Anda di halaman 1dari 87

Standar Operasional Prosedur

In English
Standard Operating Procedure

Bahasa Indonesia
Prosedur Operasional Standar = Prosedur Operasi

Istilah Lain
Prosedur Tetap = PROTAP
Biasanya di lingkungan Kepolisian dan Militer
SOP
Definisi Standar Operasional Prosedur

penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan, di


mana, dan oleh siapa.

Tjipto Atmoko,
Dalam SOP dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan


sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai
tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan

SE-43/PJ/2011
serangkaian instruksi tertulis yang didokumentasikan dari aktivitas
rutin dan berulang yang dilakukan oleh suatu organisasi
SOP
Tujuan Standar Operasional Prosedur

memberikan pedoman, petunjuk, arahan secara umum


dan khusus kepada sebuah lembaga atau instansi dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
SOP
Fungsi Standar Operasional Prosedur

1. Memperkecil kemungkinan pegawai melakukan


kesalahan.
Dengan adanya SOP yang jelas, diharapkan setiap pegawai
dapat melaksanakan tugasnya dengan benar dan terhindar dari
kesalahan-kesalahan.
2. Sebagai alat penilaian kerja pegawai
Seorang pegawai yang dapat bekerja sesuai dengan SOP
menunjukan pegawai tersebut telah melaksanakan tugasnya
dengan baik dan benar
SOP
Fungsi Standar Operasional Prosedur

Tjipto Atmoko,
Dalam SOP dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Dapat disimpulkan bahwa SOP berfungsi membentuk sistem kerja


dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan
yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses kegiatan
berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan
pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang
ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik;
dan menetapkan hubungan timbal balik antar satuan kerja
SOP
Manfaat Standar Operasional Prosedur

1. dapat menjaga konsistensi dalam menjalankan suatu prosedur


kerja
2. lebih jelas mengetahui peran dan posisi masing-masing di unit
kerja
3. memberikan kejelasan mengenai prosedur kerja, dan tanggung
jawab dalam proses terkait
4. memberikan keterangan mengenai keterkaitan dengan satu
proses kerja dengan proses kerja
5. meminimalisir kesalahan dalam melakukan pekerjaan
6. membantu dalam melakukan evaluasi terhadap setiap proses
operasional di unit kerja
PENGAWASAN WP
PASCA PERIODE
PENGAMPUNAN PAJAK
SE-20/PJ/2017
Sasaran

WP Info harta tidak


Non sesuai dengan
Sistem Informasi
TA

Pelaksanaan WP
kewajiban pajak
setelah Tahun ikut
Pajak terakhir TA

WP Info harta dalam


ikut surat pernyataan
tidak sesuai
TA
Prioritas Pengawasan

• Kesesuaian data dan/atau informasi mengenai Harta


WP Non TA –
1st Priority

• Pelaksanaan kewajiban perpajakan WP untuk masa/tahun pajak setelah Tahun


WP Ikut TA –
Pajak terakhir
2nd Priority

• Pelaksanaan kewajiban perpajakan untuk masa/tahun pajak atas seluruh jenis


pajak , perhatikan daluwarsa penetapan (WP non TA)
WP selain di
atas – • Pelaksanaan kewajiban perpajakan atas seluruh jenis pajak untuk masa/tahun
Pengawasan pajak setelah Tahun Pajak terakhir selain 2nd Priority (untuk WP TA)
umum
Alur
1
Ketidaksesuaian Harta
WP Tidak
Pasal 18 (2) UU TA
Ikut TA
(TARIF PP 36/2017)

Pengawasan Prioritas
Dalam Rangka
TA Kewajiban terkait TA untuk
Masa/Tahun Pajak setelah
Tahun Pajak Terakhir

WP Ikut 1
TA
Ketidaksesuaian Harta,
Pengawasan Pelunasan Uang Tebusan,
WP Pasca dan Laporan WP
Periode TA Pasal 13 (4) dan
Pasal 18 (1) UU TA
(TARIF PP 36/2017)
3

WP Tidak Seluruh jenis pajak belum


Ikut TA daluwarsa
2
Pengawasan
secara umum
Seluruh jenis pajak ≥ 2016
WP Ikut
selain yang sudah diawasi
TA
dalam rangka TA
2
Pengawasan WP Non TA
– 1st Priority
• Menentukan WP yang tidak mengikuti TA sebagai sasaran
• Sasaran dari daftar WP ini adalah WP non TA yang memiliki data dan/atau informasi
Identify mengenai harta

• Menyandingkan data dan/atau informasi mengenai harta, baik bersumber dari internal
maupun eksternal, dengan basis data perpajakan
• Basis data perpajakan dapat berupa SPT Tahunan PPh dan/atau data yang sudah disediakan
Matching dalam Sistem Informasi Perpajakan ataupun data lainnya

• Meneliti data dan/atau informasi tersebut dengan basis data perpajakan


• Penelitian dilakukan dengan menggunakan data Wajib Pajak yang telah terekam dalam
Analysis Sistem Informasi Perpajakan

• Berdasarkan uraian hasil penelitian, AR mengusulkan apakah atas Wajib Pajak tersebut
dilakukan pemeriksaan atau tidak ditindaklanjuti dengan pemeriksaan (diarsipkan)
• Uraian hasil penelitian dituangkan dalam Lembar Pengawasan (Lpeng) dalam rangka
Execute Pengampunan Pajak
WP Non TA – 1st Priority - Alur

