populasi. Teknik dan memenuhi kriteria inklusi. Adapun
sampling dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi karakteristik res-
non probability sampling yaitu dengan ponden penelitian dapat dilihat pada
“accidental sampling” tabel berikut ini.
110
LP Tarsih Rukmayanti, GA Marhaeni, NN Suindri �������������������������
(Stimulasi orang tua...)

Tabel 1. 1. Stimulasi yang diberikan orang tua


Distribusi Responden Penelitian pada anak umur 3-6 bulan
(Orang Tua) Berdasarkan
Karakteristik Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Stimulasi
Karakteristik Sampel� Jumlah Persentase
Orang Tua pada Bayi
(Orang) (%)
Umur 3-6 Bulan
1. Umur
a. 35-39������
tahun 9 18 Stimulasi f %
b. 30-34������
tahun 18 36
c. 25-29������
tahun 5 10 Baik 35 70
d. 20-24 tahun 16 32
e. 15-19 tahun 2 4 Cukup 15 30

Total 50 100 Jumlah 50 100

2. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan 22 44 Berdasarkan tabel 3 diatas
d�����������������
asar (�����������
SD dan ����
SMP) mengenai stimulasi yang diberikan
b. Tingkat pendidikan 23 46 orang tua kepada anak umur 3-6 bulan
m�������������
enengah (SMA/ ditemukan sebanyak 35 orang responden
sederajat)
c. Tingkat pendidikan 5 10 penelitian (70%) memberikan stimulasi
tinggi (Diploma/ yang baik pada bayinya dan tidak ada
Sarjana) responden yang kurang memberikan
Total 50 100
stimulasi pada anaknya.

3. Pekerjaan 2. Perkembangan anak umur 3-6 bulan


a. Kedua orang tua 14 28
bekerja Tabel 4.
b. Salah satunya 36 72 Distribusi Frekuensi Perkembangan
bekerja
Anak Umur 3-6 Bulan.
Total 50 100
Perkembangan F %
Sesuai 44 88
Tabel 2 di �������������������
atas menggambarkan�
Meragukan 6 12
sebagian besar bayi yang menjadi
responden memiliki umur empat bulan Jumlah 50 100
yaitu sebanyak 20 orang (40%) dan
menurut karakteristik jenis kelamin, Berdasarkan tabel 4 di atas
laki-laki sebanyak 27 orang (54%). ditemukan sebanyak enam orang
Berdasarkan karakteristik kedudukan responden (12%) memiliki per-
bayi dalam keluarga sebanyak 21 orang kembangan yang meragukan dan
responden (42%) anak pertama dalam tidak ada responden yang mengalami
keluarga penyimpangan.
Hasil pengamatan terhadap
responden berdasarkan variabel 1. Hubungan stimulasi orang tua
penelitian dapat dipaparkan sebagai dengan perkembangan bayi umur
berikut : 3-6 bulan

111
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 108 - 114

Tabel 5. kesiapan dalam mengasuh anak.


Hubungan Stimulasi Orang Tua Disamping tingkat pendidikan dan umur,
Dengan Perkembangan Bayi pekerjaan orang tua juga merupakan
Umur 3-6������
Bulan salah satu faktor yang mempengaruhi
pemberian stimulasi pada anak. Orang
Perkembangan anak
Sti- tua memegang peranan terbesar
Sesuai Meragukan n Nilai
mulasi
P
CI 95% dalam mendidik anak sebab orang tua
F % f %
memiliki peranan yang penting untuk
Baik 34 97,14 1 2,85 35 0,006-
0,007
0,564
merangsang potensi yang dimiliki oleh
Cukup 10 66,66 5 33,33 15
anak. Orang tua yang keduanya bekerja
seringkali hanya memiliki waktu yang
Berdasarkan tabel 5 diatas,
terbatas untuk anaknya, namun bila
responden (bayi) yang mendapatkan
mereka mampu memanfaatkan waktu
stimulasi baik memiliki perkembangan
yang dimiliki dengan maksimal maka
sesuai dengan umur sebanyak 34 orang
pemberian stimulasi akan jauh lebih
(97%), sedangkan responden yang
optimal dibandingkan dengan orang
mendapatkan stimulasi cukup memiliki
tua yang salah satunya bekerja namun
perkembangan yang sesuai dengan umur
kurang pandai dalam mengelola waktu
sebanyak 10 orang (66,66%). bersama anaknya.7,8
Hasil penelitian ini dianalisis
menggunakan uji alternatif fisher Perkembangan bayi umur 3-6 bulan
exact. Hasil analisis didapatkan bahwa Perkembangan anak merupakan
nilai p=0,007. Hasil analisis tersebut segala perubahan yang terjadi pada anak
menunjukkan bahwa p<0,05, yang dilihat dari berbagai aspek. Setiap anak
berarti stimulasi orang tua efektif untuk akan melalui urutan tahap perkembangan
meningkatkan perkembangan bayi umur yang sama dan berlangsung secara
3-6 bulan. berurutan. Anak harus mencapai tingkat
perkembangan tertentu dalam satu
Stimulasi yang diberikan orang tua tahap sebelum ia bisa beralih ke tahap
pada bayi umur 3-6 bulan berikutnya.
Dari penelitian yang telah Banyak faktor-faktor yang
dilakukan sebagian besar orang tua terlibat dalam perkembangan anak.
memberikan stimulasi yang baik Umur anak memiliki pengaruh
dan sesuai dengan usia bayi, kondisi terhadap perkembangan anak. Semakin
tersebut dapat terjadi karena pemberian bertambahnya umur seorang anak maka
stimulasi oleh orang tua dipengaruhi organ-organ tubuh anak akan semakin
oleh beberapa faktor. Pendidikan orang matang dan fungsi organ tubuh tersebut
tua merupakan salah satu faktor yang juga akan semakin kompleks, hal tersebut
penting dalam tumbuh kembang anak dapat menyebabkan perkembangan anak
karena dengan pendidikan yang baik semakin bertambah. Hal ini didukung
maka orang tua dapat menerima segala oleh hasil penelitian yang menyebutkan
informasi dari luar terutama tentang cara bahwa terdapat hubungan positif antara
pengasuhan anak yang baik. Umur orang umur anak dengan perkembangan.
tua mempengaruhi kesiapan orang tua Dimana semakin meningkat umur
dalam menjalankan perannya, termasuk anak maka perkembangan anak akan
112
LP Tarsih Rukmayanti, GA Marhaeni, NN Suindri �������������������������
(Stimulasi orang tua...)

semakin baik. Jenis kelamin akan baik saja. Selain nutrisi yang adekuat,
mempengaruhi aktivitas bermain anak. lingkungan pengasuhan dan juga
aktivitas bermain akan mempengaruhi stabilitas keluarga dapat mempengaruhi
perkembangan anak. Hal ini sesuai perkembangan anak. Lingkungan yang
dengan teori yang menyatakan bahwa baik dan orang tua yang harmonis akan
jenis kelamin memiliki pengaruh membantu perkembangan anak menjadi
terhadap perkembangan anak. lebih baik. Berdasarkan penelitian yang
Selain itu jumlah anak yang banyak dilakukan di India dikatakan bahwa
mengakibatkan kurangnya kasih intervensi atau stimulasi yang diberikan
sayang dan perhatian pada anak, juga sejak dini mampu meningkatkan
kurang terpenuhinya kebutuhan anak. perkembangan anak dan mencegah
Menurut teori dikatakan bahwa pada hilangnya potensi perkembangan anak.
umumnya semakin dekat jarak usia Stimulasi memainkan peranan yang
anak dengan saudara kandungnya maka penting dalam perkembangan otak anak.
pengaruh diantara mereka akan semakin Semakin dini stimulasi yang diberikan
besar.2,7,9,10 maka perkembangan otak anak akan
semakin kompleks. Hasil penelitian
Stimulasi orang tua efektif me- di Jamaika menunjukkan bahwa
ningkatkan perkembangan bayi stimulasi yang diberikan kepada anak
umur 3-6 bulan. dapat meningkatkan perkembangan
Dalam penelitian ini sebagian besar motorik anak, kemampuan bicara anak,
responden (bayi) yang mendapatkan dan mempengaruhi perkembangan
stimulasi baik memiliki perkembangan emosional.11,12,13
yang baik pula. Dari penelitian didapatkan
responden yang mendapatkan stimulasi Simpulan
baik ada yang memiliki perkembangan Berdasarkan hasil analisis data
yang meragukan terutama pada aspek dan pembahasan yang telah dilakukan
perkembangan motorik kasar. Hal ini sebelumnya maka dapat disimpulkan
dapat terjadi karena selain stimulasi sebagai berikut :
terdapat faktor-faktor lain yang dapat 1. Sebagian besar orang tua (70%)
mempengaruhi perkembangan anak yang memiliki bayi umur 3-6 bulan
seperti nutrisi. Nutrisi yang adekuat dapat di Puskesmas Pembantu Dauh Puri
membantu anak untuk dapat tumbuh dan memberikan stimulasi yang baik
berkembang dengan baik sedangkan terhadap bayinya.
nutrisi yang buruk dapat menghambat 2. Perkembangan bayi umur 3-6
pertumbuhan otak dan dapat menurunkan bulan yang mendapat stimulasi di
kemampuan otak dalam mencatat, Puskesmas Pembantu Dauh Puri
menyerap dan mengolah informasi. sebagian besar (97,14%) sudah sesuai
berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan umur.
di Vietnam diperoleh hasil bahwa anak 3. Stimulasi yang diberikan oleh
yang mendapatkan kombinasi nutrisi orang tua efektif meningkatkan
dan stimulasi memiliki perkembangan perkembangan bayi umur 3-6 bulan.
yang lebih baik dibandingkan dengan Dimana semakin baik stimulasi yang
anak yang hanya menerima stimulasi diberikan maka perkembangan anak
saja atau hanya mendapat nutrisi yang juga semakin baik.
113
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 108 - 114

Saran ghanest.blogspot.com (15 Oktober


Mengacu pada hasil penelitian 2012); 2009
yang telah dilakukan ada beberapa 5. Suherman. Buku Saku Perkembangan
saran yang dapat peneliti sampaikan, Anak. Jakarta: EGC; 2012
diantaranya adalah saran kepada: 6. Susanto A. Perkembangan Anak
1. Kepada pemegang program SDIDTK Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai
di Puskesmas II Denpasar Barat Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada
dan pemegang program imunisasi Media Grup; 2011
di Puskesmas Pembantu Dauh 7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang
Puri diharapkan dapat membantu Anak. Jakarta: EGC; 2002
mensosialisasikan pentingnya 8. Herlina, T., Subagyo & Agustin.
stimulasi yang diberikan orang tua Perbedaan Perkembangan Anak
kepada anak guna mengoptimalkan Usia 4-5 Tahun Antara Yang Ikut
perkembangan anak melalui PAUD dan Tidak Ikut PAUD. Jurnal
penyuluhan. Penyuluhan yang dapat Penelitian Kesehatan Forikes 2010;I
diberikan baik itu mengenai manfaat (4): 246-258.
tujuan maupun cara memberikan 9. Hurlock. E. Buku Ajar Perkembangan
stimulasi yang benar. Anak Edisi I. Jakarta: Erlangga;
2. Kepada peneliti selanjutnya 2000
diharapkan lebih mengembangkan 10. Wong et.al. Buku Ajar Keperawatan
penelitian mengenai perkembangan
Pediatrik volume I. Jakarta: EGC;
anak dengan mengamati faktor-
2009
faktor lain yang dapat mempengaruhi
11. Watanabe K, Flores, R, Fujiwara J,
perkembangan anak
and Huong Tran L.T. Early Childhood
Development Interventions and
Daftar Pustaka
Cognitive Development of Young
1. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan
Children in Rural Vietnam. The
Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini
Journal of Nutrition. 2005; pp.1918-
Tumbuh Kembang Anak Ditingkat
1925
Pelayanan Kesehatan Dasar Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2005 12. Baker H, and Florencia L. Early
2. Herawati T. Stimulasi Perkembangan Childhood Stimulation Interventions
Motorik Dan Kecerdasan Anak. In Developing Countries. (online),
(online), available from: http:// available from: http://ftp.iza.org (28
pustaka.unpad.ac.id (5 September September 2012); 2007
2012); 2011 13. Gardner J, Powell C, Henningham
3. Chamida A. Pentingnya Stimulasi B, Walker S, Cole T, McGregor
Dini Bagi Tumbuh Kembang Otak S. 2005, Zinc Supplementation
Anak. (online), available from: And Physchosocial Stimulation:
http://staff.uny.ac.id (28 September Effects On The Development Of
2012); 2009 Undernourished Jamaican Children.
4. Asmawati S. Pengaruh Stimulasi The American Journal of Clinical
Orang Tua Terhadap Perkembangan Nutrition. (online), available
Motorik Anak Usia Dini. from: http://ajcn.nutrition.org (28
(online),available from: http:// September 2012); 2005

114
PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN
EDUKATIF UNTUK ANAK BALITA BERDASARKAN
KARAKTERISTIK DAN SUMBER INFORMASI
Studi Dilakukan di Desa Dauh Puri Kauh Denpasar Tahun 2012

Ni Putu Hennyka Putri1, Ni Nyoman Budiani2, Ni Wayan Armini3

Abstract. Infancy is referred to as the gold age. At this time, needed stimulation
to stimulate gross and fine motor skills toddlers especially since the first 3
years of life. Mother has an important role in optimizing early childhood
development. Purpose of this study was to assess knowledge of mothers
about educational toys for toddlers based on the characteristics and sources
of information. This study was a descriptive analyzed with cross-sectional
approach by taking a sample of mothers in the village Dauh Puri  Kauh Denpasar
in May 2012 that met inclusion criteria. The result of this study was showed
55.81% of respondents have a good level of knowledge about educational
toys. However, there were still 4.65% of the respondents have less knowledge.
Based on the characteristics of age, 55.56% were aged 20-35 years have a
good level of knowledge. Based on his education, 60.71%of respondent who
tiered of secondary education have a sufficient level of knowledge. However,
there were still 15.38% of respondents who tiered basic education has lacking 
level of knowledge. Based it’s parity, 75% of respondents multigravida had
a good level of knowledge. Based on sources of information showed that all
respondents had to get information about educational toys and entirely had
a good level of knowledge. Next researcher are expected to conduct similar
research by improving the methods of research used, because of the weakness of
this study, that is using consecutive sampling technique and knowledge can not
be considered representative of rural respondents.

Keywords : early stimulation, educational toys, knowledge

Abstrak. Bayi disebut juga sebagai usia emas. Pada saat ini, diperlukan stimulasi
untuk merangsang keterampilan motorik kasar dan halus balita terutama sejak
3 tahun pertama kehidupan. Ibu memiliki peran penting dalam mengoptimalkan
perkembangan anak usia dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai
pengetahuan ibu tentang mainan pendidikan untuk balita berdasarkan
karakteristik dan sumber informasi. Penelitian ini adalah deskriptif dianalisis
dengan pendekatan cross-sectional dengan mengambil sampel dari ibu-ibu di desa
Dauh Puri Kauh Denpasar pada Mei 2012 yang memenuhi kriteria inklusi . Hasil
penelitian ini menunjukkan 55,81% responden memiliki tingkat pengetahuan
yang baik tentang mainan pendidikan. Namun, masih ada 4,65% responden
memiliki pengetahuan yang kurang. Berdasarkan karakteristik usia, 55,56%
1,2 Alumni Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar, 3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar

115
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 115 - 124

berusia 20-35 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Berdasarkan


pendidikan, 60,71% responden yang berjenjang pendidikan menengah memiliki
tingkat yang cukup pengetahuan. Namun, masih ada 15,38% responden yang
berjenjang pendidikan dasar telah kurang tingkat pengetahuan. Berdasarkan itu
paritas, 75% responden multigravida memiliki tingkat pengetahuan yang baik.
Berdasarkan sumber-sumber informasi menunjukkan bahwa semua responden
harus mendapatkan informasi tentang mainan pendidikan dan seluruhnya
memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk
melakukan penelitian serupa dengan meningkatkan metode penelitian yang
digunakan, karena kelemahan dari penelitian ini, yaitu menggunakan teknik
consecutive sampling dan pengetahuan tidak dapat dianggap mewakili responden
pedesaan.

Kata kunci : stimulasi dini, mainan pendidikan, pengetahuan

Masa balita merupakan suatu masa dalam pendidikan anak, antara lain
penting dalam tahapan perkembangan untuk merangsang berbagai kemampuan
manusia yang akan menjadi landasan anak balita dalam hal gerakan kasar
dalam menghadapi kehidupan. Balita dan halus.���������������������������
Alat permainan yang dapat
akan cepat dan mudah menyerap digolongkan sebagai alat permainan
stimulasi maupun pengaruh dari edukatif memiliki persyaratan yang harus
lingkungan tempat ia berada karena terpenuhi. Pemberian alat permainan
rasa ingin tahu dan daya khayal balita edukatif ini disesuaikan dengan usia
sangat tinggi. Para ahli mengatakan serta minat yang ada pada anak dan
bahwa masa balita disebut sebagai dapat bermanfaat dalam perkembangan
masa emas (golden age period). Pada anak selanjutnya.2
masa ini, dibutuhkan stimulasi yang Ibu memegang peranan penting
dapat merangsang kemampuan motorik dalam menciptakan lingkungan yang
kasar dan halus balita. Namun, pada
dapat mengoptimalkan perkembangan
kenyataannya peran orang tua dalam
balita. Penyimpangan tumbuh kembang
memberikan stimulasi masih kurang.
harus dideteksi sejak dini, terutama
Stimulasi yang dilakukan sejak lahir,
sebelum anak berumur tiga tahun supaya
terus menerus, bervariasi, dengan
suasana bermain dan kasih sayang, akan dapat segera diintervensi. Kurangnya
memacu berbagai aspek kecerdasan stimulasi dapat menyebabkan
anak, yaitu kecerdasan logiko- penyimpangan tumbuh kembang yang
matematik, emosi, komunikasi bahasa bahkan dapat menyebabkan gangguan
(linguistik), kecerdasan musikal, gerak yang menetap.3 Karakteristik dari
(kinestetik), visuo-spasial, senirupa, ibu balita juga dapat berpengaruh
dan lain-lain.1 dalam pemberian stimulasi dini pada
Stimulasi dapat dilakukan dengan anak. Beberapa faktor yang dapat
pemberian alat permainan edukatif memengaruhi pengetahuan, sikap,
yang disesuaikan dengan tingkat dan perilaku ibu, antara lain umur ibu,
kemampuan balita pada umurnya. Alat tingkat pendidikan, jumlah anak serta
permainan edukatif (APE), yaitu suatu sumber informasi tentang stimulasi itu
alat permainan yang khusus digunakan sendiri.4

116
NP Hennyka Putri, NN Budiani, NWayan Armini (Pengetahuan
�����������������������������
ibu tentang...)

Balita Indonesia sebanyak 16% untuk diberikan kepada anak-anaknya.


mengalami gangguan perkembangan, Pemberian mainan diberikan agar anak-
baik perkembangan motorik halus anaknya tidak rewel. Dari uraian di atas,
dan kasar, gangguan pendengaran, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
kecerdasan kurang dan keterlambatan penelitian tentang pengetahuan ibu
bicara.8 Tingkat
��������������������������
pengetahuan orang tentang alat permainan edukatif untuk
tua tentang manfaat menstimulasi anak balita berdasarkan karakteristik
perkembangan anak dengan permainan dan sumber informasi di desa Dauh Puri
edukatif di beberapa lembaga Kauh Denpasar Tahun 2012.
pendidikan anak prasekolah di lima
kota besar di Indonesia didapatkan Metode
sebanyak 42% kurang, 33% cukup, Jenis penelitian ini adalah
dan hanya 25% baik.6 Informasi yang deskriptif dengan pendekatan cross-
berbeda ditunjukkan oleh penelitian sectional. Penelitian ini dilaksanakan di
yang dilakukan di Dusun Ngering Desa desa Dauh Puri Kauh yang ada di wilayah
Sukoanyar Cerme Gresik tahun 2011 Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
tentang pengetahuan ibu mengenai Pengumpulan data dilaksanakan pada
manfaat alat permainan edukatif, yakni tanggal 7 sampai dengan 12 Mei 2012.
bahwa responden yang mempunyai Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu
tingkat pengetahuan baik sebanyak balita pada tahun 2011 di wilayah desa
15 orang (46,9%), cukup sebanyak 11 Dauh Puri Kauh Denpasar, yaitu 3.207
orang (34,4%), dan kurang sebanyak 6
orang dengan kriteria inklusi: ibu yang
orang (18,7%).7
memiliki anak berumur 12 sampai 23
Menurut data dari BKKBN
bulan, ibu yang berdomisili di wilayah
tahun 2012, terdapat 314 kelompok
desa Dauh Puri Kauh Denpasar, serta
Bina Keluarga Balita (BKB) dan 269
ibu yang hadir dan bersedia menjadi
kelompok BKB yang aktif.8 Di wilayah
responden dengan menandatangani
kerja Puskesmas Denpasar Barat II
lembar persetujuan responden terlebih
juga terdapat tujuh kasus gangguan
perkembangan anak, yang terdiri dari dahulu. Besar sampel penelitian
gangguan motorik kasar dan gangguan yang digunakan sebanyak 43 orang
berbicara. Di wilayah �����������������
ini, tepatnya di responden dengan menggunakan teknik
Desa Dauh Puri Kauh, terdapat dua consecutive sampling. Jenis data yang
kelompok BKB, namun hanya terdapat dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
satu kelompok BKB aktif yang masih data primer. Instrumen pengumpulan
berstratifikasi dasar. Di desa ini pula data yang digunakan adalah pedoman
tidak ada keluarga balita yang turut serta wawancara yang terdiri dari 20 butir
dalam kelompok BKB. pertanyaan dengan dua pilihan yaitu
Berdasarkan hasil wawancara benar dan salah. Validitas isi dilakukan
yang dilakukan di desa Dauh Puri terlebih dahulu dengan konsultasi pakar,
Kauh, terdapat tujuh dari sepuluh yaitu dosen pengampu Mata Kuliah
ibu yang memiliki anak balita belum Ilmu Kesehatan Anak. Teknik yang
mengetahui dengan baik mengenai alat digunakan dalam pengolahan data, yaitu
permainan edukatif. Sebanyak 70% editing, coding, scoring, entering, dan
dari ibu tersebut belum mengetahui tabulating. Teknik analisis data yang
tentang mainan edukatif yang tepat digunakan adalah analisis deskriptif.
117
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 115 - 124

Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data,


Hasil pengamatan terhadap dapat diketahui bahwa, sebagian
responden berdasarkan variabel besar responden (83,72%) berada
penelitian mengenai pengetahuan ibu pada kelompok umur 20-35 tahun.
tentang alat permainan edukatif untuk Berdasarkan karakteristik pendidikan,
anak balita berdasarkan karakteristik sebanyak 62,79% responden ber-
dan sumber informasi. pendidikan menengah, dan 62,79%
responden melahirkan satu kali. Hasil
Karakteristik dan sumber informasi penelitian mengenai sumber informasi
ibu mengenai alat permainan yang diperoleh ibu menunjukkan
edukatif bahwa seluruh responden mendapatkan
Karakteristik dan sumber infor- informasi tentang alat permainan
masi yang diperoleh responden edukatif, dan dari responden tersebut
mengenai alat permainan edukatif, sebagian besar responden (81,40%)
sebagai berikut. mendapatkan informasi dari teman dan
keluarga.
Tabel 1 Karakteristik ibu, meliputi umur,
Distribusi Karakteristik Ibu Mengenai pendidikan dan paritas mempengaruhi
Alat Permainan Edukatif tingkat pengetahuan ibu. Umur
berpengaruh terhadap daya tangkap
Jumlah responden dan pola pikir seseorang.7 Responden
No Karakteristik
f % yang ada di Desa Dauh Puri Kauh ini
1 2 3 4 mayoritas berumur 20 sampai 35 tahun.
Pola pikir dan daya tangkap responden
1 Umur
a <20 tahun 3 6,98 pada kelompok umur ini memiliki
b 20-35 tahun 36 83,72 distribusi pengetahuan yang lebih baik
c >35 tahun 4 9,30 daripada responden yang berumur <
JUMLAH 43 100 20 tahun. Pola pikir dan daya tangkap
2 Pendidikan responden ini akan mempengaruhi
a Dasar 14 32,56 pengetahuan ibu mengenai pemberian
b Menengah 27 62,79 alat permainan edukatif yang tepat
c Atas 2 4,65 untuk anak balitanya. Penelitian yang
JUMLAH 43 100 hampir sama dilakukan oleh Akira pada
tahun 2010 di TK Arafah 3 Kecamatan
Tabel 2 Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang
Distribusi Sumber Informasi Ibu dengan hasil menunjukkan bahwa
Mengenai Alat Permainan Edukatif berdasarkan karakteristik umur,
responden paling banyak berumur 21-30
Jumlah responden tahun dan memiliki tingkat pengetahuan
Sumber informasi
f % yang baik.
Petugas Kesehatan 7 16,28 Pendidikan berarti bimbingan
Teman dan keluarga 35 81,40
yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke
Media massa 1 2,33
arah cita-cita tertentu yang menentukan
JUMLAH 43 100
manusia untuk berbuat dan mengisi
118
NP Hennyka Putri, NN Budiani, NWayan Armini (Pengetahuan
�����������������������������
ibu tentang...)

kehidupan untuk mencapai keselamatan Pengetahuan ibu tentang alat


dan kebahagiaan.9 Responden yang permainan edukatif
ada di Desa Dauh Puri Kauh berada
Tabel 3
pada tingkat pendidikan menengah.
Distribusi Pengetahuan Ibu Mengenai
Responden yang berada pada tingkat
Alat Permainan Edukatif
pendidikan menengah ini memiliki
distribusi pengetahuan yang lebih baik Tingkat Jumlah responden
dibandingkan dengan responden yang pengetahuan f %
berpendidikan dasar, karena responden Baik 24 55,81
mendapatkan pendidikan mengenai Cukup 17 39,53
pertumbuhan dan perkembangan anak Kurang 2 4,65
dan ilmu pengetahuan yang didapat- JUMLAH 43 100
kan lebih diperdalam pada tingkat
pendidikan menengah. Penelitian yang Penelitian yang dilakukan
dilakukan oleh Akira pada tahun 2010 di menunjukkan hasil bahwa sebanyak
TK Arafah 3 Kecamatan Kutalimbaru, 51,16% responden memiliki tingkat
Kabupaten Deli Serdang dengan hasil pengetahuan yang baik mengenai alat
menunjukkan bahwa ditinjau dari permainan edukatif. Namun, masih ada
karakteristik pendidikan, responden 4,65% responden yang memiliki tingkat
yang sudah berpendidikan tinggi pengetahuan yang kurang mengenai
memiliki pengetahuan yang baik. alat permainan edukatif. Responden di
Ditinjau dari paritasnya, wilayah Desa Dauh Puri Kauh memiliki
responden yang memiliki beberapa tingkat pengetahuan yang baik. Ini
anak cenderung memiliki pengalaman berarti responden dapat memberikan
yang lebih dibandingkan dengan yang alat permainan edukatif yang tepat
baru memiliki anak.9 Responden yang untuk anak balitanya. Pengetahuan
memiliki anak lebih dari satu orang responden ini juga akan mempengaruhi
memiliki pengalaman yang lebih baik kemampuan responden dalam mengasuh
karena responden memiliki distribusi anak sesuai dengan umur dan tingkat
pengetahuan yang lebih tentang cara perkembangannya. Tingkat pengetahuan
mengasuh anak dan pemberian mainan responden ini dapat dipengaruhi oleh
edukatif yang tepat sesuai dengan umur faktor internal dan eksternal.9 Faktor
dan perkembangan anak. Selain itu internal yang dapat mempengaruhi, yaitu
juga, sumber informasi yang diperoleh umur, tingkat pendidikan, dan paritas.
responden dapat mempengaruhi Faktor eksternal yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan. Seseorang yang tingkat pengetahuan ibu, yaitu
mendapatkan informasi lebih banyak lingkungan, sosial budaya, dan sumber
akan menambah pengetahuan tentang informasi. Hasil penelitian yang hampir
sesuatu yang bersifat informal.10 Sumber sama dilakukan di Dusun Ngering Desa
informasi yang didapatkan responden Sukoanyar Cerme Gresik tahun 2011
dapat lebih menambah pengetahuannya oleh Mu’afiyah menunjukkan bahwa
karena faktor internal, seperti umur, sebanyak 46,9% responden memiliki
tingkat pendidikan, dan paritas tidaklah tingkat pengetahuan yang baik, cukup
cukup untuk meningkatkan pengetahuan sebanyak 34,4% responden, dan kurang
responden. sebanyak 18,7% responden.
119
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 115 - 124

Pengetahuan ibu berdasarkan dan paritasnya serta sumber informasi


karakteristik dan sumber informasi yang diperoleh mengenai alat permainan
mengenai alat permainan edukatif edukatif untuk anak balita.
Pengetahuan responden dikaji
berdasarkan umur, tingkat pendidikan,

Tabel 4
Distribusi Pengetahuan Ibu Mengenai Alat Permainan
Edukatif berdasarkan Karakteristik

Pengetahuan Ibu tentang Alat Permainan Edukatif


No Karak-teristik Baik Cukup Kurang TOTAL
f % f % f % f %
1 Umur
a <20 tahun 0 0 1 33,33 2 66,67 3 100
b 20-35 tahun 20 55,56 16 44,44 0 0 36 100
c >35 tahun 4 100 0 0 0 0 4 100
JUMLAH 24 55,81 17 39,53 2 4,65 43 100

2 Pendidikan
a Dasar 11 84,61 0 0 2 15,38 13 100
b Menengah 11 39,28 17 60,71 0 0 28 100
c Atas 2 100 0 0 0 0 2 100

JUMLAH 24 55,81 17 39,53 2 4,65 43 100

3 Paritas
a Primigravida 12 44,44 13 48,15 2 7,41 27 100
b Multigravida 12 75 4 25 0 0 16 100

JUMLAH 24 55,81 17 39,53 2 4,65 43 100

Tabel 5
Distribusi Pengetahuan Ibu Mengenai Alat Permainan
Edukatif berdasarkan Sumber Informasi

Pengetahuan Ibu tentang Alat Permainan Edukatif


No Sumber Informasi Baik Cukup Kurang TOTAL
f % f % f % f %
1 Petugas Kesehatan 4 57,14 3 42,86 0 0 7 100

2 Teman dan Keluarga 19 54,28 14 40 2 5,71 35 100


3 Media Massa 1 100 0 0 0 0 1 100
JUMLAH 24 55,81 17 39,53 2 4,65 43 100

120
NP Hennyka Putri, NN Budiani, NWayan Armini (Pengetahuan
�����������������������������
ibu tentang...)

Hasil penelitian yang dilakukan cukup. Adanya pengetahuan responden


mengenai tingkat pengetahuan yang kurang kemungkinan disebabkan
responden berdasarkan karakteristik pula oleh faktor lain yang mempengaruhi
umur menunjukkan bahwa sebanyak tingkat pengetahuan, seperti tingkat
66,67% responden yang berumur < 20 pendidikan dan paritas.
tahun memiliki tingkat pengetahuan Berdasarkan jenjang pendi-
yang kurang, 55,56% resonden yang dikannya, sebagian besar responden
berumur 20-35 tahun memiliki tingkat yang berjenjang pendidikan dasar
pengetahuan yang baik, dan seluruh (84,61%) memiliki tingkat pengetahuan
responden (100%) yang berumur > 35 yang baik, 60,71% responden yang
tahun memiliki tingkat pengetahuan berjenjang pendidikan menengah
yang baik. memiliki tingkat pengetahuan yang
Umur merupakan salah satu faktor cukup, dan seluruh responden (100%)
internal yang dapat mempengaruhi yang berjenjang pendidikan atas
tingkat pengetahuan seseorang. Hasil memiliki tingkat pengetahuan yang baik,
penelitian sesuai dengan teori menurut namun, masih ada 15,38% responden
Hurlock, yaitu umur berpengaruh yang berpendidikan dasar memiliki
terhadap daya tangkap dan pola pikir tingkat pengetahuan yang kurang.
seseorang.11 Seseorang yang lebih Tingkat pengetahuan seseorang
dewasa lebih dipercaya dari orang dapat dipengaruhi pula oleh tingkat
yang belum tinggi kedewasaannya. pendidikan seseorang. Hasil penelitian
Responden yang berumur < 20 tahun menunjukkan bahwa�������������
berdasarkan
termasuk dalam usia reproduksi tingkat pendidikan responden sesuai
muda. Responden ini memiliki tingkat dengan teori yang dikemukakan oleh
pengetahuan yang kurang karena daya Wawan, yaitu pendidikan diperlukan
tangkap dan pola pikirnya masih belum untuk mendapat informasi, misalnya
bisa dikatakan matang dibandingkan hal-hal yang menunjang kesehatan,
dengan responden yang berumur > sehingga dapat meningkatkan kualitas
20 tahun. Umur responden dapat hidup.9 Pendidikan berarti bimbingan
berpengaruh dalam cara mengasuh dan yang diberikan seseorang terhadap
memberikan mainan yang tepat untuk perkembangan orang lain menuju ke
anak balitanya, karena perbedaan umur arah cita-cita yang menentukan manusia
dan tingkat perkembangan anak dapat untuk berbuat dan mengisi kehidupan.
mempengaruhi jenis permainan edukatif Semakin tinggi tingkat
yang dapat diberikan. Penelitian yang pendidikan seseorang, maka semakin
hampir sama dilakukan di Puskesmas mudah menerima informasi mengenai
Maesan Bondowoso tahun 2010 oleh penyediaan alat permainan, pemberian
Bagus Sasongko menunjukkan bahwa alat permainan yang disesuaikan dengan
paling banyak responden berumur 20- umur dan tingkat perkembangan anak,
35 tahun, yaitu sebanyak 62 responden serta cara pengasuhan anak yang baik,
(86,11%), dan lebih dari setengah sehingga tingkat pengetahuan yang
responden (52,78%) yang berumur 20- dimiliki juga akan berpengaruh. Hasil
35 tersebut memiliki pengetahuan yang penelitian mengenai pengetahuan

121
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 115 - 124

responden tentang alat permainan yang disesuaikan dengan umur dan


edukatif berdasarkan karakteristik tahap perkembangannya.
pendidikan yang dilakukan di Faktor eksternal yang dapat
Puskesmas Maesan Bondowoso tahun mempengaruhi tingkat pengetahuan
2010 oleh Mu’afiyah juga menunjukkan responden, yakni sumber informasi
bahwa kurang dari setengah responden tentang alat permainan edukatif. Tingkat
responden (40,28%) berpendidikan pengetahuan responden berdasarkan
menengah memiliki tingkat pengetahuan sumber informasi yang diperoleh
yang cukup dan tidak ada yang menunjukkan bahwa sebanyak 57,14%
memiliki tingkat pengetahuan yang responden yang mendapatkan informasi
kurang. Pengetahuan responden yang dari petugas kesehatan memiliki tingkat
kurang kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan baik, 54,28% responden
paritas, pengalaman responden yang yang mendapatkan informasi dari
berbeda-beda dalam mengasuh anak, teman dan keluarga memiliki tingkat
motivasi, rasa ingin tahu, lingkungan, pengatahuan yang baik, dan responden
sosial budaya, serta sumber informasi mendapatkan informasi dari media
mengenai alat permainan edukatif. massa seluruhnya memiliki tingkat
Ditinjau dari paritasnya, sebagian pengetahuan yang baik (100%).
besar responden yang memiliki Sumber informasi yang diperoleh
anak lebih dari satu orang (75%) oleh responden dapat lebih menambah
memiliki tingkat pengetahuan yang pengetahuan responden. Petugas
baik, sedangkan responden yang baru kesehatan berperan dalam memberikan
memiliki satu orang anak (48,15%) sosialisasi mengenai alat permainan
memiliki tingkat pengetahuan yang edukatif untuk anak balita. Informasi
cukup. Selain dari faktor umur dan yang diberikan oleh petugas kesehatan
tingkat pendidikan seseorang, tingkat dapat berupa penyuluhan melalui
pengetahuan dipengaruhi pula oleh program Bina Keluarga Balita (BKB).
paritasnya. Sebagian besar responden Informasi yang diperoleh dari teman
penelitian menunjukkan bahwa hasil dan keluarga, serta media massa juga
penelitian sesuai dengan teori yang berperan penting dalam meningkatkan
dikemukakan oleh Wawan (2011), yaitu pengetahuan responden. Hasil penelitian
responden yang memiliki beberapa menunjukkan bahwa hal ini sesuai
anak cenderung memiliki pengalaman dengan teori yang dikemukakan oleh
yang lebih dibandingkan dengan yang Notoadmodjo, yaitu seseorang yang
baru memiliki anak, sehingga tingkat mendapatkan informasi lebih banyak
pengetahuannya juga akan lebih baik akan menambah pengetahuan tentang
dari responden yang baru memiliki satu suatu hal.10 Sumber informasi adalah
orang anak. Semakin banyak memiliki segala sesuatu yang menjadi perantara
anak, semakin banyak pula memperoleh dalam menyampaikan informasi,
pengalaman tentang cara mengasuh merangsang pikiran dan kemampuan,
anak.15 Pengalaman responden ini akan serta menambah pengetahuan. Informasi
mempengaruhi pula jenis permainan yang diperoleh ini akan membantu
yang akan diberikan pada anak balitanya responden dalam menentukan alat

