UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
DISUSUN OLEH:
A Nurul afiah ali
13-17777-14-230
2018
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.R
Umur : 13 tahun
Alamat : DS Kalukubula
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Status Perkawinan : belum menikah
Tgl. Pemeriksaan : 15 September 2018
Hendaya/disfungsi :
Tidak mudah dipahami/ inkoheren
2
D. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Tidak ada dalam keluarga pasien mengalami hal yang sama.
3
3. Masa kanak-kanak menengah (usia 3 sampai 11 tahun)
Pengalaman pertama kali sekolah sangat baik seperti berpisah pada saat
perpisahan dengan ibu, persahabatan dengan teman-temannya baik, dapat mengambil
peran sebagai pengikut, ikut partisipasi dalam organisasi PMR sebagai relawan
kecil,mampu bekerja sama dengan teman sebayanya, memahami serta mematuhi
peraturan baik dari sekolah maupun organisasinya, pola perilaku agresif terhadap
kegiatannya di PMR,riwayat pasien dalam belajar membaca dan perkembangan
intelektual, dan motorik lainnya normal pada umumnya.
Riwayat gangguan belajar, penanganan serta pengaruhnya terhadap anak tidak
didapatkan gangguan.
I. Situasi Sekarang
Pasien merasa tidak berhenti bicara, merasa curiga terhadap teman-temannya dan
keluarganya, merasa muncul bisikan-bisikan untuk minum susu, suara yang
menyakitinya, merasa seperti dibisik oleh jin karena mereka lebih dari satu. Selalu
melawan dengan menyuruh temannya untuk mengaji atau bahkan dia sendiri saja yang
mengaji sehingga pasien merasa bisikan itu langsung pergi setelah dia mengaji. Bisikan
itu selalu datang pada malam hari dan pasien mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari
lalu malam hari kurang tidur.
4
selalu memahami seolah dia diberikan vitamin. Kehidupannya sangat hancur jika
mengenal narkoba, dan membenci teman-temannya yang mengajaknya merokok dan
memakai narkoba. Setiap hari selalu menasehati adiknya untuk membantu ibunya bekerja,
jangan malas-malasan dirumah.
B. Keadaan Afektif
1. Mood : disforia
2. Afek : labil
3. Empati : tidak dapat dirasakan
5
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : audiotorik dan visual
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : flight of ideas
b. Kontinuitas : bicara spontan, mengelak, meracau
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : pasien selalu merasa kakak dan kakeknya memotivasi dia dengan
bisikan-bisikan yang selalu dia dengar dan mengajaknya untuk menggunakan
narkoba.
b. Gangguan isi pikiran : waham curiga,waham kejar
F. Pengendalian impuls
Bicara membanjir
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : terganggu
2. Uji daya nilai : baik
3. Penilaian Realitas : baik
H. Tilikan (insight)
Derajat 3 : kesadaran dirinya sakit namun menyalahkan orang lain. Faktor eksternal,
pengobatan atau faktor organik yang tidak diketahui.
6
IV. STATUS INTERNUS
1. Tanda Vital :
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Nadi : 116 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7ºC
2. Pemeriksaan Fisik
a. Thoraks :
Inspeksi : Simetris pengembangan dada kiri dan kanan, tidak tampak iktus
kordis
Palpasi : fokal fremitus simetris kiri dan kanan, iktus kordis teraba
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru, pekak pada jantung,
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), rhonki (-), BJ I/II murni, regular
b. Abdomen : dalam batas normal
c. Pemeriksaan Neurologis
GCS : 15 (E4 V5 M6)
Rangsang Menings : Kaku kuduk (-), Kernig sign (-)
Pemeriksaan Nervus cranialis : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
SSO : BAK dan BAB dalam batas normal
Motorik : dalam batas normal
7
mengenakan baju kaos lengan pendek berwarna biru dongker dengan celana pendek. Pasien
tampak rapi, ekspresi pasien tampak tidak tenang, perawatan diri baik, warna kulit sawo
matang dan bertubuh normal dengan kesadaran normal (GCS 15) atau Kompos mentis serta
perilaku dan aktifitas psikomotor didapatkan gelisah dan bicara dapat berespon dengan cepat
terhadap pertanyaan yang diajukan dan menjawab sesuai pertanyaan (bicara spontan dan
dapat dimengerti), suara besar, dan bicara membanjir serta sikap terhadap pemeriksa yang
kooperatif dan terbuka.