DIARSIPKAN

Data KPP/
Data KPDJP
Kanwil

NPWP
AR
SEKSI WASKON APPROWEB LEMBAR
II/III/IV PENGAWASA
NPWP N
JABATAN
WP
AR/PELAKSANA SEKSI Data
EKSTENSIFIKASI &
PENYULUHAN
Internal/Eksternal
NON-NPWP

PEMERIKSAAN
Data Harta sesuai
Ketentuan Pasal 18 ayat
(2) UU TA
Pengawasan WP TA
– 2nd Priority
• Menentukan WP yang telah mengikuti TA sebagai sasaran
• Sasaran dari daftar WP ini adalah semua WP TA, dengan urutan prioritas:
• Pelaksanaan kewajiban perpajakan setelah tahun pajak terakhir (urutan 1)
Identify • Ketidaksesuaian data dan/atau informasi harta dengan surat pernyataan (urutan 2)

• Urutan 1
• Urutan 2
Analysis

• Surat Peringatan
• Lembar Pengawasan Wajib Pajak
→ Tindak lanjut pemeriksaan (Y/N)
Execute
WP TA – 2nd Priority - Analysis
AR
SEKSI WASKON KEWAJIBAN PROSEDUR
II/III/IV
WP TAHUN PEMERIKSAAN
2016 dst. SP2DK
AR/PELAKSANA SEKSI
EKSTENSIFIKASI &
PENYULUHAN

1. Kompensasi kelebihan pembayaran pajak


dalam SPT Masa

2. Kompensasi kerugian fiskal dalam SPT


Tahunan

3. Potensi sumber penghasilan bagi WP


(taxbase)

4. Biaya amortisasi untuk aktiva tidak


berwujud

5. Biaya penyusutan untuk aktiva berwujud

6. Pengawasan terhadap pengalihan hak


WP TA – 2nd Priority - Analysis
PEMERIKSAAN
TIDAK JAWAB
KIRIM

1&5 (TIDAK
SESUAI)

AR APPROWEB
SEKSI WASKON
II/III/IV
W LEMBAR
SURAT PENGAWASA
PERINGATAN P N
AR/PELAKSANA Data TIDAK SESUAI
SEKSI Internal/Eksternal
EKSTENSIFIKASI &
PENYULUHAN JAWAB
TIDAK DIARSIPKAN
KIRIM

2,3,4 SESUAI STOP

1. Gagal Repatriasi dan/atau Gagal Tahan (Holding) 3 Tahun

2. Penggelembungan nilai harta dalam SPT Terakhir

3. Penyesuaian Nilai Harta akibat Surat Pembetulan atas SKet

4. Harta belum/kurang diungkap dalam Surat Pernyataan

5. Tidak menyampaikan Laporan Wajib Pajak


Pengawasan secara umum
APPROWEB
AR
SEKSI WASKON
II/III/IV
PEMERIKSAAN

Data
AR/PELAKSANA SEKSI
EKSTENSIFIKASI &
Internal/Eksterna SP2DK
PENYULUHAN
l

SELURUH JENIS PAJAK


DENGAN MEMPERHATIKAN
DALUARSA PENETAPAN

AR APPROWEB
SEKSI WASKON
II/III/IV
PEMERIKSAAN

Data
AR/PELAKSANA SEKSI
EKSTENSIFIKASI &
PENYULUHAN
Internal/Eksternal
SP2DK

≥ 2016
SELURUH JENIS PAJAK
Pengawasan WP Pasca TA

Prioritas (1) 2017


Tidak Ya Pengawasan Prioritas (2) 2017
Ikut TA

Pelaksanaan Kewajiban Ketidaksesuaian data/informasi (Prioritas 2.2):


Meneliti dan menyandingkan Selain Harta (SE-39) Perpajakan WP (Prioritas 2.1) • Harta
data harta dan penghasilan Tahun 2016 dst • Pelunasan uang tebusan
• Laporan WP
WP yang tercantum pada:
•SPT Tahunan PPh
•Data Eksternal dan Internal
Penelitian dan Penelitian dan
SP2DK Analisis* Analisis*
Tidak
Membuat Lembar
Pengawasan WP Sesuai
Urutan Prioritas
1.Kompensasi LB
ya 2.Kompensasi rugi Gagal Repatriasi,
fiskal Gagal Tahan Prosedur 1 Surat
Usulan 3.Tax Base Peringatan
Selesai 4.Biaya Amortisasi
Pemeriksaan
5.Biaya
penyusutan Penggelembung Lembar
6.Tambahan saldo
an Harta di SPT Prosedur 2
laba ditahan Pengawasan
Memiliki 7.lainnya
2015
NPWP ya
Tidak Salah Tarif, Salah Usul
Hitung Prosedur 3 pemeriksaan
NPWP
Secara jabatan
SE-39 Pemeriksaan
Harta yang Prosedur 4
2 hari kerja belum diungkap
dalam SPH
Penerbitan SP2 dalam
Rangka Pemeriksaan
Khusus berdasarkan SP2DK Tidak ada
keterangan lain berupa Pemeriksaan
Laporan Prosedur 5 Surat
data harta bersih
Berkala Peringatan
Bagaimana pengawasan di
Approweb ???
Selanjutnya adalah menu Kepala Seksi

Tanggapan Kepala Seksi

Pembatalan L Peng
SOSIALISASI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2012

TENTANG
PEMBERIAN DAN PENGHIMPUNAN DATA DAN
INFORMASI YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN

31
Dasar Hukum:
Pasal 35 A UU KUP
• Ayat 1:
Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak
lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan
dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2).