122
NP Hennyka Putri, NN Budiani, NWayan Armini (Pengetahuan
�����������������������������
ibu tentang...)

permainan yang tepat sesuai dengan tahun, berpendidikan menengah dan


perkembangan anak. Penelitian yang baru memiliki satu orang anak. Sumber
dilakukan di Puskesmas Maesan informasi yang diperoleh sebagian besar
Bondowoso tahun 2010 oleh Mu’afiyah didapatkan melalui teman dan keluarga.
juga menunjukkan bahwa responden Tingkat pengetahuan sebagian besar
yang mendapatkan pengetahuan sampel berada dalam kategori baik,
berdasarkan sumber informasi yang namun masih ada 4,65% responden
didapat memiliki tingkat pengetahuan memiliki pengetahuan yang kurang
yang cukup.7 mengenai alat permainan edukatif untuk
Sebagian besar subjek penelitian anak balita.
berumur 20-35 tahun. Responden yang Berdasarkan karakteristik, tingkat
berumur 20-35 tahun memliki daya pengetahuan yang baik lebih banyak
tangkap dan pola pikir yang lebih baik dimiliki oleh sampel dalam kelompok
dibandingkan dengan responden yang umur 20-35 dan > 35 tahun. Berdasarkan
berumur < 20 tahun. Sumber informasi tingkat pendidikan, responden yang
yang baik menyebabkan tingkat berpendidikan dasar masih ada yang
pengetahuan responden mengenai alat memiliki tingkat pengetahuan yang
permainan edukatif dalam kategori baik kurang, sedangkan responden yang
pula. Responden yang memiliki anak berpendidikan menengah memiliki
lebih dari satu orang juga cenderung tingkat pengetahuan yang cukup dan
memiliki tingkat pengetahuan yang lebih seluruh responden yang berpendidikan
baik karena telah memiliki pengalaman atas memiliki tingkat pengetahuan yang
yang lebih banyak dalam pemberian alat baik. Berdasarkan paritasnya pula,
permainan edukatif. Sumber informasi sampel multigravida memiliki tingkat
yang diperoleh pun lebih mudah dan pengetahuan yang lebih baik daripada
cepat dipahami oleh responden ini. sampel primigravida. Selain itu juga,
Pengetahuan responden yang cukup sebagian besar sampel mendapatkan
maupun kurang kemungkinan dapat informasi melalui teman dan keluarga,
dipengaruhi oleh jumlah anak yang serta memiliki tingkat pengetahuan
dimiliki, tingkat pendidikan, umur, rasa yang baik.
ingin tahu, lingkungan, sosial budaya, Mengacu dari hasil penelitian,
motivasi, serta sumber informasi tentang maka diharapkan agar petugas kesehatan,
alat permainan edukatif. khususnya bidan, tetap meningkatkan
frekuensi pemberian informasi melalui
Simpulan dan Saran penyuluhan dan pemilihan tentang
Hasil penelitian yang dilakukan alat permainan edukatif yang tepat
pada ibu-ibu yang memiliki balita untuk balita, sehingga dapat membantu
umur 12 sampai dengan 23 bulan program pemerintah dalam menjalankan
yang berjumlah 43 orang dan berada program Bina Keluarga Balita (BKB),
di wilayah Desa Dauh Puri Kauh serta bagi peneliti selanjutnya diharapkan
Denpasar pada bulan Mei 2012, agar melakukan penelitian yang sama
didapatkan sebagai berikut: sebagian dengan memperbaiki metode penelitian
besar sampel penelitian berumur 20-35 yang digunakan, karena kelemahan

123
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 115 - 124

penelitian ini, yakni masih menggunakan 6. Fajriananda. Efektivitas Alat


teknik consecutive sampling dan belum Permainan Edukatif Produksi
bisa dianggap mewakili pengetahuan BPPLSP Regional I dalam
responden desa. Peningkatan Multiple Intelligence
Anak Usia Dini, (online), available:
Daftar Pustaka http://www.bpplsp-reg-1.go.id/
1. BKKBN. Prosedur Penelitian buletin/read.php?id=63&dir=1&id
Suatu Pendekatan Praktek Edisi VI, Status=0, (1 Maret 2012) ; 2008.
Jakarta: Rineka Cipta ; 2006. 7. Mu’afiyah,Alik Chusnul. Gambaran
2. Adriana, D. Tumbuh Kembang dan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat
Terapi Bermain pada Anak, Jakarta: APE (Ala Permainan Edukatif) pada
Salemba Medika ; 2011. Anak Usia Pra Sekolah (3-5 Tahun)
3. Wijaya. Pentingnya Stimulasi di Dusun Ngering Desa Sukoanyar
pada Anak Usia Dini, (online), Cerme Gresik (online), available:
available: http://www.infodokterku. http://share.stikesyarsis.ac.id/elib/
com/index.php?option=com_ main/dok/, (14 Maret 2012) ; 2011.
content&view=article&id=91: 8. BKKBN. Databasis Online
pentingbya-stimulasi-anak-usia- Bina Keluarga, (online),
dini-aud&catid=36:yang-perlu- available: http://databasis.bkkbn.
anda-ketahui&Itemid=28, (12 go.id/binakeluarga/index.php/
Maret 2012) ; 2010. laporanbalita/, (25 Maret 2012) ;
4. Hariweni, T. Pengetahuan Sikap 2013.
dan Perilaku Ibu Bekerja dan Tidak 9. Wawan, A. Teori dan Pengukuran
Bekerja tentang Stimulasi pada Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Pengasuhan Anak Balita, (online), Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika
available: http://repository.usu. ; 2011.
ac.id/bitstream/123456789/6267/1/ 10. Notoatmodjo, S. Metodologi
anak-tri%20hariweni.pdf, (12 Maret Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT
2012) ; 2003. Rineka Cipta ; 2005.
5. Departemen Kesehatan Republik 11. Hurlock, E. B. Psikologi
Indonesia (Depkes RI). Profil Perkembangan: Suatu Pendekatan
Kesehatan Indonesia Tahun 2005, Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Departemen Kesehatan Surabaya: Erlangga ; 2002.
Republik Indonesia ; 2006.

124
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN
KEBERHASILAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA
BAYI UMUR SATU HARI SAMPAI TIGA BULAN

Studi Dilakukan di Pos Praktik Terpadu Poltekkes Denpasar dan


Puskesmas Pembantu Dauh Puri
Tahun 2012

Ni Luh Wyn. Aris Kardiantini1, Ni Nyoman Suindri2, Juliana Mauliku3

Abstract. The death rate of babies in Indonesia, namely in 2007 is at 34 per


1,000 survival birth. The death of babies are still referred to reproduction health
problem in all areas, included Bali. At this moment the government keeps on
doing the effort of prevention to reduce babies mortality rate and one of the
solutions by implanting initiation of breastfeeding will indirectly affect positive
one toward exclusive breastmilk intake. The aim of research is to identification
correlation of early initiation of breastfeeding toward success of giving breastmilk
to babies aged one day into three months old babies. For achieving this objective,
categorical analytic research is conducted with retrospective approach. This
research was conducted from April to May 2012 by mothers having babies aged
one day into three months old babies that fulfill inclusion criteria as research
samples. The data is processed and analyzed by using univariat analysis technique
and bivariat with chi-square statistic test. Based on calculation of chi-square
test, it is obtained p value smaller than 0,05, which is p < 0,01. From the result
of statistic test, it is obtained null hypothesis (Ho) is refused, it means that there
is a significant correlation between early initiation of breastfeeding and success
of giving breastmilk for babies aged one day to babies three months old.

Keywords : Early Initiation of breastfeeding; success of giving breastmilk


intake.

Abstrak. Angka kematian bayi di Indonesia , yaitu pada tahun 2007 adalah
sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup . Kematian bayi masih disebut masalah
kesehatan reproduksi di semua bidang, termasuk Bali. Pada saat ini pemerintah
terus melakukan upaya pencegahan untuk mengurangi angka kematian bayi dan
salah satu solusi dengan menanamkan inisiasi menyusui secara tidak langsung
akan mempengaruhi satu positif terhadap asupan ASI eksklusif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk korelasi identifikasi inisiasi dini menyusui terhadap
keberhasilan pemberian ASI kepada bayi berusia satu hari menjadi tiga bulan
bayi tua. Untuk mencapai tujuan ini, penelitian analitik kategoris dilakukan

1 Alumni Program study DIII Kebidanan Poltekkes Denpasar, 2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Denpasar

125
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 125 - 132

dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan dari bulan April


sampai Mei 2012 oleh ibu yang memiliki bayi berusia satu hari menjadi tiga
bulan bayi tua yang memenuhi kriteria inklusi sebagai sampel penelitian. Data
tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis univariat dan
bivariat dengan uji statistik chi-square. Berdasarkan perhitungan uji chi-square,
diperoleh nilai p lebih kecil dari 0,05, yaitu p < 0,01 . Dari hasil uji statistik,
diperoleh hipotesis nol (Ho) ditolak, berarti ada hubungan yang signifikan antara
inisiasi dini menyusui dan keberhasilan pemberian ASI untuk bayi usia satu hari
untuk bayi berusia tiga bulan .

Kata kunci : Inisiasi Dini menyusui , keberhasilan memberikan asupan ASI .

Pendahuluan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Indikator derajat kesehatan yang secara tidak langsung akan
suatu bangsa dan daerah dapat dilihat berdampak positif terhadap pemberian
dari Angka Kematian Ibu dan Angka ASI eksklusif.
Kematian Bayi. Menurut SDKI (2007)1 Berdasarkan SDKI tahun 20071
AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, hanya ada 4% bayi yang mendapat ASI
sedangkan AKI sebesar 228 per 100.000 dalam satu jam kelahirannya; 10% bayi
kelahiran hidup. Kematian ibu dan bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama;
masih merupakan masalah kesehatan memperoleh ASI kurang dari dua bulan
reproduksi di seluruh daerah, termasuk sebanyak 73%; memperoleh ASI dua
Bali. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi sampai tiga bulan sebanyak 53%; yang
Bali (2010b)2, angka rata-rata AKI dan mendapat ASI empat sampai lima bulan
AKB di Bali jauh lebih rendah dari rata- sebanyak 20%; dan menyusui eksklusif
rata nasional. Pada tahun 2010 AKI sampai usia enam bulan sebanyak 49%;
di Bali mencapai 80,47 per 100.000 sedangkan pemberian susu formula
kelahiran hidup dan AKB mencapai 8,19 terus meningkat hingga tiga kali lipat
per 1000 kelahiran hidup, sedangkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
AKB di Denpasar mencapai 11,01 per Tahun 2010 jumlah bayi yang
1000 kelahiran hidup. terpantau di Provinsi Bali yaitu 50.696
Kualitas manusia dalam pem- dan jumlah bayi yang diberikan ASI
bangunan suatu bangsa dan daerah eksklusif yaitu 18.525 dengan cakupan
harus dimulai sedini mungkin sejak ASI eksklusif sebanyak 36,54%.
bayi, untuk dapat menurunkan angka Jumlah Bayi yang terpantau di Kota
kematian ibu dan angka kematian bayi. Denpasar yaitu 1.363 dan jumlah bayi
Salah satu faktor yang memegang yang diberikan ASI eksklusif yaitu
peranan penting dalam peningkatan 41,61%. Cakupan ASI eksklusif di
kualitas manusia adalah pemberian Air Kota Denpasar masih terbilang rendah
Susu Ibu eksklusif. Saat ini pemerintah jika dibandingkan dengan kabupaten
terus melakukan upaya-upaya pen- lainnya di Bali dan berada di bawah dari
cegahan untuk menurunkan AKB dan target yang telah ditetapkan baik secara
salah satunya dengan melaksanakan nasional (80%) maupun secara lokal

126
NLW Aris Kardiantini, NN Suindri, Juliana Mauliku (Hubungan
�������������������������������
inisiasi menyusu...)

(70%) (Dinkes Provinsi Bali, 2010a)3. pemberian ASI pada bayi umur satu hari
Peran Millenium Devolepment sampai tiga bulan di Pos Praktik Terpadu
Goals (MDGs) dalam pencapaian IMD, Poltekkes Denpasar dan Puskesmas
karena dengan IMD dapat meningkatkan Pembantu Dauh Puri.
keberhasilan ASI eksklusif dan lama Tujuan Umun dari penelitian ini
menyusui, maka akan membantu adalah mengetahui hubungan IMD
mengurangi kemiskinan, kelaparan dengan keberhasilan pemberian ASI
karena ASI dapat memenuhi kebutuhan pada bayi umur satu hari sampai tiga
makanan bayi sampai usia dua tahun, bulan di Pos Praktik Terpadu Poltekkes
juga dapat mengurangi angka kematian Denpasar dan Puskesmas Pembantu
anak balita. (Roesli, 2008)4. Dauh Puri. Sedangkan tujuan khusus dari
Inisiasi menyusu dini dapat penelitian ini adalah mengidentifikasi
memberikan kesempatan pada bayi keberhasilan pemberian ASI pada bayi
untuk mulai menyusu segera setelah umur satu hari sampai tiga bulan yang
bayi dilahirkan. Bayi harus dipastikan mendapatkan IMD, mengidentifikasi
mendapatkan kesempatan untuk keberhasilan pemberian ASI pada bayi
melakukan proses inisiasi menyusu umur satu hari sampai tiga bulan yang
paling tidak satu jam pertama setelah ia tidak mendapatkan IMD, menganalisis
lahir. Inisiasi menyusu satu jam pertama hubungan IMD terhadap keberhasilan
akan menunjang proses lancarnya ASI pemberian ASI pada bayi umur satu hari
di kemudian hari (Roesli, 2008)4. sampai tiga bulan.
Puskesmas Pembantu Dauh Puri,
merupakan yang mendapat kunjungan Metode Penelitian
ibu bersalin�����������������������������
�������������������������������������
cukup banyak yaitu 45
���������
orang
������ Penelitian ini merupakan pene-
per bulan. Hasil studi pendahuluan yang litian analitik kategorik dengan
telah dilakukan pada tanggal 27 Januari pendekatan retrospektif yang dilakukan
2012 ����������������������������������
didapatkan 15 orang yang bersalin di Pos Praktik Terpadu Poltekkes
dan mendapatkan perlakuan IMD, lima Denpasar dan Puskesmas Pembantu
orang yang menyatakan memberikan Dauh Puri pada tanggal 8 April sampai 8
ASI saja untuk bayinya dari usia satu Mei 2012. Populasi adalah sekelompok
hari sampai tiga bulan dan 10 orang subjek satu data dengan karakteristik
menyatakan memberikan ASI dengan tertentu (Sastroasmoro dan Ismael,
PASI kepada bayinya dari usia satu hari 2008)5.
sampai tiga bulan. Populasi dalam penelitian ini
Pos Praktik Terpadu Poltekkes adalah seluruh ibu yang datang ke
Denpasar merupakan tempat yang tempat pelayanan Pos Praktik Terpadu
memiliki kunjungan ibu bersalin cukup Poltekkes Denpasar dan Puskesmas
banyak. Selain itu juga dilakukan Pembantu Dauh Puri yang memenuhi
pelaksanaan IMD untuk setiap ibu kriteria inklusi seperti: ibu yang memiliki
bersalin. Berdasarkan permasalahan di bayi umur satu sampai tiga bulan, ibu
atas, peneliti tertarik untuk melakukan dengan riwayat persalinan normal, umur
penelitian tentang hubungan inisiasi kehamilan saat persalinan > 37 minggu,
menyusu dini terhadap keberhasilan bersedia untuk menjadi responden.

127
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 125 - 132

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini data Primer berupa wawancara langsung
adalah ibu yang menderita penyakit dengan pedoman wawancara.
seperti kelainan payudara, jantung, Pengolahan data yang akan
lepra, hepatitis, HIV/AIDS, TBC paru, digunakan dalam penelitian ini adalah
dan psikosis, bayi menderita kelainan editing dan tabulating yang sesuai
seperti bibir sumbing dan asfiksia. dan uji statistik. Analisis univariate
Unit analisis dari penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan
seluruh ibu yang memenuhi kriteria distribusi frekuensi dan proporsi
inklusi yang berkunjung di Pos Praktik dari masing-masing variabel yang
Terpadu Poltekkes Denpasar dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Puskesmas Pembantu Dauh Puri selama Sedangkan analisis bivariate dilakukan
kurun waktu penelitian. untuk mengidentifikasi ada tidaknya
Menurut Sastroasmoro dan Ismael hubungan antara variabel bebas dan
(2008)5, perkiraan besar sampel dapat variabel terikat. Analisis menggunakan
dilakukan dengan berbagai cara, dasar uji statistik chi square (X2). Penelitian
yang digunakan estimasi bergantung ini memenuhi syarat uji chi square yaitu
pada tujuan penelitian serta desain yang total sampel secara keseluruhan > 40
dipilih. Besar sampel pada penelitian orang, sehingga tidak perlu menghitung
ini sesuai dengan rancangan penelitian nilai expected. Data yang diperoleh
analitik kategorik tidak berpasangan dianalisis, untuk menguji hipotesis akan
(Dahlan, 2006)6. Dengan demikian, besar menggunakan rumus chi square dengan
sampel yang didapat yaitu sebanyak 39, bantuan komputer. Hasil yang diperoleh
untuk besar sampel kelompok kasus pada analisis bivariate adalah nilai p,
sebanyak 39 orang dan besar sampel Ho akan ditolak bila p value < 0,05.
kelompok kontrol sebanyak 39 orang.
Jumlah besar sampel pada penelitian ini Hasil dan Pembahasan
sebanyak 78 orang. Pos Praktik Terpadu Poltekkes
Pengambilan sampel dalam Kemenkes Denpasar merupakan fasilitas
penelitian ini dengan menggunakan kesehatan masyarakat yang berada
teknik non probability sampling yaitu di bawah wilayah kerja Puskesmas I
secara “consecutive sampling” artinya Denpasar Selatan. Pos beralamat di
pemilihan sampel dengan menetapkan Jalan Raya Sesetan Nomor 512, Banjar
subjek yang memenuhi kriteria penelitian Pegok, Denpasar Selatan. Letaknya
dimasukkan dalam penelitian dalam sangat strategis karena berada di pinggir
kurun waktu yang telah ditentukan. jalan raya yang mudah dilalui oleh
Jenis data adalah data sekunder kendaraan pribadi maupun umum. Dari
dan primer. Data sekunder dikumpulkan 16 ibu yang tercatat di buku registrasi
melalui studi dokumentasi dari catatan dari bulan Januari sampai April hanya
rekam medik Pos Praktik Terpadu 10 orang yang dapat di wawancari oleh
Poltekkes Denpasar dan Puskesmas peneliti.
Pembantu Dauh Puri periode Januari - Pusat Kesehatan Masyarakat
Mei tahun 2012 dengan menggunakan Pembantu Dauh Puri merupakan
pedoman pendokumentasian. Sedangkan Puskesmas Pembantu yang berada di

128
NLW Aris Kardiantini, NN Suindri, Juliana Mauliku (Hubungan
�������������������������������
inisiasi menyusu...)

wilayah kerja Puskesmas II Denpasar tidak diberikan ASI atau diberikan ASI
Barat, dan berlokasi di Jalan Pulau Buru dengan PASI.�
No 38 Desa Dauh Puri Kauh Kecamatan Keberhasilan pemberian ASI pada
Denpasar Barat. Kunjungan ibu bersalin bayi umur satu hari sampai tiga bulan
atau nifas pada kurun waktu penelitian, sangat dipengaruhi oleh dilakukannya
yaitu tanggal 8 April sampai 8 Mei 2012 IMD di Pos Praktik Terpadu dan
adalah 18 orang. Ibu yang mengajak Puskesmas Pembantu Dauh Puri,
bayinya untuk imunisasi yaitu sebanyak segera setelah persalinan karena dengan
120 orang, dan yang memenuhi kriteria dilakukannya IMD akan merangsang
inklusi sebanyak 50 orang. Jumlah refleks hisap bayi yang akan berpengaruh
responden yang diperoleh di Puskesmas untuk refleks hisap bayi seterusnya.
Pembantu Dauh Puri sebanyak 68 Adanya kontak kulit antara ibu dan bayi
responden. saat IMD dapat terjalin ikatan batin antara
Hasil pengamatan terhadap ibu dan bayi, sehingga ibu merasa akan
subjek penelitian berdasarkan variabel dibutuhkan dan membutuhkan bayinya.
penelitian yaitu : Roesli (2008)4 menyatakan �������������
keberhasilan
pemberian ASI dipengaruhi oleh inisiasi
a. Keberhasilan pemberian ASI pada
menyusu dini yaitu bayi harus dipastikan
bayi umur satu hari sampai tiga bulan
mendapatkan kesempatan untuk
yang mendapatkan IMD
melakukan proses inisiasi menyusu
paling tidak satu jam pertama setelah
Tabel 1
Keberhasilan Pemberian ASI pada ia lahir. Inisiasi menyusu satu jam
Bayi Umur Satu Hari sampai Tiga pertama setelah lahir, akan menunjang
Bulan yang Mendapatkan IMD proses lancarnya ASI di kemudian hari.�
Berdasarkan analisis data, bayi yang
Keberhasilan diberikan perlakuan IMD ada yang
No Pemberian f % tidak berhasil dalam pemberian ASI.
ASI Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor luar yang mempengaruhi
1 Berhasil 34 87,18 keberhasilan pemberian ASI. Faktor
luar tersebut yaitu faktor dari ibu, bayi,
2 Tidak Berhasil 5 12,82
dan tenaga kesehatan.
Total 39 100 Hasil penelitian ini juga didukung
oleh hasil penelitian Triani (2010)7
Berdasarkan tabel 1 terlihat menerangkan bahwa terdapat hubungan
bahwa mayoritas bayi umur satu sampai yang nyata antara pelaksanaan inisiasi
tiga bulan yang mendapatkan IMD menyusui dini dengan pemberian ASI
berhasil dalam pemberian ASI sebesar 34 eksklusif.
orang (87,18%) dan yang tidak berhasil
hanya lima orang (12,82%). ������Dalam b. Keberhasilan Pemberian ASI pada
penelitian ini keberhasilan pemberian Bayi Umur Satu Hari sampai Tiga
ASI dinilai dari bayi hanya diberikan Bulan yang Tidak Mendapatkan
ASI saja dan tidak berhasil ����������
bila bayi IMD

129
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 125 - 132

Tabel 2 Data penelitian ini didukung oleh


Keberhasilan Pemberian ASI pada penelitian Sose dkk CIBA foundation,
Bayi Umur Satu Hari sampai Tiga 1978 (dalam Roesli, 2008)4. Bayi
Bulan yang Tidak Mendapatkan IMD yang berkesempatan melakukan IMD,
persentase masih menyusunya bayi usia
Keberhasilan enam bulan adalah 59% dan bayi usia 12
No f %
Pemberian ASI bulan adalah 38%. Pada bayi yang tidak
1 Berhasil 8 20,51 diberi kesempatan IMD, persentase yang
masih menyusunya 19% untuk bayi usia
2 Tidak Berhasil 31 79,49
enam bulan dan 8% untuk bayi usia 12
Total 39 100 bulan.
c. Hubungan IMD terhadap Keber-
Berdasarkan tabel 2, ibu yang
hasilan Pemberian ASI pada Bayi
memiliki bayi umur satu hari sampai
Umur Satu Hari Sampai Tiga Bulan
tiga bulan yang tidak mendapatkan
IMD di Puskesmas Pembantu Dauh Puri
ditemukan sebanyak 31����������������
orang (79,49%) Tabel 3
yang tidak berhasil dan hanya delapan Hubungan IMD terhadap
orang (20,51%) yang berhasil dalam Keberhasilan Pemberian ASI
pemberian ASI.� pada Bayi Umur Satu Hari Sampai
Penyebab tidak berhasilnya Tiga Bulan
pemberian ASI pada bayi yang datang
Keberhasilan
ke Puskesmas Pembantu Dauh Puri
Pemberian ASI
salah satunya yaitu tidak dilakukannya
IMD Tidak Nilai p
IMD terhadap bayi setelah lahir.��������
Karena Berhasil
Berhasil
semua ibu bersalin di Puskesmas
f % F %
Pembantu Dauh Puri tidak diberikan
Dilakukan 34 87,18 5 12,82
perlakuan IMD, sehingga refleks hisap
< 0,01
bayi menjadi tidak baik yang akan Tidak
8 20,51 31 79,49
mempengaruhi produksi ASI menjadi Dilakukan
lebih sedikit dan tidak adanya kontak
kulit antara ibu dan bayi. Menurut Roesli Berdasarkan tabel 3 bayi yang
(2008)4 apabila bayi tidak mendapatkan mendapatkan IMD berhasil dalam
kesempatan untuk melakukan proses pemberian ASI yaitu sebesar 34 orang
inisiasi menyusu paling tidak satu (87,18%), sedangkan yang tidak
jam pertama setelah ia lahir akan berhasil hanya lima orang (12,82%).
memperlambat proses lancarnya ASI Sebagian besar ibu berhasil dalam
di kemudian hari. Berdasarkan hasil memberikan ASI setelah mendapatkan
analisis data, bayi yang tidak diberikan perlakuan IMD. Sebaliknya bayi yang
perlakuan IMD ada yang berhasil dalam tidak mendapatkan IMD berhasil dalam
pemberian ASI. Hal ini juga dipengaruhi pemberian ASI hanya delapan orang
oleh faktor-faktor dari ibu, bayi, dan (20,51%) dan yang tidak berhasil sebesar
tenaga kesehatan. 31 orang (79,49%). Sebagian besar bayi

130
NLW Aris Kardiantini, NN Suindri, Juliana Mauliku (Hubungan
�������������������������������
inisiasi menyusu...)

yang tidak diberikan IMD tidak berhasil lahir. Inisiasi menyusu satu jam pertama
dalam pemberian ASI. akan menunjang proses lancarnya ASI
Sesuai dengan hasil perhitungan di kemudian hari.
hasil analisis dilakukan dengan Penelitian Fika dan Syafiq, 2003
menggunakan sistem komputerisasi (dalam Roesli, 2008)4 juga mendukung
untuk menguji hubungan IMD dengan dari data penelitian ini dimana bayi
keberhasilan pemberian ASI pada bayi yang diberikan kesempatan IMD akan
umur satu sampai tiga bulan. Pengujian delapan kali lebih berhasil dalam
Hipotesa menggunakan batas nilai α menyusu eksklusif. Berarti, bayi yang
= 0,05 dengan perhitungan uji chi- diberikan kesempatan IMD akan lebih
square didapatkan p < 0,01 dimana mungkin disusui sampai usia dua tahun,
nilai ini < 0,05, sehingga Ho ditolak. bahkan lebih.
Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian ini juga didukung
bahwa terdapat hubungan yang oleh hasil pengamatan Hubertin (2004)8
sangat signifikan antara IMD dengan terhadap 500 bayi baru lahir di rumah
keberhasilan pemberian ASI pada bayi bersalin Tri Tunggal menunjukkan
umur satu hari sampai tiga bulan. bahwa bayi yang disusukan segera
Berdasarkan analisis data setelah lahir, 95% tidak rewel pada
didapatkan bahwa terdapat hubungan hari pertama ASI keluar, ASI segera
IMD dengan keberhasilan pemberian keluar setelah dilakukan IMD dan
ibu tidak mengalami demam karena
ASI pada bayi umur satu hari sampai
pembengkakan payudara pada hari
tiga bulan. Segera setelah lahir bayi
kedua dan ketiga tidak terjadi.
sudah diajarkan untuk mandiri yaitu
mencari puting susu sendiri sampai
Simpulan dan Saran
bayi dapat menemukannya. Hal tersebut
Berdasarkan analisis dan
dapat menumbuhkan refleks hisap,
pembahasan hasil penelitian yang telah
sehingga akan mempengaruhi refleks
disebutkan, maka dapat disimpulkan:
hisap selanjutnya. refleks hisap tersebut
bayi umur satu hari sampai tiga bulan
akan mempengaruhi produksi ASI.
yang mendapatkan IMD sebagian besar
Kontak kulit akan menambah ikatan
berhasil dalam pemberian ASI yaitu
batin antara ibu dan bayi. Ibu merasa
sebanyak 34 orang (87,18%)������������
, b���������
ayi umur
akan dibutuhkan dan membutuhkan satu hari sampai tiga bulan yang tidak
bayinya, sehingga ibu merasa lebih siap mendapatkan IMD sebagian besar tidak
menyusui bayinya dan pemberian ASI berhasil dalam pemberian ASI sebanyak
eksklsif akan berhasil. Menurut Roesli 31 orang (79,49%)��������������������
, terdapat hubungan
(2008)4 Inisiasi menyusu dini dapat yang sangat signifikan antara IMD
memberikan kesempatan pada bayi dengan keberhasilan pemberian ASI
untuk mulai menyusu segera setelah pada bayi umur satu hari sampai tiga
bayi dilahirkan. Bayi harus dipastikan bulan.
agar mendapatkan kesempatan untuk Saran yang ingin disampaikan
melakukan proses inisiasi menyusu peneliti untuk dijadikan sebagai bahan
paling tidak satu jam pertama setelah ia pertimbangan, antara lain ditujukan
131
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 125 - 132

kepada tempat penelitian untuk tenaga Daftar Pustaka


kesehatan di Pos Praktik Terpadu 1. Survei Demografi Kesehatan
Poltekkes Denpasar dan Puskesmas Indonesia, Laporan Survei
Pembantu Dauh Puri diharapkan Demografi Kesehatan Indonesia,
meningkatkan pelaksanaan inisiasi Jakarta;SDKI 2007.
menyusu dini yang secara tidak 2. Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
langsung akan berdampak positif Profil Dinas Kesehatan Provinsi
terhadap pemberian ASI eksklusif, dan Bali Tahun 2010, Denpasar: (tidak
merupakan upaya pencegahan untuk diterbitkan); 2010b.
menurunkan AKB. Untuk kelengkapan 3. Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
data dokumentasi diharapkan dicatat Data Gizi Provinsi Bali Tahun
lebih rinci tentang pelaksanaan IMD, 2010, Denpasar: (tidak diterbitkan);
2010a.
dilakukan atau tidak dilakukannya IMD,
4. Roesli, U., Inisiasi Menyusu Dini
berhasil atau tidak berhasilnya IMD, dan
Plus ASI Eksklusif, Jakarta: Pustaka
berapa lama dilakukannya IMD. Kepada
Bunda;2008.
penelitian selanjutnya lebih dalam
5. Sastroasmoro, S., dan Ismael, S.,
melaksanakan penelitian yang terkait
Dasar-dasar Metodelogi Penelitian
dengan faktor yang mempengaruhi
Klinis, Jakarta: CV Sagung Seto;
tidak dilakukannya IMD, menemukan 2008.
faktor yang menyebabkan tidak 6. Dahlan, Sopiyudin., Besar Sampel
dilaksanakannya inisiasi menyusu dini Dalam Penelitian Kedokteran dan
untuk intervensi guna meningkatkan Kesehatan, Jakarta, PT. Arkansa;
keberhasilan pemberian ASI eksklusif 2006.
yang secara tidak langsung merupakan 7. Welford,H., Menyusui Bayi Anda,
upaya untuk menurunkan AKB. Jakarta, Dian Rakyat; 2008.
8. Hubertin, Efektifitas Inisiasi
Menyusu Dini terhadap peningkatan
produksi ASI, (Online), available:
http://repository.usu.ac.id/2004;
2004. (10 Mei 2012)

132
PERMASALAHAN REMAJA
DAN PENANGGULANGANNYA
Ni Gusti Kompiang Sriasih1

Abstract. Teenagers are the people who will support the country, in their hands
will lead the future of our state. Adolesence some of them can used to come
to the wrong way of life, which named juvenile delinquency. Such of juvenile
delinquency are free sex, narcotics, engage in a gang fight, unwanted pregnancy,
unsaved abortion, and sexually transmitted disease. Its was happened because
of some factors, such as wacth blue film, wrong associate, less attention of their
parents, less of their religion, and just short thinking. The prevention of it can be
give more loved and attention, intensive attention in communication technology,
self coaching at school, build a religion in the family, all of it will make the
teenagers going to the right way in their life.

Keywords : teenagers, problems, prevention.

Abstrak. Remaja merupakan tulang punggung sebuah Negara, di tangan remaja


tergenggam arah masa depan bangsa. Pada  masa  remaja  seseorang  dapat 
terjerumus ke dalam kehidupan  yang dapat merusak masa depan. Hal ini dapat
terjadi apabila remaja melakukan hal-hal menyimpang yang biasa disebut dengan
kenakalan remaja. Berbagai bentuk kenakalan remaja antara lain seks bebas,
kasus narkoba, tawuran pelajar, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi serta
berbagai penyakit infeksi menular seksual. Faktor penyebab kenakalan remaja,
diantaranya menonton film porno, pengaruh pergaulan bebas, kurang peran dan
perhatian orang tua kepada anak, kurang dasar ilmu agama, dan pola pikir yang
dangkal. Upaya untuk menanggulangi kenakalan remaja meliputi: pemberian
kasih sayang dan perhatian dalam bentuk apapun pada remaja, pengawasan
intensif terhadap media komunikasi, bimbingan kepribadian di sekolah,
pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini dalam keluarga, semuanya akan
membuat remaja berada pada jalan hidup yang benar.

Kata Kunci : remaja, permasalahan, penanggulangan.

Pendahuluan punggung sebuah negara. Statement


Masa  remaja  adalah  masa- demikian memang benar, remaja
masa  yang  paling  indah. Pencarian  merupakan generasi penerus bangsa
jati  diri  seseorang  terjadi  pada  yang diharapkan dapat menggantikan
masa  remaja. Bahkan banyak orang generasi-generasi terdahulu dengan
mengatakan bahwa remaja adalah tulang kualitas kinerja dan mental yang lebih

1 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar

133
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 133 - 143

baik. Di tangan remaja tergenggam arah menyatakan sebanyak 32 persen remaja


masa depan bangsa ini. usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota
Melihat kondisi remaja saat besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya,
ini, harapan remaja sebagai penerus dan Bandung) pernah berhubungan
bangsa yang menentukan kualitas seks. Hasil survei lain juga menyatakan,
negara di masa yang akan datang satu dari empat remaja Indonesia
sepertinya bertolak belakang dengan melakukan hubungan seksual pranikah
kenyataan yang ada.  Perilaku nakal dan dan membuktikan 62,7 persen remaja
menyimpang di kalangan remaja saat ini kehilangan perawan saat masih duduk di
cenderung mencapai titik kritis. Remaja bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen di
yang terjerumus ke dalam kehidupan  antaranya berbuat ekstrim, yakni pernah
yang dapat merusak masa depan sangat melakukan aborsi. Aborsi dilakukan
banyak. sebagai jalan keluar akibat dari perilaku
Rentang waktu kurang dari satu seks bebas1.
dasawarsa terakhir, kenakalan remaja Bahkan penelitian LSM Sahabat
semakin menunjukkan trend yang amat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara)
memprihatinkan.  Kenakalan remaja Bandung antara tahun 2000-2002,
yang diberitakan dalam berbagai remaja yang melakukan seks pra nikah,
forum dan media dianggap semakin 72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya
membahayakan.  Berbagai macam mengaku telah melakukan aborsi lebih
kenakalan remaja yang ditunjukkan dari satu kali. Data ini didukung beberapa
akhir-akhir ini seperti perkelahian secara hasil penelitian bahwa terdapat 98%
perorangan atau kelompok, tawuran mahasiswi Yogyakarta yang melakukan
pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, seks pranikah mengaku pernah
pencurian, perampokan, penganiayaan, melakukan aborsi. Secara kumulatif,
penyalahgunaan narkoba, dan seks bebas aborsi di Indonesia diperkirakan
pranikah kasusnya semakin menjamur. mencapai 2,3 juta kasus per tahun.
Di antara berbagai macam Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh
kenakalan remaja, seks bebas selalu wanita yang belum menikah, sekitar
menjadi bahasan menarik dalam berbagai 10-30% adalah para remaja. Artinya,
tulisan selain kasus narkoba dan tawuran ada 230 ribu sampai 575 ribu remaja
pelajar. Sepertinya seks bebas telah putri yang diperkirakan melakukan
menjadi trend tersendiri. Bahkan seks aborsi setiap tahunnya. Sumber lain
bebas di luar nikah yang dilakukan oleh juga menyebutkankan, tiap hari 100
remaja (pelajar dan mahasiswa) bisa remaja melakukan aborsi dan jumlah
dikatakan bukanlah suatu kenakalan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)
lagi, melainkan sesuatu yang wajar dan pada remaja meningkat antara 150.000
telah menjadi kebiasaan. hingga 200.000 kasus setiap tahun2.�
Pergaulan seks bebas di kalangan Litdikkespro Bali pada tahun 2003
remaja Indonesia saat ini memang menemukan 28,6% istri dari pasangan
sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan usia subur telah hamil sebelum
beberapa data, di antaranya dari Komisi perkawinan. Kemudian Depkes RI pada
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 1995/1996 melakukan survey

134
Ni Gusti Kompiang Sriasih (Permasalahan
�������������������������
remaja...)

yang menyebutkan bahwa kehamilan 13,12% responden yang sudah pernah


remaja berusia 13-19 tahun di Bali pacaran, ciuman kening/pipi (26,24%),
sebanyak 5% 10. masturbasi dilakukan oleh 51,63% laki-
Selain itu survei yang dilakukan laki, pada perempuan 3,32% 10.
BKKBN pada akhir 2008 menyatakan, Penulisan artikel ini bertujuan
63 persen remaja di beberapa kota besar untuk memberikan gambaran tentang
di Indonesia melakukan seks pranikah. remaja dan permasalahan yang terjadi
Para pelaku seks dini itu menyakini, di sekitarnya, sehingga dapat dilakukan
berhubungan seksual satu kali tidak tindakan preventif terhadap hal hal yang
menyebabkan kehamilan. Sumber lain tidak diinginkan.
juga menyebutkan tidak kurang dari 900
ribu remaja yang pernah aborsi akibat Pembahasan
seks bebas (Jawa Pos, 28-5-2011). Dan Istilah “Remaja” berasal dari
di Jawa Timur, remaja yang melakukan bahasa latin “Adolescere” yang
aborsi tercatat 60% dari total kasus3.� berarti remaja. Secara psikologi masa
Dari bulan Agustus 2002 hingga Agustus remaja adalah usia saat individu
berintegrasi  dengan masyarakat
2003 Kita Sayang Remaja (KISARA)
dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa
PKBI Bali melakukan sebuah survey
dibawah tingkat orang yang lebih tua,
mengenai sikap dan prilaku pacaran dan
melainkan berada dalam tingkat yang
aktivitas seksual pada siswa SMP kelas
sama. Lapu (2010) juga menuliskan
3 hingga SMA kelas 1 (di bawah 17
bahwa masa remaja adalah masa transisi
tahun) di sekolah di daerah Denpasar,
atau peralihan dari masa kanak-kanak
Badung,Tabanan dan Gianyar. Tercatat
menuju dewasa yang ditandai dengan
bahwa yang pernah pacaran adalah adanya perubahan aspek fisik, psikis &
sejumlah 526 atau 23,75% dari total psikososial1.
2215 responden. Tidak satupun (0%) Masa  remaja  merupakan masa-
yang menyatakan bahwa hubungan masa  yang  paling  indah, karena
seksual sebelum menikah itu boleh. Hal pencarian  jati  diri  seseorang  terjadi 
yang sama ditemukan pada pertanyaan pada  masa  remaja.  Namun,  di  masa 
apakah aktivitas petting, anal seks, remaja  seseorang  dapat  terjerumus ke
oral seks diperbolehkan selama belum dalam kehidupan  yang dapat merusak
menikah. Yang diperbolehkan menurut masa depan. Hal itu dapat terjadi apabila
responden adalah masturbasi, disebutkan remaja melakukan hal-hal menyimpang
oleh 44,15% responden, ciuman bibir yang biasa disebut dengan kenakalan
(21,58%), cium kening/pipi (55,85). remaja.
Tetapi ketika ditanyakan dengan Menurut para ahli, kenakalan
aktivitas mana yang sudah mereka remaja atau dalam bahasa Inggris
lakukan (dihitung dari yang sudah dikenal dengan istilah juvenile
pernah pacaran), ditemukan data bahwa delinquency merupakan gejala patologis
2,28% sudah melakukan hubungan sosial pada remaja yang disebabkan
seksual, dan 0,57% sudah melakukan oleh satu bentuk pengabaian sosial.
salah satu dari petting, anal seks, oral Akibatnya, remaja mengembangkan
seks. Ciuman bibir sudah dilakukan oleh bentuk perilaku yang menyimpang4.

