In English
Standard Operating Procedure
Bahasa Indonesia
Prosedur Operasional Standar = Prosedur Operasi
Istilah Lain
Prosedur Tetap = PROTAP
Biasanya di lingkungan Kepolisian dan Militer
SOP
Definisi Standar Operasional Prosedur
Tjipto Atmoko,
Dalam SOP dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SE-43/PJ/2011
serangkaian instruksi tertulis yang didokumentasikan dari aktivitas
rutin dan berulang yang dilakukan oleh suatu organisasi
SOP
Tujuan Standar Operasional Prosedur
Tjipto Atmoko,
Dalam SOP dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Pelaksanaan WP
kewajiban pajak
setelah Tahun ikut
Pajak terakhir TA
Pengawasan Prioritas
Dalam Rangka
TA Kewajiban terkait TA untuk
Masa/Tahun Pajak setelah
Tahun Pajak Terakhir
WP Ikut 1
TA
Ketidaksesuaian Harta,
Pengawasan Pelunasan Uang Tebusan,
WP Pasca dan Laporan WP
Periode TA Pasal 13 (4) dan
Pasal 18 (1) UU TA
(TARIF PP 36/2017)
3
• Menyandingkan data dan/atau informasi mengenai harta, baik bersumber dari internal
maupun eksternal, dengan basis data perpajakan
• Basis data perpajakan dapat berupa SPT Tahunan PPh dan/atau data yang sudah disediakan
Matching dalam Sistem Informasi Perpajakan ataupun data lainnya
• Berdasarkan uraian hasil penelitian, AR mengusulkan apakah atas Wajib Pajak tersebut
dilakukan pemeriksaan atau tidak ditindaklanjuti dengan pemeriksaan (diarsipkan)
• Uraian hasil penelitian dituangkan dalam Lembar Pengawasan (Lpeng) dalam rangka
Execute Pengampunan Pajak
WP Non TA – 1st Priority - Alur
DIARSIPKAN
Data KPP/
Data KPDJP
Kanwil
NPWP
AR
SEKSI WASKON APPROWEB LEMBAR
II/III/IV PENGAWASA
NPWP N
JABATAN
WP
AR/PELAKSANA SEKSI Data
EKSTENSIFIKASI &
PENYULUHAN
Internal/Eksternal
NON-NPWP
PEMERIKSAAN
Data Harta sesuai
Ketentuan Pasal 18 ayat
(2) UU TA
Pengawasan WP TA
– 2nd Priority
• Menentukan WP yang telah mengikuti TA sebagai sasaran
• Sasaran dari daftar WP ini adalah semua WP TA, dengan urutan prioritas:
• Pelaksanaan kewajiban perpajakan setelah tahun pajak terakhir (urutan 1)
Identify • Ketidaksesuaian data dan/atau informasi harta dengan surat pernyataan (urutan 2)
• Urutan 1
• Urutan 2
Analysis
• Surat Peringatan
• Lembar Pengawasan Wajib Pajak
→ Tindak lanjut pemeriksaan (Y/N)
Execute
WP TA – 2nd Priority - Analysis
AR
SEKSI WASKON KEWAJIBAN PROSEDUR
II/III/IV
WP TAHUN PEMERIKSAAN
2016 dst. SP2DK
AR/PELAKSANA SEKSI
EKSTENSIFIKASI &
PENYULUHAN
1&5 (TIDAK
SESUAI)
AR APPROWEB
SEKSI WASKON
II/III/IV
W LEMBAR
SURAT PENGAWASA
PERINGATAN P N
AR/PELAKSANA Data TIDAK SESUAI
SEKSI Internal/Eksternal
EKSTENSIFIKASI &
PENYULUHAN JAWAB
TIDAK DIARSIPKAN
KIRIM
Data
AR/PELAKSANA SEKSI
EKSTENSIFIKASI &
Internal/Eksterna SP2DK
PENYULUHAN
l
AR APPROWEB
SEKSI WASKON
II/III/IV
PEMERIKSAAN
Data
AR/PELAKSANA SEKSI
EKSTENSIFIKASI &
PENYULUHAN
Internal/Eksternal
SP2DK
≥ 2016
SELURUH JENIS PAJAK
Pengawasan WP Pasca TA
Pembatalan L Peng
SOSIALISASI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2012
TENTANG
PEMBERIAN DAN PENGHIMPUNAN DATA DAN
INFORMASI YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN
31
Dasar Hukum:
Pasal 35 A UU KUP
• Ayat 1:
Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak
lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan
dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (2).