• Ayat 2:
Dalam hal data dan informasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak mencukupi, Direktur Jenderal Pajak
berwenang menghimpun data dan informasi untuk
kepentingan penerimaan negara yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).

32
Sanksi: Pasal 41C UU KUP
1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya
kewajiban pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A
ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan
atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi
yang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10
(sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah).
4) Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi
perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

33
Dasar Hukum: PP 31/2012
• Pasal 2 Ayat 1:
Instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain wajib
memberikan Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan.

• Pasal 3 Ayat 4:
Penetapan instansi pemerintah, lembaga, asosiasi dan pihak lain
yang wajib memberikan Data dan Informasi selain sebagaimana
dimaksud pada 3 ayat (1), 3 ayat (2), dan 3 ayat (3) ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan

34
Dasar Hukum: PP 31/2012
• Pasal 4 Ayat 1:
Rincian jenis Data dan Informasi yang wajib diberikan dan tata cara
penyampaian Data dan Informasi diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah Menteri Keuangan berkoordinasi dengan
pimpinan dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi atau pihak lain
yang merupakan sumber Data dan Informasi dimaksud.

35
Jenis Data dan Informasi :
(Pasal 2 Ayat 3)
Kekayaan/Harta yang dimiliki OP/Badan
Antara lain : pertanahan, bangunan, mesin, peralatan berat, kendaraan, surat
berharga dan simpanan bank

Utang yang dimiliki OP/Badan


Antara lain : utang bank atau utang obligasi

Penghasilan yang diperoleh/diterima OP/Badan


Antara lain : transaksi penjualan saham dan obligasi, transaksi penjualan
Data dan kendaraan, transaksi penjualan tanah dan/atau bangunan
Informasi yang
berkaitan Biaya yang dikeluarkan dan/atau yang menjadi beban OP/Badan
Antara lain : rekening listrik, rekening telepon, pembayaran kartu kredit,
dengan: pembelian kendaraan, pembayaran biaya bunga

Transaksi Keuangan
Antara lain : data lalu lintas devisa yang dilakukan melalui perbankan/penyedia
jasa keuangan

Kegiatan Ekonomi OP/Badan


Antara lain : perizinan, kegiatan eksim, informasi penanaman modal, hasil
lelang, pemberian hak penguasaan atau pengelolaan, kependudukan, pendirian
usaha, keimigrasian, kegiatan pengembang, dan laporan yang dibuat oleh
instansi atau lembaga pemerintah.

36
DATA DAN INFORMASI
(Pasal 4-5)

Wajib diberikan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1


tahun

Wajib memberikan dalam jangka waktu 6 bulan sejak diterbitkannya


PMK

Harus berbentuk elektronik (dalam hal belum tersedia bentuk


elektronik, dapat berbentuk non elektronik dengan jangka waktu 2
tahun sesuai PMK No. 132/PMK.03/2013)

Diberikan secara online atau secara langsung

37
Bentuk Data
(Pasal 2 & 3 PMK No. 132/PMK.03/2013)

• Harus berbentuk elektronik.


• Dapat disampaikan secara online (melalui jaringan komunikasi
data yang tersedia) atau secara langsung (menggunakan media
eletronik).
• Dalam hal terjadi kegagalan jaringan komunikasi, dapat
disampaikan secara langsung.
• Dalam hal belum tersedia secara elektronik dapat diberikan dalam
bentuk non elektronik paling lama 2 (dua) tahun sejak jadual
penyampaian pertama ditentukan.

38
SE Nomor 973/3289/SJ tanggal 26 Juni 2014
Dari Menteri Dalam Negeri
Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan dengan
Perpajakan
Tindak lanjut Instruksi Presiden No 2 Tahun 2014

1. Menugaskan SKPD untuk menghimpun data dan informasi


perpajakan pada ILAP di wilayahnya terkait pertambangan dan
migas, perkebunan, kehutanan, properti serta data-data lain.
2. Menyampaikan data dan informasi kepada Direktorat Jenderal
Pajak secara berkala.
3. Melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012
tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang
Berkaitan dengan Perpajakan.

39
SURAT KEMKUMHAM RI
NOMOR: PPE.3.PP.02.03-02
TANGGAL 23 JANUARI 2014
Perihal
Tanggapan atas perlu dilaksanakannya PP No.31 Tahun 2012 tentang
Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan
Perpajakan

“ Berdasarkan ketentuan tersebut maka kepada setiap instansi pemerintah,


lembaga, asosiasi, dan pihak lain, meskipun dalam Undang-Undang-nya
mewajibkan untuk merahasiakan data dan informasi yang dimilikinya, namun
berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang kewajiban tersebut ditiadakan
dan bahkan mereka diwajibkan untuk memberikan data dan informasi yang
berkaitan dengan perpajakan kepada pemerintah c.q. Direktorat Jenderal Pajak.”