135
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 133 - 143

Kenakalan remaja meliputi semua tawuran pelajar. Seks bebas merupakan


prilaku yang menyimpang dari norma- tingkah laku yang didorong oleh hasrat
norma hukum pidana yang dilakukan seksual yang ditujukan dalam bentuk
oleh remaja. Prilaku tersebut akan tingkah laku. Faktor penyebab remaja
merugikan dirinya sendiri dan orang- melakukan seks bebas, diantaranya
orang sekitarnya6. Menurut Daryanto adalah menonton film porno, pengaruh
(2007) menyebutkan kenakalan dengan pergaulan bebas, penyaluran hasrat
kata dasar nakal adalah suka berbuat tidak seksual, dan kurangnya peran dan
baik, suka mengganggu, dan suka tidak perhatian orang tua kepada anaknya5.
menurut, sedangkan kenakalan adalah Seks bebas adalah hubungan
perbuatan nakal, perbuatan tidak baik seksual yang dilakukan diluar ikatan
dan bersifat mengganggu ketenangan pernikahan, baik suka sama suka
orang lain; tingkah laku yang melanggar atau dalam dunia prostitusi. Perilaku
norma kehidupan masyarakat7. seksual diluar nikah terjadi sebagai
Kenakalan remaja diartikan akibat masuknya kebudayaan barat.
sebagai suatu outcome dari suatu proses Perilaku seksual di luar nikah sangat
yang menunjukkan penyimpangan bertentangan dengan nilai-nilai agama
tingkah laku atau pelanggaran terhadap dan nilai-nilai sosial pada masyarakat
norma-norma yang ada.  Kenakalan Indonesia. Masuknya paham Children Of
remaja disebabkan oleh berbagai faktor God (COG) sangat bertentangan dengan
baik faktor pribadi, faktor keluarga yang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
merupakan lingkungan utama4, maupun Pada dasarnya COG adalah  Free
faktor lingkungan sekitar yang secara Sex (seks bebas) merupakan kebebasan
potensial dapat membentuk perilaku hubungan seksual di luar nikah5.
seorang anak8. Berbagai tulisan tentang seks
Berbagai macam faktor yang bebas, salah satunya Saptono (2006)
berpengaruh pada kenakalan remaja, menuliskan data dari beberapa sumber
yaitu faktor keluarga (seperti kedekatan dan penelitian, di antaranya didapatkan
hubungan orang tua–anak, gaya data dari Walikota Bengkulu, yang
pengasuhan orang tua, pola disiplin menyebutkan hanya 35% siswi SMA
orang tua, serta pola komunikasi dalam didaerahnya yang masih perawan
keluarga) dan faktor lain di luar keluarga dan data yang lebih menohok dari
(seperti hubungan dengan kelompok Yogyakarta, hasil penelitian Iip
bermain atau ‘peer group’, ketersediaan Wijayanto menyebutkan, 97%
berbagai sarana seperti gedung bioskop, mahasiswi pernah melakukan hubungan
diskotik, tempat-tempat hiburan, televisi, seks pranikah3.
VCD, internet, akses kepada obat-obat Remaja dengan segala perubahan
terlarang dan buku-buku porno serta dan fakta-fakta remaja lainnya memang
minuman beralkohol)9. selalu menarik untuk dibahas. Masa
Dari berbagai bentuk kenakalan remaja adalah masa yang paling
yang dilakukan oleh remaja, seks bebas berseri, karena di masa remaja
selalu menjadi bahasan menarik dalam terjadi proses pencarian jati diri. Ini
berbagai tulisan selain kasus narkoba dan bertentangan dengan persepsi umum
136
Ni Gusti Kompiang Sriasih (Permasalahan
�������������������������
remaja...)

yang mengatakan bahwa remaja dalam perilaku menyimpang.  Perspektif


merupakan kelompok yang biasanya perilaku menyimpang masalah sosial
tidak berada dengan kelompok manusia terjadi karena terdapat penyimpangan
yang lain, ada yang berpendapat  bahwa perilaku dari berbagai aturan-aturan
remaja adalah kelompok orang-orang sosial ataupun dari nilai dan norma sosial
yang sering menyusahkan orang tua. yang berlaku. Perilaku menyimpang
Karena sebenarnya remaja merupakan dapat dianggap sebagai sumber masalah
kelompok manusia yang penuh dengan karena dapat membahayakan tegaknya
potensi berdasarakan catatan sejarah sistem sosial.
remaja Indonesia yang penuh vitalitas, Perilaku menyimpang dikalangan
semangat patriotisme yang menjadi remaja atau yang biasa desebut dengan
harapan penerus bangsa kenakalan remaja bentuknya bermacam-
Kita juga tidak boleh lupa bahwa macam seperti perkelahian secara
masa remaja adalah masa yang penuh perorangan atau kelompok, tawuran
gejolak, masa yang penuh dengan pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan,
berbagai pengenalan dan petualangan pencurian, perampokan, penganiayaan,
akan hal-hal yang baru sebagai bekal penyalahgunaan narkoba, dan seks
untuk mengisi kehidupan mereka bebas pranikah. Bentuk-bentuk
kelak. Di saat remajalah proses kenakalan yang demikian biasa disebut
menjadi manusia dewasa berlangsung. juga dengan pergaulan bebas.
Pengalaman manis, pahit, sedih, Perilaku yang penuh dengan
gembira, lucu bahkan menyakitkan kebebasan seringkali mengarah pada
mungkin akan dialami dalam rangka kenakalan yang sangat mencemaskan.
mencari jati diri. Sayangnya, banyak Kenakalan remaja mengakibatkan
diantara mereka yang tidak sadar tingginya jumlah penyimpangan
bahwa beberapa pengalaman yang dikalangan remaja. Penyimpangan-
tampaknya menyenangkan justru dapat penyimpangan yang kasusnya makin
menjerumuskan. marak dan menarik untuk dibahas adalah
Kehidupan para remaja sering pergaulan bebas atau lebih spesifiknya
kali diselingi hal-hal yang negatif dalam disebut seks bebas.
rangka penyesuaian dengan lingkungan Dari tahun ke tahun kasus seks
sekitar baik lingkungan dengan teman bebas di negeri ini makin banyak saja
temannya di sekolah maupun lingkungan jumlahnya, dan tak dapat dipungkiri
pada saat dia di rumah.  Rasa ingin bahwa sebagian pelakunya adalah
tahu dari para remaja kadang-kadang remaja (pelajar dan mahasiswa). Di
kurang disertai pertimbangan rasional berbagai media pemberitaan baik media
akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. massa ataupun media elektronik, yang
Kondisi ini membuat para remaja banyak namanya kasus seks bebas selalu saja
yang terjebak dalam beberapa perilaku muncul. Inilah indikasi bahwa seks
menyimpang yang lazim disebut dengan bebas kasusnya makin marak2.
kenakalan remaja. Banyak ahli psikologi mengatakan
Kenakalan remaja dalam studi bahwa masa remaja merupakan masa yang
masalah sosial dapat dikategorikan ke rentan, seorang anak dalam menghadapi
137
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 133 - 143

gejolak biologisnya9. Apalagi ditunjang mengungkapkan, dari tahun ke tahun


dengan era globalisasi dan era informasi data remaja yang melakukan hubungan
yang sedemikian rupa menyebabkan seks bebas semakin meningkat, dari
remaja sekarang terpancing untuk sekitar lima persen pada tahun 1980-an,
coba-coba mempraktekkan apa yang menjadi dua puluh persen pada tahun
dilihatnya. Terlebih bila apa yang 2000. Didukung juga hasil berbagai
dilihatnya merupakan informasi tentang penelitian di beberapa kota besar di
indahnya seks bebas yang bisa membawa Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya,
dampak pada remaja itu sendiri. Dari Palu dan Banjarmasin. Bahkan di Palu,
sinilah kasus seks bebas di negeri ini pada tahun 2000 lalu tercatat remaja
semakin hari semakin meningkat. Di yang pernah melakukan hubungan
tambah lagi kasus video mesum artis seks pranikah mencapai 29,9 persen.,
artis belakangan ini, yang tentunya sementara penelitian pada tahun 1999
semakin mengingatkan kita akan betapa lalu terhadap pasien yang datang ke
tingginya aktivitas seks bebas ini terjadi klinik pasutri, tercatat sekitar 18 persen
di Negara kita5. remaja pernah melakukan hubungan
Kita sebagai generasi penerus seksual pranikah3.
bangsa ini seharusnya malu melihat Seperti dikutip dari harian
negara kita yang dikenal dunia dengan Republika yang memuat hasil survei
populasi penduduk beragama, tetapi Perkumpulan Keluarga Berencana
menjadi konsumen industri pornografi Indonesia (PKBI) yang dilakukan pada
dan pornoaksi nomor dua setelah 2003 di lima kota, di antaranya Surabaya,
Rusia. Tak hanya itu akses masyarakat Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta
Indonesia terhadap nama-nama sex-idol menyatakan bahwa sebanyak 85 persen
(bintang porno) terekam oleh google remaja berusia 13-15 tahun mengaku
trends menempati peringkat 1 di dunia telah berhubungan seks dengan pacar
selama 3 tahun berturut-turut sampai mereka. Ironisnya, hubungan seks itu
tahun ini5. dilakukan di rumah sendiri, rumah
Lebih parahnya tentang seks bebas, tempat mereka berlindung dan sebagian
beberapa penelitian menunjukkan bahwa besar mereka menggunakan alat
tujuh dari dari sepuluh perempuan telah kontrasepsi yang dijual bebas, sebanyak
melakukan hubungan seksual sebelum 12 persen menggunakan metode coitus
berumur 20 tahun. Sementara satu dari interuptus (mengeluarkan sperma di
enam pelajar perempuan aktif bergaul luar organ intim wanita)3.
seks bebas. Paling sedikit mereka Meningkatnya jumlah kasus seks
berganti pasangan dengan empat laki- bebas menyebabkan makin tingginya
laki yang berbeda-beda. Kenyataan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan
tersebut menunjukkan betapa ironisnya (KTD). Kehamilan yang tidak diinginkan
kondisi remaja kita saat ini3. (KTD) pada remaja menunjukkan
Selain beberapa data jumlah kecenderungan meningkat antara
kasus seks bebas yang telah dituliskan 150.000 hingga 200.000 kasus setiap
pada pendahuluan, pakar seks juga tahun. Bahkan beberapa survei yang
specialis Obstetri dan Ginekologi dilakukan pada sembilan kota besar di
138
Ni Gusti Kompiang Sriasih (Permasalahan
�������������������������
remaja...)

Indonesia menunjukkan, KTD tidak diinginkan (KTD), serta kasus


mencapai 37.000 kasus, 27 aborsi dan HIV/AIDS di kalangan
persen di antaranya terjadi remaja Indonesia memang suatu
dalam lingkungan pranikah dan 12,5 fenomena yang sangat memprihatinkan.
persen adalah pelajar 3. Aktivitas seks bebas yang makin marak
Tingginya angka kehamilan yang tersebut masihkah bisa disebut sebagai
tidak diinginkan (KTD), apalagi bagi penyimpangan perilaku atau kenakalan
kehamilan pranikah di kalangan remaja remaja ? ataukah mengindikasikan
erat kaitannya dengan meningkatnya bahwa seks bebas sudah menjadi
jumlah aborsi saat ini. Kasus aborsi kebiasaan atau gaya hidup?. Adakah ini
remaja di Indonesia ternyata sangat pertanda titik balik budaya kontemporer
mencengangkan. Angkanya melaju yang bakal kembali ke zaman primitif
sangat cepat bahkan melebihi jumlah dan gelap seperti dulu?
aborsi di negara negara maju sekalipun. Dilihat dari literatur sejarah,
Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap perilaku seks bebas sudah pernah
tahun mencapai 2,3 juta, 30 persen di menjadi tradisi dalam masyarakat
antaranya dilakukan oleh para remaja. zaman dulu. Zaman di mana kondisi
Selain menimbulkan hal-hal masyarakat sangat tenggelam dalam
berbahaya yang tidak diinginkan karena “tanah lumpur” kebodohan dan
kasus aborsi, seks bebas juga akan keterbelakangan. Masyarakat senang
menyebabkan penyakit menular seksual, pertikaian dan pembunuhan, kekejaman
seperti sipilis, GO (ghonorhoe), hingga dan suka mengubur anak perempuan.
HIV/AIDS, serta meningkatkan resiko Potret sosial mereka begitu gelap, amat
kanker mulut rahim untuk wanita. primitif dan jauh dari peradaban2.
Bahkan jika hubungan seks tersebut Pada zaman itulah berlaku tradisi
dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko perkawinan model seks bebas. Seperti
terkena penyakit tersebut bisa mencapai diriwayatkan, bahwa pada zaman dulu
empat hingga lima kali lipat8. dikenal 4 cara pernikahan. Pertama,
Kasus AIDS sejak 2007 tedapat gonta-ganti pasangan. Seorang suami
2.947 kasus dan periode Juni 2009 memerintahkan istrinya jika telah
meningkat hingga delapan kali lipat, suci dari haid untuk berhubungan
menjadi 17.699 kasus. Dari jumlah badan dengan pria lain. Bila istrinya
tersebut, yang meninggal dunia telah hamil, ia kembali lagi untuk
mencapai 3.586 orang. Bahkan digauli suaminya. Ini dilakukan guna
diestimasikan, di Indonesia tahun 2014 mendapatkan keturunan yang baik.
akan terdapat 501.400 kasus HIV/AIDS. Kedua, model keroyokan. Sekelompok
Penderita HIV/AIDS sudah terdapat di lelaki, kurang dari 10 orang, semuanya
32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. menggauli seorang wanita. Bila
Penderita ditemukan terbanyak pada telah hamil kemudian melahirkan, ia
usia produktif, yaitu 15-29 tahun (usia memanggil seluruh anggota kelompok
remaja masuk di dalamnya)8. tersebut tidak seorangpun boleh absen.
Uraian tentang kasus seks bebas Kemudian ia menunjuk salah seorang
dan makin banyaknya kehamilan yang yang dikehendakinya untuk dinisbahkan
139
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 133 - 143

sebagai bapak dari anak itu, dan yang kehidupan dengan sistem komunikasi
bersangkutan tidak boleh mengelak. global, dengan kemudahan mengakses
Ketiga, hubungan seks yang dilakukan informasi baik melalui media cetak,
oleh wanita tunasusila yang memasang TV, internet, komik,  media ponsel,
bendera/tanda di pintu-pintu rumah. dan DVD bajakan yang berkeliaran
Dia “bercampur” dengan siapapun di masyarakat, tentunya memberikan
yang disukai. Keempat, ada juga model manfaat yang besar bagi kehidupan kita,
perkawinan sebagaimana berlaku namun perkembangan iptek yang sangat
sekarang, dimulai dengan pinangan baik dan penting bagi perkembangan
kepada orang tua/wali, membayar ilmu pengetahuan dan informasi para
mahar, dan menikah2. remaja, namun saat ini remaja justru
Menyimak 3 model pertama dalam salah mempergunakan kecanggihan
perkawinan masyarakat di atas, ada teknologi tersebut, dan mereka
kesamaan budaya dengan perilaku seks menyelewengkan fungsi teknologi
bebas, prostitusi dan hamil di luar nikah yang sebenarnya. Bahkan tayangan
yang kian marak di zaman sekarang. televisi, media-media berbau porno
Namun, kita tidak bisa langsung (bahkan VCD dan DVD porno yang
mengatakan bahwa seks bebas adalah begitu mudah diperoleh hanya dengan
budaya remaja atau kaum muda. Karena Rp 5.000), semakin mendekatkan para
munculnya kasus-kasus seks bebas remaja itu melakukan hubungan seks di
bukanlah karena kebodohan pelakunya luar nikah8.
seperti pada zaman dahulu2. Semua media informasi tersebut
Secara garis besar, penyebab menyerbu anak-anak dan dikemas
maraknya seks bebas sekarang ini antara sedemikian rupa sehingga perbuatan seks
lain;  kurangnya kasih sayang orang tua itu dianggap lumrah dan menyenangkan.
yang akan menyebabkan anak/remaja Mulai dari berciuman, berhubungan seks
mencari  kesenangan di luar dan mereka sebelum nikah, menjual keperawanan,
akan bergaul bebas dengan siapa saja gonta-ganti pasangan, seks bareng,
yang mereka inginkan dan terkadang homo atau lesbi, semuanya tersedia
mereka mencari teman yang tidak dalam berbagai media informasi8.
sebaya yang memungkinkan mereka Dasar-dasar agama yang kurang
akan terpengaruh dangan apa yang juga menjadi pendorong terhadap
dilakukan orang dewasa5. maraknya kasus seks bebas. Hal ini
Selain itu peran dari perkembangan terkadang tidak terlalu diperhatikan
teknologi yang memberikan efek positif oleh orang tua yang sibuk dengan
dan negatif tidak dapat dipungkiri segala usaha dan kegiatan mereka dan
bahwa setiap individu dari kita merasa juga oleh pihak sekolah terkadang
senang dengan kehadiran produk atau kurang memperhatikan hal ini, karena
layanan yang lebih canggih dan praktis. jika remaja tidak mendapat pendidikan
Tidak terkecuali teknologi internet agama yang baik mereka akan jauh dari
yang telah merobohkan batas dunia dan Tuhan dan pasti tingkah laku mereka
media televisi yang menyajikan hiburan, akan sembarangan. Selain itu, tidak
informasi serta berita aktual. Di era adanya media penyalur bakat dan hobi
140
Ni Gusti Kompiang Sriasih (Permasalahan
�������������������������
remaja...)

remaja juga menjadi faktor maraknya dalam kondisi sangat bebas dari kontrol,
kasus seks bebas3. tentu suatu saat akan tergoda pula untuk
Lain dari hal di atas, seks bebas melakukannya.
juga terjadi karena pola pikir yang Hal yang tidak kalah penting
dangkal dan punya konsep diri rendah adalah pembekalan tentang seks kepada
di kalangan remaja, seperti; tidak remaja sedini mungkin, agar para remaja
bisa mengatakan ”TIDAK” terhadap memiliki pengetahuan yang benar dan
seks bebas (merasa takut diputus akurat mengenai kesehatan seksualitas
hubungan oleh pacarnya/dijadikan dan aspek-aspek kehidupannya,
alasan sebagai pembuktian cinta/pacar sehingga tidak menjadi salah arah dalam
sudah membujuk rayu sedemikian rupa, membuat keputusan dalam hidupnya.
sampai akhirnya tidak bisa menolak). Mengingat meningkatnya jumlah
Bahkan ada yang beranggapan dengan kasus seks bebas menyebabkan makin
pernah melakukan seks, dianggap tingginya jumlah kehamilan yang tidak
‘Gaul’. Akhirnya ada beberapa orang diinginkan (KTD). Kehamilan yang
malah sudah menjalaninya sebagai gaya tidak diinginkan (KTD) pada remaja
menunjukkan kecenderungan meningkat
hidup. “Sudah biasa saja”.
setiap tahun, hal ini akan berhubungan
Upaya penanggulangan dari segala
pula dengan angka kejadian aborsi
pihak dengan langkah meningkatkan
yang tidak aman dilakukan pada
akses remaja terhadap informasi yang
remaja serta dapat berdampak negative
benar dengan merangkul berbagai
terhadap kelanjutan reproduksinya.
kalangan sangat diperlukan, termasuk
Umumnya aborsi yang tidak aman,
media massa. Karena seks bebas di
dapat menimbulkan komplikasi pada
kalangan remaja merupakan tanggung organ organ reproduksi, sehingga dapat
jawab kita bersama. Remaja adalah menambah angka kematian ibu (AKI).
asset yang harus kita bina mental dan Bertolak dari fenomena yang
moralitasnya. Budaya seks bebas dan memprihatinkan tentang seks bebas
gaya hidup nyeleweng harus kita kikis di kalangan remaja, kita yakin dan
bersama. optimis, masih banyak remaja yang
Salah satu upaya untuk mempunyai sikap dan prinsip yang kuat,
menanggulangi maraknya seks bebas di masih banyak generasi-generasi emas
kalangan remaja, selain perlu dilakukan yang dapat melanjutkan eksistensi dan
pengawasan yang ketat dan intensif dari membangun negeri ini, masih banyak
pemilik kos secara proporsional, juga remaja yang yang tidak tenggelam
meningkatkan kesadaran dari orang dalam pusaran budaya seks bebas. Oleh
tua untuk memilihkan tempat kos bagi karenanya kuatkan hati dan mental
anak-anaknya yang layak dan aman. terhadap godaan seks bebas dengan
Selain itu, tentu membekali putra-putri  rumus ini: PACARAN + CINTA =
remaja dengan benteng ajaran agama PERNIKAHAN, baru kemudian SEKS.
yang kokoh, karena sekuat-kuatnya  
mental seorang remaja untuk tidak Simpulan dan Saran
tergoda pola hidup seks bebas, kalau Masa  remaja  adalah  masa-masa 
terus-menerus mengalami godaan dan yang  paling  indah. Pencarian jati 

141
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 133 - 143

diri  seseorang  terjadi  pada  masa  remaja jika ia mulai melakukan


remaja. Banyak orang mengatakan kenakalan, b. Pengawasan perlu intensif
bahwa remaja adalah tulang punggung terhadap media komunikasi seperti TV,
sebuah Negara, di tangan remaja Internet, Radio, Handphone dan lain-
tergenggam arah masa depan bangsa lain, c. Perlu bimbingan kepribadian di
ini. Pada  masa  remaja  seseorang  sekolah, karena di sekolah tempat anak
dapat  terjerumus ke dalam kehidupan  lebih banyak menghabiskan waktunya
yang dapat merusak masa depan. Hal itu selain di rumah, d. Perlu pembelajaran
dapat terjadi apabila remaja melakukan agama yang dilakukan sejak dini
hal-hal menyimpang yang biasa disebut seperti beribadah dan mengunjungi
dengan kenakalan remaja. tempat ibadah sesuai dengan iman dan
Dari berbagai bentuk kenakalan kepercayaannya, serta membekali putra-
yang dilakukan oleh remaja, seks bebas putri  remaja dengan benteng ajaran
selalu menjadi bahasan menarik dalam agama yang kokoh.
berbagai tulisan selain kasus narkoba dan
tawuran pelajar. Seks bebas merupakan Daftar Pustaka
tingkah laku yang didorong oleh hasrat
1. Lapu, Y. M. “Kenakalan Remaja”.
seksual yang ditujukan dalam bentuk
; 2010. [online] http://sabdaspace.
tingkah laku.
com/kenakalan_remaja. (diakses
Meningkatnya jumlah kasus seks
pada tanggal 26 Agustus 2013).
bebas menyebabkan makin tingginya
2. Puspitawati, H. “Perilaku Kenakalan
jumlah kehamilan yang tidak diinginkan
Remaja Pengaruh Lingkungan
(KTD). Kehamilan yang tidak diinginkan
Keluarga dan/atau Lingkungan
(KTD) pada remaja menunjukkan
kecenderungan meningkat setiap tahun, Teman?” ; 2009. [online]. http://
sebanyak 27 persen di antaranya terjadi rudyct.com/PPS702-ipb/01101/
dalam lingkungan pranikah dan 12,5 HERIEN.htm. (diakses pada tanggal
persen adalah pelajar. 26 Agustus 2013).
Faktor penyebab remaja 3. Saptono. “Perilaku Seks Bebas
melakukan seks bebas, diantaranya Di Kalangan Remaja dan Orang
adalah menonton film porno, pengaruh (Dewasa) Sudah Berkeluarga
pergaulan bebas, kurang peran dan (Sebuah Kajian tentang Perilaku dan
perhatian orang tua kepada anak, kurang Kebutuhan)” ; 2006. [online]. http://
dasar ilmu agama, dan pola pikir yang www.scribd.com/doc/13753330/
dangkal. Free-Sex. (diaksespada tanggal 26
Beberapa upaya untuk me- Juni 2010).
nanggulangi maraknya seks bebas 4. Willis, S.  Problema Remaja dan
di kalangan remaja, antara lain: a. Pemecahannya. Bandung:Penerbit
memberikan kasih sayang dan perhatian Angka ; 2006.
dalam apapun pada remaja, karena dengan 5. Anonim. “Seks Bebas” ; 2010.
adanya rasa kasih sayang dari orang tua [online].http://wartawarga.
maka anak akan merasa diperhatikan gunadarma.ac.id/2010/01/seks-
dan dibimbing serta dengan kasih bebas-2/.(diakses pada tanggal 21
sayang itu pula akan mudah mengontrol Agsutus 2013).
142
Ni Gusti Kompiang Sriasih (Permasalahan
�������������������������
remaja...)

6. Kartono, K. Psikologi Remaja. 9. Gunarso, S.D. Psikologi Praktis:


Bandung: PT. Rosa Karya ; 2008. Anaka, Remaja dan Keluarga.
7. Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia ;
lengkap. Surabaya: Apollo ; 2004. 2007.
8. Mulyono, B. Pendekatan 10. Negara, O., “Permasalahan
Analisis Kenakalan Remaja dan Kesehatan Reproduksi & Seksual
Penanggulangannya. Yogyakarta: Remaja Bali”. [online].http://www.
Kanisius ; 2005. okanegara.com/2010/01/kesehatan-
reproduksi-seksual-remaja-bali-
html.(diakses pada tanggal 21
Nopember 2013).

143
HERPES GENETALIS PADA MASA KEHAMILAN
Ni Ketut Somoyani, 1, Luh Kadek Alit Arsani2

Abstract. Herpes simplex / Genital herpes is an infectious disease caused by the


Herpes Simplex Virus ( HSV ). Genital herpes often without clinical symptoms is
not a mild threat, especially for pregnant women who are infected hamil. Wanita
HSV - 2 should be taken seriously. The most important of these viral infections
in pregnant women is the effect on the pregnancy itself and the baby she is
carrying, because the virus can cross the placenta and cause fetal disorders.
In infants born to mothers who suffer from genital herpes during pregnancy,
abnormalities can be found in the form of hepatitis, severe infections, encephalitis,
keratoconjunctivitis, skin eruptions and can be born herpestiformis vesicles.
Herpes simplex viruses that cause genital herpes in pregnancy are the same as
non-pregnant women, namely herpes simplex virus type 1 ( HSV - 1 ) and herpes
simplex virus type 2 ( HSV - 2 ). HSV - 2 was found in nearly 82 % of cases of
genital herpes infection, whereas approximately 18 % of cases are found HSV
– 1. When transmission occurs in the first trimester of pregnancy, tend to result
in abortion, whereas the second trimester premature birth. Genital herpes in
pregnancy can also exhibit clinical symptoms by healing itself porses as in non-
pregnant women. However, primary infection usually more severe and in some
cases accompanied herpetika meningitis, hepatitis or more symptoms.

Keywords : Genital Herpes: Pregnancy Period

Abstrak. Herpes simpleks / herpes genital adalah penyakit menular yang


disebabkan oleh Herpes Simplex Virus ( HSV ). Herpes genitalis seringkali tanpa
gejala klinis dan hal tersebut bukan ancaman ringan, terutama bagi wanita hamil
yang terinfeksi HSV harus ditangani dengan serius. Yang paling penting dari
infeksi virus ini pada wanita hamil adalah efek pada kehamilan itu sendiri dan
bayi yang dikandungnya, karena virus dapat melewati plasenta dan menyebabkan
gangguan janin. Pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita herpes genitalis
selama kehamilan, kelainan dapat ditemukan dalam bentuk hepatitis, infeksi
berat, ensefalitis, keratokonjungtivitis, erupsi kulit dan vesikula herpestiformis.
Herpes simpleks virus yang menyebabkan herpes genital pada kehamilan adalah
sama dengan wanita yang tidak hamil , yaitu virus herpes simpleks tipe 1 ( HSV
- 1 ) dan virus herpes simpleks tipe 2 ( HSV - 2 ). HSV - 2 ditemukan pada
hampir 82 % dari kasus infeksi herpes genital, sedangkan sekitar 18 % kasus
ditemukan HSV - 1. Ketika terjadi pada trimester pertama kehamilan, cenderung
mengakibatkan aborsi, sedangkan trimester kedua dapat terjadi kelahiran
prematur. Herpes genital pada kehamilan juga dapat menunjukkan gejala klinis
dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, infeksi primer biasanya lebih
parah dan dalam beberapa kasus disertai herpetika meningitis, hepatitis atau
gejala yang lebih luas.