• Ayat 2:
Dalam hal data dan informasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak mencukupi, Direktur Jenderal Pajak
berwenang menghimpun data dan informasi untuk
kepentingan penerimaan negara yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
32
Sanksi: Pasal 41C UU KUP
1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya
kewajiban pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A
ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan
atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi
yang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10
(sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah).
4) Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi
perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
33
Dasar Hukum: PP 31/2012
• Pasal 2 Ayat 1:
Instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain wajib
memberikan Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan.
• Pasal 3 Ayat 4:
Penetapan instansi pemerintah, lembaga, asosiasi dan pihak lain
yang wajib memberikan Data dan Informasi selain sebagaimana
dimaksud pada 3 ayat (1), 3 ayat (2), dan 3 ayat (3) ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan
34
Dasar Hukum: PP 31/2012
• Pasal 4 Ayat 1:
Rincian jenis Data dan Informasi yang wajib diberikan dan tata cara
penyampaian Data dan Informasi diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah Menteri Keuangan berkoordinasi dengan
pimpinan dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi atau pihak lain
yang merupakan sumber Data dan Informasi dimaksud.
35
Jenis Data dan Informasi :
(Pasal 2 Ayat 3)
Kekayaan/Harta yang dimiliki OP/Badan
Antara lain : pertanahan, bangunan, mesin, peralatan berat, kendaraan, surat
berharga dan simpanan bank
Transaksi Keuangan
Antara lain : data lalu lintas devisa yang dilakukan melalui perbankan/penyedia
jasa keuangan
36
DATA DAN INFORMASI
(Pasal 4-5)
37
Bentuk Data
(Pasal 2 & 3 PMK No. 132/PMK.03/2013)
38
SE Nomor 973/3289/SJ tanggal 26 Juni 2014
Dari Menteri Dalam Negeri
Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan dengan
Perpajakan
Tindak lanjut Instruksi Presiden No 2 Tahun 2014
39
SURAT KEMKUMHAM RI
NOMOR: PPE.3.PP.02.03-02
TANGGAL 23 JANUARI 2014
Perihal
Tanggapan atas perlu dilaksanakannya PP No.31 Tahun 2012 tentang
Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan
Perpajakan
40
SE-10/PJ/2015 – PAP3D
Pencarian Data Eksternal
PEMBANGUNAN DATA
Direktorat
PKP
Direktorat
Kanwil
Lain di
DJP
KPDJP
Kebutuhan
Data
Eksternal dari
ILAP Tingkat
Regional
PENCARIAN DAN PENGAWASAN DATA ESKTERNAL
Kanwil DJP
• ILAP Tingkat Regional selain yang dilakukan oleh
KPDE
INSTRUKSI MELAKUKAN KOORDINASI
DENGAN PEMDA
ILAP REGIONAL
HARD COPY / SOFT COPY
MELALUI POS/ EKSPEDISI, HARD COPY /
SOFT COPY SECARA LANGSUNG
MENERIMA DATA
MENERIMA DATA MENDISPOSISI
Bidang Data dan Pengawasan
SEKRETARIS KA. KANWIL
Potensi Perpajakan
MEMANFAATKAN
DATA DATA SUDAH BER-
TIDAK
PMK ?