40
SE-10/PJ/2015 – PAP3D
Pencarian Data Eksternal
PEMBANGUNAN DATA

Direktorat
PKP
Direktorat
Kanwil
Lain di
DJP
KPDJP
Kebutuhan
Data
Eksternal dari
ILAP Tingkat
Regional
PENCARIAN DAN PENGAWASAN DATA ESKTERNAL

Kantor Pengolahan Data Eksternal


• ILAP Tingkat Nasional dan ILAP Tingkat Regional
di wilayah kerja seluruh Kanwil DJP di Jakarta,
Kanwil WP Besar dan Kanwil DJP Jakarta Khusus

Kanwil DJP
• ILAP Tingkat Regional selain yang dilakukan oleh
KPDE
INSTRUKSI MELAKUKAN KOORDINASI
DENGAN PEMDA

➢ S-28/PJ/2013 tanggal 28 Pebruari 2013


▪ Bidang KEP melakukan Sosialisasi dan Koordinasi dengan
Pemda
▪ Bidang KEP menyampaikan data ke TIP

➢ S-220/PJ.10/2014 tanggal 27 Januari 2014


▪ Bidang Duktekkon menerima data dan mengirimkan data
ke KPDE
▪ Bidang KEP melakukan pengawasan penerimaan data

➢ SE-10/PJ/2015 tanggal 27 Pebruari 2015


▪ Bidang P2humas berkoordinasi dengan bidang DP3
melakukan pencarian data eksternal (Pemda)
▪ Bidang DP3 menerima data, meneliti, klarifikasi dan
mengirimkan data ke KPDE
KEP-31/PJ/2015
PENCARIAN & PENERIMAAN DATA EKSTERNAL
(TINGKAT REGIONAL)
PENCARIAN DATA KE ILAP
Bid. P2Humas, Bid. Data & Pengawasan Potensi
Perpajakan (melibatkan KPP)

DATA ELEKTRONIK SECARA ONLINE

ILAP REGIONAL
HARD COPY / SOFT COPY
MELALUI POS/ EKSPEDISI, HARD COPY /
SOFT COPY SECARA LANGSUNG

MENERIMA DATA
MENERIMA DATA MENDISPOSISI
Bidang Data dan Pengawasan
SEKRETARIS KA. KANWIL
Potensi Perpajakan

MEMANFAATKAN
DATA DATA SUDAH BER-
TIDAK
PMK ?
BIDANG KANWIL / KPP

YA

MENGGANDAKAN &
USULAN UNTUK MENDISTRIBUSIKAN MENGIRIMKAN DATA ASLI
SELESAI TIDAK DITETAPKAN ASLI DATA DATA
DALAM PMK? Bidang Data dan Pengawasan
Potensi Perpajakan TATA USAHA
YA KPDE
SALINAN SALINAN

MEMBUAT USULAN MENYIMPAN MEMANFAATKAN


KE DIT. PKP DATA
Bidang Data dan Pengawasan Bidang Data dan Pengawasan
Potensi Perpajakan Potensi Perpajakan BIDANG KANWIL / KPP
Pemindahbukuan

Pbk dilakukan karena adanya kesalahan dalam mengisi


SSP baik menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib
Pajak lain atau karena adanya pemecahan setoran pajak
yang berasal dari SSP
Pbk
Input yang dibutuhkan

1. Surat Permohonan 2. LPAD

3. Surat Pengantar permohonan dari KPP Lain


Pbk
Output

1. Bukti Penerimaan Surat 2. Uraian Penelitian

3. Bukti Pemindahbukuan
Pbk
Prosedur Kerja

a. Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke KPP


melalui TPT karena salah mengisi Surat Setoran Pajak baik
menyangkut Wajib Pajak sendiri maupun Wajib Pajak lain atau
karena adanya pemecahansetoran pajak yang berasal dari Surat
Setoran Pajak.
Permohonan pemindahbukuan dapat juga berasal dari KPP lain
tempat Wajib Pajak terdaftar yang meneruskan permohonan
tersebut apabila telah terjadi kesalahan pencantuman kode KPP
pada NPWP atau kode cabang pada SSP.
Pbk
Prosedur Kerja

b. Petugas TPT menerima surat permohonan pemindahbukuan


kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan
ketentuan.
Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum
lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya.
Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah
lengkap, Petugas TPT mencetak BPS dan LPAD.
BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD
digabungkan dengan surat permohonan beserta
kelengkapannya.
Petugas TPT kemudian merekam surat permohonan dan
dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta
kelengkapannya ke AR.
c. AR melakukan perekaman data pemindahbukuan serta
membuat uraian penelitian pemindahbukuan untuk disampaikan
ke Kepala Seksi Waskon.
Pbk
Prosedur Kerja

d. Kepala Seksi Waskon meneliti dan memberikan persetujuan


dengan menandatangani uraian penelitian pemindahbukuan.
e. Kepala KPP memberikan persetujuan dengan menandatangani
uraian penelitian pemindahbukuan.
f. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi
Pelayanan untuk mencetak konsep bukti pemindahbukuan.
g. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep
bukti pemindahbukuan.
h. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep bukti
pemindahbukuan kemudian menyampaikannya kepada Kepala
KPP.
i. Kepala KPP menyetujui dan menandatangani bukti
pemindahbukuan.
Pbk
Prosedur Kerja

j. Kepala Seksi Waskon menandatangani dan membubuhkan cap


pada SSP lembar 1 (satu).
k. Bukti pemindahbukuan ditatatusahakan di Seksi Pelayanan dan
disampaikan melalui Subbagian Umum ke Wajib Pajak atau ke
KPP yang meneruskan permohonan untuk kemudian
disampaikan ke Wajib Pajak.
l. Proses selesai.
Pbk
Jangka Waktu Penyelesaian

30 hari sejak permohonan diterima secara lengkap


Surat Tagihan Pajak
SOP atas STP

Tidak berasal STP Denda


dari hasil Penagihan
pemeriksaan

Keberatan yang Keputusan keberatan atas Permohonan banding


diajukan WP ditolak pengajuan keberatan Wajib ditolak atau
atau dikabulkan Pajak menambah jumlah pajak dikabulkan sebagian
sebagian yang masih harus dibayar