Kata Kunci : Herpes Genitalis : Masa Kehamilan


1 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar, 2 Dosen Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha

144
Ni Ketut Somoyani, Luh Kadek Alit Arsani�����������������������
(Herpes genetalis...)
����������������������

PENDAHULUAN PEMBAHASAN
Herpes simplek/Herpes genitalis Definisi herpes genitalis pada
merupakan penyakit infeksi yang kehamilan
disebabkan oleh Herpes Simplex Virus Herpes simplek/Herpes genitalis
(HSV). Herpes genitalis acapkali tanpa merupakan penyakit infeksi yang
gejala klinis bukanlah ancaman yang disebabkan oleh HSV-2 di mukosa alat
ringan, apalagi bagi wanita hamil. kelamin dan sebagian kecil HSV-1 di
Wanita hamil yang terinfeksi HSV- mukosa mulut. Virus Herpes Simplek
2 harus ditangani secara serius. Hal (HSV) dibedakan menjadi 2 yaitu
terpenting dari infeksi virus ini pada HSV-1 dan HSV-2, penyebab 82%
perempuan hamil adalah pengaruhnya kasus penyakit kelamin Herpes adalah
terhadap kehamilan itu sendiri dan bayi HSV-2 dengan karakteristik: bagian
yang dikandungnya, karena virus dapat yang disukai adalah kulit dan selaput
menembus plasenta dan menimbulkan lendir pada alat kelamin dan perianal,
gangguan pada janin. Pada bayi yang lahir membentuk bercak verikel-verikel
dari ibu yang menderita herpes genitalis besar, tebal dan terpusat serta secara
pada waktu kehamilan, dapat ditemukan serologi terdapat antibody anti HSV-2.3
kelainan berupa hepatitis, infeksi berat, Herpes gemitalis pada kehamilan
ensepalitis, keratokonjungtivitis, erupsi adalah infeksi herpes simpleks virus
kulit berupa vesikel herpestiformis dan (HSV) yang mengenai alat genital dan
bisa lahir mati.1 sekitarnya pada wanita hamil.2 Infeksi
Virus herpes simpleks yang HSV pada kehamilan difokuska pada :
menyebabkan herpes genitalis pada 1). Infeksi HSV utama selama kehamilan
kehamilan sama dengan yang mengenai yang dihubungkan dengan abortus
wanita tidak hamil yaitu herpes simplex spontan dan prematuritas. 2). HSV
virus tipe 1 (HSV-1) dan herpes simplex maternal dihubungkan pada ancaman
virus tipe 2 (HSV-2). HSV-2 didapatkan terhadap infeksi neonatal.4 Bila pada
pada hampir 82% kasus infeksi herpes kehamilan timbul herpes genitalis, perlu
genitalis, sedangkan pada sekitar mendapat perhatian yang serius, karea
18% kasus lagi ditemukan infeksi melalui plasenta virus dapat sampai ke
HSV-1.2. Bila penularan (transmisi) sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan
terjadi pada trimester I kehamilan, kerusakan atau kematian pada janin.
cenderung mengakibatkan abortus, Infeksi neonatal mempunyai angka
sedangkan pada trimester II bidan mortalitas 60%, separuh dari yang
menjadi kelahiran prematur 2. Herpes hidup, menderita cacat neurologik atau
genitalis pada kehamilan dapat pula kelainan pada mata.
menunjukkan gejala klinis dengan
porses penyembuhan sendiri seperti Epidemiologi
pada wanita yang tidak hamil. Namun Pada penelitian di Amerika
demikian infeksi primer biasanya akan Serikat antara tahun 1989 hingga tahun
lebih berat dan pada beberapa kasus 1993 didapatkan bahwa sedikitnya 2%
disertai meningitis herpetika, hepatitis wanita hamil mendapatkan infeksi HSV
atau gejala yang luas.2 pada saat kehamilannya, lebih sering
145
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 144 - 154

pada usia muda (21 tahun) dan pada wanita hamil yang secara serologis
kehamilan primigravida. Sedangkan tidak menderita infeksi HSV pada awal
frekuensi herpes neonatal adalah 1 per kehamilannya, namun mempunyai
7500 kelahiran hidup. Bila serokonversi pasangan yang positif HVS-2, sekitar
terjadi secara lengkap sebelum proses 13% akan menderita herpes genitalis
persalinan tidak didapatkan gangguan pada saat persalinan. Duapertiganya
terhadap kehamilannya, namun bila tidak menunjukkan gejala klinis
infeksi didapatkan pada masa dekat (asimtomatik) atau setidaknya hanya
dengan waktu persalinan tampak dari mempunyai jejala minimal dan tidak
peningkatan morbiditas perinatal serta dikenali sebagai infeksi HSV baik oleh
peningkatan angka kejadian herpes pasien sendiri maupun oleh petugas medis
neonatal.4,7 yang memeriksanya. Herpes genitalis
Pada penelitian ini bayi-bayi yang yang didapatkan selama kehamilannya
dilahirkan oleh sembilan orang wanita sedikit sekali yang menimbulkan
hamil yang mendapatkan infeksi HSV dampak terhadap kehamilannya selama
tidak lama sebelum persalinannya, serokonversi terjadi secara lengkap
ternyata empat bayi menderita infeksi sebelum persalinan. 2
HSV neonatal dan satu diantaranya Pelepasan virus yang dapat
meninggal.2. menyebabkan transmisi infeksi pada
Bila transmisi terdadi pada pasangan seksual atau bayi dapat terjadi
trimester I cendrung terjadi abortus; setiap saat. Kemungkinan transmisi
sedangkan bila pada trimester II, terjadi virus dapat diwaspadai bila didapatkan
prematuritas. Selain itu dapat terjadi lesi baik pada episode pertama maupun
transmisi pada saat intrapartum atau pada infeksi rekurens. Pelepasan
pasca partum.1,2 virus dapat juga terjadi selama masa
prodromal dengan gejala-gejala
Patogenesis seperti tidak enak badan, gatal, rasa
Penularan herpes genitalis umum- terbakar, nyeri atrau gejala neuralgia
nya terjadi melalui kontak seksual. Yang lainnya.2,5 Laki-laki yang menderita
penting diperhatikan adalah bahwa infeksi HSV harus diberi konseling
proses penularan (transmisi) virus untuk selalu menggunakan kondom
hanya membutuhkan kontak secara fisik setiap saat bila tidak menginginkan
antara virus (HSV-2) dengan lokasi yang pasangannya menderita infeksi yang
sesuai, umumnya membran mukosa atau sama. Hal ini amat penting terutama bila
kulit yang terluka dan virus tersebut pasangannya sedang hamil. Perubahan
juga tidak harus berasal dari suatu lesi hormonal selama masa kehamilan dapat
di daerah genital. meningkatkan kepekaan perempuan
Wanita hamil yang belum hamil terhadap infeksi.4
mempunyai antibodi terhadap HSV Infeksi HSV primer pada masa
sebagian besar akan mengalami infeksi kehamilan juga akan lebih berat
herpes genitalis secara klinis bila terpapar dibandingkan pada wanita tidak hamil.
pasangan seksual yang mempunyai Disamping itu, infeksi primer pada masa
lesi herpes genitalis aktif. Sedangkan kehamilan akan meningkatkan risiko
146
Ni Ketut Somoyani, Luh Kadek Alit Arsani�����������������������
(Herpes genetalis...)
����������������������

terjadinya abortus spontan, persalinan trimester pertama kehamilannya harus


preterm, pertumbuhan janin terhambat diyakinkan, bahwa infeksi yang terjadi
serta infeksi neonatal seperti ensefalitis, tersebut bukan merupakan indikasi
keratokonjungtivitis atau hepatitis, untuk melakukan terminasi kahamilan.
disamping itu dapat juga timbul lesi Infeksi primer pada trimester kedua dan
pada kulit. Beberapa ahli kandungan ketiga kehamilan juga dihubungkan
mengambil sikap partus secara seksio dengan kejadian persalinan kurang
sesaria bila pada saat melahirkan sang bulan, pertumbuhsn jsnin terhambat,
ibu memderita infeksi ini. Tindakan ini dan transmisi transplasental pada janin..
sebaiknya dilakukan sebelum ketuban Infeksi rekurens sendiri tampaknya
pecah atau paling lambat enam jan tidak menunjukkan peningkatan risiko
setelah ketuban pecah.5,7 kejadian-kejadian seperti pada infeksi
Infeksi herpes pada neonatal dapat primer.
terjadi karena pada masa kontak antara Transmisi infeksi pada neonatus
bayi dan virus yang hidup. Infeksi ini juga dapat terjadi pada saat proses
dapat terjadi pada masa intrauterine, kelahiran pada periode pelepasan
perinatal ataupun postnatal. Umummnya virus asimtomatik khususnya selama
tranmisi dari ibu ke janin terdapat infeksi primer. Transmisi intra uterin
pada masa perinatal. Kontak terjadi ditemukan pada 5-8% kasus , sedangkan
pada masa persalinan pada saat janin transmisi perinatal terjadi pada kira-
melewati jalan lahir yang terinfeksi. kira 85% kasus. Pelepasan virus terjadi
Pada beberapa kasus transmisi dapat dibeberapa tempat pada jalan lahir.
terjadi setelah persalinan bila bayi Terjadinya infeksi pada janin dari
terpajan pengasuh yang menderita serviks dan vagina lebih besar risikonya
herves orolabial, lesi herpes di sekitar dari pada vulpa, oleh karena kontak
kuku atau ujung jari atau lesi herpes didaerah serviks dan vagina lebih lama.
didaerah lain. Janin dapat terinfeksi Transmisi virus pada janin tersering
saat masih dalam kandungan bila terjadi pada mata, nasofaring, atau bisa juga
infeksi asenden dari serviks atau vulva dikepala bila memakai alat-alat seperti
atau melalui transmisi transplasenta.2,4 forsep, vakum dan elektroda kepala.
Umumnya hal ini lebih sering Transmisi pasca persalinan terjadi pada
didapatkan pada infeksi primer karena kira-kira 8-10% kasus melalui air susu
virus terdapat dalam jumlah yang ibu maupun kontak dengan virus herpes
besar baik pada lesi maupun secara yang berasal dari lesi her[pes simpleks
sistemik yang menyertai cetusan (umumnya lesi orolabial) yang diderita
awal gejala. Infeksi primer pada oleh orang yang memberikan asuhan
trimester pertama dihubungkan dengan pada bayi tersebut.4,6
peningkatan risiko abortus spontan, Risiko penularan infeksi pada
namun hingga saat ini belum ada bayi baru lahir juga bervariasi sesuai
bukti yang menunjukkan peningkatan dengan katagori infeksi pada ibu dan
kejadian embriopatiherpetika atau cacat jenis persalinan. Bayi yang dilahirkan
kongenital pada janin. Wanita hamil yang pervaginam pada saat ibunya mengalami
mengalami infeksi herpes primer pada lesi episode pertama (baik infeksi primer
147
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 144 - 154

maupun non primer) berisiko mengalami Lesi pada kulit umumnya di daerah
infeksi neonatal sebesar 50%. Bila vulva dan perineum berbentuk vesikel
episode pertama tersebut tanpa gejala berkelompok dengan dasar eritem yang
(asimtomatik) maka risikonya akan terasa nyeri. Vesikel mudah pecah dan
turun hingga 33%. Bila hanya terjadi menimbulkan erosi multipel. Umumnya
pajanan pada lesi yang rekuren maka terjadi pula pembesaran kelenjar getah
risiko terjadinya transmisi akan turun bening di daerah inguinal yang berat.
hingga 4%. Tanpa adanya lesi atau Dapat disertai gejala sistemik sepert
gejala kilinik herpes genitalis maka malaise, demam, nyeri otot ( Influenza-
risiko akan terjadinya penularan virus like syndrome) yang kemungkinan
herpes simplek pada bayi dari seorang disebabkan oleh viremia.3. Vesikel di
ibu yang diketahui mempunyai riwayat daerah vulva dan perineum mudah
herves genitalis hanya sekitar 0,04%.2 sekali pecah dan menimbulkan ulkus
namun jarang sekali mengalami infeksi
Manifestasi klinik sekunder. Lesi di daerah vulva umumnya
Infeksi herpes genitalis dapat sangat nyeri dan menyebabkan pasien
digolongkan berdasarkan antibodi sulit bergerak. Sering juga terjadi retensi
penderitanya menjadi tiga katagori : urin karena rasa nyeri yang muncul bila
infeksi primer, episode pertama infeksi buang air kecil atau karena keterlibatan
non primer, atau reaktivasi infeksi. sistem syaraf di daerah sakral.8
Masing-masing kategori infeksi dapat Lesi rekurens dapat terjadi cepat
simtomatik dengan gejala prodromal atau lambat, serta gejala yang timbul
dan lesi yang tampak secara klinis atau biasanya lebih ringan, karena telah ada
asimtomatik dimana terjadi pelepasan antibodi spesifik dan penyembuhan juga
virus tanpa adanya gejala atau tanda akan lebih cepat. Angka rekurensi herpes
klinis yang dapat diidentifikasi.2 genitalis tampaknya tinggi pada wanita
Manifestasi klinik seperti hamil dibandingkan dengan wanita
frekuensi infeksi klinis/subklinis, tidak hamil, dan angka rekurensi ini juga
lamanya lesi, nyeri dan tanda-tanda meningkat seiring bertambahnya usia
yang lazim tidak berbeda antara wanita kehamilan.9 Dua puluh lima persen wanita
hamil dengan wanita tidak hamil, namun dengan riwayat herpes genitalis akan
terdapat perbedaan beratnya gejala mengalami masa kekambuhan, dimana
klinik, insidens servisitis, lama dan gejala yang muncul selama bulan-bulan
tingginya titer virus yang dilepas serta terakhir kehamilan, dan sekitar 11%
kemungkinan berkembangnya menjadi hingga 14% lagi akan mengalaminya
viremia antara infeksi primer dengan pada saat persalinan. Risiko terjadinya
infeksi rekurens. kekambuhan bervariasi sesuai dengan
Masa inkubasi yang khas riwayat penyakit sebelumnya. Wanita
berkisar antara 3 hingga 6 hari sebelum hamil yang mengalami infeksi primer
munculnya gejala klinis. Gejala klinis dan episode pertama herpes genitalis
biasanya didahului rasa terbakar selama kehamilannya akan mempunyai
dan gatal didaerah lesi yang terjadi risiko kekambuhan pada saat persalinan
beberapa jam sebelum timbulnya lesi. sebedar 36%. Wanita hamil yang
148
Ni Ketut Somoyani, Luh Kadek Alit Arsani�����������������������
(Herpes genetalis...)
����������������������

didiagnosis menderita herpes genitalis dilakukan pengambilan sample


sebelum hamil dan mengalami kurang dari lesi dalam waktu 72 jam
dari enam kali kaekambuhan setiap pertama setelah mulculnya lesi.
tahunnya berisiko kambuh sebesar 4. Pemeriksaan secara immono-
13% pada saat persalinan dibandingkan logik memakai antibody
dengan seorang wanita yang mengalami poliklonal atau monoclonal,
lebih dari enam kali kekambuhan misalnya teknik pemeriksaan
pertahunnya, dengan angka risiko dengan imunofluoresensi, imu-
sebesar 25% untuk kambuh pada saat noperoksidase dan ELISA
persalinan.2,3,4 5. Pemeriksaan DNA polymerase
chain reaction (PCR)
Diagnosa merupakan pemeriksaan yang
Dalam menangani kasus paling dianjurkan karena dapat
herpes genitalis, langkah pertama menditeksi DNA virus.
yang dilakukan oleh dokter adalah
menegakkan diagnosis yang ditunjang Penatalaksanaan infeksi primer
dengan pemeriksaan laboratorium. dalam kehamilan
Diagnosis secara klinis ditegakkan a. Kehamilan trimester pertama dan
dengan adanya gejala khas berupa kedua
vesikel berkelompok dengan dasar Penderita yang telah didiagnosa
eritem dan bersifat rekuren. terkena infeksi genitalis pada masa ini,
Pemeriksaan penunjang untuk biasanya oleh dokter segera diobati
membantu diagnosis adalah pemeriksaan dengan asiklovir intravena atau per oral
laboratorium antara lain : sekurang-kurangnya 7 hari tergantung
1. Tes Pap dan tes Tzank dengan beratnya penyakit. Bila memungkinkan
pengecatan giemsa atau Wright. ditentukan tipe spesifik serologiknya
Pada pemeriksaan didapatkan untuk menentukan apakah infeksi
badan inklusi intranuklear dan ini disebabkan HSV-1 atau HSV-2,
sel raksasa berinti banyak akan disamping untuk menentukan apakah
menunjang infeksi famili virus gejala ini merupakan infeksi primer,
herpes. gejala pertama non primer atau episode
2. Pemeriksaan serologi terhadap pertama infeksi rekurens. Keadaan ini
HSV-1 dan HSV-2, tetapi akan mempengaruhi penatalaksanaan
hasil yang ditunjukkan tidak persalinan karena terdapat perbedaan
dapat membedakan kedua tipe risiko transmisi HSV pada bayi.
serologis virus tersebut. Ababila selanjutnya penderita tidak
3. Melakukan kultur terhadap mengalami infeksi rekurens sampai
virus, cara ini yang paling kehamilan aterm maka persalinan dapat
baik karena lebih sensitive dan berlangsung pervaginam dengan catatan
spesifik dibandingkan cara-cara tidak memakai alat, dan mencantumkan
lain, namun cara ini mahal dan riwayat herpes genitalis pada catatan
spesimen harus segera diperiksa. rekam medik dan mendidik pasangan
Hasil kultur paling baik bila tersebut mengenai herpes neonatal.4,5
149
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 144 - 154

b. Kehamilan 30 hingga 34 minggu Penatalaksanaan infeksi rekurens


Pertama-tama dokter harus dalam kehamilan
menentukan dulu apakah benar si ibu Pada kasus dengan riwayat infeksi
menderita infeksi primer, misalnya rekurens sebaiknya diberi tanda pada
dengan menentukan tipe spesifik catatan rekam medik ibu dan bayi serta
serologik. Apabila benar dokter akan berikan pendidikan tentang penyakit
segera memberikan terapi asiklovir per herpes neonatus pada pasangan orang
oral tergantung berat ringannya penyakit tua tersebut. Pada awal persalinan
atau gejala, atau mulai memberikan segera lakukan pemeriksaan untuk
asiklovir untuk supresi terus menerus mencari lesi herpes. Wanita hamil yang
sampai masa persalinan untuk menekan sudah mempunyai pengetahuan tentang
pelepasan virus. Rencana selanjutnya infeksi herpes genitalis akan membantu
tergantung pada timbul atau tidaknya menentukan lokasi lesi sehingga
lesi pada saat persalinan. Apabila lesi pemeriksa dapat memastikan dengan
timbul pada saat persalinan maka segera memakai kaca pembesar. Pemberian
lakukan seksio sesarea dan pemberian
asiklovir supresi pada akhir kehamilan
asiklovir untuk melakukan supresi
(2-4 minggu menjelang persalinan)
terhadap lesi. Apabila lesi tidak timbul
dengan tujuan mengurangi angka
pada saat persalinan maka persalinan
seksio sesarea. Apabila tidak terdapat
dapat berlangsung pervaginam dengan
lesi maka persalinan dapat berlangsung
pemberian asiklovir sebagai terapi
pervaginam karena risiko herpes
supresi pada ibu. Lakukan pemeriksaan
neonatal rendah. Namun bila bayi
kultur virus terhadap terhadap ibu dan
menunjukkan gejala herpes neonatal
bayi dalam waktu 12-24 jam dan bayi
dapat dimulai pemberian asiklovir.2,4
di observasi. Bila timbul gejala perlu
segera diberikan terapi asiklovir.4,5 Apabila lesi timbul pada saat
persalinan, maka untuk rencana
c. Kehamilan diatas 34 minggu persalinan perlu dipertimbangkan
Terapi yang diberikan adalah terapi secara matang antara risiko transmisi
asiklovir intravena atau oral tergantung virus pada bayi dan risiko seksio sesarea
beratnya penyakit dan rencanakan untuk pada ibu. Risiko transmisi virus herpes
melakukan seksio sesaria mengurangi pada bayi saat persalinan pervaginam
risiko transmisi virus pada bayi. Didik sangat kecil (kurang dari 3%). Namun
orang tua tentang herpes neonatus. demikian pada ibu harus dijelaskan
Apabila dalam persiapan seksio sesarea mengenai semua risiko dalam upaya
terjadi persalinan spontan pervaginam menentukan pilihan cara persalinan.
buat kultur dari bayi dalam waktu 12- Bila persalinan berlangsung pervaginam
24 jam dan pertimbangkan untuk mulai dapat diberikan asiklovir supresif, bayi
terapi asiklovir. Apabila hasil kultur diobservasi dengan ketat untuk tanda-
negatif, pemberian asiklovir intravena tanda herpes neonatal meskipun risiko
untuk mengobati gejala meskipun belum transmisi sangat rendah. Apabila timbul
diketahui apakah akan mempengaruhi herpes neonatal dapat dimulai terapi
transmisi pada neonatus.4 asikovir secara emperis.4
150
Ni Ketut Somoyani, Luh Kadek Alit Arsani�����������������������
(Herpes genetalis...)
����������������������

Pada kasus yang sudah infeksi virus herpes. Bila


mempunyai indikasi untuk dilahirkan tidak didapatkan lesi pada saat
perabdominal dengan seksio sesarea dan persalinan, maka persalinan
didapatkan ketuban pecah dan belum dapat dilakukan pervaginam.
pernah dilakukan pemeriksaan dalam 2. Pemeriksaan kultur setiap
maupun penggunaan alat-alat melalui minggu pada wanita hamil
jalan lahir sebelumnya tidak ada bukti dengan riwayat infeksi virus
yang menyebutkan bahwa lesi eksternal herpes namun tidak ada lesi tidak
dapat menyebabkan infeksi asenden perlu dilakukan, dan persalinan
pada janin dan selaput janin. Karena tetap dapat secara pervaginam.
itu tindakan seksio sesarea dapat tetap 3. Amniositesis untuk mendiag-
dilakukan tanpa memperhatikan berapa nosis infeksi pada janin tidak
lama masa ketuban pecah kecuali pada dianjurkan. Karena itu persalinan
kasus immaturitas berat.3,4 per abdominal dengan seksio
Persalinan perabdominal tam- sesarea dapat dilakukan pada
paknya menurunkan risiko penularan kondisi terdapat lesi baik pada
HSV pada bayi baru laihir dan infeksi primer maupun rekuren
sejak lama sudah direkomendasikan dekat pada masa persalinan,atau
sebagai pilihan persalinan bila pada bila ketunan pecah, atau ada
ibu didapatkan lesi herpes yang aktif. gejala prodromal pada kasus
Namun demikian belum didapatkan infeksi rekurens.
data berapa besar seksio sesarea mampu
mencegah kejadian herpes genitalis pada
Penatalaksanaan bayi lahir dari ibu
bayi baru lahir. Kenyataannya sekitar
dengan herpes genitalis
20 hingga 30% bayi yang didiagnosis
Banyak rumah sakit yang
menderita infeksi herpes pada masa
menganjurkan isolasi untuk bayi yang
neonatal ternyata dilahirkan dengan
lahir dari ibu dengan herpes genitalis.
seksio sesarea. Karena itu amat penting
Kultur virus, pemeriksaan fungsi hati dan
bagi pasien maupun dokter untuk tidak
cairan serebrospinalis harus dilakukan,
memandang seksio sesarea sebagai cara
serta bayi harus diawasi ketat dalam satu
yang pasti berhasil dalam mencegah
bulan pertama kehidupannya. Spesimen
transmisi virus herpes pada bayi baru
lahir.2 untuk pemeriksaan kultur virus diambil
Rekomendasi untuk penatalak- dari konjungtiva, umbilicus,nasofaring,
sanaan herpes genitalis pada kehamilan dan setiap lesi kulit yang dicurigai, pada
dari American College of Obstetrician 24-48 jam pertama.1
and Gynecologist/ACOG (1988), Bila ibu mengidap herpes genitalis
Infectious Disease Society for Obstetrics primer pada saat persalinan pervaginam,
and Gynecology (1988), dan Canadian harus diberikan profilaksis asiklovir
Pediatric Society (1992) adalah :2 intravena kepada bayi selama 5-7 hari
dengan dosis 3 x 10 mg/kgBB/hari.5
1. Pemeriksaan kultur perlu Infeksi herpes simplek pada
dilakukan pada wanita hamil neonatus prognosisnya buruk bila tidak
dengan lesi yang diduga sebagai diobati. Penelitian pengobatan dengan
151
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 144 - 154

asiklovir 10 mg/kgBB/hari tiap 8 jam ada bukti-bukti yang menunjukkan


selama 10-21 hari atau Ara-A 30 mg/ kemungkinan gangguan pada janin
kgBB/hari menurunkan angka kematian yang diakibatkan terapi dengan
dibandingkan dengan penderita yang asiklovir selama kehamilan pada
tidak mendapatkan pengobatan. Cara trimester berapapun. Namun demikian
pengobatan ini juga dapat mencegah rekomendasi dari ACOG, The Center for
progresivitas penyakit (infeksi herpes Disease Control and Prevention (CDC)
pada susunan syaraf pusat atau infeksi serta pabrik yang memproduksinya
diseminata). Oleh karena itu lesi kulit sendiri adalah agar asiklovir hanya
sangat penting untuk menentukan ada/ dipakai pada kasus-kasus infeksi yang
tidaknya infeksi HSV pada neonatus.5 sangat parah, dan tidak dipakai untuk
terapi pada infeksi rekuren atau untuk
Penggunaan terapi antivirus pada terapi supresi terhadap kemungkinan
masa kehamilan reaktivasi.2
Saat ini didapatkan tiga jenis Dosis asiklovir yang pernah
terapi antivirus oral untuk infeksi HVS diteliti dan diberikan pada wanita hamil
genital yaitu : asiklovir, famsiklovir dan dengan episode pertama infeksi herpes
valasiklovir. Ketiganya diindikasikan genitalis adalah 3 x 400 mg /hari per
untuk terapi pada reaktivasi infeksi oral mulai pada usia kehamilan 36
herpes genitalis. Namun hingga saat minggu hingga kelahiran. Ternyata
ini hanya asiklovir yang diindikasikan tidak ada diantara pasien yang diteliti
untuk pengobatan episode tertama tersebut yang mengalami infeksi
herpes genitalis dan terapi supresi pada rekuren saat persalinan. Lebih jauh
reaktivasi. Jika dipakai untuk infeksi lagi pemberian asiklovir ternyata
primer, obat ini dapat mengurangi durasi tidak meningkatkan angka kejadian
penyakit rasa nyeri, dan pembentukan pelepasan virus asimtomatik. Penelitian
lesi baru dan waktu pemulihan. Obat lain menyimpulkan bahwa pemberian
ini efektif untuk menekan kekambuhan asiklovir 3 x 200 hingga 400 mg sehari
pada pemakaian jangka panjang. Episode ditoleransi sangat baik pada kehamilan
awal herpes genitalis pada kehamilan trimester akhir. Asiklovir akan
dengan gejala yang berat dianjurkan didapatkan pada cairan ketuban namun
untuk diberikan asiklovir oral 5 x 200 tidak terakumulasi atau menyebabkan
mg/hari selama 7-10 haris.4,5,9 Terapi gangguan pada janin. Asiklovir juga
asiklovir untuk supresi telah terbukti dapat melewati plasenta dengan cara
menurunkan angka rekurensi pada transportasi aktif.2,6
pasien yang mengalami enam kali atau
lebih reaktivasi per tahun. Terapi ini Simpulan
juga dianjurkan untuk wanita hamil Herpes genitalis pada kehamilan
dalam upaya menurunkan kemungkinan adalah infeksi herpes simpleks virus
rekurensi pada saat persalinan sehingga (HSV) yang mengenai alat genital dan
mengurangi tindakan seksio sesarea sekitarnya pada wanita hamil. Bila pada
atas indikasi gejala HSV aktif pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu
saat persalinan. Hingga saat ini belum mendapat perhatian yang serius, karena
152
Ni Ketut Somoyani, Luh Kadek Alit Arsani�����������������������
(Herpes genetalis...)
����������������������

melalui plasenta virus dapat sampai ke menderita infeksi primer, misalnya


sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan dengan menentukan tipe spesifik
kerusakan atau kematian pada janin. Pada serologik. Apabila benar segera berikan
penelitian diAmerika Serikat antara tahun terapi asiklovir per oral tergantung berat
1989 hingga tahun 1993 mendapatkan ringannya penyakit atau gejala.
bahwa sedikitnya 2% wanita hamil Pada kasus dengan riwayat infeksi
mendapatkan infeksi HSV pada saat rekurens sebaiknya diberi tanda pada
kehamilannya. Bila serokonversi catatan rekam medik ibu dan bayi dan
terjadi secara lengkap sebelum proses berikan pendidikan tentang penyakit
persalinan tidak didapatkan gangguan herves neonatus pada pasangan orang
terhadap kehamilannya, namun bila tua tersebut. Pada awal persalinan segera
infeksi didapatkan pada masa dekat lakukan pemeriksaan untuk mencari lesi
dengan waktu persalinan tampak dari herpes.
peningkatan morbiditas perinatal serta Pemberian asiklovir supresi pada
peningkatan angka kejadian herpes akhir kehamilan (2-4 minggu menjelang
neonatal. persalinan) dengan tujuan mengurangi
Wanita hamil yang belum angka seksio sesarea..Apabila tidak
mempunyai antibodi terhadap HSV, terdapat lesi maka persalinan dapat
sebagian besar akan mengalami infeksi berlangsung pervaginam karena risiko
herpes genitalis secara klinis, bila terpapar herpes neonatal rendah. Namun bila bayi
pasangan seksual yang mempunyai menunjukkan gejala herpes neonatal
lesi herpes genitalis aktif. Sedangkan dapat dimulai pemberian asiklovir. Bila
wanita hamil yang secara serologis ibu mengidap herpes genitalis primer
tidak menderita infeksi HSV pada pada saat persalinan pervaginam, harus
awal kehamilannya namun mempunyai diberikan profilaksis asiklovir intravena
pasangan positif terhadap HVS-2 kepada bayi selama 5-7 hari dengan
sekitar 13% akan menderita herpes dosis 3 x 10 mg/kgBB/hari.
genitalis pada saat persalinan dengan Tiga jenis terapi antivirus oral
duapertiganya tidak menunjukkan gejala untuk infeksi HSV genital yaitu :
klinis (asimtomatik) asiklovir, famsiklovir dan valasiklovir.
Infeksi herpes pada neonatal dapat Ketiganya diindikasikan untuk terapi
terjadi karena pada masa kontak antara pada reaktivasi infeksi herpes genitalis.
bayi dan virus yang hidup. Infeksi ini Dosis asiklovir yang pernah diteliti dan
dapat terjadi pada masa intrauterine, diberikan pada wanita hamil dengan
perinatal ataupun postnatal. Umummnya episode pertama infeksi herpes genitalis
transmisi dari ibu ke janin terdapat pada adalah 3 x 400 mg /hari per oral mulai
masa perinatal. Risiko penularan infeksi pada usia kehamilan 36 minggu hingga
pada bayi baru lahir juga bervariasi kelahiran.
sesuai dengan katagori infeksi pada ibu
dan jenis persalinan. Daftar Pustaka
Penatalaksanaan infeksi primer 1. Djuanda, A., editor. Ilmu Penyakit
dalam kehamilan, pertama-tama harus Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-3.
ditentukan dulu apakah benar si ibu Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
153
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 144 - 154

Kedokteran Universitas Indonesia ; Available: http://lenteraimpian.


2002. wordpress.com/2010/02/24/
2. Daili, F.A., dkk, editor. Infeksi pelvicinflamantory-disease-pid-
Menular Seksual. Edisi ke-3. penyakit-radang-panggul-prp/.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Accessed: November 7th 2010 ;
Kedokteran Universitas Indonesia ; 2008.
2005. 6. Cunnningham, F.G., et al. Penyakit
3. World Health Organization. Menular Seksual. In: Williams
Sexually Transmitted Diseases And Obstetrics. Edisi ke-21, Volume
Other Reproductive Tract Infections ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
; A Guide To Essential Practice. Kedokteran EGC. page 1662-1694
Available: http://whqlibdoc.who. ; 2006.
int/publications/2005/9241592656. 7. Holmes, K.K., Adimora, A.A.,
pdf. Accessed: November 7th 2012 editors. Sexually Transmitted
; 2005. Diseases. 2nd edition. Singapore:
4. Klausner, J.D., Hook III, E.W., The McGraw-Hill Companies, Inc ;
editors. A Lange Medical Book ; 1994.
Current Diagnosis And Treatment 8. Krieger, J.N. Sexually Transmitted
Of Sexually Transmitted Diseases. Diseases. In: Tanagho, E.A.,
International edition. United States McAninch, J.W., editors. A Lange
Of America: The McGraw-Hill Medical Book ; Smith’s General
Companies, Inc ; 2007. Urology. 17th edition. United States
5. Anonim. Infeksi Saluran Of America: The McGraw-Hill
Reproduksi (ISR) Dan Penyakit Companies, Inc. page 235-245 ;
Menular Seksual (PMS). 2008.

154
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA
TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN
DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN BEROBAT
DI KLINIK TUNJUNG BIRU TAHUN 2012

Kadek Anggie Wisandewi Mayun1, Ni Nyoman Suindri2, Ni Wayan Armini3

Abstract. Knowledge of Sexually Transmitted Infections was very important


for housewives, who suffer from the disease. Support from their husbands will
be motivated in dealing with their condition. The purpose of this research was
to analyze the relationship of housewives knowledge about STI’s and husbands
support by having adhevence of treatment. This research was an observational
analytic study which used cross-sectional approach. There were 45 sample �������
housewives who had STI’s of condyloma and candidiasis. The statistical test
used “chi square” through computerization. The results showed that the
majority of respondents had less knowledge and did treatment disobediently
(70.0%). The value of p = 0.045 and CI = 1.006-12.179, there was a significant
relationship between housewives knowledge about STI’s and their adhevence of
treatment. Respondents who didn’t get any support from their husband wouldn’t
have any adhevence in doing the treatment (82.6%). The statistic test of fisher
exact it was found that p = 0.001 and CI = 3.718-70.142. There was a very
significant relationship between husbands support and adhevence of treatment.
Recommended to health workers to provide better service to the patiences both
in giving early detection as well as the treatment in order to improve the family’s
health.

Keywords : Knowledge; Support; Adhevence; Sexually Transmitted Infections.

Abstrak. Pengetahuan tentang IMS sangat penting bagi ibu rumah tangga,
yang menderita penyakit tersebut. Dukungan dari suami akan memotivasi
dalam menghadapi kondisi mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis hubungan pengetahuan ibu rumah tangga tentang IMS dan
dukungan suami dengan kepatuhan berobat. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Ada
45 ibu rumah tangga yang memiliki jenis IMS kondiloma dan kandidiasis. Uji
statistik yang digunakan “ chi square “ melalui komputerisasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang kurang
dan melakukan pengobatan tidak patuh ( 70,0 % ). Nilai p = 0,045 dan CI =
1,006-12,179, ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu rumah
tangga tentang IMS dan kepatuhan berobat. Responden yang tidak mendapatkan
dukungan dari suami mereka tidak memiliki kepatuhan dalam melakukan
pengobatan ( 82,6 % ). Dari uji statistik Fisher ditemukan bahwa p = 0,001 dan
1 Asisten dr I Made AriyanaSpOG di Kasih Medika, 2,3 Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar

155
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 155 - 162

CI = 3,718-70,142. Ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan suami


dan kepatuhan berobat. Direkomendasikan kepada petugas kesehatan untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada patiences baik dalam memberikan
deteksi dini serta pengobatan dalam rangka meningkatkan kesehatan keluarga.

Kata Kunci : pengetahuan, dukungan, kepatuhan, Infeksi Menular Seksual

Pengetahuan tentang infeksi menular melakukan pengobatan secara rutin, 8%


seksual melakukan pengobatan secara rutin.
Infeksi Menular Seksual (IMS) Penelitian ini bertujuan untuk me-
merupakan infeksi yang menular ngetahui hubungan pengetahuan ibu
melalui hubungan seksual. Penularan rumah tangga tentang infeksi menular
IMS tidak hanya pada orang yang seksual (IMS) dan dukungan suami
berisiko seperti pekerja seks komersial dengan kepatuhan berobat di Klinik
(PSK) dan pelanggan PSK, tetapi sudah Tunjung Biru Puskesmas II Denpasar
menjangkau orang yang memiliki faktor Selatan tahun 2012.
risiko rendah seperti ibu rumah tangga.
Pada kasus IMS yang dialami ibu Metode
rumah tangga tidak terlepas dari peran Jenis penelitan ini analitik�
seorang suami di dalam keluarga. Kasus observasional, dengan pendekatan yang
IMS yang tercatat dari tahun 2011 digunakan cross sectional. Penelitian
hingga 2012, pada kasus kondiloma dilakukan di Puskesmas II Denpasar
terjadi peningkatan kejadian dari data Selatan, yang memiliki Klinik Infeksi
yang tercatat tahun 2011 yaitu 42,65% Menular Seksual (IMS) bernama
kasus meningkat menjadi 44,21% Tunjung Biru pada bulan November-
kasus. Kasus kandidiasis vulvovaginal Desember 2012. Sampel yang
dari 13,79% menjadi 30,61% juga digunakan adalah ibu rumah tangga
mengalami peningkatan angka kejadian. yang mengalami IMS jenis kondiloma
Peningkatan angka tersebut terbagi dan candidiasis baik pasien baru
dalam kasus baru dan kasus lama yang maupun pasien lama, yang memiliki
belum tertangani secara optimal�.1,2 sikap atau motivasi dan keyakinan diri,
Studi pendahuluan yang dilakukan sudah mendapatkan informasi tentang
di Puskesmas II Denpasar Selatan IMS. Teknik sampling dalam penelitian
dengan cara wawancara tercatat 24 ini adalah teknik non probability
kasus IMS pada bulan Juli 2012. Dari consecutive sampling. Jumlah responden
24 pasien tersebut, terdapat 66,67% ibu sebanyak 45 orang. Pengumpulan
yang kurang mengetahui tentang IMS, data untuk variabel pengetahuan
33,33% ibu mengetahui tentang IMS. dan dukungan yaitu menggunakan
Dukungan suami terhadap pengobatan kuisioner sedangkan untuk variabel
istri, didapatkan 62,50% yang tidak kepatuhan berobat menggunakan
didukung oleh suami, 37,5% didukung. teknik observasi langsung. Tingkat
Berdasarkan pengkajian sesuai register pengetahuan dikategorikan ke dalam
tercatat 92% ibu dengan IMS tidak tiga kelompok yaitu baik, cukup, dan

156
Kadek Anggie Wisandewi Mayun, NN Suindri, NW Armini ��������������������������
(Hubungan pengetahuan...)

kurang. Dukungan suami dikategorikan 2. Dukungan Suami Pada Ibu Rumah


dalam dua kelompok yaitu didukung Tangga yang Mengalami IMS
dan tidak didukung. Kepatuhan berobat Berdasarkan tabel 2 di bawah
dikategorikan menjadi dua yaitu patuh dari 45 subjek penelitian, subyek
�������������
tidak
dan tidak patuh. Analisis menggunakan mendapat dukungan suami dan yang
uji statistik chi square (X2). Apabila hasil mendapat dukungan jumlahnya hampir
penelitian tidak memenuhi syarat uji chi sama.
square yaitu hasil pengamatan dalam Tabel 2
sel kurang dari 5 maka akan digunakan Distribusi Frekuensi Dukungan Suami
uji fisher exact�.3,4,5 Subjek Penelitian yang Mengalami
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Hasil
Puskesmas II Denpasar Selatan Dukungan suami f %
berdiri sejak tahun 1983, terletak di Didukung 22 48,9
Jalan Danau Buyan III, kelurahan Tidak didukung 23 51,1
Sanur, merupakan salah satu dari Jumlah 45 100,0
empat Puskesmas yang ada di wilayah
Denpasar Selatan yang memiliki klinik 3. Kepatuhan Berobat Ibu Rumah
IMS yaitu Klinik Tunjung Biru. �����
Dari Tangga yang Mengalami IMS
45 orang responden, umur mayoritas Berdasarkan tabel 3 dari 45 subjek
(53,33%) subjek penelitian memiliki penelitian, ditemukan �������������
lebih banyak
rentangan 20-25 tahun dan (57,78%) subjek penelitian tidak patuh berobat.
memiliki tingkat pendidikan dasar.
Tabel 3
1. Pengetahuan Subjek Penelitian Distribusi Frekuensi Kepatuhan
tentang Infeksi Menular Seksual Berobat Subjek Penelitian yang
(IMS) Mengalami Infeksi Menular Seksual
Berdasarkan tabel 1 ditemukan (IMS)
mayoritas subjek penelitian memiliki
pengetahuan cukup, hampir sebagian Kepatuhan berobat f %
memiliki pengetahuan kurang dan tidak Patuh 21 46,7
ada yang memiliki pengetahuan baik.
Tidak patuh 24 53,3
Jumlah 45 100,0
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Tingkat
Pengetahuan Subjek Penelitian tentang 4. Hubungan Pengetahuan Ibu
Infeksi Menular Seksual (IMS) Rumah Tangga tentang IMS
dengan Kepatuhan Berobat Ibu
Pengetahuan f % Berdasarkan tabel 4, sebagian
besar subjek penelitian berpengetahuan
Cukup 25 55,6 kurang memiliki ketidakpatuhan
Kurang 20 44,4 dalam berobat, dan mayoritas yang
berpengetahuan cukup patuh dalam
Jumlah 45 100,0 berobat.

157
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 155 - 162

Tabel 4 Hubungan antara dukungan suami


Hubungan Pengetahuan Ibu tentang dengan kepatuhan berobat dianalisis
IMS dengan Kepatuhan Berobat pada menggunakan uji alternatif fisher exact
Ibu Rumah Tangga yang Mengalami karena terdapat hasil pengamatan dalam
IMS sel kurang dari 5 sehingga uji Chi
square tidak digunakan. Hasil analisis
Kepatuhan didapatkan bahwa nilai p=0,001. Hasil
Penge- Tidak Nilai Nilai CI
analisis tersebut menunjukkan bahwa
tahuan Patuh Patuh n p<0,05, yang berarti ada hubungan yang
X2 p 95%
f % f % sangat signifikan antara dukungan suami
Cukup 15 60 10 40 25 1,006– dengan kepatuhan berobat pada ibu
4,018 0,045
Kurang 6 30 14 70 20 12,179 rumah tangga yang mengalami IMS.

