PENDAHULUAN
posterior nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin
hipertrofi. Adenoid ini membesar pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil
dan menghilang sama sekali pada usia 14 tahun. Apabila sering terjadi infeksi
pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi hipertrofi adenoid yang akan
mengabatkan sumbatan pada koana, sumbatan tuba eustachius serta gejala umum.
Akibat sumbatan koana pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi
fasies adenoid, faringitis dan bronchitis serta sinusitis kronik. Akibat sumbatan
tuba Eustachius akan terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya dapat terjadi
otitis media supuratif kronik. Akibat hipertrofi adenoid juga dapat menimbulkan
dapat menyebabkan sumbatan pada jalan napas bagian atas yang dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1 Epidemiologi
Pada awal tahun 1960 dan 1970-an, telah dilakukan 1 sampai 2 juta
serikat. Angka ini menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu dimana pada
dengan atau tanpa adenoidektomi. Dari jumlah ini, 248.000 anak (86,4%)
orang dewasa berusia 16 tahun atau lebih, angka tonsilektomi meningkat dari 72
per 100.000 pada tahun 1990 (2.919 operasi) menjadi 78 per 100.000 pada tahun
jumlah operasi tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi
tonsiloadenoidektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan
terus menurun sampai tahun 2003 (152 kasus). Sedangkan data dari rumah sakit
tonsiloadenoidektomi.4
2.2 Etiologi
kehamilan. Normalnya, pada saat lahir pada nasofaring dan adenoid banyak di
temukan organisme dan terdapat pada bagian atas saluran pernafasan yang mulai
2
aktif sesaat setelah lahir. Organisme-organisme tersebut adalah lactobacillus,
berkembang. Flora normal yang ditemukan pada adenoid antara lain alfa-
fisiologis dan faktor infeksi. Secara fisiologis adenoid akan mengalami hipertrofi
pada masa puncaknya yaitu 3-7 tahun. Biasanya asimptomatik, namun jika cukup
Hipertrofi adenoid juga didapatkan pada anak yang mengalami infeksi kronik atau
2.3 Anatomi
Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang berbentuk corong yang besar
di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar
bagian atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, pada
dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang
lebih 14 cm. bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.
Dinding laring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot
dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan
laringofaring (hipofaring).3
3
Gambar 2.1 Anatomi Faring dan Pembagiannya
Atap nasopharynx sesuai dengan dasar dari corpus ossis sphenoidalis yang
yang merupakan muara dari cavum nasi. Dinding belakangnya sesuai dengan
vertebra sevikalis I dan II. Batas bawahnya dibentuk oleh palatum molle dan
rongga nasofaring terpisah dari orofaring pada waktu menelan oleh kontraksi otot-
otot palatum malle (m.tensor veli palatini dan m.levator veli palatini) bersama
seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan ressesus
foramen jugulare yeng dilalui oleh n. Glosofaring, n.vagus, dan n.asecorius spinal
saraf cranial dan v. jugularis intema, bagian atas petrosus os temporalis dan
4
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring.
Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur
yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar
5
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Jaringan adenoid terdiri atas rangka jaringan ikat fibrosa, yang menunjang
massa limfoid. Jaringan ini terisi pembuluh darah dan penbuluh limfe, sedangkan
nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat
ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.(7,8,9)
6
Struktur anatomis yang penting dalam klinik :
muara dari tuba auditiva yang disebut ostium tubae yang dibatasi di dorsal dan
kranialnya oleh tonjolan yang disebabkan oleh m.levator veli palatini yang
melekat pada cartilago tubae auditiva dan disebut torus tubarius atau levatorwurst.
Pada bayi muara tuba ini terletak setinggi dasar cavum nasi sehingga selalu
dilewati sekret hidung yang mengalir ke nasofaring karena itu mudah teejadi
infeksi telinga tengah melalui tuba ini pada bayi yang pilek.(2)
muara tuba dan di fossa Rosenmuller ini disebut tonsil tubaria. Sering terjadi
Pada pertemuan antara atap dan dinding dorsal nasofaring terdapat adenoid
vertikal. (2)
Pada bagian atas dari dinding dorsal ini kadang-kadang ada suatu cekungan
atau kantong yang disebut bursa faringeal yang jinak meradang menyebabkan
discharge. (2)
2.4 Fisiologi
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi
7
Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh. Adenoid merupakan jaringan
memproduksi IgA sebagai bagian penting system pertahanan tubuh garis depan
dalam memproteksi tubuh dari invasi kuman mikroorganisme dan molekul asing.