50% dari jumlah pajak 50% dari jumiah pajak 100% dari jumlah pajak
berdasarkan berdasarkan keputusan berdasarkan Putusan
keputusan keberatan keberatan dikurangi dengan Banding dikurangi
dikurangi dengan pajak yang teiah dibayar dengan pembayaran
pajak yang telah sebelum mengajukan pajak yang telah
dibayar sebelum keberatan dibayar sebelum
mengajukan keberatan mengajukan keberatan
STP
Input yang dibutuhkan

Data sanksi-sanksi yang akan diterbitkan STP,


termasuk Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding
STP
Output

1. Nota Penghitungan 2. Surat Tagihan Pajak


STP
Prosedur Kerja

a. AR melakukan identifikasi terhadap data-data yang akan


diterbitkan Surat Tagihan Pajak (tidak termasuk Pasal 19 ayat (1)
dan (2) UU KUP), dalam hal Surat Tagihan Pajak yang akan
diterbitkan adalah Surat Tagihan Pajak Pasal 19 ayat (1) dan (2)
UU KUP, maka kewenangan menerbitkan Surat Tagihan Pajak
ada di Seksi Penagihan ( SOP Tata Cara Penerbitan Surat
Tagihan Pajak Bunga Penagihan).
b. AR membuat Nola Penghitungan dan Surat Tagihan Pajak,
dalam hal Surat Tagihan Pajak yang akan diterbitkan adalah
Surat Tagihan Pajak Denda Penagihan, maka AR membuat Nota
Penghitungan dan Surat Tagihan Pajak jika :
i. Wajib Pajak tidak mengajukan banding atas Keputusan
Keberatan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
sejak Surat Keputusan Keberatan diterima.
ii. Putusan Banding menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan Wajib Pajak yang menyebabkan menambah
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
STP
Prosedur Kerja

c. Kepala Seksi Waskon meneliti dan menandatangani Nota


Penghitungan.
d. Kepala Seksi Waskon meneliti dan melakukan
persetujuan penerbitan Surat Tagihan Pajak dan menyampaikan
kepada Kepala Seksi Pelayanan.
e. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi
Pelayanan untuk mencetak Surat Tagihan Pajak yang telah
disetujui.
f. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak Surat Tagihan Pajak dan
menyampaikannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.
g. Kepala Seksi Pelayanan atau Pejabat yang Berwenang *)
meneliti dan menandatangani Surat Tagihan Pajak, selanjutnya
menyerahkan kembali kepada Pelaksana Seksi Pelayanan untuk
diproses lebih lanjut.
STP
Prosedur Kerja

h. Pelaksana Seksi Pelayanan menatausahakan dan


menyampaikan Surat Tagihan Pajak ke Wajib Pajak sesuai
dengan SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak
dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.
i. Proses selesai.
STP
Jangka Waktu Penyelesaian

a. Jangka waktu penerbitan STP paling lama 3 (tiga) hari


kerja; atau
b. Jangka waktu penerbitan STP Denda Penagihan
adalah:
i. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah jatuh tempo
pengajuan banding terlewati; atau
ii. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak Putusan
Banding diterima
SPMKP
Input

a. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Keputusan


Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP), Surat
Ketetapan Kelebihan Pembayaran Pajak PBB (SKKP PBB).
b. Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan
Kembali dari Mahkamah Agung, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Surat Ketetapan
Pajak, Surat Keputusan Pengurangan Surat Tagihan Pajak atau Surat
Keputusan Pembatalan Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Pemberian Pengurangan PBB, Surat Keputusan Pengurangan Denda
Administrasi, Surat Keputusan Pembetulan PBB, Surat Keputusan
Pengurangan Surat Ketetapan Pajak PBB, Surat Keputusan
Pembatalan Surat Ketetapan Pajak PBB, Surat Keputusan
Pengurangan Surat Tagihan Pajak PBB, atau Surat Keputusan
Pembatalan Surat Tagihan Pajak PBB
SPMKP
Output

a. Surat Jawaban b. Bukti Penerimaan


Surat

Jawaban Dear AR
SPMKP
Output

SSP dan/atau Surat Setoran Pajak PBB (SSP PBB)

Nota Konfirmasi Utang Pajak

Nota Penghitungan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak


(SKPKPP)

Konsep Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP

Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)

Surat pemberitahuan kompensasi utang pajak ke KPP lain

Surat pemberitahuan ke Bank/ Pos Persepsi


SPMKP
Prosedur Kerja

1. Wajib Pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran


pajak ke KPP melalui TPT.
2. Petugas TPT menerima surat permohonan kemudian meneliti
kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat
permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, Wajib Pajak
diminta untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta
persyaratannya sudah lengkap, Petugas TPT akan mencetak BPS dan
LPAD. BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD
akan digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya.
Petugas TPT kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan
dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke AR.
SPMKP
Prosedur Kerja

3. AR memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak


berdasarkan:
a. SKPLB;
b. SKPPKP;
c. SKKP PBB; atau
d. Surat keputusan yang menyebabkan terjadinya kelebihan
pembayaran pajak, yaitu Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, Putusan PK dari Mahkamah Agung, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi
atau Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan SKP, atau Surat Keputusan Pembatalan
SKP, Surat Keputusan Pengurangan STP atau Surat Keputusan
Pembatalan STP, Surat Keputusan Pemberian Pengurangan PBB,
Surat Keputusan Pengurangan Denda Administrasi, Surat
Keputusan Pembetulan PBB, Surat Keputusan Pengurangan SKP
PBB atau Surat Keputusan Pembatalan SKP PBB, atau Surat
Keputusan Pengurangan STP PBB atau Surat Keputusan
Pembatalan STP PBB.
SPMKP
Prosedur Kerja