BIDANG KANWIL / KPP
YA
MENGGANDAKAN &
USULAN UNTUK MENDISTRIBUSIKAN MENGIRIMKAN DATA ASLI
SELESAI TIDAK DITETAPKAN ASLI DATA DATA
DALAM PMK? Bidang Data dan Pengawasan
Potensi Perpajakan TATA USAHA
YA KPDE
SALINAN SALINAN
3. Bukti Pemindahbukuan
Pbk
Prosedur Kerja
50% dari jumlah pajak 50% dari jumiah pajak 100% dari jumlah pajak
berdasarkan berdasarkan keputusan berdasarkan Putusan
keputusan keberatan keberatan dikurangi dengan Banding dikurangi
dikurangi dengan pajak yang teiah dibayar dengan pembayaran
pajak yang telah sebelum mengajukan pajak yang telah
dibayar sebelum keberatan dibayar sebelum
mengajukan keberatan mengajukan keberatan
STP
Input yang dibutuhkan
Jawaban Dear AR
SPMKP
Output
17. Kepala Seksi Waskon meneliti dan memaraf SSP dan/atau SSP PBB,
konsep surat pemberitahuan ke KPP lain, dan konsep surat
pemberitahuan ke Bank/Pos Persepsi, kemudian meneruskan kepada
Kepala Seksi Pelayanan beserta Nothit, konsep SKPKPP, dan konsep
Konsep SPMKP. SSP untuk kompensasi melalui potongan SPMKP
tidak perlu diparaf.
18. Kepala Seksi Pelayanan menerima berkas pengembalian kelebihan
pembayaran dan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk
mencetak konsep SKPKPP dan Konsep SPMKP.
19. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep SKPKPP dan Konsep
SPMKP dari aplikasi sistem informasi perpajakan. Berdasarkan Konsep
SPMKP, Pelaksana Seksi Pelayanan merekam dan mencetak pada
aplikasi SPM berupa konsep SPMKP (empat rangkap). Selanjutnya
menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti.
SPMKP
Prosedur Kerja
PMK-16/PMK.03/2011
1. Kelebihan pembayaran PPh, PPN, dan PPnBM setelah diperhitungkan
dengan utang pajak dikembalikan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak:
a. permohonan pengembalian kelebihan pembayaran sehubungan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a PMK Nomor
16/PMK.03/2011, diterima;
b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b atau huruf c PMK Nomor 16/PMK.03/2011,
diterbitkan;
c. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d, huruf e,
atau huruf gPMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
d. SK Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf
h PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian
PMK-16/PMK.03/2011
e. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf h PMK Nomor
16/PMK.03/2011, diterima kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
berwenang melaksanakan Putusan Banding atau Putusan
Peninjauan Kembali;
f. SK Pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 1)
huruf i PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
g. SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf j PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
h. SK Pengurangan Surat Ketetapan Pajak atau SK Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 1)
huruf k PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan; atau
i. SK Pengurangan Surat Tagihan Pajak atau SK Pembatalan Surat
Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf
I PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan.
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian
PMK-16/PMK.03/2011
2. Kelebihan pembayaran PBB setelah diperhitungkan dengan utang pajak
dikembalikan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung
sejak:
a. SKKP PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a PMK
Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
b. SK Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b PMK
Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
c. Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b PMK Nomor 16/PMK.03/2011,
diterima kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang
melaksanakan Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali;
d. SK Pemberian Pengurangan PBB sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf c PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
e. SK Pengurangan Denda Administrasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf d PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian
PMK-16/PMK.03/2011
f. SK Pembetulan PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e
PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
g. SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau SK Penghapusan Sanksi
Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f PMK
Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan;
h. SK Pengurangan Surat Ketetapan Pajak atau SK Pembatalan Surat
Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g
PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan; atau
i. SK Pengurangan Surat Tagihan Pajak PBB atau SK Pembatalan
Surat Tagihan Pajak PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf h PMK Nomor 16/PMK.03/2011, diterbitkan.
SPMKP
Jangka Waktu Penyelesaian