Pada Keadaan Afektif didapatkan mood disforia, afek labil, Empati yang tidak dapat
dirasakan. Fungsi Intelektual atau Kognitif pada taraf pendidikan pengetahuan umum dan
kecerdasan sesuai dengan pendidikan pasien, daya konsentrasi baik, orientasi tidak ada , daya
ingat baik, pikiran abstrak baik, bakat kreatif membuat video dengan lagu kesukaan dan
pernah juara dalam lomba menggambar, kemampuan menolong diri sendiri baik, Gangguan
Persepsi halusinasi audiotorik dan visual. Proses Berpikir arus piker, produktivitas flight of
ideas, Kontinuitas bicara spontan, mengelak, meracau. Isi Pikiran preokupasi pasien selalu
merasa kakak dan kakeknya memotivasi dia dengan bisikan-bisikan yang selalu dia dengar
dan mengajaknya untuk menggunakan narkoba dan gangguan isi pikiran waham
curiga,waham kejar. Pengendalian impuls bicara membanjir.
Daya Nilai untuk norma sosial terganggu dan tilikan (insight) didapatkan derajat 3
(kesadaran dirinya sakit namun menyalahkan orang lain. Faktor eksternal, pengobatan atau
faktor organik yang tidak diketahui).
1. Aksis I :
berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna
berupa halusinasi auditorik dan halusinasi. Keadaan ini menimbulkan disstress lagi
pasien dan keluarganya, serta menimbulkan disabilitas dalam sosial dan pekerjaan
dan dalam menilai realita, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
gangguan jiwa.
Pada pasien ditemukan hendaya dalam menilai realita, sehingga pasien
didiagnosa sebagai gangguan jiwa psikotik.
8
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan neurologis
tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis umum yang
menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang
diderita pasien ini, sehingga diagnosis gangguan mental dapat disingkirkan dan
didiagnosa sebagai gangguan jiwa non organik.
Dari anamnesis didapatkan gejala umum skizofrenia yaitu adanya halusinasi dan
delusi yang telah berlangsung lebih dari satu bulan, sehingga berdasarkan kriteria
diagnostik PPDGJ III, pasien termasuk ke dalam gangguan Skizoferenia tak terinci
F.20.3.
2. Aksis II : Gangguan kepribadian emosional tak stabil F60.3
3. Aksis III :-
4. Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan lain
5. Aksis V : GAF scale 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
VII.DAFTAR PROBLEM
VIII. PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Rencana terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi farmakologi dan psikoterapi.
Terapi farmakologi :
Litium, diivalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR, aripiprazol, litium
atau divalproat + risperidon, litium atau divalproat + quetiapin, litium atau divalproat +
olanzapin, litium atau divalproat + aripiprazol.
Karbamazepin, Terapi Kejang Listrik (TKL), litium + divalproat, paripalidon
9
Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol, litium +karbamazepin,
klozapin
Psikoterapi :
1. Terapi perilaku
Menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk
meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri social, latihan
praktis dan komunikasi interpersonal.
2. Terapi berorientasi-keluarga
Terapi keluarga dapat diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi
menurukan stress dan mengatasi masalah dan penglibatan kembali pasien ke
dalam aktivitas.
3. Terapi kelompok
Biasanya memusatkan pada rencana, masalah dan hubungan dalam kehidupan
nyata. Efektif dalam menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa persatuan,
dan meningkatkan tes realitas.
4. Psikoterapi individual
Terapi adalah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Terbagi
kepada psikoterapi suportif dan psikoterapi berorientasi-tilikan.