4. AR meminta informasi utang pajak dengan membuat Nota Konfirmasi


utang pajak dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Waskon
untuk ditandatangani dan dikirimkan ke Seksi Penagihan dan
dilanjutkan ke proses angka 8. Dalam hal Wajib Pajak terdaftar di KPP
lain AR membuat konsep surat pengantar dan Nota Konfirmasi Utang
Pajak dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Waskon.
5. Kepala Seksi Waskon meneliti dan memaraf konsep surat pengantar
dan menandatangani Nota Konfirmasi Utang Pajak kemudian
meneruskan kepada Kepala KPP unluk ditandatangani.
6. Kepala KPP meneliti dan menandatangani konsep surat pengantar.
Surat pengantar dan Nota Konfirmasi utang pajak kemudian
dikembalikan kepada AR untuk dikirim ke KPP lain.
7. AR mengirimkan surat pengantar dan Nota Konfirmasi utang pajak
melalui faksimili dan memastikan melalui telepon bahwa faksimili telah
dilerima oleh Seksi Penagihan KPP lain, mengarsipkan struk bukti
pengiriman faksimili dan kemudian mengirimkan surat pengantar dan
Nota Konfirmasi utang pajak tersebut.
SPMKP
Prosedur Kerja

8. Seksi Penagihan dan/atau KPP lain menindaklanjuti konfirmasi utang


pajak dan menyampaikan jawaban Nota Konfirmasi utang pajak paling
lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya Nata Konfirmasi oleh Seksi
Penagihan atau sejak diterima faksimili konfirmasi utang pajak oleh
KPP lain. Dalam hal terdapat keraguan atas data utang pajak PBB yang
akan dicantumkan dalam nota konfirmasi, terlebih dahulu dilakukan
konfirmasi kepada Wajib Pajak yang bersangkutan. Jawaban konfirmasi
utang pajak oleh KPP lain dikirimkan melalui faksimili dan disertai
dengan surat pengantar yang ditandatangani Kepala KPP.
9. AR kemudian meneliti jawaban konfirmasi Utang Pajak dari Seksi
Penagihan dan/atau dari KPP lain, kemudian memperhitungkan
kelebihan pembayaran pajak dengan mendahulukan utang pajak
dengan urutan prioritas sebagai berikut:
a. utang pajak yang mendekati tanggal daluwarsa penagihan;
b. utang pajak yang bernilai paling besar;
c. utang pajak yang dikompensasikan melalui potongan SPMKP.
Perhitungan kelebihan pembayaran pajak ke utang pajak dituangkan
dalam Nota Penghitungan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak,
yang selanjutnya disebut Nothit.
SPMKP
Prosedur Kerja

10. AR melengkapi Nothit, konsep SKPKPP, dan konsep Konsep SPMKP.


a. Dalam hal kelebihan pembayaran pajak akan diperhitungkan
dengan utang PBB, AR merekam utang PBB tersebut ke dalam
sistem informasi perpajakan (SIDJP/SIPMOD).
b. Dalam hal KPP menggunakan aplikasi SIPMOD dan akan
memperhitungkan kelebihan pembayaran pajaknya dengan utang
PPh, PPN dan/atau PPnBM yang terdaftar di KPP lain, AR merekam
Utang PPh, PPN dan/atau PPnBM tersebut kedalam aplikasi
SIPMOD.
c. Dalam hal KPP penerbit SPMKP menggunakan aplikasi SIDJP dan
akan memperhitungkan kelebihan pembayaran pajaknya dengan
utang PPh, PPN dan/atau PPnBM yang terdaftar di KPP lain yang
menggunakan aplikasi SIPMOD, AR merekam utang PPh, PPN
dan/atau PPnBM tersebut ke dalam aplikasi SIDJP.
11. Kepala Seksi Waskon meneliti, menyetujui, dan memaraf Nothit
kemudian disampaikan kepada Kepala KPP untuk mendapatkan
persetujuan.
12. Kepala KPP meneliti, menyetujui dan menandatangani Nothit.
SPMKP
Prosedur Kerja

13. AR membuat konsep surat pemberitahuan ke KPP lain yang telah


mengirimkan jawaban konfirmasi utang pajak, bahwa utang pajak yang
dikonfirmasi dapat/tidak dapat diperhitungkan dengan kelebihan
pembayaran pajak.
14. Apabila terdapat kompensasi utang pajak selanjutnya mengikuti
prosedur kerja nomor 15 dan/atau nomor 16, dan bila tidak terdapat
kompensasi utang pajak, AR menyampaikan Nothit, konsep SKPKPP,
konsep Konsep SPMKP, dan surat pemberitahuan ke KPP lain kepada
Kepala Seksi Pelayanan. Selanjutnya mengikuti prosedur kerja nomor
17.
15. Untuk kompensasi utang melalui Potongan SPMKP:
AR membuat SSP alas nama Wajib Pajak dengan mencantumkan
nomor surat ketetapan pajak, kemudian disampaikan kepada Kepala
Seksi Waskon beserta dengan Nothit, selanjutnya mengikuti prosedur
kerja nomor 17.
SPMKP
Prosedur Kerja