(10)
2.5 Patogenesis
Pada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sangat kecil. Pada anak
berumur 4 tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena tonsil dan adenoid
peranan penting sebagai organ yang khusus dalam respon imun humoral maupun
selular, seperti pada bagian epithelium kripte, folikel limfoid dan bagian
terhadap kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan mikroorganisme patogen.(2,5)
tersumbatnya jalan udara yang melalui hidung sehingga dibutuhkan adanya usaha
yang keras untuk bernafas sebagai akibatnya terjadi ventilasi melalui mulut yang
terbuka. Adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada jalan udara pada nasal
8
Gambar 2.4 Pembesaran Adenoid dan Proses Obstruksi
akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat
kualitas suara yang berkurang (hiponasal), dan obstruksi nasal berupa pernapasan
lewat mulut yang kronis (chronic mouth breathing), mendengkur, bisa terjadi
sekunder otitis media rekuren atau efusi telinga tengah yang persisten) dan muka
adenoid.(1,2,5)
9
Gambar 2.5 Facies Adenoid
Hipotensi alveolar bisa terjadi akibat gangguan pada jalan udara di oral dan
2.7 Diagnosis
secara langsung.
pembesaran adenoid.
10
Posisi Pasien : Pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan posisi berdiri
inferior bayangan adenoid. Garis B adalah garis yang ditarik lurus dari tepi
garis B.
antara titik C’, sudut posterior-superior dari palatum durum dan D’ (sudut
Jika sinkondrosis tidak jelas, maka titik D’ ditentukan sebagai titik yang
nasofaring.
obstruksi.
obstruksi
6. CT-Scan merupakan modilitas yang lebih sensitif daripada foto polos untuk
mahal.7,11
2.8 Penatalaksanaan
11
Tidak ada bukti yang mendukung bahwa adanya pengobatan medis untuk
dalam jangka waktu yang panjang untuk infeksi jaringan limfoid tidak berhasil
(sampai 10%). Tetapi jika pengobatan tersebut itu dihentikan adenoid tersebut
akan terulang lagi. Pada anak dengan efusi telinga tengah yang persisten atau
a. Sumbatan
• Sleep apnea
• Gangguan menelan
• Gangguan berbicara
b. Infeksi
• Adenoiditis berulang/kronik
12
Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi, namun bila
1. Gangguan perdarahan
3. Anemia
melalui mulut setelah mulut dibuka dengan menggunakan suatu alat dan menarik
langit-langit mulut.
Suatu cermin digunakan untuk melihat adenoid karena adenoid terletak pada
rongga hidung bagian belakang melalui pendekatan ini beberapa instrumen dapat
dimasukkan.
dilakukan. Alat adenoid currete mempunyai sisi yang tajam dan bengkok. Untuk
mengangkat adenoid digunakan mata pisau yang tajam setelah terlebih dahulu
bengkok yang mempunyai celah dan ditempatkan di atas adenoid kumudian celah
13
• Magill Forceps : Adalah suatu instnunen yang berbentuk bengkok yang
elektrocauter dengan suatu suction bovie yang berfungsi untuk mencabut jaringan
adenoid. (5)
hidung dengan menggunakan alat mikrodebrider. Dengan prosedur ini, jika terjadi
14
2.9 Komplikasi
adenoid kurang bersih. Jika terlalu dalam menyebabkan akan terjadi kerusakan
dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan
rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan timbul tuli konduktif.(5)
2.10 Prognosis
individu. Jika pasien ditangani dengan baik diharapkan dapat sembuh sempurna,
kerusakan akibat cor pulmonal tidak menetap dan sleep apnea dan obstruksi jalan
Sinusitis kronik
Studi dari Lee and Rosenfeld pada tahun 1997, menunjukkan bahwa sinusitis
penelitian yang lain tetap menunjukkan adanya resolusi gejala sinusitis setelah
pengangkatan adenoid.(5)
15
BAB III
KESIMPULAN
1. Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen
tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk
16
dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi
daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus.
yang akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga
tengah akibat tuba eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya
sumbatan
kebanyakan individu
17