IX. PROGNOSIS
10
System pendukung yang baik System pendukung yang buruk
Gejala positif Gejala negative
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
11
X. PEMBAHASAN DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Skizofrenia adalah penyakit paradigmatik psikiatri dimana sindrom klinis variabel
namun sangat mengganggu psikopatologi, yang melibatkan pikiran, persepsi, emosi, gerakan,
dan perilaku. Ekspresi gejala bervariasi di seluruh pasien dan dari waktu ke waktu, tetapi efek
kumulatif dari penyakit selalu parah dan biasanya tahan lama.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian skizofrenia yaitu menurut Gunadi,
skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah”, dan
“phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadinya pecahnya atau ketidakserasian
antara afeksi, kognitif dan perilaku. Jadi, skizofrenia mengacu kepada pepecahan ego-aspek
rasional dalam jiwa-sehingga penderitanya tidak lagi dapat membedakan antara alam khayal
dan alam riil. Menurut Kraepelin ada menyebutkan, “dementia pre cock” karena skizofrenia
mengalami kemunduran intelengensi sebelum waktunya.Bleuler menggunakan istilah
skizofrenia berarti pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih menekankan pola
perilaku yaitu tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi.
Dengan demikian, tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi antara persepsi terhadap
kenyataan yang sebenarnya.
Skizoferenia tak terinci adalah suatu tipe yang seringkali dijumpai pada skizofrenia.
Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam salah satu tipe
dimasukkan dalam tipe ini.
PPDGJ III mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci.
Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu4:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.
B. EPIDEMIOLOGI
Kejadian skizofrenia di negara industri adalah 10-70 kasus baru per 100000 penduduk per
tahun, dan risiko seumur hidup adalah 0,5-1%. Distribusi geografis skizofrenia adalah tidak
acak: studi terbaru memiliki menunjukkan bahwa ada tingkat pertama onset meningkat
padaorang yang lahir atau dibesarkan di pusat kota. Terdapat juga gradien sosial ekonomi
12
yang signifikan, dengan prevalensi meningkat pada penurunan kelas sosial ekonomi. Khusus
faktor risiko lingkungan (misalnya kepadatan penduduk, penyalahgunaan narkoba) juga dapat
dikaitkan dengan social ekonomi.Timbulnya karakteristik penyakit ini di antara usia 20 dan
39 tahun, tapi mungkin terjadi sebelum pubertas atau ditunda sampai dekade ketujuh atau
kedelapan.
Usia puncak onset adalah 20-28 tahun untuk pria dan 26-32 tahun untuk
perempuan.Insiden seks keseluruhan sama jika kriteria diagnostik yang luas digunakan dan
diterapkan. Prevalensi skizofrenia jauh lebih tinggi pada yang belum menikah dari kedua
jenis kelamin. Pasien dengan skizofrenia memiliki dua kali lipat peningkatan pada usia-
standar tingkat kematian, dan lebih mungkin untuk menderita kesehatan fisik yang buruk.
Sebagian besar peningkatan kematian terjadi pada beberapa tahun pertama setelah masuk
awal atau diagnosis. Faktor awal kursus yang berkonturbusi termasuk bunuh diri, dengan
faktor resiko kemudian, seperti gangguan kardiovaskular, sebagian karena gaya hidup yang
buruk dengan banyak pasien merupakan perokok berat dan obesitas.
C. ETIOLOGI
Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, walaupun begitu
banyak ahli yang mencoba mengemukakan beberapa teorinya. Menurut Fortinash, penyebab
skizofrenia sebagai berikut :
Faktor biologi (teori – teori somatogenesis)
Faktor – faktor genetic (keturunan)
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi seseorang sangat kuat
mempengaruhi resiko seseorang mengalami skizofrenia.
Biochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak)
Beberapa bukti memunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berasal dari
ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang
memungkinkan neuron – neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan
bahwa skizofrenia berasal dari neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian – bagian
tertentu otak atau dikarenakan sensivitas yang abnormal terhadap dopamine.
Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak)
Berbagai teknik imaging, seperti MRI telah membantu para ilmuwan untuk
menemukan abnormalitas structural spesifik pada otak pasien.
Teori model keluarga
13
Beberapa pola asuh kelurga memyebabkan gangguan perkembangan anak.
Teori budaya dan lingkungan
Skizofrenia dapat terjadi pada semua status sosial ekonomi tetap seringkali lebih
banyak ditemukan pada kelompok dengan social ekonomi rendah.
Teori belajar
Perilaku, perasaan dan cara berpikir seseorang diperoleh dari belajar.