16. Untuk kompensasi melalui Transfer Pembayaran:


a. dalam hal surat setoran dibuat oleh KPP yang menerbitkan SPMKP
yaitu untuk transfer pembayaran ke utang pajak PPh, PPN, atau
PPnBM, atau untuk transfer pembayaran ke utang pajak PBB yang
diadministrasikan oleh KPP yang menerbitkan SPMKP, AR membuat
SSP atas nama Wajib Pajak untuk utang pajak PPh, PPN, PPnBM
dan/atau membuat SSP PBB atas nama Wajib Pajak untuk utang
pajak PBB, dan konsep surat pemberitahuan ke Bank/Pas Persepsi
tentang adanya kompensasi utang pajak melalui transfer
pembayaran kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi
Waskon untuk diteliti dan diparaf. Selanjutnya mengikuti prosedur
nomor 17.
b. dalam hal surat setoran dibuat oleh KPP lain yang
mengadministrasikan utang pajak yaitu untuk transfer pembayaran
ke utang pajak PBB yang diadministrasikan oleh KPP lain lanjut ke
prosedur nomor 17.
SPMKP
Prosedur Kerja

17. Kepala Seksi Waskon meneliti dan memaraf SSP dan/atau SSP PBB,
konsep surat pemberitahuan ke KPP lain, dan konsep surat
pemberitahuan ke Bank/Pos Persepsi, kemudian meneruskan kepada
Kepala Seksi Pelayanan beserta Nothit, konsep SKPKPP, dan konsep
Konsep SPMKP. SSP untuk kompensasi melalui potongan SPMKP
tidak perlu diparaf.
18. Kepala Seksi Pelayanan menerima berkas pengembalian kelebihan
pembayaran dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk
mencetak konsep SKPKPP dan Konsep SPMKP.
19. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep SKPKPP dan Konsep
SPMKP dari aplikasi sistem informasi perpajakan. Berdasarkan Konsep
SPMKP, Pelaksana Seksi Pelayanan merekam dan mencetak pada
aplikasi SPM berupa konsep SPMKP (empat rangkap). Selanjutnya
menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti.
SPMKP
Prosedur Kerja

20. Kepala Seksi Pelayanan meneliti, menyetujui dan memaraf konsep


SKPKPP, konsep Konsep SPMKP (satu rangkap), dan konsep SPMKP
(empat rangkap) kemudian menyampaikan seluruh berkas
pengembalian kelebihan pembayaran (nothit, konsep SKPKPP, konsep
Konsep SPMKP, konsep SPMKP, SSP dan/atau SSP PBB untuk
kompensasi melalui Transfer Pembayaran, konsep surat pemberitahuan
ke KPP lain, dan konsep surat pemberitahuan ke Bank/Pas Persepsi)
kepada Kepala KPP.
21. Kepala KPP meneliti dan menandatangani SKPKPP, Konsep SPMKP,
SPMKP, SSP dan/atau SSP PBB untuk kompensasi melalui Transfer
Pembayaran, surat pemberitahuan ke KPP lain, dan surat
pemberitahuan ke Bank/Pas Persepsi, kemudian mengembalikan
kepada Seksi Pelayanan untuk diselesaikan. SSP untuk kompensasi
melalui Potongan SPMKP tidak perlu ditandatangani.
22. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan ke Pelaksana Seksi Pelayanan
untuk penatausahaan dan penyampaian dokumen.
SPMKP
Prosedur Kerja

23. Pelaksana Seksi Pelayanan berkoordinasi dengan AR mengenai


penyampaian dokumen ke pihak-pihak terkait.
24. Apabila ada kompensasi utang pajak pada KPP lain, terlebih dahulu
mengikuti prosedur kerja nomor 25, dan bila tidak ada atau prosedur
nomor 25 telah dilaksanakan langsung dilanjutkan ke prosedur kerja
nomor 26.
25. Pelaksana Seksi Pelayanan mengirimkan via faksimili SKPKPP,
SPMKP, dan surat pemberitahuan ke KPP lain yang
mengadministrasikan utang pajak, memastikan faksimili telah diterima
KPP lain dimaksud, dan mengarsipkan struk bukti pengiriman faksimili.
SPMKP
Prosedur Kerja

26. Pelaksana Seksi Pelayanan menyampaikan:


a. kopi SKPKPP ke Seksi PDI jika ada kompensasi ke utang PBB di
KPP sendiri:
i. Kepala Seksi PDI menugaskan kepada Pelaksana Seksi PDI
untuk merekam data SKPKPP
ii. Pelaksana Seksi PDI merekam nomor SKPKPP dan utang PBB
yang diperhitungkan dalam SKPKPP tersebut di Aplikasi
SISMIOP dan mengarsipkan kopi SKPKPP.
b. fotokopi surat pemberitahuan dan fotokopi SKPKPP ke Seksi
Penagihan, jika ada kompensasi utang pajak PPh, PPN dan/atau
PPnBM di KPP sendiri:
i. Kepala Seksi Penagihan menugaskan kepada Pelaksana Seksi
Penagihan untuk merekam nomor SKPKPP dan utang pajak
yang dikompensasikan pada system informasi perpajakan;
ii. Pelaksana Seksi Penagihan merekam nomor SKPKPP dan
utang pajak yang dikompensasikan pada sistem informasi
perpajakan.
SPMKP
Prosedur Kerja