Hubungan antara pengetahuan ibu Pembahasan


rumah tangga tentang infeksi menular Pengetahuan ibu rumah tangga
seksual (IMS) dengan kepatuhan tentang IMS merupakan sesuatu yang
berobat dianalisis menggunakan uji harus dimiliki untuk memberikan suatu
Chi-Square. Hasil analisis didapatkan keinginan dalam kehidupan sehari-
bahwa nilai p=0,045. Hasil analisis hari agar dapat terhindar ataupun
tersebut menunjukkan bahwa p<0,05, dapat sembuh dengan baik dari IMS.
yang berarti adanya hubungan yang Meningkatnya pengetahuan dapat
signifikan antara pengetahuan ibu rumah menimbulkan perubahan persepsi
tangga tentang infeksi menular seksual dan kebiasaan seseorang karena dari
(IMS) dengan kepatuhan berobat. pengalaman dan penelitian ternyata
tindakan yang didasari oleh pengetahuan
5. Hubungan Dukungan Suami akan lebih bertahan lama daripada yang
dengan Kepatuhan Berobat Ibu tidak didasari oleh pengetahuan�.6
Berdasarkan tabel 5, ��������������������
lebih banyak subjek Hasil ini diperkuat oleh Birsen
penelitian yang tidak mendapat dukungan (2007) di Turki yang menyatakan bahwa
suami memiliki ketidakpatuhan dalam pengetahuan ibu rumah tangga tentang
berobat, dan mayoritas yang mendapat Infeksi Menular Seksual dalam tingkat
dukungan suami memiliki kepatuhan yang cukup. Hasil penelitian ini berbeda
dalam berobat. dengan Lupiwa (1996) di Papua Nugini
yang menyatakan bahwa pengetahuan
Tabel 5 perempuan tentang IMS masih kurang.
Hubungan Dukungan Suami dengan Hal ini sama dengan penelitian
Kepatuhan Berobat pada Ibu Rumah Amelinda (2011) di Kecamatan Astana
Tangga yang Mengalami IMS Anyar yang menyatakan bahwa 90,70%
tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah
Kepatuhan
Nilai tangga tentang Infeksi Menular Seksual
Tidak Fisher’s Nilai
Dukungan
Patuh
Patuh n
exact p
CI 95% masih kurang.7,8,9
Suami f % f % test Faktor-faktor yang mempengaruhi
Didukung 17 77,3 5 22,7 22 pengetahuan seseorang yaitu : umur,
3,718 –
Tidak 16,200 0,001
70,142 pendidikan dan sumber informasi.
4 17,4 19 82,6 23
didukung Pada penelitian ini, subjek penelitian
158
Kadek Anggie Wisandewi Mayun, NN Suindri, NW Armini ��������������������������
(Hubungan pengetahuan...)

yang tingkat pengetahuannya cukup dan mengurusi anak. Sesuai dengan


memiliki rentang umur 20-35 tahun dan teori alasan ini dapat mempengaruhi
memiliki tingkat pendidikan menengah kepatuhan subjek penelitian dalam
dan tinggi. Makin tua umur seseorang berobat. Menurut Haynes dalam
maka proses-proses perkembangan Fransiska (2011) faktor modifikasi dan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pemicu perilaku kepatuhan, meliputi
pada umur tertentu bertambahnya proses sosialdemografi, struktural, dan
perkembangan mental ini tidak secepat pemungkin. Faktor sosialdemografi
seperti ketika belasan tahun. Makin salah satu diantaranya adalah : jumlah
tinggi tingkat pendidikan seseorang, anak dalam keluarga, dan jumlah
maka makin mudah memperoleh dan anggota keluarga.12
menangkap informasi yang diberikan Faktor-faktor lain yang
begitu pula sebaliknya.5 mempengaruhi kepatuhan menurut
Faktor-faktor yang mempengaruhi Niven (2002) yaitu, sikap atau motivasi
sebuah dukungan adalah pengetahuan, ingin sembuh, keyakinan penderita,
status perkawinan, sosioekonomi dan serta dukungan orang terdekat seperti
latar belakang budaya. Friedman (1998) suami. Motivasi individu ingin tetap
menyatakan bahwa faktor ekonomi mempertahankan kesehatannya sangat
dapat mempengaruhi keharmonisan berpengaruh terhadap faktor-faktor
keluarga.10 yang berhubungan dengan perilaku
Selain faktor sosioekonomi, penderita dalam kontrol penyakitnya.
subjek penelitian sebagian besar berasal Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian
dari Bali di mana yang diketahui Pujiyanto (2008) yang menyatakan
memiliki ideologi patriarki. Dalam motivasi positif/ingin sembuh dan
kehidupan seksual laki-laki lebih peran anggota keluarga (suami) yang
berperan dibandingkan perempuan. menunjukkan sikap caring kepada
Hal ini sangat berhubungan dengan isteri sangat berperan penting terhadap
perilaku suami di Bali saat ini di mana kepatuhan minum obat.13,14
seorang suami yang bersikap acuh tak Dukungan dari orang terdekat akan
acuh terhadap istrinya. Suami mungkin sangat membantu melahirkan motivasi
telah memberi nafkah kepada istri dan yang besar dan keyakinan pasien untuk
anak namun biaya saja tidak cukup sembuh sehingga pasien/individu lebih
tanpa disertai dengan dukungan moral disiplin dalam melakukan pengobatan.
sehingga terjadilah suatu keadaan yang Berdasarkan teori Skiner kepatuhan
tidak mendukung sebuah proses baik itu penderita untuk berobat dipengaruhi
dalam jasmani maupun rohani atau lebih oleh peran keluarga. Hasil penelitian
mengkerucut pada proses pengobatan Oesman (1993) di Tanggerang, di mana
yang dibahas dalam penelitian ini.11 kepercayaan mempengaruhi keteraturan
Alasan yang sering dilontarkan minum obat. Menurut Krech kepercayaan
subjek penelitian adalah merasa dirinya dapat tumbuh jika orang berulang-ulang
sudah tidak memerlukan pengobatan kali mendapat informasi.5,15,16,17
karena tidak ada keluhan yang sangat Hubungan antara pengetahuan ibu
mengganggu mereka. Alasan lain rumah tangga tentang infeksi menular
subjek penelitian tidak patuh karena seksual (IMS) dengan kepatuhan
repot dengan pekerjaan di rumah, berobat dianalisis menggunakan uji
159
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 155 - 162

Chi-Square. Hasil analisis didapatkan positif dan bermakna antara dukungan


bahwa nilai p=0,045. Hasil analisis sosial keluarga dengan kepatuhan pasien
tersebut menunjukkan bahwa p<0,05, DM dalam melaksanakan program
yang berarti adanya hubungan yang diet�.20,21
signifikan antara pengetahuan ibu rumah
tangga tentang infeksi menular seksual Simpulan dan Saran
(IMS) dengan kepatuhan berobat. Kesimpulan dari penelitian ini
Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil adalah sebagai berikut : Hampir sebagian
penelitian yang menyatakan bahwa ada ibu rumah tangga memiliki pengetahuan
hubungan antara pengetahuan dengan yang kurang tentang Infeksi Menular
kepatuhan terapi ARV pada ODHA. Seksual (IMS). Sebagian suami
Penelitian Ariani (2011) di Medan juga dari ibu yang mengalami IMS tidak
menyatakan bahwa terdapat hubungan memberikan dukungan. Sebagian ibu
positif antara pengetahuan penderita rumah tangga tidak patuh dalam berobat.
tuberkulosis paru dengan kepatuhan Ada hubungan yang signifikan antara
dalam program pengobatan tuberkulosis pengetahuan ibu rumah tangga tentang
paru. Hal ini dapat dimengerti bahwa Infeksi Menular Seksual (IMS) terhadap
penderita yang mempunyai pengetahuan kepatuhan berobat. Ada hubungan yang
baik cenderung akan patuh dalam minum sangat signifikan antara dukungan suami
obat, sesuai dengan teori perilaku yang terhadap kepatuhan�������������������
responden berobat.
mengatakan bahwa perilaku seseorang Berdasarkan hasil penelitian yang
terhadap sesuatu akan sesuai dengan telah dilakukan maka dapat diajukan
tingkat pemahaman terhadap sesuatu saran kepada pihak Puskesmas agar
tersebut.18,19 dapat lebih memberikan pelayanan
Hubungan antara dukungan suami konseling mengenai IMS baik dalam
dengan kepatuhan berobat dianalisis deteksi dini maupun pengobatan guna
menggunakan uji alternatif fisher exact meningkatkan kesehatan keluarga
karena terdapat hasil pengamatan dalam terutama kepada pasangan suami.
sel kurang dari 5 sehingga uji Chi
square tidak digunakan. Hasil analisis Daftar Pustaka
didapatkan bahwa nilai p=0,001. Hasil
������ 1. Manuaba. Memahami Kesehatan
ini menunjukkan ada hubungan yang Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta:
sangat signifikan antara dukungan EGC; 2009.p.41-42
suami dengan kepatuhan berobat pada 2. Profil Puskesmas II Denpasar
ibu rumah tangga yang mengalami Selatan tahun 2012
IMS. Dalam penelitian Coffman (2008) 3. Saryono. Metodelogi Penelitian
di Puerto Rico menyatakan bahwa Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
keluarga merupakan sumber dukungan Cindikia; 2010.p.73
yang paling utama. Disampaikan 4. Arikunto. Penelitian Suatu
bahwa dukungan dari keluarga Pendekatan Praktis, Edisi Revisi.
berkaitan erat dengan kepatuhan pasien Jakarta: Rineka Cipta; 2006.p.194-
terhadap pengobatan, sehingga akan 197
mempengaruhi kualitas hidupnya. 5. Notoadmodjo. Metodelogi Pene-
Penelitian Linggar (2010) di Cimahi litian Kesehatan Edisi Revisi.
menunjukkan bahwa ada hubungan Jakarta: PT Rineka Cipta; 2005

160
Kadek Anggie Wisandewi Mayun, NN Suindri, NW Armini ��������������������������
(Hubungan pengetahuan...)

6. Notoadmodjo. Pendidikan dan Denpasar: Universitas Udayana;


Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT 2006
Rineka Cipta; 2003.p.127-130 12. Fransiska, B. Hubungan
7. Birsen. The Relation Between Karakteristik Keluarga, Balita dan
Anxiety and Knowledge Level Kepatuhan Dalam Berkunjung Ke
of Women Working in Brothel Posyandu Dengan Status Gizi Balita
and Housewives About Sexually Di Kabupaten Kota Baru Abepura
Transmitted Diseases, Erciyes Jayapura (Thesis): Universitas
Medical Journal. 2007: vol 29(6); Indonesia; 2011
456-466 [accessed 24 Januari 2013] 13. Niven, N. Psikologi Kesehatan
available from: http://www.doaj. Pengantar untuk Perawat dan
org/ Profesional Kesehatan Lain. Jakarta:
8. Lupiwa, S. Knowledge about EGC; 2002
Sexually Transmitted Diseases in 14. Pujiyanto. Faktor Sosio Ekonomi
Rural and Periurban Communities yang Mempengaruhi Kepatuhan
of the Asaro Valley of Eastern Minum Obat Antihipertensi, Jurnal
Highlands Province: The Health Kesehatan Masyarakat Nasional.
Education Component of an STD 2008; vol.3 no. 3 [accessed 15
Study, Papua New Guinea Medical Januari 2013] available from: http://
Journal. 1996; vol 39: 243-247 isjd.pdii.lipi.go.id
[accessed 24 Januari 2013] available 15. Nilasari. Pengaruh Pengetahuan
from: http://www.hawaii.edu Penderita TB Paru, Faktor Pelayanan
9. Amelinda, dkk. Gambaran Kesehatan dan Pengawasan Menelan
Pengetahuan Sikap dan Perilaku Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan
Tentang Infeksi Menular Seksual Berobat Di Puskesmas Amplas
Pada Kelompok Wanita Di Kota Medan (Skripsi): Universitas
Kecamatan Astana Anyar yang Sumatra Utara; 2011
Mengunjungi Klinik X Untuk 16. Oesman, B.H. Faktor-Faktor yang
Melakukan Pap Smears (jurnal). Berhubungan Dengan Keteraturan
2011 [accessed 14 Januari 2013] Berobat Penderita Kusta Di
available from: http://repository. Kabupaten Tanggerang Tahun 1989-
maranatha.edu.journal.pdf 1991 (Thesis). Jakarta: Program
10. Friedman. Keperawatan Keluarga: Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan
Teori dan Praktek. Jakarta: EGC; Masyarakat, UI; 1991
1998 17. Sarwoto, S. Sosiologi Kesehatan,
11. Sudarta, W. Distribusi Kekuasaan Beberapa Konsep Beserta
Suami Istri Rumah Tangga Petani Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah
Lapisan Bawah pada Beragam Mada University Press; 1997
Pekerjaan Pertanian Sawah dan 18. Anggipita. Hubungan Antara
Rumah Tangga: Studi Kasus di Pengetahuan, Motivasi, dan
Desa Sobagan Kecamatan Mengwi Dukungan Keluarga Dengan
Kabupaten Badung. Dalam Buku Kepatuhan Terapi ARV ODHA,
Kembang Rampai Wanita Bali. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

161
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 155 - 162

2010; vol 5(2): 131-137 [accessed Diabetes Self-Efficacy: A Study of


24 September 2012] Available from: Hispanic Older Adults, Journal of
http://journal.unnes.ac.id/index. Gerontological Nursing. 2008; vol
php/kemas 34(4): 32-39 [accessed 24 Januari
19. Ariani, Y. Hubungan Pengetahuan 2013] available from: http://www.
Penderita Tuberkulosis Paru healio.com
Dengan Kepatuhan Dalam Program 21. Linggar. Hubungan Antara
Pengobatan Tuberkulosis Paru Di Dukungan Sosial Keluarga Dengan
Puskesmas Teladan Medan, Jurnal Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus
Ilmiah Pendidikan Tinggi. 2011; Dalam Melaksanakan Program Diet
vol 4 no. 3: 138-142 [accessed 14 Di Poli Penyakit Dalam RSUD
Januari 2013] available: http:// Cibabat Cimahi, Jurnal Penelitian
jurnal.pdii.lipi.go.id Kesehatan Suara Forikes. 2010
20. Coffman, M.J. Effect of Tangible [accessed 17 Januari 2013]
Social Support and Depression on available: http://isjd.pdii.lipi.go.id

162
PROGRAM ANTENATAL CLASS MENINGKATKAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DALAM
MENYUKSESKAN INISIASI MENYUSU DINI
Ni Nyoman Sumiasih1

Abstract. Early Breastfeeding initiation increases exclusive breastfeeding. This


research is aimed at knowing the effect of ante natal class to the knowledge and
attitude of pregnant mothers and to the success of early breastfeeding. The type of
the research is a literary research by researching literature related to ante natal
class/classes for pregnant women, early breastfeeding initiation and exclusive
breastfeeding. From the research it is found that through ante natal class,
pregnant women obtained information and training about mother’s and baby’s
health which comprises of pregnancy, physical changes and conditions during
pregnancy, pregnancy care, delivery followed by early breastfeeding initiation,
childbed, the baby, myths/beliefs/local customs, contagious diseases and birth
registration. Through the acceptance of early breastfeeding initiation material
in ante natal class, it is expected that pregnant women will have the knowledge
and understanding concerning early breastfeeding initiation which eventually
form a positive attitude towards early breastfeeding initiation. Based on good
knowledge and a positive attitude regarding early breastfeeding initiation, it
is hoped that its implementation will be successful and eventually will increase
exclusive breastfeeding.
Thus, it is advised that mother and child health care institutions conduct ante natal
class programs to support the successful implementation of early breastfeeding
initiation, to obtain healthy and qualified human resources.

Keywords: ante natal class, knowledge, attitude, early breastfeeding initiation

Abstrak. Inisiasi menyusu dini (IMD) meningkatkan pemberian air susu ibu
(ASI) eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak antenatal
kelas terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil serta keberhasilan IMD. Jenis
penelitian ini adalah studi pustaka dengan melakukan penelusuran literatur-
literatur yang berkaitan dengan antenatal kelas/kelas ibu hamil, IMD, dan ASI
eksklusif. Dari penelusuran tersebut ditemukan bahwa melalui antenatal kelas,
ibu- hamil mendapat informasi dan pelatihan seputar kesehatan ibu dan bayi
yang meliputi kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan berikut IMD, nifas, bayi, mitos/kepercayaan/
adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran. Melalui penerimaan
materi IMD saat antenatal kelas, mengakibatkan ibu hamil memiliki pengetahuan
dan pemahaman berkaitan dengan IMD yang akhirnya akan membentuk sikap
yang positif mengenai IMD. Berdasarkan pengetahuan yang baik dan sikap yang

1 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar

163
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 163 - 175

positif tentang IMD maka pelaksanaannya dapat berhasil dengan baik, yang
pada akhirnya akan bisa meningkatkan pemberian ASI ekslusif.
Oleh karena itu disarankan kepada institusi pelayanan kesehatan ibu dan bayi
untuk melaksanakan program antenatal kelas untuk mendukung keberhasilan IMD
dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas

Kata Kunci : antenatal kelas, pengetahuan, sikap, inisiasi menyusu dini

Sehat merupakan dambaan dan Pilar ke dua menjaga lingkungan yang


salah satu hak dasar manusia,,juga sehat misalnya menanamkan kebiasaan
merupakan faktor yang sangat mencuci tangan untuk mencegah
menentukan dalam pembangunan penyakit menular. Pilar ketiga yakni
sumber daya manusia (SDM) bersama pelayanan kesehatan berkualitas. Untuk
faktor pendidikan dan ekonomi yang memberikan pelayanan kesehatan
menjadi ukuran untuk menentukan terbaik, para dokter, perawat dan bidan
indeks pengembangan SDM. Oleh terus menimba dan memperdalam ilmu
karena itu, tepat sekali pernyataan yang dalam bidangnya masing-masing untuk
mengemukakan bahwa, “Sehat memang diterapkan kepada pasien.
bukan segalanya, tetapi apabila tidak Sesuai dengan semangat
sehat, maka segalanya tidak ada Pancasila dan unsur paradigma nasional
artinya”. Oleh karena itu, sehat perlu lainnya, maka setiap kegiatan dan
diupayakan, dan diperjuangkan seluruh upaya untuk meningkatkan derajat
lapisan masyarakat. Sehingga, sangat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tepat kementrian kesehatan mengangkat tingginya dilaksanakan berdasarkan
tema hari kesehatan nsional ke 47 “ prinsip nondiskriminatif, partisipatif,
Indonesia Cinta sehat” Tema tersebut perlindungan, dan berkelanjutan
mengamanatkan agar seluruh komponen yang sangat penting artinya bagi
bangsa, baik masyarakat, swasta/dunia pembentukan sumber daya manusia
usaha, maupun pemerintah bekerja sama Indonesia, peningkatan ketahanan dan
untuk mencapai kesehatan Indonesia daya saing bangsa, serta pembangunan
cinta sehat menggambarkan tiga pilar nasional. Kaitan Pancasila sebagai
semangat seluruh masyarakat Indonesia, dasar negara terhadap sektor kesehatan,
yakni berperilaku sehat, menjaga haruslah diarahkan untuk menghasilkan
lingkungan yang sehat, dan mendapatkan sumber daya manusia (SDM) bangsa
pelayanan yang berkualitas. Pilar sebagai manusia Indonesia yang
pertama berprilaku hidup sehat seperti: seutuhnya, sehat fisik dan mental.
melahirkan di tenaga kesehatan, Sumber daya manusia bangsa seperti
memberikan ASI eksklusif dsb. Untuk ini hanya akan terwujud apabila nilai-
meyakinkan hal tersebut pada tanggal 27 nilai yang terkandung di dalam tiga pola
Desember 2011, menteri kesehatan telah hubungan manusia yaitu: 1) manusia
menanda tangani Permenkes Nomor dengan Sang Pencipta yang tergambar
2562/Menkes/Per/XII/2011 tentang dari sifat keimanan dan ketaqwaannya,
Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. 2) manusia dengan manusia lain yang
164
Ni Nyoman Sumiasih�������������������������������������������
(Program antenatal class meningkatkan...)
������������������������������������������

tergambar dari moral dan ahlak yang dini, pemberian ASI eksklusif dan
dimiliki; dan 3) hubungan manusia dan banyak program lainnya lagi. Melalui
lingkungannya yang tergambar dalam program-program ini diharapkan SDM
terhadap peraturan dan perundangan bangsa Indonesia berikutnya akan
tentang lingkungan yang teraplikasi lebih terjamin kesehatannya dan lebih
dalam kehidupan sehari-hari3. Undang- berkualitas.
undang Republik Indonesia Nomor Kualitas manusia dalam
36 tahun 2009 tentang kesehatan pembangunan suatu bangsa harus
mengamanatkan bahwa pembangunan dimulai sedini mungkin, sejak bayi
kesehatan harus ditujukan untuk dalam kandungan. Salah satu faktor
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan yang memegang peranan penting
kemampuan hidup sehat masyarakat dalam peningkatan kualitas SDM
yang setinggi-tingginya, sebagai adalah pemberian ASI secara eksklusif.
investasi bagi pembangunan sumber daya Pemberian ASI eksklusif memegang
masyarakat. Pembangunan kesehatan peran yang sangat penting dalam
juga tidak terlepas dari komitmen bangsa pemeliharaan anak dan persiapan
Indonesia sebagai warga masyarakat generasi penerus yang berkualitas di
dunia untuk mencapai Millenium masa depan karena ASI merupakan
Development Goals (MDGs). Lima sumber makanan tunggal untuk bayi
dari delapan MDGs terkait langsung sampai umur enam bulan pertama
dengan kesehatan, yaitu: memberantas kehidupannya. WHO melalui UNICEF
kemiskinan dan kelaparan, menurunkan pada tahun 1990 di Italia menyatakan
angka kematian anak, meningkatkan pemberian ASI eksklusif selama
kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, enam bulan mampu mencegah 30.000
malaria dan penyakit lainnya, serta kematian bayi di Indonesia 2 . Oleh
melestarikan lingkungan hidup 3. karena begitu besar manfaat pemberian
Persoalan kesehatan sendiri saat ASI ekslusif yang dimulai dari IMD
ini sebagai faktor utama dan investasi maka dikeluarkan Keputusan Menteri
berharga diharapkan pelaksanaannya Kesehatan Republik Indonesia nomor
didasarkan pada paradigma sehat, yakni 33 th 2012 tentang pemberian ASI
mengutamakan upaya promotif dan ekslusif yang menyatakan bahwa bayi
preventif tanpa mengabaikan kuratif berhak mendapat ASI eklusif, tenaga
dan rehabilitatif. Dalam pelaksanaan kesehatan wajib melaksanakan IMD,
upaya preventif dan promotif juga untuk rawat gabung, ibu berhak menolak
mencapai MDGs khususnya dalam rangka susu formula, tempat kerja dan tempat
menghasilkan sumber daya manusia umum wajib menyediakan tempat untuk
yang berkualitas pemerintah telah menyusui serta sanksi jika menghalangi
meluncurkan beberapa program mulai pemberian ASI eksklusif. Keputusan
sejak bayi dalam kandungan melalui Menkes tersebut ditetapkan oleh
antenatal care yang dilengkapi dengan Presiden 1 Maret 20129.
antenatal kelas, program perencanaan Keberhasilan IMD harus dimulai
persiapan persalinan dan pencegahan sejak bayi dalam kandungan melalui
komplikasi (PPPPK), inisiasi menyusu antenatal care (ANC). Dalam kurun

165
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 163 - 175

waktu ANC ada satu program yang membentuk SDM Indonesia yang sehat
dilakukan untuk keberhasilan IMD yaitu dan berkualitas, salah satu program
melalui antenatal kelas/kelas ibu hamil. adalah antenatal kelas. Apakah antenatal
Melalui antenatal kelas ini ada beberapa kelas dapat meningkatkan pengetahuan
materi penyuluhan yang diberikan dan sikap ibu hamil serta mensukseskan
kepada ibu hamil bersama pasangannya keberhasilan inisiasi menyusu dini
antara lain IMD. Inisiasi menyusu dini dalam rangka menyehatkan generasi
ini merupakan salah satu rangkaian/ bangsa?
langkah pada prosedur operasional
pertolongan persalinan normal. Melalui Tujuan
penerimaan materi IMD saat antenatal Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah
kelas diharapkan ibu hamil memiliki memberikan kontribusi tentang
pengetahuan dan pemahaman berkaitan Indonesia cinta sehat melalui program
dengan tujuan, manfaat dan pelaksanaan yang telah diluncurkan pemerintah untuk
IMD, yang akhirnya akan membentuk mendapatkan SDM Indonesia sehat
sikap yang positif mengenai IMD. dan berkualitas, dengan menganalisis
Berdasarkan pengetahuan yang baik dampak program antenatal kelas
dan sikap yang positif tentang IMD terhadap pengetahuan dan sikap ibu
diharapkan pelaksanaannya akan hamil dan keberhasilan IMD dalam
berhasil pula dengan baik, yang pada rangka menyehatkan generasi bangsa.
akhirnya akan bisa meningkatkan
pemberian ASI ekslusif. Metode dan Pembahasan
Peran IMD dalam pencapaian Metode dan pembahasan
MDGs sangat penting, karena IMD makalah ini adalah studi pustaka, yaitu
dapat meningkatkan keberhasilan ASI menelusuri berbagai literatur yang
eksklusif dan lama menyusui. Pemberian menggambarkan, membahas, mengkaji
ASI eksklusif mengurangi pengeluaran dan menyimpulkan dampak antenatal/
untuk membeli susu formula, sehingga kelas ibu hamil terhdap pengetahuan dan
membantu mengurangi kemiskinan, sikap ibu hamil serta keberhasilan IMD
membantu mengurangi kelaparan. Air dalam rangka menyehatkan generasi
susu ibu di samping dapat memenuhi bangsa.
kebutuhan makanan bayi sampai usia
dua tahun,juga membantu mengurangi Kelas Ibu Hamil
angka kematian anak balita, karena ASI Penyuluhan kesehatan pada
mengandung antibodi 8. Masalahnya umumnya dilakukan secara perorangan
saat ini, belum semua pelayanan melalui konsultasi atau komunikasi,
kesehatan ibu dan anak melaksanakan informasi, dan edukasi (KIE) atau
program antenatal kelas, sehingga konseling kasus per kasus yang diberikan
pengetahuan dan sikap ibu melahirkan pada waktu ibu hamil memeriksakan
untuk mencapai keberhasilan IMD dan kehamilannya atau pada waktu
kesuksesan memberikan ASI ekslusif kegiatan posyandu. Hal ini memiliki
masih rendah. kelemahan, antara lain pengetahuan
Dari program-program yang telah yang diperoleh hanya terbatas pada
diluncurkan pemerintah dalam rangka masalah kesehatan yang dialami, tidak

166
Ni Nyoman Sumiasih�������������������������������������������
(Program antenatal class meningkatkan...)
������������������������������������������

ada pemantauan dan pembinaan secara selama kehamilan serta perawatan


lintas sektor maupun lintas program. kehamilan yang meliputi kesiapan
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, psikologis menghadapi kehamilan,
dibuatlah pembelajaran kelas ibu hubungan suami-istri selama kehamilan,
hamil dalam bentuk tatap muka diikuti tanda bahaya kehamilan, obat yang
dengan diskusi kelompok dan tukar boleh atau dilarang dikonsumsi selama
pengalaman antara ibu hamil dengan hamil termasuk pemberian tablet Fe
petugas kesehatan, serta diakhiri dengan untuk menanggulangan anemia, tanda-
senam hamil. Berikut ini diuraikan tanda bahaya kehamilan, dan P4K. 3)
tentang pengertian, tujuan, sasaran, dan Meningkatkan pengetahuan, sikap dan
pelaksanaan kelas ibu hamil 4 . praktik ibu hamil tentang perawatan
persalinan yang meliputi tanda-tanda
Pengertian persalinan, tanda bahaya pada persalinan,
Kelas ibu hamil adalah kegiatan dan proses persalinan termasuk IMD. 4)
belajar bersama, diskusi, dan tukar Meningkatkan pengetahuan, sikap dan
pengalaman antar ibu hamil tentang praktik ibu hamil tentang perawatan nifas
kesehatan ibu dan anak yang meliputi yang meliputi ASII ekslusif, tanda-tanda
kehamilan, perawatan kehamilan, bahaya masa nifas, KB pasca-persalinan.
persalinan, perawatan nifas, perawatan 5) Meningkatkan pengetahuan, sikap
bayi, mitos, penyakit menular, serta akte dan praktik ibu hamil tentang perawatan
kelahiran. Kegiatan ini dilakukan secara bayi, meliputi perawatan bayi baru
menyeluruh, sistematis, terjadwal, dan lahir (BBL), pemberian Vitamin K
berkesinambungan. dalam bentuk tatap injeksi, tanda-tanda bahaya bayi baru
muka lahir, pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan bayi/anak, pemberian
Tujuan kelas ibu hamil imunisasi pada BBL. 6) Meningkatkan
Tujuan umum pengetahuan, sikap dan praktik ibu
Kelas ibu hamil bertujuan hamil tentang mitos/kepercayaan/adat
meningkatkan pengetahuan, mengubah istiadat setempat yang berkaitan dengan
sikap dan praktik ibu agar memahami kesehatan ibu dan anak. 7) Meningkatkan
kesehatan ibu dan bayi yang meliputi pengetahuan, sikap dan praktik ibu
kehamilan, perubahan tubuh dan hamil tentang penyakit menular seksual,
keluhan selama kehamilan, perawatan informasi dasar tentang HIV-AIDS dan
kehamilan, persalinan, nifas, bayi, mitos/ pencegahan serta penanganan malaria
kepercayaan/adat istiadat setempat, pada ibu hamil. 8) Meningkatkan
penyakit menular dan akte kelahiran. pengetahuan, sikap dan praktik ibu
Tujuan khusus: hamil tentang akte kelahiran.
1)Terjadinya interaksi dan tukar
pengalaman antarpeserta dan antara ibu Sasaran kelas ibu hamil:
hamil dengan petugas kesehatan/bidan 1) Peserta kelas ibu hamil,
tentang kesehatan ibu dan anak. 2) sebaiknya ibu hamil pada umur
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan kehamilan 20 sampai dengan 32 minggu.
praktik ibu hamil tentang kehamilan, 2) Jumlah peserta maksimal 10 orang
perubahan tubuh, keluhan yang lazim setiap kelasnya. Suami atau keluarga

167
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 163 - 175

perlu diikutsertakan dalam kelas ibu menjadi lebih mantap. 3) Menumbuhkan


hamil. sikap dan tindakan “siaga” pada suami
terhadap kesehatan ibu dan bayi. 4)
Pelaksanaan kegiatan kelas ibu Meningkatkan cakupan pemberian ASI
hamil eksklusif. 5) Meningkatkan rasa percaya
1) Peran dan fungsi diri ibu dan suami dalam perawatan
Kelas ibu hamil dilaksanakan bayi.
secara terkoordinir yang dikembangkan
sesuai dengan peran dan fungsi masing- Pengetahuan
masing level: a) Propinsi: menyiapkan Pengertian
tenaga pelatih, mendukung sarana Menurut Notoatmojo5, penge-
dan prasarana, serta monitoring dan tahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi
evaluasi. b) Kabupaten: menyiapkan setelah orang melakukan pengindraan
tenaga fasilitator, mendukung sarana terhadap suatau obyek tertentu.
dan prasarana, serta monitoring Pengindraan terjadi melalui pancaindra
dan evaluasi. c) Puskesmas: kepala manusia, yakni indra penglihatan,
Puskesmas bertanggung jawab dan pendengaran, penciuman, rasa, dan
mengkoordinir pelaksanaan kelas ibu raba. Sebagian besar pengetahuan
hamil di wilayah kerjanya, d) bidan/ manusia diperoleh malalui mata dan
tenaga kesehatan melaksanakan kelas telinga. Pengetahuan merupakan suatu
ibu hamil, diantaranya identifikasi calon yang diketahui berkaitan dengan proses
peserta, koordinasi dengan stakeholder. pembelajaran. Proses pembelajaran ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari
2) Fasilitator dan narasumber
dalam seperti motivasi dan faktor luar
Fasilitator kelas ibu hamil adalah
berupa informasi yang tersedia serta
bidan atau petugas kesehatan yang telah
keadaan sosila budaya.
mendapat pelatihan fasilitator.
Dalam pengertian lain,  penge-
3) Sarana dan prasarana tahuan adalah pelbagai gejala yang
Sarana dan prasarana yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
dibutuhkan meliputi ruang belajar, pengamatan akal. Pengetahuan muncul
alat tulis menulis, buku KIA, lembar ketika seseorang menggunakan akal
balik kelas ibu hamil, buku pegangan budinya untuk mengenali benda atau
fasilitator, alat peraga, bantal, kursi, kejadian tertentu yang belum pernah
tikar/karpet/matras, CD senam hamil, dilihat atau dirasakan sebelumnya.
serta buku pedoman pelaksanaan kelas Misalnya ketika seseorang mencicipi
ibu hamil. masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang
Manfaat kelas ibu hamil bentuk, rasa dan aroma masakan
Kelas ibu hamil memiliki manfaat tersebut5
berikut 1) Pembentukan perilaku ibu
tentang kesehatan ibu dan anak sejak Faktor yang mempengaruhi penge-
hamil sampai pascasalin lebih langgeng tahuan
karena didasari oleh pengetahuan, Pengetahuan yang dimiliki
kesadaran, dan sikap positif. 2) Persiapan seseorang dipengaruhi oleh berbagai
persalinan dan mencegah komplikasi hal5, yaitu: 1) Pendidikan.Tingkat

168
Ni Nyoman Sumiasih�������������������������������������������
(Program antenatal class meningkatkan...)
������������������������������������������

pendidikan seseorang akan membantu Komponen ini merupakan perasaan


orang tersebut untuk lebih mudah yang menyangkut aspek emosional.
menangkap dan memahami suatu Efek emosional inilah yang biasanya
informasi. Semakin tinggi pendidikan menjadi dasar dari komponen sikap dan
seseorang maka tingkat pemahaman merupakan aspek yang paling bertahan
juga meningkat serta tepat dalam terhadap pengaruh lingkungan sekitar.
pengambilan sikap. 2) Sumber 3) Komponen konatif. Komponen
informasi seperti media massa, petugas ini merupakan aspek kecendrungan
kesehatan, melalui pengalaman, melalui berperilaku terutama sesuai sikap yang
teman, 3) Umur dapat mempengaruhi dimiliki oleh seseorang. Hal ini disertai
pengetahuan seseorang. Umur lebih pula dengan tendensi atau kecendrungan
muda mempunyai daya ingat lebih untuk bertindak atau bereaksi terhadap
kuat dibandingkan dengan orang yang sesuatu dengan cara-cara tertentu.
lebih tua. Di samping itu, kemampuan
untuk menyerap pengetahuan baru lebih Sifat sikap
mudah dilakukan pada umur yang lebih Pernyataan sikap menurut1 terdiri
muda karena otak berfungsi maksimal atas dua macam, yaitu: 1) pernyataan
pada umur muda. yang favorabel adalah mendukung
atau memihak pada objek sikap.
Sikap Pernyataan sikap yang berisi hal-hal
Pengertian positif mengenai objek sikap yang
Sikap adalah reaksi atau respon
bersifat mendukung atau memihak pada
seseorang yang masih tertutup terhadap
objek sikap, 2) pernyataan yang tidak-
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak
favorabel adalah tidak mendukung objek
dapat langsung dilihat, tetapi hanya
sikap. Pernyataan sikap yang berisi hal-
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
hal yang negatif mengenai objek, sikap,
perilaku yang tertutup. Jadi sikap masih
yang bersifat tidak mendukung maupun
merupakan reaksi tertutup yang tidak
kontra terhadap objek sikap.
dapat dilihat secara langsung tetapi
dapat ditafsirkan melalui pelaksanaan,
Faktor yang mempengaruhi sikap
wawancara, atau kuesioner 5
Faktor yang mempengaruhi sikap
Komponen sikap yaitu: 1) Pengalaman pribadi. Sikap
Struktur sikap terdiri atas tiga akan lebih mudah terbentuk apabila
komponen yang saling menunjang1, pengalaman pribadi tersebut terjadi
yaitu: 1) Komponen kognitif����������
���������
Komponen dalam situasi yang melibatkan faktor
ini merupakan representatif dari hal yang emosional. 2) Pengaruh orang lain yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, diangap penting. Orang yang diharapkan
komponen kognitif berisi kepercayaan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah
streotipe yang dimiliki individu laku dan opini kini, orang yang tidak
mengenai sesuatu dapat disamakan dikecewkan, dan yang berarti khusus.
penanganan atau opini terutama 3) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan
apabila menyangkut masalah isu yang telah menanamkan garis pengarah
kontroversial.2) Komponen afektif. sikap kita terhadap berbagai masalah.