D. GEJALA
Menurut Kay et membagi symptom skizofrenia atas5:
1. Simtom positif: d. Ketegangan (tension)
a. Waham e. Mannerism dan sikap tubuh
b. Kekacauan proses pikir f. Depresi
c. Perilaku halusinasi g. Retardasi motorik
d. Gaduh gelisah h. Ketidakkooperatifan
e. Waham/ide kebesaran i. Isi pikiran yang tidak biasa
f. Kecurigaan/kejaran j. Disorientasi
g. Permusuhan k. Perhatian buruk
2. Simptom negatif: l. Kurangnya daya nilai dan
a. Afek tumpul daya tilikan
b. Penarikan emosional m. Gangguan dorongan
c. Kemiskinan rapport kehendak
d. Penarikan diri dari n. Pengendalian impuls yang
hubungan social secar buruk
pasif/apatis o. Preokupasi
e. Kesulitan dalam pemikiran p. Penghindaran social secara
abstrak aktif
f. Kurangnya spontanitas dan
arus percakapan
g. Pemikiran stereotipik
3. Simptom psikopatologi umum:
a. Kekhawatiran somatic
b. Ansietas
c. Rasa bersalah
14
E. KRITERIA
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga
(PPDGJ III) mengkelompokkan simptom4:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas(dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala – gejala kurang tajam atau kurang jelas)
a) Thought echo, thought insertion, thought withdrawal dan thought
broadcasting.
b) Waham dikendalikan, waham dipengaruhi, atau passivity yang
jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota
gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan khusus dan persepsi
delusional.
c) Suara halusinasi auditorik yang berkomentar secara terus-menerus
terhadap perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pasien di
antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal
dari satu bagian tubuh.
d) Waham – waham memnetap jenis lain yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar seta sama sekali mustahil, seperti misalnya
mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan
kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahkluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apakah disetai
baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
f) arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sispan yang
berakibat
15
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, sikap tubuh
tertentu, atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme dan stupor.
h) gejala negatif seperti sikap apatis, pembicaraan terhenti, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan
menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala – gejala khas tersebut diatas telah selama kurun waktu satu
bulan atau lebih.
Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, tak bertujuan, sikap malas, tak bertujuan, sikap berdiam diri, dan
penarikan diri secara social.
16
katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.
F. PENATALAKSANAAN
Terdapat dua kaedah pengobatan skizofrenia yaitu3:
a. Medikasi antipsikotik
b. Intervensi psikososial
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,
penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat
memperkuat perbaikan klinis.
17
Antipsikotik
Pemilihan obat3:
Tiga kelas obat yang utama, yaitu antagonis reseptor dopamine,
risperidone dan clozapine.
1) Antagonis reseptor dopamine
Merupakan obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam
pengobatan skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan;
pertama,hanya sejumlah kecil pasien kemungkinan 25% cukup
tertolong. Kedua,obat ini disertai dengan efek yang merugikan
yang menggangu dan serius (paling utama ataksia dan gejala mirip
parkinsonisme berupa tremor dan rigitas). Contoh antagonis
reseptor dopamine adalah remoxipiride
2) Risperidone
Obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis bermakna pada
reseptor serotonin tipe 2 (5 HT2) dan pada reseptor dopamine tipe
2 (D2). Obat ini menjadi lini pertama dalam pengobatan
skizofrenia.
3) Clozapine
Obat antipsikotik yang efektif dan suatu antagonis lemah terhadap
reseptor D2 tetapi antagonis kuat terhadap reseptor D4. Obat ini
pengobatan lini kedua.
Terapi psikososial
5. Terapi perilaku
Menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social
untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi
diri social, latihan praktis dan komunikasi interpersonal.
6. Terapi berorientasi-keluarga
Terapi keluarga dapat diarahkan kepada berbagai macam
penerapan strategi menurukan stress dan mengatasi masalah dan
penglibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
18
7. Terapi kelompok
Biasanya memusatkan pada rencana, masalah dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Efektif dalam menurunkan isolasi social,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas.
8. Psikoterapi individual
Terapi adalah membantu dan menambah efek terapi farmakologis.
Terbagi kepada psikoterapi suportif dan psikoterapi berorientasi-
tilikan.
G. PROGNOSIS
19
DAFTAR PUSTAKA
20