27. Pelaksana Seksi Pelayanan:


a. mengarsipkan berkas melalui SOP Tata Cara Penatausahaan
Dokumen Wajib Pajak.
b. menyampaikan dokumen ke pihak terkait melalui SOP Tata Cara
Penyampaian Dokumen di KPP:
i. SKPKPP lembar ke-2, SPMKP lembar ke-1 dan ke-2, dan SSP
dalam hal ada kompensasi utang pajak melalui Potongan
SPMKP ke KPPN;
ii. SSP dan/atau SSP PBB, dan surat pemberitahuan ke Bank/Pas
Persepsi dalam hal ada kompensasi melalui Transfer
Pembayaran;
iii. SKPKPP lembar ke-1 dan SPMKP lembar ke-3 kepada Wajib
Pajak;
iv. Kopi SKPKPP dan SPMKP beserta surat pemberitahuan ke
KPP lain yang terdapat utang pajak yang dikompensasikan;
v. Surat pemberitahuan ke KPP lain yang tidak terdapat utang
pajak yang dikompensasikan.
SPMKP
Prosedur Kerja

28. Dalam hal terdapat kompensasi utang pajak melalui transfer


pembayaran untuk utang PPh, PPN, atau PPnBM, dan/atau transfer
pembayaran untuk utang PBB yang diadministrasikan pada KPP
sendiri, Pelaksana Seksi Pelayanan mengambil SSP dan/atau SSP
PBB yang telah ditera Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
dan Nomor Transaksi Bank (NTB) beserta Bukti Penerimaan Negara
(BPN) pada Bank/Pas Persepsi dan menyampaikan SSP/SSP PBB dan
BPN lembar kesatu kepada AR. SSP/SSP PBB dan BPN lembar ketiga
ditatausahakan di Seksi Pelayanan.
29. Dalam hal Seksi Pelayanan menerima dokumen berupa:
a. SSP PBB yang dibuat KPP lain, Petugas TPT menerima SSP PBB
dan BPN lembar kesatu dari KPP lain dan meneruskan kepada AR.
b. SSP dan BPN hasil kompensasi utang pajak melalui potongan
SPMKP dari KPPN, Petugas TPT menyampaikan SSP dan BPN
lembar kesatu kepada Account Representative. Lembar ketiga
disampaikan ke Seksi Pelayanan untuk ditatausahakan. Dalam hal
SSP untuk utang pajak di KPP lain, Seksi Pelayanan mengirimkan
SSP lembar ketiga ke KPP lain.
SPMKP
Prosedur Kerja

30. AR membuat konsep surat pengantar penyampaian SSP/SSP PBB dan


BPN lembar ke-1 kepada Wajib Pajak, baik untuk SSP/SSP PBB yang
dibuat KPP sendiri maupun yang dibuat KPP lain. Surat pengantar
diparaf oleh Kepala Seksi Waskon, dan ditandatangani oleh Kepala
Kantor.
31. Surat pengantar disampaikan beserta SSP/SSP PBB dan BPN lembar
ke-1 kepada Wajib Pajak berdasarkan SOP Tata Cara Penyampaian
Dokumen di KPP.
32. Proses selesai.
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian

PMK-16/PMK.03/2011
1. Kelebihan pembayaran PPh, PPN, dan PPnBM setelah diperhitungkan
dengan utang pajak dikembalikan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak:
a. permohonan pengembalian kelebihan pembayaran sehubungan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a PMK Nomor
16/PMK.03/2011, diterima;
b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b atau huruf c PMK Nomor 16/PMK.03/2011,
diterbitkan;
c. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d, huruf e,
atau huruf gPMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
d. SK Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf
h PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian

PMK-16/PMK.03/2011
e. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf h PMK Nomor
16/PMK.03/2011, diterima kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
berwenang melaksanakan Putusan Banding atau Putusan
Peninjauan Kembali;
f. SK Pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 1)
huruf i PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
g. SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf j PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
h. SK Pengurangan Surat Ketetapan Pajak atau SK Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 1)
huruf k PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan; atau
i. SK Pengurangan Surat Tagihan Pajak atau SK Pembatalan Surat
Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf
I PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan.
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian

PMK-16/PMK.03/2011
2. Kelebihan pembayaran PBB setelah diperhitungkan dengan utang pajak
dikembalikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung
sejak:
a. SKKP PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a PMK
Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
b. SK Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b PMK
Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
c. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b PMK Nomor 16/PMK.03/2011,
diterima kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang
melaksanakan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali;
d. SK Pemberian Pengurangan PBB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf c PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
e. SK Pengurangan Denda Administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf d PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian

PMK-16/PMK.03/2011
f. SK Pembetulan PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e
PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
g. SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau SK Penghapusan Sanksi
Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f PMK
Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
h. SK Pengurangan Surat Ketetapan Pajak atau SK Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g
PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan; atau
i. SK Pengurangan Surat Tagihan Pajak PBB atau SK Pembatalan
Surat Tagihan Pajak PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf h PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan.
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian

3 (tiga) minggu sejak


1. permohonan Wajib Pajak diterima;
2. SKPLB atau SKPPKP diterbitkan;
3. SK Keberatan, SK Pembetulan, SK Pengurangan Sanksi Administrasi
atau SK Penghapusan Sanksi Administrasi, SK Pengurangan Ketetapan
Pajak atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak, yang menyebabkan
terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterbitkan;
4. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, diterima kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang melaksanakan Putusan
Banding atau Putusan Peninjauan Kembali.

Anda mungkin juga menyukai