169
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 163 - 175

Tergantung dari tempat individu Manfaat inisiasi menyusu dini.


dibesarkan. 4) Media massa. Dalam 1) Dada ibu menghangatkan bayi
pemberitaan surat kabar maupun radio dengan tepat selama bayi merangkak
atau media komunikasi lainnya, berita mencari payudara. Ini akan menurun-
yang seharusnya faktual disampaikan kan kematian karena kedinginan
secara objektif cenderung dipengaruhi (Hipotermia). 2) Ibu dan bayi merasa
oleh sikap penulisnya, akbibatnya lebih tenang. Pernafasan dan detak
berpengaruh terhadap sikap konsumen. jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih
Semakin majunya teknologi, banyak jarang menangis sehingga mengurangi
informasi yang disebarkan melalui media pemakaian energi. 3) “Bonding” (ikatan
massa. Seseorang bisa memperoleh kasih sayang) antara ibu dan bayi
berbagai pengetahuan dari Koran, akan lebih baik karena pada 1-2 jam
radio, majalah, tabloid, TV, internet, dan pertama, bayi dalam keadaan siaga.
media lainnya. 5) Lembaga pendidikan Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam
dan lembaga agama. Institusi berfungsi waktu yang lama. 4) Makanan awal
melakukan dasar pengertian dan konsep non-ASI mengandung zat putih telur
,oral dalam diri individu. Pemahaman yang bukan berasal dari susu manusia,
baik dan buruk, salah atau benar, yang misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat
menentukan system kepercayaan mengganggu pertumbuhan fungsi usus
seseorang hingga ikut berperan dalam dan mencetuskan alergi lebih awal.
5) Bayi yang diberikan kesempatan
menentukan sikap individu. 6) Faktor
menyusu dini lebih berhasil menyusui
emosional. Sikap yang dilandasi oleh
eksklusif dan akan lebih lama disusui.
emosi yang fungsinya sebagai semacam
6) Hentakan kepala bayi ke dada ibu,
penyaluran frustasi atau pengalihan
sentuhan tangan bayi di putting susu
bentuk mekanisme pertahankan ego.
dan sekitarnya, dan jilatan bayi pada
Hal ini dapat bersifat sementara ataupun
puting ibu merangsang pengeluaran
menetap.
hormon oksitosin. 7) Bayi mendapatkan
ASI kolostrom-ASI yang pertama kali
Inisiasi Menyusu Dini
keluar. Cairan emas ini kadang juga
Pengertian inisiasi menyusu dini
dinamakan the gift of life. Bayi yang
Inisiasi menyusu dini (early diberikan kesempatan inisiasi menyusu
initiation) atau permulaan menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum
dini adalah bayi mulai menyusu sendiri daripada yang tidak diberi kesempatan.
segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya Kolostrum, ASI istimewa yang kaya
bayi manusia seperti juga bayi mamalia akan daya tahan tubuh, penting untuk
lain mempunyai kemampuan untuk ketahanan terhadap kelangsungan
menyusu sendiri asalkan dibiarkan hidup bayi. Kolostrum akan membuat
terjadinya kontak langsung antara kulit lapisan yang melindungi dinding
bayi dengan kulit ibunya, setidaknya usus bayi yang masih belum matang
selama satu jam segera setelah lahir. sekaligus mematangkan dinding usus
Cara bayi melakukan inisiasi menyusu ini. 8) Ibu dan ayah akan merasa sangat
dini ini dinamakan The Breast Crawl bahagia bertemu dengan bayinya untuk
atau merangkak mencari payudara 8 pertama kali dalam kondisi seperti ini.

170
Ni Nyoman Sumiasih�������������������������������������������
(Program antenatal class meningkatkan...)
������������������������������������������

Bahkan, ayah mendapat kesempatan payudara ibunya dalam waktu satu jam,
mengazankan anaknya di dada ibunya. biarkan kulit bayi tetap bersentuhan
Suatu pengalaman batin bagi ketiganya dengan kulit ibunya sampai berhasil
yang amat indah. menyusu pertama, 7) Dianjurkan untuk
memberikan kesempatan kontak kulit
Pelaksanaan IMD dengan kulit pada ibu yang melahirkan
Tatalaksana Inisiasi Menyusu dengan tindakan misalnya operasi
Dini secara umum8, 1) Dianjurkan saesar, 8) Bayi dipisahkan dari ibu untuk
suami atau keluarga mendampingi ibu ditimbang, diukur, dan cap setelah satu
saat persalinan, 2) Disarankan untuk jam atau menyusu awal selesai. Prosedur
tidak atau mengurangi penggunaan yang invasive, misalnya suntikan
obat kimiawi saat persalinan. Dapat vitamin K dan tetesan mata bayi dapat
diganti dengan cara non-kimiawi, ditunda.
misalnya pijat, aromaterapi, gerakan,
atau hypnobirthing, 3) Biarkan ibu Tahapan inisiasi menyusu dini
menentukan cara melahirkan sesuai Menurut Roesli8, sebelum
dengan keinginan ibu, misalkan melakukan menyusu dini bayi akan
melahirkan normal, di dalam air, atau melalui lima tahap perilaku sebagai
dengan jongkok, 4) Seluruh badan dan berikut, 1) Dalam 30 menit pertama,
kepala bayi dikeringkan secepatnya, stadium istirahat/diam dalam keadaan
kecuali kedua tangan. Lemak putih siaga. Bayi diam tidak bergerak
(vernix) yang menyamankan kulit sesekali matanya terbuka lebar melihat
bayi sebaiknya dibiarkan, 5) Bayi ibunya. Masa tenang yang istimewa
ditengkurapkan di dada atau perut ibu. ini merupakan penyesuaian peralihan
Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit dari keadaan dalam kandungan ke luar
ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini kandungan. 2) Antara 30-40 menit,
dipertahankan minimum satu jamatau mengeluarkan suatu gerakan mulut
setelah menyusu awal selesai. Keduanya seperti mau minum, mencium dan
diselimuti, 5) Bayi dibiarkan mencari menjilat tangan. Bayi mencium dan
puting susu ibu. Ibu dapat merangsang merasakan cairan ketuban yang ada
bayi dengan sentuhan lembut, tetapi ditangannya. Bau ini sama dengan bau
tidak memaksakan bayi ke puting susu, cairan yang dikeluarkan oleh payudara
6) Ayah didukung agar membantu ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing
ibu untuk mengenali tanda-tanda atau bayi untuk menemukan payudara
perilaku bayi sebelum menyusu. Hal dan puting susu ibu.3) Mengeluarkan
ini dapat berlangsung beberapa menit air liur. Saat menyadari bahwa ada
atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan makanan disekitarnya, bayi mulai
ayah akan meningkatkan rasa percaya mengeluarkan air liurnya. 4) Bayi mulai
diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi bergerak ke arah payudara. Areola
kulit bersentuhan dengan kulit ibunya sebagai sasaran, dengan kaki menekan
setidaknya dalam satu jam., walaupun ia perut ibu. Bayi akan menjilat-jilat kulit
telah berhasil menyusu pertama sebelum ibu, menghentak-hentakan kepala,
satu jam. Jika belum menemukan puting menoleh kekanan dan kekiri, serta

171
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 163 - 175

menyentuh dan meremas daerah puting dalam rangka meningkatkan pencapaian


susu dan sekitarnya dengan tangannya. ASI eksklusif.
5) Menemukan, menjilat, mengulum Kualitas sumber daya manusia
puting, membuka mulut lebar, melekat dalam pembangunan suatu bangsa
dan menyusu dengan baik. harus dimulai sedini mungkin sejak
bayi dalam kandungan. Salah satu
Syarat IMD� faktor yang memegang peranan penting
Menurut Reisha7, syarat-syarat dalam peningkatan kualitas sumber
IMD yaitu :1) Dilakukan pada bayi daya manusia melalui pemberian air
baru lahir cukup bulan, sehat dan bayi susu Ibu secara eksklusif. Pemberian
prematur berisiko rendah tanpa masalah ASI eksklusif merupakan peran yang
pernapasan (stabil). 2) Kondisi ibu sangat penting dalam pemeliharaan
dalam keadaan stabil yaitu ibu tanpa anak dan persiapan generasi penerus
komplikasi kehamilan/persalinan seperti yang berkualitas di masa depan karena
preeklampsi berat/eklampsi, anemia ASI merupakan sumber makanan
berat (pendarahan pasca persalinan), tunggal untuk bayi sampai umur enam
diabetes melitus yang tidak terkontrol, bulan pertama kehidupannya Oleh
penyakit jantung, asma dan penyakit- karena begitu besar manfaat pemberian
penyakit khusus lain seperti penyakit ASI ekslusif yang dimulai dari inisiasi
autoimun.3) Tersedianya sarana dan menyusu dini maka dikeluarkan
prasarana penanganan untuk bayi baru Keputusan Metri Kesehatan Republik
lahir.4) Tersedianya tenaga medis dan Indonesia nomor 33 th 2012 tentang
paramedis terlatih pemberian asi eklusif ditetapkan oleh
Presiden 1 Maret 2012, menyatakan
Pembahasan bahwa bayi berhak mendapat asi eklusif,
Pada hakekatnya Indonesia cinta tenaga kesehatan wajib melaksanakan
sehat dengan demikian pemerintah inisiasi menyusu dini, rawat gabung,
telah melakukan berbagai upaya ibu berhak menolak susu formula,
dan meluncurkan berbagai program. tempat kerja dan tempat umum wajib
Persoalan kesehatan sendiri saat menyediakan tempat untuk menyusui
ini sebagai suatu faktor utama dan serta sanksi jika menhalangi pemberian
investasi berharga yang pelaksanaannya asi eklusif 9.
didasarkan pada sebuah paradigma baru Saat ini pemerintah terus
yang biasa dikenal dengan paradigma melakukan upaya-upaya pencegahan
sehat, yakni paradigma kesehatan yang untuk meningkatkan kesehatan
mengutamakan upaya promotif dan ibu dan anak salah satunya dengan
preventif tanpa mengabaikan kuratif melaksanakan program IMD yang secara
dan rehabilitatif. Dalam pelaksanaan tidak langsung akan berdampak positif
upaya preventif dan promotif juga terhadap pemberian ASI eksklusif.
untuk mencapai MDGs khususnya Menurut 8. Inisiasi Menyusu Dini adalah
dalam rangka menghasilkan sumber upaya pembelajaran kepada bayi untuk
daya manusia yang berkualitas maka menyusu pertama kali dengan tindakan
pemerintah meluncurkan program IMD meletakkan bayi di atas perut atau dada

172
Ni Nyoman Sumiasih�������������������������������������������
(Program antenatal class meningkatkan...)
������������������������������������������

ibu dan membiarkan terjadinya kontak angka kematian anak balita. Inisiasi
kulit bayi dengan kulit ibu. Fungsi IMD menyusu dini juga dapat meningkatkan
terkait dengan daya tahan tubuh bayi keberhasilan pemberian ASI eksklusif
dimana ASI pertama yang mengandung dan keberhasilan pemberian ASI sampai
kolostrum memberi dampak positif bagi anak usia dua tahun atau lebih 8, dalam
bayi. Kolostrum merupakan sumber hal ini peran IMD adalah :
imunitas pertama bagi tubuh bayi yang a) Membantu mengurangi kemiskinan
mengandung sel darah putih dan antibodi Inisiasi menyusu dini dapat
yang berfungsi mencegah penyakit 8. meningkatkan keberhasilan ASI enam
Keberhasilan IMD harus dimulai bulan pertama dan lama menyusui. Jika
sejak bayi dalam kandungan melalui seluruh bayi yang lahir di Indonesia
ANC.. Dalam kurun waktu ANC ada dalam setahun disusui secara eksklusif
salah satu program yang dilakukan enam bulan, berarti masyarakat dapat
untuk keberhasilan IMD yaitu melalui mengurangi pengeluaran untuk biaya
ante natal kelas/kelas ibu hamil. Melalui pembelian susu formula.
ante natal kelas ini ada beberapa materi
penyuluhan yang diberikan kepada ibu b) Membantu mengurangi kelaparan
hamil bersama pasangannya antara Tujuan dari kelas ibu hamil adalah
lain IMD. Inisiasi menyusu dini ini meningkatkan pengetahuan, merubah
merupakan salah satu rangkaian/ sikap dan praktik (perilaku) ibu agar
langkah pada prosedur operasional memahami tentang kesehatan ibu dan
pertolongan persalinan normal. Melalui bayi yang meliputi kehamilan, perubahan
penerimaan materi IMD saat ante natal tubuh dan keluhan selama kehamilan,
kelas diharapkan ibu hamil memiliki perawatan kehamilan, persalinan, nifas,
pengetahuan dan pemahaman berkaitan bayi, mitos/kepercayaan/adat istiadat
dengan tujuan, manfaat dan pelaksanaan setempat, penyakit menular dan akte
IMD, yang akhirnya akan membentuk kelahiran
sikap yang positif mengenai IMD. Bagi anak usia 1-6 bulan, ASI
Berdasarkan pengetahuan yang baik masih memenuhi kebutuhan kalori
dan sikap yang positif tentang IMD bayi sebanyak 70%. Keadaan ini akan
diharapkan pelaksanaannya akan secara bermakna memenuhi kebutuhan
berhasil pula dengan baik, yang pada makanan bayi sampai usia dua tahun.
akhirnya akan bisa meningkatkan Dengan kata lain, pemberian ASI
pemberian ASI ekslusif. membantu mengurangi angka kejadian
Peran IMD dalam pencapaian kurang gizi dan pertumbuhan yang
MDGs sangat penting, karena IMD terhenti pada umunya terjadi pada usia
dapat meningkatkan keberhasilan ini 6.
ASI eksklusif dan lama menyusui c) Membantu mengurangi angka
maka akan membantu mengurangi kematian anak balita
kemiskinan, membantu mengurangi Sekitar 40% kematian balita terjadi
kelaparan. Air susu ibu dapat memenuhi pada usia bayi baru lahir (di bawah satu
kebutuhan makanan bayi sampai usia bulan). IMD dapat mengurangi 22%
dua tahun, membantu mengurangi kematian bayi 28 hari. Berarti IMD

173
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 163 - 175

mengurangi angka kematian balita antenatal kelas, inisiasi menyusu dini,


8,8%. IMD meningkatkan keberhasilan pemberian ASI ekslusif dll. Melalui
menyusu eksklusif dan lama menyusu antenatal kelas dengan materi IMD dan
sampai dua tahun. Dengan demikian, ASI eklusif diharapkan meningkatkan
dapat menurunkan kematian anak secara pengetahuan, merubah sikap dan praktik
menyeluruh. (perilaku) ibu agar memahami tentang
Menurut Roesli8 pencapaian 6 kesehatan ibu dan bayi yang meliputi
bulan ASI Eksklusif bergantung pada kehamilan, inisiasi menyusu dini dan
keberhasilan inisiasi dalam satu jam pemberian ASI esklusif.
pertama. Pada 30 menit pertama, bayi Inisiasi menyusu dini berperan
istirahat dalam keadaan siaga, sesekali dalam pencapaian tujuan MDGs, adalah
melihat ibunya, beradaptasi, dan membantu mengurangi kemiskinan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, membantu mengurangi kelaparan dan
40 menit pertama bayi mulai membantu mengurangi angka kematian
mengeluarkan suara, membuat gerakan anak balita yang pada akhirnya melalui
menghisap dan memasukkan tangan generasi muda yang sehat maka cita-
ke mulut. IMD dapat memberikan cita Indonesia sehat akan tercapai.
kesempatan pada bayi untuk mulai Oleh karena itu disarankan kepda
menyusu segera setelah bayi dilahirkan. institusi pelayanan ibu dan bayi/anak
Bayi harus dipastikan agar mendapatkan melaksanakan program antenatal kelas
kesempatan untuk melakukan proses untuk mencapai keberhasilan inisiasi
inisiasi menyusu paling tidak satu jam menyusu dini dan ASI ekslusif untuk
pertama setelah ia lahir. Inisiasi menyusu mendapat generasi bangsa yang sehat.
satu jam pertama akan menunjang
proses lancarnya ASI di kemudian hari. Daftar Pustaka
Reflek hisap bayi paling kuat adalah 1. Azwar. Pengantar Psikologi,
pada jam-jam pertama setelah lahir. Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi Mandiri ; 2003.
lahir tidak bermasalah maka sesegera 2. Innayati, N. Inisiasi Menyusu
mungkin setelah lahir bayi diberikan Dini ; 2009, (Online), available:
kepada ibunya untuk merangsang http://Innanoorinayati.blogspot.
payudara. Rangsangan payudara ini com/2009/08/inisisasi- menyusu -
akan mempercepat timbulnya refleks dini. html, ( 10 Februari 2012).
prolaktin dan mempercepat produksi 3. Fachmi Idris. Makalah Seminar
ASI 10. Kenaikan Jabatan Dosen, Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya,
Kesimpulan TP ; 2010.
Dalam rangka menuju Indonesia 4. Kusuma dkk. Pedoman pelaksanaan
sehat maka Kementrian Kesehatan Kelas Ibu hamil, Dinas kesehatan
mengangkat tema “Indonesia Cinta Provinsi Nusa Tenggara Barat ;
Sehat” pada Hari Kesehatan Nasional 2008.
ke 47. Untuk mewujudkan hal tersebut 5. Notoadmojo. S. Metodelogi
pemerintah melakukan berbagai upaya Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT
dan berbagai program antara lain, Rineka Cipta ; 2007.

174
Ni Nyoman Sumiasih�������������������������������������������
(Program antenatal class meningkatkan...)
������������������������������������������

6. Proverawati, A., dan Rahmawati, A. 9. Sekretariat Kabinet R I. Keputusan


Kapita Seleksi ASI dan Menyusui, Metri Kesehatan Republik Indonesia
Yogyakarta: Nuha Medika ; 2010. nomor 33 th 2012 tentang pemberian
7. Reisha. Inisiasi Menyusu Dini ; asi eklusif , Presiden 1 Maret 2012 ;
2010, (online), available: http:// 2012.
med.unhas.ac.id/obgin/index. 10. Suradi, S. dan Tobing, P. Manajemen
php?option=com_content&task=vi Laktasi, Jakarta: Program
ew&id=86&Itemid=62, (25 Januari Manajemen Laktasi Perkumpulan
2012). Perinatologi Indonesia ; 2003.
8. Roesli. Inisiasi Menyusu Dini Plus
ASI Eksklusif, Jakarta: Pustaka
Bunda ; 2008.

175
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN HIV
DAN AIDS TENTANG PENYAKITNYA SETELAH
MENERIMA KONSELING DI KLINIK
PREVENTION MOTHER TO CHILD TRANSMISSION
Studi Dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2012

Ni Luh Wiwin Wirantari1, Ni Ketut Somoyani2, I Gusti Ayu Surati3

Abstract. HIV and AIDS can strike anyone, including the mother and the baby so
servicing formed virus protection for HIV and AIDS from mother to baby called
PMTCT. The purpose of this study was to know the description of the knowledge
and behavior of mothers with HIV and AIDS about their disease after following
counseling in PMTCT clinics.The method of study was descriptive with cross
sectional approach. The study was conducted at Sanglah PMTCT clinic from
April 26th until May 16th2012. The population of this study were all of mothers
with HIV and AIDS who visited PMTCT clinics that meets the criteria of inclusion
that add up to 30 people. The sampling techniques used were non-probability
sampling using consecutive sampling. The data were coulk the primary data
with interview techniques. Analysis techniques used were univariabel analysis.
The results of study showed most respondent (93,3%) already known about
the prevention and transmission of HIV and AIDS from mothers to infants and
to other people. Knowledge based on characteristic of the aged 20-35 years
old, senior high school education, and a job as an other private already known
so well about the behavior of respondents were positive about the prevention
and transmission of HIV and AIDS. So the program who has been there can be
upgraded and can be used to increase the degree of health

Keywords : Knowledge, and Behavior PMTCT

Abstrak. HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja , termasuk ibu dan bayi
sehingga membentuk perlindungan virus pelayanan untuk HIV dan AIDS dari ibu
ke bayi yang disebut PMTCT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan perilaku ibu dengan HIV dan AIDS tentang penyakit
mereka setelah mengikuti konseling dalam metode clinics.The PMTCT penelitian
adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional . Penelitian ini dilakukan di
klinik PMTCT Sanglah dari 26 April sampai Mei 16th2012. Populasi penelitian
ini adalah semua ibu dengan HIV dan AIDS yang mengunjungi klinik PMTCT
yang memenuhi kriteria inklusi yang menambahkan hingga 30 orang . Teknik
sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan menggunakan
consecutive sampling . Data yang digunakan adalah data primer dengan teknik
wawancara . Teknik analisis yang digunakan adalah hasil analysis.The univariabel
1 Alumni Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Kebidanan, 2,3 Dosen Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Kebidanan

176
NLW Wirantari, NK Somoyani, I GA Surati (Pengetahuan
���������������������������
dan sikap...)

penelitian menunjukkan sebagian besar responden ( 93,3 % ) sudah diketahui


tentang pencegahan dan penularan HIV dan AIDS dari ibu ke bayi dan orang
lain���������������������������������������������������������������������������
. Pengetahuan didasarkan pada karakteristik dari 20-35 tahun berusia tua,
pendidikan SMA, dan pekerjaan sebagai swasta sudah diketahui dengan baik
tentang perilaku responden yang positif tentang pencegahan dan penularan HIV
dan AIDS, sehingga program lain yang telah ada dapat ditingkatkan dan dapat
digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan, dan perilaku PMTCT

HIV adalah singkatan dari Human memunculkan rasa suka atau tidak suka
Immunodeficiency Virus yaitu virus individu terhadap isu, ide, orang lain,
yang melemahkan sistem kekebalan kelompok sosial dan suatu objek Baron,
tubuh. AIDS adalah singkatan dari (dalam Mu’tadin 4, 2010). Sikap seorang
Acquired Immune Deficiency Syndrom ibu HIV dapat dipengaruhi oleh faktor
yang berarti kumpulan gejala penyakit pengalaman pribadi, pengaruh orang
akibat penurunan kekebalan tubuh yang lain, kebudayaan, ataupun lingkungan
sifatnya diperoleh (bukan bawaan). sehingga dapat membentuk suatu sikap
PMTCT adalah program yang positif.
pencegahan dan penularan HIV dari ibu Derajat kesehatan masyarakat
ke bayi yang tujuan dari program ini yang optimal dapat dicapai dengan
adalah mencegah penularan HIV dari pemeliharaan kesehatan sedini mungkin
ibu ke bayi dan mengurangi epidemi dari saat hamil, melahirkan hingga
HIV terhadap ibu dan bayi. PMTCT bayi lahir sehat. Kualitas yang baik
membantu ibu untuk mencegah dari seorang bayi yang lahir akan
penularan HIV dari masa kehamilan, menghasilkan generasi yang berkualitas
persalinan, hingga perawatan bayi. baik pula. Berkaitan dengan hal tersebut
Pengetahuan diartikan sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat
segala sesuatu yang diketahui (Alwi 2, pencapaian derajat kesehatan yang
2001). Pengetahuan merupakan salah optimal adalah penyakit menular. Salah
satu dari tiga domain yang mempengaruhi satunya adalah infeksi Human Immuno
perilaku manusia. Pengetahuan ibu Deficiency Virus (HIV) dan Aquired
dengan HIV positif akan mempengaruhi Immunity Deficiency Syndrome (AIDS).
prilakunya untuk mengurangi paparan HIV dan AIDS adalah suatu fenomena
HIV ke bayi sehingga terbentuk suatu yang akan terus meningkat jumlahnya
prilaku positif. dimasa yang akan datang seperti
Allport (dalam Kusumastuti3 fenomena gunung es, yaitu fenomena
2010) mendefinisikan sikap sebagai yang terlihat sedikit di permukaan,
sebuah kecenderungan untuk bertingkah namun fenomena yang sesungguhnya
laku dengan cara tertentu dalam situasi jauh lebih besar dan akan muncul seiring
sosial. Sikap merujuk pada evaluasi berjalannya waktu.
individu terhadap berbagai aspek dunia Pertumbuhan dan perkembangan
sosial serta bagaimana evaluasi tersebut penyakit HIV dan AIDS di Indonesia

177
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 176 - 183

sudah semakin meningkat. Terdata temuan pada tahun 2011 sebanyak 141
sampai akhir triwulan III (Januari anak berusia 1-4 tahun diketahui telah
sampai September) tahun 2011 jumlah terjangkit HIV dan AIDS. Namun,
kasus baru HIV sebanyak 15.589 kasus, jumlah tersebut diperkirakan masih
sedangkan AIDS mencapai 1.805 kasus. kecil dibandingkan dengan fakta yang
Bali menempati urutan keempat terbesar sesungguhnya. Berdasarkan laporan
di Indonesia jumlah kasus HIV yakni dari klinik Voluntarily Counselling and
1.141 kasus, sedangkan kasus AIDS Testing (VCT) Nusa Indah di Rumah
sebanyak 279 kasus. Selama bulan Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah
Oktober sampai Desember tahun 2011 hingga November 2011, kunjungan
di Bali dilaporkan terjadi penambahan klinik VCT berjumlah 1.290 warga yang
penderita AIDS sebesar 541 kasus dan melakukan tes, sebanyak 332 positif HIV.
25 kasus diantaranya telah meninggal. Angka kematian tahun ini juga dinilai
Pengidap infeksi HIV juga mengalami sangat tinggi, yakni 64 orang meninggal
peningkatan pada bulan Desember akibat infeksi oportunistik dalam fase
mencapai 697 kasus dan 19 kasus AIDS. Selain klinik VCT, sejak tahun
diantaranya telah meninggal. Secara
2005 telah tercatat di klinik Prevention
kumulatif kasus pengidap infeksi HIV
of Mother to Child HIV Transmission
dan AIDS tahun 2011 adalah 1.238
(PMTCT) RSUP Sanglah sebanyak 139
kasus dan yang meninggal 44 kasus.
Wanita Usia Subur (WUS) dengan HIV
Jumlah keseluruhan pengidap infeksi
dan AIDS, tercatat 115 bayi lahir dan 36
HIV dan AIDS tahun 1987 sampai
di antaranya sudah dinyatakan negatif
2011 adalah 5.639 kasus. Hingga saat
atau tidak terinfeksi HIV dari sang ibu.
ini, Kota Denpasar menempati urutan
Sementara sisanya masih menunggu
pertama di Bali, kasus AIDS yakni 1.119
kasus yang terdiri dari penderita laki- bayi cukup umur dalam hal ini harus
laki sebanyak 763 kasus dan perempuan berumur 18 bulan untuk bisa dites HIV.
sebanyak 356 kasus. Kasus HIV di Kota Berdasarkan studi pendahuluan
Denpasar mencapai 1.188 kasus dengan yang dilakukan pada bulan Februari
jumlah penderita laki-laki 753 kasus dan 2012 di klinik PMTCT RSUP Sanglah
perempuan sebanyak 435 kasus. Jumlah Denpasar dengan melakukan wawancara
total kasus HIV dan AIDS sebanyak kepada ibu dengan HIV-AIDS didapatkan
2.307 kasus atau sebanyak 40,91% dari data bahwa ibu yang telah mengikuti
jumlah total kasus HIV dan AIDS di program PMTCT lebih mengetahui
Bali (Komisi Penanggulangan AIDS hal-hal yang berkaitan dengan HIV dan
Indonesia [KPAI]1, 2011). AIDS dan sikap ibu lebih terbuka untuk
Tingkat penularan HIV dan membahas keadaan dirinya. Namun,
AIDS pada kelompok usia reproduksi pada ibu yang baru dan belum mengikuti
sehat yaitu sebesar 90%. Kondisi ini program PMTCT cenderung bersikap
secara otomatis akan memperbesar tertutup dan takut. Melihat kenyataan di
kemungkinan terjadinya penularan atas penulis tertarik untuk mengadakan
HIV dan AIDS dari ibu hamil kepada penelitian tentang pengetahuan dan
bayi yang dikandungnya. Menurut sikap ibu dengan HIV dan AIDS dalam

178
NLW Wirantari, NK Somoyani, I GA Surati (Pengetahuan
���������������������������
dan sikap...)

hal ini ibu hamil dan ibu nifas setelah Tabel 1


mengikuti konseling di klinik PMTCT Pengetahuan tentang Pencegahan dan
di RSUP Sanglah Denpasar. Penularan HIV dan AIDS
Penelitian ini bertujuan mengetahui
Pengetahuan Frekuensi Persentase
pengetahuan dan sikap ibu dengan HIV
dan AIDS tentang penyakitnya setelah Tahu 28 93,3
menerima konseling di klinik PMTCT Tidak tahu 2 6,7
serta mengidentifikasi pengetahuan dan Jumlah 30 100
sikap berdasarkan frekuensi kunjungan
dan karakteristik ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Jenis penelitian ini adalah deskriptif pengetahuan responden tentang
dengan pendekatan cross-sectional pencegahan penularan HIV dan AIDS
dengan melakukan wawancara kepada pada semua materi yang telah ditentukan,
setiap ibu dengan HIV dan AIDS yang sebagian besar responden (93,3%)
memenuhi kriteria inklusi sampai batas sudah mengetahui baik pencegahan
waktu penelitian. Lokasi penelitian di penularan pada anak ataupun pada
klinik PMTCT RSUP Sanglah Denpasar orang lain. Besarnya jumlah responden
dari tanggal 26 April – 16 Mei 2012. yang telah mengetahui dan memahami
Populasi penelitian ini adalah semua ibu tentang pencegahan penularan HIV
HIV positif yang berkunjung ke klinik dan AIDS adalah hal yang baik karena
PMTCT. Sampel yang digunakan adalah selama ini responden atau ibu dengan
ibu dengan HIV positif yang memenuhi HIV dan AIDS telah menerima
kriteria inklusi yakni ibu hamil yang konseling tentang keadaan dirinya, bila
berkunjung > 3 kali, ibu nifas kunjungan ibu tersebut mampu memahami dan
lama, ibu yang kooperatif, dan bersedia mengerti tentang pencegahan penularan
menjadi responden. Besar sampel yang dari HIV dan AIDS ini, ibu tersebut
dapat melakukan pencegahan agar
digunakan adalah sampel minimal yaitu
tidak memperburuk keadaan diri, anak,
30 orang. Data yang digunakan adalah
ataupun keluarganya. Pada penelitian
data primer melalui proses wawancara.
ini masih ada pengetahuan responden
Analisis data menggunakan analisis
yang belum mengetahui dengan baik
univariat dengan menggunakan rumus
pencegahan dan penularan HIV dan
kuantitatif: f/n x 100%.
AIDS. Ha lini mungkin disebabkan
karena masih kurangnya konseling
Hasil penelitian dan Pembahasan. dan dukungan keluarga sehingga ibu
Hasil pengamatan terhadap cenderung merasa sendiri, sehingga
responden berdasarkan variabel keinginan untuk lebih mengetahui
pengetahuan dan sikap ibu dengan HIV tentang pencegahan dan penularan HIV
dan AIDS terhadap pencegahan dan dari ibu ke bayinya maupun ke orang
penularan HIV dari ibu ke bayi. lain menjadi tidak maksimal.
a. Pengetahuan responden mengenai b. Sikap responden tentang
pencegahan dan penularan HIV pencegahan dan penularan HIV
dari ibu ke bayi. dari ibu ke bayi.

179
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 176 - 183

Tabel 2 Sikap ibu HIV positif tentang


Persentase sikap responden mengenai pencegahan penularan virus HIV dari
pencegahan penularan HIV dan AIDS ibu ke bayi ataupun ke orang lain
sebagian besar positif. Sikap yang
Sikap Frekuensi Persentase
dilandasi oleh pengetahuan yang baik
Positif 26 86,7
Negatif 4 13,3
memiliki tingkat kelanggengan yang
Jumlah 30 100 tinggi, sehingga sulit untuk berubah.
Sikap positif yang ditunjukkan oleh
ibu HIV di klinik PMTCT lebih banyak
Sikap ibu dengan HIV positif
disebabkan karena pemberian konseling
terhadap penyakitnya berdasarkan
yang baik sehingga muncul keinginan
frekuensi kunjungannya diketahui bahwa
dalam diri ibu tersebut untuk tidak
ibu yang frekuensi kunjungan ke klinik
PMTCT lebih dari tiga kali seluruhnya menyerah dalam menghadapi kehidupan
bersikap positif. Berdasarkan frekuensi meskipun ibu memiliki penyakit menular
kunjungan baru tiga kali masih ada yang berbahaya, namun ibu tetap
23,5% yang bersikap negatif terhadap positif bahwa dirinya dapat mencegah
keadaan dirinya dan konseling yang penularan penyakit yang dideritanya.
diberikan kepadanya. Hal tersebut
mungkin dapat disebabkan karena c. Pengetahuan responden berdasarkan
kurangnya paparan ibu dengan konselor karakteristik mengenai pencegahan
dan dukungan keluarga terhadap dan penularan HIV dari ibu ke
keadaan dirinya. Sikap ibu HIV yang bayi.
memiliki kunjungan lebih dari tiga kali
keseluruhannya positif, dikarenakan Tabel 3
frekuensi ibu terpapar dengan konselor Persentase Pengetahuan tentang
dan terus menerima konseling terhadap Pencegahan dan Penularan HIV dan
keadaan dirinya dan bayinya serta AIDS Berdasarkan Karakteristik
informasi mengenai penyakitnya
Pengetahuan
sehingga ibu tersebut menjadi lebih Tahu Tidak tahu Total
siap dan berani menghadapi hidup serta f % f % f %
Karakteristik
menjalani kehidupan dengan penyakit Umur
yang dideritanya. Tampak jelas bahwa a. < 20 th 2 66,7 1 33,3 3 100
pemberian konseling dan informasi b. 20 – 35 th 26 96,3 1 3,7 27 100
berkontribusi terhadap sikap seseorang.
Hal ini sejalan dengan pendapat Saifudin5 Pendidikan
(2008) yang mengungkapkan bahwa a. Dasar 4 80 1 20 5 100
faktor yang mempengaruhi sikap antara b. Menengah 7 100 0 0 7 100
lain pengalaman pribadi, pengaruh c. Tinggi 17 94,4 1 5,6 18 100
orang lain, pengaruh kebudayaan, dan
faktor emosi. Pemberian konseling dan Pekerjaan
informasi sebagai salah satu bentuk a. Tidak 14 93,3 1 6,7 15 100
pengalaman pribadi ataupun pengaruh bekerja 3 75 1 25 4 100
orang lain, dapat membentuk sikap b. PSK 11 100 0 0 11 100
seseorang terhadap suatu objek. c. Swasta

180
NLW Wirantari, NK Somoyani, I GA Surati (Pengetahuan
���������������������������
dan sikap...)

d. Sikap responden berdasarkan yang lebih banyak tahu, serta bekerja


karakteristik tentang pencegahan sebagai swasta lainnya. Menurut Depkes
dan penularan HIV dari ibu ke tahun 2007, pengetahuan seseorang
bayi. dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya umur, tingkat pendidikan,
Sikap Positif Negatif Total dan pekerjaan. Elizabeth (Nursalam dan
Pariani, 62001) mengungkapkan bahwa
f % f % f %
Karakteristik umur dapat mempengaruhi pengetahuan
Umur seseorang. Umur lebih muda mempunyai
a. < 20 th 2 66,7 1 33,3 3 100 daya ingat yang relatif masih kurang
b. 20 – 35 th 24 88,9 3 11,1 27 100 dibandingkan dengan orang yang lebih
Pendidikan tua. Disamping itu, kemampuan untuk
a. Dasar 3 60 2 40 5 100 menyerap pengetahuan baru, lebih
b. Menengah 7 100 0 0 7 100 mudah dilakukan pada umur yang lebih
c. Tinggi 16 88,9 2 11,1 18 100 tua karena fungsi otak yang maksimal.
Pekerjaan Umur ibu yang lebih muda juga berkaitan
a. Tidak bekerja 13 86,7 2 13,3 15 100
dengan psikologis ibu untuk menerima
b. PSK 3 75 1 25 4 100
keadaannya cenderung masih kurang
c. Swasta 10 90,9 1 9,1 11 100
daripada umur yang lebih tua. Berkaitan
dengan sikap ibu yang masih negatif
Dalam penelitian ini ditemukan sesuai dengan karakteristik umur, dapat
sebagian besar (96,3%) responden disebabkan karena pengaruh psikologis
dengan umur 20 -35 tahun sudah
umur yang lebih muda cenderung belum
mengetahui penanganan pencegahan
siap daripada umur ibu yang lebih tua
HIV dan AIDS dan sikap ibu sebagian
untuk menerima keadaan dirinya.
besar (88,9%) bersikap positif, sebagian
Berdasarkan tingkat pendidikan
besar responden (94,4%) yang memiliki
menyatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan tinggi (SMA) mengetahui
pendidikan seseorang semakin
dan memahami mengenai HIV dan
mudah menerima informasi sehingga
AIDS serta memiliki sikap positif
yakni (88,9%), serta responden dengan pengetahuan yang dimiliki akan semakin
pekerjaan swasta lainnya seluruhnya banyak serta tepat dalam pengambilan
memiliki pengetahuan yang baik sikap. Hal ini menunjukkan bahwa
mengenai pencegahan dan penularan kemampuan seseorang menyerap
HIV dan AIDS serta sebagian besar sebuah informasi sangat dipengaruhi
(90,9%) bersikap lebih positif tentang oleh jenjang pendidikan yang
penyakitnya. pernah diikuti. Makin tinggi jenjang
Hal yang dikemukakan di pendidikan yang dijalani, maka makin
atas sesuai dengan hasil penelitian baik pula kemampuannya untuk
dari Dianita yang menyimpulkan menyerap informasi yang berkaitan
bahwa sebagian besar responden dengan meningkatnya pemahaman
setelah dilakukan penyuluhan sudah tentang sesuatu, sehingga ibu memiliki
mengetahui tentang HIV dan AIDS kesadaran yang baik untuk melakukan
dengan responden pendidikan SMA pemeriksaan.
181
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 176 - 183

