0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
42 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang wewenang penyidik perpajakan, sanksi bagi pelanggaran peraturan daerah tentang pajak daerah, dan contoh kasus pelanggaran perpajakan oleh direktur perusahaan transportasi.
Dokumen tersebut membahas tentang wewenang penyidik perpajakan, sanksi bagi pelanggaran peraturan daerah tentang pajak daerah, dan contoh kasus pelanggaran perpajakan oleh direktur perusahaan transportasi.
Dokumen tersebut membahas tentang wewenang penyidik perpajakan, sanksi bagi pelanggaran peraturan daerah tentang pajak daerah, dan contoh kasus pelanggaran perpajakan oleh direktur perusahaan transportasi.
1. Penyidik pajak memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Sebutkanlah wewenang dari penyidik perpajakan yang saudara ketahui ! 2. Jelaskan sanksi bagi pemungut pajak daerah dan retribusi daerah apabila melanggar ketentuan dalam Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 atau peraturan daerah yang berkaitan dengan pajak daerah dan retribusi daerah! 3. Berikanlah contoh dari kasus pajak, yang membuat instansi perpajakan dan pemerintahan Indonesia menjadi turun integritasnya, yang membuat masyarakat dan wajib pajak enggan untuk membayar pajak !
Jawab
1. Dengan mengacu pada Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang KUP, terdapat 11
wewenang penyidik dalam menjalankan tugasnya: a. Berwenang dalam mencari, menerima, mengumpulkan, serta meneliti hal-hal yang berkaitan dengan keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan. b. Penyidik berwenang dalam melakukan penelitian, pencarian, dan pengumpulan keterangan terkait orang pribadi atau badan yang mendukung kebenaran dalam perbuatan yang dilakukannya terkait tindak pidana perpajakan. c. Melakukan permintaan yang berkaitan dengan keterangan dan bahan bukti yang berasal dari orang pribadi atau badan terkait dengan tindak pidana dibidang perpajakan. d. Berwenang untuk melakukan pemeriksaan terkait buku, catatan, serta dokumen lainnya yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan. e. Berwenang dalam kegiatan penggeledahan dalam tujuan untuk mendapatkan bahan bukti pencatatan, pembukuan, serta dokumen lainnya, dan berwenang melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut. f. Berwenang untuk melakukan koordinasi atau meminta bantuan kepada tenaga ahli dalam melaksanakan tugas penyidikan. g. Berwenang meminta seseorang untuk berhenti atau meninggalkan ruangan atau tempat yang bersangkutan saat berlangsungnya proses pemeriksaan dan berwenang memeriksa identitas dari orang, benda, atau dokumen yang dibawanya. h. Berwenang untuk melakukan pemotretan terhadap seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang perpajakan. i. Berwenang untuk melakukan pemanggilan orang sebagai tersangka atau saksi untuk dimintakan keterangannya. j. Berwenang untuk menghentikan proses penyidikan. k. Berwenang untuk melakukan tindakan lainnya demi kelancaran penyidikan. 2. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan daerah apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran oleh penyelenggara pemerintah daerah tersebut. Sanksi dimaksud antara lain dapat berupa penataan kembali suatu daerah otonom, pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan daerah baik peraturan daerah, keputusan kepala daerah, dan ketentuan lain yang ditetapkan daerah serta dapat memberikan sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Direktur CV. Bumi Raya sebuah perusahaan Jasa Transportasi di Semarang Pada tanggal 9 November 2016 Pengadilan negeri Semarang menjatuhkan vonis hukuman 7 bulan penjara dengan denda yang harus dibayarkan sebanyak Rp. 11,74 Miliar sebagai akibat dari tindakan direktur perusahaan jasa transportasi melakukan pelanggaran pajak. Pada putusannya hakim menilai bahwa direktur CV. tersebut dengan sengaja memberikan data yang tidak benar terkait penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) dan juga PPn atau Pajak Pertambahan Nilai. Dari tindakannya tersebut direktur perusahaan ini harus berurusan dengan pihak berwajib sebagai akibat dari tindak pidana perpajakan yang dilakukannya.