Notoatmodjo7 (2003) mengung- penularan HIV dari ibu ke bayi. Sikap


kapkan bahwa pekerjaan memegang berdasarkan karakteristik sebagian besar
peranan penting dalam kaitannya responden dengan umur 20 – 35 tahun
dengan tingkat pengetahuan seseorang. yang bersikap positif tentang penularan
Pekerjaan di luar rumah memberikan dan pencegahan HIV. Berdasarkan
kesempatan kepada ibu untuk pendidikan tinggi masih ada 11,1 %
bersosialisasi dan berkomunikasi yang bersikap negatif, dan berdasarkan
dengan lingkungan luar, sehingga pekerjaan ibu masih ada 25% ibu yang
meningkatkan akses terhadap informasi. bekerja sebagai PSK yang bersikap
Makin sering seseorang kontak dengan negatif terhadap pencegahan dan
sumber informasi, dapat meningkatkan penularan HIV dari ibu ke bayi.
pengetahuan seseorang. Pada penelitian Berdasarkan simpulan di atas
ini masih ada pengetahuan dan sikap maka saran yang dapat diberikan
ibu yang belum maksimal hal ini untuk pertimbangan adalah bagi
dikarenakan masih kurangnya sosialisasi petugas konselor PMTCT di Poliklinik
dan komunikasi dengan orang-orang di Kebidanan RSUP Sanglah tetap
sekitar ibu, sehingga ibu merasa sendiri meningkatkan kualitas konseling dan
dalam menghadapi kehidupannya. makin meningkatkan penggunaan media
penunjang dengan lebih baik sehingga
Simpulan dan saran. ibu dengan HIV positif, menjadi lebih
Sebagian besar responden tahu paham terhadap keadaannya dan
tentang pencegahan penularan HIV dari mengerti pencegahan yang tepat di setiap
ibu ke anak ataupun kepada orang lain, masa reproduksinya. Konseling tidak
namun masih ada 6,7% yang belum hanya dikhususkan untuk ibu dengan
mengetahui. Berdasarkan frekuensi HIV positif tetapi juga keluarganya agar
kunjungan baru tiga kali masih ada ibu mendapat dukungan penuh untuk
yang belum tahu mengenai pencegahan menjalani kehidupannya.
dan penularan HIV dari ibu ke bayi. Kepada RS diharapkan tetap
Responden dengan frekuensi kunjungan memberikan pelayanan konseling kepada
lebih dari tiga kali semua responden ibu dengan HIV positif serta keluarga
bersikap positif. Sedangkan kunjungan dan tetap membebaskan ibu dengan HIV
tiga kali masih ada yang bersikap positif dari biaya seperti pemeriksaan
negatif. CD4, ataupun perawatan anak setelah
Pengetahuan berdasarkan lahir dengan mensubsidi susu formula
karakteristik umur 20-35 tahun serta melaksanakan pelatihan konselor
sebagian besar (96,3%) sudah PMTCT agar dapat memaksimalkan
mengetahui pencegahan dan penularan pelayanan kepada ibu dengan HIV
HIV. Berdasarkan tingkat pendidikan positif, bayi, dan keluarganya. Pihak
menengah seluruhnya sudah rumah sakit dapat membuat prosedur
mengetahui, dan masih ada pendidikan tetap (protap) kunjungan ibu dengan
tinggi 5,6% yang belum mengetahui. HIV dan AIDS lebih dari tiga kali.
Berdasarkan pekerjaan masih ada 25% Kepada bidan agar selalu memberikan
ibu yang bekerja sebagai PSK yang KIE mengenai tes HIV dan AIDS
belum mengetahui pencegahan dan kepada ibu hamil yang memeriksakan

182
NLW Wirantari, NK Somoyani, I GA Surati (Pengetahuan
���������������������������
dan sikap...)

kehamilan di pelayanan kesehatan Kedokteran Universitas Sebelas


sebagai salah satu bentuk pelayanan Maret, Karya Tulis Ilmiah, Surakarta
10 T yaitu skrining terhadap Penyakit ; 2010.
menular Seksual. Pemberian konseling 4. Mu’tadin, Z. Pendidikan Seksual
mengenai HIV dan AIDS yang paling Pada Remaja ; 2010. http://
penting adalah pendekatan awal kepada belajarpsikologi.com/pendidikan-
pasien dan penjelasan yang benar seksual-pada-remaja, Diakses pada
mengenai HIV dan AIDS. tanggal 12 Februari 2012.
5. Saifudin dan Anwar. Sikap Manusia
Daftar Pustaka. dan Pengukurannya, Jogyakarta :
1. KPAI. Laporan Komisi Penang- UST ; 2008.
gulangan AIDS, Indonesia ; 2011. 6. Nursalam dan Parini S. Pendekatan
2. Alwi, Hasan. Kamus Besar Praktis Metodologi Riset
Bahasa Indonesia. Ed. III, Jakarta: Keperawatan, Jakarta: Salemba
Depdiknas RI dan Balai Pustaka ; Medika ; 2001.
2001. 7. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan
3. Kusumastuti, F.A.D. Hubungan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:
Antara Pengetahuan Dengan Sikap Rineka Cipta ; 2003.
Seksual Pranikah Remaja, Fakultas

183
KAJIAN PERILAKU SISWA SMP TERKAIT
PENCEGAHAN HIV/AIDS DI KOTA DENPASAR

Made Widhi Gunapria Darmapatni1

Abstract. Junior high school students are at high risk of contracting HIV, since
they are in the transitional period and having tendency to experiment new
experiences including free sex and drugs. In anticipating that problem, prevention
programs should be developed based on the needs of students. This study is
aimed exploring students’ perceptions of what causing HIV risk behavior.
Qualitatif Study was applied in-depth interviews to five respondents who were
select through purposive sampling. Data was analyzed descriptive. Study findings
show that factors causing junior high school students engage in risky behavior
based on perceptions of students consists of four factors. Factors include family
disharmony, control, communications, and negative role models. Social factors
consists of peer pressure, members of social groups, and infrastructure. Personal
factors consist of knowledge, curiosity, and openness. Factors include media
information sources, information delivery, and information needs.
This study concludes, student involvement in risky behavior can be influences by
social, family and personal factors, and also the sources of information.

Keywords: behavior, HIV/AIDS prevention, Junior High School students

Abstrak. Siswa SMP memiliki kerentanan yang tinggi terhadap penularan


HIV karena berada dalam masa transisi dan cenderung mencoba perilaku baru
termasuk seks bebas dan narkoba. Dalam mengantisipasi hal tersebut, perlu
dikembangkan program pencegahan berdasarkan kebutuhan siswa. Penelitian ini
bertujuan menggali persepsi siswa SMP mengenai penyebab perilaku berisiko
HIV/AIDS.
Penelitian kualitatif ini menggunakan wawancara mendalam pada lima
responden yang ditetapkan secara purposive sampling. Analisa data dilakukan
secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang menyebabkan siswa SMP
terlibat dalam perilaku berisiko berdasarkan persepsi siswa terdiri atas 4 faktor.
Faktor keluarga meliputi ketidakharmonisan, pengawasan, komunikasi, dan role
model yang negatif. Faktor sosial terdiri atas tekanan sebaya, anggota kelompok
pergaulan, dan sarana-prasarana. Faktor personal terdiri atas pengetahuan,
keingintahuan, dan keterbukaan. Faktor sumber informasi meliputi media
informasi, penyampaian informasi, dan kebutuhan informasi.
Simpulan penelitian ini, faktor penyebab siswa terlibat perilaku berisiko yaitu
sosial, keluarga, personal, dan sumber informasi

Kata kunci: Perilaku, Pencegahan HIV/AIDS, Siswa SMP

1 Dosen Jurusan Kebidanan

184
M Widhi Gunapria Darmapatni ���������������������
(Kajian perilaku...)

Pendahuluan Menindaklanjuti hal tersebut


Salah satu dari delapan strategi perlu dilakukan penelitian terkait faktor
Millennium Development Goals (MDGs) penyebab perilaku berisiko pada siswa
adalah memerangi infeksi human SMP Hasil penelitian tentunya dapat
immunodeficiency virus (HIV) dan dimanfaatkan sebagai media dan bahan
acquired immune deficiency syndrome advokasi kebijakan berbasis bukti bagi
(AIDS).1 Diperkirakan sampai saat ini pengembangan program pendidikan
34 juta jiwa orang yang hidup dengan kesehatan terkait pencegahan HIV/
HIV/AIDS di dunia dan 4,7 juta berada AIDS yang terintegrasi bagi kelompok
di wilayah Asia. Di Indonesia, HIV/ remaja di sekolah khususnya siswa SMP
AIDS merupakan new emerging di kota Denpasar dan wilayah lain
diseases dan telah merupakan pandemi
di semua kawasan. Tingginya kejadian Metode
HIV/AIDS tersebut sebenarnya masih Rancangan penelitian ini adalah
jauh dibawah angka nyata akibat adanya kualitatif menggunakan metode
fenomena gunung es.2 deskriptif yang digunakan untuk
Bali sebagai tujuan wisata mendapatkan pemahaman yang lebih
dunia memiliki kerentanan yang mendalam. Penelitian dilaksanakan dari
tinggi terhadap penularan HIV/AIDS. Juni-September 2012 di SMP di kota
Padatnya jumlah penduduk dan mobilitas Denpasar, melalui indepth interview
populasi yang tinggi mendorong pada 5 siswa SMP kelas III yang
peningkatan praktik perilaku berisiko
ditetapkan secara purposive sampling.7
HIV/AIDS. Keterbukaan Bali sebagai
Penelitian ini telah memenuhi prinsip
daerah pariwisata berdampak pada
etika penelitian dan dilengkapi informed
interaksi budaya lokal dengan budaya
consent dari setiap responden.Wawancara
lain yang berperan pada perkembangan
mendalam berlangsung 1 jam, dengan
masyarakat setempat. Perubahan struktur
pembagian 10 menit pertama dengan
dan orientasi masyarakat diperkirakan
membuka percakapan menyampaikan
ikut memengaruhi pola-pola hubungan
maksud dari wawancara, 45 menit
interpersonal begitu juga dengan pola
mengungkapkan apa yang dirasakan
pergaulan remaja setempat.3
dan menjawab pertanyaan, serta 5
Data Dinas Kesehatan provinsi
menit terakhir mengakhiri wawancara
Bali menunjukkan kasus HIV/AIDS
tertinggi terdapat di kota Denpasar dengan mengucapkan terimakasih atas
2.015 (44,26%) kasus, tersebar dari kesediaan informan untuk diwawancarai
usia kurang dari satu tahun sampai lebih dan melakukan kontrak jika dibutuhkan
dari 60 tahun dengan kasus tertinggi pertemuan selanjutnya.
usia 20–29 tahun (43,96%). Tingginya Selama wawancara, peneliti
kelompok usia 20–29 tahun yang berusaha menggali data sesuai topik
terinfeksi HIV/AIDS mengisyaratkan yang telah ditentukan dengan tetap
infeksi telah terjadi pada usia yang lebih memperhatikan hal-hal yang dapat
muda mengingat masa inkubasi sekitar memengaruhi proses wawancara.
5–10 tahun. Meskipun saat wawancara masing-

185
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 184 - 190

masing responden menceritakan pergaulan remaja ternyata tidak hanya


pengalaman dengan berbagai gaya berasal dari usia yang sama, namun
bahasa, ekspresi wajah dan intonasi terdapat anggota kelompok yang usianya
suara yang berbeda-beda, namun lebih tua ataupun lebih muda. Hal ini
secara mendasar, hasil wawancara tentu akan memengaruhi nilai-nilai
telah mencakup apa yang dipersepsikan kelompok tersebut seperti pernyataan di
sebagai penyebab siswa SMP terlibat bawah ini :
dalam perilaku berisiko.
“Temen-temen di sekolah juga ada,
Hasil dan pembahasan temen-temen di luar, sepantaran ada,
Hasil penelitian menunjukkan tidak yang besar juga ada, kenalnya sih
ada siswa yang terlibat dalam perilaku dari teman ke teman”(II)
seks pranikah dan mengkonsumsi
narkoba. Namun, didapatkan data Ketersedianya sarana-prasarana
bahwa responden telah mengkonsumsi di lingkungan pergaulan remaja
rokok, alkohol, dan berpacaran ternyata berkontribusi terhadap
secara backstreet. Ada 4 faktor yang keterlibatan remaja dalam pergaulan
melatarbelakangi yaitu faktor keluarga, yang negatif. Adanya tempat-tempat
sosial, personal, dan sumber informasi. penjualan minuman keras yang dapat
diakses dengan mudah diungkapkan
Faktor sosial oleh para responden. Selain itu saat
Pada umumnya kelompok sebaya ini makin menjamur warung-warung
menjadi begitu berarti dan sangat yang dapat dijadikan tempat kumpul-
berpengaruh pada kehidupan sosial kumpul remaja. Kedua hal tersebut
remaja.4 Nilai-nilai kelompok sebaya memperberat permasalahan yang sudah
terkadang mengantarkan remaja pada ada, diungkapkan sebagai berikut :
kegiatan yang negatif termasuk minum-
minuman keras dan merokok Berikut ini “…….sering, pulang sekolah, klo di
adalah beberapa pernyataan responden sekolah ndak berani, tu di warung
bahwa teman sebaya memiliki pengaruh belakang banjar,……ya warung-
besar dalam pergaulan remaja sehari- warung rumahan gitu”(II)
hari yaitu :
Perilaku merokok dan konsumsi
“Klo minum.. segelas dua gelas nyoba- alkohol diungkapkan sebagai jembatan
nyoba doang..Ya pas acara-acara penghubung sebelum remaja terlibat
ultah, kumpul-kumpul di warung ama dalam penggunaan obat-obat terlarang.
temen-temen”(I) Pada umumnya penggunaan rokok
yang konsisten selama bertahun-tahun
Dalam kelompok sebaya, remaja diawali dari usia sekolah menengah
berusaha untuk menyesuaikan dan 14–18 tahun. Faktor teman sebaya
menyatu sehingga dapat diterima ditemukan paling menonjol mengingat
oleh kelompoknya.4 Kelompok dalam perkembangan pada periode ini adalah

186
M Widhi Gunapria Darmapatni ���������������������
(Kajian perilaku...)

membangun identitas diri terpisah Dinamika dan hubungan antar


dari keluarga. Remaja yang konsisten anggota dalam keluarga juga memainkan
merokok dan mengonsumsi alkohol peran yang cukup penting. Perselisihan
berpeluang lebih tinggi melakukan dan ketidakharmonisan tentunya sangat
penyimpangan, kekerasan, dan masalah memengaruhi perkembangan remaja
hukum.5 yang memasuki masa peralihan serta
Faktor Keluarga membutuhkan dukungan. Berikut ini
Keluarga merupakan lingkungan adalah beberapa pernyataan responden
pertama yang meletakkan dasar-dasar yang berkaitan dengan adanya ketidak-
kepribadian remaja. Selain orangtua, harmonisan keluarga yaitu :
saudara kandung, dan posisi anak dalam
keluarga sangat besar pengaruhnya
“Bosen baget liat bapak ibuk
bagi remaja. Pola asuh dalam keluarga
berantem, bapakku suka tajen (sabung
sebagai bentuk interaksi antara anak
ayam) ibukku marah-marah aja
dan orangtua dapat dilihat dari cara kerjaannya”(II)
orangtua memenuhi kebutuhan keluarga,
memberi perlindungan, dan mendidik
anak dalam kesehariannya.4 Berdasarkan Orangtua yang berkomunikasi
hasil wawancara mendalam ditemukan aktif dengan anak tentunya memengaruhi
kurangnya pengawasan orangtua pada keterbukaan anak untuk mengungkapkan
anak yang disertai kurangnya batasan- permasalahan mereka. Orangtua tidak
batasan dalam berperilaku. Berikut ini hanya menjadi tempat mengadu masalah
pernyataan responden terkait dengan pendidikan dan pelajaran saja namun
sikap tersebut : juga masalah-masalah pergaulan sehari-
hari. Hasil wawancara menemukan
“Makanya pulang kumpul langsung masih kurangnya komunikasi orangtua
mandi tidur, kan ndak ketahuan”(III) yang berdampak pada perilaku remaja
dalam pernyataan sebagai berikut :
Selain kurangnya pengawasan,
contoh yang negatif anggota keluarga “ Klo ortu saya sih kurang perhatian
begitu berarti dalam membentuk juga. Bapak kan nyopir berangkat
perilaku anak. Hal ini tidak hanya pagi pulang malem. Klo ibu kan cuma
terbatas contoh dari orangtua, namun di rumah gitu aja”(III)
juga contoh dari saudara kandung dan
anggota keluarga lainnya. Pernyataan Faktor lain yang ditemukan
berikut mengungkapkan contoh negatif memengaruhi pengetahuan seseorang
yang berasal dari keluarga sebagai dan menjadi dasar seseorang dalam
berikut : berperilaku adalah latar belakang
keluarga. Faktor keharmonisan,
“Bapakku juga ngerokok, …..bu klo
tingkat pendidikan, tingkat hunian, ada
pake narkotika ditangkep, klo rokok
tidaknya konflik, tingkat perselisihan
ndak”(V)
anak dengan ibu, serta sejauh mana
187
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 184 - 190

remaja telah mendiskusikan isu-isu “……..heheh…..udah sih bu……


seksualitas dengan anggota keluarga masak pegangan tangan doang, coba-
ternyata memengaruhi pengetahuan. coba dikit lah yang penting kan ndak
Oleh karena itu, pendidikan HIV/AIDS sampe ngeseks”(I)
seharusnya diprioritaskan pada siswa
yang orangtuanya bekerja dan berasal
Remaja mengalami berbagai
dari keluarga ekonomi rendah dan
perubahan, salah satunya adalah
difokuskan pada pemberian informasi perubahan fisik yang mengarah pada
terkait membentuk komunikasi dan kematangan organ-organ reproduksi.
keharmonisan dalam keluarga.6 Pada umumnya remaja yang sudah
pubertas mulai menaruh perhatian pada
Faktor personal lawan jenis dan mencoba menjalin
Dalam konteks pencegahan HIV/ hubungan yang lebih intim dalam
AIDS, pengetahuan mengenai perbedaan bentuk berpacaran. Petikan wawancara
HIV dan AIDS, cara penularan, perilaku di bawah ini menggambarkan hubungan
berisiko menjadi sangat penting untuk pacaran responden yang backstreet dan
diketahui. Pengetahuan yang memadai mulai melakukan kontak fisik sehingga
tentunya akan berdampak pada motivasi perlu mendapat perhatian sebagai
intern remaja dalam mencegah HIV/ berikut yaitu:
AIDS.7 Hasil wawancara mendalam
menunjukkan bahwa responden “ …….pernah banget….., biasanya
memiliki pengetahuan yang belum saya pulang sekolah jam setengah
memadai seperti pernyataan berikut: satu, trus saya pulang jam empat.
Ditanya dah ke mana, ama siapa
bilang aja ke rumah teman, padahal
“tau dikit-dikit bu,……AIDS tu
saya pacaran” (III)
penyakit berbahaya, katanya sih ndak
bisa sembuh…..belum ada obatnya
Upaya pencegahan HIV/AIDS
kali”(I)
memerlukan peningkatan pemahaman
tentang pengetahuan dan sikap secara
Usia remaja merupakan masa transisi terus menerus. Pengetahuan yang
fisik, transisi emosi, transisi nilai-nilai memadai cenderung untuk mendorong
moral, dan transisi pemahaman. Remaja siswa bersikap positif. Meskipun
harus mampu beradaptasi dengan beberapa penelitian menemukan tidak
perubahan-perubahan ini. Pengetahuan terdapat hubungan antara tingginya
yang terbatas dalam menghadapi pengetahuan dan perilaku, namun
perubahan-perubahan ini menimbulkan pengetahuan yang memadai setidaknya
keingintahuan besar untuk mencoba menjadi dasar pertimbangan saat
yang berujung pada keterbukaan siswa mengambil keputusan dalam
terhadap perilaku berisiko. Hal tersebut pergaulan.8
tergambar pada petikan wawancara Dalam era globalisasi saat ini,
berikut : sumber informasi mengenai HIV/
188
M Widhi Gunapria Darmapatni ���������������������
(Kajian perilaku...)

AIDS dan narkoba cukup mudah untuk di sekolah. Informasi utama siswa
diperoleh. Informasi dapat diperoleh diperoleh dari televise saja. Terbatasnya
melalui media elektronik, media cetak media, kurangnya informasi dari orang-
atau sumber lainnya. Hal tersebut orang yang dianggap tepat meningkatkan
ternyata senada dengan pernyataan para kebutuhan siswa terhadap informasi
responden pada penelitian ini. Terdapat yang komprehensif.
berbagai sumber informasi dapat
diakses baik di sekolah maupun luar Simpulan dan saran
sekolah. Meskipun demikian, masih Berdasarkan hasil analisis dan
ditemukan kebutuhan akan informasi pembahasan dapat disimpulkan terdapat
HIV/AIDS yang lebih komprehensif, 4 faktor yang melatarbelakangi siswa
seperti pernyataan sebagai berikut: terlibat perilaku berisiko. Faktor
keluarga meliputi ketidakharmonisan,
pengawasan, komunikasi, dan role
“Perlu juga sih, supaya kita tidak model yang negatif. Faktor sosial terdiri
terjerumus, di sekolah dapet di atas tekanan sebaya, anggota kelompok
pelajaran biologi. TV di internet” (II) pergaulan, dan sarana-prasarana. Faktor
personal terdiri atas pengetahuan,
umumnya melalui ceramah dari keingintahuan, dan keterbukaan. Faktor
berbagai instansi yang diakui cukup sumber informasi meliputi media
membosankan. Penyampaian informasi informasi, penyampaian informasi, dan
yang menarik tentunya akan berdampak kebutuhan informasi. Selain pemberian
lebih baik bagi pengetahuan responden. informasi yang komprehensif melalui
Berikut petikan wawancara yang program pencegahan HIV/AIDS,
menggambarkan hal tersebut: orangtua diharapkan meningkatkan
jalinan komunikasi dengan anak,
mengontrol dan mengawasi pergaulan
“Belum juga, perlu tampilan yang
beda, klo ceramah aja pastinya bosen anak, menjaga keharmonisan dan
bu…... Pinginnya ya lebih banyak kehangatan keluarga, serta memberikan
lagi dibimbing, kelompok-kelompok, contoh positif dalam keluarga.
berapa orang berapa orang…….lebih
jelas”(III) Daftar Pustaka
1. United Nations Development
Group. Indicator for monitoring the
Informasi terkait pencegahan HIV milenium development goals. New
dari orangtua dirasakan masih sangat York: United Nations; 2003.
kurang. Hal ini mungkin disebabkan 2. United Nations Programme on
karena pengetahuan orangtua yang HIV/AIDS. AIDS epidemic update.
rendah dan masih tabunya membicarakan Geneva: UNAIDS; 2009.
seks dengan anak. Guru di sekolah 3. Komisi Penanggulangan AIDS
dianggap bukan sumber informasi yang Nasional. Strategi penanggulangan
tepat bagi siswa, hal ini menjadi indikasi HIV dan AIDS tahun 2007–2010.
rendahnya program edukasi HIV/AIDS Jakarta: KPA; 2007.
189
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 184 - 190

4. Soetjiningsih. Buku ajar 7. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan


tumbuh kembang remaja dan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka
permasalahannya. Jakarta: Sagung Cipta; 2010.
Seto; 2004. 8. Santrock JW. Adolescence
5. Myers MG, Kelly JF. Cigarette perkembangan remaja. Jakarta:
smoking among adolescent Erlangga; 2003.
with alcohol and other drug use
problem. J Alkohol Res Health.
2006;29(3):221–7.
6. Fako TI, Kangara LW, Forcheh N.
Predictor of knowledge about HIV/
AIDS among young people: lesson
from Botswana. J AIDS HIV Res.
2010;2(6):116–30.

190
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN BIDAN
DENGAN PRAKTIK KEWASPADAAN UMUM DALAM
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RUANG
BERSALIN BLUD RSU KABUPATEN BADUNG
Ni Ketut Rai Sarini¹, Ni Luh Putu Sri Erawati², Ni Nyoman Sumiasih³

Abstract. One of the strategy to inhibit the infectious disease transmission in


hospital by applying universal precaution. Practice of universal precaution
in health facilities are affected by knowledge from midwife as health worker,
infrastructure in providing midwifery care. The aim of this research is to find
out if there are any relation between knowledge levels of midwife with universal
precaution practice on normal labor care atdelivery room. Badung Hospital This
research used analytic observational with cross sectional approach, by taking 20
respondents at delivery room Badung Hospital. Data collection for knowledge
variables usedetailed questionnaire and for practice variables use checklist. After
univariate analyse the data showed that respondents had good knowledge 65%,
enaugh 35%, and none of them had less. And the data showed that respondents
had been competence 55%, but 45% respondents not compenten. Correlational
analysis was performed using fisher exact. The research result showed p value
equal to 0,005 on α equal to 0,05. This result indicate that there are any relation
between knowledge levels of midwifes with universal precaution practice on
normal labor care at delivery room in Badung Hospital. In conclusion all of the
midwife should aplying her knowledge abaut universal precaution to prevent
from infectious disease transmision.

Keywords : knowledge, practice, universal precaution

Abstrak. Salah satu strategi untuk menghambat penularan penyakit menular


di rumah sakit dengan menerapkan tindakan pencegahan universal. Praktek
pencegahan universal dalam fasilitas kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan
dari bidan sebagai tenaga kesehatan, infrastruktur dalam memberikan asuhan
kebidanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara tingkat pengetahuan bidan dengan praktek pencegahan
universal yang normal ruang perawatan persalinan atdelivery. Rumah Sakit
Badung Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional, dengan mengambil 20 responden di Rumah Sakit Badung
ruang bersalin. Pengumpulan data untuk variabel pengetahuan usedetailed
kuesioner dan untuk variabel praktek menggunakan checklist. Setelah univariat
menganalisis data menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang
baik 65 %, enaugh 35%, dan tidak satupun dari mereka memiliki kurang. Dan data
menunjukkan bahwa responden telah kompetensi 55 %, tetapi 45 % responden

1 Rumah Sakit Umum Daerah Badung, 2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar

191
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 191 - 198

tidak compenten. Analisis korelasional dilakukan dengan menggunakan


fisher tepat. Hasil penelitian menunjukkan p value sebesar 0,005. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan bidan dengan
praktek pencegahan universal tentang perawatan persalinan normal di ruang
bersalin di Rumah Sakit Badung. Kesimpulannya semua bidan harus aplying
pengetahuan abaut tindakan pencegahan yang universal untuk mencegah dari
transmisi penyakit menular.

Kata kunci : pengetahuan, praktik, tindakan pencegahan yang universal

Penyakit infeksi dan penyakit kesehatan baik dari sumber infeksi yang
menular masih merupakan masalah diketahui maupun yang tidak diketahui.
kesehatan di Indonesia. Penyakit infeksi Petugas kesehatan memperlakukan
yang cendrung meningkat dalam 20 semua pasien sama dengan mengguna-
tahun terakhir atau cendrung meningkat kan prinsip pencegahan infeksi secara
dimasa yang akan datang seperti umum, tanpa memandang penyakit
HIV/AIDS dan hepatitis. HIV/AIDS atau diagnosanya dengan asumsi bahwa
dan Hepatitis B merupakan penyakit semua pasien berisiko atau terinfeksi
infeksi yang menular dan menjadi penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis.2
ancaman global. Penularan penyakit Apabila bidandalam memberikan
infeksi tersebut dapat melaluibeberapa asuhan kebidanan tidak melaksanakan
cara diantaranya melalui prilaku seks kewaspadaan umum dapat berakibat
bebas, penyalahgunaan narkoba yang fatal terhadap pasien dan bidan itu
tertular melalui jarum suntik bersama, sendiri. Risiko yang paling fatal yang
melalui transfusi darah, cairan tubuh dialami oleh bidan adalah terpapar cairan
dan darah.1 tubuh, darah, tertusuk jarum suntik, dan
Rumah sakit merupakan tempat jarum jahit
pelayanan pasien dengan berbagai Kemampuan bidan dalam praktik
macam penyakit diantaranya penyakit kewaspadaan umum dipengaruhi oleh
infeksi, mulai yang ringan sampai yang unsur pengetahuan tentang kewaspadaan
terberat, hal ini dapat menyebabkan umum, sarana, dan prasarana dalam
risiko penyebaran infeksi dari satu memberikan asuhan kebidanan.
pasien ke pasien lainnya, begitu juga Berdasarkan hasil studi pen-
dengan petugas kesehatan yang sering dahuluan di BLUD RSU Kabupaten
terpapar agen infeksi. Untuk mencegah Badung pada bulan Agustus 2012
tertular penyakit petugas kesehatan perlu didapat data Voluntry Counseling and
memahami tentang siklus transmisi/ Test (VCT) BLUD RSUKabupaten
penularan penyakit. Salah satu strategi Badung dari bulan Januari sampai
yang digunakan dalam memutuskan dengan Juli 2012 terdapat 13 orang
atau menghambat transmisi penyakit tenaga kesehatan yang terpapar oleh
infeksi adalah dengan melaksanakan jarum suntik dan jarum heacting dengan
kewaspadaan umum.2 hasil pemeriksaan laboratorium negatif.3
Kewaspadaan umum dirancang Sepuluh orang bidan dari 20 orang bidan
untuk mengurangi risiko penularan yang tugas di ruang bersalin terdapat
mikroorganisme di fasilitas pelayanan 40% orang pernah terpapar cairan

192
NK Rai Sarini, NLP Sri Erawati, NN Sumiasih (Hubungan antara pengetahuan...)

ketuban dan 40% orang pernah tertusuk dua sel yang tidak terpenuhi expected
jarum jahit. Dari segi pengetahuan 80% count berada dibawah lima. Hasil yang
orang dapat menyebutkan pengertian, diperoleh pada analisis bivariat adalah
tujuan, dan standar kewaspadaan umum nilai p, HO akan diterima bila p>0,05.
tetapi tidak secara lengkap, 20% orang
mengatakan lupa. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian dilaksanakan ruang
mengetahui hubungan pengetahuan bersalin BLUD RSU Kabupaten Badung
dengan praktik kewaspadaan umum dengan jumlah responden sebanyak 20
dalam asuhan persalinan normal di orang. Di tinjau dari segi pendidikan
Ruang Bersalin BLUD RSU Kabupaten sebagian besar (90%) responden
Badung. berpendidikan DIII dan sebagian kecil
berpendidikan DIV, dari����������������
segi umur,
Metode responden berada antara umur 20-30
Penelitian ini menggunakan tahun lebih dari setengah (55%), dan >
desain analitik obsevasional dengan 30 tahun kurang dari setengah (45%),
pen-dekatan cross sectional. Populasi dari lama kerja responden dibawah lima
penelitian ini adalah seluruh bidan yang tahun tujuh orang (35%), antara lima
bekerja di Ruang Bersalin BLUD RSU sampai sepuluh tahun sebanyak tujuh
Kabupaten Badung dengan jumlah 20 orang (35%), dan > 10 tahun sebanyak
orang. Metode pengambilan sampel enam orang (30%).
adalah total sampling, dengan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini Pengetahuan tentang ������������
Kewaspadaan
adalah semua bidan yang bekerjadi Umum dalam Asuhan Persalinan
Ruang bersalin BLUD RSU Kabupaten Normal
Badung yang berjumlah 20 orang
dengan kriteria inklusi semua bidan Tabel 1.
yang bekerja di Ruang Bersalin Distribusi Responden Menurut
BLUD RSU Kabupaten Badung yang Pengetahuan Tentang Kewaspadaan
bersedia menjadi responden dan telah Umum dalam Asuhan
menandatangani informed consent. Data Persalinan Normal
yang digunakan dalam penelitian adalah
Pengetahuan F %
data primer yang dikumpulkan melalui
obsevasi dan menyebarkan kuisioner. Baik 13 65
Hasil uji normalitas data me- Cukup 7 35
nunjukkan data berdistribusi tidak Total 20 100 %
normal. Analisis bivariat digunakan
untuk mengetahui apakah ada hubungan Dari Tabel 1 di atas terlihat
antara varabel pengetahuan dengan bahwa sebagian besar responden
varabel praktik dengan menggunakan berpengetahuan baik yaitu 13 orang
uji fisherexact yang merupakan uji (65%), berpengetahuan cukup sebanyak
alternatif oleh karena uji chi sequare tujuh orang (35%), dan tidak ada yang
tidak dapat digunakan karena ada berpengetahuan kurang. Pengetahuan
�����������

193
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 191 - 198

responden yang baik disebabkan oleh belasan tahun. Hasil penelitian ini
tingkat pendidikan responden DIII dan juga didukung Hendra pada tahun
DIV dimana kewaspadaan umum sudah 2009 bertambahnyaumur seseorang
didapat pada saat kuliah. Pendidikan dapat berpengaruh pada pertambahan
yang tinggi juga berpengaruh terhadap pengetahuan yang diperolehnya, akan
kemampuan menganalisis yang cukup tetapi pada umur-umur tertentu atau
baik tentang apa yang bermanfaat dan menjelang usia lanjut kemampuan
tidak bermanfaat bagi mereka. Faktor penerimaan atau mengingat suatu
lain yang berpengaruh adalah umur pengetahuan akan berkurang. Pada usia
dan lama bekerja. Dari segi umur 21 -40 tahun otot-otot dan otak mencapai
semua responden berumur diatas 20 kekuatan maksimal. Perkembangan
tahun, dari lama bekerja sebagian besar cara berfikir telah matang sehingga
responden (65%) dengan pengalaman pengetahuan luas.5
bekerja di atas lima tahun, hal ini dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan Praktik Kewaspadaan Umum dalam
seseorang. Pengetahuan responden yang Asuhan Persalinan Normal
cukup kemungkinan disebabkan karena
Tabel 2.
kemampuan individu yang berbeda-beda
Distribusi Responden Menurut
dalam pemahaman tentang kewaspadaan
Komponen Praktik Kewaspadaan
umum dan responden mempunyai masa
Peritem Dalam Asuhan
kerja yang kurang dari lima tahun, yang
Persalinan Normal
menyebabkan pengalaman kurang dan
berpengaruh terhadap pengetahuan. Pengetahuan F %
Menurut Notoatmojo (2007), faktor Baik 13 65
yang mempengaruhi pengetahuan, dua Cukup 7 35
diantaranya yaitu faktor pendidikan, Total 20 100 %
semakin tinggi pendidikan maka ia
akan mudah menerima hal-hal baru dan Dari Tabel 1 di atas terlihat
mudah menyesuaikan dengan hal yang bahwa sebagian besar responden
baru tersebut, dan faktor pengalaman, berpengetahuan baik yaitu 13 orang
berkaitan dengan umur serta pendidikan (65%), berpengetahuan cukup sebanyak
individu, bahwa pendidikan yang tinggi tujuh orang (35%), dan tidak ada yang
maka pengalaman akan luas, sedangkan berpengetahuan kurang.������������
Pengetahuan
semakin tua umur seseorang maka responden yang baik disebabkan oleh
pengalaman akan semakin banyak.4 tingkat pendidikan responden DIII dan
Pada penelitian ini, responden
�������������������
memiliki DIV dimana kewaspadaan umum sudah
rentang umur 20–40 tahun dan memiliki didapat pada saat kuliah. Pendidikan
tingkat pendidikantinggi. Makin tua yang tinggi juga berpengaruh terhadap
umur seseorang maka proses-proses kemampuan menganalisis yang cukup
perkembangan mentalnya bertambah baik tentang apa yang bermanfaat dan
baik, akan tetapi pada umur tertentu tidak bermanfaat bagi mereka. Faktor
bertambahnya proses perkembangan lain yang berpengaruh adalah umur
mental ini tidak secepat seperti ketika dan lama bekerja. Dari segi umur

194
NK Rai Sarini, NLP Sri Erawati, NN Sumiasih (Hubungan antara pengetahuan...)

semua responden berumur diatas 20 otak mencapai kekuatan maksimal.


tahun, dari lama bekerja sebagian besar Perkembangan cara berfikir telah
responden (65%) dengan pengalaman matang sehingga pengetahuan luas.5
bekerja di atas lima tahun, hal ini dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan Praktik Kewaspadaan Umum dalam
seseorang. Pengetahuan responden yang Asuhan Persalinan Normal
cukup kemungkinan disebabkan karena
kemampuan individu yang berbeda-beda Tabel 2.
dalam pemahaman tentang kewaspadaan Distribusi Responden Menurut
umum dan responden mempunyai masa Komponen Praktik Kewaspadaan
kerja yang kurang dari lima tahun, yang Peritem Dalam Asuhan
menyebabkan pengalaman kurang dan Persalinan Normal
berpengaruh terhadap pengetahuan.
Menurut Notoatmojo (2007), faktor Tidak
Terampil terampil
yang mempengaruhi pengetahuan, dua No Prosedur
diantaranya yaitu faktor pendidikan, f % f %
semakin tinggi pendidikan maka ia 1 Prosedur cuci tangan 14 70 6 30
akan mudah menerima hal-hal baru dan
2 Memakai sarung
mudah menyesuaikan dengan hal yang tangan 13 65 7 35
baru tersebut, dan faktor pengalaman, 3 Prosedur memakai
berkaitan dengan umur serta pendidikan 13 65 7 35
sarung tangan
individu, bahwa pendidikan yang tinggi 4 Prosedur melepas 13 65 7 35
maka pengalaman akan luas, sedangkan sarung tangan
semakin tua umur seseorang maka 5 Prosedur memakai 11 55 9 45
APN
pengalaman akan semakin banyak.4
Pada penelitian ini, responden
���������� 6 Prosedur memproses 12 60 8 40
alat bekas pakai
memiliki rentang umur 20–40 tahun
dan memiliki tingkat pendidikantinggi. 7 Penggunaan peralatan 12 60 8 40
Makin tua umur seseorang maka tajam secara aman
proses-proses perkembangan mentalnya 8 Pengelolaan sampah
bertambah baik, akan tetapi pada dan mengatur 10 50 10 50
kebersihan ruangan
umur tertentu bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika belasan tahun. Hasil Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa
penelitian ini juga didukung Hendra sebagian besar responden trampil, hanya
pada tahun 2009 bertambahnyaumur pada pengelolaan sampah dan mengatur
seseorang dapat berpengaruh pada kebersihan ruang responden yang
pertambahan pengetahuan yang terampil dan tidak terampil jumlahnya
diperolehnya, akan tetapi pada umur- sama.
umur tertentu atau menjelang usia lanjut Berikut ini distribusi responden
kemampuan penerimaan atau mengingat menurut praktik kewaspadaan secara
suatu pengetahuan akan berkurang. keseluruhan dalam asuhan persalinan
Pada usia 21 -40 tahun otot-otot dan normal, seperti Tabel 3 berikut

195
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 191 - 198

Tabel 3. Ruang Bersalin BLUD RSU Kabupaten


Distribusi Responden Menurut Badung juga terbatas seperti jumlah
Praktik Kewaspadaan Dalam stok kaca mata dan topi yang terbatas
Asuhan Persalinan Normal dan pengadaannya disesuaikan dengan
Praktik f %
turunnya anggaran, sehingga bidan
Terampil 11 55
tidak dapat melakukan protap secara
Tidak terampil 9 45 benar, serta dalam pengelolaan sampah
Total 20 100% tas plastik yang digunakan disesuaikan
dengan persediaan yang ada.
Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa Menurut teori Green (dalam
responden yang terampil lebih banyak Notoatmojo 2003) ada tiga faktor�
11 orang (55%) dari pada yang tidak pembentuk praktik salah satunya adalah
terampil hanya sembilan orang (45%). pendukung (enabling faktor)
faktor�����������
Hasil analisis menunjukkan bahwa yang terwujud dalam lingkungan fisik,
sebagian besar (55%) bidan di Ruang tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
Bersalin BLUD RSU Kabupaten fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.6
Badung tahun 2012 termasuk kategori Menurut Depkes RI (2006) tujuan umum
terampil dan sebagian kecil (45%) yang SPO adalah mengarahkan kegiatan
tidak terampil. Hasil analisis masing- asuhan untuk mencapai tujuan yang
masing item didapatkan
��������������������
sebagian efektif dan efisien sehingga konsisten
besar responden trampil hanya pada dan aman dalam rangka meningkatkan
pengelolaan sampah dan mengatur mutu pelayanan melalui pemenuhan
kebersihan ruangan responden yang standar yang berlaku.7Hasil penelitian
terampil dan tidak terampil komposisinya ini sejalan dengan hasil penelitian
sama. Hal ini
��������������������������������
tidak saja berkaitan dengan Setiana (2011) yang menyatakan
pengetahuan tetapi perlu adanya daya bahwa perlunya sarana dan prasarana
dukung sarana dan prasarana, lama kerja untuk mendukung pelaksanaan praktik
serta pengalaman. Salah satu penyebab kewaspadaan umum, tanpa adanya
bidan tidak terampil di ruang bersalin sarana dan prasarana maka praktik tidak
BLUD RSU Kabupaten Badung tahun dapat dilakukan.8
2012 adalah bidan tidak taat melakukan
SPO dengan benar dan sesuai dengan Hubungan antara Pengetahuan Bidan
urutan yang telah ditentukan rumah dengan Praktik Kewaspadaan Umum
sakit karena kurang motivasi dari diri dalam Asuhan Persalinan Normal
sendiri serta kurangnya monitoring Berdasarkan hasil pengolahan
dalam pelaksanaannya. Disamping itu data crosstabulation pengetahuan dan
ada beberapa SPO tentang kewaspadaan praktik didapat nilai harapan (expected
umum yang tidak tersedia seperti SPO count) kurang dari lima sehingga tidak
tentang cara memakai sarung tangan, memenuhi syarat untuk menggunakan
pengelolaan sampah, cara menjaga uji chi-square, maka digunakanlah uji
kebersihan lingkungan kerja, yang alternatif yaitu fisher exact.
menyebabkan tidak ada pedoman Hasil analisis hubungan
yang menuntun asuhan yang akan antara pengetahuan dengan praktik
dilakukan. Sarana APD yang ada di kewaspadaan umum dalam asuhan

196
NK Rai Sarini, NLP Sri Erawati, NN Sumiasih (Hubungan antara pengetahuan...)

persalinan normal��������������������
dapat dilihat pada responden sangat menyadari posisinya
Tabel 6 berikut. bekerja di dunia medis, yang
memerlukan praktik kewaspadaan
Tabel 6. umum dalam memberikan asuhan untuk
Hubungan Tingkat Pengetahuan mengurangi risiko penularan organisme
Responden Dengan Praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan baik
Kewaspadaan Umum Dalam Asuhan dari sumber infeksi yang diketahui
Persalinan Normal maupun yang tidak diketahui. Hal
ini sesuai dengan pendapat Saefudin,
Praktik dkk (2004) menyatakan faktor praktik
Fisher
Pengetahuan Tidak Terampil exact kewaspadaan umum dipengaruhi
terampil oleh faktor individu (jenis kelamin,
f % f %
a. Baik 3 23,1 10 76,9
0,017 jenis pekerjaan, profesi, lama kerja
b. Cukup 6 85,7 1 14,3 dan tingkat pendidikan).2Menurut
Notoadmodjo (2003) pengetahuan
Dari Tabel 6 diperoleh hasil dari merupakan hasil tahu dan ini terjadi
13 responden yang berpengetahuan baik setelah orang melakukan penginderaan
sebagian besar (76,9%) yang terampil, terhadap suatu objek tertentu dan
masih ada responden tidak terampil pengetahuan merupakan hal yang sangat
(23,1%), sedangkan dari tujuh responden penting untuk terbentuknya tindakan
yang berpengetahuan cukup satu orang seseorang.6
(14,3%) yang terampil dan enam orang Hasil penelitian ini diperkuat
(85,7%) tidak terampil. oleh Hermanto (dalam Setiana 2011)
Hasil analisis menunjukkan yang menyatakan ada hubungan yang
ada hubungan yang signifikan antara bermakna antara pengetahuan dengan
pengetahuan bidan dengan praktik praktik perawat tentang pencegahan
kewaspadaan umum dalam asuhan infeksi.8 Berbeda dengan hasil penelitian
persalinan normal. Hasil ini dipertegas yang dilakukan oleh Setiana (2011)
dengan hasil uji statistik menggunakan yang menyatakan tidak ada hubungan
fisher exact test diperoleh nilai p = yang signifikan antara pengetahuan dan
0,017 pada α = 0,05 menunjukkan hasil praktik mahasiswa dalam pencegahan
analisis ada hubungan yang bermakna infeksi.7Penyebab hal tersebut karena
antara pengetahuan bidan dengan praktik banyak faktor yang mempengaruhi
kewaspadaan umum dalam asuhan pengetahuan dan praktik dan pada
persalinan normal di Ruang Bersalin penelitiannya tidak menunjukan praktik
BLUD RSU Kabupaten Badung tahun pencegahan infeksi secara keseluruhan.
2012. Notoatmojo (2003) mengemukan
Hasil penelitian ini dipengaruhi bahwa praktik itu sendiri ditentukan
oleh pengetahuan responden di Ruang atau terbentuk dari tiga faktor salah
Bersalin BLUD RSU Kabupaten Badung satunya faktor predisposisi(predisp
sebagian besar baik, dengan hasil praktik osing factors), yang terwujud dalam
sebagian besar terampil.Pengetahuan pengetahuan, sikap, kepercayaan,
bidan yang baik ini juga menyebabkan keyakinan, dan nilai-nilai, dan semakin
197
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 191 - 198

tinggi pengetahuan seseorang semakin Peneliti selanjutnya agar dapat


mudah untuk menerima hal-hal baru, mengembangkan penelitian ini dengan
apabila pengetahuan kurang akan sulit sampel yang lebih banyak dan konsep
untuk bersikap dan bertindak, karena dari yang berbeda disesuaikan dengan
pengalaman dan pendidikan membuat perkembangan ilmu pengetahuan.
seseorang mempunyai kesadaran dan
sikap positif, maka prilaku tersebut DAFTAR PUSTAKA
akan bersikap baik.6 Praktik jika tidak 1. Anonim.Penularan HIV pada
didasari oleh pengetahuan tidak akan Petugas, (online), available :
berlangsung lama.Hasil penelitian ini
http://majalah Farmacia, com, (10
juga sejalan dengan Ariyani (2009)
Februari 2012);2007.
yang menyatakan bahwa faktor
2. Saifudin,dkk. PanduanPence-
yang berpengaruh terhadap praktik
gahan Infeksi untuk Fasilitas
kewaspadaan umum bidan praktik
swasta di Wilayah Kota Denpasar salah Pelayanan Kesehatan dengan
satunya adalah pengetahuan, dimana Sumber Daya Terbatas, Jakarta:
pengetahuan bidan praktik swasta Yayasan Bina Pustaka Sarwono
tentang kewaspadaan umum secara Prawiroharjo;2004.
signifikan berpengaruh terhadap praktik 3. BLUD RSU Badung. Profil BLUD
kewaspadaan umum.9 RSU Badung, Manggupura;2012.
4. Notoatmojo, S.Promosi Kesehatan
Simpulan dan Saran dan Ilmu Perilaku. Cetakan I.
Berdasarkan hasil penelitian Jakarta : PT. Rineka Cipta:2007.
dan pembahasan dapat disimpulkan 5. Hendra, A.W. Konsep Pengetahuan
bahwa sebagian besar responden ; 2008 (online), available: http://
berpengetahuan baik (65%), sebagian ajangberkarya.wordpress.com (20
besar responden (55%) terampil, dan Januari 2013)
ada hubungan antara pengetahuan 6. Notoatmodjo, S.Ilmu Kesehatan
bidan dengan praktik kewaspadaan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka
umum dalam asuhan persalinan Cipta;2003.
normal di Ruang Bersalin BLUD RSU 7. Lesmana. Hepatitis B. ; 2007
Kabupaten Badung tahun 2012.Oleh
(online), available : http://www,
karena itu kepada pihak BLUD RSU
google,com, (10 Februari 2012).
Kabupaten Badung perlu menambah
8. Setiana, D. Pengetahuan, Sikap,
kuantitas APD demi keselamatan kerja
Dan Praktik Mahasiswa Fakultas
bersama dan membuat SPO yang belum
tersedia supaya dapat dipergunakan Kedokteran Terhadap Pencegahan
sebagai pedoman dalam bekerja, serta Infeksi. ; 2011 (online), available :
melakukan monitoring dan melakukan http://www, jurnal,com, (15 Januari
penyegaran secara kontinyu tentang 2013)
SPO kewaspadaan umum yang telah 9. Ariyani, dkk. Faktor-faktor yang
ada, serta kepada bidan diharapkan Berpengaruh terhadap Penerapan
menerapkan ilmu dan keterampilan Kewaspadaan Universal Bidan
yang sudah didapat demi keamanan Praktik Swasta Di Wilayah Kota
dalam bekerja. Denpasar;2009.
198
KAJIAN GAWAT JANIN PADA
PROSES PERSALINAN KALA I FASE LATEN
Dewa Ayu Eka purwanti1, ����������������
Ni Wayan Ariyani2, IGAA. Novya Dewi3

Abstract. Asphyxia in newborns is the impact of complications experienced


during labor. Fetal distress during labor is a part of the process of newborn
asphyxia. Fetal distress is a disorder in the fetus may occur during the antepartum
or intrapartum. Occurs when the fetus does not receive enough oxygen, thus
experiencing hypoxia. Pose a persistent fetal bradycardia (fetal heart rate < 100
x / min) which if not corrected will lead to decompression physiological responses
and cause permanent damage to the CNS and other organs and death.
The design study is a case study. Observations were made starting from the birth
process . Data on pregnancy obtained through documentation and interviews.
The subject of the study is a single subject with multikasus. In this study, the
subject is a single mother inpartu “MK” multigravida 24 years of age.
The results show the development of MK maternal and fetal condition during
pregnancy in the normal range. MK maternal fetal distress during labor caused
by the presence of cord entanglement, thus disturbing the uteroplacental
circulation. Fetal distress during labor, if it gets appropriate treatment, prevent
the death of the fetus / baby.

Keywords : fetal distress, labor, latent phase

Abstrak. Asfiksia pada bayi baru lahir adalah dampak dari komplikasi yang
dialami selama persalinan. Gawat janin selama persalinan adalah merupakan
bagian dari proses terjadinya asfiksia bayi baru lahir. �������������������
Gawat janin adalah
gangguan pada janin dapat terjadi pada masa antepartum atau intrapartum.
Terjadi bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia.
Menimbulkan bradikardia janin persisten ( denyut jantung janin < 100 x/ menit)
yang bila tidak diperbaiki akan menimbulkan dekompresi respon fisiologis dan
menyebabkan kerusakan permanen SSP dan organ lain serta kematian.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pengamatan dilakukan
mulai dari proses persalinan. Data tentang kehamilan diperoleh melalui
dokumentasi dan wawancara. Adapun subjek penelitian yang digunakan adalah
subjek tunggal dengan multikasus. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
tunggal adalah ibu inpartu “MK” umur 24 tahun multigravida.
Hasil penelitian menunjukkan perkembangan Kondisi ibu MK dan janin selama
proses kehamilan dalam batas normal. Gawat janin pada ibu MK selama proses
persalinan disebabkan oleh karena adanya belitan tali pusat, sehingga menganggu

1 Alumni Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Kebidanan, 2,3 Dosen Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Kebidanan

199
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 199 - 205

sirkulasi uteroplasenta. Gawat janin selama proses persalinan, apabila mendapat


penatalaksanaan yang tepat, mencegah terjadinya kematian janin / bayi.

Kata kunci : gawat janin, persalinan, fase laten

Kondisi kesehatan ibu dan anak menyebutkan penyebab kematian bayi


merupakan salah indikator derajat baru lahir di Indonesia, salah satunya
kesehatan suatu Bangsa. Angka asfiksia (27%) yang merupakan
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir
masih tinggi. Survei Demografi dan setelah BBLR. 1,2
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Asfiksia pada bayi baru lahir adalah
menunjukkan AKB sebesar 34/1000 dampak dari komplikasi yang dialami
KH, Angka Kematian Neonatal (AKN) selama persalinan. Gawat janin selama
19/1000 KH, dan Angka Kematian Balita persalinan adalah merupakan bagian
(AKABA) 44/1000 KH. Pencapaian dari proses terjadinya asfiksia bayi baru
AKB masih jauh dari target MDG’s lahir. ���������������������������������
Gawat janin adalah gangguan pada
tahun 2015 yaitu sebesar 23/1000 KH, janin dapat terjadi pada masa antepartum
sehingga masih memerlukan kerja keras atau intrapartum. Terjadi bila janin tidak
dari semua komponen untuk mencapai menerima Oksigen cukup, sehingga
target tersebut (Depkes RI, 2009). AKB mengalami hipoksia. Bila tidak di
di Provinsi Bali tahun 2011 adalah lakukan penyelamatan akan berakibat
7,21/1000 KH. AKB di Kota Denpasar buruk. Hipoksia ialah keadaan jaringan
1,78/1000 KH dan AKI 59,12/100.000 yang kurang oksigen. Tanpa oksigen
KH. Walaupun AKB pada tahun 2012 yang adekuat, denyut jantung janin
menunjukkan angka dibawah rata – rata kehilangan variabilitas dasarnya dan
nasional, namun angka itu tidak lebih menunjukkan deselerasi (perlambatan)
baik dari tahun- tahun sebelumnya.1,2 lanjut pada kontraksi uterus. Bila
World Health Organization hipoksia menetap, glikolisis (pemecahan
(WHO) menyebutkan bahwa sekitar glukosa) anaerob menghasilkan asam
23% seluruh kematian neonatus laktat dengan pH janin yang menurun.
disebabkan oleh asfiksia neonatorum Menimbulkan bradikardia janin
dengan proporsi lahir mati yang lebih persisten ( denyut jantung janin < 100
besar. Asfiksia neonatorum merupakan x/ menit) yang bila tidak diperbaiki
penyebab ketiga kematian setelah akan menimbulkan dekompresi respon
prematur dan infeksi. Indonesia pada fisiologis dan menyebabkan kerusakan
saat ini masih menghadapi berbagai permanen SSP dan organ lain serta
kendala dalam pembangunan Sumber kematian. 3,4
Daya Manusia (SDM) khususnya Terdapat beberapa etiologi
dalam bidang kesehatan. Hal ini tampak (penyebab) dari gawat janin.Faktor ibu
dari masih tingginya angka kematian yaitu penurunan kemampuan membawa
neonatal. Menurut data Survey oksigen ibu, Anemia, penurunan aliran
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), darah uterin, posisi supine atau hipotensi

200
Dewa Ayu Eka purwanti, NW Ariyani, IGAA. Novya Dewi (Kajian gawat janin...)

lain, preeclampsia, hipertensi. Faktor Timur. Metode pengumpulan data yang


uteroplasenta antara lain ,kontraksi digunakan dalam penelitian ini adalah
uterus seperti hiperstimulas dan solusio wawancara terstruktur, wawancara
plasenta, disfungsi uteroplasental, mendalam, observasi/pengamatan, dan
infark plasental,korioamnionitis,disf studi dokumentasi. Iinstrumen yang
ungsi plasental ditandai oleh IUGR, digunakan adalah pedoman wawancara
oligohidramnion. Faktor janin yaitu, digunakan untuk mengumpulkan data
kompresi tali pusat, oligohidramnion, subyektif ibu, pedoman pengumpulan
prolaps tali pusat, puntiran tali pusat. 3,5 data untuk mengumpulkan data bayi
Dilihat dari paparan di atas maka baru lahir. Teknik analisis data yang
peneliti tertarik untuk melakukan digunakan adalah analisis data kualitatif
penelitian studi kasus pada salah satu yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan
ibu hamil yang memeriksakan diri di bekerja dengan data, mengorganisasikan
Puskesmas II Denpasar Timur. Adapun data,memilah-milahnya menjadi satuan
Judul penelitian ini adalah : “Kajian yang dapat dikelola, mencari dan
Gawat Janin Pada Proses Persalinan menemukan pola, menemukan apa
Kala I fase Laten” Tujuan penelitian yang penting dan apa yang dipelajari
adalah untuk mengetahui perkembangan serta memutuskan apa yang dapat
kondisi janin selama Persalinan dan digambarkan kepada orang lain. 11,12
perkembangan kondisi bayi baru lahir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE
Perkembangan Kondisi ibu dan
Desain penelitian yang digunakan
Janin Selama Kehamilan
adalah studi kasus yaitu desain penelitian
dengan cara mempelajari suatu kejadian Kondisi ibu dan janin selama
masalah secara intensif, terperinci, kehamilan diamati mulai usia
dan mendalam dalam jangka waktu kehamilan 38 minggu. Ibu “MK” saaat
lama dengan penarikan kesimpulan ini berusia 24 tahun, HPHT tanggal 18
berdasarkan indikator yang mendukung Juni 2012 (tafsiran persalinan yaitu 25
atau menghambat perubahan dari Maret 2013). Kehamilan pertama ibu
variabel pada masalah/kejadian yang mengalami abortus bulan Desember
dipelajari. Pengamatan dilakukan 2011 pada umur kehamilan 15 minggu
mulai dari proses persalinan. Data dan ibu langsung dikuret oleh dokter
tentang kehamilan diperoleh melalui di Klinik. Ibu tidak pernah mengalami
dokumentasi dan wawancara. Adapun keluhan mengganggu aktifitasnya.
subjek penelitian yang digunakan adalah Makan tiga kali sehari dengan menu
subjek tunggal dengan multikasus. bervariasi dengan porsi makan terdiri
Dalam penelitian ini yang menjadi dari satu piring nasi, satu potong daging/
subjek tunggal adalah ibu inpartu “MK” ikan/telur, satu potong tempe/tahu, dan
umur 24 tahun multigravida. Penelitian satu mangkok sayur. Ibu kadang-kadang
ini dilaksanakan di Wilayah Puskesmas makan buah dan tidak ada pantangan
II Denpasar Timur, ibu bertempat makanan. Pola minum ibu dalam satu
tinggal di Jalan Sandat No. 17, Denpasar hari ± 9 gelas air mineral. Pola eliminasi

201
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 199 - 205

ibu terdiri dari buang air kecil (BAK) 7- berat badan ibu masih dalam batas
8 kali/hari dengan warna kuning jernih, normal dimana selama hamil kenaikan
buang air besar (BAB) satu kali sehari berat badan ibu sudah sesuai dengan
dengan konsistensi lembek. Ibu tidur berat badan yang direkomendasikan.9
malam 7-8 jam/hari dan tidur siang Hasil pemeriksaan pengukuran
selama 1-2 jam. tinggi fundus uteri dengan menggunakan
pita ukur diperoleh hasil yaitu 32 cm
Tabel 1 dan pada pemeriksaan sebelumnya
Hasil Pemeriksaan Tanda Vital, Berat 33 cm. Hasil pengukuran tinggi
Badan, Tinggi Fundus Uteri (TFU), dan fundus uteri dengan menggunakan
Denyut Jantung Janin (DJJ) Selama pita ukur yang normal seharusnya
Kehamilan mempunyai perbedaan ± 1-2 cm dengan
umur kehamilan. Pada minggu ke-
Usia Res-

Tanggal
Keha- BB TD
Nadi
(kali/
pirasi Suhu T.Fu
DJJ
(kali/
38 sampai ke-40, tinggi fundus turun
milan
(Minggu)
(Kg) (mmHg)
mnt)
(kali/ (o Celcius) ( Cm)
mnt)
mnt) karena janin mulai masuk ke pintu atas
15/01/13 30 58 110/70 80 20 36,5 28 135 panggul (lightening). Pengukuran tinggi
15/02/13 34 60 110/70 70 20 36,6 32 142 fundus uteri dengan menggunakan
2/03/13 36 61 120/80 70 20 36 33 144
pita ukur mengalami penurunan 1
14/03/13 38 62 130/70 70 20 36,4 32 144
cm dari pemeriksaan sebelumnya.
Berdasarkan teori yang ada, penurunan
tinggi fundus uteri tersebut normal
Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa
pada umur kehamilan diatas 38 minggu
selama kehamilan berat badan ibu
karena janin mulai masuk ke pintu atas
meningkat dengan baik, Tanda vital
panggul(lightening).Hasil pengukuran
meliputi tekanandarah, nadi, respirasi tersebut menunjukkan perkembangan
serta suhu tubuh tampak masih janin selama kehamilan masih dalam
dalam batas normal. Perkembangan batas normal. 9
kehamilan salah satunya dapat dilihat Kondisi janin selama kehamilan
dari peningkatan berat badan. Hasil dalam keadaan normal dimana dapat
pemeriksaan berat badan ibu pada umur dilihat dari pemeriksaan denyut jantung
kehamilan 38 minggu yaitu 62 kg. janin. Nilai normal denyut jantung janin
Sampai akhir kehamilan ibu mengalami antara 120-160kali/menit (Saifuddin,
peningkatan berat badan hingga 12 kg. dkk., 2009). Hasil penghitungan denyut
Berat badan ibu sebelum hamil adalah jantung janin yaitu 144 kali/menit
50 kg dan berat badan terakhir ibu teratur menunjukkan denyut jantung
saat hamil yaitu 62 kg dengan indeks janin normal dan menunjukkan adanya
masa tubuh (IMT) yaitu 22,2 kg/m2. perkembangan janin. 9
Ibu hamil dengan IMT normal (19,8
sampai 26 kg/m2) direkomendasikan Kejadian Gawat Janin Selama Proses
mengalami peningkatan berat badan Persalinan Kala Satu Fase Laten
selama kehamilan yaitu 11,5 – 16 kg atau Ibu “MK” datang ke bidan praktik
meningkat 0,4 kg per minggu. Berarti hal mandiri (BPM) tanggal 17 Maret 2013
ini sesuai dengan teori bahwa kenaikan pukul 13.30 WITA bersama suami
202
Berikut disajikan berturut - turut gambar perkembangan kondisi janin dan
kontraksi uterus selama kala I fase laten dari pukul 14.40 wita sampai dengan
Dewa Ayu Eka purwanti, NW Ariyani,
20.40 wita
IGAA. Novya Dewi (Kajian gawat janin...)

Table 2
untuk bersalin karena ibu mengalami Table 2
Perkembangan kondisi denyut jantung janin
tanda-tanda persalinan yaitu sakit perut Perkembangan kondisi
hilang timbul. Kontraksi sebanyak 2 kali denyut jantung janin
dalam 10 menit durasi 30 detik, DJJ 146
kali/menit teratur. Pukul 13.40 WITA
dilakukan pemeriksaan dalam dengan
hasil vulva dan vagina normal, porsio
lunak, pembukaan 2 cm, penipisan 25
%, selaput ketuban utuh, teraba kepala,
denominator belum jelas, moulage
0, penurunan hodge II, tidak teraba
bagian kecil dan tali pusat (ttbk/tp). Pada tabel 2, Tampak per-
Pada tabel 2, Tampak perkembangan denyut jantung janin menurun ( di bawah

Pemeriksaan anus tidak ada haemorhoid. kembangan denyut jantung janin


batas normal ) secara tiba tiba

Pada pemeriksaan ekstremitas tidak menurun (di bawah batas normal) secara
ada oedema, tidak ada varises, warna tiba tiba
kuku jari merah muda, dan refleks
Tabel 3
patella positif. Analisa yang dapat Tabel 3
Perkembangan Kontraksi uterus
ditegakkan berdasarkan data diatas yaitu selama Persalinan Kala I Fase Laten
Perkembangan Kontraksi uterus selama Persalinan Kala I Fase Laten

G2P0010 umur kehamilan 38 minggu 6


hari presentasi kepala U punggung kiri
tunggal hidup intrauterine + partus kala
I fase laten. Pemantauan kesejahteraan
ibu meliputi pemantauan tekanan darah
setiap 4 jam, nadi setiap satu jam,
suhu setiap dua jam, eliminasi, dan
hidrasi. Pemantauan kesejahteraan janin
meliputi pemeriksaan DJJ setiap satu Pada tabel 3 tampak perkembangan konraksi uterus masih dalam batas normal.
jam, pemeriksaan penyusupan kepala Pada tabel 3 tampak perkembangan
Pada tabel 2 tampak bahwa selama pemantauan kesejahteraan janin didapatkan

janin, dan pemeriksaan selaput ketuban hasil pemeriksaan DJJ pada pukul 14.40 WITA sampai pukul 19.40 WITA dalam
konraksi uterus masih dalam batas
kondisi normal. Setelah dipantau lebih lanjut sempat terjadi peningkatan DJJ dan
dilakukan setiap empat jam atau saat normal.
pukul 20.40 WITA tiba-tiba DJJ menurun yaitu 95 kali/menit tidak teratur dan itu

melakukan pemeriksaan dalam. Pada tabel 2 tampak bahwa


menandakan bayi mengalami gawat janin. Kondisi denyut jantung janin yang
mencapai 95 kali per menit dan tidak teratur membuat bidan segera mengambil
Pemantauan kemajuan persalinan selama pemantauan kesejahteraan
tindakan. Asuhan pertama yang diberikan dengan melakukan resusitasi intrauterin
yang dilakukan adalah pembukaan janin
yaitu didapatkan
memposisikan ibu miring hasil pemeriksaan
kiri, kemudian DJJ melalui
memberikan ibu oksigen

dan penurunan yang dilakukan setiap pada pukul 14.40 WITA sampai pukul
nasal kanul sebanyak 6 liter/menit, dan dilakukan pemasangan infus dextrose 5%
dengan tetesan 24 kali/menit. Setelah dilakukan evaluasi resusitasi intrauterin
empat jam atau pada saat melakukan 19.40 WITA dalam kondisi normal.
selama 5 menit, ternyata DJJ tidak membaik dan hasilnya tetap seperti
pemeriksaan dalam serta pemantauan Setelahsebelumnya.
pemeriksaan dipantau lebih
Pada tabel lanjut
3, tampak sempat
perkembangan kontraksi uterus

kontraksi setiap empat jam. terjadi peningkatan DJJ dan pukul


selama kasus dipantai di BPM. Perkembangan kontraksi tampak masih dalam
batas normal. Walaupun kontraksi uterus dalam batas normal, namun karena DJJ
Berikut disajikan berturut-turut 20.40 WITA tiba-tiba DJJ menurun
tidak membaik setelah dilakukan resusitasi, selanjutnya ibu di rujuk ke RS. Ibu

gambar perkembangan kondisi janin dan yaitudengan


dirujuk 95diagnosa
kali/menit
G2P0010 umurtidakkehamilanteratur
38 minggu 6 dan
hari presentasi

kontraksi uterus selama kala I fase laten itu menandakan bayi mengalami gawat
dari pukul 14.40 wita sampai dengan janin. Kondisi denyut jantung janin
20.40 wita yang mencapai 95 kali per menit dan

203
Jurnal Ilmiah Kebidanan Volume 1 Nomor 2 Oktober 2013 : 199 - 205

tidak teratur membuat bidan segera luar amnion dapat mengatur tekanan
mengambil tindakan. Asuhan pertama fluida di dalam tali pusat. Wharton’s
yang diberikan dengan melakukan jelly diisi cairan jelly untuk mencegah
resusitasi intrauterin yaitu memposisikan kompresi pembuluh darah. Aliran
ibu miring kiri, kemudian memberikan darah diatur oleh otot polos di sekitar
ibu oksigen melalui nasal kanul arteri yang bercampur dengan kolagen
sebanyak 6 liter/menit, dan dilakukan berdasarkan matriks ekstraseluler. Tali
pemasangan infus dextrose 5% dengan pusat berfungsi untuk mengalirkan
tetesan 24 kali/menit. Setelah dilakukan darah ke janin untuk pertumbuhan dan
evaluasi resusitasi intrauterin selama perkembangan janin.6,7 Belitan tali pusat
5 menit, ternyata DJJ tidak membaik menyebabkan terganggunya aliran darah
dan hasilnya tetap seperti pemeriksaan dari ibu ke janin. Janin tidak menerima
sebelumnya. Pada tabel 3, tampak Oksigen cukup, sehingga mengalami
perkembangan kontraksi uterus selama hipoksia. Bila tidak di lakukan
kasus dipantai di BPM. Perkembangan penyelamatan akan berakibat buruk.
kontraksi tampak masih dalam batas Hipoksia ialah keadaan jaringan yang
normal. Walaupun kontraksi uterus kurang oksigen. Tanpa
�������������������
oksigen yang
dalam batas normal, namun karena adekuat, denyut jantung janin kehilangan
DJJ tidak membaik setelah dilakukan variabilitas dasarnya dan menunjukkan
resusitasi, selanjutnya ibu di rujuk deselerasi (perlambatan) lanjut pada
ke RS. Ibu dirujuk dengan diagnosa kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap,
G2P0010 umur kehamilan 38 minggu 6 glikolisis (pemecahan glukosa) anaerob
hari presentasi kepala U punggung kiri menghasilkan asam laktat dengan pH
tunggal hidup + partus kala I fase laten janin yang menurun. Menimbulkan
dengan gawat janin. Di RS rujukan ibu bradikardia janin persisten ( denyut
dilakukan sectio caesarea . jantung janin < 100 x/ menit) yang bila
Gawat pada ibu MK terjadi akibat tidak diperbaiki akan menimbulkan
adanya belitan tali pusat. Struktur tali dekompresi respon fisiologis dan
pusat normal terdiri dari dua arteri menyebabkan kerusakan permanen SSP
umbilikalis, dan satu vena umbilikalis dan organ lain serta kematian. 3,4
yang dikelilingi oleh wharton jelly
lapisan luar, dan lapisan tunggal selaput Perkembangan kondisi Bayi Baru
amnion. Arteri tali pusat timbul dari Lahir
aorta embrio setelah berdiferensiasi Bayi lahir pukul 22.10 WITA
dan mengalami pertumbuhan, mereka segera menangis, gerakan aktif,
menjadi cabang-cabang arteri iliaka APGAR score8-9, jenis kelamin
interna pada janin. Tali pusat dan perempuan, terdapat belitan tali pusat,
jaringan penyusunnya terdiri dari : dan warna air ketuban hijau keruh.
lapisan luar amnion, wharton’s jelly, Meskipun pada saat persalinan ditemui
dua arteri umbilikalis dan satu vena ketuban ibu berwarna hijau keruh,
umbilikalis, yang dirancang untuk bayi tidak dilakukan resusitasi karena
melindungi aliran darah ke janin selama bayi dapat menangis spontan. Setelah
masa kehamilan sampai aterm. Lapisan bayi mendapatkan penanganan bayi

204
Dewa Ayu Eka purwanti, NW Ariyani, IGAA. Novya Dewi (Kajian gawat janin...)

baru lahir maka dilanjutkan dengan petugas kesehatan diharapkan tetap


perawatan bayi 1 jam pertama yang meningkatkan/ menjaga kompetensi
dilakukan oleh dokter anak. Hasil yang baik dalam melakukan deteksi dini
pemeriksaan yang didapat yaitu keadaan komplikasi kehamilan, persalinan.
umum bayi baik, tangisan kuat, gerakan
aktif, warna kulit kemerahan, turgor DA������������
FTAR PUSTAKA
kulit normal, heart rate (HR) 142 kali/ 1. Depkes RI. Pegangan Fasilitator
menit, respiration rate (RR) 48 kali/ Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Depkes
menit, suhu 37,2 0C, berat badan bayi RI;2009.
2900 gram, dan kebersihan daerah 2. Dinkes Provinsi Bali. Profil
mata bersih. Dapat ditegakkan analisa Kesehatan Provinsi Bali tahun 2011,
berdasarkan pemeriksaan yang telah Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi
dilakukan yaitu Bayi “Ny. MK” umur 1 Bali;2012.
jam lahir perabdominal + neonatus aterm 3. Saifudin.  Ilmu Kebidanan.
vigorous baby dalam masa adaptasi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Bayi diberikan perawatan tali pusat, Prawirohardjo;2009.
disuntikkan vitamin K 1 mg, diberikan 4. Arias F, Prolonged Pregnancy
salep mata, dan kehangatan bayi dijaga in Practical Guide to High Risk
dengan menggunakan pakaian lengkap Pregnancy and Delivery,2nded,
bayi disertai dengan selimut bayi dan Mosby Year book, Inc,1993; 150-
juga topi. Ketika terdeteksi mengalami 160.
gawat janin, ibu MK telah mendapatkan 5. Saifudin. Ilmu Kandungan, Jakarta:
resusitasi intra uterin. Suatu prosedur Yayasan Bina Pustaka Sarwono
tindakan untuk meningkatkan aliran Prawirohardjo;2006.
6. Bobak. Buku Ajar Keperawatan
darah dan O2 dari ibu ke janin. Setelah
Maternitas Edisi 4, Jakarta: EGC.
itu dilanjutkan dengan rujukan, serta
;2004.
penatalaksanaan ditempat rujukan yang
7. Varney, H., , Buku Ajar Asuhan
sesuai dengan protap/standar. Gawat
Kebidanan Edisi 4, Jakarta: EGC
janin selama proses persalinan, jika
;2007.
memperoleh penanganan yang tepat,
8. Fraser, D. M. Myles Buku Ajar
mencegah kejadian kematian janin Bidan, Jakarta: EGC;2010.
maupun bayi.8,9,10 9. ______, Buku Panduan Peserta
Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri
SIMPULAN DAN SARAN dan Neonatal Emergensi Dasar,
Perkembangan Kondisi ibu MK Jakarta: JNPK-KR; 2008.
dan janin selama proses kehamilan 10. Depkes RI. Asuhan persalinan
dalam batas normal. Gawat janin Normal. Jendral Bina Kesehatan
pada ibu MK selama proses persalinan Masyarakat. Depkes RI;2010.
disebabkan oleh karena adanya belitan 11. Notoatmodjo. Metodelogi Penelitian
tali pusat, sehingga menganggu sirkulasi Kesehatan, Jakarta: PT Rineka
uteroplasenta. Gawat janin selama Cipta; 2005.
proses persalinan, apabila mendapat 12. Robert.Studi Kasus Desain dan
penatalaksanaan yang tepat, mencegah Metode.Jakarta: PT. Raji Grafindo
terjadinya kematian janin / bayi. Setiap Persada; 2012.

205
206

Anda mungkin juga menyukai